cara tayammum yang benar

Upload: dwi-anggi-p

Post on 08-Mar-2016

269 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tayamum yang benar

TRANSCRIPT

Cara Tayammum yang Benar, Sesuai dengan Sunah NabiPengertian TayammumTayammum secarabahasaartinya sebagai Al Qosdu () yang berarti bermaksud atau bertujuan atau memilih. Allah berfirman: Janganlah kalian bersengaja memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan hal itu, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memejamkan mata terhadapnya (Qs. Al-Baqarah: 267).Katadalam ayat di atas artinya bersengaja, bermaksud, atau bertujuan. (as-Suyuthy & al-Mahali, al-Jalalain, al-Baqarah: 267)Sedangkan secara istilah syariat, tayammum adalah tata cara bersuci dari hadats dengan mengusap wajah dan tangan, menggunakanshoidyang bersih.Catatan: Shoidadalah seluruh permukaan bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum, baik yang mengandung tanah atau debu maupun tidak.Dalil Disyariatkannya TayammumTayammum disyariatkan dalam islam berdasarkan dalil al-Quran, sunnah dan Ijma (kesepakatan) kaum muslimin.Adapun dalil dari Al Quran adalah firman AllahAzza wa Jalla, Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau berhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.(Qs. Al Maidah: 6).Adapun dalil dari Sunnah, sabdaRasulullah shollallahu alaihi wa sallamdari sahabat Hudzaifah Ibnul Yamanrodhiyallahu anhu, Tanah yang suci adalah wudhunya muslim, meskipun tidak menjumpai air sepuluh tahun.(Abu Daud 332, Turmudzi 124 dan dishahihkan al-Albani)Media yang dapat Digunakan untuk TayammumMedia yang dapat digunakan untuk bertayammum adalahseluruh permukaan bumi yang bersihbaik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering. Hal ini berdasarkan hadits Nabishollallahu alaihi wa sallamdari sahabat Hudzaifah Ibnul Yamanrodhiyallahu anhudi atas dan secara khusus, Dijadikan permukaan bumiseluruhnyabagiku dan ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci.(Muttafaq alaihi)Keadaan yang Membolehkan TayammumSyaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzanhafidzahullahmenyebutkan beberapa keadaan yang dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum, Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak. Terdapat air dalam jumlah terbatas, sementara ada kebutuhan lain yang juga memerlukan air tersebut, seperti untuk minum dan memasak Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau semakin lama sembuh dari sakit Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya waktu sholat Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat menghangatkan air tersebut.Tata Cara Tayammum Nabishallallahu alaihi wa sallamTata cara tayammum Nabishallallahu alaihi wa sallamdijelaskan hadits Ammar bin Yasirradhiyallahu anhu, . Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Lantas beliau mengatakan, Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini. Kemudian beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah sekali, lalu meniupnya. Kemudian beliau mengusap punggung telapak tangan (kanan)nyadengan tangan kirinya danmengusap punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.Dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori, Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan.(Muttafaq alaihi)Berdasarkan hadits di atas, kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliaushallallahu alaihi wa sallamadalah sebagai berikut. Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan tanahsekali kemudian meniupnya. Mengusap punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan. Semua usapandilakukan sekali. Bagian tangan yang diusap hanya sampaipergelangan tangansaja Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk hadats kecil Tidak wajibnya tertib atau berurutan ketika tayammumPembatal Tayammuma. Semua pembatal wudhu juga merupakan pembatal tayammumb. Menemukan air, jika sebab tayammumnya karena tidak ada airc. Mampu menggunakan air, jika sebab tayammumnya karena tidak bisa menggunakan airCatatan:Orang yang melaksanakan shalat dengan tayammum, kemudian dia menemukan air setelah shalat maka dia tidak diwajibkan untuk berwudhu dan mengulangi shalatnya. Hal ini berdasarkan hadits Nabishallallahu alaihi wa sallamdari sahabat Abu Said Al Khudriradhiyallahu anhu, : : Ada dua orang lelaki yang bersafar. Kemudian tibalah waktu shalat, sementara tidak ada air di sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan tanah yang suci, lalu keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air, sementara waktu shalat masih ada. Lalu salah satu dari keduanya berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan satunya tidak mengulangi shalatnya.Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan yang mereka alami. Maka beliau shallallahu alaihi wa sallam mengatakan kepada orang yangtidakmengulangi shalatnya, Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah dan shalatmu sah. Kemudian Beliau mengatakan kepada yang mengulangi shalatnya, Untukmu dua pahala.(HR. Abu Daud dan dishahihkan al-Albani)Di Antara Hikmah Disyariatkannya TayammumDiantara hikmah tayyamum adalah untuk menyucikan diri kita dan agar kita bersyukur dengan syariat ini. Sehingga semakin nampak kepada kita bahwa Allah sama sekali tidak ingin memberatkan hamba-Nya. Setelah menyebutkan syariat bersuci, Allah mengakhiri ayat tersebut dengan firman-Nya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak menyucikan kamu dan menyempurnakannikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.(Qs. Al Maidah: 6).Penyusun: Ustadz Ammi Nur BaitsArtikelwww.carasholat.com

Niat, Syarat Sahnya MandiPara ulama mengatakan bahwa di antara fungsi niat adalah untuk membedakan manakah yang menjadi kebiasaan dan manakah ibadah. Dalam hal mandi tentu saja mesti dibedakan dengan mandi biasa. Pembedanya adalah niat. Dalam hadits dari Umar bin Al Khattab, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. (Riwayat Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)Rukun MandiHakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu mengenai rambut dan kulit.Inilah yang diterangkan dalam banyak hadits Nabishallallahu alaihi wa sallam. Di antaranya adalah dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya. (Riwayat An Nasa-i no. 247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.[1]Dari Jubair bin Muthim berkata, Kami saling memperbincangkan tentang mandi janabah di sisi NabiShallallahu Alaihi Wa Sallam, lalu beliau bersabda, Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku. (Riwayat Ahmad 4/81. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits inishahihsesuai syarat Bukhari Muslim)Dalil yang menunjukkan bahwa hanya mengguyur seluruh badan dengan air itu merupakan rukun (fardhu) mandi dan bukan selainnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Ia mengatakan, .Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub? Beliau bersabda, Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci. (Riwayat Muslim no. 330)Dengan seseorang memenuhi rukun mandi ini, maka mandinya dianggap sah, asalkan disertai niat untuk mandi wajib (al ghuslu). Jadi seseorang yang mandi di pancuran ataushowerdan air mengenai seluruh tubuhnya, maka mandinya sudah dianggap sah.Adapun berkumur-kumur (madhmadhoh), memasukkan air dalam hidung (istinsyaq) dan menggosok-gosok badan (ad dalk) adalah perkara yang disunnahkan menurut mayoritas ulama.[2]Tata Cara Mandi yang SempurnaBerikut kita akan melihat tata cara mandi yang disunnahkan. Apabila hal ini dilakukan, maka akan membuat mandi tadi lebih sempurna. Yang menjadi dalil dari bahasan ini adalah dua dalil yaitu dari Aisyah dan hadits dari Maimunah.Hadits pertama: Dari Aisyah, isteri Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, bahwa jika Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya. (Riwayat Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316)Hadits kedua: Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Maimunah mengatakan, Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah, Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya. Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak kakinya (di tempat yang berbeda). (Riwayat Bukhari no. 265 dan Muslim no. 317)Dari dua hadits di atas, kita dapat merinci tata cara mandi yang disunnahkan sebagai berikut.Pertama: Mencuci tangan terlebih dahulu sebanyak tiga kali sebelum tangan tersebut dimasukkan dalam bejana atau sebelum mandi.Ibnu Hajar Al Asqolanirahimahullahmengatakan, Boleh jadi tujuan untuk mencuci tangan terlebih dahulu di sini adalah untuk membersihkan tangan dari kotoran Juga boleh jadi tujuannya adalah karena mandi tersebut dilakukan setelah bangun tidur.[3]Kedua: Membersihkan kemaluan dan kotoran yang ada dengan tangan kiri.Ketiga: Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan ke tanah atau dengan menggunakan sabun. An Nawawirahimahullahmengatakan, Disunnahkan bagi orang yang beristinja (membersihkan kotoran) dengan air, ketika selesai, hendaklah ia mencuci tangannya dengan debu atau semacam sabun, atau hendaklah ia menggosokkan tangannya ke tanah atau tembok untuk menghilangkan kotoran yang ada.[4]Keempat: Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat.Asy Syaukanirahimahullahmengatakan, Adapun mendahulukan mencuci anggota wudhu ketika mandi itu tidaklah wajib. Cukup dengan seseorang mengguyur badan ke seluruh badan tanpa didahului dengan berwudhu, maka itu sudah disebut mandi (al ghuslu).[5]. Untuk kaki ketika berwudhu, kapankah dicuci? Jika kita melihat dari hadits Maimunah di atas, dicontohkan oleh Nabishallallahu alaihi wa sallambahwa beliau membasuh anggota wudhunya dulu sampai membasuh kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, sedangkan kaki dicuci terakhir. Namun hadits Aisyah menerangkan bahwa Nabishallallahu alaihi wa sallamberwudhu secara sempurna (sampai mencuci kaki), setelah itu beliau mengguyur air ke seluruh tubuh.Dari dua hadits tersebut, para ulama akhirnya berselisih pendapat kapankah kaki itu dicuci. Yang tepat tentang masalah ini, dua cara yang disebut dalam hadits Aisyah dan Maimunah bisa sama-sama digunakan. Yaitu kita bisa saja mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu kita mengguyur air ke seluruh tubuh, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Aisyah. Atau boleh jadi kita gunakan cara mandi dengan mulai berkumur-kumur, memasukkan air dalam hidup, mencuci wajah, mencuci kedua tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke seluruh tubuh, kemudian kaki dicuci terakhir.Syaikh Abu Malikhafizhohullahmengatakan, Tata cara mandi (apakah dengan cara yang disebut dalam hadits Aisyah dan Maimunah) itu sama-sama boleh digunakan, dalam masalah ini ada kelapangan.[6]Kelima: Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut.Keenam: Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri.Ketujuh: Menyela-nyela rambut.Dari Aisyah Radhiyallahu Anha disebutkan, Jika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mandi junub, beliau mencuci tangannya dan berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Kemudian beliau mandi dengan menggosok-gosokkan tangannya ke rambut kepalanya hingga bila telah yakin merata mengenai dasar kulit kepalanya, beliau mengguyurkan air ke atasnya tiga kali. Lalu beliau membasuh badan lainnya. (Riwayat Bukhari no. 272)Juga Aisyah Radhiyallahu Anha mengatakan, Jika salah seorang dari kami mengalami junub, maka ia mengambil air dengan kedua tangannya dan disiramkan ke atas kepala, lalu mengambil air dengan tangannya dan disiramkan ke bagian tubuh sebelah kanan, lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke bagian tubuh sebelah kiri.(Riwayat Bukhari no. 277)Kedelapan: Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri.Dalilnya adalah dari Aisyah Radhiyallahu Anha,ia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa mendahulukan yang kanan ketika memakai sendal, ketika bersisir, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik). (Riwayat Bukhari no. 168 dan Muslim no. 268)Mengguyur air ke seluruh tubuh di sini cukup sekali saja sebagaimana zhohir (tekstual) hadits yang membicarakan tentang mandi. Inilah salah satu pendapat dari madzhab Imam Ahmad dan dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.[7]Bagaimanakah Tata Cara Mandi pada Wanita?Tata cara mandi junub pada wanita sama dengan tata cara mandi yang diterangkan di atas sebagaimana telah diterangkan dalam dari Ummu Salamah, Saya berkata, wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang mengepang rambut kepalaku, apakah aku harus membuka kepangku ketika mandi junub? Beliau bersabda, Jangan (kamu buka). Cukuplah kamu mengguyur air pada kepalamu tiga kali, kemudian guyurlah yang lainnya dengan air, maka kamu telah suci.(Riwayat Muslim no. 330)Untuk mandi karena haidh dan nifas, tata caranya sama dengan mandi junub namun ditambahkan dengan beberapa hal berikut ini:Pertama: Menggunakan sabun dan pembersih lainnya beserta air.Hal ini berdasarkan dariAisyah Radhiyallahu Anha, - - . . . . Asma bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang mandi wanita haidh. Maka beliau bersabda, Salah seorang dari kalian hendaklah mengambil air dan daun bidara, lalu engkau bersuci, lalu membaguskan bersucinya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Kemudian hendaklah engkau menyiramkan air pada kepalanya tadi. Kemudian engkau mengambil kapas bermisik, lalu bersuci dengannya. Lalu Asma berkata, Bagaimana dia dikatakan suci dengannya? Beliau bersabda, Subhanallah, bersucilah kamu dengannya. Lalu Aisyah berkata -seakan-akan dia menutupi hal tersebut-, Kamu sapu bekas-bekas darah haidh yang ada (dengan kapas tadi).Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, maka beliau bersabda, Hendaklah kamu mengambil air lalu bersuci dengan sebaik-baiknya bersuci, atau bersangat-sangat dalam bersuci kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mencurahkan air padanya.(Riwayat Bukhari no. 314 dan Muslim no. 332)Kedua: Melepas kepangan sehingga air sampai ke pangkal rambut.Dalil hal ini adalah hadits yang telah lewat, Kemudian hendaklah kamu menyiramkan air pada kepalanya, lalu menggosok-gosoknya dengan keras hingga mencapai akar rambut kepalanya. Dalil ini menunjukkan tidak cukup dengan hanya mengalirkan air seperti halnya mandi junub. Sedangkan mengenai mandi junub disebutkan, Kemudian kamu siramkan air pada kepala, lalu memijatnya hingga mencapai dasar kepalanya, kemudian mengguyurkan air padanya.Dalam mandi junub tidak disebutkan menggosok-gosok dengan keras. Hal ini menunjukkan bedanya mandi junub dan mandi karena haidh/nifas.Ketiga: Ketika mandi sesuai masa haidh, seorang wanita disunnahkan membawa kapas atau potongan kain untuk mengusap tempat keluarnya darah guna menghilangkan sisa-sisanya. Selain itu, disunnahkan mengusap bekas darah pada kemaluan setelah mandi dengan minyak misk atau parfum lainnya. Hal ini dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak enak karena bekas darah haidh.Perlukah Berwudhu Seusai Mandi?Cukup kami bawakan dua riwayat tentang hal ini, - - Dari Aisyah, ia berkata, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam tidak berwudhu setelah selesai mandi. (Riwayat Tirmidzi no. 107, An Nasai no. 252, Ibnu Majah no. 579, Ahmad 6/68. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih)Sebuah riwayat dari Ibnu Umar, : Beliau ditanya mengenai wudhu setelah mandi. Lalu beliau menjawab, Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?(Riwayat Ibnu Abi Syaibah secara marfu dan mauquf[8])Abu Bakr Ibnul Arobi berkata, Para ulama tidak berselisih pendapat bahwa wudhu telah masuk dalam mandi. Ibnu Baththol juga telah menukil adanya ijma (kesepakatan ulama) dalam masalah ini.[9]Penjelasan ini adalah sebagai alasan yang kuat bahwa jika seseorang sudah berniat untuk mandi wajib, lalu ia mengguyur seluruh badannya dengan air, maka setelah mandi ia tidak perlu berwudhu lagi, apalagi jika sebelum mandi ia sudah berwudhu.Apakah Boleh Mengeringkan Badan dengan Handuk Setelah Mandi?Dari Maimunah disebutkan mengenai tata cara mandi, lalu diakhir hadits disebutkan, Lalu aku sodorkan kain (sebagai pengering) tetapi beliau tidak mengambilnya, lalu beliau pergi dengan mengeringkan air dari badannya dengan tangannya (Riwayat Bukhari no. 276). Berdasarkan hadits ini, sebagian ulama memakruhkan mengeringkan badan setelah mandi. Namun yang tepat, hadits tersebut bukanlah pendukung pendapat tersebut dengan beberapa alasan:1. Perbuatan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika itu masih mengandung beberapa kemungkinan. Boleh jadi beliau tidak mengambil kain (handuk) tersebut karena alasan lainnya yang bukan maksud untuk memakruhkan mengeringkan badan ketika itu. Boleh jadi kain tersebut mungkin sobek atau beliau buru-buru saja karena ada urusan lainnya.2. Hadits ini malah menunjukkan bahwa kebiasaan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallamadalah mengeringkan badan sehabis mandi. Seandainya bukan kebiasaan beliau, maka tentu saja beliau tidak dibawakan handuk ketika itu.3. Mengeringkan air dengan tangan menunjukkan bahwa mengeringkan air dengan kain bukanlah makruh karena keduanya sama-sama mengeringkan.Kesimpulannya, mengeringkan air dengan kain (handuk) tidaklah mengapa.[10]Demikian pembahasan kami seputar mandi wajib (al ghuslu). Tata cara di atas juga berlaku untuk mandi yang sunnah yang akan kami jelaskan pada tulisan selanjutnya (serial ketiga atau terakhir).[1]Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 1/361, Darul Marifah, 1379.[2] Penjelasannya silakan lihat diShahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/173-174 dan 1/177-178, Al Maktabah At Taufiqiyah.[3]Fathul Bari, 1/360.[4]Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 3/231, Dar Ihya At Turots Al Arobi, 1392.[5]Ad Daroril Mudhiyah Syarh Ad Duroril Bahiyyah, Muhammad bin Ali Asy Syaukani, hal. 61, Darul Aqidah, terbitan tahun 1425 H.[6]Shahih Fiqh Sunnah, 1/175-176.[7] Al Ikhtiyaarot Al Fiqhiyah li Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, Alauddin Abul Hasan Ali bin Muhammad Al Bali Ad Dimasyqi Al Hambali, hal. 14, Mawqi Misykatul Islamiyah.[8] Lihat Ad Daroril Mudhiyah, hal. 61[9] Idem.[10] Shahih Fiqh Sunnah, 1/181.Dari artikel Tata Cara Mandi Wajib Muslim.Or.Id by null

Tata-Cara Berwudhu Menurut Al Quran dan Sunnah NabiOleh : Abu Abdirrohman AlbayatyWudhu adalah menggunakan air yang suci dan mensucikan dengan cara yang khusus di empat anggota badan yaitu, wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki. Adapun sebab yang mewajibkan wudhu adalah hadats, yaitu apa saja yang mewajibkan wudhu atau mandi [terbagi menjadi dua macam, (hadats besar) yaitu segala yang mewajibkan mandi dan (hadats kecil) yaitu semua yang mewajibkan wudhu]. Adapun dalil_wajibnya_wudhu_adalah_firman_Allah:Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, (Q.S. Al-Maidah:6)Adapun dalil tata cara wudhu secara sempurna adalah hadist riwayat Abdullah bin Zaid tentang tata_cara_wudhu_(terdapat_lafal):Kemudian Rasulullah memasukkan tangannya, kemudian berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dengan satu tangan sebanyak tiga kali. (Mutafaq alaih).-Dan dari Humran bahwa Utsman pernah meminta dibawakan air wudhu, maka ia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku tiga kali, kemudian tangan kirinya seperti itu pula, kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kirinya seperti itu pula, kemudian berkata, Aku melihat Rasulullah berwudhu seperti wudhuku ini. (Mutafaq alaih).Dan dari Abdullah bin Zaid bin Ashim dalam tatacara wudhu, ia berkata,Dan Rasulullah mengusap kepalanya, menyapukannya ke belakang dan ke depan. (Mutafaq alaih).Dan lafal yang lain,(Beliau) memulai dari bagian depan kepalanya sampai ke tengkuk, kemudian menariknya lagi ke bagian depan tempat semula memulai.Dan dalam riwayat Ibnu Amr tentang tata cara berwudhu, katanya, Kemudian ( Rasulullah ) mengusap kepalanya, dan memasukkan dua jari telunjuknya ke masing-masing telinganya, dan mengusapkan kedua jari jempolnya ke permukaan daun telinganya. (H.R . Abu Dawud, Nasa`i dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).Takaran air dalam berwudhu adalah satu mud (Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut ukuran orang Hijaz dan 2 liter menurut ukuran orang Irak. (lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Adapun untuk mandi sebanyak satu sha sampai lima mud. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Anas, katanya, Adalah Rasulullah ketika berwudhu dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran sebanyak) satu sha sampai lima mud. ) (H.R. Muttafaq alaihA. Tata cara wudhu yang diajarkan Rosulullah adalah sebagai berikut:1. Apabila seorang muslim mau berwudhu atau mandi (wajib / junub), maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya. Niat yang dimaksud dalam berwudhu dan mandi (wajib) adalah niat untuk menghilangkan hadats atau untuk menjadikan boleh suatu perbuatan yang diwajibkan bersuci, oleh karenanya amalan-amalan yang dilakukan tanpa niat tidak diterima. Dalilnya_adalah_firman_Allah:Dan mereka tidaklah diperintahkan melainkan agar beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. (Q.S. Al-Bayyinah:5).Dan_hadits_dari_Umar_bin_al-Khaththab,_bahwa_Rasulullah_bersabda,Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang tidak lain (akan memperoleh balasan dari) apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju (keridhaan) Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah (keridhaan) Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena (harta atau kemegahan) dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya..Kemudian membaca Basmalah :( Bismillaah) sebab Rasulullah bersabda:Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Al-Irwa (81).Dan apabila ia lupa, maka dia bisa membacanya tatkala dia ingat ketika masih berwudhu, namun apabila dia ingat tatkala selesai berwudhu maka tidaklah mengapa dia tidak membaca basmalah. Adapun dalil gugurnya kewajiban mengucapkan basmalah kalau lupa atau tidak tahu adalah_hadits:Dimaafkan untuk umatku, kesalahan dan kelupaan.2. Kemudian mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali .3. Mengambil air dengan telapak tangan kanannya sambil sebagian dimasukkan kedalam mulut ( madhmadhoh ) dan sebagian dimasukkan / di hirup ke dalam hidung ( istinsyaq ) kemudian membuangnya dengan bantuan tangan kirinya ( istintsar ). Tatkala air masih di dalam mulut maka di usahakan air tersebut dikumur-kumur ( Bhs jawa : kemu ), begitu juga dengan yang ada di dalam hidung sehingga kotorannya dapat keluar.4. Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya, karena dikhawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda:Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa. ( Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud (629))5. Lalu mencuci muka sebanyak tiga kali. Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu, dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri.6. Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut. Karena Rasulullah selalu mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu. (Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (92))7. Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku sebanyak tiga kali, karena Allah berfirman :dan kedua tanganmu hingga siku. (Surah Al-Maidah : 6).Cara mencuci tangan adalah dimulai dengan mencuci tangan kanan sampai siku sebanyak tiga kali baru mencuci tangan kiri sampai siku sebanyak tiga kali.8. Kemudian mengusap kepala ( bedakan dengan mencuci / membasuh ) beserta kedua telinga satu kali, dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala.9. Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada tangannya. Cara mengusap telinga adalah dengan memasukkan jari telunjuk pada lubang telinga sedang ibu jari mengusap bagian luar daun telinga. Perbuatan ini dilakukan sebanyak satu kali saja.10. Lalu mencuci kedua kaki sampai kedua mata kaki sebanyak tiga kali, karena Allah berfirman:dan kedua kakimu hingga dua mata kaki. (Surah Al-Maidah : 6).Yang dimaksud mata kaki adalah benjolan yang ada di sebelah bawah betis. Kedua mata kaki tersebut wajib dicuci berbarengan dengan kaki. Cara mencuci kaki adalah dimulai dari kaki kanan dulu sebanyak tiga kali baru kaki kiri sebanyak tiga kali.11. Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci. Dan apabila tangan atau kakinya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya saja.12. Setelah selesai berwudhu mengucapkan doa sebagaimana yang diajarkan Nabi berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Umar, katanya, Berkata Rasulullah, Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu dan meyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan: Asyhadu allaa ilaaha illallooh wahdahulaa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rosuuluhAku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali hanya Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.Melainkan dibukakan untuknya delapan pintu syurga, ia dapat masuk dari mana saja yang ia kehendaki(H.R. Muslim).Boleh ditambah dengan : .Allohummaj alnii minattawwaabiina wajalnii minal mutathohhiriinYa Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertobat dan jadikanlah aku sebagai bagian dari orang-orang yang bersuci.( dalam riwayat At-Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (96) )13. Ketika berwudhu wajib mencuci anggota-anggota wudhunya secara berurutan, tidak menunda pencucian salah satunya hingga yang sebelumnya kering.14. Boleh mengelap anggota-anggota wudhu seusai berwudhu.Maroji1. Sifat wudhu Nabi , Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin.2. Beberapa pelajaran penting untuk segenap ummat, syaikh Abdul Aziz bin Abdulloh Bin Baz.3. Dan beberapa sumber yang lai