catatan kuliah farmakologi - pengantar obat saluran cerna (1)
DESCRIPTION
kuliah GaTRANSCRIPT
Catatan Kuliah Farmakologi
Antasid
Antasid adalah obat untuk menetralkan asam lambung.
Antasid dapat diberikan dengan cara dan efek:
- Diberikan secara oral 1-3 jam setelah makan dan waktu tidur
- Mg2+ dapat meningkatkan motilitas usus sehingga dapat
menyebabkan diare
- Al3+ dapat merelakskan otot sehingga dapat menyebabkan
konstipasi
- Ca2+ dapat menyebabkan mual, distensi, flatulence
Antasid tidak mengurangi volume HCl yang disekresikan oleh lambung
tapi peninggian pH akan menurunkan aktivitas pepsin.
Al(OH)3 menghambat pepsin secara langsung
Kerja antasid bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi
asam.
Antasid = Basa lemah
Antasid dibagi menjadi dua golongan yaitu antasid sistemik dan antasid
nonsistemik.
Antasid sistemik contohnya natrium bikarbonat, diabsrobsi dalam usus halus
sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dgn kelainan
ginjal akan terjadi alkalosis metabolik. Bisa juga menyebabkan Nefrolitiasis
prostat.
Antasid non sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus sehingga tidak
menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasid nonsistemik ialah
sediaan magnesium/Mg(OH)2, aluminium/Al(OH)3, dan kalsium/CaCO3.
ANTASID SISTEMIK
Natrium Bikarbonat
- Cepat menetralkan HCl lambung karena daya larut tinggi
- Bisa menyebabkan retensi natrium dan edema
- Jarang sebagai antasid, dipakai untuk mengatasi asidosis
metabolik, alkalinisasi urin, dan pengobatan lokal pruritus
- Bentuk sediaan : 500-1000mg
- Dosis : 1-4 gram
- Kalo diminum bersama susu pada penderita tukak peptik akan
terjadi sindrom alkali susu (milk alkali syndrome
Alumunium Hidroksida (Al(OH)3)
- Daya netral HCl lambat namun masa kerja lebih panjang
- +Fosfat, Sukar diabsorpsi di usus kecil sehingga ekskresi lwt urin
berkurang, lwt tinja bertambah
- +Protein, sifatnya astringen
- Adsorbsi pepsin dan meng-in-aktivasi-nya
- Bersifat : Demulsen dan Adsorben
- Obatin : tukak peptik, nefrolitiasis fosfat, adsorben
pd keracunan Efek Samping :
- Konstipasi (tinggi pada usia lanjut), diberikan garam Mg (untuk
mengatasi)
- Mual dan muntah
- Sindrom deplesi fosfat dan osteomalasia
- Kurangi absorpsi vitamin dan
tetrasiklin Sediaan dan Dosis :
- Suspensi Al(OH)3 3,6-4,4%
- Tablet Al(OH)3 50% Al2O3
- Dosis tunggal = 0,6gram
KALSIUM KARBONAT
- Antasid yg efektif karena mula kerja cepat, kerja lama, daya netral
asam ckup tinggi
- Dapat menyebabkan konstipasi, mual, muntah, perdarahan
saluran cerna, disfungsi ginjal, fenomena acid rebound (bkn berdasar
daya netralisasi asam tp kerja langsung di antrum yg sekresi gastrin—
perangsang sel parietal--keluarin HCl.) shg sekresi HCl sngt tinggi dan
mengurangi efek netralisasi obat ini.
- Efek serius : Hiperkalsemia (4gram CaCO3 = hiperkalsemia ringan,
8gram CaCO3 = hiperkalsemia sedang) , kalsifikasi metastatic,
alkalosis, azotemia.
- Sediaan : 600 dan 1000mg
- Dosis : 1-2 gram.
MAGNESIUM HIDROKSIDA (Mg(OH)2
- Sebagai katartik dan antasid
- Masa kerja lama
- +NatriumBikarbonat = efektif netralkan HCl
- Menyebabkan Diare karena Magnesium yang larut tidak diabsorpsi
- Sediaan : Susu Magnesium ( 5-30 mL) dan Tablet Susu Magnesium
Tidak ada antasid yang bebas efek samping, terutama pada penggunaan
dosis besar jangka lama. Efek samping yang timbul antara lain:
Hiperkalsemia; akan menimbulkan retensi fosfat dan endapan kalsium
di ginjal.
Ensefalopati, osteomalasia, dan osteoporosis akibat toksisitas
aluminium.Aluminium hidroksida mengurangi absorbsi obat oleh tubuh,
sehingga menyebabkan resorpsi tulang.
Neurotoksisitas. Aluminium yang diabsorbsi dalam jumlah
kecil dapat tertimbun diotak.
Antasid mengurangi absorbsi berbagai obat seperti INH,
penisilin, tetrasiklin, nitrofurantoin, asam nalidiksat,
sulfonamid, fenilbutazon, digoxin, dan klorpromazin.
Diberikan secara oral 1-3 jam setelah makan dan saat tidur.
Selain dapat menimbulkan alkalosis metabolik, NaHCO3 dapat
menyebabkan retensi natrium dan edema.
Pemberian magnesium hidroksida (Mg(OH)2) dapat meningkatkan
motilitas, oleh sebab itu perlu dipersiapan jika terjadi efek samping
diare.
Aluminium hidroksida dapat menyebabkan konstipasi
dikarenakan obat ini merelaksasi otot polos.
Sediaan kalsium dapat berekasi dan menghasilkan CO2.
menyebabkan sendawa, nausea, kembung dan distensi
Proton Pump Inhibitors (PPI)/ Penghambat Pompa Proton (PPP)
PPI ini merupakan penghambat sekresi asam lambung yang paling efektiv
Ikatan antara metabolit aktif obat PPI dengan dengan pompa proton
IRREVERSIBEL sehingga penghambatan asam dapat berlangsung lama antara
24-48 jam atau lebih, hal ini dikarenakan sekresi asam hanya terjadi bila
terdapat proton pum baru yang menggantikan proton pump lama yang telah
di rusak oleh obat PPI itu sendiri.
Obat PPI tidak stabil pada pH rendah (karena PPI bersifat basah lemah)
sehingga untuk melindunginya dari asam lambung maka obat-obat PPI yang
biasanya berbentuk granul itu dlapisi oleh kapsul dalm cangkang gelatin
maupun ada pula yg dlm bentuk tablet salut enteric.
Inhibitor pompa proton ini merupakan “prodrug” sehingga setelah diserap
baik diusus halus( obat ppi pH basa + pH usus basa) dan didistribusikan ke
sirkulasi sistemik, obat ppi baru akan menjadi bentuk aktif(sulfonamide tetrasiklik)
setelah memasuki sel parietal, nah bentuk aktif ini nanti lah yg bakalan
mengikat gugus sulfahidril enzim H+K+’ATPase
Inhibisi terhadap 70% pompa proton secara menetap dapat terjadi setelah
pemberian PP1 selama 2-5 hari.
Farmakologi PPI
PPI adalah suatu prodrug yang membutuhkan suasana asam untuk
aktivasinya (PH <4)
Terjadi di sel parietal
Efek terjadi ketika sel parietal aktif (setelah makan)
Efek obat paling efektif terjadi saat terdapat jumlah pompa proton dalam
jumlah besar (mis. sarapan)
Obat yang termasuk PPI
Esomeprazole (Nexium)
Lansoprazole (Laproton. Lapraz)
Omeprazole (Protop, Pumpitor, OGB)
Pantoprazole (Pantozol) (iv)
Rabeprazole (Pariet)
Metabolisme PPI
Obat ini dimetabolisme di hati oleh sitokrom P450 terutama CYP2C19 dan
CYP3A4.
Diabsorpsi cepat di usus dan berikatan kuat dengan protein albumin untuk
penghantarannya dalam darah.
Metabolit sulfat diekskresikan di urin atau feses.
Penyakit hepar secara substansi menurunkan klirens lansoprazol. Oleh
karena itu direkomendasikan untuk menggunakan dosis rendah pada
penderita penyakit hepar.
Efek Samping PPI
PPI dikenal mempunyai efek samping yang sedikit. Pada slide tidak tampak
perbedaan signifikan efek samping yang dialami pasien setelah pemberian
PPI dengan pasien setelah pemberian placebo. Efek samping yang umum
terjadi adalah mual, nyeri perut, konstipasi, flatulence, dan diare.
Interaksi Obat
Absorbsi ketokonazole dan digoxin dapat berkurang karena efek PPI pada
penurunan asam. Omeprazol dapat menghambat metabolisme diazepam
(karena mempunyai jalur metabolisme yang sama) dan phenytoin (karena
menghambat aktivasi CYP2C19, hanya omeprazol yang dapat
menghambatnya).
H2RA (Antagonis Histamin Reseptor H2)
H2RA merupakan antagonis reseptor H2. Obat ini ngeblok histamin agar tidak
menempel pada reseptor H2 yang berada di membran basolateral pada sel
parietal tersebut. Sehingga produksi asam pun berkurang, obat ini cuma
menekan sekresi asam lambung sebanyak 70% selama 24 jam dan bersifat
reversible tidak seperti PPI yang irreversible.
Obat ini diberikan 2x sehari per12 jam.
Ada 3 contoh obatnya yaitu :
1. Cimetidine (OGB, intravena) merupakan prototype pertama dari
antagonis H2 yang ditemukan. Tapi karena si cimetidine ini banyak
berinteraksi dengan obat- obat lain terutama yang dimetabolisme di
hepar karena menghambat P450 sehingga dikembangkan golongan yang
berikutnya yaitu ranitidine karena efek samping cimetidine lebih
banyak
2. Ranitidine (OGB, intravena) tidak menghambat P450 sehingga efek
sampingnya lebih rendah
3. Famotidine (famocid, gaster : intravena )
Farmakokinetik:
• Di absrobsi cepat pada penggunaan oral.
• Puncak konsentrasi obat dalam serum dicapai dalam 1-3 jam.
• Level terapeutik dapat dipertahankan bahkan hingga 12 jam.
• Tidak seperti PPI, hanya sedikit persentase AH2 yang dapat diikat oleh
protein plasma
• 10-35%bagian obat akan dimetabolisme dalam hati.
• Diekskresikan oleh ginjal lewat urin, jadi pada pasien dengan
gangguan ginjal harus ada pengurangan dosis
Farmakologi
• Menginhibisi 90% (walaupun di slide ke 19 dibilang cuma 70%) sekresi
asam dari bagian basal, saat makan ataupun saat malam hari (nocturnal).
• Berguna untuk melegakan penderita ulkus gaster dan duodenum dan
mencegah kekambuhan gejala. Dapat juga mencegah peningkatan
sekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison
• Cimetidin mempunyai efek samping luas, bukan lagi menjadi
pilihan, kecuali jika diresepkan.
Efek samping
Umumnya efek samping dari obat PPI dan antagonis H2 ini yaitu
konstipasi, karena obat-obat tersebut dapat membuat absorbsi air yang
berlebihan, sehingga kandungan air pada feses berkurang.
Efek samping (biasanya terjadi pada <3% pasien) yaitu :
nyeri kepala , pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi.
Efek samping yang lebih jarang terjadi ialah delirium,
trombositopenia dan efek anti-androgen. Efek samping obat
H2RA paling sedikit teradapat pada ranitidine dan famotidin.
Interaksi Obat
Cimetidin menghambat sitokrom P450 sehingga menurunkan aktivitas
enzim mikrosom hati, jadi obat lain yang merupakan substrat enzim tersebut
akan terakumulasi bila diberikan bersama dengan cimetidin misalnya obat
fenitoin, warfarin, teofilin dan benzodiazepine. Sedangkan ranitidin dan famotidin
tidak menghambat sitokrom P450 sehingga efek sampingnya lebih kecil.
Analog Prostaglandin (Misoprostol)
• Dari sekian banyak jenis prostaglandin, yang berperan dalam
pertahanan mukosa lambung yaitu PGE2 dan PGI2 yang mana
keduanya disintesis oleh mukosa lambung
• Prostaglandin bisa menghambat pembentukan asam lambung
dengan cara berikatan pada reseptor EP3 yang berada pada sel parietal
juga
• Efek sitoprotektif dari PG karena prostaglandin merangsang mukus
dan bikarbonat yang berfungsi segagai pertahanan mukosa lambung
serta meningkatkan (menjaga) aliran darah untuk mukosa lambung agar
sel-sel tersebut tetap mendapat nutrisi untuk menjaga mukosa
lambung tersebut
• Obat ini berlawanan dengan NSAID / OAINS yang efeknya
mengurangi pembentukan prostaglandin dengan menginhibisi COX
sehingga ujung2nya jadi ulkus deh
Mioprostol
• Suatu analog metilester prostaglandin E1. Struktur analog
demikian meningkatkan potensi dan bioavaibilitas oral.
• Menginhibisi sekresi asam basal hingga 85-95%
• Menginhibisi sekresi asam terstimulasi makanan hingga 75-85%.
• obat ini juga dapat meningkatkan kontraksi rahim untuk aborsi.
Farmakokinetik
• Cepat diserap
• Cepat diesterifikasi menjadi asam misoprostol (metabolit aktif)
• Puncak efek terapeutik setelah 60-90 menit pemberian obat
• Bertahan hingga 3 jam (dosis terbagi 4X sehari)
Efek Samping
• Diare dan keram perut timbul pada 30% pasien
• Dimulai dalam 2 minggu dan sering hilang secara spontan dalam 1
minggu
• Dapat memperparah IBD (inflammatory bowel disease)
• Misoprostol dikontraindikasikan pada wanita hamil karena tadi
dapat menyebabkan abortus
Sukralfat: Carafate ( Suspensi Putih kyk MYLANTA)
Senyawa aluminium sukrosa sulfat ini membentuk polimer mirip
lem dalam suasana asam dan terikat pada jaringan nekrotik tukak
secara selektif.
Sukralfat hampir tidak diabsorbsi secara sistemik.
Diberikan pada perut kosong 1 jam sebelum makan.
Obat yang bekerja sebagai sawar terhadap HCl dan pepsin dan dapat
menstimulasi
prostaglandin lokal.
efektif terhadap Tukak Duodenum
Karena suasana asam perlu untuk mengaktifkan obat ini,
pemberian bersama AH2 atau antasid menurunkan
bioavabilitasnya.
Efek samping
Efek samping yang tersering adalah konstipasi.
Karena sukralfat mengandung alumunium, penggunaanya pada pasien
gagal ginjal harus hati-hati karena bisa hipofosfatemia
Sukralfat dapat mengganggu absorbsi tetrasiklin, warfarin, fenitoin,
dan digoxin, sehingga dianjurkan untuk diberikan dengan interval 2
jam.
Sukralfat menurunkan bioavabilitas Siprofloksasin dan Norfofloksasin
Dosis
Dewasa - tukak duodenum & tukak peptik sebanyak 1g, 4x sehari dengan
lambung kosong (1 jam sebelum makan) selama 4-8mg.
Sumber inspirasi:
1. Slide pengantar obat saluran cerna oleh dr. Ita Armyanti.
2. Tentir Farmakologi modul Gastrointestinal tahun 2014.