capsulitis adhesiva

31
BAB I PENDAHULUAN Capsulitis Adhesiva pada bahu merupakan bentuk yang unik, karena sakit pada sendi bahu dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai jenis proses penyakit. Istilah “frozen shoulder” didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis dengan pembatasan aktif dan pasif rentang gerak (ROM) disegala arah, termasuk fleksi, abduksi, dan rotasi. Frozen Shoulder pertama kali dijelaskan pada tahun 1934 oleh Codman. Pada tahun 1945, Neviaser menggambarkan perubahan synovial pada sendi glenohumeral, lalu menyebutnya sebagai “adhesiva capsulitis''. Lundberg mengklasifikasi “frozen shoulder” menjadi primary capsulitis adhesiva dan secondary capsulitis adhesiva. Patogenesis dari bentuk idiopatik masih belum jelas, meskipun ada banyak mekanisme yang diusulkan. Harryman dan Neviaser menyebutkan adanya hubungan endokrin, imunologi, inflamasi, dan perubahan biokimia sebagai kemungkinan penyebabnya, ada juga yang menghubungkan asien dengan dibetes meningkatkan insiden terkena capsulitis adhesiva. Penyebab secondary capsulitis adhesiva bisa terjadi karena sebab intrinsic, ekstrinsik ataupun sistemik. Kemungkinan penyebabnya bisa karena microtrauma, makrotrauma, post operasi dengan imobilisasi bahu yang lama. 1

Upload: sitti-monica-a-ambon

Post on 20-Oct-2015

174 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xkhhkhk

TRANSCRIPT

Page 1: capsulitis adhesiva

BAB I

PENDAHULUAN

Capsulitis Adhesiva pada bahu merupakan bentuk yang unik, karena sakit pada sendi

bahu dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai jenis proses penyakit. Istilah “frozen

shoulder” didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis dengan pembatasan aktif dan pasif

rentang gerak (ROM) disegala arah, termasuk fleksi, abduksi, dan rotasi.

Frozen Shoulder pertama kali dijelaskan pada tahun 1934 oleh Codman. Pada tahun

1945, Neviaser menggambarkan perubahan synovial pada sendi glenohumeral, lalu

menyebutnya sebagai “adhesiva capsulitis''. Lundberg mengklasifikasi “frozen shoulder”

menjadi primary capsulitis adhesiva dan secondary capsulitis adhesiva. Patogenesis dari

bentuk idiopatik masih belum jelas, meskipun ada banyak mekanisme yang diusulkan.

Harryman dan Neviaser menyebutkan adanya hubungan endokrin, imunologi, inflamasi, dan

perubahan biokimia sebagai kemungkinan penyebabnya, ada juga yang menghubungkan

asien dengan dibetes meningkatkan insiden terkena capsulitis adhesiva.

Penyebab secondary capsulitis adhesiva bisa terjadi karena sebab intrinsic, ekstrinsik

ataupun sistemik. Kemungkinan penyebabnya bisa karena microtrauma, makrotrauma, post

operasi dengan imobilisasi bahu yang lama.

1

Page 2: capsulitis adhesiva

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI

1. Shoulder joint

Gerakan – geakan yang terajdi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang

saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertyebral atas, sendi

akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan ergeseran skapulotorakal dan

sendi gelnohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam snedi bahu sering

mempunyai konsekuensi untuk sendi- sendi lain di gelang bahu atau sebaliknya.

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas

glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir,

menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis

dan simultan dengan sendi –s endi lainnya. Cavitas glenoidalis senagai mangkok snedi

bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter

cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencangkup sepertiga bagian dari

kepala tulang snedi nya yang agak besar, keadaan ini membuat sendi tersebut tidak

stabil namun paling luas gerakannya.

beberapa karakteristik dari sendi bahu :

a. perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepalasendinya tidak

sebanding.

b. kapsul sendinyaa relative lemah

c. otot – otot embungkus sendinya relative lemah, seerti otot supraspinatus,

infraspinatus, teresminor dan subscapularis.

d. gerakannya paling luas.

e. stabilitas sendinya kurang stabil.

2

Page 3: capsulitis adhesiva

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, amka sendi bahu lebih mudah mengalami

gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya.

2. kapsul sendi

Kapsul sendi terditi atas 2 lapisan (haegnars)

a. kapsul synovial (lapisan vbagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan

fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.

Fungsinya mengahsilkan cairan synovial sendi dan sebagai transformator makanan ke

tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada fungsi sendi yang ringan saja, maka

pertama kali yang mengalami gangguan fungsi adalah kapsul synovial. Tetapi karena

kapsul synovial tidak memlik resetor nyeri, maka tidak akan merasa nyeri jika terjadi

gangguan, misalnya pada artrosis sendi.

b. kapsul fibrosa

karakterisktiknya berua jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan

embuluh adrah. Fungsinya memelihara posis dan stabilitas sendi, mmelihara regeneras

kapsul sendi. Kita dapa merasakan psoisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan

tersebut samai ke kapsul fibrosa

3. kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantala sendi, sehigga tidak

nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat

nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago.

Pada sendi glenohumeral terdaat banyak jaringan, baik jaringan miofasial maupun jaringan

tulang yang berpotensi untuk terkena gangguan. Pembatas lingkup gerakan di sendi bahu

akibat gangguan miofasial sering dikelompokan juga dalam frozen shoulder, sehingga

3

Page 4: capsulitis adhesiva

termasuk didalamnya bursitis akromialis, tendinitis supraspinatus, tendinitis bisiitalis, yang

tepatnya dikelompokan dalam kelomok periarthritis.

Pembagian frozen shoulder :

. periarthritis

a. tendinitis supraspinatus

b. tendinitis bisipitalis

c. bursitis akromialis

2. capsulitis adhesiva

Penderita capsulitis adhesiva juga memiliki keluhan yang sama seperti pada penderita

periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan samping

bahu. Nyeri ada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti gerakan

aktif dibatasi nyeri. tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun

terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila diperiksa maka nyeri

tersebut dirasakan di bagian depan dan samping bahu menjalar ke lipatan siku dan ke

permukaan anterior lengan bawah serta ke daerahotot pectoralis.

Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan capsulitis adhesiva secara

langsung disebabkan oleh :

. causa primer

a. pengerutan/ atrofi dari hamper seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral ada

bagian anterior dan caudal

b. perlengketan antara kasula sendi jaringan lunak disekitarnya

c. penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi

2. causa sekunder

4

Page 5: capsulitis adhesiva

a. adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)

b. kelemahan otot disekitar bahu

keadaan bahu seperti diatas dapat diawali dengan tendinitis surasinatus/bisipitalis atau

bursitis acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri

tidak dilatih,maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.

Frozen shoulder dapat terjadi selain karena gangguan miofasial “rotator cuff”, dapat pula

dikarenakan oleh diabetes mellitus, “disuse” dari sendi bahu yang sering terjadi pada

stroke/hemiparese/hemiplegia, immobilisasi (fraktur, dislokasi, operatif). Kebanyakn enderita

frozen shoulder adalah wanita yang berumur diatas 40tahun.

Glenohumeral joint (shoulder joint) dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas

glenoidalis yang dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi

merupakan sendi yang aling bebas pada tubuh manusia.

Caput humeri yang berbentuk hamper setengah bola, memiliki area permukaan 3-4 kali lebih

besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal sehingga memungkinkan mobilitas

yang tinggi ada shoulder.

Fossa glenoidalis diperkuat oleh sebuah bibir. Labrum fibokartilago yang mengelilingi tepi

fosssa disebut dengan labrum glenoidalis. Labrum ini dapat membantu menambha stabilitas

glenohumeral joint. Bagianm atas kapsul diperkuat oleh ligament coracohumeral dan bagian

anterior kapsula yang diperkuat oleh 3 serabut ligament glenohumeral yang lemah (ligament

glenohumeral superior, middle, inferior)

Ada 4 tendon otot yang memperkuat kasula sendi yaitu subscapularis, suprasinatus,

infraspinatus dan teres minor, yang dikenal dengan “rotator cuff” dan uga dibatu oleh

kontribusi terhadap gerakan rotasi humerus, dan keemat tendonnya membentuk collagens

cuff di sekitar sendi shoulder (membungkus shoulder ada sisi superior, posterior, dan

anterior). Ketegangan dari rotator cuff muscle dart menarik caput humerus kea rah fossa

glenoidalis sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi.

5

Page 6: capsulitis adhesiva

Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan

dengan 3 DKG (fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi) dan sirkumdaksi.

Pada gerakan fleksi-ekstensi terjadi artrokinematika yaitu spin, rakan abduksi-adduksi terjadi

geraka artrokinematika yaitu cauda-cranial slide, gerakan endorotasi-eksorotasi terkadi

gerakan artrokinematika yaitu ventral-dorsal slide.

Frozen shoulder akibat tendinitis supraspinatus

Otot suprasinatus dengan tendonnya sering menjadi korban pekerjaan atau trauma. Karena

bekerja terlampau berat dan berkepanjangan dengan lengan harus mengangkat atau harus

mendorong, menyangga (kontraksi isometric) dan sebagainya, maka otot-otot rotator cuff

bisa mengalami gangguan atau kerusakan.

Tendinitis suprasinatus ini disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang

berulang-ulang dan berkepanjangan oleh oto biceps dalam melakukan gerakan ekstensi lenan

ke depan. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps bertumpang tindih dalam

melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh kapsul sendi

glenohumeral sebagai lantainya, dan ligamenrum coracoacromialis serta akromion sebagai

atapnya. Adakalanya berkas neurovaskuler yang mendampingi tendon otot supraspinatus ikut

terjebak sehingga terjadi iskemia otot suraspinatus.

Adanyan gerakan atua penekanan yang berulang-ulang dan diikuti dengan proses peradangan

akut yang akan ditandai oleh nyeri dan oedem pada sendi bahu, diikuti spasme otot sekitar

shoulder dan fungsiolesa. Jika terjadi proses peradangan fisiologi maka dalam 3 minggu

keadaan ini menjadi baik, tetapi jika beruabh menjadi proses patologi maka akan terjadi

prosses peraangan berlanjut yang idtandai dengan adanya deformitas, disability, atropi,

oedema dan nyeri yang terjadi daerah bahu.

. frozen / kaku/ keterbatasan gerakan glenohumeral joint

Ada tahap regenarsi (4hari-3minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka

nosisensorik tetap meninggi (proses radang tetap berlanjut) pemderita sulit bergerak karena

nyeri bahu, jaringan parut yang dihasilkan tidak maksimal terulur, selain itu akibat proses

peradangan kronis, psuplai makanan berkuranf sehingga terjadi atropi atau kematian jaringan

6

Page 7: capsulitis adhesiva

ada kasula sendi. Kapsula menjadi mengerut terjadi erlengketan atau berkurannya

elastisitasnya. Atropi biasanya terjadi pada hamper seluruh sisi kapsula (dominan anterior

dan caudal) yang ditandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi paling sering terbatas.

2. nyeri bahu . pain

Roses peradangan yang berklanjut bisa diakibatkan proses regenerasi jaringan tidak terjadi.

Nosisensorik tetap peka dengan NAR yang rendah. Kadaan ini menyebabkan setia ergerakan

di bahu menimbulkan nyeri, sakit gerak. Nyeri akan dirasakan pada C3-C4 sehingga otot –

otot yang dipersarafi nya bisa mengalami spasme seperti : M.Deltoid, M.Supra/Infra

spinatus, M.Teres minor yang berakibat menambah frozen shoulder.

3. atropi otot dan kelemahan pada M.Deltoid, sura/infra

Keadaan koronis pada bahu yang berulang dari 4 hari / 2-3 minggu keatas menyebabkan otot

tidak dapat digunakan secara baik. Akibat nyeri, spasme pada frozen, otot cendderung tidak

digunakan, akibatnya sifat fisiologis menurun. Serabut otot (myofibril) ,engalami atroi

sehingga fleksibilitas dan akstensibilitas menurun. Atropi secara langsug berdampak pack

fungsi motor unit saraf motosik yang bertanggung jawab sehingga kekuatan otot akan

menurun.

PEMERIKSAAN SPESIFIK

.Yergason test

Tujuan untukmengetahui adanya tendinitis bisipitalis

Teknik : pasien memfleksikan elbow sampai 900 dan supinasi lengan bawah, lalu

pasien melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan

2. aley scratch test

Tujuan untuk mengetahui adanya kapsulitis ahhesive dan tendinitis bisipitalis pada

bahu

7

Page 8: capsulitis adhesiva

Teknik: pasiwn diminta menggaruk di daerah sekitar angulus medialis scapula dengan

tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala.

3. rom test

Fleski ekstensi adduksi abduksi

II. HISTOLOGI:

III. FISIOLOGI

BAB III

CAPSULITIS ADHESIVA

I. DEFINISI

Capsulitis Adhesiva (frozen shoulder) merupakan penyakit pada bahu dengan karakteristik

nyeri dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang biasa dialami oleh orang

berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma biasanya ringan.

Capsulitis Adhesiva (frozen shoulder) adalah suatu gangguan bahu yang sedikit atau sama

sekali tidak menimbulkan rasa nyeri, tidak memperlihatkan adanya kelainan pada foto

rontgen tapi terdapat keterbatasan gerak baik secara pasif mauun aktif pada semua pola

gerak.

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto

immobilisasi terhadap hai rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik,

banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder yaitu usia, trauma berulang (repetitive

injury) diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada, dari dalam sendi

glenohumeral (tendonitis bicipalitis, inflamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra

articular (cervical spondylisis, angina pectoris)

Pada frozen shoulder terdapat erubahan patologik pada kapsul artikularis glenohumeral yaitu

perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami synovitis, kontraktur

8

Page 9: capsulitis adhesiva

ligament coracohumeral, dan penebalam pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul

sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan

perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi

kontraktur, sehingga khas ada kasus ini rotasi internal paling bebas abduksi terbatas dan

rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler.

Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berua

inflamasi pada membrane synovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi

adhesif sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan

viskositas cairan synovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10

ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30 ml, dan selanjutnya kapsul sendi

glenohumeral menjadi mengkerut, pada emeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan

gerak pola kapsuler, inilah yang disebut frozen shoulder.

Histologi frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah dijelaskan diatas

adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross bridging diantara serabut

kolagen yang baru. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous menyebabkan

perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi synovial dan mengakibatkan nyeri serta

penurunan mobilitas.

Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cerico thoracal akibat frozen

shoulder dapat menyebabkan terbentuknya vicious circle of reflexes yang mengakibatkan

medulla spinalis membangkitkan aktifitas efferent system simpatis sehingga daat

menyebabkan spasme ppada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga

jaringan otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks system simpatik pada otot

pada tahap awal menunjukan adanya peningkatan suhu, aliradan darah, gangguan

metabolisme energy phosat tinggi dan pengurangan konsumsi oksigen pada tahap akhir

penyakit non spesifik dan abnormalitas histology dapat terjadi.

Hal tersebut, jika tidak ditangani dengan baik akan membuat otot – otot bahu menjadi lemah

dan distrofi. Karena stabilitas glenohumeral sebagian besar oleh sistem muskulotendinogen,

maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan nyeri, menurunnya

mobilitas, sehingga mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi bahu.

Gejala :

9

Page 10: capsulitis adhesiva

1. adanya nyeri sekitar bahu

2. keterbatasan gerak sendi bahu,misalnya pasien tidak dapat mengangkat lengannya, tidak

dapat menyisir, tidak dapat mengambil dompet

3. otot-otot daerah sendi bahu nampak mengecil

Fase-fase frozen shoulder :

Pengetahuan mengenai fase-fase ini sangat penting artinya teruatma dalam pelaksanaan

terapi fisioterapi.

1. Fase I

Dari 24 jam sampai minggu I setelah trauma dengan gejala-gejala : nyeri yang dominan,

gerakan sendi terbatas ke segala arah karena sakit, dan kadang-kadang disertai bengkak

2. fase II

Dari minggu II sampai IV setelah traunma, dengan gejala – gejala yang dominan : jarak

gerak sendi (ROM) terbatas, kaku terutama ada abduksi dan exorotasi, nyeri tajam pada akhir

ROM dan gangguan koordinasi dan aktivitas lengan./bahu.

3. Fase III

Setelah minggku IV, dengan gejala- gejala dominan: bahu kaku dan terkunci ada ROM

tertentu serta timbulnya subtle sign, gerakan sendi sangat terbatas, membesarnya otot-otot

daerah gelang bahu dan sedikit rasa nyeri.

Pemeriksaan fisioterapi

Pemeriksaan fisioterapi pada kondisi fozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan,

sebagai berikut :

a) anamnesis umum : identitas asien

b) anamnesis khusus :

1. keluhan utama

2. lokasi keluhan

3. sifat keluhan

4. lamanya keluhan

5. faktor-faktor yang memperberat keluhan

c) inspeksi : dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita

10

Page 11: capsulitis adhesiva

d) tes orientasi : untuk melihat kemampuan aktivitas lengan

e) pemeriksaan fungsi dasar : gerakan aktif, pasif dan tes isometric melawan tahanan sendi

bahu

f) emeriksaan spesifik :

1. tes intra artikular (joint play movement) sendi bahu

2. tes kekuatan otot

3. tes koordinasi gerakan

4. tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu

Penatalaksanaan frozen shoulder

1. istirahat / terapi dingin

Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkakan masih bekerja, diperlukan

imobilisasi sampai proses pembengkakan berhenti. Selama bahu tidak digerakan untuk

menghentikan pembengkakan diberikan kompres dingin atau es dan obat anti nyeri dan anti

bengkak.

2. terapi panas

Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkakan berhenti atau pada bahu yang nyeri

tanpa pembengkakan pada jaringan oto yang spasme. Terapi anas bertujuan untuk :

a. memperbaiki sirkulasi darah dan metabolism setempat

b. mengurangi rasa nyeri

c. relaksasi terutama untuk otot yang spasme

terapi panas yang digunakan:

a. terapi panas superficial : HCP, sinar infrared

b. terapi panas dalam : SWD, MWD, USD

macam – macam sinar infra merah:

a. luminous (diberikan pada pemderita dengan kondisi akut)

b. non luminous (diberikan ada penderita dengan kondisi kronis)

dosis :

a. jarak lampu dengan punggung bawah antara 50-75 cm

b. pada kondisi akut durasi dan frekuensi 10-15 menit/ 1 x 1/hari

11

Page 12: capsulitis adhesiva

terapi panas dalam :

a. MWD (Micro Wave Diathermy)

terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan gelombang elektromagnetik,

dengan panjang gelombang 12,25 cm dan frekuensinya 2450 mc/detik. Dosis : jarak emitor

dengan kulit pada punggung bawah antara 10 – 20 cm, intensitas 200 watt, tetai untuk semua

kasus tergantung toleransi penderita. Durasi dan frekuensinya 10 -30 menit/hari (kondisi akut

kurang dari 10 menit)

b. SWD (Short Wave Diathermy)

terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi

yaitu 27,33 MHz dan panjang gelombang 11 meter. Dosis : electrode yang digunakan dengan

kondensor (pad) kondisi akut intensitasnya kurang dari 40mA (dibawah sensasi panas) durasi

dan frekuensi nya 2,5 – 10 menit/har. Kondisi kronis intensitasnya antara 40-60 mA (panas

comfortable) durasi da frekuensinya 20 menit/hari.

c. USD (Ultra Sound Diathermy)

terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari gelombang suara dengan frekuensi

tinggi antara 0,8-1 MHz dan panjang gelombang 1,5 mm. dosis : kondisi akut intensitasnya

0,25-0,5 W/cm2 durasi 2-3 menit. Apabila tidak ada perbaikan intensitasny adinaikkan 0,8

W/cm2 durasinya 4-5 menit. Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2 durasinya 5-10 menit,

apabila tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan maksimal 3W/cm2 durasinya 10-15

menit, jika tidak ada perbaikan sampai 6x terapi, maka terapi dihentikan mungkin ada sebab

lain.

Pasien dalam osisi tidur bed, kemudian tranduser diberi gel atau baby oil dan tranduser

digosokkan ada daerah bahu asien dengan teknik transversal maupun longitudinal.

3. traksi leher

Tujuan traksi leher ialah relaksasi spasme otot, meluruskan lordosis dari leher, melebarkan

foramen intravertebral, melepaskan permukaan faset dan ligament- ligament. Traksi yang

digunakan adalah traksi leher static dan intermiten dari listrik. Beban traksi dimulai dari

sepertujuh samai dengan sepersepuluh dari berat badan total atau sesuai dengan toleransi

12

Page 13: capsulitis adhesiva

penderita. Waktu yang diberikan 10-20 menit. Ada kondisi akut traksi diberikan 1x/hari/seri

(7-10 x) aabila nyeri bertambah pemberian beban dikurangi atau traksiditunda pemberiannya.

4. massage sendi bahu

Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan permukaan metabolism setemat,

melemahkan otot-otot spasme, mengurangi nyeri, melepaskan perlengketan antar otot dan

kapsuler.

5. manipulasi dan mobilisasi

Manipulasi dan mobilisasi digunakan untuk mengembalikan gerakan sendi bahu yang

terganggu. Manipulasi dikerjakan dengan dorongan atau gerakan dengan tiba-tiba dalam

amlitudo kecil. Mobilisasi dikerjakan dengan gerakan pasif bergoyang dua atau tiga kali

perdetik.

6. terapi latihan : dirumah sakit

Latihan LGS dengan menggunakan : over head pulley shoulderwell. Finger ladder dan lain-

lain. Latihan yang dapat dilakukan dirumah misalnya latihan codman, latihan tongkat dan

lain-lain.

Program terapi latihan pada penderita nyeri bahu

Terapi latihan ini merupakan latihan khas (specific exercise). Tujuan pokok terapi latihan

pada nyeri bahu adalah :

a. mengurangi sakit dan spasme otot

b. memelihara fungsio sendi bahu

c. menghilangkan gangguan funbgsi sendi bahu yang terjadi atau eningkatkan fungsi bsendi

semaksimal mungkin

1. terapi latihan pada penderita nyeri bahu stadium akut

Dalam stadium ini gejala peradangan berupa nyeri (nyerri khas, nyeri bahu, nyeri terulur, da

nyeri kontraksi), spasme otot dan gangguan fungsi tampak menonjol. Dalam stadium ini bahu

13

Page 14: capsulitis adhesiva

yang sakit perlu imobilisasi/istirahat karena penggunaan sendi bahu ada stadium ini akan

memperberat gejala dan kerusakan sendi. Untuk mengistirahatkan sendi bahu biasanya

digunakan gendongan, tapi bisa juga dilakukan dengan pemasangan gips sirkuler dengan

pemberian posis optimum pleksi 30-40 0, abduksi 45 0 dan internal rotasi 45 0

Pemberian istirahat lama pada sendi bahu yang sakit tidak boleh alam-lama dikarenakan bisa

terjadi gangguan fungsi bahu yang akan memperburuk keadaan. Tujuan terapi ini :

a. mengurangi rasa nyeri dan spasme otot

b. mencegah terjadinya pembatasan jarak gerak sendi dan mencegah atrofi otot dengan cara

memberikan latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan dan kontraksi starik/isometric.

i) latihan pasif

arah gerakan ke semua arah gerak sendi bahu dan teruatma pada arah gerak yang terhambat

karena nyeri atau factor lain. Luas gerak sendi disesuaikan demgan toleransi penderita

sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita. latihan pasif juga dapat dilakukan dengan

latihan anjuran yang sangat popular (codman pendular exercise), penderita berdiri di depan

meja dan membungkuk ke depan, lengan yang sakit tergantung bebas pada sendi bahu tanpa

adanya kontraksi otot, badan digerakkan sehingga lengan terayun bebas ke depan dank e

belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit terayun pasif,pemberat beban haris

digantungkan pada pergelangan tangan sebesar 1-2 kg.

gerakan pasif harus dikerkajan perlahan-lahan, makin meningkat dan dipertahankan selama

mungkin dalam batas toleransi penderita. Gerakan dengan kuat kejut dan cepat merupakan

kontraindikasi karena dapat merusak kapsul sendi.

ii)latihan dengan bantuan (active assisted)

latihan ini lebih menguntungkan daripada latihan asif karena adanya kontraksi secara sadar

yang berarti penderita ikut mengontrol gerakan yang terjadi sampai batas toleransinya

sehingga penderita lebih aman dan memungkinkan timbulnya ketengangan otot karena takut

dapat dihindari serta gerakan lebih mudah dilakukan. Arah gerakan dan luas gerak sendi

sama seerti saat latihan pasif.

iii) kntraksi isometric

diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama pada otot yang bila di kontraksi

kan tidak menimbulkan nyeri. intensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita.

Latihan dapat dikerjakan kira-kira 3-4 menit tiap jam, diosesuaikan juga dengan keadaan

14

Page 15: capsulitis adhesiva

penderita. Setealh diberikan tindakan pengobatan denagn iobat-obata atau modalitas fisioterai

yang lain untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Modalitas yang digunakan adalah terapi

USD yang mengurangi spasme yang diberikan dalam waktu 10 – 30 menit.

2. terapi latihanpada penderita nyeri bahu stadium kronis

Yang sering dijumpai pada stadium ini adanya gangguan fungsi sendi bahu yang berupa

pembatasan luas gerak sendi dan atrofi otot yang menyolok, disamping nyeri yang telah

banyak berkurang. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian atau tidak berhasilnya

pegobatan saat stadium akut. Tujuan latihan pada stadium kronis :

a. menibkatkan luas gerak sendi bahu

pembatasan luas gerak sendi bahu biasanya disebabkan oleh terjadinya pemebdekan dan

hilangnya elastisitas jaringan lunak sendi (kapsul sendi) bahu atau adanya perlengketan antar

jaringan akibat adanya reaksi jaringan fibrosa. Ada prinsipnya, untuk meningkatkan luas

geraj sendi harus dilakukan penguluran struktur yang memendek serta mengembalikan

jaringan yang kehilangan elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan yang ada

dengan latihan pasif, altihan aktif atau kombinasi keduanya. Pelaksaann latihan adalah :

i) latihan pasif perlu dilakukan pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu yaitu :

a. sifat nyeri : terus menerus, akdang-kadang atau hanya tertentu saja

b. gangguan fungsi yang ada

c. pemeriksaan luas gerak sendi : secara aktif atau pasif

d. isometric melawan tahanan.

Codam pendular exercise pada mulanya adalaha latihan ayunan pasif tetapi bertuuan untuk

menambahkan luas gerak sendi bahu latihan dimodifikasi menjadi active pendulae exercise

dengan menambah beban. Gerakan dimulai dari amplitude kecil meingkat sampai terasa pada

struktur yang memendek atau lengket. Gerakan ayunan diarahkan kea rah gerak yang

mengalami keterbatasan gerak abduksi dan aksternal rotasi.

ii) latihan aktif

bertujuan untuk meningkatkan luas gerak sendi. Dilakukan dengan tehnik yang benar,

berulang-ulang, teratur dan berkesinambungan. Untuk itu penderita erlu diberkan pemgertian

agar memahami cara melakukannya, tujuannya dan pentingnya program latihan untuk

dirinya.

15

Page 16: capsulitis adhesiva

b.memperkuat otot-otot bahu

akibat imobilisasi yang lama, otot akan menjadi lebih kecil (atrofi) dan kekuatannya

berkurang/menurun. Pada orang sehat imobilisasi selama 3 minggu bisa menyebabkan

penurunan kekuatan otot sebesar 50%. Kekuatan otot dapat diperbaiki dengan latihan

berulang-ulang menggunakan kekuatan maksimum 20-40 % dan pengulangn yang relative

besar. Latihan penguatan otot lebih pada beban yang diberikan, sedangkan latihan untuk

menambah daya tahan lebih ditekankan pada pengulangan. Tahanan yang dipakai dapat

berua pemberat atau secara manual, sedangkan program latihan di rumah sakit disesuaikan

dengan fasilitas yang ada seperti stick, finger ladder, over head pulley yang membantu

menambah lua gerak sendi bahu.

1. latihan dengan tongkat

Gerakan yang dianjurkan adalah :

a. pegang tongkat dengan kedua tangan menggantung di muka/depan

b. dengan siku lurus, gerakan lengan ke atas kepalasejauh limitasi sendi bahu memungkinkan

c. seperti gerakan no.b tetapi gerakan tangan ke samping kanan dan kiri. Perlu diingat bahwa

gerakan berusat di sendi bahu.

d. tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang kepala kemudian digerakkan naik-

turun

e. tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang unggung bawah kemudian

dilakukan gerakan menjauhi tubuh dan digerakkan keatas kebaweaj.

2. latihan dengan wall climbing exercise

a. shoulder abduction

penderita berdiri dengan bahu sakit disamping shoulder abduction ladder atau dinding.

Gerakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang memanjat dinding

b. shoulder flexion

pendeita menghada dinding. Gerakan bahu fleksi dibantu oleh jari II dan III memanjat

dinding.

3. clinning bar

16

Page 17: capsulitis adhesiva

Penderita berdiri dengan kedua tangan memegang clinning bar (palang antara dua bingkai

pintu). Bar berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua lutut ditekuk, badan turun ke

bawah.

4. overhead exercise

Dengan katrol ditempatkan diatas kepala, lengan mengalami kelaian secara pasif dan

dielevasi oleh lengan yang sehat.

5. passive external rotation of shoulder

Penderita menghadap sudut dinding, kedua siku ditekuk. Kedua lengan masing-masing

memegang dinding (push-up) anterior kapsul dan pektoralis akan terulur. Permulaan latihan

dengan kedua tangan lurus dengan dada kemudian kedua tangan naik sampai lengan ekstensi

penuh di atas kepala.

6. beberapa latihan untuk penderita nyeri bahu

Latihan A : penderita tidur terl;entang dengan siku di stbuh dan tangn mengarah ke atas.

Eksternal rotasi secara aktif oleh asien dan secara pasif oleh terapis. Tahanan boleh diberikan

jika lingkup gerak memungkinakan. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi melawan

dinding

Latihan B :l sama denga latighan A, dengan penigkatan abduksi lengan

Latihan C : Lengan di belakang kepala, gerakan siku ke belakang, kearah lantai jika

berbaring terlenyang, ke dinding jika berdiri.

II. EPIDEMIOLOGI

III. KLASIFIKASI

IV. ETIOLOGI

V. PATOFISIOLOGI

17

Page 18: capsulitis adhesiva

VI. GEJALA KLINIS

VII. TANDA KLINIS

VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

IX. DIAGNOSIS

X. DIAGNOSIS BANDING

XI. PENATALAKSANAAN

 

XII. KOMPLIKASI

XIII. PROGNOSIS

BAB IV

KESIMPULAN

18

Page 19: capsulitis adhesiva

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomson, Ann M. Tidy’s physiotherapy. 2th ed. Butterworth-heinemann, 2001. Hal : 712. David. Ring. 2009. Approach to the patient with shoulder pain. In : primary care medicine.

Lippincot Williams and Wilkins;2009.p.150.3. Djohan Aras. Penatalaksaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis:ujungpandang;2004.4. Donatelli, Robert, Wooden, Michael J. Orthopaedic Physical Therapy. Churchil

Livingstone Inc;1999.p.160.5. Keith, Strange. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise. American Academy of

Orthopaedic Surgeons;2010.6. Priguna, Sidharta. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek umum, Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia;2003.7. Soeharyono. Sinkronisasi gerak ersendian daerah gelang bahu pada gerak abduksi lengan.

Maj Fisioterapi;2004.8. Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et al. the demographic and morphological

features of rotator cuff disease. A comparison of asymptomatic and symptomatic shoulder. J BoneJoint Surg Am.88:1699.2006.

19

Page 20: capsulitis adhesiva

20

Page 21: capsulitis adhesiva

21

Page 22: capsulitis adhesiva

22