catatan kritis igj tentang indonesia-australia cepa · 2020. 7. 21. · catatan kritis igj tentang...

6
Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia CEPA dirampungkan pada Agustus 2018, Indonesia dan Australia akan menandatangani perjanjian IA CEPA hari ini, Senin, 4 Maret 2019. Seperti biasa tidak ada satu pun teks yang dibuka kepada publik dari Pemerintah Indonesia, dalam rangka untuk memberikan penilaian dampak yang akan ditimbulkan dari perjanjian ekonomi comprehensive ini. Informasi umum yang dibuka kepada publik seperti Fact Sheet dari Kementerian Perdagangan maupun dari Pemerintah Australia hanya informasi sepihak. Informasi dasar ini juga tidak memuat mengenai hitungan dampak ekonomi bagi masyarakat Indonesia secara langsung. Perhitungan yang dibuat dalam joint study antara Indonesia dan Australia hanya terbatas pada proyeksi peningkatan aktivitas ekspor dan investasi yang akan diperoleh kedua negara. Bahkan, tidak ada perhitungan mengenai bagaimana analisa dampak terhadap hak asasi manusia mengingat aturan perjanjian perdagangan dan investasi akan mendorong banyak de-regulasi. Tentunya dampak terhadap menyempitnya ruang kebijakan negara dalam menjalankan kewajibannya untuk memenuhi dan melindungi hak dasar publik di Indonesia menjadi implikasi yang tidak dapat dihindarkan. Bahkan, dalam prosesnya, sangat disangsikan bahwa Pemerintah Indonesia membuka ruang konsultasi yang bersifat berkelanjutan kepada DPR RI. Padahal hal II. Moratorium Pengesahan Perjanjian Perdagangan Internasional Di Tahun Politik Sesuai dengan Undang-undang No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan, setelah perjanjian selesai ditandatangani maka Pemerintah Indonesia menyampaikan perjanjian tersebut kepada DPR paling lama 90 hari kerja. Artinya, IA CEPA wajib diserahkan kepada DPR RI paling lambat pada bulan Juni 2019. Di tahun politik ini, harus dihindari pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik yang lebih bermuatan politis dan cenderung mengejar kuantitas capaian kinerja. Tetapi, yang sangat penting dilakukan sebelum DPR RI memberikan persetujuan terhadap Indonesia-Australia CEPA, adalah melakukan kajian menyeluruh terhadap semua aturan yang telah mengikat komitmen Indonesia ke dalam perjanjian tersebut, serta wajib melakukan analisa dampak terhadap pelaksanaan perjanjian tersebut. Tentunya, proses ini juga wajib membuka kepada rakyat luas. Hal ini dilakukan untuk memastikan hak rakyat Indonesia yang dilindungi dalamKonstitusi tidak diabaikan bahkan dilanggar oleh perjanjian perdagangan internasional. Merespon hal ini, maka IGJ menilai bahwa di tahun politik 2019 akan menjadi sangat tidak efektif bagi Indonesia untuk meratifikasi Perjanjian perdagangan internasional. Hal ini karena pembuat kebijakan, khususnya DPR RI, akan lebih fokus kepada proses Pemilu. Ketidak-aktifan DPR RI dalam membahas IA CEPA yang dibatasi dengan waktu yang sangat sempit, yaitu 1 kali masa sidang, maka PEmerintah Indonesia dapat memutuskan secara sepihak untuk meratifikasi IA CEPA tanpa persetujuan DPR RI. Hal ini tentunya akan bertentangan dengan Putusan MK No. No.13/PUU-XVI/2018 mengenai pengujian Undang-undang No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, maka terhadap perjanjian internasional yang memiliki dampak luas terhadap kehidupan rakyat, termasuk yang berdampak terhadap keuangan negara serta

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA · 2020. 7. 21. · Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia

Catatan Kritis IGJ

Tentang Indonesia-Australia CEPA

I. Pandangan Umum IGJ

Setelah perundingan Indonesia-Australia CEPA dirampungkan pada Agustus 2018, Indonesia dan Australia akan menandatangani perjanjian IA CEPA hari ini, Senin, 4 Maret 2019.

Seperti biasa tidak ada satu pun teks yang dibuka kepada publik dari Pemerintah Indonesia, dalam rangka untuk memberikan penilaian dampak yang akan ditimbulkan dari perjanjian ekonomi comprehensive ini.

Informasi umum yang dibuka kepada publik seperti Fact Sheet dari Kementerian Perdagangan maupun dari Pemerintah Australia hanya informasi sepihak. Informasi dasar ini juga tidak memuat mengenai hitungan dampak ekonomi bagi masyarakat Indonesia secara langsung.

Perhitungan yang dibuat dalam joint study antara Indonesia dan Australia hanya terbatas pada proyeksi peningkatan aktivitas ekspor dan investasi yang akan diperoleh kedua negara. Bahkan, tidak ada perhitungan mengenai bagaimana analisa dampak terhadap hak asasi manusia mengingat aturan perjanjian perdagangan dan investasi akan mendorong banyak de-regulasi. Tentunya dampak terhadap menyempitnya ruang kebijakan negara dalam menjalankan kewajibannya untuk memenuhi dan melindungi hak dasar publik di Indonesia menjadi implikasi yang tidak dapat dihindarkan.

Bahkan, dalam prosesnya, sangat disangsikan bahwa Pemerintah Indonesia membuka ruang konsultasi yang bersifat berkelanjutan kepada DPR RI. Padahal hal

II. Moratorium Pengesahan Perjanjian Perdagangan Internasional Di

Tahun Politik Sesuai dengan Undang-undang No.7 tahun 2014 tentang Perdagangan, setelah

perjanjian selesai ditandatangani maka Pemerintah Indonesia menyampaikan perjanjian tersebut kepada DPR paling lama 90 hari kerja. Artinya, IA CEPA wajib diserahkan kepada DPR RI paling lambat pada bulan Juni 2019.

Di tahun politik ini, harus dihindari pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan publik yang lebih bermuatan politis dan cenderung mengejar kuantitas capaian kinerja. Tetapi, yang sangat penting dilakukan sebelum DPR RI memberikan persetujuan terhadap Indonesia-Australia CEPA, adalah melakukan kajian menyeluruh terhadap semua aturan yang telah mengikat komitmen Indonesia ke dalam perjanjian tersebut, serta wajib melakukan analisa dampak terhadap pelaksanaan perjanjian tersebut. Tentunya, proses ini juga wajib membuka kepada rakyat luas. Hal ini dilakukan untuk memastikan hak rakyat Indonesia yang dilindungi dalamKonstitusi tidak diabaikan bahkan dilanggar oleh perjanjian perdagangan internasional.

Merespon hal ini, maka IGJ menilai bahwa di tahun politik 2019 akan menjadi sangat tidak efektif bagi Indonesia untuk meratifikasi Perjanjian perdagangan internasional. Hal ini karena pembuat kebijakan, khususnya DPR RI, akan lebih fokus kepada proses Pemilu. Ketidak-aktifan DPR RI dalam membahas IA CEPA yang dibatasi dengan waktu yang sangat sempit, yaitu 1 kali masa sidang, maka PEmerintah Indonesia dapat memutuskan secara sepihak untuk meratifikasi IA CEPA tanpa persetujuan DPR RI.

Hal ini tentunya akan bertentangan dengan Putusan MK No. No.13/PUU-XVI/2018 mengenai pengujian Undang-undang No.24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, maka terhadap perjanjian internasional yang memiliki dampak luas terhadap kehidupan rakyat, termasuk yang berdampak terhadap keuangan negara serta

Page 2: Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA · 2020. 7. 21. · Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia

menyebabkan perubahan dan/atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan DPR RI.

Oleh karena itu, IGJ mendesak agar di tahun politik 2019 ini, DPR RI dan Pemerintah Indonesia harus melakukan moratorium terhadap pengesahan berbagai perjanjian perdagangan dan investasi internasional.

III. Defisit Perdagangan & Derita Petani Lokal

Berdasarkan data neraca perdagangan yang dirilis oleh Website Kementerian Perdagangan, perdagangan Indonesia terhadap Australia terus mengalami defisit terhitung sejak tahun 2013 hingga 2018 (Lihat Lampiran-Data 1).

Terlebih signifikansi pembukaan akses pasar produk pertanian termasuk perkebunan yang dimiliki Indonesia ke Australia tidak ada. Hal ini karena dalam Fact Sheet yang dirilis oleh Kemendah menyatakan bahwa selama ini Australia telah membuka tariff hingga 0% untuk produk pertanian Indonesia seperti: kopi, karet, kayu, coklat, dan kertas1.

Kerjasama Economic Powerhouse yang diusung oleh Pemerintah Indonesia dan Australia khususnya di sektor industry pertanian, akan sangat berdampak besar terhadap sektor pertanian di Indonesia. Hal ini karena, konsep economic powerhouse yang diusung akan meningkatkan penggunaan bahan baku produk pertanian asal Australia untuk diolah di Indonesia dalam industry makanan olahan, ketimbang menggunakan dan menyerap produk pertanian lokal yang dapat memberikan efek terhadap kesejahteraan petani lokal.

Tentunya, eksposure produk impor asal Australia terhadap Indonesia akan semakin tinggi, dan defisit perdagangan antara Indonesia dan Australia akan tetap berlanjut.

Tinggi nya angka impor pangan Indonesia menambah derita bagi produsen pangan lokal, berdasarkan data statistic Kementerian Pertanian menunjukkan angka peningkatan impor dari 2016 hingga triwulan III 2018 (Lihat Lampiran – Data 2).

Data 1 - Neraca Perdagangan Indonesia-Australia 2013-2018

Website Kemendag: http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country?negara=311

1 http://ditjenppi.kemendag.go.id/assets/files/publikasi/doc_20181015_fact-sheet-indonesia-australia-cepa.pdf

Page 3: Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA · 2020. 7. 21. · Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia

Data 2 - Data Impor Pangan Indonesia2

IV. Investasi: Tidak Boleh Divestasi Atau Pilih Digugat Investor

Dalam dokumen IA CEPA key outcomes yang dikeluarkan oleh Australian Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT)3, disebutkan bahwa liberalisasi investasi di sektor jasa dianggap akan lebih memberikan jaminan atas kepemilikan investasi Australia di Indonesia. Bahkan, Australia mengklaim bahwa Indonesia memberikan komitmen yang lebih kuat dibandingkan perjanjian lain yang pernah dilakukannya.

Menurut DFAT, dalam liberalisasi investasi di sektor jasa Indonesia dilarang untuk membatasi tingkat kepemilikan investasi Australia. Bahkan Indonesia dilarang untuk

2 Data Statistik Indikator Makro Sektor Pertanian Tahun 2018, Kementerian Pertanian. 3 https://dfat.gov.au/trade/agreements/not-yet-in-force/iacepa/Documents/iacepa-key-outcomes.pdf

Page 4: Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA · 2020. 7. 21. · Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia

mewajibkan divestasi atas kepemilikan investasi Australia di Indonesia di bawah persentase yang telah disepakati (dengan pengecualian terbatas4).

Bahkan ketentuan domestic regulation disciplines terkadang dimasukan dalam liberalisasi sektor jasa dimana negara dilarang membuat kebijakan yang

Beberapa sektor investasi yang dibuka seperti: a. Pelatihan Kerja – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% b. Tambang dan kegiatan jasa terkait – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% c. Rumah Sakit dan klinik medis dan gigi – kepemilikan Australia dibuka hingga 67% d. Layanan perawatan lanjut usia – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% e. Telekomunikasi – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% f. Pariwisata – Kepemilikan Australia dibuka hingga 100% untuk hotel bintang 3,4,

dan 5 tanpa adanya pembatasan wilayah tertentu; 67% untuk restoran, kafe dan bar, serta layanan operator Tour dan layanan konsultasi pariwisata; dan 51% untuk Marina.

g. Layanan professional – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% khususnya terkait dengan profesi arsitektur, perencanaan kota, dan sebagian besar layanan teknik dan arker

h. Jasa konstruksi – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% sebagian besar pekerjaan terkait konstruksi

i. Energy – kepemilikan Australia dibuka hingga: 95% untuk pembangkit listrik (lebih dari 10 megawatt); 75% untuk konstruksi anjungan minyak dan gas; 67% untuk konstruksi, instalasi, operasi dan pemeliharaan; 55% untuk konstruksi instalasi tenaga listrik; 51% untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (10 megawatt atau kurang); panas bumi arker, pengeboran, dan operasi; dan pengeboran minyak dan gas lepas pantai

j. Manajemen air limbah – Kepemilikan Australia dibuka hingga 67% untuk pengelolaan air limbah

k. Transportasi – kepemilikan Australia dibuka hingga 67% untuk jalan raya, jembatan, konsesi terowongan dan layanan arker dan 51% untuk pengoperasian kereta api

Aturan larangan untuk mewajibkan divestasi dibawah presentase yang telah disepakati tentunya akan menjadi polemic besar bagi bangsa Indonesia. Hal ini mengingat, di beberapa sektor strategis bagi negara seperti energy dan sumber daya alam proses divestasi kerap terjadi. Bahkan, gugatan investor terhadap negara menjadi salah satu daya paksa negara untuk menggagalkan niat divestasi tersebut.

IA CEPA mengatur mengenai mekanisme investor-State Dispute Settlement (ISDS) dimana terbukanya kemungkinan investor asing menggugat Indonesia karena kebijakan nasional yang dianggap merugikan investor.

Terkait dengan isu investasi dalam IA CEPA, ada desakan dari perusahaan tambang Australia yang menginginkan agar mekanisme ISDS dimasukan dalam IA CEPA5. Mereka mengklaim bahwa perusahaan tambang Australia sering mendapat tekanan besar dari kebijakan Pemerintah Indonesia, khususnya terkait dengan UU minerba yang mewajibkan untuk divestasi saham asing. Salah satu yang saat ini sedang berproses untuk divestasi saham adalah Rio Tinto yang memiliki 40% saham dari PT.Freeport Indonesia.

Dari pengalaman Indonesia, perusahaan tambang asal Australia New Crest pernah mengancam Indonesia untuk digugat di ICSID karena akan mengganti UU mengenai lingkungan. Bahkan dari beberapa kasus ISDS Indonesia, paling tidak Churcill Mining dan Planet Mining (perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Australia) pernah

4 Frasa “Dengan pengecualian terbatas” ini tidak diketahui apa saja yang menjadi pengecualiannya dikarenakan Teks nya tidak terbuka untuk publik. 5 https://www.afr.com/news/economy/trade/miners-want-isds-in-indonesia-free-trade-agreement-20181016-h16ozb

Page 5: Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA · 2020. 7. 21. · Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia

menggugat karena aturan larangan expropriation khususnya soal pencabutan izin tambang (Lihat data kasus dibawah).

Data 2 – 50% Kasus ISDS Indonesia Ada di Sektor Tambang

Sumber: IGJ 2017

V. Sektor Pariwisata, Penguasaan Lahan, & Potensi Peningkatan

Konflik Lahan Dalam hal liberalisasi investasi di sektor pariwisata, yang menarik dari komitmen

Indonesia adalah tidak adanya pembatasan mengenai wilayah untuk lokasi kegiatan investasinya. Terlebih investasi di sektor pariwisata ini dapat dimiliki hingga 100%.

Dari catatan Kiara 2019, Pemerintah Indonesia telah menetapkan 25 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) untuk dikembangkan. Dari 25 kawasan tersebut, pemerintah telah menetapkan 10 kawasan destinasi pariwisata prioritas, yaitu: pertama, Danau Toba di Sumatera Utara; kedua, Tanjung Kelayang di Bangka Belitung; ketiga, Kepulauan Seribu di Jakarta; keempat, Tanjung Lesung di Banten; Kelima, Borobudur di Jawa Tengah; keenam, Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur; ketujuh, Mandalika di Nusa Tenggara Barat; kedepalan, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur; kesembilan, Wakatobi di Sulawesi Tenggara; dan kesepuluh Morotai di Maluku Utara.

Dari 10 destinasi pariwisata prioritas yang telah ditetapkan, tujuh destinasi berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sisanya, berada di danau, daratan, dan pegunungan. Dengan demikian, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia menjadi target utama proyek KSPN.

Atas nama pembangunan kawasan pariwisata, tak sedikit masyarakat pesisir yang tak bisa mengakses laut untuk menangkap ikan karena dilarang memasuki kawasan pariwisata. KIARA mencatat, setidaknya ada 1719 nelayan yang tinggal di kawasan Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo yang terancam ruang hidupnya. Bahkan proyek pariwisata di NTT, telah merenggut nyawa seorang warga di Kabupaten Sumba

Page 6: Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA · 2020. 7. 21. · Catatan Kritis IGJ Tentang Indonesia-Australia CEPA I. Pandangan Umum IGJ Setelah perundingan Indonesia-Australia

Barat, bernama Poro Duka. Proyek ini didesain bukan untuk membangun kehidupan masyarakat pesisir, tapi memberikan karpet merah kepada investor, dan berdampak terhadap perampasan ruang hidup masyarakat pesisir.

*** Disusun oleh Tim Kerja IGJ Informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sekretariat IGJ Komplek PLN Duren Tiga Jalan Laboratorium No. 7, Jakarta Selatan. 12760 Telp. +62 21 7984552 Email. [email protected] atau [email protected] Web. www.igj.or.id