case iii asfiksia sedang, neonatal infeksi dan hiponatremia okky
DESCRIPTION
testTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS III
BAYI DENGAN ASFIKSIA SEDANG DAN NEONATAL
INFEKSI
DISUSUN OLEH :
Okky Nafiriana
030. 10. 214
PEMBIMBING :
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp.A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp.A, Msi.Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A, MSi.Med
dr. Neni Sumarni, Sp A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RSUD KOTA SEMARANG
PERIODE 10 Agustus 2015 – 17 Oktober 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
SEMARANG 2015
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA : Okky Nafiriana
NIM : 030.10.214
UNIVERSITAS : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
JUDUL KASUS : Bayi dengan Asfiksia Sedang dan Neonatal Infeksi
BAGIAN : Ilmu Kesehatan Anak - RSUD Kota Semarang
PEMBIMBING : dr. Neni Sumarni, Sp A
Oktober 2015
Pembimbing
dr. Neni Sumarni, Sp A
1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : By. Ny. N
Lahir : 26 September 2015
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Demak, Jawa Tengah
Nama Ayah : Tn. W
Umur : 33 Tahun
Pekerjaan : Karyawan swasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. N
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMP
No. CM : 337595
Bangsal : Perinatologi
Masuk RS : 26 September 2015
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
dilakukan pada tanggal 26 September 2015 pukul 14.30 WIB di ruang perinatologi
dan didukung oleh catatan medis.
Keluhan utama : Bayi merintih saat dilahirkan
Keluhan tambahan : Riwayat lahir dengan ketuban keruh dan bau tidak khas
2
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum Masuk RS
Ibu G1P0A0, usia 32 tahun, hamil 39 minggu, HPHT 3 Desember 2014,
riwayat haid teratur, siklus 28 hari, lama haid ± 7 hari per siklus. Ibu rutin
memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama
hamil, ibu mengaku hanya merasa mual namun tidak disertai muntah. Riwayat
trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat
penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu –
jamuan disangkal, riwayat perdarahan disangkal. Riwayat demam pernah
dialami saat usia kehamilan 32 minggu. Pola makan sebelum dan selama
hamil tidak terlalu banyak mengalami perubahan, yaitu 3 kali sehari. Ibu biasa
melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri seperti mencuci, mengepel,
memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Tanggal 26 September 2015 pukul 09.30 WIB Ibu datang ke IGD RSUD Kota
Semarang dengan keluhan keluar lendir dan darah dari jalan lahir disertai rasa
mulas sejak 21 jam sebelum masuk RS. Pasien merupakan rujukan dari rumah
bidan di dekat rumahnya. Tanggal 25 September 2015 pukul 13.00, pasien
datang ke rumah bidan dan setelah dilakukan pemeriksaan sudah pembukaan
1cm kemudian direncanakan melahirkan secara spontan. Tanggal 26
September 2015 pukul 05.30, pembukaan sudah lengkap namun persalinan tak
kunjung berlangsung sehingga pukul 08.00 WIB, ibu diputuskan untuk dirujuk
ke RSUD Kota Semarang. Keluar air-air banyak disangkal oleh pasien.
Setelah Masuk RS
Tanggal 26 September 2015 pukul 09.30 WIB, ibu sampai di IGD RSUD
Kota Semarang kemudian disarankan untuk segera dilakukan tindakan (SC). Pukul
12.30 WIB, telah lahir bayi jenis kelamin laki - laki lahir dari ibu G1P0A0 hamil 39
minggu usia 32 tahun, lahir secara SC atas indikasi partus macet ditolong oleh dr.
SpOG di ruang OK RSUD Kota Semarang. Ketuban hijau keruh dan bau tidak khas.
Saat lahir bayi merintih, gerak kurang aktif, napas tidak teratur, dan tampak
kebiruan di tangan maupun kaki. Kemudian dilakukan suction dan stimulasi sampai
bayi menangis kuat. Berat badan lahir 3700 gram. Panjang badan 55 cm. Lingkar
kepala 34 cm. Lingkar dada 33 cm., APGAR score 6 – 8 – 9. Kemudian ibu masuk
ke bangsal Dewi Kunthi dan bayi dimasukkan ke ruang Perinatologi.
3
NAMA : By. Ny. N NO. RM : 337595
UMUR : Lahir 26 September 2015 pukul 12.30 WIB RUANG : Perinatologi
TANGGAL/JAM
PERJALANAN PENYAKIT/ DIAGNOSA
PERINTAH DOKTER
26/9/2015U: 0 hariBB: 3700 grHR: 144x/mRR: 40x/mT: 36.6oCN: i/t cukup
Kondisi bayi: Diet (-) OGT (+) Infus umbilical (+)
Keadaan umum: compos mentis, aktifStatus InternusHidung: napas cuping hidung (-)Thoraks: simetris, retraksi (-)Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1xKulit: ikterik (-)Refleks:-Refleks hisap (+), lemah-Menangis kuat (+)
Assesment Neonatus aterm Asfiksia sedang Neonatal infection
Terapi O2 nasal 1 lpm Infus D10% 9 tpm mikro Injeksi ampisulbaktam 2 x
275 mg IV (H-1) Injeksi Ca gluconas 10cc
dalam D10% 9 tpm (H-1)
Program Tunda diet Pantau keadaan umum,
tanda vital dan saturasi oksigen
Cek darah rutin, GDS dan elektrolit
27/9/2015U: 1 hariBB: 3700 grHR: 128x/mRR: 44x/mT: 36.8oCN: i/t cukup
Kondisi bayi: Diet (+) OGT (+) Infus umbilical (+)
Keadaan umum: compos mentis, aktifStatus InternusHidung: napas cuping hidung (-)Thoraks: simetris, retraksi (-)Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 1xKulit: ikterik (-)Refleks:-Refleks hisap (+)-Menangis keras (+)
Hasil Laboratorium
Terapi O2 nasal 1 lpm Infus D10% + Ca glukonas
10 cc 9 tpm (H-2) Injeksi ampisulbaktam 2 x
275 mg IV (H-2)
Program Diet ASI 8x30cc Pantau keadaan umum,
tanda vital dan saturasi oksigen
Antibiotik sampai tanggal 28-09-2015 jam 24.00
4
Hb : 13,7Ht : 39,00Leukosit : 17.200Trombosit: 194.000Na : 129,0K : 4,20Cl : 1,25GDS : 96
Assesment Neonatus aterm Asfiksia sedang Neonatal infection
28/9/2015U: 2 hariBB: 3700 grHR: 132x/mRR: 36x/mT: 36.4oCN: i/t cukup
Kondisi bayi: Diet (+) OGT (+) Infus umbilical (+)
Keadaan umum: compos mentis, aktifStatus InternusHidung: napas cuping hidung (-)Thoraks: simetris, retraksi (-)Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 2xKulit: ikterik (+) Kramer III - IVRefleks:-Refleks hisap (+), kuat-Menangis keras (+)
Assesment Neonatus aterm Asfiksia sedang Neonatal infection
Terapi O2 nasal 1 lpm Infus D10% + Ca glukonas
10 cc 9 tpm (H-3) Injeksi ampisulbaktam 2 x
275 mg IV (H-3)
Program Diet ASI 8 x 30cc Pantau keadaan umum dan
tanda vital Antibiotik sampai tanggal
28-09-2015 jam 24.00 Besok pagi cek darah rutin Edukasi Ibu cara menetek
29/9/2014U: 3 hariBB: 3700 grHR: 138x/mRR: 36x/mT: 36.7oCN: i/t cukup
Kondisi bayi: Diet (+) OGT (-)
Keadaan umum: compos mentis, aktifStatus InternusHidung: napas cuping hidung (-)Thoraks: simetris, retraksi (-)Cor/ BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)Pulmo/ Suara napas vesikuler (+/+)Abdomen: datar, supel, bising usus (+) 2xKulit: ikterik (+) Kramer III - IVRefleks:-Refleks hisap (+), kuat
Program Boleh pulang
5
-Menangis keras (+)
Hasil LaboratoriumHb : 13,8Ht : 38,70Leukosit : 12.200Trombosit: 197.000
Assesment Neonatus aterm Asfiksia sedang Neonatal infection
Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu memiliki golongan darah A rhesus postif dan ayah memiliki golongan darah
B rhesus positif.
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, asma,
penyakit ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum hamil disangkal.
Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular seksual
selama kehamilan atau pada saat proses persalinan seperti misalnya gonorea,
klamidia, trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis disangkal.
Riwayat suami menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya
hamil disangkal.
Riwayat ibu mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing
bewarna merah selama kehamilan disangkal.
Riwayat ayah dan ibu merokok disangkal.
Sewaktu usia kehamilan 32 minggu, ibu pernah mengalami demam selama 5 hari
disertai dengan batuk dan pilek. Saat itu, Ibu memeriksakan diri ke puskesmas
dan sembuh setelah minum obat.
Kesan : Riwayat demam pada usia kehamilan trimester 3.
Riwayat Pemeriksaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal,
riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu –
jamuan disangkal oleh ibu.
Kesan : Pemeliharaan prenatal baik
6
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Bayi jenis kelamin laki - laki lahir dari ibu G1P0A0 hamil 39 minggu usia 32
tahun, lahir secara SC atas indikasi partus macet ditolong oleh dr. SpOG di ruang OK
RSUD Kota Semarang pada tanggal 26 September 2015, pukul 12.30 WIB. Ketuban
hijau keruh dan bau tidak khas.
Saat lahir bayi merintih, gerak kurang aktif, napas tidak teratur, dan tampak
kebiruan di tangan maupun kaki. Kemudian dilakukan suction dan stimulasi sampai
bayi menangis kuat. Kemudian bayi dirawat di ruang perinatology.
Berat badan lahir 3700 gram. Panjang badan 55 cm. Lingkar kepala 34 cm.
Lingkar dada 33 cm., APGAR score 6 – 8 – 9.
Kesan : Neonatus aterm, asfiksia sedang dan lahir secara spontan ,
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan
- Berat badan lahir : 3700 gram
- Panjang badan : 55 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Lingkar dada : 33 cm
Perkembangan
- Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi
Riwayat Makan dan Pertumbuhan Anak
Pada hari pertama tunda diet.
Pada hari pertama di rumah sakit mendapat infus D10% 9 tpm melalui infus
umbilical, injeksi ampisulbactam 2x275 mg, injeksi Ca gluconas 10cc dalam
D10% 9 tpm,
Pada hari kedua infus diganti D10% + Na 3meq 9tpm.
Mulai hari ketiga sudah mulai diberikan ASI melalui OGT.
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : -
BCG : -
Polio : -
Kesan : Anak belum pernah mendapat imunisasi
7
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak pernah menggunakan KB sebelumnya.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta. Ibu adalah ibu rumah tangga.
Biaya pengobatan pasien ditanggung pribadi (umum).
Kesan : Sosial ekonomi cukup
Data Keluarga
Ayah IbuPerkawinan 1 1
Umur 33 tahun 32 tahunKonsanguitas - -Keadaan sehat Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : milik sendiri
Keadaan rumah : dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur, 1
kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih : sumber air minum PAM, limbah buangan dialirkan ke
saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.
Keadaan lingkungan : jarak antar rumah cukup berdekatan, cukup padat
Kesan : Jarak rumah berdekatan, cukup padat
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 26 September 2015, pukul 15.00 WIB di
ruang perinatologi. Bayi laki-laki usia 0 hari, berat badan lahir 3700 gram, panjang
badan 55 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm.
Kesan umum :
Compos Mentis, tampak aktif, napas spontan adekuat, tangisan kuat, ikterik (-).
8
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 144 x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 40 x/menit
Suhu : 36,6 °C (Axilla)
Status Internus
Kepala
Normocephali, ukuran lingkar kepala 34 cm, ubun-ubun besar terbuka, ukuran
1.5 x 1.5 cm, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succadenium (-), cephale
hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala
tidak ada kelainan, wajah ikterik (-)
Mata
Pupil bulat, isokor, Ø 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sklera
ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-).
Hidung
Napas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
Telinga
Bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, discharge (-/-).
Mulut
sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-).
Thorax
Paru
o Inspeksi : Ikterik (-), hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam
keadaan statis maupun dinamis, retraksi suprasternal (-),
intercostal, dan epigastrial (-).
o Palpasi : stem fremitus tidak dilakukan, areola mammae teraba, papilla
mammae (+/+).
o Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
9
o Auskultasi : suara napas dasar vesikuler, ronkhi (-/-),wheezing (-/-),
hantaran (-/-), suara napas tambahan (-/-).
Jantung
o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : batas jantung sulit dinilai
o Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-) gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : Ikterik (-), datar, pusat di tengah, segar, tidak tampak layu dan
tidak kehijauan, terpasang infus umbilicalis
o Auskultasi : bising usus (+) normal
o Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
o Perkusi : timpani
Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia
Laki – laki, kedua testis mengisi skrotum, rugae skrotum terbentuk
Anorektal
Anus (+)
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki sudah sempurna
Superior InferiorDeformitas - /- - /-Akral dingin - /- - /-Akral sianosis - /- - /-Ikterik -/- - /-CRT < 2 detik < 2 detikTonus normotonus normotonus
Kulit
Lanugo(+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-).
Refleks Primitif :
Refleks Hisap : (+) Kurang
Refleks Rooting : (+) Kurang
Refleks Moro : ( + )
Refleks Palmar Grasp : ( + )
10
Refleks Plantar Grasp : ( + )
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Tanggal Hb (gr/dl) Ht (%) Leukosit(mm3)
Trombosit(mm3)
Na K Calc GDS
26/9/15 13.7 39.0 21.200 194.000 139 4,2 1,25 96
Kesan : Hasil laboratorium terdapat leukositosis
4. Pemeriksaan Khusus :
BALLARD SCORE
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik PoinSikap tubuh 4 Kulit 2
Jendela siku-siku 3 Lanugo 2
Rekoil lengan 3 Lipatan telapak kaki 4
Sudut popliteal 4 Payudara 2
Tanda Selempang 3 Bentuk telinga 3
Tumit ke kuping 3 Genitalia (perempuan) 3
11
Total 20 Total 16
New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 20 + 16
= 36
Kesan : kelahiran aterm 38 - 40 minggu
KURVA LUBCHENKO
BBL : 3700 gr
Usia Kehamilan : 39 minggu
Hasil : Sesuai Masa Kehamilan
APGAR SCORE
Klinis 1 5 10
Appearance 1 2 2
Pulse 2 2 2
Grimace 1 1 2
Activity 1 1 1
Respiratory Effort 1 2 2
6 8 9
12
Kesan : Asfiksia Sedang
BELL SQUASH SCORE
1. Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil : 4 Neonatal infeksi
GUPTE SCORE
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil : 5 Screening Neonatal Infeksi
C. RESUME
Telah lahir bayi laki-laki dari ibu G1P0A0, usia 32 tahun, hamil 39 minggu.
Tanggal 26 September 2015 Pukul 12.30 WIB secara SC atas indikasi partus macet,
ditolong oleh dokter SpOG di ruang OK RSUD Kota Semarang. Berat bayi lahir
3700 gram, panjang badan 55 cm, lingkar kepala 34 cm dan lingkar dada 33 cm. Saat
lahir bayi merintih, gerak kurang aktif, napas tidak teratur, dan tampak kebiruan di
tangan maupun kaki. Tidak terdapat lilitan tali pusat pada saat persalinan. Air
13
ketuban berwarna hijau keruh dan bau tidak khas. Kemudian dilakukan suction dan
stimulasi sampai bayi menangis kuat. Kemudian bayi dirawat di ruang Perinatologi.
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 26 April 2013 didapatkan :
Kesan umum :
Compos Mentis, tampak aktif, napas spontan adekuat, tangisan kuat, ikterik (-).
Tanda vital
Tekanan darah: tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 144 x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 40 x/menit
Suhu : 36,6 °C (Axilla)
Status Internus
Dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : Leukositosis
Tanggal Hb (gr/dl) Ht (%) Leukosit(mm3)
Trombosit(mm3)
Na K Calc GDS
26/9/15 13,7 39 21.200 194.000 139 4,2 1,25 96Pemeriksaan Khusus
Ballard score : Kelahiran aterm
Kurva Lubchenko : Sesuai masa kehamilan
APGAR score : Asfiksia sedang
Bell Squash score : Neonatal infeksi
Gupte score : Screening neonatal infeksi
Kesan: Neonatus aterm, lahir SC, asfiksia sedang, neonatal infeksi
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Neonatus Aterm
- Preterm
- Aterm
- Postterm
2. Asfiksia Sedang
- Faktor Janin (bayi besar, letak sungsang, gemeli, BBLR, fetal distress)
14
- Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama,
kelahiran dengan ekstraksi forceps atau vakum)
- Faktor Placenta (solusio placenta, placenta previa, lilitan tali pusat)
3. Neonatal Infeksi
Berdasarkan Etiologi :
i. Infeksi antenatal
1. Penyakit ibu (TORCH, TBC, Hepatitis B, Infeksi virus,
Trikomoniasis, Candidiasis vaginalis, gonorrhea, non
gonococcal servitis, sifilis, komdiloma akuminata, ulkus molle,
limfogranuloma inguinal)
2. Ketuban
ii. Infeksi durante natal
1. Infeksi ascenden
2. Infeksi lintas amnion
3. Infeksi lintas jalan lahir
iii. Infeksi postnatal
1. Perawatan tali pusat tidak adekuat
2. Nosokomial (alat dan sarana yang tidak steril)
3. Partus tindakan
4. Penolong persalinan
Berdasarkan Waktu :
iv. Early onset (< 72 jam)
1. Ketuban pecah dini
2. Infeksi pada ibu (TORCH, TBC, Infeksi virus, trikomoniasis,
kandidiasis vaginalis, gonorrhea, non gonococcal servitis,
sifilis, kondiloma akuminata, ulkus molle, limfogranuloma
inguinal)
v. Late onset (> 72 jam)
1. Perawatan tali pusat
2. Infeksi Nosokomial
E. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Neonatus aterm
2. Asfiksia Sedang
15
3. Neonatal Infeksi
F. TERAPI
Medikamentosa :
Infus D10% 9 tpm
Inj. Ampisulbactam 2 x 275 mg iv
Inj. Ca Gluconas 10cc dalam D10% 9tpm
Non Medikamentosa
O2 Nasal 1L/mnt
Diet :
Kebutuhan cairan hari ke 3 3,70 x 140cc = 518cc
Kebutuhan kalori 3700gr 3,70 x 140 = 518 kkal/hari
Pemberian ASI 8 x 30cc ASI
G. PROGRAM
- Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
- Pemeriksaan darah rutin ulang
- Latihan untuk menyusui
- Jaga kehangatan
- Rawat tali pusat
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
I. NASEHAT DI RUMAH
Jaga kehangatan bayi
Perawatan tali pusat
Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali. ASI
harus diteruskan dan diberikan sesering mungkin. Tidak dianjurkan memberikan
air, dekstrosa atau formula pengganti.
16
Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah
menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam keadaan
bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
Kebanyakan bayi cenderung menghisap udara yang berlebihan sewaktu
menyusui. Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara
meletakkan bayi tegak lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan
sampai ia mengeluarkan udara.
Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta pemberian
imunisasi dasar.
Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :
Kejang
Suhu tubuh ≥38°C
Mempunyai masalah bernafas
Merintih
Tampak berwarna kebiruan (sianotik)
Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya
17
TINJAUAN PUSTAKA
I. Asfiksia Neonatorum
Asfiksia pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian
bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan
bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk
bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1%
saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah
sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan
kompresi dada.
Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir.
Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu
tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah
dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.8,9
A. Definisi
Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir.
Asfiksia ditandai dengan keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis. Menurut APP
dan ACOG (2004), berikut karakteristik asfiksia :
Asidemia metabolik atau campuran (metabolik dan respiratorik) yang jelas, yaitu
pH < 7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical
Nilai apgar 0 – 7 pada menit ke 1
Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang , hipotonia ,
koma atau ensefalopati hipoksik iskemik
Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.8
B. Faktor Risiko
a. Faktor Risiko Antepartum
- Diabetes pada ibu
- Hipertensi pada kehamilan
- Hipertensi kronik
- Anemia janin atau isoimunisasi
- Riwayat kematian janin atau neonatus
- Perdarahan pada trimester dua dan tiga
18
- Infeksi ibu
- Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan
nerologi
- Polihidroamnion
- Oligohidroamnion
- Ketuban pecah dini
- Hidrops fetalis
- Kehamilan lewat waktu
- Kehamilan ganda
- Berat janin tidak sesuai masa kehamilan
- Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker
- Ibu pengguna obat bius
- Malformasi atau anomaly janin
- Tanpa pemeriksaan antenatal
- Usia < 16 tahun atau > 35 tahun
b. Faktor Risiko Intrapartum
- Seksio sesaria darurat
- Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum
- Letak sungsang atau persentasi abnormal
- Kelahiran kurang bulan
- Partus presipitatus
- Korioamnionitis
- Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan)
- Partus lama (> 24 jam)
- Kala dua lama (> 2 jam)
- Makrosomia
- Bradikardia janin persisten
- Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan
- Penggunaan anestesi umum
- Hiperstimulus uterus
- Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
- Air ketuban bercampur mekonium
- Prolaps tali pusat
- Solusio plasenta
19
- Plasenta previa
- Perdarahan intrapartum. 8,9
C. Penilaian
Penilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan
resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR
Score.
Tanda Nilai O Nilai 1 Nilai 2
AAppearace (warna
kulit)Seluruh tubuh biru atau putih
Tubuh merah extremitas biru
Seluruh tubuh merah
PPulse (Denyut
Nadi)Tidak ada < 100x/menit > 100x/menit
G Grimace (Refleks) Tidak adaPerubahan
mimik/meringisBersin/menangis
AActivity (Tonus
Otot)Lunglai
Ekstremitas sedikit fleksi
Gerakan aktif Ekstremitas fleksi
RRespiration effort (Usaha bernafas)
Tidak ada Tak teratur Menangis kuat
Tabel 1. Skor APGAR
Pembacaan APGAR Score :
i. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 – 5 – 10
ii. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat /
asfiksia)
- Nilai APGAR 8 – 10 : Vigorous baby
- Nilai APGAR 7 : Asfiksia ringan
- Nilai APGAR 4 – 6 : Asfiksia sedang
- Nilai APGAR 0 – 3 : Asfiksia berat
iii. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis
perkembangan bayi baru lahir.
D. Patofisiologi
20
a. Fisiologi Janin Memperoleh Oksigen
Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau
jalan untuk mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam
paru janin dalam keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial
rendah. Hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru karena
konstriksi pembuluh darah janin, Sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang
bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber
utama oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru,
dan alveoli akan berisi udara. Pengisian alveoli oleh udara akan memungkinkan
oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah di sekitar alveoli.
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan
pada sirkulasi plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik. Akibat tekanan
udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah paru akan
mengalami relaksasi sehingga tahanan terhadap aliran darah bekurang.
Keadaan relaksasi tersebut dan peningkatan tekanan darah sistemik,
menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah dibandingkan tekanan
sistemik sehingga aliran darah paru meningkat sedangkan aliran pada duktus
arteriosus menurun.
Pada saat kadar oksigen meningkat dan pembuluh paru mengalami
relaksasi, duktus arteriosus mulai menyempit. Darah yang sebelumnya melalui
duktus arteriosus sekarang melalui paru-paru, akan mengambil banyak oksigen
untuk dialirkan ke seluruh jaringan tubuh.
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan
paru-parunya untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas
yang dalam akan mendorong cairan dari jalan napasnya. Oksigen dan
pengembangan paru merupakan rangsang utama relaksasi pembuluh darah paru.
Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan
berubah dari abu-abu/biru menjadi kemerahan.
b. Kesulitan yang dialami bayi selama masa transisi
Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau
setelah lahir. Tanda klinis awal dapat berupa deselerasi frekuensi jantung janin.
Masalah yang dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan jalan
nafas dan atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau benda asing
21
seperti mekonium dari alveolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke
dalam paru mengakibatkan hipoksia. Bradikardia akibat hipoksia dan iskemia
akan menghambat peningkatan tekanan darah (hipotensi sistemik).
Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi konstriksi arteriol pada
organ seperti usus, ginjal, otot dan kulit, namun demikian aliran darah ke jantung
dan otak tetap stabil atau meningkat untuk mempertahankan pasokan oksigen.
Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung terus maka terjadi
kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan
berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi
jaringan, akan menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan
organ tubuh lain, atau kematian.
Penelitian menunjukkan bahwa pernapasan adalah tanda vital pertama
yang berhenti ketika bayi baru lahir kekurangan oksigen. Setelah periode awal
pernapasan yang cepat maka periode selanjutnya disebut apnu primer.
Rangsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan
pernapasan. Walaupun demikian bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi
akan melakukan beberapa usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi
apnu sekunder, rangsangan saja tidak akan menimbulkan kembali usaha
pernapasan bayi baru lahir.
Gambar 1. Perubahan frekuensi jantung dan tekanan darah selama apnu
Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer.
Tekanan darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder (kecuali jika
terjadi kehilangan darah pada saat memasuki periode hipotensi). Bayi dapat berada
pada fase antara apnu primer dan apnu dan seringkali keadaan yang
membahayakan ini dimulai sebelum atau selama persalinan. Akibatnya saat lahir,
sulit untuk menilai berapa lama bayi telah berada dalam keadaan membahayakan.
22
Pemeriksaan fisik tidak dapat membedakan antara apnu primer dan sekunder,
namun respon pernapasan yang ditunjukkan akan dapat memperkirakan kapan
mulai terjadi keadaan yang membahayakan itu.
Jika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu
adalah apnu primer. Jika tidak menunjukkan perbaikan apa-apa, ia dalam keadaan
apnu sekunder. Sebagai gambaran umum, semakin lama seorang bayi dalam
keadaan apnu sekunder, semakin lama pula dia bereaksi untuk dapat memulai
pernapasan. Walau demikian, segera setelah ventilasi yang adekuat, hampir
sebagian besar bayi baru lahir akan memperlihatkan gambaran reaksi yang sangat
cepat dalam hal peningkatan frekuensi jantung.
E. Komplikasi
Sistem Pengaruh
Sistem Saraf
Pusat
Ensefalopati hipoksik-iskemik, infark, perdarahan intrakranial, kejang,
edema otak, hipotonia, hipertonia
Kardiovaskular Iskemia miokardium, bising jantung, insufisiensi trikuspidalis, hipotensi
Pulmonal Sirkulasi janin persisten, perdarahan paru, sindrom kegawatan pernapasan
Ginjal Nekrosis tubular akut atau korteks
Adrenal Perdarahan adrenal
Saluran Cerna Perforasi, ulserasi, nekrosis
Metabolik Hiponatremia, hipoglikemia, hipokalsemia
Kulit Nekrosis lemak subkutan
Hematologi Koagulasi intravaskular
Tabel 2. Komplikasi Asfiksia
F. Penatalaksanaan
23
i. Epinefrin :
- Indikasi :
o Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
o Asistolik.
- Dosis :
o 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03
mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap
3-5 menit bila perlu.
ii. Volume ekspander :
- Indikasi :
o Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami
hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi.
o Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau
syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi
kecil/lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon
yang adekuat.
- Jenis cairan :
o Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
o Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan
darah banyak.
- Dosis :
o Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis.
iii. Bikarbonat :
- Indikasi :
o Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
o Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas
darah dan kimiawi.
o Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1
ml/kg bb (8,4%)
25
- Cara :
o Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama
banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal
2 menit.
- Efek samping :
o Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak.
iv. Nalokson :
- Nalokson hidrochlorida adalah antagonis narkotik yang tidak
menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan nalakson
ventilasi harus adekuat dan stabil.
- Indikasi :
o Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
o Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru
dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan
menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian bayi.
- Dosis :
o 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
- Cara :
o Intravena, endotrakeal atau bila perfusi baik diberikan
i.m/s.c
v. Suportif
- Jaga kehangatan.
- Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
- Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit
G. Prognosis
Pada asfiksia ringan-sedang, prognosis tergantung pada kecepatan
penetalaksanaan. Pada asfiksia berat dapat terjadi kematian atau kelainan saraf pada hari-
hari pertama. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dan
kelainan neurologis permanen, misalnya serebral palsi atau retardasi mental.
26
II. Neonatal Infeksi
A. Definisi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection (diperoleh
dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi yg diperoleh
dari lingkungan luar). 8
B. Patofisiologi
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
a. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya
infeksi melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui
cara ini antara lain:
- Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
- Spirochaeta: treponema palidum
- Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
b. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban
dengan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap
timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban
masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi
vagina. Infeksi janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi
pneumonia congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi
intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari
vagina misalnya blenorea dan “oral trush”.
c. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.8,10
27
C. Diagnosis
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan dengan
pemeriksaan fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital tertentu,
namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa kelainan
tersebut disebabkan infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama pada
bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka
kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat perhatian
yaitu 8,10:
- Bayi malas minum
- Bayi tertidur
- Tampak gelisah
- Pernafasan cepat
- Berat badan turun drastis
- Terjadi muntah dan diare
- Panas badan dengan pola bervariasi
- Aktivitas bayi menurun
- Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,
purpura, dan kejang-kejang
- Terjadi edema
- Sklerema
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
“Bell Squash Score” dan “Gupte Score”: 10,11
- Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
28
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI
- Gupte Score:
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI
D. Klasifikasi
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan
besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
- Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum.
- Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum,
infeksi umbilicus, moniliasis.
a. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala
sistemik.
Faktor resiko:
- Persalinan lama
- Persalinan dengan tindakan
- Infeksi / febris pada ibu
29
- Air ketuban bau, keruh
- KPD > 12 jam
- Prematuritas & BBLR
- Fetal distress
Tanda & gejala:
- Refleks hisap lemah
- Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
- Hipotermia atau hipertermia
- Merintih
- Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
- Penggunaan antibiotika secara IV : Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x
pemberian & gentamisin 5 mg/kg/hr 2x pemberian atau
Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian
- Pemeriksaan laboratorium urin
- Biakan darah dan uji resistensi
b. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala:
- Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis
- Kejang
- UUB menonjol
- Kaku kuduk
Pengobatan:
- Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak
diberikan minimal 3 minggu
- Pungsi lumbal
c. Sindrom Aspirasi Mekonium
SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan
kematian terutama pada BBLR karena refleks menelan dan batuk belum sempurna
Gejala:
- Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
- Letargia
- Malas minum
- Apneu neonatal
30
- Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
- Rhonki (+)
Pengobatan:
- Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium
staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan
nafas.
- Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
- Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
- Terapi antibiotika spectrum luas
- Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram
d. Osteitis akut
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
Gejala :
- Suhu tubuh tinggi
- Bayi tampak sakit berat
- Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang
terkena digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis
- Lokal ditemukan pus pada aspirasi
Pengobatan :
- Pemberian antibiotika : kloksasilin 50 mg/kg BB/hr scr parenteral
e. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
- Perawatan tali pusat yang tidak steril
- Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
- Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang
otot rahang dan faring
- Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
- Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan
epistotonus
- Tangan mengepal (boxer hand)
- Kejang
- Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
31
- Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
- Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
- Pasang IV line dan OGT
- Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
- Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10
hari
- Rawat tali pusat
- Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin
terjadinya rangsangan
f. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir.
Dibagi menjadi 3 stadium:
- Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
bisa terdapat pseudomembran.
- Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret
bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan
mendadak saat palpebra dibuka.
- Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak
begitu hebat lagi.
Penatalaksanaan:
- Bayi harus diisolasi
- Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis sampai lendir
hilang, keringkan dengan kasa steril
- Beri salep mata antibiotik tiap 15 menit pada jam pertama,
kemudian dilanjutkan diberikan setiap jam selama 3 hari
- Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM pada anterolateral paha. 8
g. Infeksi Umbilikus
Merupakan infeksi pd pangkal umbilikus yang disebabkan oleh infeksi
Staphylococcus aureus.
Gejala :
32
- Tanda radang (+) dan bernanah
- Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar
- Pada keadaan kronik dapat terjadi granuloma
Pengobatan :
- Berikan salep yang mengandung neomisin & basitrasin, serta salep
gentamisin
- Bila terdapat granuloma, berikan Argentinitras 3%
Pencegahan :
- Perawatan tali pusat yang baik
o Tali pusat ditutup dengan kasa steril & diganti setiap hari
E. Pencegahan
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
- Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
- Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
- Gunakan teknik aseptic
- Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau
desinfeksi instrument dan peralatan
- Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
- Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.8,10
33
DAFTAR PUSTAKA
1. F. Gary Cunningham., Kenneth J. L., Stephen L. B., Dwight J. Rouse., John C. H.,
Catherine Y. Spong. 2010. Fetal Growth Diorder Dalam : EBook Williams Obstetric.
23st edition. New York : Mc graw Hill
2. Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30.
Edition 15 Th 2001 Mc Graw Hill Companies.
3. Markum A.H. Prematuritas dan Retardasi Pertumbuhan Intrauterine. Dalam: Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid I, cet.3, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1996; 221-36
4. Wood David and Malan Atties : Notes On The Newborn Infant Fifth Edition.1996.
5. Rudolf’s Fundamental Of Pediatric, Page 161-164 Mc Graw Hill Companies 2002.
6. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19 th edition. Dalam
Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
7. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h B a y i B a r u L a h i r . D a l a m : B u k u
A c u a n Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1.
Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
8. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010
9. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London:Arnold, 2002; 62-88.
10. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis. 2011. Avalaible
at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober 10th, 2011
11. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in Neonatal
Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta 2005:1-13
12. 2. The College of Emergency Medicine and Doctors. 2011. Diakses dari:
<http://collemergencymed.ac.uk >. [08 Januari 2015].
34