capsulitis adhesiva
DESCRIPTION
xkhhkhkTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Capsulitis Adhesiva pada bahu merupakan bentuk yang unik, karena sakit pada sendi
bahu dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh berbagai jenis proses penyakit. Istilah “frozen
shoulder” didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis dengan pembatasan aktif dan pasif
rentang gerak (ROM) disegala arah, termasuk fleksi, abduksi, dan rotasi.
Frozen Shoulder pertama kali dijelaskan pada tahun 1934 oleh Codman. Pada tahun
1945, Neviaser menggambarkan perubahan synovial pada sendi glenohumeral, lalu
menyebutnya sebagai “adhesiva capsulitis''. Lundberg mengklasifikasi “frozen shoulder”
menjadi primary capsulitis adhesiva dan secondary capsulitis adhesiva. Patogenesis dari
bentuk idiopatik masih belum jelas, meskipun ada banyak mekanisme yang diusulkan.
Harryman dan Neviaser menyebutkan adanya hubungan endokrin, imunologi, inflamasi, dan
perubahan biokimia sebagai kemungkinan penyebabnya, ada juga yang menghubungkan
asien dengan dibetes meningkatkan insiden terkena capsulitis adhesiva.
Penyebab secondary capsulitis adhesiva bisa terjadi karena sebab intrinsic, ekstrinsik
ataupun sistemik. Kemungkinan penyebabnya bisa karena microtrauma, makrotrauma, post
operasi dengan imobilisasi bahu yang lama.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI
1. Shoulder joint
Gerakan – geakan yang terajdi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang
saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertyebral atas, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan ergeseran skapulotorakal dan
sendi gelnohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di dalam snedi bahu sering
mempunyai konsekuensi untuk sendi- sendi lain di gelang bahu atau sebaliknya.
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas
glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir,
menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis
dan simultan dengan sendi –s endi lainnya. Cavitas glenoidalis senagai mangkok snedi
bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter
cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencangkup sepertiga bagian dari
kepala tulang snedi nya yang agak besar, keadaan ini membuat sendi tersebut tidak
stabil namun paling luas gerakannya.
beberapa karakteristik dari sendi bahu :
a. perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepalasendinya tidak
sebanding.
b. kapsul sendinyaa relative lemah
c. otot – otot embungkus sendinya relative lemah, seerti otot supraspinatus,
infraspinatus, teresminor dan subscapularis.
d. gerakannya paling luas.
e. stabilitas sendinya kurang stabil.
2
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, amka sendi bahu lebih mudah mengalami
gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya.
2. kapsul sendi
Kapsul sendi terditi atas 2 lapisan (haegnars)
a. kapsul synovial (lapisan vbagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan
fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.
Fungsinya mengahsilkan cairan synovial sendi dan sebagai transformator makanan ke
tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada fungsi sendi yang ringan saja, maka
pertama kali yang mengalami gangguan fungsi adalah kapsul synovial. Tetapi karena
kapsul synovial tidak memlik resetor nyeri, maka tidak akan merasa nyeri jika terjadi
gangguan, misalnya pada artrosis sendi.
b. kapsul fibrosa
karakterisktiknya berua jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor dan
embuluh adrah. Fungsinya memelihara posis dan stabilitas sendi, mmelihara regeneras
kapsul sendi. Kita dapa merasakan psoisi sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan
tersebut samai ke kapsul fibrosa
3. kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantala sendi, sehigga tidak
nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat
nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago.
Pada sendi glenohumeral terdaat banyak jaringan, baik jaringan miofasial maupun jaringan
tulang yang berpotensi untuk terkena gangguan. Pembatas lingkup gerakan di sendi bahu
akibat gangguan miofasial sering dikelompokan juga dalam frozen shoulder, sehingga
3
termasuk didalamnya bursitis akromialis, tendinitis supraspinatus, tendinitis bisiitalis, yang
tepatnya dikelompokan dalam kelomok periarthritis.
Pembagian frozen shoulder :
. periarthritis
a. tendinitis supraspinatus
b. tendinitis bisipitalis
c. bursitis akromialis
2. capsulitis adhesiva
Penderita capsulitis adhesiva juga memiliki keluhan yang sama seperti pada penderita
periarthritis, yaitu tidak dapat menyisir rambut karena nyeri dan bagian di depan samping
bahu. Nyeri ada daerah tersebut terasa jika lengan digerakkan secara aktif, ini berarti gerakan
aktif dibatasi nyeri. tetapi bila gerakan pasif diperiksa, maka ternyata gerakan tersebut pun
terbatas karena adanya sesuatu yang disebabkan oleh perlengketan. Bila diperiksa maka nyeri
tersebut dirasakan di bagian depan dan samping bahu menjalar ke lipatan siku dan ke
permukaan anterior lengan bawah serta ke daerahotot pectoralis.
Keterbatasan sendi bahu (kaku pada bahu) dikaitkan dengan capsulitis adhesiva secara
langsung disebabkan oleh :
. causa primer
a. pengerutan/ atrofi dari hamper seluruh atau sebagian kapsula sendi glenohumeral ada
bagian anterior dan caudal
b. perlengketan antara kasula sendi jaringan lunak disekitarnya
c. penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi
2. causa sekunder
4
a. adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)
b. kelemahan otot disekitar bahu
keadaan bahu seperti diatas dapat diawali dengan tendinitis surasinatus/bisipitalis atau
bursitis acromialis, karena tidak diobati dan gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri
tidak dilatih,maka lama kelamaan menimbulkan perlengketan.
Frozen shoulder dapat terjadi selain karena gangguan miofasial “rotator cuff”, dapat pula
dikarenakan oleh diabetes mellitus, “disuse” dari sendi bahu yang sering terjadi pada
stroke/hemiparese/hemiplegia, immobilisasi (fraktur, dislokasi, operatif). Kebanyakn enderita
frozen shoulder adalah wanita yang berumur diatas 40tahun.
Glenohumeral joint (shoulder joint) dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas
glenoidalis yang dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi
merupakan sendi yang aling bebas pada tubuh manusia.
Caput humeri yang berbentuk hamper setengah bola, memiliki area permukaan 3-4 kali lebih
besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal sehingga memungkinkan mobilitas
yang tinggi ada shoulder.
Fossa glenoidalis diperkuat oleh sebuah bibir. Labrum fibokartilago yang mengelilingi tepi
fosssa disebut dengan labrum glenoidalis. Labrum ini dapat membantu menambha stabilitas
glenohumeral joint. Bagianm atas kapsul diperkuat oleh ligament coracohumeral dan bagian
anterior kapsula yang diperkuat oleh 3 serabut ligament glenohumeral yang lemah (ligament
glenohumeral superior, middle, inferior)
Ada 4 tendon otot yang memperkuat kasula sendi yaitu subscapularis, suprasinatus,
infraspinatus dan teres minor, yang dikenal dengan “rotator cuff” dan uga dibatu oleh
kontribusi terhadap gerakan rotasi humerus, dan keemat tendonnya membentuk collagens
cuff di sekitar sendi shoulder (membungkus shoulder ada sisi superior, posterior, dan
anterior). Ketegangan dari rotator cuff muscle dart menarik caput humerus kea rah fossa
glenoidalis sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi.
5
Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan
dengan 3 DKG (fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, endorotasi-eksorotasi) dan sirkumdaksi.
Pada gerakan fleksi-ekstensi terjadi artrokinematika yaitu spin, rakan abduksi-adduksi terjadi
geraka artrokinematika yaitu cauda-cranial slide, gerakan endorotasi-eksorotasi terkadi
gerakan artrokinematika yaitu ventral-dorsal slide.
Frozen shoulder akibat tendinitis supraspinatus
Otot suprasinatus dengan tendonnya sering menjadi korban pekerjaan atau trauma. Karena
bekerja terlampau berat dan berkepanjangan dengan lengan harus mengangkat atau harus
mendorong, menyangga (kontraksi isometric) dan sebagainya, maka otot-otot rotator cuff
bisa mengalami gangguan atau kerusakan.
Tendinitis suprasinatus ini disebabkan oleh kerusakan akibat gesekan atau penekanan yang
berulang-ulang dan berkepanjangan oleh oto biceps dalam melakukan gerakan ekstensi lenan
ke depan. Tendon otot supraspinatus dan tendon otot biceps bertumpang tindih dalam
melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri yang dibungkus oleh kapsul sendi
glenohumeral sebagai lantainya, dan ligamenrum coracoacromialis serta akromion sebagai
atapnya. Adakalanya berkas neurovaskuler yang mendampingi tendon otot supraspinatus ikut
terjebak sehingga terjadi iskemia otot suraspinatus.
Adanyan gerakan atua penekanan yang berulang-ulang dan diikuti dengan proses peradangan
akut yang akan ditandai oleh nyeri dan oedem pada sendi bahu, diikuti spasme otot sekitar
shoulder dan fungsiolesa. Jika terjadi proses peradangan fisiologi maka dalam 3 minggu
keadaan ini menjadi baik, tetapi jika beruabh menjadi proses patologi maka akan terjadi
prosses peraangan berlanjut yang idtandai dengan adanya deformitas, disability, atropi,
oedema dan nyeri yang terjadi daerah bahu.
. frozen / kaku/ keterbatasan gerakan glenohumeral joint
Ada tahap regenarsi (4hari-3minggu) tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka
nosisensorik tetap meninggi (proses radang tetap berlanjut) pemderita sulit bergerak karena
nyeri bahu, jaringan parut yang dihasilkan tidak maksimal terulur, selain itu akibat proses
peradangan kronis, psuplai makanan berkuranf sehingga terjadi atropi atau kematian jaringan
6
ada kasula sendi. Kapsula menjadi mengerut terjadi erlengketan atau berkurannya
elastisitasnya. Atropi biasanya terjadi pada hamper seluruh sisi kapsula (dominan anterior
dan caudal) yang ditandai dengan gerakan eksorotasi dan abduksi paling sering terbatas.
2. nyeri bahu . pain
Roses peradangan yang berklanjut bisa diakibatkan proses regenerasi jaringan tidak terjadi.
Nosisensorik tetap peka dengan NAR yang rendah. Kadaan ini menyebabkan setia ergerakan
di bahu menimbulkan nyeri, sakit gerak. Nyeri akan dirasakan pada C3-C4 sehingga otot –
otot yang dipersarafi nya bisa mengalami spasme seperti : M.Deltoid, M.Supra/Infra
spinatus, M.Teres minor yang berakibat menambah frozen shoulder.
3. atropi otot dan kelemahan pada M.Deltoid, sura/infra
Keadaan koronis pada bahu yang berulang dari 4 hari / 2-3 minggu keatas menyebabkan otot
tidak dapat digunakan secara baik. Akibat nyeri, spasme pada frozen, otot cendderung tidak
digunakan, akibatnya sifat fisiologis menurun. Serabut otot (myofibril) ,engalami atroi
sehingga fleksibilitas dan akstensibilitas menurun. Atropi secara langsug berdampak pack
fungsi motor unit saraf motosik yang bertanggung jawab sehingga kekuatan otot akan
menurun.
PEMERIKSAAN SPESIFIK
.Yergason test
Tujuan untukmengetahui adanya tendinitis bisipitalis
Teknik : pasien memfleksikan elbow sampai 900 dan supinasi lengan bawah, lalu
pasien melakukan gerakan lateral rotasi lengan melawan tahanan
2. aley scratch test
Tujuan untuk mengetahui adanya kapsulitis ahhesive dan tendinitis bisipitalis pada
bahu
7
Teknik: pasiwn diminta menggaruk di daerah sekitar angulus medialis scapula dengan
tangan sisi kontralateral melewati belakang kepala.
3. rom test
Fleski ekstensi adduksi abduksi
II. HISTOLOGI:
III. FISIOLOGI
BAB III
CAPSULITIS ADHESIVA
I. DEFINISI
Capsulitis Adhesiva (frozen shoulder) merupakan penyakit pada bahu dengan karakteristik
nyeri dan keterbatasan gerak, dan penyebabnya idiopatik yang biasa dialami oleh orang
berusia 40-60 tahun dan memiliki riwayat trauma biasanya ringan.
Capsulitis Adhesiva (frozen shoulder) adalah suatu gangguan bahu yang sedikit atau sama
sekali tidak menimbulkan rasa nyeri, tidak memperlihatkan adanya kelainan pada foto
rontgen tapi terdapat keterbatasan gerak baik secara pasif mauun aktif pada semua pola
gerak.
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto
immobilisasi terhadap hai rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik,
banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder yaitu usia, trauma berulang (repetitive
injury) diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada, dari dalam sendi
glenohumeral (tendonitis bicipalitis, inflamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra
articular (cervical spondylisis, angina pectoris)
Pada frozen shoulder terdapat erubahan patologik pada kapsul artikularis glenohumeral yaitu
perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior mengalami synovitis, kontraktur
8
ligament coracohumeral, dan penebalam pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul
sendi bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan
perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi
kontraktur, sehingga khas ada kasus ini rotasi internal paling bebas abduksi terbatas dan
rotasi eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler.
Perubahan patologi tersebut merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berua
inflamasi pada membrane synovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi
adhesif sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan
viskositas cairan synovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume hanya sebesar 5-10
ml, yang pada sendi normal bisa mencapai 20-30 ml, dan selanjutnya kapsul sendi
glenohumeral menjadi mengkerut, pada emeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan
gerak pola kapsuler, inilah yang disebut frozen shoulder.
Histologi frozen shoulder yang terjadi pada sendi glenohumeral seperti telah dijelaskan diatas
adalah kehilangan ekstensibilitas dan termasuk abnormal cross bridging diantara serabut
kolagen yang baru. Pada pasca immobilisasi perlekatan jaringan fibrous menyebabkan
perlekatan atau adhesi intra artikular dalam sendi synovial dan mengakibatkan nyeri serta
penurunan mobilitas.
Nyeri yang ditimbulkan oleh frozen shoulder dan spasme cerico thoracal akibat frozen
shoulder dapat menyebabkan terbentuknya vicious circle of reflexes yang mengakibatkan
medulla spinalis membangkitkan aktifitas efferent system simpatis sehingga daat
menyebabkan spasme ppada pembuluh darah kapiler akan kekurangan cairan sehingga
jaringan otot dan kulit menjadi kurang nutrisi. Pengaruh refleks system simpatik pada otot
pada tahap awal menunjukan adanya peningkatan suhu, aliradan darah, gangguan
metabolisme energy phosat tinggi dan pengurangan konsumsi oksigen pada tahap akhir
penyakit non spesifik dan abnormalitas histology dapat terjadi.
Hal tersebut, jika tidak ditangani dengan baik akan membuat otot – otot bahu menjadi lemah
dan distrofi. Karena stabilitas glenohumeral sebagian besar oleh sistem muskulotendinogen,
maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan menyebabkan nyeri, menurunnya
mobilitas, sehingga mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi bahu.
Gejala :
9
1. adanya nyeri sekitar bahu
2. keterbatasan gerak sendi bahu,misalnya pasien tidak dapat mengangkat lengannya, tidak
dapat menyisir, tidak dapat mengambil dompet
3. otot-otot daerah sendi bahu nampak mengecil
Fase-fase frozen shoulder :
Pengetahuan mengenai fase-fase ini sangat penting artinya teruatma dalam pelaksanaan
terapi fisioterapi.
1. Fase I
Dari 24 jam sampai minggu I setelah trauma dengan gejala-gejala : nyeri yang dominan,
gerakan sendi terbatas ke segala arah karena sakit, dan kadang-kadang disertai bengkak
2. fase II
Dari minggu II sampai IV setelah traunma, dengan gejala – gejala yang dominan : jarak
gerak sendi (ROM) terbatas, kaku terutama ada abduksi dan exorotasi, nyeri tajam pada akhir
ROM dan gangguan koordinasi dan aktivitas lengan./bahu.
3. Fase III
Setelah minggku IV, dengan gejala- gejala dominan: bahu kaku dan terkunci ada ROM
tertentu serta timbulnya subtle sign, gerakan sendi sangat terbatas, membesarnya otot-otot
daerah gelang bahu dan sedikit rasa nyeri.
Pemeriksaan fisioterapi
Pemeriksaan fisioterapi pada kondisi fozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan,
sebagai berikut :
a) anamnesis umum : identitas asien
b) anamnesis khusus :
1. keluhan utama
2. lokasi keluhan
3. sifat keluhan
4. lamanya keluhan
5. faktor-faktor yang memperberat keluhan
c) inspeksi : dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita
10
d) tes orientasi : untuk melihat kemampuan aktivitas lengan
e) pemeriksaan fungsi dasar : gerakan aktif, pasif dan tes isometric melawan tahanan sendi
bahu
f) emeriksaan spesifik :
1. tes intra artikular (joint play movement) sendi bahu
2. tes kekuatan otot
3. tes koordinasi gerakan
4. tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu
Penatalaksanaan frozen shoulder
1. istirahat / terapi dingin
Pada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkakan masih bekerja, diperlukan
imobilisasi sampai proses pembengkakan berhenti. Selama bahu tidak digerakan untuk
menghentikan pembengkakan diberikan kompres dingin atau es dan obat anti nyeri dan anti
bengkak.
2. terapi panas
Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkakan berhenti atau pada bahu yang nyeri
tanpa pembengkakan pada jaringan oto yang spasme. Terapi anas bertujuan untuk :
a. memperbaiki sirkulasi darah dan metabolism setempat
b. mengurangi rasa nyeri
c. relaksasi terutama untuk otot yang spasme
terapi panas yang digunakan:
a. terapi panas superficial : HCP, sinar infrared
b. terapi panas dalam : SWD, MWD, USD
macam – macam sinar infra merah:
a. luminous (diberikan pada pemderita dengan kondisi akut)
b. non luminous (diberikan ada penderita dengan kondisi kronis)
dosis :
a. jarak lampu dengan punggung bawah antara 50-75 cm
b. pada kondisi akut durasi dan frekuensi 10-15 menit/ 1 x 1/hari
11
terapi panas dalam :
a. MWD (Micro Wave Diathermy)
terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan gelombang elektromagnetik,
dengan panjang gelombang 12,25 cm dan frekuensinya 2450 mc/detik. Dosis : jarak emitor
dengan kulit pada punggung bawah antara 10 – 20 cm, intensitas 200 watt, tetai untuk semua
kasus tergantung toleransi penderita. Durasi dan frekuensinya 10 -30 menit/hari (kondisi akut
kurang dari 10 menit)
b. SWD (Short Wave Diathermy)
terapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi
yaitu 27,33 MHz dan panjang gelombang 11 meter. Dosis : electrode yang digunakan dengan
kondensor (pad) kondisi akut intensitasnya kurang dari 40mA (dibawah sensasi panas) durasi
dan frekuensi nya 2,5 – 10 menit/har. Kondisi kronis intensitasnya antara 40-60 mA (panas
comfortable) durasi da frekuensinya 20 menit/hari.
c. USD (Ultra Sound Diathermy)
terapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari gelombang suara dengan frekuensi
tinggi antara 0,8-1 MHz dan panjang gelombang 1,5 mm. dosis : kondisi akut intensitasnya
0,25-0,5 W/cm2 durasi 2-3 menit. Apabila tidak ada perbaikan intensitasny adinaikkan 0,8
W/cm2 durasinya 4-5 menit. Kondisi kronis intensitasnya 2W/cm2 durasinya 5-10 menit,
apabila tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan maksimal 3W/cm2 durasinya 10-15
menit, jika tidak ada perbaikan sampai 6x terapi, maka terapi dihentikan mungkin ada sebab
lain.
Pasien dalam osisi tidur bed, kemudian tranduser diberi gel atau baby oil dan tranduser
digosokkan ada daerah bahu asien dengan teknik transversal maupun longitudinal.
3. traksi leher
Tujuan traksi leher ialah relaksasi spasme otot, meluruskan lordosis dari leher, melebarkan
foramen intravertebral, melepaskan permukaan faset dan ligament- ligament. Traksi yang
digunakan adalah traksi leher static dan intermiten dari listrik. Beban traksi dimulai dari
sepertujuh samai dengan sepersepuluh dari berat badan total atau sesuai dengan toleransi
12
penderita. Waktu yang diberikan 10-20 menit. Ada kondisi akut traksi diberikan 1x/hari/seri
(7-10 x) aabila nyeri bertambah pemberian beban dikurangi atau traksiditunda pemberiannya.
4. massage sendi bahu
Tujuannya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan permukaan metabolism setemat,
melemahkan otot-otot spasme, mengurangi nyeri, melepaskan perlengketan antar otot dan
kapsuler.
5. manipulasi dan mobilisasi
Manipulasi dan mobilisasi digunakan untuk mengembalikan gerakan sendi bahu yang
terganggu. Manipulasi dikerjakan dengan dorongan atau gerakan dengan tiba-tiba dalam
amlitudo kecil. Mobilisasi dikerjakan dengan gerakan pasif bergoyang dua atau tiga kali
perdetik.
6. terapi latihan : dirumah sakit
Latihan LGS dengan menggunakan : over head pulley shoulderwell. Finger ladder dan lain-
lain. Latihan yang dapat dilakukan dirumah misalnya latihan codman, latihan tongkat dan
lain-lain.
Program terapi latihan pada penderita nyeri bahu
Terapi latihan ini merupakan latihan khas (specific exercise). Tujuan pokok terapi latihan
pada nyeri bahu adalah :
a. mengurangi sakit dan spasme otot
b. memelihara fungsio sendi bahu
c. menghilangkan gangguan funbgsi sendi bahu yang terjadi atau eningkatkan fungsi bsendi
semaksimal mungkin
1. terapi latihan pada penderita nyeri bahu stadium akut
Dalam stadium ini gejala peradangan berupa nyeri (nyerri khas, nyeri bahu, nyeri terulur, da
nyeri kontraksi), spasme otot dan gangguan fungsi tampak menonjol. Dalam stadium ini bahu
13
yang sakit perlu imobilisasi/istirahat karena penggunaan sendi bahu ada stadium ini akan
memperberat gejala dan kerusakan sendi. Untuk mengistirahatkan sendi bahu biasanya
digunakan gendongan, tapi bisa juga dilakukan dengan pemasangan gips sirkuler dengan
pemberian posis optimum pleksi 30-40 0, abduksi 45 0 dan internal rotasi 45 0
Pemberian istirahat lama pada sendi bahu yang sakit tidak boleh alam-lama dikarenakan bisa
terjadi gangguan fungsi bahu yang akan memperburuk keadaan. Tujuan terapi ini :
a. mengurangi rasa nyeri dan spasme otot
b. mencegah terjadinya pembatasan jarak gerak sendi dan mencegah atrofi otot dengan cara
memberikan latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan dan kontraksi starik/isometric.
i) latihan pasif
arah gerakan ke semua arah gerak sendi bahu dan teruatma pada arah gerak yang terhambat
karena nyeri atau factor lain. Luas gerak sendi disesuaikan demgan toleransi penderita
sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita. latihan pasif juga dapat dilakukan dengan
latihan anjuran yang sangat popular (codman pendular exercise), penderita berdiri di depan
meja dan membungkuk ke depan, lengan yang sakit tergantung bebas pada sendi bahu tanpa
adanya kontraksi otot, badan digerakkan sehingga lengan terayun bebas ke depan dank e
belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit terayun pasif,pemberat beban haris
digantungkan pada pergelangan tangan sebesar 1-2 kg.
gerakan pasif harus dikerkajan perlahan-lahan, makin meningkat dan dipertahankan selama
mungkin dalam batas toleransi penderita. Gerakan dengan kuat kejut dan cepat merupakan
kontraindikasi karena dapat merusak kapsul sendi.
ii)latihan dengan bantuan (active assisted)
latihan ini lebih menguntungkan daripada latihan asif karena adanya kontraksi secara sadar
yang berarti penderita ikut mengontrol gerakan yang terjadi sampai batas toleransinya
sehingga penderita lebih aman dan memungkinkan timbulnya ketengangan otot karena takut
dapat dihindari serta gerakan lebih mudah dilakukan. Arah gerakan dan luas gerak sendi
sama seerti saat latihan pasif.
iii) kntraksi isometric
diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama pada otot yang bila di kontraksi
kan tidak menimbulkan nyeri. intensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita.
Latihan dapat dikerjakan kira-kira 3-4 menit tiap jam, diosesuaikan juga dengan keadaan
14
penderita. Setealh diberikan tindakan pengobatan denagn iobat-obata atau modalitas fisioterai
yang lain untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Modalitas yang digunakan adalah terapi
USD yang mengurangi spasme yang diberikan dalam waktu 10 – 30 menit.
2. terapi latihanpada penderita nyeri bahu stadium kronis
Yang sering dijumpai pada stadium ini adanya gangguan fungsi sendi bahu yang berupa
pembatasan luas gerak sendi dan atrofi otot yang menyolok, disamping nyeri yang telah
banyak berkurang. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian atau tidak berhasilnya
pegobatan saat stadium akut. Tujuan latihan pada stadium kronis :
a. menibkatkan luas gerak sendi bahu
pembatasan luas gerak sendi bahu biasanya disebabkan oleh terjadinya pemebdekan dan
hilangnya elastisitas jaringan lunak sendi (kapsul sendi) bahu atau adanya perlengketan antar
jaringan akibat adanya reaksi jaringan fibrosa. Ada prinsipnya, untuk meningkatkan luas
geraj sendi harus dilakukan penguluran struktur yang memendek serta mengembalikan
jaringan yang kehilangan elastisitas dan melepaskan perlengketan antar jaringan yang ada
dengan latihan pasif, altihan aktif atau kombinasi keduanya. Pelaksaann latihan adalah :
i) latihan pasif perlu dilakukan pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu yaitu :
a. sifat nyeri : terus menerus, akdang-kadang atau hanya tertentu saja
b. gangguan fungsi yang ada
c. pemeriksaan luas gerak sendi : secara aktif atau pasif
d. isometric melawan tahanan.
Codam pendular exercise pada mulanya adalaha latihan ayunan pasif tetapi bertuuan untuk
menambahkan luas gerak sendi bahu latihan dimodifikasi menjadi active pendulae exercise
dengan menambah beban. Gerakan dimulai dari amplitude kecil meingkat sampai terasa pada
struktur yang memendek atau lengket. Gerakan ayunan diarahkan kea rah gerak yang
mengalami keterbatasan gerak abduksi dan aksternal rotasi.
ii) latihan aktif
bertujuan untuk meningkatkan luas gerak sendi. Dilakukan dengan tehnik yang benar,
berulang-ulang, teratur dan berkesinambungan. Untuk itu penderita erlu diberkan pemgertian
agar memahami cara melakukannya, tujuannya dan pentingnya program latihan untuk
dirinya.
15
b.memperkuat otot-otot bahu
akibat imobilisasi yang lama, otot akan menjadi lebih kecil (atrofi) dan kekuatannya
berkurang/menurun. Pada orang sehat imobilisasi selama 3 minggu bisa menyebabkan
penurunan kekuatan otot sebesar 50%. Kekuatan otot dapat diperbaiki dengan latihan
berulang-ulang menggunakan kekuatan maksimum 20-40 % dan pengulangn yang relative
besar. Latihan penguatan otot lebih pada beban yang diberikan, sedangkan latihan untuk
menambah daya tahan lebih ditekankan pada pengulangan. Tahanan yang dipakai dapat
berua pemberat atau secara manual, sedangkan program latihan di rumah sakit disesuaikan
dengan fasilitas yang ada seperti stick, finger ladder, over head pulley yang membantu
menambah lua gerak sendi bahu.
1. latihan dengan tongkat
Gerakan yang dianjurkan adalah :
a. pegang tongkat dengan kedua tangan menggantung di muka/depan
b. dengan siku lurus, gerakan lengan ke atas kepalasejauh limitasi sendi bahu memungkinkan
c. seperti gerakan no.b tetapi gerakan tangan ke samping kanan dan kiri. Perlu diingat bahwa
gerakan berusat di sendi bahu.
d. tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang kepala kemudian digerakkan naik-
turun
e. tongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang unggung bawah kemudian
dilakukan gerakan menjauhi tubuh dan digerakkan keatas kebaweaj.
2. latihan dengan wall climbing exercise
a. shoulder abduction
penderita berdiri dengan bahu sakit disamping shoulder abduction ladder atau dinding.
Gerakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan jari II dan III yang memanjat dinding
b. shoulder flexion
pendeita menghada dinding. Gerakan bahu fleksi dibantu oleh jari II dan III memanjat
dinding.
3. clinning bar
16
Penderita berdiri dengan kedua tangan memegang clinning bar (palang antara dua bingkai
pintu). Bar berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua lutut ditekuk, badan turun ke
bawah.
4. overhead exercise
Dengan katrol ditempatkan diatas kepala, lengan mengalami kelaian secara pasif dan
dielevasi oleh lengan yang sehat.
5. passive external rotation of shoulder
Penderita menghadap sudut dinding, kedua siku ditekuk. Kedua lengan masing-masing
memegang dinding (push-up) anterior kapsul dan pektoralis akan terulur. Permulaan latihan
dengan kedua tangan lurus dengan dada kemudian kedua tangan naik sampai lengan ekstensi
penuh di atas kepala.
6. beberapa latihan untuk penderita nyeri bahu
Latihan A : penderita tidur terl;entang dengan siku di stbuh dan tangn mengarah ke atas.
Eksternal rotasi secara aktif oleh asien dan secara pasif oleh terapis. Tahanan boleh diberikan
jika lingkup gerak memungkinakan. Latihan ini dapat dilakukan dengan posisi melawan
dinding
Latihan B :l sama denga latighan A, dengan penigkatan abduksi lengan
Latihan C : Lengan di belakang kepala, gerakan siku ke belakang, kearah lantai jika
berbaring terlenyang, ke dinding jika berdiri.
II. EPIDEMIOLOGI
III. KLASIFIKASI
IV. ETIOLOGI
V. PATOFISIOLOGI
17
VI. GEJALA KLINIS
VII. TANDA KLINIS
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IX. DIAGNOSIS
X. DIAGNOSIS BANDING
XI. PENATALAKSANAAN
XII. KOMPLIKASI
XIII. PROGNOSIS
BAB IV
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomson, Ann M. Tidy’s physiotherapy. 2th ed. Butterworth-heinemann, 2001. Hal : 712. David. Ring. 2009. Approach to the patient with shoulder pain. In : primary care medicine.
Lippincot Williams and Wilkins;2009.p.150.3. Djohan Aras. Penatalaksaan fisioterapi pada frozen shoulder. Akfis:ujungpandang;2004.4. Donatelli, Robert, Wooden, Michael J. Orthopaedic Physical Therapy. Churchil
Livingstone Inc;1999.p.160.5. Keith, Strange. Passive Range of Motion and Codman’s Exercise. American Academy of
Orthopaedic Surgeons;2010.6. Priguna, Sidharta. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek umum, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia;2003.7. Soeharyono. Sinkronisasi gerak ersendian daerah gelang bahu pada gerak abduksi lengan.
Maj Fisioterapi;2004.8. Yamaguchi K, Ditsios K, Middleton WD, et al. the demographic and morphological
features of rotator cuff disease. A comparison of asymptomatic and symptomatic shoulder. J BoneJoint Surg Am.88:1699.2006.
19
20
21
22