catatan akhir tahun - landspatial | direktorat tata...

54
Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 1

Upload: buidien

Post on 25-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 1

Page 2: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 2

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Tahun 2013, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama

dan pendukungantara lain, melaksanakan Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan

Pertanahan Nasional 2015 – 2019; merumuskan Isu Strategi Kebijakan dan Sasaran Penataan Ruang

Wilayah Nasional dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria; melakukan Identifikasi

Kinerja Pelaksanaan Prioritas Nasional dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria;

melaksanakan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Pertanahan

untuk Input Penyusunan RPJMN 2015 - 2019; Koordinasi Strategis Sekretariat Badan Koordinasi

Penataan Ruang Nasional (BKPRN); serta koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (RAN).

Kegiatan-kegiatan tersebut masing-masing terkait dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Tata Ruang

dan Pertanahan yang akandijelaskan secara mendetail pada laporan ini.

A. Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Tata RuangdanPertanahan

Tugas dan Fungsi Direktorat Tata RuangdanPertanahanadalah melaksanakan pengkajian

kebijakan dan penyiapan penyusunan rencana pembangunan nasional serta melaksanakan

pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaannya di Bidang Tata Ruang dan

Pertanahan.Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

menyelenggarakan fungsi:

1. Subdit Tata Ruang

Pengkajian kebijakan dan peraturan di bidang tata ruang;

Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang tata

ruang;

Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang tata ruang;

Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang tata ruang;

Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan

dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang tata ruang;

Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan, dan

program-program pembangunan di bidang tata ruang.

2. Subdit Pertanahan

Pengkajian kebijakan dan peraturan di bidang pertanahan;

Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang

pertanahan;

Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pertanahan;

Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang pertanahan;

Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan

dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang pertanahan.

Page 3: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 3

3. Subdit Infosos

Pelaksanaan sosialisasi hasil pengkajian kebijakan di bidang tata ruang dan pertanahan;

Pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan pembangunan nasional di bidang

informasi tata ruang dan pertanahan;

Penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang informasi tata ruang dan pertanahan;

Penyusunan rencana pendanaan pembangunan di bidang informasi tata ruang dan

pertanahan;

Pelaksanaan inventarisasi dan analisis berbagai kebijakan dan informasi yang berkaitan

dengan penyiapan rencana pendanaan pembangunan di bidang informasi tata ruang dan

pertanahan;

Pemantauan, evaluasi, penilaian, dan pelaporan atas pelaksanaan rencana, kebijakan, dan

program-program pembangunan di bidang informasi tata ruang dan pertanahan.

B. Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan terdiri atas tiga sub-direktorat. Setiap sub-direktorat

diperkuat oleh PNS dan staf Non PNS. Direktorat TRP juga menjalankan tugas khusus selaku pengelola

Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional dan Sekretariat Koordinasi Reforma Agraria

Nasional. SusunanorganisasiDirektorat Tata RuangdanPertanahandapat dilihat pada Gambar 1.

Keterangan: *) mulai bertugas pada tanggal 17 September 2013

Gambar 1.Struktur Organisasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Direktur TRP *

Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP

Administrasi

PNS: Cecep S Sylvia K

Non PNS: Rahajeng Pramushinto, ST

Fungsional Perencanaan Madya

Hernydawaty, ME Nana Apriyana, MT

Rinella Tambunan, MPA

Kasubdit Pertanahan

Uke M. Hussein, MPP

Sekretariat Koordinasi RAN

Non PNS: Dea Chintantya, ST Gita Nurahmi, ST

Sekretariat BKPRN

Non PNS: Chandrawulan P, ST Cindie Ranotra P, ST

Octavia Rahma M, SH Redha Sofiya, ST

Zahratul H, ST

Kasubdit Informasi dan Sosialisasi TRP

Mia Amalia, PhD

Kasubdit Tata Ruang

Dwi Hariyawan, MA

PNS:

Agung Dorodjatoen, MSc Aswicaksana, MT, MSc

Non PNS: Riani Nurjanah, ST

PNS:

Santi Yulianti, MSc

Non PNS: Astri Yulianti, S.Kom Gina Puspitasari, ST Indra Ade S, S.Kom

PNS:

Raffli Noor, SSi

Non PNS: Idham Khalik, MP

Tenaga Pendukung

Non PNS: Agung Pribadi Y; Mahfudin; Maman H; Sukino; Sukwad; Ujang S; Widodo

Page 4: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 4

C. Anggaran Direktorat Tata RuangdanPertanahan Tahun 2013

Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan tahun 2013sebesar Rp.3.949.415.000,-.Status

penyerapanAnggaran per 31 Desember 2013 cukup tinggi mencapai 99,4%.Grafik penyerapan anggaran

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2013 dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan:

RM : Rupiah Murni

Gambar 2.Grafik Kinerja Anggaran Direktorat Tata Ruang dan PertanahanTahun Anggaran 2013

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Des

% RM 11.9 17.4 23.3 28.5 44.1 46.2 63.5 78.1 99.4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Pe

nye

rap

an (%

)

Page 5: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 5

BAB II

RENCANA KERJA TAHUN 2013

A. Rencana Kerja

RencanaKerjaDirektorat Tata RuangdanPertanahanpadatahun 2013adalahsebagaiberikut:

1. Melaksanakan Kajian Arah Kebijakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan Nasional

2015 – 2019;

2. Merumuskan Isu Strategi Kebijakan dan Sasaran Penataan Ruang Wilayah Nasional dalam

Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria;

3. Melakukan Identifikasi Kinerja Pelaksanaan Prioritas Nasional dalam Penyelenggaraan Penataan

Ruang dan Reforma Agraria;

4. Melaksanakan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Penyelenggaraan Penataan Ruang dan

Pertanahan untuk Input Penyusunan RPJMN 2015 - 2019;

5. Koordinasi Strategis Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN);

6. Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (RAN).

B. Capaian RPJMN 2010-2014

Capaian untuk Bidang Tata Ruang pada RPJMN 2010-2014, antara lain: (1) ditetapkannya

beberapa peraturan pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Peraturan

PemerintahNomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, PP No. 68 /2010 tentang

Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang, dan PP No. 8/2013 tentang Ketelitian

Peta Rencana Tata Ruang; (2) Tersusunnya Peraturan Presiden untuk Kawasan Strategis Nasional (KSN)

dan RTR Pulau yang sejalan dengan enam koridor ekonomi prioritas, yang hingga akhir tahun 2013 telah

ditetapkan 4 (empat) Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau (Jawa-Bali, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan)

serta 4 (empat) RTR KSN (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), Makassar-Maros-

Sungguminasa-Takalar (Mamminasata), Batam-Bintan-Karimun (BBK), dan Denpasar-Badung-Gianyar-

Tabanan (Sarbagita)); (3) Terselesaikannya Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah

Propinsi(RTRWP) dan Kab/Kotayang hingga saat ini mencapai 18 RTRWP, 260 RTRW Kabupaten dan 70

RTRW Kota.

Capaian untuk Bidang Pertanahan pada RPJMN 2010-2014, antara lain: (1) Prioritas Nasional 4:

Penanggulangan Kemiskinan yang didukung oleh pengelolaan pertanahan provinsi yang meliputi

terselesaikannya kegiatan redistribusi tanah pada 129.963 bidang (86,87%); (2) Prioritas Nasional 6:

Infrastruktur, antara lain: (a) terselesaikannya kegiatan neraca penatagunaan tanah pada96kab/kota

(96%); (b) terselesaikannya kegiatan inventarisasi P4T pada47.814 bidang (13,50%); (c) terselesaikannya

kegiatan penyusunan peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu

Peraturan Kepala BPN Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah; (3)

Prioritas Nasional 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha melalui: (a) terselesaikannya kegiatan pembuatan

peta pertanahan pada 4.815.572 Ha (171,9%); (b) terselesaikannya kegiatan legalisasi aset tanah

pada909.808 bidang (102,8%); (c) terselesaikannya kegiatan penanganan sengketa, konflik, dan perkara

pertanahan pada5.745kasus (205,8%); (4) Prioritas Nasional 8: Energi telah dilaksanakannyakegiatan

Page 6: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 6

inventarisasi dan identifikasi tanah terindikasi terlantar : 57SP; (5) Prioritas Nasional 10: Wilayah

Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Paska Konflik melalui: (a) terselesaikannya inventarisasi Wilayah

Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT): 163SP (88,58%); dan (b)

terselesaikannya inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu

(WP3WT).

Berdasarkan Rencana Strategis (renstra) Badan Pertanahan Nasional (BPN) Tahun 2012 target

sertifikasi lintas kementerian/lembaga (K/L) berjumlah 918.339bidang tanah. Namun dalam Daftar Isian

Proyek dan Anggaran (DIPA) BPN tahun 2012 telah dilakukan penyesuaian pagu anggaran oleh

Kementerian Keuangan sehingga target tersebut turun menjadi 884.952 bidang tanah.Secara

keseluruhan pencapaian kegiatan sertifikasi lintas K/L tahun 2012 sudah mendekati target yang

direncanakan, baik untuk tahapan pra dan sertifikasi, kecuali untuk sertifikasi tanah transmigrasi yang

baru sekitar 31,40% terutama disebabkan belum terbitnya HPL. Secara rinci capaian sertifikasi tanah

masing-masing K/L sebagai berikut: (1) sertifikasi tanah UKM sebanyak 17.692 bidang (88,46%); (2)

sertifikasi tanah petani sebanyak 28.743 bidang (95,81%); (3) sertifikasi tanah nelayan sebanyak 13.741

bidang (91,60%); (4) sertifikasi tanah masyarakat berpenghasilan rendah sebanyak 6.508 bidang

(86,77%); dan (5) sertifikasi tanah transmigran sebanyak 28.805 bidang (31,40 %).

C. Capaian Kegiatan

Kegiatan Utama

Capaian kegiatan utama terkait tugas dan fungsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yang telah

dilaksanakan pada Tahun 2013 adalah:

1. Tersusunnya backgroundstudy RPJMN 2015–2019 bidang Tata Ruang dan Pertanahan;

2. Terlaksananya koordinasi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014dengan

Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Kementerian Dalam Negeri, dan Badan Pertanahan

Nasional yang menghasilkan Peraturan Presiden No. 39/2013tentang Rencana Kerja

Pemerintah (RKP) 2014;

3. Terlaksananya koordinasi perencanaan sertifikasi tanah lintas K/L;

4. Terlaksananya pemantauanRKP 2013bidang tata ruang dan pertanahan dan evaluasi RKP

2012bidang tata ruang dan pertanahan;

5. Tersosialisasikannya informasi melalui situs internet BKPRN (www.bkprn.org) dan Direktorat

Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) Bappenas (landspatial.bappenas.go.id) dan buletin TRP serta

leaflet;

6. Tersosialisasikannya peraturan perundangan terkait penataan ruang dan pertanahan melalui

diseminasi dan sirkulasi dokumen perundang-undangan terkait bidang tata ruang dan

pertanahan (UU No. 2/2012 dan Perpres RTR Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi);

7. Telah selesai disusunnya white paperKebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional.

Kegiatan Pendukung

o Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Capaian kegiatan pendukung terkait penugasan khusus sebagai pengelolaSekretariat BKPRN,

adalah terfasilitasinya:

- Berbagai rapat koordinasi BKPRN dalam rangka percepatan penyelesaian Pepres RTR Kawasan

Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda RTRW Provinsi, Kabupaten, dan Kota;

- Penyusunan PP No. 8/2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Rencana Tata Ruang;

Page 7: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 7

- Penetapan Peraturan Daerah RTRW untuk 18 Provinsi (Sulawesi Selatan, Bali, Lampung, DI

Yogyakarta, NTB, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten, NTT,

Gorontalo, Sumatera Barat, Jambi, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat); 260 kabupaten;

dan 70 kota;

- Penetapan Inpres No. 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota (Inpres tentang Holding Zone) dan tersusunnya

Rancangan SEB tentang Holding Zone;

- Penyelenggaraan Sarasehan Nasional dalam rangka Review RTRWN dengan tema

“Kilas Balik 5 Tahun Implementasi RTRWN sebagai Matra Spasial Pembangunan Nasional”;

- Penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional BKPRD Tahun 2013 dengan tema “Optimalisasi

Peran dan Fungsi BKPRD dalam Rangka Mewujudkan Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah

yang Berkualitas”;

- Penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional BKPRN Tahun 2013 dengan tema “Peningkatan

Kapasitas Penataan Ruang melalui Tata Pemerintahan yang Baik untuk Mewujudkan Penataan

Ruang yang Optimal dan Berkelanjutan”, dengan output rumusan Agenda Kerja BBKPRN Tahun

2014 – 2015;

- Penetapan Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN melalui Permen PPN/Kepala Beppenas No.

KEP.46/M.PPN/HK/03/2013 untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja BKPRN;

- Penetapan Hari Tata Ruang Nasional melalui Keputusan Presiden No. 28 Tahun 2013;

- Penyelenggaraan Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang dalam rangka percepatan penyusunan RZWP-3-K;

- Penyusunan Laporan Pelaksanaan Koordinasi BKPRN Tahun 2013 kepada Presiden.

Khusus untuk fasilitasi penyelesaian konflik pemanfaatan ruang di forum BKPRN, antara lain:

- Konflik pemanfaatan ruang di kabupaten Tangerang yang disebabkan oleh adanya perbedaan

peruntukan ruang di 5 lokasi dalam Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang

Kawasan Jabodetabekpunjur dengan Perda RTRW Kabupaten Tangerang No. 13 Tahun 2011.

Perwakilan BKPRN mengadakan tinjauan lapangan beserta analisis untuk menelaah masalah ini

dan selanjutnya menyampaikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten

Tangerang;

- Konflik pembangunan kawasan industri di kabupaten Wonogiri yang disebabkan oleh rencana

alih fungsi kawasan hutan BKPH Pulosari Alas Kethu menjadi kawasan industri

yangmengakibatkan ketidaksesuaian antara izin pembukaan kawasan industri dengan RTRW

Provinsi Jawa Tengah dan RTRW Kabupaten Wonogiri dan surat Menteri Kehutanan Nomor

S.399/Menhut-VII/2009 tentang Persetujuan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah. BKPRN

memberikan beberapa masukan.

o Sekretariat Reforma Agraria Nasional

Sekretariat Tim KoordinasiReforma Agraria Nasional telah berhasil menyelesaikan kegiatan

pendukungberupa:

- Penyusunan Laporan Pelaksanaan Koordinasi Reforma Agraria Nasional Tahun 2013

- Penyusunan Peta Sebaran Jumlah Bidang Tanah yang Telah Bersertifikat;

- Penyusunan Peta Sebaran Peta Dasar Pertanahan Nasional;

- Koordinasi pelaksanaan Program Agraria Daerah (PRODA) di Kalimantan Timur;

Page 8: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 8

- Koordinasi pelaksanaan sertipikasi tanah transmigrasi;

- Identifikasi konsep dan model bank tanah;

- Identifikasi proporsi kebutuhan SDM bidang pertanahan.

Page 9: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 9

BAB III

PELAKSANAAN RENCANA KERJA TAHUN 2013

A. Kegiatan Utama

1. Penetapan Prioritas dan Rancangan Awal RKP 2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Penyusunan RKP 2014 dimulai dengan penyusunan rancangan awal RKP 2014 pada bulan Januari 2013.

Output yang diharapkan dari pelaksanaan koordinasi ini adalah tersusunnya program maupun kegiatan

prioritas bidang tata ruang dan pertanahan pada tahun 2014 yang dapat mengatasi permasalahan-

permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia di tahun tersebut.

Usulan program pembangunan keseluruhan yang direncanakan masuk ke dalam DIPA Direktur Jenderal

Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2014 adalah Program Penyelenggaraan

Penataan Ruang. Sementara usulan program pembangunan keseluruhan yang direncanakan masuk ke

dalam DIPA BPN pada tahun 2014 adalah:

Program Pengelolaan Pertanahan Nasional;

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di BPN;

Program Pengelolaan Sarana dan Prasarana Aparatur BPN;

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPN;

2. Pertemuan Internal Dua Pihak (Bilateral Meeting) dalam Pembahasan Rancangan Awal RKP 2014

Untuk membahas dan mensinergikan antara substansi kegiatan dan pendanaannya dalam RKP 2014,

maka diadakan pertemuan internal dua pihak (bilateral meeting) antara Deputi Bidang Pendanaan

Pembangunan dan Direktorat di Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah pada

tanggal 5 Maret 2013. Pada pertemuan tersebut disampaikan arah kebijakan dan prioritas

pembangunan nasional Tahun 2014 kedeputian serta penyepakatan mengenai baseline untuk

rancangan awal RKP 2014. Arah kebijakan prioritas pembangunan nasional Tahun 2014 sesuai dengan

tema RKP 2014 yang telah ditetapkan adalah Pemantapan Perekonomian Nasional, Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat dan Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik.

Sedangkan isu dan langkah strategis Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Tahun

2014 adalah sebagai berikut:

ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS

Kesiapan infrastruktur dan

kelembagaan penanganan bencana-

mitigasi bencana

1. Pembangunan shelter bencana alam (tempat evakuasi sementara)

2. Pembangunan sirine peringatan dini gempa

3. Pembangunan desa tangguh

4. Peningkatan koordinasi oleh BNPB dengan kementerian/lembaga terkait

5. Pengendalian banjir di DKI Jakarta, pengamanan pantai dan

Page 10: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 10

ISU STRATEGIS LANGKAH STRATEGIS

pengendali lahar

6. Pengelolaan DAS secara terpadu pada DAS Prioritas

7. Percepatan proses alih status kawasan

8. Penyelesaian RTRW Provinsi

Percepatan pembangunan

infrastruktur di Provinsi Papua dan

Papua Barat

1. Pemantapan program Kementerian Perindustrian terkait pengembangan industri sagu di kabupaten/kota

2. Inisiasi program pemberdayaan pasar tradisional yang melibatkan OAP

3. Koordinasi keberlanjutan pembangunan sekolah berasrama yang menjangkau daerah pegunungan tengah

4. Strategi pembangunan jalan strategis Papua sepanjang 3.488 km (80 ruas jalan) untuk membuka keterisolasian

5. Peningkatan status kelas rumah sakit dan jumlah klinik bergerak

6. Konsolidasi antara Pemda dengan Kemenhan, TNI, Polri, maupun Kemendiknas untuk pemberian kuota bagi siswa berprestasi

Sumber: Laporan Koordinasi RKP 2013

3. Pagu Indikatif RKP 2014 dan Penyelenggaraan Rakorbangpus

Penyelenggaraan Rakorbangpus merupakan salah satu bagian dari proses perencanaan pembangunan

nasional dalam rangka penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014 yang bertujuan untuk

mensosialisasikan Rancangan Awal RKP 2014 dan Pagu Indikatif 2014 setiap Kementerian/Lembaga.

Penyelenggaraan Rakorbangpus dilakukan di Kantor Kementerian PPN/Bappenas pada tanggal 8 April

2013. Pada acara tersebut disampaikan beberapa arahan kepada perwakilan Kementerian/Lembaga

yang hadir untuk penyusunan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L) guna menyempurnakan

rancangan awal RKP Tahun 2014. Beberapa arahan yang disampaikan antara lain sebagai berikut:

Pagu Indikatif yang telah ditetapkan melalui Surat Bersama ini merupakan batas atas yang tidak

dapat dilampaui, dan dapat berkurang berdasarkan hasil pembahasan dalam trilateral meetings.

Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasionai yang memuat isu dan langkah strategis pada

tahun 2014 yang difokuskan pada:

o Pemantapan Perekonomian Nasional:

- Pencapaian surplus beras 10 juta ton dan peningkatan produksi jagung kedelai dan gula;

- Konektivitas untuk menjamin tumbuhnya pusat-pusat perdagangan dan industri dalam rangka

dukungan MP3EI;

- Perkuatan kelembagaan hubungan industrial;

- Diversifikasi pemanfaatan energi;

- Peningkatan kemampuan Iptek dalam rangka mendukung percepatan dan periuasan ekonomi

nasional;

- Percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat;

o Peningkatan Kesejahteraan Rakyat:

- Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan;

- Penurunan angka kematian ibu dan bayi;

- Peningkatan akses air minum dan sanitasi layak;

Page 11: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 11

- Perluasan Program Keluarga Harapan;

- Pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan (MP3KI);

- Mitigasi Bencana (infrastruktur shelter perlindungan dan penanganan banjir);

o Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik:

- Percepatan pembangunan Minimum Essential Force;

- Pemantapan keamanan dalam negeri dan pemberantasan terorisme;

- Pelaksanaan Pemilu 2014.

Arah kebijakan fiskal yang dijabarkan dalam rencana tindak sebagai berikut:

o Menetapkan baseline belanja pegawai dan menggunakan prinsip flat policy untuk penghitungan

belanja barang operasional/pemeliharaan perkantoran yaitu:

- Belanja pegawai ditetapkan berdasarkan realisasi tahun 2012 yang diproyeksikan atas Rincian

Anggaran Belanja Pemerintah Pusat (RABPP) tahun 2013, dengan mempertimbangkan database

pegawai, kenaikan gaji berkala, moratorium PNS, dan pemotongan belanja pegawai transito dan

tunjangan kinerja bagi K/L yang sampai tahun 2012 telah melaksanakan reformasi birokrasi;

- Belanja barang operasional/pemeliharaan perkantoran ditetapkan turun dari alokasinya dalam

RABPP tahun 2013, setelah memperhitungkan perkiraan kinerja daya serap anggaran di tahun

2013.

o Kebutuhan baseline belanja non operasional (selain belanja pegawai dan barang operasional),

ditetapkan berdasarkan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) 2014 yang tercantum

dalam RABPP 2013, dengan memperhitungkan perkiraan kinerja daya serap anggaran di tahun

2013 serta efisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, konsiyering, workshop, dan honorarium

tim, yang dialokasikan sesuai kebutuhan dan tugas fungsi masing-masing K/L;

o Mendukung upaya pengembangan infrastruktur, termasuk upaya untuk mempertahankan atau

meningkatkan nilai aset negara, melalui peningkatan alokasi belanja modal (termasuk belanja

barang dan bantuan sosial yangberkarakteristik belanja modal, yang akan dipindahtangankan ke

pihak ke-3),

o Alokasi bantuan sosial difokuskan untuk pencapaian sasaran-sasaran prioritas bantuan sosial yang

mengacu pada kegiatan-kegiatan dalam 4 klaster pengurangan kemiskinan, dan pelaksanaan

Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang Kesehatan;

o Kebutuhan dana pendamping untuk kegiatan-kegiatan yang dibiayai dengan pinjaman/hibah luar

negeri;

o Kebutuhan anggaran untuk kegiatan lanjutan yang bersifat tahun jamak (multiyears)

o Penyediaan dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana yang diamanatkan dalam

peraturan perundang-undangan; serta

o Untuk menjaga kesesuaian dengan postur APBN, K/L diminta untuk memperhatikan rincian

sumber dana dan jenis belanja.

Prioritas-prioritas pembangunan nasional yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 adalah

sebagaimana tersebut pada Lampiran II (Buku I Rancangan Awal RKP Tahun 2014). Kementerian

Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas yang terkait dengan Prioritas

Pembangunan Nasional diminta untuk memberikan konfirmasi atau mengusulkan

perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas dan/atau alokasi anggaran yang tercantum

dalam Buku I Rancangan Awal RKP Tahun 2014, dengan memperhatikan komitmen pelaksanaan

kegiatan prioritas yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Usulan perubahan atau konfirmasi

tersebut dituangkan dalam masing-masing Renja K/L.

Page 12: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 12

Prioritas-prioritas pembangunan bidang yang akan diiaksanakan pada tahun 2014 adalah

sebagaimana tersebut pada Lampiran III (Buku II Rancangan Awal RKP Tahun 2014). Kementerian

Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas yang terkait dengan prioritas

pembangunan bidang diminta untuk memberikan konfirmasi atau mengusulkan

perubahan/penyempurnaan terhadap kegiatan prioritas dan/atau alokasi anggaran yang tercantum

dalam Buku II Rancangan Awal RKP Tahun 2014, dengan memperhatikan komitmen pelaksanaan

kegiatan prioritas yang sudah ditetapkan dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang

Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. Usulan perubahan atau konfimasi

tersebut agar dituangkan dalam masing-rnasing Renja K/L.

Prioritas-prioritas pembangunan daerah (dimensi kewilayahan) yang akan dilaksanakan pada tahun

2014 adalah sebagaimana tersebut pada Lampiran IV (Buku III Rancangan Awal RKP Tahun 2014).

Kementerian Negara/Lembaga yang mempunyai program dan kegiatan prioritas yang dilaksanakan di

daerah diminta untuk memberikan rincian program dan kegiatan prioritas beserta alokasi anggaran

sesuai dengan format yang tercantum dalam Buku III Rancangan Awal RKP Tahun 2014. Usulan

tersebut agar dituangkan dalam masing-masing Renja K/L.

Renja K/L disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, dan

penganggaran terpadu yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan, termasuk untuk subsidi.

Public Service Obligation(PSO), dan belanja lain yang bersifat khusus yang merupakan satu kesatuan

yang utuh dari kebijakan K/L tersebut.

Efektifitas dan efisiensi pencapaian sasaran pembangunan K/L antara lain melalui:

o Mengkaji kembali kinerja program (outcome) dan kegiatan (output) untuk lebih difokuskan

(refocusing) pada kinerja utama Kementerian Negara/Lembaga:

o Mengkaji ulang pembangunan gedung kantor baru dan menundanya apabila tidak sangat

mendesak. Apabila rencana pembangunan gedung baru tetap akan dilakukan, harus

menggunakan spesifikasi dan standar sesuai Peraturan Presiden No. 73 Tahun 2011 tentang

Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

o Membatasi/mengurangi komponen pendukung pencapaian output yang tidak terkait langsung

dengan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat, antara lain: (i) perjalanan dinas dalam

dan luar negeri; (ii) rapat dan konsinyering di luar kantor; (iii) honorarium tim; (iv) pembangunan

gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang tugas dan fungsi Kementerian

Negara/Lembaga (mess, wisma, rumah dinas, rumah jabatan, gedung pertemuan); (v) pengadaan

kendaraan bermotor (kecuali pengadaan kendaraan fungsional seperti ambulan untuk rumah

sakit, kendaraan untuk tahanan, kendaraan roda dua untuk penyuluh, dan penggantian

kendaraan rusak berat); (vi) pemasangan iklan yang tidak terkait secara langsung dengan layanan

K/L pada media massa dan media elektronik; dan (vii) kegiatan lain yang sejenis atau serupa.

Sinergi pembangunan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui:

o memilih kegiatan yang akan didanai oleh K/L dengan berpedoman pada pembagian urusan dan

kewenangan sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan;

o menentukan distribusi alokasi anggaran K/L untuk kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah

dengan mempertimbangkan kebutuhan daerah dalam kerangka pencapaian prioritas nasional;

o mengupayakan sinkronisasi kegiatan dalam Renja K/L dengan kegiatan-kegiatan daerah yang

dibiayai dari dana perimbangan dan dana otonomi khusus;

Dalam rangka klasifikasi belanja negara menurut fungsi, Kementerian Negara/Lembaga diminta

melaksanakan pencatatan sesuai Peraturan Pemerintah No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan

Page 13: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 13

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. Sebagai contoh, Kementerian

Negara/Lembaga yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan diminta mencantumkan kegiatan

pendidikan tersebut dalam klasifikasi fungsi pendidikan.

Dalam proses penyusunan Renja K/L, dilakukan Pertemuan Tiga Pihak antara Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian

Keuangan, dan Kementerian Negara/Lembaga sebagaimana diatur dalam Lampiran V tentang buku

Petunjuk Pertemuan Tiga Pihak.

Terkait Inisiatif Baru Tahun Anggaran 2014:

o Alokasi anggaran Inisiatif Baru yang sudah dialokasikan dalam surat ini tidak dapat berkurang dan

pemanfaatannya tidak dapat digunakan (dialihkan) untuk membiayai kegiatan lainnya;

o Dalam penilaian Inisiatif Baru yang telah mendapatkan alokasi dalam surat ini, diperlukan TOR

dan RAB yang harus disiapkan oleh K/L pengusul untuk dibahas dalam Pertemuan Tiga Pihak

(trilateral meeting);

o K/L yang tidak dapat memenuhi kelengkapan TOR dan RAB, maka alokasi anggaran K/L yang

bersangkutan akan mengalami pengurangan;

o K/L yang mendapatkan tambahan alokasi anggaran untuk Inisiatif Baru berdasarkan Direktif

Presiden tetapi belum mengajukan proposal Inisiatif Baru. maka diharapkan dapat segera

mengajukan proposal Inisiatif Baru sebelum ditetapkannya pagu anggaran K/L.

4. Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting)

Setelah Rakorbangpus, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas menyelenggarakan forum

trilateral meeting antara mitra K/L, Kementerian Keuangan dan Bappenas. Rapat dengan BPN

dilaksanakan pada tanggal 12 April 2013, sementara dengan DJPR PU pada tanggal 15 April 2013 dengan

tujuan: (1) koordinasi dan kesepahaman pencapaian sasaran prioritas pembangunan; (2) menjaga

konsistensi kebijakan antara dokumen perencanaan dengan dokumen penganggaran terutama antara

RKP, Renja K/L dan RKA-KL; (3) mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan Rancangan Awal

Rencana Kerja Pemerintah (kegiatan prioritas dan pendanaannya), serta (4) sebagai dasar bagi K/L

untuk merumuskan dokumen kesepakatan bersama yang nantinya akan dipergunakan sebagai bahan

masukan oleh K/L dalam penyusunan Renja K/L.

Untuk Ditjen Penataan Ruang (DJPR), Kementerian Pekerjaan Umum (PU), hasil dari pertemuan

trilateral ini adalah dokumen kesepakatan pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh Kementerian

PPN/Bappenas (Direktur Tata Ruang dan Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur Anggaran I) dan

DJPR PU (Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri dan Direktur Bina Program dan

Kemitraan). Sementara itu untuk BPN, hasil dari pertemuan trilateral ini adalah dokumen kesepakatan

pertemuan tiga pihak yang ditanda tangani oleh Kementerian PPN/Bappenas (Direktur Tata Ruang dan

Pertanahan), Kementerian Keuangan (Direktur Anggaran IIC) dan BPN (Kepala Biro Perencanaan dan

Kerjasama Luar Negeri).

Dokumen kesepakatan ini berisi antara lain yaitu: kesepakatan atas kegiatan prioritas, kegiatan non

prioritas, inisiatif baru beserta keluaran dan besaran anggarannya; kesepakatan atas perubahan alokasi

anggaran antarprogram dan antarkegiatan. Hasil kesepakatan ini menjadi pegangan bagi BPN dalam

menyusun Renja K/L yang harus diserahkan kepada Kementerian Keuangan dan Bappenas.

Page 14: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 14

Beberapa hasil kesepakatan trilateral meeting antara lain:

Perubahan/Realokasi anggaran antar-program dimungkinkan dengan syarat tidak melebihi Pagu

Total K/L;

Usulan inisiatif baru BPN terkait pemetaan Tanah Ulayat di Papua dan Papua Barat penting dilakukan

sesuai 15 Isu Strategis 2014 namun perlu dilengkapi TOR dan RAB;

Terdapat kegiatan yang mengalokasikan Anggaran Responsif Gender (ARG) seperti penerimaan

pegawai di BPN sebanyak 60% adalah wanita;

Alokasi anggaran pendidikan STPN Tahun 2014 akan dikeluarkan dari jenis data pendidikan;

Alokasi PNBP di BPN sudah sesuai dengan target PNBP;

Beberapa rancangan target di TA 2014 sulit tercapai seperti kegiatan Redistribusi Tanah karena

secara konvensional tanah sumbernya sudah terbatas. Namun, ada kemungkinan target Redistribusi

Tanah akan meningkat karena ada banyak tanah terlantar yang sudah di-SK-kan oleh Kepala BPN;

Alokasi pagu indikatif BPN tahun 2014 sudah memperhitungkan alokasi untuk satker baru, sehingga

tidak diperlukan penambahan anggaran on-top; dan

Lanjutan pembangunan gedung pusat pendidikan dan pelatihan memerlukan tambahan sebesar

Rp.250.000.000.000,-.

5. Penyusunan Renja K/L 2014 dan Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Nasional (Musrenbangnas) 2013

Musrenbangnas dilaksanakan pada tanggal 30 April 2013 dengan tujuan untuk menciptakan sinergi

antara pemerintah pusat dan daerah dalam pencapaian agenda dan prioritas pembangunan nasional

tahun 2014. Kegiatan Musrenbangnas ini dihadiri oleh kementerian dan lembaga di pusat, direktorat

teknis di Bappenas yang menjadi mitra kerja kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah

provinsi (Bappeda). Secara teknis, forum ini mencoba melakukan sinkronisasi program yang diusulkan

oleh Pemerintah Pusat dengan program di daerah. Tujuan dari pelaksanaan Musrenbang Nasional ini

adalah menyelaraskan RKP dan Renja KL dengan RKPD dan Renja SKPD dalam rangka pemantapan

program dan aktivitas untuk pencapaian agenda dan prioritas nasional pada tahun 2014. Hasil

Musrenbang Nasional ini menjadi masukan bagi finalisasi RKP tahun 2014 yang kemudian diolah

menjadi Pagu Anggaran.

Format pembahasan dalam Musrenbangnas ini adalah trilateral desk yaitu model pembahasan tiga

pihak antara K/L, Bappenas, Bappeda Propinsi dengan materi pembahasan usulan daerah (UKPPD) yang

terkait dengan target, lokasi dan alokasi. Pembahasan ini merupakan pembahasan dana dekonsentrasi

ke 32 provinsi (diluar DKI Jakarta) dan membahas besaran alokasi dana bagi daerah, penyesuaian target

dan lokasi antara usulan daerah yang diajukan dalam UKPPD dengan apa yang sudah ada dalam Renja

KL pada daerah tersebut. Hasil dari musrenbang ini akan dijadikan masukan untuk penyempurnaan

rancangan awal RKP 2014.

Dikarenakan BPN tidak memiliki dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta merupakan

lembaga/badan yang sifatnya vertikal sehingga pembahasan tidak pada besaran alokasi dana bagi

daerah akan tetapi pembahasan lebih diarahkan pada penyesuaian target dan lokasi antara usulan

daerah yang diajukan dalam Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pembangunan Daerah(UKPPD) dengan

Page 15: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 15

apa yang sudah ada dalam Renja BPN pada daerah tersebut. Hasil dari musrenbang ini akan dijadikan

masukan untuk penyempurnaan rancangan awal RKP 2014.

Beberapa provinsi yang menyampaikan kebutuhan program dan kegiatan bidang pertanahan yaitu

provinsi Papua Barat, provinsi Nusa Tenggara Timur, provinsi Kalimantan Timur, provinsi Sumatera

Barat, provinsi Sulawesi Barat, provinsi Sulawesi Selatan, provinsi Bangka Belitung, provinsi Gorontalo,

provinsi Sulawesi Utara. Beberapa isu yang dibahas dalam forum trilateral desk pra musrenbangnas

antara lain sebagai berikut:

Percepatan kegiatan legalisasi aset (sertifikat tanah) dan pembuatan peta dasar pertanahan;

Usulan kegiatan Program Agraria Daerah (PRODA);

Sosialisasi pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum;

Permasalahan penyelesaian tanah adat dan ulayat;

Perlunya program konsolidasi tanah untuk wilayah perkotaan.

6. Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional 2013

Pelaksanaan pameran dilaksanakan pada tanggal 29– 30 April 2013. Tema pameran tahun ini adalah

“Menuju Indonesia Sejahtera: Entaskan Kemiskinan”. Pameran ini ditinjau oleh Bapak Presiden Republik

Indonesia. Adapun peserta pameran meliputi: (i) K/L; (ii) Pemerintah Daerah Provinsi dan

Kabupaten/Kota; (iii) Organisasi Masyarakat Sipil; (iv) BUMN; dan (v) Kementerian PPN/Bappenas.

Pameran dibuka oleh Menteri PPN/Bappenas sekaligus melakukan kunjungan ke stand peserta Pameran

Perencanaan Pembangunan 2013.

Secara keseluruhan terdapat 33 stand (booth) dengan peserta pameran terdiri dari:

Pemerintah provinsi: Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Bali, Nusa

Tenggara Barat

Pemerintah Kabupaten/Kota: Kabupaten Pati, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Bantul

Kementerian Lembaga (K/L): Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Agama,

Kementerian Dalam Negeri, Kemenko Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif, Kemenko Perekonomian, Kementerian ESDM, Kementerian PU, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Badan Urusan Logistik, Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian

Kelautan dan Perikanan

Badan Usaha Milik Negara: BRI dan Pertamina

Organisasi Masyarakat Sipil: LSM IBEKA

Unit kerja internal Bappenas: Pusbindiklatren

Beberapa hal penting dari pameran ini adalah:

Pelaksanaan Pameran 2013 dikoordinasikan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan untuk

mempermudah komunikasi dan penentuan tema pameran dalam satu kesatuan dan menjadi central-

point pengunjung pameran.

Kegiatan pameran pada hari pertama berjalan lancar dan cukup ramai oleh pengunjung. Hal ini

ditambah dengan adanya konsep alur cerita yang saling terkait dalam pelaksanaan pengentasan

kemiskinan.

Page 16: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 16

Pengunjung diperbolehkan membawa buah tangan yang diberikan oleh para peserta pameran

sehingga mampu menarik pengunjung pameran untuk datang.

Kunjungan Bapak Presiden RI dan rombongan ke ruangan Pameran pada pelaksanaan pameran hari

kedua untuk mengunjungi beberapa stand pameran.

Gambar 3. Pameran Perencanaan Pembangunan Nasional 2013

7. Paska Musrenbangnas – Finalisasi RKP 2014 dan Penetapan Pagu Definitif

Penyempurnaan draf rancangan akhir (rancangan interim) RKP 2014 dilakukan setelah Musrenbangnas

pada Bulan Mei 2013, yang juga menjadi bahan untuk penentuan pagu anggaran 2014. Rancangan akhir

RKP 2014 selanjutnya dibawa dalam pembahasan sidang kabinet dan setelah disempurnakan, kemudian

ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun

2014. Selanjutnya proses penetapan Pagu Definitif dilakukan melalui serangkaian pembahasan antara

Pemerintah dengan DPR. Setelah ada kesepakatan, diterbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 37 Tahun 2012 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2014.

Dalam proses finalisasi RKP 2014, terjadi perubahan dari pagu indikatif untuk DJPR PU sebesar Rp.

997.047,8, menjadi pagu alokasi anggaran Rp. 1.200.000,0. Matriks rangkuman perubahan pagu

anggaran pada tiap tahap, dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel1. Perkembangan Pagu DJPR PU Tahun 2014 (dalam juta)

Pagu Indikatif2014 Pagu Anggaran 2014 Alokasi Anggaran2014

997.047,8 997.047,8 1.200.000,0

Sumber: Laporan Koordinasi RKP 2013

Sementara itu, untuk BPN terjadi perubahan dari pagu indikatif sebesar Rp. 4.142.926,5, menjadipagu

alokasi anggaran Rp. 4.321.890,9. Matriks rangkuman perubahan pagu anggaran pada tiap tahap, dapat

dilihat pada tabel 2 dibawah ini.

Page 17: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 17

Tabel 2. Perkembangan Pagu BPN Tahun 2014 (dalam juta)

Pagu Indikatif2014 Pagu Anggaran2014 Alokasi Anggaran2014

4.142.926,5 4.142.926,5 4.321.890,9

Sumber: Laporan Koordinasi RKP 2013

8. FGD Pemetaan Indikasi Program dalam RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan dengan RPJMN 2010-

2014

Pelaksanaan FGD pada tanggal 31 Oktober 2013 bertempat di Hotel Morrissey Jakarta, yang bertujuan

untuk menjaring informasi pemetaan yang telah dilakukan oleh mitra kerja K/L di Bappenas untuk

indikasi program dalam RTRWN dan RTR Pulau/Kepulauan dengan RPJMN 2010-2014.

Beberapa hasil yang diperoleh dari hasil FGD, adalah:

RTRWN, terutama RTR Pulau/kepulauan tidak cukup dikenal di kalangan Bappenas, baik secara peran

maupun substansi.

RTRWN, terutama RTR Pulau/Kepulauan belum dijadikan acuan dalam penyusunan program di

K/L.Salahsatu penyebabnya adalah adanya MP3EI, serta indikasi program masih bersifat umum dan

tidak terukur sehingga membingungkan.

Pembangunan cenderung dilaksanakan berdasarkan potensi atau kondisi eksisting yang ada, bukan

dikarenakan arahan tata ruang.

Bappenas sebagai mitra K/L belum mampu mempengaruhi K/L sebagai regulator dalam pengambilan

keputusan.

Keterlibatan swasta dalam perubahan rencana struktur ruang (dalam hal ini pelabuhan) cukup

memberikan pengaruh yang besar.

Terjadinya tumpah tindih peraturan mengenai rencana pembangunan, terutama dalam hal lokasi

dan tingkat kewenangan, menjadi salah satu masalah dalam tidak terimplementasinya RTRWN,

sehingga terjadi pula perbedaan nomenklatur.

Beberapa hal yang menghambat implementasi program, antara lain: 1) lahan dan sosial; 2) kurang

mantapnya perencanaan karena tidak mengidentifikasi hambatan yang akan muncul; 3) target 5

tahun RPJMN dianggap terlalu tinggi sehingga diusulkan adanya fokus/prioritas dalam RPJMN.

Instrumen dalam RPJMN dianggap tidak jelas.

Penyusunan RKP tidak matang (musrenbang).

Beberapa program-program dari pusat disamaratakan, tidak memperhatikan kebutuhan/usulan

daerah.

Program yang dananya berasal dari APBN dan APBD tidak jelas.

Beberapa rekomendasi yang diperoleh dari hasil FGD antara lain:

Forum trilateral meeting dapat dijadikan momen untuk penguatan peran RTRWN dan RTR

Pulau/Kepulauan.

Penyamaan nomenklatur di bidang tata ruang.

Perlu diadakan pertemuan bersama internal Bappenas yang membahas capaian per tahun untuk

dilakukan evaluasi.

Page 18: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 18

Gambar4.Kegiatan FGD Pemetaan Indikasi Program dalam RTRWN dan

RTR Pulau/Kepulauan dengan RPJMN 2010-2014

9. Pemantauan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Pelaksanaan kegiatan pemantauan pada tanggal 11 – 14 November 2013.Kegiatan yang dipantau adalah

kegiatan prioritas berupa Prioritas Nasional untuk Bidang Tata Ruang, yaitu kegiatan Pembinaan

Pelaksanaan Penataan Ruang Daerah yang dilaksanakan oleh Ditjen Penataan Ruang, Kementerian

Pekerjaan Umum. Kegiatan ini adalah kegiatan dekonsentrasi dengan sasaran sinkronisasi rencana tata

ruang dengan rencana pembangunan dan antarrencana tata ruang. Sedangkan untuk bidang

pertanahan, yang dipantau adalah kegiatan prioritas nasional yang termasuk dalam program

pengelolaan pertanahan nasional. Pelaksanaan wawancara dan survei lapangan kegiatan pemantauan

Bidang Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan di dua provinsi yaitu: Sulawesi Utara dan Papua Barat.

a. Pemantauan Bidang Tata Ruang

Provinsi Sulawesi Utara

Beberapa isu bidang tata ruang yang teridentifikasi di Provinsi Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:

o Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Utara telah dibahas di forum

BKPRN pada tanggal 12 Mei 2011, telah mendapat surat persetujuan substansi Menteri PU

No.HK.01 03/Mn/212pada tanggal 12 Mei 2011 dan telah dievaluasi di Kementerian Dalam Negeri

pada tanggal 19 November 2013.

o Dari aspek kehutanan, dalam aspek perubahan peruntukan dan perubahan fungsi kawasan hutan,

telah diterbitkan SK Menteri Kehutanan untuk kawasan hutan non-DPCLS (Daerah Penting,

Cakupan Luas dan Strategis). Namun masih terdapat juga kawasan hutan DPCLS, dimana kondisi

eksisting sudah berupa pemukiman. Salah satu kawasan permukiman yang masih termasuk

kawasan hutan dan berstatus Holding Zoneadalah di Desa Pinilih, Kecamatan Dimembe,

Kabupaten Minahasa Utara. Berdasarkan kunjungan lapangan, diperoleh informasi bahwa di desa

tersebut sudah menjadi permukiman secara turun-temurun dari tahun 1928.

o Daerah mengharapkan agar proses pembahasan rencana rinci tata ruang tidak serumit RTRW.

Daerah mengharapkan agar apabila memungkinkan diberi bantuan insentif dari pusat.

o Terkait dengan kelembagaan, masih ada permasalahan dalam hal koordinasi dalam penataan

ruang, mengingat saat ini kelembagaan yang memiliki tupoksi bidang tata ruang hanya setingkat

bidang (eselon 3) di Dinas PU, sehingga belum memiliki posisi yang cukup kuat. Selain itu

diusulkan agar Sekretaris Daerah Provinsi sebagai Ketua Badan Koordinasi Penataan Ruang

Page 19: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 19

Daerah (BKPRD) harus diperkuat dengan pemahaman bidang tata ruang yang dimilikinya, karena

saat ini banyak juga Sekda yang kurang paham tata ruang.

o Terkait dengan Penyidik Pegawai Negeri (PPNS) bidang tata ruang, Jumlah PPNS masih terbatas di

tingkat provinsi maupun kab/kota.

o Daerah perlu dukungan untuk sinkronisasi RPJPD, RPJMD, RTRW, karena akan terdapat

penyusunan RPJMD tahap 3 (tahun 2015-2019).

Sementara itu, untuk kegiatan dekonsentrasidititikberatkan pada proses percepatan penyusunan

dokumen penataan ruang seperti RTRW dan RDTR, dan pembuatan RTH. Selain itu juga Provinsi

Sulawesi Utara masih membutuhkannya untukmembangun kapasitas kelembagaan di daerah,

memperkuat sinergi pusat-daerah dan meningkatkan kapasitas SDM maupun database bidang tata

ruang.

Provinsi Papua Barat

Hasil wawancara dengan Bappeda Provinsi Papua Barat dan Dinas PU Provinsi Papua Barat terkait

Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah sebagai berikut:

o RTRW Provinsi Papua Barat telah ditetapkan melalui Perda Nomor 2 Tahun 2013. Penyelesaian

masalah kawasan hutan yang menjadi kendala penyelesaian RTRW Provinsi ini, diselesaikan

melalui mekanisme Holding Zone (HZ). Untuk RTRW Kabupaten/kota yang telah diperdakan

sebelum adanya keputusan HZ,akan dilakukan penyesuaian berdasarkan hasil HZ melalui peraturan

gubernur (Pergub).

o Terkait kegiatan BKPRD yang telah dilakukan, Bappeda Prov. Papua Barat melalui Gubernur ingin

melaporkan kepada BKPRN secara berkala (semester/tahunan). Untuk itu, diharapkan BKPRN

menyusun format laporan dan mensosialisasikannya kepada BKPRD.

o Pada tahun 2013, Provinsi Papua Barat tidak memiliki PPNS. Hal ini dikarenakan, satu-satunya

PPNS yang ada, dipindahkan keluar kota.

o Provinsi Papua Barat belum memiliki kegiatan sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana

pembangunan. Untuk itu, diusulkan oleh Bappeda Provinsi, perlu dilakukan Bimbingan Teknis

(Bintek) dan sosialisai terkait sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan.

o Prioritas penyusunan RDTR untuk Kawasan Strategis Nasional (KSN) di provinsi Papua Barat tahun

2013 meliputi KSN kawasan perbatasan dan KSN Konservasi Keanekaragaman Hayati Raja Ampat.

b. Pemantauan Bidang Pertanahan

Provinsi Sulawesi Utara

Beberapa isu bidang pertanahan yang diperoleh dari kunjungan kegiatan pemantauan pelaksanaan

RKP 2013 di Kanwil BPN Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut:

o Untuk mendukung pembangunan wilayah, BPN Kanwil telah memiliki neraca penatagunaan tanah.

Neraca ini pada dasarnya dapat digunakan sebagai salah satu instrumen pengendali penataan

ruang.

o Belum sinkronnya data luas kawasan pertanian di Provinsi Sulawesi Utara oleh 3 instansi (Dinas

Pertanian, Dinas PU, dan BPN Kanwil) terkait dengan isu ketahanan pangan daerah. Data Dinas

Pertanian selalu menunjukkan luas wilayah pertanian yang lebih besar, karena dihitung

berdasarkan masa tanam. Adapun data Dinas PU selalu mempertimbangkan wilayah pertanian

berdasarkan fungsinya, termasuk didalamnya sarana prasarana irigasi. Sedangkan data BPN

Page 20: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 20

mengacu pada neraca penatagunaan tanah. Saat ini 3 instansi tersebut telah melakukan beberapa

pertemuan untuk memperoleh data akhir, sehingga selanjutnya BPN dapat melakukan

pengendalian pada kawasan pertanian–LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) yang telah

ditetapkan oleh Dinas Pertanian, melalui instrumen penerbitan sertipikat dengan fungsi tetap

LP2B.

o Terdapat sengketa tanah ulayat yang berkepanjangan di Pulau Lembeh (Kecamatan Lembeh Utara

dan Lembeh Selatan). Pada tahun 1984, Mendagri pernah mengeluarkan SK bahwa dari total 5.400

ha luas wilayah pulau Lembeh, 300 ha diantaranya merupakan merupakan tanah ulayat. Hanya

yang kemudian menjadi masalah penetapan 300 hektar tanah ulayat ini sama sekali tidak didukung

dengan keterangan batas-batas tanahnya, sehingga menjadikannya tidak jelas dan simpang siur.

Bahkan BPN pun ternyata pernah mengeluarkan SK Redistribusi pada wilayah tersebut. Di sisi lain

sebelumnya sudah terdapat beberapa rencana pembangunan berskala nasional di Pulau Lembeh,

seperti rencana pengembangan pelabuhan petikemas internasional. Sehingga untuk

mengantisipasi hal yang lebih buruk, pada tahun 2005 Kepala Kanwil BPN memutuskan untuk

menghentikan segala bentuk pelayanan pertanahan di Pulau Lembeh. Terakhir pada awal

November 2013, Kepala BPN melakukan kunjungan khusus ke Kota Bitung untuk meninjau serta

menginstruksikan penyelesaian sengketa pertanahan di Pulau Lembeh tersebut.

Provinsi Papua Barat

Beberapa isu bidang pertanahan yang diperoleh dari kunjungan kegiatan pemantauan pelaksanaan

RKP 2013 di Kanwil BPN Provinsi Papua Barat sebagai berikut:

o Pemetaan Tanah Adat/Ulayat

- Perlu sosialisasi Peraturan Menteri Agraria No. 5/1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah

Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan mendorong Pemda agar melakukan penelitian terkait

keberadaan tanah adat/ulayat di daerah tersebut.Selain itu perlu sosialisasi mengenai

pentingnya pemetaan tanah adat/ulayat kepada masyarakat hukum adat.

- Provinsi Papua Barat belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) khusus yang mengatur

mengenai pengelolaan tanah ulayat/adat di daerah tersebut. Berdasarkan amanat dari

Peraturan Menteri Agraria No. 5 tahun 1999 tentang Tata Cara Penyelesaian Tanah Adat/Ulayat

mengamanatkan agar pemda menetapkan peraturan daerah mengenai pengaturan tanah

adat/ulayat. Pengaturan tersebut diperlukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan

tanah adat/ulayat di setiap provinsi.

o Perlu dilakukan penataan batas tanah adat/ulayat yang melibatkan ketua adat di daerah tersebut

kemudian dituangkan dalam peta tanah adat/ulayat.

o Penanganan Kasus Pertanahan

- Kasus pertanahan yang sering muncul di Papua Barat terkait dengan pengelolaan tanah

adat/ulayat selama ini dibawa ke peradilan umum. Namun secara hukum peradilan umum tidak

berwenang menangani kasus adat.

o Pemetaan Kawasan hutan dan non hutan

- Perlu mendorong agar dilakukan pemetaan kawasan hutan dan non hutan, karena di lapangan

batas kawasan hutan tidak diketahui dengan jelas sehingga menyulitkan penerbitan sertifikat

tanah.

Page 21: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 21

10. FGD Kajian Background Study RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Pelaksanaan kegiatan FGD pada tanggal 28 November 2013 bertempat di Hotel Cemara Jakarta, yang

bertujuan menyampaikan hasil kajian Background Study RPJMN 2015-2019 Bidang Tata Ruang dan

Pertanahan kepada unit kerja di Bappenas.

Pada FGD tersebut, telah berhasil disosialisasikan Background Study RPJMN 2015 – 2019 Bidang Tata

Ruang dan Pertanahan dan terjaring masukan dan tanggapan terhadap Background Study RPJMN 2015-

2019 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Beberapa hal penting yang didiskusikan dalam rapat antara

lain, sebagai berikut:

Perlu dikaji secara mendalam apakah regulasi bidang tata ruang dan pertanahan sudah disusun

semua dan bagaimana keterkaitan antarregulasi tersebut. Selain itu perlu dipastikan peraturan

perundangan yang disusun tidak saling ‘bertabrakan’;

Peran dan fungsi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah perlu diperkuat untuk mengatasi

permasalahan pemanfaatan ruang di daerah. Selain itu, perlu peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) perlu dirumuskan dengan lebih seksama;

Penyusunan RTRW perlu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat miskin dan anggota

masyarakat rentan seperti anak dan lansia;

Komunikasi lintas sektor perlu dibuka untuk kegiatan lintas sektor seperti redistribusi tanah dan

access reform;

Perlu dilakukan kajian komprehensif untuk perubahan sistem publikasi menjadi sistem publikasi

positif;

Pembentukan pengadilan khusus pertanahan lebih baik menjadi bagian dari peradilan umum

namun sistemnya dibuat bagian khusus atau ‘kamar khusus’ yang hanya diperuntukan mengadili

kasus pertanahan. Implikasinya perlu meningkatkan kemampuan penegak hukum termasuk polisi,

jaksa dan hakim dalam Bidang Pertanahan.

Percepatan penyediaan peta pertanahan secara digital dengan sistem koordinat yang pasti untuk

menyediakan sistem informasi pertanahan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi konflik

pertanahan di dalam kawasan non-hutan maupun antara kawasan hutan dan non-hutan.

Gambar 5. Kegiatan FGD Kajian Background Study RPJMN 2015-2019

Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Page 22: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 22

B. Kegiatan Pendukung

1. Rapat Koordinasi Konsolidasi Awal Koordinasi Reforma Agraria

Pelaksanaan Rakor Konsolidasi Awal Koordinasi Reforma Agraria diselenggarakan pada tanggal27 Maret

2013 bertempat di Ruang SG-5 Bappenas, yangbertujuan untuk mensosialisasikan Kegiatan Koordinasi

Strategis Reforma Agraria Nasional sebagaimana telah ditetapkannya Surat Keputusan Menteri

PPN/Bappenas Nomor Kep.55/M.PPN/HK/03/2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis

Reforma Agraria Nasional.

Beberapa hal penting yang disampaikan oleh Direktur Tata Ruang Pertanahan, antara lain adalah :

Latar belakang dari pembentukan Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional, antara lain: (i) maraknya

kasus pertanahan, terutama pada awal Tahun 2012; (ii) arahan Menteri PPN agar segera dilakukan

Rapid Assessment unbtuk menemukenali akar permasalahan dan antisipasi intervensi kebijakan yang

diperlukan; dan (iii) kebutuhan aktual berupa pelaksanaan Reforma Agraria baik dalam pengertian

Redistribusi Tanah maupun Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Pertanahan Nasional yang dalam

pelaksanaannya melibatkan kewenangan lain di luar wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN)

sehingga membutuhkan koordinasi strategis lintas kementerian lembaga (sektor).

Tujuan dari pembentukan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional adalah : (i)

melaksanakan pengkajian, perumusan dan pengembangan kebijakan pertanahan nasional yang

mendukung pelaksanaan reforma agraria; (ii) melaksanakan koordinasi penyusunan rencana,

program, dan kebijakan (RPK) terkait reforma agraria nasional serta pemantauan dan evaluasi atas

pelaksanaan RPK tersebut; dan (iii) melaksanakan diseminasi kebijakan pertanahan, membangun

konsensus, dan mendapatkan dukungan dari institusi dan pelaku terkait pelaksanaan reforma

agraria nasional.

Koordinasi strategis reforma agraria nasional diharapkan dapat menghasilkan: (i) kebijakan

penyempurnaan sistem pengelolaan pertanahan nasional; (ii) strategi, rencana, program, dan

kegiatan (roadmap) pelaksanaan reforma agraria untuk jangka waktu 2013 – 2019; dan (iii)

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan reforma agraria.

Ruang lingkup kegiatan koordinasi strategis reforma agraria nasional meliputi 3 komponen utama,

yaitu: (i) Redistribusi Tanah dan Access Reform; (ii)Identifikasi Cakupan Peta Dasar Pertanahan dan

Wilayah yang Bersertifikat; dan (iii) Penyempurnaan Sistem Pengelolaan Pertanahan Nasional.

Pada Tahun Anggaran 2013, kegiatan utama yang dilakukan terdiri dari : (i) penyusunan rencana

pencapaian target 80% cakupan tanah bersertipikat dan peta dasar pertanahan; (ii) penyusunan

rencana jangka menengah penyempurnaan sistem pengelolaan pertanahan; (iii) penyusunan TOR

pilot project registrasi wilayah hutan; dan (iv) penyusunan TOR studi pembentukan pengadilan

khusus pertanahan.

Beberapa hal penting yang disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, BPN,

antara lain adalah :

Pada tahun 2007, jumlah kasus yang tercatat di BPN meningkat hampir dua kali lipat dari tahun

sebelumnya yaitu mencapai 4.581 (BPN,2009). Sedangkan data terahir 2012 juga menunjukan

peningkatan yang significant yaitu tercatat sejumlah 8.307 kasus.

Reforma agraria yang selama ini dilaksanakan di BPN terdiri dari Asset Reform dan Access Reform.

Dalam implementasinya, pelaksanaan reforma agraria mengalami pasang surut karena stabilitas

politik dan ekonomi Indonesia.

Page 23: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 23

Tanah objek reforma agraria terdiri dari : (i) tanah negara bekas kawasan hutan yang dilepaskan oleh

Kementerian Kehutanan; (ii) tanah-tanah negara bekas HGU atau HGB/HP yang sudah berahir jangka

waktu berlakukanya hak atas tanah dan tidah diperpanjang lagi atau diperpanjang sebagian;

(iii)tanah-tanah bekas tanah hak (HGU atau HGB/HP yang diterlantarkan; dan (iv) tanah negara

Legalisasi asset dapat dilakukan melalui PRONA, UKM, Tanah Petani, Tanah Nelayan, Tanah

Transmigrasi, Tanah MBR-Menpera.

Sedangkan penyelenggaraan access reform merupakan kegiatan pemberdayaan guna meningkatkan

pemanfaatan tanah dengan sumber pendanaan yang dapat berasal dari APBD/APBN, CSR, dan kredit

perbankan.

Kegiatan reforma agraria menurut BPN lebih baik dikonsentrasikan terhadap Access Reform sebagai

bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, pelaksanaan refoma agraria dalam

kaitannya dengan access reform, perlu pelibatan dari BI sebagai lembaga keuangan.

Gambar 6.Rapat Koordinasi Konsolidasi Awal Koordinasi Reforma Agraria

2. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKPRD Tahun 2013

Rakornas Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Tahun 2013 dilaksanakan pada tanggal 10-

12 April 2013 di Padang, Sumatera Barat, dengan mengangkat tema “Optimalisasi Peran dan Fungsi

BKPRD dalam rangka Mewujudkan Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah yang Berkualitas”.Tujuan

Rakornas ini adalah melakukan pembinaan dan pengawasan kelembagaan penataan ruang yang

mandiri, dinamis, dan progresif dalam rangka penguatan kelembagaan penataan ruang daerah yang

berkelanjutan.

Sementara itu, sasaran yang ingin dicapai adalah terumuskannya isu-isu strategis kelembagaan

penataan ruang daerah sebagai masukan bagi penyelenggaraan penataan ruang daerah yang

berkualitas, diantaranya:

Mekanisme dan tata kerja BKPRD

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) bidang penataan ruang, dan

Penguatan peran dan fungsi BKPRD sebagai wadah koordinasi penataan ruang daerah dan dalam

pengendalian pemanfaatan ruang daerah.

Hasil Rakornas BKPRD ini akan menjadi salah satu input bahan bagi Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

BKPRN Tahun 2013.

Page 24: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 24

Gambar 7. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKPRD Tahun 2013

3. Konsinyering Pembahasan White PaperKebijakan Pertanahan

Pelaksanaan konsinyering pembahasan White PaperKebijakan Pertanahan ini diselenggarakan pada

tanggal 21 Mei 2013 bertempat di Hotel Morrissey Jakarta.

Hal-hal yang disampaikan dalam pembukaan konsinyering Direktorat Tata Ruang Pertanahan, Bappenas

adalah mengenai penyusunan white paper dilakukan oleh staf sub direktorat pertanahan, dibantu oleh

staf pengajar STPN Yogyakarta dan BPN yang memiliki keahlian dan kompetensi dalam bidang

pertanahan. Namun dalam perjalannya penyusunan white paper diselesaikan secara sepihak oleh staf

sub direktorat pertanahan karena waktu yang semakin terbatas dan keterbatasan waktu staf pengajar

STPN Yogyakarta.

Latar belakang penyusunan white paper ini adalah: banyaknya kasus-kasus pertanahan yang terjadi saat

ini. Akar permasalahan kasus pertanahan adalah: (i) normatif, terkait dengan kesejahteraan dan

kepastian hukum hak atas tanah; (ii) teknis pengelolaan pertanahan nasional (sistem pendaftaran tanah

stelsel negatif, belum adanya bank tanah dan pengadilan tanah); (iii) perbedaan cara pandang hukum

pertanahan yang ada di masyarakat.

Usulan kebijakan yang perlu diambil dalam upaya perbaikan pengelolaan pertanahan nasional antara

lain adalah: (i) kebijakan sistem pendaftaran tanah; (ii) kebijakan pencadangan dan pembentukan bank

tanah; (iii) penyelesaian kasus pertanahan dan pembentukan pengadilan tanah; (iv) redistribusi tanah

dan kebijakan access reform; dan (v) sumber daya manusia di bidang pertanahan.

Gambar 8. Konsinyering Pembahasan White Paper Kebijakan Pertanahan

Page 25: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 25

4. Rapat Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker I)

Pelaksanaan Raker Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional ini diselenggarakan pada tanggal 11 Juni

2013 bertempat di Ruang SS-4 Bappenas, yang bertujuan untuk melakukan finalisasi terhadap draft

Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun Anggaran 2013.

Rapat kerja ini merupakan kick-off pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional

Tahun 2013 dan memiliki tujuan untuk menyepakati rencana kerja Tim Koordinasi Strategis RAN Tahun

2013.

Beberapa hal penting yang mengemuka, yaitu:

Perbaikan sistem pengelolaan pertanahan nasional memerlukan koordinasi lintas sektor, dengan

memperhatikan tupoksi Bappenas yang mengemban fungsi koordinasi maka pada tahun 2013

dibentuk Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional melalui Surat Keputusan Menteri

PPN/Bappenas Nomor Kep.55/M.PPN/HK/03/2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis

Reforma Agraria Nasional.

Terdapat 4 kegiatan prioritas nasional di BPN berdasarkan review RPJMN dan RKP yaitu kegiatan

redistribusi tanah, kegiatan inventarisasi penguasaan, pemilikan, pemanfaatan, dan penggunaan

tanah (P4T), kegiatan penyusunan peta pertanahan, dan kegiatan legalisasi aset tanah. Dari empat

indikator kegiatan strategis tersebut, dua diantaranya perlu perhatian khusus karena Trend

Pencapaian RKP di bawah Trend Pencapaian RPJMN, yaitu Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset

(Sertipikasi).

Tim Koordinasi RAN diharapkan dapat memberikan masukan dan menyusun rumusan kebijakan yang

diperlukan dalam pelaksanaan reforma agraria nasional.

Perlu ada intervensi kebijakan pengelolaan pertanahan nasional, yaitu: (i) perubahan sistem

pendaftaran tanah; (ii) kebijakan redistribusi tanah dan access reform; (iii) pembentukan pengadilan

khusus pertanahan; (iv) pembentukan bank tanah; dan (v) kebijakan perbaikan proposi SDM bidang

pertanahan.

Pokok-pokok rencana kerja tahun anggaran 2013 terdiri dari: (i) identifikasi cakupan wilayah nasional

yang sudah di petakan serta perlu dilakukan register dan publikasi wilayah hutan sehingga dapat

mengurangi konflik pertanahan di buffer zone; (ii) penyusunan buku pedoman dalam pelaksanaan

kegiatan redistribusi tanah dan access reform, selain itu diperlukan pula pemetaan lokasi wilayah

yang sudah diredistribusi, sehingga dapat melakukan kerjasama dengan K/L terkait dalam

pelaksanaan access reform seperti misalnya pada Kementerian Pertanian untuk kegiatan pupuk

gratis; (iii) pembentukan pengadilan khusus pertanahan. Saat ini kasus pertanahan dapat masuk

kedalam tiga pengadilan yang berbeda dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda pula

sehingga hal tersebut tidak menjamin kepastian hukum; (iv) pembentukan bank tanah. Kegiatan

yang akan dilakukan di tahun ini yaitu mengidentifikasikan model bank tanah di negara lain, untuk

selanjutnya dibentuk kesepahaman mengenai model yang sesuai dengan kondisi Indonesia; (v)

kebijakan SDM bidang pertanahan. Kegiatan yang dilakukan di tahun ini yaitu menentukan

kebutuhan ideal terutama juru ukur dan bagaimana cara penyediaannya misalnya melalui pihak

swasta.

Selain pokok rencana kerja, terdapat juga kegiatan tim yang melibatkan koordinasi lintas sektor dan

daerah, meliputi: (i) pengelolaan tanah ulayat Papua (termasuk identifikasi dan penetapan suku-

suku); (ii) sertipikasi tanah transmigrasi yang memiliki masalah besar (proses sertipikasi dapat

Page 26: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 26

dipercepat untuk tanah program transmigrasi sebelum tahun 1998); (iii) program Agraria Daerah

(PRODA) di Kaltim, kemungkinan disebabkan oleh miss komunikasi antara BPN dengan pemda

karena sebenarnya telah ada alokasi dari pemda namun tidak ditanggapi oleh BPN.

Gambar 9. Rapat Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker I)

5. Rapat Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker II)

Pelaksanaan Raker Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional ini diselenggarakan pada tanggal 26 Juni

2013 bertempat di Ruang Rapat 203 Gedung Madiun Bappenas, yang bertujuan untuk mengidentifikasi

pilihan-pilihan bentuk kerjasama yang mungkin dilakukan untuk dapat menjalankan kembali maupun

merumuskan model baku kegiatan Access Reform, serta mempersiapkan rapat kerja Tim Koordinasi

Strategis RAN di Provinsi Kalimantan Timur terkait dengan PRODA diantaranya : (i) mengidentifikasi

stakeholder yang terlibat; (ii) mengidentifikasi pokok pembahasan rapat kerja; dan (iii) mengidentifikasi

bentuk kesepahaman yang diharapkan. Rapat ini dihadiri oleh perwakilan Eselon 3 Direktorat Pemetaan

Dasar BPN, Perwakilan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, perwakilan Kementerian

Kehutanan, dan staf di lingkungan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.

Beberapa hal penting yang mengemuka, yaitu:

Koordinasi PRODA dilatarbelakangi beberapa hal sebagai berikut :

o Data BPN menunjukkan bahwa jumlah total bidang tanah di Indonesia yang telah bersertipikat

hingga tahun 2012, mencapai 42.754.257 bidang tanah atau sekitar 49,23% dari total 86.845.839

bidang tanah non hutan di Indonesia.

o Keterbatasan alokasi anggaran APBN untuk BPN dalam melaksanakan sertipikasi tanah sehingga

jumlah target sertipikasi setiap tahunnya masih terbatas, untuk itu inisiatif kegiatan sertipikasi

PRODA yang dilakukan Pemerintah Daerah harus didukung.

o Pada kegiatan Musrenbang 2013 terdapat informasi dari Bappeda Provinsi Kalimantan Timur,

bahwa kegiatan PRODA Provinsi Kalimantan Timur terhenti karena terkendala beberapa

permasalahan diantaranya tidak adanya koordinasi antara pemerintah Provinsi Kalimantan Timur

dengan BPN setempat dan belum adanya pihak yang memediasi pelaksanaan PRODA sehingga

menghambat target pencapaian dan output PRODA.

Sementara itu kegiatan Koordinasi Access Reform dilatarbelakangi beberapa hal sebagai berikut :

o Terdapat kemungkinan pengalihan hak atas tanah yang telah diredistribusikan kepada pihak lain

karena masyarakat miskin penerima tanah tidak memiliki akses sumberdaya yang cukup untuk

mengolah dan memanfaatkan tanah tersebut.

Page 27: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 27

o Kegiatan pemberian bantuan kepada masyarakat teridentifikasi masih dilakukan secara tersebar,

sporadis, dan berdasarkan inisiatif masing-masing pihak pelaksana.

o Telah dibentuk Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional (RAN) melalui Kepmen PPN/Kepala

Bappenas No. KEP.55/M.PPN/HK/03/2013. Salah satu rencana kerja pada tahun 2013 dalam tim

koordinasi tersebut adalah terkait dengan koordinasi kegiatan Redistribusi Tanah oleh BPN

dengan kegiatan pemberian bantuan kepada masyarakat oleh Pemda maupun Kementerian

Lembaga (K/L).

o Kegiatan koordinasi dapat menjadi masukan bagi pelaksanaan Rencana Kebijakan Redistribusi dan

Access Reform.

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan Access Reform adalah : (i) pelaksanaan kegiatan

pemberian bantuan sudah tidak intensif lagi dilakukan oleh beberapa pihak yang telah teridentifikasi

seperti Pemda Provinsi Jawa Tengah, Pemda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan K/L; dan (ii)

belum terdapat konsep model Access Reform, sehingga belum dapat diarahkan sebagai pelengkap

Asset Reform (sertipikat tanah yang diberikan dalam kegiatan redistribusi tanah).

Koordinasi Access Reform dilakukan untuk mengidentifikasi pilihan-pilihan bentuk kerjasama yang

mungkin dilakukan untuk dapat menjalankan kembali maupun merumuskan konsep model

pemberian bantuan pada masyarakat (Access Reform) dan teridentifikasi mekanisme perumusan

konsep model Access Reform.

Rapat koordinasi terkait kegiatan PRODA akan dilakukan tim koordinasi strategis Reforma Agraria

Nasional di Kalimantan Timur pada tanggal 11 Juli 2013. Sementara itu pelaksanaan rapat koordinasi

terkait access reform direncanakan antara 22-27 Juli 2013 bertempat di Bappenas dengan

mengundang beberapa Kementerian/Lembaga yang memiliki program/ kegiatan yang terkait

pelaksanaan access reform pada lokasi yang telah ditentukan (Provinsi Bangka Belitung dan Jawa

Tengah). Dalam rapat koordinasi terkait dengan access reform di atas akan dilakukan pemaparan dari

BPN mengenai kriteria clean and clear subyek dan obyek kegiatan redistribusi tanah dan access

reform. Selain itu akan diidentifikasi program/kegiatan masing-masing K/L yang terkait dengan

redistribusi tanah (Kementan, KKP, Kemenpera, Kemenkop UKM, Kemenakertrans, Kemenhut).

6. Rapat Koordinasi Program Reforma Agraria Daerah (Provinsi Kalimantan Timur)

Pelaksanaan Koordinasi Program Reforma Agraria Daerah diselenggarakan pada tanggal 11 Juli 2013

dan Jumat, 19 Juli 2013 bertempat di Provinsi Kalimantan Timur, yang bertujuan untuk

mengidentifikasikan permasalahan dalam pelaksanaan PRODA Provinsi Kalimantan Timur; dan

menyepakati upaya tindak lanjut pelaksanaan PRODA Kalimantan Timur. Rapat dihadiri oleh Direktorat

Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/Bappenas, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar

Negeri, Badan Pertanahan Nasional (Pusat), Bappeda Provinsi Kalimantan Timur, Kantor Wilayah BPN

Kalimantan Timur, Bappeda Kabupaten/Kota terdekat (Provinsi Kalimantan Timur), Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan Wilayah Kalimantan Timur, Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota terdekat

(Provinsi Kalimantan Timur).

Beberapa hal penting yang mengemuka, adalah:

Secara nasional berdasarkan data BPN, pada tahun 2012 jumlah bidang tanah yang bersertipikat

mencapai 42.754.257 bidang atau mencapai 49,23% dari total keseluruhan. Salah satu program

pemerintah untuk meningkatkan jumlah tanah bersertipikat adalah Program Agraria Nasional yang

dibiayai oleh APBN untuk mensertipikatkan tanah masyarakat yang tidak mampu. Keterbatasan

Page 28: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 28

APBN menyebabkan jumlah target sertipikasi melalui PRONA masih terbatas. PRODA merupakan

bantuan pemerintah daerah untuk masyarakat di wilayahnya yang telah memiliki lahan tetapi

belum memiliki sertipikat. Mengingat pentingnya kegiatan PRODA tersebut, maka program ini perlu

terkoordinasi dan didukung oleh semua pemangku kepentingan.

Program Agraria Daerah (PRODA) yang dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Timur merupakan

Sertipikasi Lahan Usaha Petani (SLUP) yang bertujuan untuk mengembangkan usaha pertanian.

Pelaksanaan SLUP telah dimulai sejak tahun 2011 yang dilaksanakan di 9 kabupaten, dan pada tahun

2012 SLUP dilaksanakan di 10 Kabupaten.

Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan Proda/SLUP tersebut, yaitu: (1) Perbedaan sistem

pembayaran pembiayaan antara pihak BPN dan Pemda cq Bappeda. Mekanisme sistem pembayaran

oleh BPN dibiayakan sebelum pelaksanaan sertifikasi dimulai, sedangkan mekanisme sistem

pembayaran oleh Pemda cq Bappeda dianggarkan setelah pelaksanaan selesai; 2) Keterbatasan

jumlah juru ukur di jajaran BPN (Kantor Pertanahan) bersinggungan dengan kebutuhan masyarakat

yang secara reguler datang sehingga target proda tidak dapat tercapai; 3) Terdapat permasalahan di

kabupaten terkait dengan lokasi Proda/SLUP di mana beberapa lahan yang setelah diukur oleh BPN

ternyata masih berstatus diatas HPL sehingga tidak dapat dilanjutkan prosesnya karena akan terjadi

tumpang-tindih hak atas tanah; (4) Adanya biaya retribusi SPT PBB yang belum diatur dalam perda;

(5) Tidak adanya MoU; dan (6) Minimnya kelengkapan surat-surat tanah dan data diri pemilik

sebelumnya.

Gambar 10. Rapat Koordinasi Program Reforma Agraria Daerah

(Provinsi Kalimantan Timur)

7. Konsinyering Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker III)

Pelaksanaan Konsinyering Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Rapat Kerja)

diselenggarakan pada tanggal 1-2 Agustus 2013 bertempat Arion Swiss-Bellhotel, Kemang, Jakarta, yang

bertujuan agar terciptanya kesepahaman konsep pelaksanaan access reform, untuk dapat menjadi

pelengkap kegiatan asset reform,menyusun status progress report dari pelaksanaan rencana kerja Tim

Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, serta pembahasan background study penyusunan

RPJMN Tahun 2015-2019 Bidang Pertanahan dan White Paper Bidang Pertanahan. Konsinyering ini

dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama

Luar Negeri BPN, jajaran Eselon 3 Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, perwakilan Sekolah

Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) Yogyakarta, serta Subdit Pertanahan Bappenas (Kasubdit dan Staf).

Page 29: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 29

Beberapa hal penting yang mengemuka, adalah:

Pelaksanaan Reforma Agraria didasari oleh : (i) Tap IX/MPR/2001; (ii) UU No. 5 Taun 1960 (UUPA);

dan (iii) PP 224/1961.

Adapun tujuan Reforma Agraria adalah sebagai berikut : (i) menata ulang ketimpangan struktur

penggunaan, pemanfaatan, penguasaan dan pemilikan tanah ke arah yang berkeadilan; (ii)

mengurangi kemiskinan; (iii) menciptakan lapangan kerja; (iv) mengurangi sengketa dan konflik

pertanahan; (v) memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi terutama tanah; (vi)

meningkatkan ketahanan pangan dan energi rumah tangga; dan (v) memperbaiki dan menjaga

kualitas lingkungan hidup.

Salah satu daerah yang telah menerima manfaat dari program Reforma Agraria yang dilakukan oleh

BPN adalah Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu Tahun 2006-2013.

Terkait dengan pelaksanaan koordinasi access reform, yakni Tim Koordinasi Strategis Reforma

Agraria Nasional berupaya melakukan koordinasi lintas K/L untuk kegiatan Access Reform melalui

pelaksanaan pilot project di beberapa lokasi seperti provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan provinsi

Jawa Tengah. Dasar pemilihan lokasi tersebut karena provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki

Program Satam Emas, sedangkan Provinsi Jawa Tengah dipilih karena pengalaman pelaksanaan

access reform sebelumnya.

Sementara itu terkait dengan status laporan kemajuan Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional,

beberapa hal penting yang disampaikan sebagai berikut :

o Target rencana kerja Tim Koordinasi Reforma Agraria tahun anggaran 2013 terdiri dari : (i)

rencana intervensi yang terdiri dari perubahan kebijakan pendaftaran tanah dari Stelsel Negatif

menjadi Stelsel Positif, kebijakan redistribusi tanah dan access reform, pembentukan pengadilan

khusus pertanahan, pembentukan bank tanah, dan kebijakan perbaikan proporsi sumber daya

manusia (SDM) bidang pertanahan; dan (ii) koordinasi lintas sektor dan daerah yang terdiri dari

program daerah agraria (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur dan sertipikasi tanah transmigrasi.

o Tim koordinasi dalam melaksanakan rencana kerja menemui beberapa tantangan, yang secara

garis besar meliputi : (i) Beberapa data berbasis SIG (data peta dasar pertanahan dan wilayah

bersertipikat) memiliki sistem koordinat yang berbeda sehingga belum autorectified; (ii) beberapa

data spasial berbasis SIG (data redistribusi) yang dibutuhkan masih berbentuk data tabulasi; dan

(iii) koordinasi pihak-pihak lainnya diluar tim koordinasi strategis RAN (KKP, Kementan, Kemen

KUKM, Kemenpera, dan Kemenakertrans) perlu ditingkatkan terutama untuk kegiatan terkait

access reform dan sertipikasi tanah lintas K/L.

Terkait dengan white paper kebijakan pengelolaan pertanahan nasional, beberapa hal penting yang

disampaikan sebagai berikut :

o Latar belakang penyusunan white paper ini adalah: banyaknya kasus-kasus pertanahan yang

terjadi saat ini. Akar permasalahan kasus pertanahan adalah: (i) normatif, terkait dengan

kesejahteraan dan kepastian hukum hak atas tanah; (ii) teknis pengelolaan pertanahan nasional

(sistem pendaftaran tanah stelsel negatif, belum adanya bank tanah dan pengadilan tanah); (iii)

perbedaan cara pandang hukum pertanahan yang ada di masyarakat.

o Berdasarkan identifikasi akar permasalahan tersebut dirumuskan tinjauan dan arahan

pengelolaan pertanahan nasional, yang terdiri dari : (i) kebijakan sistem pendaftaran tanah; (ii)

kebijakan pencadangan dan pembentukan bank tanah; (iii) penyelesaian kasus pertanahan dan

pembentukan pengadilan tanah; (iv) redistribusi tanah dan kebijakan access reform; dan (v)

sumber daya manusia bidang pertanahan.

Page 30: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 30

o Pelaksanaan rencana tindak yang diusulkan adalah dalam jangka waktu 12 tahun mengikuti waktu

masa berlakunya Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (RPJPN), namun

untuk mempermudah pembagian tahapan program dan kegiatan maka kemudia rencana kerja

dalam white paper dibagi menjadi 3 tahap kerangka waktu, yaitu jangka pendek (1-4 tahun),

menengah (5-8 tahun), dan jangka panjang (9-12 tahun).

Gambar 11. Konsinyering Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker III)

8. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria Nasional (Access Reform I)

Rapat Koordinasi Reforma Agraria Nasional dilaksanakan pada tanggal 2 September 2013 bertempat di

Ruang Subadra – Bidakara Hotel Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 71–73, Pancoran – Jakarta Selatan. Tujuan

dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah teridentifikasinya daftar program/kegiatan

Kementerian/Lembaga yang dapat mendukung pelaksanaan Reforma Agraria; serta teridentifikasinya

kesepakatan bentuk koordinasi Access Reform yang mungkin dilakukan untuk dapat melaksanakan

reforma agraria secara ideal. Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh pejabat Eselon I/Perwakilan

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta Badan

Pertanahan Nasional.

Beberapa hal penting yang mengemuka, yaitu:

Reforma Agraria merupakan salah satu upaya penataan sistem politik dan hukum pertanahan

berdasarkan pancasila, UUD 45, TAP IX/MPR/2011 dan UUPA, serta peraturan lainnya. Reforma

Agraria menjadi salah satu rencana BPN yang tercantum dalam RPJMN 2010-2014.

Reforma Agraria adalah restrukturisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan

sumber-sumber agraria, terutama tanah yang mampu menjamin keadilan dan keberlanjutan

peningkatan kesejahteraan rakyat (landreform).

Pelaksanaan reforma agraria/landreform yang sebenarnya telah mulai dilaksanakan pada tahun 1961

dengan dasar hukum Undang-undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960. Namun dalam

pelaksanaannya mengalami pasang surut.

Pelaksanaan reforma agraria semakin dibutuhkan dikarenakan pertumbuhan penduduk meningkat

cepat sedangkan luas tanah tidak mengalami pertambahan sehingga ketimpangan P4T menjadi

Page 31: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 31

semakin besar. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya konflik pertanahan yang melibatkan klaim

sepihak petani penggarap tak bertanah (landless).

Secara Ideal pelaksanaan reforma agraria memadukan konsep access reform dan asset reform,

dimana asset reform merupakan pemberian suatu bidang tanah kepada masyarakat (petani) melalui

redistribusi tanah atau pengukuhan hak melalui legalisasi aset (sertipikasi tanah), sementara access

reform merupakan penyediaan input yang dapat berupa modal pinjaman, bantuan pupuk, sarana

produksi pertanian, dan pemasaran (marketing)

Dalam melaksanakan reforma agraria BPN mengalami banyak permasalahan dikarenakan

kewenangan, sehingga perlu pelibatan Bappenas/Kemen PPN untuk kepentingan koordinasi dengan

K/L.

Perlu Dilakukan Upaya Koordinasi Penyesuaian Lokasi Kegiatan Legalisasi Aset BPN Dengan Kegiatan

Pemberdayaan Masyarakat Pada K/L dalam rangka pelaksanaan reforma agraria yang berkeadilan.

Reforma agraria perlu disosialisasikan lagi kepada publik sehingga masyarakat mengetahui dan

memahami pelaksanaan reforma agraria. Paska reformasi memang sangat sulit mengintrodusir

rencana pembangunan kepada publik sehingga masyarakat yang tidak mengetahui adanya rencana

jangka panjang pemerintah atau dikenal dengan RPJPN.

Tindak lanjut dari pertemuan kali ini Akan dilakukan Pertemuan Teknis yang direncanakan

dilaksanakan pada akhir September 2013 (tentative), dengan agenda pembahasan program dan

kegiatan K/L yang diberikan langsung kepada masyarakat (access) dan kegiatan redistribusi tanah

(asset).

Rencana Reforma Agraria dibagi menjadi 2 skenario, yaitu : (i) Access reform mengikuti asset reform,

dimana kegiatan access reform dilaksanakan sesudah tersedianya subjek dan objek asset reform; dan

(ii) asset reform mengikuti access reform, di mana kegiatan access reform dilaksanakan pada lokasi

yang akan sudah direncanakan pemberdayaan.

Pada tahun 2010-2014, BPN telah menginisiasi pelaksanaan access reform dan berhasil dilaksanakan

dengan sukses di beberapa tempat dengan bekerjasama dengan instansi lain baik pemerintah

maupun swasta.

Beberapa jenis tanah yang dapat dijadikan sebagai obyek reforma agraria adalah berasal dari

kawasan hutan maupun dari obyek landreform, tanah bekas tambang, tanah terlantar, tanah

absentee.

Fasilitasi Access Reform dilakukan melalui 5 kegiatan, yaitu : (i) pembentukan organisasi petani; (ii)

penyediaan infrastruktur dan teknologi pendukung; (iii) pembinaan dan pelatihan; (iv) penyediaan

permodalan; dan (v) jaringan pemasaran dan tata niaga.

Pelaksanaan sertipikasi tanah lintas sektor Kemenkop UKM dan BPN telah dilaksanakan sejak 2003,

namun dalam pelaksanaannya menemui beberapa kendala dan permasalahan, diantaranya: (i) sering

terjadi tumpang tindih antara sertipikat lintas sektor satu dan lintas sektor lainnya, hal ini

dikarenakan kriteria Kemenkop UKM menyasar usaha mikro yang juga mencakup kriteria

kementerian lain (petani, nelayan, dan lain-lain); (ii) hasil pelaksanaan sertipikasi tidak semuanya

layak untuk menjadi jaminan bank maupun lembaga keuangan lainnya karena nilai aset yang

diagunkan sangat kecil sehingga tidak dapat didanai oleh lembaga keuangan; dan (iii) tidak ada

alokasi anggaran untuk menginventarisasi pelaku UMKM.

Sehingga untuk menghadapi permasalahan tersebut diperlukan beberapa hal sebagai berikut: (i)

Perlu mengembangkan lembaga penjamin skala daerah sehingga lembaga keuangan dapat

menyalurkan kredit kepada UKM melalui lembaga penjamin tersebut; dan (ii) perlu pengadaan data

Page 32: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 32

base secara nasional untuk menginventarisasi pelaku UMKM, lokasi pelaku UMKM, dan hasil

sertipikasi sehingga perbankan dapat mengakses pelaku usaha tersebut.Kementerian Pertanian

sangat mendukung pelaksanaan Reforma Agraria, dan terkait dengan permasalahan pertanian

tersebut perlu kiranya untuk diidentifikasi lokasi sertipikasi tanah tahun 2012 dan 2013, sehingga

dilokasi tersebut kemudian dapat diidentifikasi tanaman yang sesuai dengan jenias tanah yang ada.

Pada pelaksanaan rapat selanjutnya perlu mengundang Direktorat Jenderal Pembangunan

Transmigrasi karena terkait dengan pelaksanaan reforma agraria.

Dalam pelaksanaan Reforma Agraria, BPN merupakan instansi yang berada di hulu yakni sebagai

pelaksana proses sertipikasi, untuk itu diharapkan K/L dapat menyediakan data-data lokasi program

sehingga dapat dipadukan dengan program BPN menjadi reforma agraria.

Sertipikasi untuk lahan pertanian dan hutan lindung tidak hanya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat tetapi juga mampu meningkatkan keperdulian masyarakat untuk menjaga ketersediaan

kawasan tersebut.

Contoh pelaksanaan reforma agraria adalah di Kepulauan Seribu sebagai salah satu daerah tujuan

turis backpacker. BPN melaksanakan sertipikasi di tanah rumah-rumah penduduk sehingga dapat

mengakses pinjaman kepada lembaga keuangan untuk membeli perabotan dan pemberdayaan

masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat menyediakan tempat penginapan bagi turis

dengan tempat tidur yang bagus dan bersih sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Sementara itu di Jawa Tengah, petani bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk memberikan akses

permodalan dalam mengembangkan tanaman obat-obatan. Pelaksanaan Reforma Agraria di Kendal

memanfaatkan Mou dengan pihak terkait untuk membangun home industry.

Mengingat pentingnya pelaksanaan reforma agraria, maka dalam Tim Koordinasi Strategis Reforma

Agraria Nasional perlu ditambahkan pihak-pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan reforma

agraria, hal ini bertujuan untuk memperlancar koordinasi lintas sektor.

Gambar 12. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria Nasional (Access Reform I)

9. Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Access Reform dan Sertipikasi Kawasan Hutan (Provinsi

Bangka Belitung)

Rapat Koordinasi dilaksanakan padatanggal 19 September 2013 bertempat di Kantor Bappeda Provinsi

Bangka Belitung dan Kantor Wilayah BPN Provinsi Bangka Belitung, yang bertujuan untuk meminta

konfirmasi tentang komitmen dan kesiapan Pemda Bangka-Belitung untuk menjadi lokasi pilot kegiatan

Access Reform dan Asset Reform, serta meminta konfirmasi mengenai kawasan hutan yang dapat

Page 33: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 33

dijadikan sebagai salah satu lokasi rencana pilot kegiatan sertipikasi kawasan hutan.Rapat koordinasi

tersebut dihadiri oleh Kepala Bappeda, Sekretaris Bappeda beserta staf serta Kepala Bagian Pemantauan

dan Evaluasi Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri–BPN, para Kepala Bidang Kanwil BPN serta

staf.

Beberapa hal penting yang mengemuka adalah:

Bappeda menyambut baik dan dan mendukung rencana pelaksanaan pilot project Reforma Agraria di

Provinsi Bangka Belitung;

Perubahan sistem pendaftaran tanah menjadi stelsel positif perlu dilakukan agar kepastian hukum

hak atas tanah lebih terjamin. Bappenas mencoba membantu BPN dalam upaya tersebut, salah

satunya melalui kegiatan pilot project sertipikasi kawasan hutan. Sekilas kegiatan sertipikasi kawasan

hutan selama ini dideskripsikan sebagai suatu hal yang sulit dilakukan. Akan tetapi kegiatan yang

diprakarsai oleh Sekretariat Reforma Agraria Nasional ini adalah suatu hal lain yang berbeda.

Sehingga menjadi mungkin untuk dilakukan.

Secara Ideal pelaksanaan reforma agraria memadukan konsep access reform dan asset reform,

dimana asset reform merupakan pemberian suatu bidang tanah kepada masyarakat (petani) melalui

redistribusi tanah atau pengukuhan hak melalui legalisasi aset (sertipikasi tanah), sementara access

reform merupakan penyediaan input yang dapat berupa modal pinjaman, bantuan pupuk, sarana

produksi pertanian, dan pemasaran (marketing).

Pelaksanaan Reforma Agraria secara utuh pada dasarnya akan membutuhkan keterlibatan banyak

pihak diluar BPN, dalam hal ini K/L serta Pemda. Sehingga dibutuhkan koordinasi diantara pihak

terkait tersebut.

Bentuk koordinasi awal yang dapat dilakukan adalah berupa koordinasi target lokasi Pilot Project,

salah satunya di Provinsi Bangka Belitung. Pemilihan lokasi Provinsi Bangka Belitung adalah

dikarenakan keberadaan program Satam Emas, dimana selanjutnya dapat diikutsertakan sebagai

salah satu bentuk access reform.

Selama ini program Satam Emas sudah dilaksanakan, sehingga sangat mendukung program Reforma

Agraria ini. Program Satam Emas meliputi beberapa kegiatan: 1) bedah rumah; 2) UMKM (sudah

dibentuk PT. Jamkrida-perusahaan penjaminan daerah), karena masyarakat tidak memiliki agunan

berupa sertipikat tanah; 3) revitalisasi lada, dan 4) revitalisasi rumput laut.

Pada program sertipikasi tanah daerah (Proda) diusulkan agar BPHTB untuk masyarakat miskin dapat

dibebaskan. Karena saat ini kewenangan penetapan BPHTB menjadi kewenangan pemerintah daerah

masing-masing.

Gambar 13. Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Access Reform dan

Sertipikasi Kawasan Hutan (Provinsi Bangka Belitung)

Page 34: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 34

10. Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Sertipikasi Kawasan Hutan (Provinsi Bali)

Rapat Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 23 – 27 September 2013 bertempat di Kantor Bappeda

Provinsi Bali dan Kantor Pertanahan Kabupaten Tabanan, yang bertujuan untuk melakukan koordinasi

dengan BPN Propinsi Bali dan Kabupaten Tabanan dalam melakukan pilot project sertipikasi kawasan

hutan; serta melakukan survei dan penilaian terhadap calon lokasi pilot project sertipikasi kawasan

hutan di Propinsi Bali. Rapat koordinasi tersebut dihadiri oleh Kasubdit Pertanahan Bappenas, Kasubag

KOI BPN RI, Kasi PPD Kanwil BPN, Kasubag Perencanaan dan Keuangan Kanwil BPN, Kasi PGT Kanwil

BPN, Kasi PRP Kanwil BPN, Kepala Tata Usaha Kantah Tabanan, Kasi SPP Kantah Tabanan, dan jajaran

staff di kanwil BPN Provinsi Bali dan Kantah Kabupaten Tabanan.

Beberapa hal penting yang mengemuka adalah:

Kanwil BPN Bali menyambut baik dan dan mendukung rencana pelaksanaan pilot project sertipikasi

kawasan hutan di Propinsi Bali;

Kegiatan pilot project sertipikasi hutan dilatarbelakangi salah satu akar permasalahan utama secara

normative dari beberapa kasus pertanahan nasional, yaitu tidak adanya kepastian hukum hak atas

tanah, kondisi tersebut dengan kata lain tidak memberikan jaminan terhadap kepemilikan tanah

sehingga potensi perselisihan dapat muncul antara pihak yang bersengketa, termasuk salah satunya

wilayah-wilayah yang berbatasan dengan kawasan hutan.

Pengelolaan tanah di wilayah nasional Republik Indonesia memiliki dua kewenangan, yaitu tanah

kawasan hutan yang dikelola oleh Kementerian Kehutanan dan tanah hak dan tanah barang milik

negara yang dikelola oleh Badan Pertanahan nasional.

Dalam rangka mewujudkan sistem pendaftaran tanah stelsel positif, penjaminan kebenaran

informasi batas bidang tanah menjadi sangat perlu dilakukan, sehingga berimplikasi pada perlunya

pengukuran batas hutan pada skala yang sama dengan batas kawasan budidaya untuk dapat

memberikan kepastian hukum atas bidang tanah yang berbatasan dengan hutan.

Sertipikasi kawasan hutan sendiri sesungguhnya dilaksanakan sebagai upaya publikasi batas kawasan

dan tanpa memberikan alas hak pada kawasan hutan yang telah tersertipikatkan.

Kriteria lokasi pilot project sertipikasi kawasan hutan terdiri dari : (i) kawasan hutan dengan luas

wilayah terjangkau (<20.000 Ha) sehingga pelaksanaan pilot project dapat dilakukan dalam waktu 1

tahun; (ii) kawasan hutan yang berbatasan dengan kawasan budidaya dengan corak pemanfaatan

lahan beragam; dan (iii) Proponsi dengan luas wilayah kecil agar penyelesaian pilot project sertipikat

dapat dilakukan dalam kurun waktu 3–5 tahun.

Gambar 14. Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan Sertipikasi Kawasan Hutan (Provinsi Bali)

Page 35: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 35

11. Konsinyering Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker IV)

Rapat Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 29 – 30 Oktober 2013 bertempat diArion Swiss-Belhotel,

Kemang, Jakarta, yang bertujuan untuk menyusun strategi percepatan pelaksanaan target kegiatan tim

koordinasi reforma agraria nasional; serta menyusun Laporan Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma

Agraria Nasional Tahun 2013. Kegiatan ini dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas,

Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, Perwakilan Eselon 3 Direktorat Pemetaan

Dasar BPN, Staf Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, Staf Direktorat Tata Ruang dan

Pertanahan Bappenas.

Beberapa hal yang mengemuka adalah:

Tujuan yang akan dicapai dalam rapat koordinasi tersebut adalah: (i) Tersusunnya strategi

percepatan pelaksanaan target kegiatan tim koordinasi reforma agraria nasional; dan (ii)

Tersusunnya Laporan Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2013.

Output yang diharapkan dari pelaksanaan rapat ini adalah: (i) Kesepakatan Outline Laporan Akhir, (ii)

Kesepakatan TOR Sertipikasi Hutan, (iii) Kesamaan Pemahaman Konsep Bank Tanah, (iv) Kesepakatan

Rencana Tindak Lanjut meliputi Rapat Koordinasi untuk membahas sertipikasi hutan (Kementerian

Kehutanan dan Direktorat Kehutanan Bappenas) dan Rapat Koordinasi pembahasan proporsi SDM

Juru Ukur (Biro SDM BPN).

Capaian kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, mengidentifikasi 3 sub kegiatan

yang belum dilaksanakan, yaitu: (i) tercapainya kesepakatan draft TOR background study pilot project

sertipikasi hutan; (ii) tercapainya kesepakatan draft TOR background study pembentukan pengadilan

khusus pertanahan; (iii) terciptanya kesepahaman konsep awal pembentukan bank tanah; dan (iv)

konfirmasi kesepakatan kebutuhan ideal SDM bidang pertanahan. Tindak lanjut yang kemudian akan

dilakukan dalam menyelesaikan kegiatan tahun anggaran 2013 tersebut adalah: (i) rapat koordinasi

dalam mencapai kesepakatan draft TOR background study pilot project sertipikasi hutan dengan

Kementerian Kehutanan, yang difasilitasi oleh Bappenas cq. Direktorat Kehutanan dan Konservasi

Sumber Daya Air; (ii) forum dan kegiatan diskusi untuk membahas lebih lanjut draft TOR background

study pembentukan pengadilan khusus pertanahan dengan praktisi hukum dan

kementerian/lembaga hukum; (iii) identifikasi model-model bank tanah; dan (iv) rapat koordinasi

untuk menyepakati kebutuhan ideal SDM bidang pertanahan dengan Biro Sumber Daya

Manusia,BPN.

Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional menyepakati lokasi Hutan Pantai Rebo, Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung sebagai lokasi pelaksanaan Pilot Project Sertipikasi Kawasan Hutan.

Kegiatan pra Pilot Project Sertipikasi Hutan terdiri dari : (i) rapat koordinasi dengan Kementerian

Kehutanan; (ii) rapat pembahasan TOR Pilot Project Sertipikasi Kawasan Hutan; (iii) penyusunan SBK

oleh BPN; (iv) identifikasi indicator kinerja utama; (v) rapat koordinasi dengan pemerintah daerah;

dan (vi) penyusunan SK oleh pemerintah daerah setempat.

Pembentukan Bank Tanah memerlukan persiapan dengan jangka waktu yang cukup panjang.

Background study RPJMN yang disusun oleh BPN diharapkan dapat menghasilkan tindak lanjut

berupa : (i) background study mengenai regulasi dan mekanisme bank tanah yang dilaksanakan

dalam 2 tahun pertama RPJMN; dan (ii) roadmap persiapan pembentukan bank tanah yang terdiri

dari 6 pembahasan, yaitu regulasi bank tanah, bentuk badan hukum, kewenangan, mekanisme kerja,

instansi yang berwenang, dan koordinasi dengan instansi yang bersangkutan.

Page 36: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 36

Tindak lanjut dari rapat ini adalah : (i) melakukan verifikasi data-data terutama yang terkait dengan

peta dasar pertanahan dan peta dasar bersertipikat; (ii) menyelesaikan kegiatan Koordinasi Strategis

Reforma Agraria Nasional tahun anggaran 2013 sesuai dengan tindak lanjut yang telah disepakati;

dan (iii) menyampaikan saran dan perbaikan draft laporan akhir Tim Koordinasi Strategis Reforma

Agraria Nasional Tahun Anggaran 2013.

12. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria Nasional (Access Reform II)

Rapat Koordinasi dilaksanakan padaHari Rabutanggal30 Oktober 2013 bertempat di Ballroom Arion

Swiss-Belhotel, Kemang, Jakarta, yang bertujuan untuk melakukan konfirmasi terhadap informasi awal

yang telah disusun berupa peta potensi lokasi pilot project kegiatan Reforma Agraria, serta

mendapatkan kesepahaman terkait arahan kebijakan dari beberapa probabilitas yang mungkin terjadi

pada pelaksanaan koordinasi Reforma Agraria. Rapat ini dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan

Pertanahan Bappenas, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, serta pejabat Eselon

II/Perwakilan dari masing-masing unit kerja di Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan

Perikanan, Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perumahan Rakyat, Kanwil BPN Jawa Tengah,

dan Bappeda Provinsi Jawa Tengah

Beberapa hal yang mengemuka adalah:

Rapat lanjutan persiapan koordinasi reforma agraria merupakan rapat yang dilaksanakan dalam

rangka melanjutkan pertemuan tingkat eselon I sekaligus melaksanakan kegiatan advokasi terkait

dengan kegiatan reforma agraria. Terdapat 3 catatan penting dari penyelenggaraan rapat eselon I

yang dilaksanakan sebelumnya, yaitu: (i) pelaksanaan refoma agraria memerlukan koordinasi lintas

sektor; (ii) pelaksanaan reforma agraria memerlukan kebijakan-kebijakan yang mampu mendorong

pelaksanaannya; dan (iii) kegiatan reforma agraria memerlukan sosialisasi kepada pihak yang terkait.

Tujuan yang akan dicapai dalam rapat koordinasi ini adalah: (i) terjemaahan kerjasama dan kebijakan

dalam bentuk Grand Design sehingga dapat menjadi panduan dan acuan dalam pelaksanaan

Reforma Agraria; dan (ii) kesepakatan konsep Reforma Agraria berupa skema dan lokasi dalam

pelaksanaan Pilot Project yang dilakukan untuk memperoleh lesson learned dalam rangka

penyusunan Grand Design.

Reforma agraria adalah restrukturisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan memanfaatan (P4)

sumber-sumber agraria, terutama tanah untuk menjamin keadilan dan keberlanjutan peningkatan

kesejahteraan rakyat.

Saat ini terdapat kesan bahwa reforma agraria hanya dimaknai dengan kegiatan redistribusi tanah

yang dilakukan langsung kepada individu petani maupun secara berkelompok melalui program

transmigrasi. Sehingga terdapat beberapa masalah yang ditemui terkait dengan kegiatan redistribusi

tanah, yaitu: (i) redistribusi tidak dilengkapi dengan skema pemberdayaan masyarakat dalam

mengelola tanah; (ii) peralihan hak pasca redistribusi tanah; dan (iii) redistribusi tanah tidak berhasil

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Konsep reforma agraria perlu dilaksanakan secara utuh untuk meningkatkan kesejehteraan rakyat,

tidak hanya menyediakan asset reform tetapi juga access reform. Asset reform dilakukan oleh BPN

sedangkan penyediaan access reform dilaksanakan oleh K/L terkait. Oleh karena itu perlu adanya

kerjasama dan koordinasi berbagai Kementerian dan Lembaga dalam penyediaan access reform,

karena Bappenas dan BPN tidak berwenang dalam penyediaan access reform tersebut.

Page 37: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 37

Pelaksanaan reforma agraria direncanakan diawali dengan pelaksanaan pilot project untuk

menghubungkan asset reform dengan access reform. Terdapat 3 hal yang perlu disepakati dalam

pelaksanaan pilot project yaitu (i) skema koordinasi; (ii) pelaksanaan pilot project; dan (iv) monitoring

dan evaluasi.

Proses persiapan pelaksanaan reforma agraria, dilaksanakan dalam kurun waktu 3 tahun. Pada

tahun 2013 akan disepakati konsep reforma agraria dan rencana pilot project dengan kegiatan

advokasi konsep reforma agraria, penentuan skema pilot project dan penentuan lokasi pilot project.

Pada tahun 2014 akan dilaksanakan pemantapan Grand Design Reforma Agraria dengan pelaksanaan

pilot project yang dilaksanakan di lokasi yang telah ditentukan. Pelaksanaannya akan dilengkapi

dengan monitoring dan evaluasi guna mengambil pembelajaran untuk masukan dalam penyusunan

kebijakan nasional RPJMN 2015-2019. Pada tahun 2015 pelaksanaan reforma agraria akan disusun

Grand Design dan Rencana Aksi Reforma Agraria (roadmap) yang dilengkapi dengan pedoman

pelaksanaan lainnya. dapat menyepakati konsep, skema, lokasi.

Grand design diharapkan menjadi kesepakatan bersama antara BPN, Bappenas, dan

Kementerian/Lembaga lainnya.

Gambar 15. Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan Reforma Agraria Nasional (Access Reform II)

13. Rapat Kerja Nasional BKPRN Tahun 2013

Rakernas BKPRN 2013 dilaksanakan pada tanggal 7 November 2013 di Hotel BorobudurJakarta, yang

bertujuan untuk menyusun dan menyepakati agenda kerja BKPRN untuk 2 (dua) tahun ke depan. Tema

yang diusung pada tahun 2013 adalah Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penataan Ruang Melalui

Tata Pemerintahan yang Baik untuk Mewujudkan Penataan Ruang yang Optimal dan Berkelanjutan.

Beberapa hal penting yang mengemuka adalah:

Rakernas BKPRN 2013 dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua BKPRN,

sekaligus sebagai pimpinan sidang. Narasumber dalam Sidang Pleno 1 adalah Menteri Perencanaan

Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN, Menteri Pekerjaan Umum selaku

Wakil Ketua I dan Menteri Dalam Negeri selaku Wakil Ketua II.

Setelah pelaksanaan Sidang Pleno I, acara dilanjutkan dengan sidang komisi dengan agenda

pembahasan isu-isu strategis penataan ruang sebagai bahan penyusunan Agenda Kerja BKPRN 2014-

2015. Pada Sidang Komisi, peserta Rakernas dibagi kedalam 4 (empat) kelompok komisi sesuai

dengan Kelompok Kerja (Pokja) BKPRN.

Page 38: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 38

Sidang Pleno II merupakan acara terakhir sekaligus menutup rangkaian kegiatan Rakernas BKPRN

2013, dengan agenda pemaparan kesepakatan seluruh sidang komisi. Berdasarkan Sidang Komisi

sebelumnya, dihasilkan beberapa poin penting yang disampaikan sebagai hasil Rakernas BKPRN 2013

pada Sidang Pleno II, meliputi:

o Dalam rangka menjaga konsistensi implementasi rencana tata ruang (yang telah ditetapkan

melalui Peraturan Daerah), perlu dilakukan: i) Penyiapan mekanisme (Standard Operating

Procedure/SOP) pengendalian pemanfaatan ruang; ii) Percepatan penyusunan peta skala rinci

oleh pemerintah kabupaten/kota dengan asistensi teknis oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).

o Kapasitas kelembagaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) akan terus diperkuat

melalui: i) Penyusunan mekanisme (Standard Operating Procedure/SOP) BKPRD; ii) Penguatan

peran BKPRD Propinsi untuk memfasilitasi penyelesaian permasalahan penataan ruang

kabupaten/kota.

o BKPRN perlu terus melakukan fasilitasi penyelarasan peraturan perundangan sektoral yang

mengatur pemanfaatan ruang, terutama yang berkenaan dengan UU Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan; UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-

pulau Kecil; dan UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (LP2B). Salah satu instrumen penting dalam penyerasian tersebut adalah peta yang

secara jelas mencantumkan lokasi kegiatan sektor yang bersangkutan.

o Menyikapi maraknya konflik pemanfaatan ruang, perlu disusun mekanisme (Standard Operating

Procedure/SOP) penyelesaian konflik. Disamping itu, dalam waktu dekat direncanakan akan

dilangsungkan sidang BKPRN (tingkat menteri) untuk membahas konflik-konflik pemanfaatan

ruang yang bersifat strategis atau mendesak, diantaranya terkait: i) Perubahan peruntukan dan

fungsi kawasan hutan di Propinsi Kepulauan Riau; ii) Rencana reklamasi Teluk Benoa, Propinsi Bali.

Rakernas BKPRN 2013 ditutup oleh Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Kementerian

Dalam Negeri, mewakili Menteri Dalam Negeri, menyampaikan bahwa hasil Rakernas akan menjadi

dasar penyusunan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015.

Pada penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2013 ini, dilaksanakan pula Pameran sebagai side event di

Hotel Borobudur. Pameran ini berisi penjelasan tentang BKPRN termasuk profil singkat dari anggota

BKPRN yang terdiri atas 14 Kementerian. Badan Informasi Geospasial (BIG) selaku koordinator

pameran menggunakan konsep tema terintegrasi per replika yaitu kelembagaan, perkotaan dan

pedesaan.

Terkait penyelenggaraan Rakernas BKPRN Tahun 2015, dengan mempertimbangkan susunan kabinet

yang baru dibentuk untuk periode 2014-2019, disepakati oleh seluruh peserta Rakernas BKPRN 2013

bahwa Rakernas BKPRN 2015 direncanakan akan diselenggarakan di DKI Jakarta. Untuk

menindaklanjuti hasil Rakernas BKPRN 2013 ini, akan dilakukan pertemuan baik ditingkat eselon III

sampai dengan eselon I BKPRN untuk menyusun dan menyepakati Agenda Kerja BKPRN 2014-2015.

Page 39: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 39

Gambar 16.Rapat Kerja Nasional BKPRN Tahun 2013

14. Rapat Koordinasi Kegiatan Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan

Rapat Koordinasi dilaksanakan padaTanggal14 November 2013 bertempat di Ruang SG 3, Bappenas

Jakarta, yang bertujuan untuk mendapatkan kesepahaman antar stakeholder utama (Kementerian

Kehutanan dan BPN) terkait konsep perlunya publikasi tata batas kawasan hutan, serta menyepakati

lokasi pilot project kegiatan publikasi tata batas kawasan hutan.

Rapat ini dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, Direktur Kehutanan dan Sumber

Daya Alam Bappenas, Perwakilan dari Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, Direktorat

Pemetaan Dasar BPN, Direktorat Pengukuran Dasar BPN, Direktorat Pendaftaran Tanah dan Hak Guna

Ruang BPN, Direktorat Penetapan Batas Bidang Tanah dan Ruang BPN, Direktorat Perencanaan Kawasan

Hutan Kemenhut, Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Kemenhut, Direktorat

Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kemenhut, Direktorat Penggunaan Kawasan Hutan

Kemenhut, Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan

Kemenhut.

Beberapa hal yang mengemuka adalah:

Rapat publikasi batas kawasan hutan merupakan kegiatan kerjasama antara Direktorat Tata Ruang

dan Pertanahan dan Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air, Kementerian

PPN/Bappenas, beserta kementerian/lembaga yang terkait.

Kementerian Kehutanan selaku mitra Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air memiliki

tugas besar untuk menentukan batas kehutanan, dengan target mencapai 63.000 ha pada Tahun

2013. Pekerjaan ini terasa sangat besar karena banyak kawasan hutan yang terganjal oleh Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW). Sedangkan dari target 600 HPH (Hak Pengusahaan Hutan), 100 HPH

telah terbentuk.

Permasalahan tata batas kawasan hutan sangat kompleks, karena terdapat banyak pihak yang

berkepentingan, oleh karena itu diharapkan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Direktorat

Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air, Badan Pertanahan Nasional, dan Kementerian

Kehutanan dapat memberikan pandangan dan menyepakati solusi untuk menyelesaikan

permasalahan tata batas kawasan hutan.

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dan Badan Pertanahan Nasional telah menyusun konsep

perubahan sistem pendaftaran tanah negatif menjadi sistem pendaftaran tanah positif. Sistem

Page 40: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 40

pendaftaran tanah positif mengharuskan pemetaan dan pendaftaran hak atas tanah dilakukan di

seluruh Indonesia.

Terkait dengan pendaftaran hak atas tanah yang harus segera dilakukan di seluruh wilayah

Indonesia, terdapat isu-isu terkait batas kawasan hutan dan kawasan non-hutan.

Sampai dengan saat ini masih banyak pemerintah daerah yang belum menyelesaikan RTRW

(Rencana Tata Ruang Wilayah) karena permasalahan batas kawasan hutan yang belum terdefinisi

dengan baik serta belum ditetapkan perubahan fungsi dan peruntukannya.

Beberapa hal yang melatarbelakangi permasalahan batas kawasan hutan adalah perbedaan skala

peta batas kawasan hutan yang menggunakan skala kadastral 1;250.000 dengan peta batas kawasan

non-hutan yang menggunakan skala 1:5.000. Skala peta yang digunakan dalam pengukuran batas

yang digunakan oleh Kementerian Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional harus sama sehingga

dapat menghasilkan batas yang pasti dan mencegah konflik antar pemerintah, sehingga kemudian

diharapkan batas kawasan hutan dapat diakui bersama dan dipublikasikan.

Manfaat kegiatan publikasi batas kawasan hutan adalah:

o Kementerian Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional dapat mengetahui batas kawasan hutan

dan kawasan non hutan secara mudah,

o Pemerintah Daerah dapat dengan mudah mengidentifikasi kawasan hutan dengan kawasan non

hutan secara mudah sehingga mempermudah pelaksanaan perencanaan, penataan, penggunaan,

dan pemanfaatan ruang,

o Masyarakat yang berada di sekitar perbatasan kawasan hutan mendapatkan kepastian batas

kawasan hutan dan kepastian hukum dalam kepemilikan tanah.

Gambaran awal mengenai kegiatan publikasi batas kawasan hutan dilaksanakan dalam bentuk pilot

project. Berdasarkan pilot project tersebut akan disusun modul pelaksanaan kegiatan publikasi batas

kawasan hutan.

Terdapat 4 lokasi hutan yang telah ditinjau oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, dengan

kriteria:

o Kawasan hutan dengan luas wilayah terjangkau untuk membuat polygon tetap (< 1.000 Ha)

sehingga pelaksanaan pilot project dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 tahun;

o Kawasan hutan berbatasan dengan kawasan budidaya dengan corak pemanfaatan lahan yang

beragam sehingga permasalahan penetapan batas untuk berbagai jenis pemanfaatan tanah dapat

diidentifikasi;

o Provinsi dengan luas wilayah yang kecil agar penyelesaian pilot project publikasi tata batas

kawasan hutan (terhitung 1 provinsi) dapat dilakukan dalam kurun waktu 3-5 tahun.

Lokasi hutan yang telah ditinjau berada di Provinsi Bali dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Untuk Provinsi Bali, kawasan hutan yang telah ditinjau yaitu Hutan Yeh Ayeuh dan Hutan Bunutan,

sedangkan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kawasan hutan yang telah ditinjau adalah

Kawasan Hutan Lindung Pantai Rebo dan Kawasan Hutan Konservasi Gunung Mangkol.

Untuk kemudian dalam rapat ini terdapat beberapa hal yang didiskusikan, yaitu:

o Kesepakatan konsep publikasi tata batas kawasan hutan;

o Kesepakatan pelaksanaan kegiatan pilot project publikasi batas kawasan hutan;

o Kesepakatan teknis pelaksanaan;

o Kesepakatan pendanaan;

o Kesepakatan bentuk publikasi.

Page 41: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 41

15. Lokakarya Koordinasi Reforma Agraria Tahun 2013

Lokakarya Koordinasi Reforma Agraria Nasional dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2013

bertempat di Ruang Singkarak, Ibis Tamarin Hotel Jakarta, yang bertujuan untuk dapat menampung

saran dan masukan pada Laporan Akhir Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional tahun 2013

yang akan disampaikan kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas sebagai laporan pertanggung jawaban

kerja tim. Acara ini dihadiri oleh Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Kementerian Pertanian,

Direktorat Harmonisasi Peraturan perundangan Kementerian Hukum dan HAM, Direktorat

Penatagunaan Tanah BPN, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, Direktorat Kehutanan dan

Konservasi Sumber Daya Air Bappenas, Direktorat Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Beberapa hal yang mengemuka adalah:

Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional dilatarbelakangi tingginya jumlah

kasus pertanahan pada tahun 2012 yang juga masih berjalan pada tahun ini, serta adanya arahan

Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk dilakukan penilaian cepat dalam menanggapi hal tersebut.

Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional dibentuk melalui SK Menteri PPN/Kepala

Bappenas No. 55/M.PPN/HK/03/2013 dengan beranggotakan Kementerian Kehutanan, BPN serta

Bappenas.

Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional telah menyelenggarakan kegiatan sesuai dengan

rencana kerja tahun 2013, tujuan dari pertemuan kali ini adalah untuk menyampaikan hasil dan

capaian kerja Tim serta menjaring masukan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan pertanahan.

Pokok kegiatan yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis meliputi:

o Kebijakan Sistem Pendaftaran Tanah Positif

o Kebijakan Reforma Agraria Nasional

o Kebijakan Pembentukan Bank Tanah

o Kebijakan Pembentukan Pengadilan Tanah

o Kebijakan SDM BPN

o Koordinasi Lintas Daerah

Beberapa pokok kegiatan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria yang telah dilaksanakan pada

tahun anggaran 2013 meliputi:

o Kebijakan sistem pendaftaran tanah stelsel positif. Pelaksanaan kebijakan ini ditujukan untuk

memberikan jaminan kepastian hukum terhadap kepemilikan tanah oleh masyarakat. Beberapa

hal yang telah dicapai dalam upaya pelaksanaan kebijakan tersebut meliputi:

- Pendataan Peta Dasar Pertanahan. Hingga tahun 2013 peta dasar pertanahan Indonesia

mencapai 13.31%, atau mengalami penaikan sebanyak 2% dari tahun sebelumnya. Pada tahun

2025 ditargetkan pencapaian cakupan peta dasar pertanahan nasional 80% yang meliputi

dengan prioritas penyelesaian 65,092 ha yang berpotensi menjadi peta dasar pertanahan.

Berdasarkan peta yang ditampilkan baru sedikit wilayah di Indonesia yang mencapai 80% peta

dasarnya.

- Pendataan jumlah tanah bersertifikat. Hingga tahun 2013 jumlah bidang tanah bersertipikat

yang bisa dipetakan mencapai 27 Juta bidang tanah dengan luas keseluruhan 10,5ha. Data

bidang-bidang tanah tersebut telah terkomputerisasi di BPN pusat dan terdigitalisasi pada

Sistem Informasi Geografis (Geo-KKP Data Vektor). Ketelitian data mencapai tingkat

kabupaten/kota.

Page 42: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 42

- Penataan Batas Kawasan Hutan. Salah satu upaya dalam pelaksanaan kebijakan pendaftaran

tanah stelsel positif adalah dengan melaksanakan tata batas kawasan hutan dengan non hutan.

Pada tahun anggaran 2013 telah dilaksanakan rapat koordinasi bersama Kementerian

Kehutanan dan BPN yang akan ditindaklanjuti dengan kegiatan pilot project pada tahun 2014.

o Kebijakan Redistribusi Tanah dan Acccess Reform. Dalam upaya pelaksanaan kebijakan

redistribusi tanah dan access reform pada tahun 2013, Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria

Nasional telah mengadakan koordinasi reforma agraria bersama BPN dan Kementerian/Lembaga.

Kegiatan Koordinasi Reforma Agraria dimaksudkan untuk memberikan input dalam pemanfaatan

lahan (access reform) dengan tujuan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Dari koordinasi

yang dilakukan telah teridentifikasi 10 Kegiatan/Program Pemberdayaan dari 8 UKE II K/L terkait.

Identifikasi kegiatan tersebut akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan pilot project pada tahun

2014 di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung.

o Pengadilan Khusus Pertanahan. Maraknya kasus dan sengketa pertanahan disertai dengan

berlarut-larutnya penyelesaian masalah tersebut di Pengadilan Umum maupun Tata Usaha

Negara memunculkan ide dalam pembentukan pengadilan khusus pertanahan. Dalam koordinasi

dan diskusi yang telah dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional terdapat

beberapa alternatif dalam pembentukan pengadilan tanah yaitu berbentuk lembaga Pengadilan

Pertanahan atau merupakan special chamber dalam pengadilan umum. Pada tahun 2014 perlu

dilakukan pengkajian lebih jauh dan koordinasi dengan pihak yang lebih mengerti mengenai

pembentukan pengadilan tanah.

o Pembentukan Bank Tanah. Dalam upaya pelaksanaan pencadangan tanah untuk kepentingan

pembangunan oleh pemerintah maka dikeluarkan Kebijakan Pembentukan Bank Tanah.

Pembentukan Bank Tanah juga menanggapi fenomena pencadangan tanah oleh swasta yang

melanggar undang-undang. Pada Tahun 2013 Tim Koordinasi telah melakukan identifikasi jenis

dan model Bank Tanah di berbagai Negara. Pada tahun 2014-2017 diharapkan telah terbentuk

kelembagaan yang mendukung upaya pembentukan Bank Tanah.

o Perbaikan proporsi SDM di Bidang Pertanahan. Tujuan dari perbaikan proporsi SDM di Bidang

Pertanahan adalah untuk mengetahui kebutuhan SDM terutama Juru Ukur BPN dalam

mendukung pelaksanaan kebijakan pertanahan yang ada. Hingga saat ini belum diketahui secara

pasti jumlah kebutuhan SDM BPN. Pada tahun 2014 akan dilaksanakan koordinasi dengan K/L

terkait sehingga dapat dilakukan proporsi PNS BPN dengan skema yang konsep yang mendukung

pelaksanaan kebijakan pertanahan.

o Koordinasi Lintas Sektor dan Daerah. Kegiatan koordinasi lintas sektor dan daerah pada tahun

2013 meliputi Sertifikasi Tanah Transmigrasi dan Koordinasi Proda Kalimantan Timur. Pada tahun

2013 telah dilakukan identifikasi jumlah target tanah transmigrasi pada skala provinsi dan faktor

penyebab rendahnya capaian pelaksanaan sertifikasi tanah transmigrasi. Sementara untuk

kegiatan Koordinasi Proda Kalimantan Timur telah dilakukan koordinasi dengan Pemerintah

Daerah terkait. Pada pelaksanaan koordinasi tersebut disepakati untuk dilakukan kegiatan

prasertifikasi oleh pemerintah daerah sebelum dilakukan kegiatan sertifikasi oleh BPN.

16. Konsinyering Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional (Raker V)

Rapat Koordinasi dilaksanakan padatanggal 19–20 Desember 2013 bertempat diHotel Morrissey Jakarta,

yang bertujuan untuk mencapai kesepahaman dan masukan bagi penyelesaian output kegiatan tim

koordinasi strategis reforma agraria nasional tahun anggaran 2013 serta kesepakatan rencana kerja Tim

Page 43: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 43

Reforma Agraria Nasional tahun anggaran 2014. Konsinyasi ini dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan

Pertanahan Bappenas, Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, Perwakilan Eselon 3

Direktorat Pemetaan Dasar BPN, Staf Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri BPN, Staf Direktorat

Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas.

Beberapa hal yang mengemuka adalah:

Direktur Tata Ruang dan Pertanahan selaku ketua Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria nasional

mengapresiasi agenda pertemuan tim yang dilaksanakan secara rutin dan kesepakatan yang telah

dicapai melalui rapat koordinasi selama tahun 2013.

Agenda utama konsinyering penyusunan rencana kerja tim koordinasi reforma agraria nasional akan

membahas capaian tim koordinasi strategis reforma agraria nasional dan kendala yang dihadapi

pada tahun anggaran 2013, perubahan struktur organisasi dan rencana kerja tim koordinasi reforma

agraria nasional tahun anggaran 2014.

Tim koordinasi strategis reforma agraria nasional perlu mengomunikasikan hal-hal yang menjadi

pemikiran tim melalui majalah, situs, dan milis, sehingga pemikiran tim reforma agraria nasional

dapat masuk kedalam ranah publik.

Pada Tahun 2013 Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional memiliki 7 pokok kegiatan, yaitu Sistem

Pendaftaran Tanah Stelsel Positif, Kebijakan Redistribusi dan Access Reform, Pembentukan

Pengadilan Khusus Pertanahan, Pembentukan Bank Tanah, Kebijakan SDM Pertanahan, PRODA

Provinsi Kalimantan Timur, dan Sertipikasi Tanah Transmigrasi.

Pencapaian pokok kegiatan sistem pendaftaran tanah stelsel positif tahun 2013, yaitu telah

teridentifikasi cakupan peta dasar pertanahan, sedangkan identifikasi cakupan bidang tanah

bersertipikat mengalami kendala dalam verifikasi peta, dan publikasi tata batas kawasan hutan

terkendala pada kesepakatan teknis dan operasional pelaksanaan pilot project.

Pencapaian pokok kegiatan kebijakan redistribusi dan access reform tahun 2013, yaitu

teridentifikasinya tanah objek landreform dan potensi tanah obyek reforma, teridentifikasinya tanah

yang telah diredistribusi, teridentifikasinya kegiatan institusi yang mendukung upaya pemberdayaan

masyarakat, dan penyusunan draft TOR background study redistribudi tanah dan access reform.

Kendala yang dihadapi dalam pencapaian pokok kegiatan ini adalah data dari berbagai instansi

terkait masih berbentuk tabulasi (bukan spasial) dan berskala makro, dan koordinasi dengan K/L

masih belum optimal sehingga lokasi dan teknis pilot project masih belum dapat disepakati.

Pencapaian pokok kegiatan pengadilan khusus pertanahan tahun 2013 yaitu tersusunnya draft TOR

studi pembentukan pengadilan khusus pertanahan. kendala yang dihadapi adalah beberapa konteks

hukum pada substansi draft TOR belum dapat diverifikasi.

Pencapaian pokok kegiatan pembentukan bank tanah tahun 2013 yaitu terkumpulnya data dan

informasi terkait model bank tanah dan terciptanya kesepahaman konsep awal pembentukan bank

tanah. Kendala yang dihadapi dalam pencapai pokok kegiatan ini adalah keterbatasan literatur yang

digunakan.

Pencapaian pokok kegiatan kebijakan SDM pertanahan tahun 2013 yaitu pembahasan kebutuhan

ideal SDM bidang pertanahan, teridentifikasinya mekanisme pemenuhan kebutuhan ideal SDM

pertanahan, dan konfirmasi kesepakatan kebutuhan ideal SDM bidang pertanahan. kendala yang

dihadapi adalah Biro SDM BPN belum sepenuhnya dilibatkan dalam rapat koordinasi.

Pencapaian pokok kegiatan PRODA Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013 yaitu disepakatinya

penerima manfaat dan jumlah bidang tanah dengan kriteria clean and clear untuk kegiatan PRODA

Provinsi Kalimantan Timur. Kendala yang dihadapi dalam mencapai pokok kegiatan PRODA Provinsi

Page 44: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 44

Kalimantan Timur adalah sulitnya melakukan komunikasi dan koordinasi antara Pemprov-

Pemkab/Pemkot, belum lengkapnya data subjek dan objek sertipikasi tanah yang ‘clean and clear’,

kegiatan pra-sertipikasi pada tahun 2014 belum dapat dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Kalimantan Timur.

Pencapaian pokok kegiatan sertipikasi tanah transmigrasi tahun 2013 yaitu disepakatinya penerima

manfaat dan jumlah bidang tanah dengan kriteria clean and celar untuk kegiatan sertipikasi tanah

transmigrasi. Kendala yang dihadapi dalam mencapai pokok kegiatan kegiatan ini adalah tidak

tersedianya data yang akurat yang meliputi data spasial sehingga tidak diketahui dengan pasti lokasi

obyek sertipikasi tanah transmigrasi.

Secara garis besar berdasarkan evaluasi pelaksanaan koordinasi strategis reforma agraria nasional

permasalahan yang dihadapi terdiri dari : (i) kurangnya sosialisasi untuk mendapatkan kesepahaman

diluar lingkup tim koordinasi/anggota tim karena belum aktifnya sosialisasi kegiatan pada masing-

masing instansi; (ii) belum optimalnya dukungan instansi terkait (termasuk anggota), misal dalam hal

penyediaan data dan verifikasi; dan (iii) sulitnya disepakati jadwal pertemuan sehingga pada rapat

koordinasi anggota tim sering tidak lengkap.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut terdapat rencana antisipasi yang akan dilakukan, yaitu : (i)

perlu dilakukan sosialisasi oleh tim kepada seluruh instansi terkait; (ii) perlu lebih sering melibatkan

pejabat eselon 1 untuk dapat meningkatkan komitmen instansi; dan (iii) perlu adanya contact person

pada setiap UKE II instansi anggota.

Program yang akan segera ditindak lanjuti pada tahun 2014 adalah pelaksanaan pilot project reforma

agraria dengan pelaksanaan rapat koordinasi persiapan pelaksanaan pilot project dengan kanwil

BPN, Pemda Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung, dan pelaksanaan pilot project publikasi tata

batas kawasan hutan dengan pelaksanaan rapat pembahasan kesepakatan teknis operasional dan

anggaran yang melibatkan BPN dan Kementerian Kehutanan.

Pada tahun 2014 terdapat penambahan anggota Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional,

yaitu :

o Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian

o Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan

o Direktorat Kawasan dan Pertanahan, Kementerian Dalam Negeri

o Direktorat Pengaturan dan Penetapan Hak Tanah, BPN

o Direktorat Penatagunaan Tanah, BPN

o Direktorat Landreform, BPN

o Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air, Bappenas

o Asisten Deputi Urusan Pembiayaan dan Penjaminan Kredit, Kementerian Koperasi, Usaha Kecil

dan Menengah

o Asisten Deputi Sumber Daya Swadaya, Kementerian Perumahan Rakyat

Rencana kegiatan Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Tahun 2014 terdiri dari :

o Intervensi Kebijakan: kebijakan stelsel positif, kebijakan redistribusi dan access reform,

pembentukan pengadilan khusus pertanahan, pembentukan bank tanah, dan kebijakan SDM

pertanahan.

o Administrasi Manajemen: penyusunan media pelaksanaan publikasi, penyusunan laporan

kegiatan, dan penyusunan TOR dan RAB tahun anggaran 2015

o Koordinasi lintas daerah: pelaksanaan prona daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur

Page 45: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 45

BAB IV

LANGKAH-LANGKAH TINDAK LANJUT

A. Kegiatan Terkait Tupoksi

Langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak lanjut Rencana Kerja 2013 selain tugas rutin

tahunan/lima tahunan seperti penyusunan RKP, RPJMN antara lain:

1. Mendukung peningkatkan koordinasi pembangunan baik di tingkat kebijakan nasional

maupun kebijakan yang lebih operasional yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah,

termasuk di dalamnya membangun media komunikasi untuk mempermudah koordinasi

dan sinkronisasi perencanaan;

2. Memasilitasi percepatan tersusunnya peraturan perundang-undangan dan NSPK di bidang

penataan ruang dan pelaksanaannya, termasuk upaya harmonisasi peraturan perundang-

undangan;

3. Mengolah hasil kajian kebijakan menjadi materi sosialisasi yang sesuai dengan target

pemangku kepentingan;

4. Melaksanakan sosialisasi peraturan perundangan bidang tata ruang dan pertanahan,

diantaranya melalui situs internet, portal TRP, buletin TRP;

5. Inventarisasi dan analisis kebijakan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan untuk

mengidentifikasi potensi konflik dan merekomendasikan alternatif resolusi konflik antar

kebijakan;

6. Memasilitasi percepatan penyerasian dan basis data perpetaan untuk peta untuk

perencanaan pengendalian pemanfaatan ruang;

7. Mendorong percepatan penyusunan peta dasar pertanahan bagi seluruh wilayah darat non

hutan NKRI terutama untuk mendukung lokasi prioritas pembangunan seperti yang ada

didalam MP3EI;

8. Mendorong penyelesaian konflik, sengketa dan perkara pertanahan;

9. Mendorong percepatan kegiatan sertifikasi tanah bagi seluruh wilayah darat non hutan

NKRI terutama pada lokasi-lokasi yang menjadi prioritas pembangunan seperti yang ada

didalam MP3EI;

10. Mendorong pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum;

11. Mendorong identifikasi dan inventarisasi tanah terlantar sebagai sumber tanah obyek

reforma agraria;

12. Meningkatkan koordinasi BPN dengan K/L terkait dalam pelaksanaan kegiatan sertifikasi

tanah lintas sektor;

13. Mengembangkan konsep Manajemen Pengetahuan dalam pengelolaan TRP.

Page 46: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 46

B. Kegiatan Terkait Penugasan Khusus

Langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak lanjut Rencana Kerja 2013 adalah sebagai

berikut:

1. Memasilitasi kegiatan koordinasi penataan ruang nasional yang telah ditetapkan dalam

Agenda Kerja BKPRN 2014-2015, antara lain: i) monitoring implementasi mekanisme

holding zone; ii) penyelerasan implementasi RZWP-3-K dan LP2B; iii) inisiasi penyusunan

SOP BKPRD; iv) penyelesaian tata batas hutan; serta v) pembahasan penyelesaian konflik

penataan ruang yaitu implementasi Perpres RTR KSN Sarbagita mengenai Reklamasi pada

kawasan konservasi Tanjung Benoa dan Percepatan Penetapan Perda RTRW Provinsi

Kepulauan Riau, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau dan Kota Surabaya;

2. Optimalisasi sistem informasi dan dokumentasi bidang tata ruang melalui pengembangan

web BKPRN (www.bkprn.org), e-BKPRN, dan berbagai media lainnya;

3. Optimalisasi tugas dan fungsi Pokja 3 BKPRN dalam mengkoordinasikan perencanaan dan

program penataan ruang lintas sektor;

4. Memasilitasi proses sinkronisasi dan integrasi antara sistem perencanaan pembangunan

dengan penataan ruang;

5. Pelaksanaan pilot project reforma agraria di Provinsi Jawa Tengah dan Bangka Belitung

6. Pelaksanaan pilot project tata batas kawasan hutan di Provinsi Bali dan Provinsi Bangka

Belitung.

7. Penyusunan studi/kajian peradilan tanah dan pencadangan tanah.

Secara rinci, langkah tersebut diatas dituangkan dalam bentuk rencana kerja Tahun 2014, yang

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 47: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 47

Tabel 3. Agenda Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014

Page 48: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 48

Page 49: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 49

BAB V

INOVASI PROGRAM DAN KEGIATAN

Pada tahun 2013 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan melakukan beberapa terobosan yang tidak bisa

diabaikan sebagai suatu langkah yang visioner. Beberapa terobosan tersebut antara lain:

Rapat Rutin Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Rapat atau pertemuan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan selalu diadakan pada awal minggu

yang dipimpin langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan.rapat ini dihadiri oleh seluruh

Kepala Sub Direktorat dan perwakilan staf dari masing-masing Sub Direktorat. Rapat ini bertujuan

untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan masing-masing bagian, baik kegiatan yang sedang berjalan,

kegiatan yang sudah selesai, kegiatan yang belum terlaksana ataupun masih dalam tahap

perencanaan untuk mencapai target akhir penyelesaian. Semua hal ini tertuang dalam laporan

mingguan (weekly report) dan pada akhir bulan tertuang dalam laporan bulanan (monthly

report).Rapat rutin ini dapat mengidentifikasi isu atau permasalahan yang dihadapi sehingga bisa

mendapatkan solusi yang tepat dan hemat. Hasil dari rapat sebelumnya akan digunakan sebagai

acuan untuk rapat rutin diminggu berikutnya sehingga dapat dilihat perkembangan terhadap suatu

topik pembahasan.

Gambar17. Contoh Weekly Report

Page 50: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 50

Laporan Bulanan

Laporan Bulanan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan disusun sebagai proses monitoring dan

evaluasi bulanan dalam rangka membandingkan target dan capaian yang sudah ditetapkan. Pada

setiap bulan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah menyelesaikan beberapa kegiatan

strategis. Disamping itu, melalui Laporan Bulanan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan diharapkan

dapat memberikan manfaat dalam rangka untuk selalu memperbaiki kinerja di masa yang akan

datang.

Gambar18. Laporan Bulanan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Laporan Tahunan

Kegiatan yang telah selesai dilaksanakan dalam satu tahun dituangkan dalam sebuah laporan

tahunan yang menguraikan tentang capaian kinerja dari kegiatan utama Direktorat Tata Ruang dan

Pertanahan. Diharapkan melalui Laporan Tahunan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dapat

memberikan manfaat dalam rangka untuk selalu memperbaiki kinerja di masa yang akan datang.

Gambar 19. Laporan Tahunan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Rapat Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan di lingkungan Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional dilaksanakan Rapat Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2013.

Rapat dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2013 sampai dengan 14 Desember 2013 di Hotel

Page 51: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 51

Harmoni One Batam. Raker ini bertujuan ntuk melakukan penyusunan Rencana Agenda Kerja

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 serta evaluasi penyelenggaraan kegiatan

direktorat selama tahun 2013. Hasil dari Raker Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2013

adalah laporan akhir kegiatan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2013 kepada Deputi

Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah.

Knowledge Management

Knowledge Management atau manajemen Pengetahuan (MP) memiliki nilai strategis karena dapat

mengorganisasikan tidak hanya data dan informasi, tetapi juga pengetahuan dan nilai-nilai organisasi

yang tersebar untuk mendukung penyusunan kebijakan, rencana dan program yang efektif. Bagi

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, pengetahuan dan nilai-nilai organisasi yang terus

berkembang berkat penerapan Manajemen Pengetahuan akan sangat bermanfaat bagi para

perancang kebijakan, perencana program dan kegiatan, dan para pengambil keputusan. Kesamaan

nilai, persepsi dan pengembangan pengetahuan yang menerus, akan meningkatkan koordinasi dan

sinkronisasi program/kegiatan di lingkungan Kmenterian PPN/Bappenas, sehingga diharapkan dapat

mengantisipasi maupun merespon dinamika perkembangan tata ruang dan pertanahan dimasa

depan yang membutuhkan penanganan dan pemecahan permasalahan secara cepat dan tepat.

Media Online Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki beberapa media online yang bertujuan untuk

memudahkan pencarian berbagai macam informasi yang berkaitan dengan tata ruang dan

pertanahan. Media online Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan:

o Website dengan alamat trp.or.id

Gambar 20. Website TRP

Page 52: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 52

o Portal dengan alamat www.tataruangpertanahan.com

Gambar 21. Portal TRP

o Facebook dengan namaTRP Bappenas

Gambar 22. Facebook TRP

o Milis dengan [email protected]

Saat ini sebanyak 97 peserta yang telah terdaftar untuk bergabung dalam milis ini.

Gambar 23. Milis TRP

Page 53: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 53

o Pustaka virtual dengan alamat www.scribd.com/Tata Ruang dan Pertanahan

Saat ini telah mencapai sebanyak 500followers untuk bergabung dalam pustaka virtual ini.

Gambar 24. Pustaka Virtual TRP

Absensi Digital

Satu terobosan penting dari Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan di Tahun 2013 adalah absensi

digital bagi para staf non PNS. Dengan menggunakan sidik jari, absensi model ini menjamin

keakuratan data kehadiran, sekaligus menggantikan model absensi dengan tanda tangan yang

selama ini digunakan. Pada perkembangannya di akhir tahun 2013, absensi digital mulai diujicobakan

pada staf non PNS Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan.

Page 54: CATATAN AKHIR TAHUN - LandSpatial | Direktorat Tata …trp.or.id/komponen/produk/the_file/laporan_akhir_tahun... ·  · 2014-02-25Strategis Nasional (KSN) dan RTR Pulau, dan Perda

Laporan Kegiatan Tahun 2013 | 54

BAB VI

PENUTUP

Kegiatan kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2013 sebagian besar telah terlaksana,

namun terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaannya. Adapun permasalahan yang dihadapi

untuk kegiatan terkait tugas dan fungsi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan: (1) adanya usulan

penambahan alokasi anggaran dari K/L yang belum dapat disetujui karena merupakan usulan di luar

tupoksi K/L; (2) adanya perbedaan format RKP 2012 dengan struktur program dan kegiatan di RPJMN

2010-2014; (3) penetapan pagu indikatif terlambat sehingga waktu untuk penyusunan Renja K/L relatif

terbatas; (4) belum adanya metodologi yang baku dalam proses pemantauan dan evaluasi; dan (5)

keterbatasan data untuk penyusunan laporan evaluasi.

Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan terkait penugasan khusus adalah sebagai berikut: (1) adanya

perbedaan persepsi sektoral dalam implementasi beberapa peraturan perundangan bidang penataan

ruang; (2) adanya perbedaan data antarsektor (contoh: sumber peta dan delineasi wilayah) dalam

menentukan kebijakan penyelesaian konflik tata ruang; (3) belum lengkapnya data yang diperlukan

untuk kegiatan pilot project reforma agraria nasional; (4) belum adanya kesepahaman konsep bank

tanah dan pengadilan khusus pertanahan; dan (5) keterbatasan data spasial bidang tanah yang telah

bersertifikat.