campak

19
LAPORAN HOME VISIT PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG KOTA JAMBI Anggota Kelompok : Lia Trisetiany G1A214042 Priselia Febrina Rambe Putri G1A214043 Septiawan Pernandes Manaf G1A214045 KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2015

Upload: septiawanpm

Post on 21-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

campak home visite

TRANSCRIPT

LAPORAN HOME VISIT

PENYAKIT CAMPAK

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG PINANG

KOTA JAMBI

Anggota Kelompok :

Lia Trisetiany G1A214042

Priselia Febrina Rambe Putri G1A214043

Septiawan Pernandes Manaf G1A214045

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT/KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2015

LAPORAN HOME VISIT

1. Identitas Pasien/klien:

Nama : Andi Septian

Umur : 12 tahun

TB/BB : 125 cm/26 kg

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan terakhir : (-)

Pekerjaan : Siswa

Alamat : RT 5 Kasang Jaya

Suku : Minang

2. Anamnesis

a. Keluhan Utama: (-)

b. Riwayat Penyakit Sekarang: (-)

c. Riwayat Penyakit Dahulu:

Demam selama dua hari

Timbul ruam/rash setelah demam selama dua hari

Anak terlihat pucat, lesu

Diagnosis dokter 3 bulan yang lalu adalah campak

Sudah dilakukan pemeriksaan darah

Pasien pernah diberikan imunisasi, namun setelah pasien

mengalami campak

d. Riwayat Penyakit Keluarga: (-)

e. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pendidikan terakhir Ayah (54 tahun) pasien adalah SMP

Pendidikan terakhir Ibu (40 tahun) pasien adalah SMP

Ayah pasien bekerja sebagai Penjahit, dengan penghasilan < Rp.

1.500.000,- per bulan.

Ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga)

Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan satu saudara perempuan ( 15

tahun ).

Pasien tinggal bersama keluarga di rumah kontrakan

f. Riwayat Kebiasaan:

- Pasien diajarkan oleh kakek untuk selalu mencuci kaki dan tangan

setelah bermain, sebelum makan dan sebelum tidur.

- Dalam keluarga pasien tidak ada kebiasaan khusus.

- Mandi menggunakan air sumur bersama beberapa keluarga lain.

- Minum menggunakan air galon isi ulang.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Tampak sehat, aktif.

b. Kesadaran : Composmentis

c. Status Gizi : Kurang, dengan IMT 16,64

d. Tanda vital

Tek. darah : 110/70 mmHg

Heart rate : 80 x/menit

Resp. rate : 20 x/menit

Suhu : 36,50C

e. Kepala : Konjungtiva : anemis (-), Sklera : Ikterik (-)

f. Leher : Pembesaran KGB (-)

g. Paru-paru

Inspeksi : bentuk dan gerakan dinding dada saat

pernafasan simetris ki/ka, pernafasan

intercostal (-) perubahan warna kulit (-),

pembengkakan (-)

Palpasi : gerakan respirasi sama ki/ka, vocal fremitus

normal

Perkusi : batas paru normal, suara sonor pada kedua

lapang paru

Auskultasi : suara paru vesikuler, normal

h. Abdomen

Inspeksi : bentuk perut datar, bengkak (-), peristaltik tidak

terlihat, bengkak/tumor (-) warna kulit sama

dengan sekitarnya, spidernaevi dan striae (-)

Auskultasi : peristaltik/bising usus normal.

Perkusi : pekak hati dan limpa, undulasi (-), shifting dullnes

(-)

Palpasi : nyeri tekan (-), tahanan (-), tumor (-)

i. Anggota gerak : dalam batas normal.

4. Diagnosis :

Pasien memiliki riwayat sakit campak.

5. Terapi:

a. Non farmakologis :

- Kompres panas

- Diberi minum madu

b. Farmakologis

Ketika sakit, pasien diberikan:

- Baby cough syrup

- Salicilk talc

- Vitamin A

6. Prognosis:

Dubia ad bonam

7. Pengamatan Rumah:

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, rumah yang ditempati pasien

saat ini belum memenuhi standar kriteria rumah sehat dan pasien tinggal di

rumah kontrakan dengan kondisi :

1. Lantai

Lantai rumah pasien dari semen yang dialaskan tikar plastik dan kain

sisa jahitan ayahnya.

2. Atap

Atap rumah pasien terbuat dari genting, dinding terbuat dari semen,

dan tidak ada langit-langit rumah.

3. Ventilasi dan jendela

Ruang tamu : terdapat 2 jendela didekat pintu bagian

depan dan di atasnya tidak terdapat ventilasi.

Kamar : tidak memiliki kamar, hanya berupa sekat,

kamar pertama disekat oleh kain di ruang tamu, kamar kedua di

sekat oleh lemari di ruang keluarga, kamar tidak memiliki pintu,

jendela dan ventilasi. Sinar matahari tidak menembus kamar.

Dapur : tidak terdapat jendela dan ventilasi.

Ruang makan : tidak terdapat ruang makan.

Ruang keluarga : menyatu dengan kamar kedua.

4. Cahaya

Pencahayaan sinar matahari pada siang hari di rumah pasien masuk

dari pintu bagian depan, namun tidak secara keseluruhan dapat

dikatakan cukup. Cahaya hanya bisa menyinari ruang tamu atau

keluarga, sementara kamar dan dapur tidak bisa ditembus cahaya

matahari.

Luas Bangunan Rumah:

Ukuran tanah seluas 4x7 m, luas lantai bangunan tidak sebanding

dengan jumlah penghuni di dalam rumah, yang memiliki: 1 ruang tamu

dan ruang berkumpul keluarga yang menyatu, tanpa kamar tidur, 1

dapur dan 1 kamar mandi yang sekaligus menjadi tempat cuci baju

dan cuci piring dan 1 wc untuk BAK dan BAB ditambah 1 kamar

mandi bersama dengan keluarga lain di sebelah rumahnya.

5. Fasilitas didalam rumah

Penyediaan air bersih

Sumber air di rumah pasien adalah air sumur yang digunakan

untuk mandi dan mencuci, kamar mandi dan tempat mencuci piring

serta baju dalam satu tempat. Air minumnya berasal dari air minum

depot isi ulang yang lebih praktis. Sumur bersama beberapa

keluarga terletak berdekatan dengan selokan.

Pembuangan tinja

Jamban yang digunakan pasien dan keluarganya adalah 1 jamban

yang ada di dalam wc.

Fasilitas dapur

Kondisi dapur rumah pasien sempit, pencahayaan kurang dan

kurang sehat.

Ruang berkumpul keluarga

Ruang berkumpul keluarga menyatu dengan kamar kedua yang

tidak terdapat kursi dan meja, hanya terdapat satu televisi.

Pekarangan/serambi

Pekarangan rumah pasien menyatu dengan jalan semen, dimana

lebar jalan di depan rumah pasien ± 1,5. Terdapat kandang ayam di

samping rumahnya.

8. Pengamatan Lingkungan:

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, lingkungan tempat tinggal

belum memenuhi standar lingkungan yang sehat, dengan kondisi sebagai

berikut:

a. Rumah sehat

Kondisi rumah kontrakan di sekitar tempat tinggal pasien kurang

sehat, karena rumah pasien dan rumah tetangga saling bersebelahan

tanpa ada pemisah. Sehingga tidak ada pencahayaan matahari dari

sebelah kiri maupun kanan rumah pasien, sumber cahaya matahari

hanya didapatkan dari bagian depan dan juga di seberang jalan di

depan pasien juga terdapat rumah warga, sehingga cahaya pun bisa

terhalang masuk ke dalam rumah. Juga tidak adanya ventilasi yang

cukup untuk pertukaran udara segar, yang menyebabkan udara di

dalam rumah kurang segar.

b. Sarana sanitasi dasar

Penggunaan kamar mandi tidak cukup luas, ditambah lagi kegiatan

cuci piring dan cuci baju dilakukan disana sehingga sangat tidak sehat.

Lantai kamar mandi terbuat dari semen yang licin dan berlumut.

Tempat penampungan air bersih menggunakan ember yang tertutup

dan juga tidak ditutup. BAB dan BAK langsung ke dalam closet.

Tidak terdapat tempat sampah baik di dalam rumah maupun di luar

rumah, keluarga pasien hanya menggunakan plastik untuk tempat

membuang sampah.

c. Tempat umum dan tempat pengolahan makanan

Disekitar lingkungan tempat tinggal pasien tidak terdapat tempat

umum ataupun tempat pengolahan makanan.

9. Hasil Wawancara dan Pengamatan Keluarga/ Hubungan Keluarga:

Hubungan pasien – anggota keluarga

Hubungan antar keluarga pasien sangat baik. Semua anggota keluarga

saling memperhatikan dan membantu satusama lain. Hubungan pasien

dengan saudaranya cukup baik.

Hubungan pasien – tetangga dan sekitarnya

Hubungan pasien dengan tetangga dan lingkungan sekitar juga baik.

Karena kondisi rumah yang saling bersebelahan tanpa ada pembatas

membuat pasien lebih akrab dengan tetangga sekitar. Teman pasien di

sekolahnya juga mengalami sakit campak.

10. Hasil Wawancara dan Pengamatan Perilaku Kesehatan pasien dan

keluarga:

Perilaku kesehatan keluarga pasien ini kurang baik di lihat dari

keadaan dapur dan kamar mandi rumah pasien karena kurangnya

pencahayaan dan keadaan kamar mandi yang dipenuhi lumut karena jarang

dibersihkan dan juga kedua kamar pasien tidak terdapat jendela ataupun

ventilasi sehingga sirkulasi udara kurang baik. Pada bagian ruang tamu

dan ruang keluarga terlihat berantakan dengan sisa jahitan bertebaran

dimana-mana, dan pada halaman depan rumah pasien yang juga

merupakan jalanan umum terlihat cukup bersih karena tidak terdapat

sampah. Penampilan dan cara berpakaian pasien cukup baik. Untuk

kebiasaan makan keluarga pasien ini, keluarga mengaku setiap makan

selalu ada sayur dan lauk. Namun tidak bisa dipastikan apakah makanan

keluarga pasien termasuk kedalam gizi seimbang karena pada saat

kunjungan keluarga belum memasak Keluarga pasien jarang

memeriksakan kesehatannya ke puskesmas sekalipun pasien atau anggota

yang lain sakit, pasien juga dulu jarang dibawa ke posyandu oleh ibunya

untuk di imunisasi dan dipantau tumbuh kembangnya, dengan alasan

mereka kesibukan mereka. Padahal lokasi posyandu tersebut berada di

daerah dekat rumah pasien, tetapi pasien mengaku tidak mengetahui

jadwal imunisasi dan lokasi posyandunya. Pengetahuan tentang perilaku

hidup bersih dan sehat pasien ini kurang terbukti dari keadaan rumah yang

masih perlu ditingkatkan kebersihannya dan belum adanya kesadaran akan

pentingnya imunisasi untuk kesehatan pasien dan saudaranya.

11. Analisis Pasien Secara Holistik

a. Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan

sekitar

Dari hasil anamnesis, ayah pasien mengatakan bahwa anaknya

mengalami demam setelah teman sekolahnya mengalami campak.

Karena pasien tidak di imunisasi campak menyebabkan pasien rentan

untuk tertular. Setelah pasien mengalami demam yang kemudian

timbul ruam, ibu pasien memeriksakan pasien ke Puskesmas Tanjung

Pinang Kota Jambi dan dilakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan

darah untuk pemeriksaan laboratorium. Dari hasil pemeriksaan dokter

menyatakan bahwa pasien terinfeksi campak.

Untuk kebersihannya sendiri, rumah pasien tergolong kurang

bersih karena penataan barang di dapur yang tidak rapi dan

bertumpuk, keadaan lantai kamar mandi yang sangat licin dan

ditumbuhi lumut serta ruang tamu yang penuh dengan bekas jahitan

ayahnya.

Jika dilihat hubungan diagnosis penyakit pasien yaitu campak

dengan lingkungan sekitarnya, lingkungan sekitarnya merupakan

penyebab timbulnya penyakit tersebut. Karena kondisi rumah

dilingkungan pasien yang saling bersebelahan tanpa adanya pemisah

membuat penyakit campak yang ditularkan melalui udara gampang

untuk menular kepada yang lain.

Faktor keadaan lingkungan rumah yang saling berdekatan ini

membuat penyakit campak ini gampang menular. Karena campak

menular melalui udara sehingga virus mudah menyebar ke lingkungan

tetangga yang lain dan inilah yang menyebabkan pasien lebih rentan

tertular penyakit campak. Sehingga, menurut analisis kami ada

hubungan antara penyakit campak yang dialami pasien dengan

keadaan lingkungan rumah pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga

Ibu pasien tampak kurang peduli dengan imunisasi dasar sejak

lahir karena terbukti bahwa kakak pasien juga tidak diimunisasi

sehingga rentan terkena penyakit campak. Alasan keluarga pasien

tidak memberikan imunisasi dikarenakan keluarga pasien mengaku

tidak tahunya jadwal imunisasi dan lokasi posyandu di daerah mereka

serta karena kesibukan mereka. Padahal lokasi posyandu berada

didekat wilayah mereka. Karena tidak pernah diberikan imunisasi, hal

ini dapat menjadi penyebab pasien rentan terinfeksi dan tertular

penyakit campak. Seperti yang kita ketahui, bahwa dengan adanya

imunisasi dapat membuat pasien menjadi lebih kebal terhadap infeksi

karena sudah adanya antibodi di dalam tubuh pasien.

Menurut analisis kami, ada hubungan antara keadaan dan

hubungan keluarga dengan penyakit campak yang dialami pasien

tersebut, karena teman sekolah pasien juga mengalami infeksi yang

sama sebelumnya sehingga dapat menular kepada pasien. Dan

perilaku ibu pasien yang tidak memiliki kesadaran yang tinggi untuk

pentingnya imunisasi dan kunjungan ke posyandu ataupun ke

puskesmas.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga

Perilaku sehat belum ditunjukkan oleh keluarga pasien, hal

tersebut terbukti dengan kurangnya kesadaran keluarga pasien akan

pentingnya memberikan imunisasi dasar kepada pasien dan kedua

saudara pasien. Ibu pasien juga mengatakan bahwa ibu pasien dan

keluarga juga tidak tahu letak posyandu yang ada di dekat rumah

mereka dan juga ibu pasien mengatakan bahwasanya beliau juga tidak

tahu jadwal imunisasi. Padahal pada kenyataannya lokasi posyandu

berada di dekat rumah pasien, yang berarti memang tidak adanya

kemauan dari ibu pasien untuk membawa anaknya ke posyandu.

Sebelum pasien mengalami penyakit campak, teman sekolah

pasien sudah lebih dulu terkena penyakit campak, namun tidak dibawa

berobat ke puskesmas sehingga pasien juga ikut tertular. Ini

menunjukkan bahwa keluarga pasien belum memiliki kesadaran akan

pentingnya kesehatan pasien.

Dalam kasus pasien ini, menurut analisis kami perilaku

kesehatan berhubungan dengan penyakit campak yang diderita oleh

pasien, karena orang tua pasien kurang memiliki kesadaran akan

pentingnya imunisasi dan kemauan untuk membawa anaknya ke

posyandu atau puskesmas sehingga pasien tidak pernah mendapatkan

imunisasi yang membuat pasien rentan tertular penyakit.

d. Hubungan kausal antara beberapa masalah, faktor risiko atau etiologi

dengan diagnosis penyakit

Penyebab penyakit ini adalah virus yang dapat menyebar

melalui udara dan penyakit ini sangat menular, sehingga sangat rentan

bagi pasien untuk tertular. Terlebih lagi pasien tidak pernah

mendapatkan imunisasi dasar sejak lahir yang menyebabkan pasien

tidak memiliki antibodi virus campak untuk melawan virus campak

tersebut. Sehingga ketika ada anak di sekitar lingkungan pasien yang

mengalami penyakit campak ini sangat rentan bagi pasien untuk

tertular penyakit campak juga. Penularan virus ini yang melalui udara

menyebabkan penyakit ini cepat menyebar atau menular kepada

pasien.

Masalah yang ada adalah keluarga pasien terutama ibu pasien

tidak menyadari pentingnya imunisasi untuk pasien. Keluarga pasien

juga tidak berusaha untuk membawa pasien ke posyandu ataupun ke

puskesmas untuk di imunisasi. Keadaan inilah yang membuat pasien

terkena penyakit campak, walaupun jika pasien sudah mendapatkan

imunisasi campak masih ada kemungkinan untuk sakit namun hal itu

sangat kecil dibanding jika pasien memang tidak pernah mendapat

imunisasi resiko untuk terinfeksi dan sakit lebih besar.

Lingkungan rumah pasien yang sangat padat juga bisa menjadi

faktor risiko pasien lebih cepat dan mudah tertular penyakit campak.

Karena campak bisa menular melewati udara maupun kontak

langsung. Selain lingkungan yang padat, pencahayaan dan pertukaran

udara di dalam tempat tinggal pasien bisa dikatakan kurang baik

sehingga sirkulasi udara kurang baik

Di dalam lingkungan sekolah, teman pasien lebih dulu tertular

penyakit campak dan kemudian pasien pun tertular penyakit campak

juga. Hal ini dikarenakan, pasien selalu bermain bersama dan sering

terjadi kontak baik langsung ataupun lewat udara, sehingga hal ini

menjadi salah satu faktor risiko pasien tertular penyakit campak.

Jadi, berdasarkan analisis kami, pasien tidak mendapatkan

imunisasi itu merupakan faktor risiko pasien mengalami penyakit

campak dan lingkungan rumah dan lingkungan sekitar juga menjadi

salah satu faktor risiko pasien tertular penyakit campak tersebut.

e. Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi paparan dengan faktor

risiko atau etiologi penyakit

1. Keluarga harus mencari tahu jadwal imunisasi di lingkungan

mereka untuk kedepannya.

2. Keluarga harus mencari tahu lokasi dan jadwal dilakukannya

kegiatan posyandu di daerah mereka.

3. Keluarga pasien harus membawa pasien berkunjung ke puskesmas

untuk mendapatkan imunisasi dan pemantauan tumbuh

kembangnya.

4. Keluarga pasien harus memiliki kesadaran bahwa pentingnya

berkunjung ke posyandu maupun puskesmas.

5. Keluarga harus memperhatikan asupan gizi pasien terutama gizi

yang seimbang agar gizi pasien tercukupi sehingga pasien tidak

rentan akan penyakit infeksi.

6. Keluarga harus memberi susu formula untuk mencukupi kebutuhan

gizi pasien.

12. Rencana Promosi dan Pendidikan Kesehatan kepada Pasien dan

kepada Keluarga

a. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya memberikan imunisasi

dasar pada pasien dan saudaranya dan dampak jika tidak diberikannya

imunisasi pada pasien.

b. Menjelaskan kepada keluarga pasien pentingnya melakukan

kunjungan ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang pasien.

c. Menjelaskan kepada keluarga pasien penyebab, cara penularan

penyakit campak dan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan

tersebut.

d. Menjelaskan kepada keluarga pasien cara mengatasi gejala penyakit

campak atau penyakit infeksi lainya agar dapat ditangani dengan baik.

e. Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang pola prilaku hidup bersih

dan sehat dan menerapkannya di dalam rumah tangga.

f. Menjelaskan kepada keluarga pasien pentingnya memberikan gizi

seimbang kepada pasien untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

“ usahakan setiap menyajikan makananan untuk sarapan, makan siang

dan makan malam ada lauk dan sayur bu, jika ada buah-buahan juga

itu lebih baik, karena makanan yang banyak macamnya bisa membuat

anak semangat untuk makan dan bagus untuk pertumbuhannya”

g. Mengajarkan kepada keluarga pasien menu makanan seimbang yang

baik untuk tumbuh kembang pasien.

“ menu makannanya bisa lauknya : ikan, ayam, telur, tempe, tahu.

Untuk sayurnya bisa: bayam, toge, kangkung, wortel, daun ubi. Untuk

buah : pisang, pepaya.”.

13. Anjuran – anjuran penting yang dapat memberi semangat dan

mempercepat penyembuhan pada pasien

a. Menjelaskan fungsi dan manfaat imunisasi untuk pasien kepada

keluarga pasien sehingga orang tua pasien sadar akan pentingnya

imunisasi.

“ Ibu, imunisasi itu penting untuk anak balita agar daya tahan

tubuhnya kuat sehingga anak ibu lebih tidak gampang sakit. Walaupun

kemungkinan sakit masih ada tetapi lebih kecil dibanding jika anak

ibu tidak diberi imunisasi”

b. Menjelaskan manfaat dari kunjungan ke posyandu dan puskesmas

yang dapat memantau tumbuh kembang pasien karena hal tersebut

penting untuk masa depan pasien.

“ ibu, jika ibu rutin membawa anak ibu ke posyandu, pertumbuhan

anak ibu bisa dipantau dengan baik oleh petugas, sehingga ibu bisa tau

pertumbuhan anak ibu baik atau ada gangguan. Itu juga penting untuk

kesehatan anak ibu, sehingga jika ada gangguan dalam

pertumbuhannya bisa cepat diatasi”

c. Mengatakan kepada keluarga pasien agar membawa pasien atau

saudaranya jika ada yang sakit agar dapat segera diobati.

“ ibu jika anak ibu sakit, seperti demam sudah lebih dari 3 hari segera

bawa ke puskesmas supaya tahu apa penyebab sakitnya, karena sakit

pada anak kecil tidak sama dengan sakit pada orang dewasa, jadi harus

segera di obati”

d. Keluarga pasien harus sadar bahwa mencegah penyakit lebih baik

daripada mengobati.

“ ibu, mencegah anak ibu sakit itu lebih baik dari pada ibu mengobati

jika anak ibu sakit, karena biaya pengobatan pasti akan lebih mahal

dibanding ibu hanya membawa anak ibu ke posyandu atau memberi

imunisasi gratis di puskesmas atau posyandu”

e. Ketika sakit, keluarga harus lebih memperhatikan asupan makanan

untuk mempercepat proses penyembuhan.

“ jika anak ibu sakit, harus sering diberi asi atau tetap dipaksa untuk

makan, karena dengan banyak makan proses penyembuhan anak ibu

akan lebih cepat. Sebisamungkin beri anak ibu makanan yang gizinya

tinggi seperti telur, ayam, atau ikan”

f. Keluarga harus bisa membujuk pasien agar mau minum susu untuk

kecukupan gizi pasien.

“ ibu harus coba bujuk Andi dan yang lainnya untuk mau minum susu,

coba belikan susu dengan rasa yang berbeda seperti coklat, vanila dan

stroberi agar Andi dan yang lainnya mau untuk minum susu”

g. Keluarga harus bisa menerapkan perilaku hidup sehat.

“ ibu, anak-anak setiap habis dari wc harus diajarkan untuk cuci

tangan, juga setiap sebelum makan harus cuci tangan dengan sabun

dan pulang dari bermain juga harus cuci tangan dan kaki dengan

sabun”

h. Keluarga harus menjaga kebersihan rumah dan lingkungan tempat

tinggal.

“ ibu, rumah harus selalu disapu dan dirapikan setiap harinya, karena

anak-anak sering main dilantai jadi jika lantai kontor anak-anak bisa

sakit karena lantai yang kotor banyak kumannya. Halaman juga harus

sering dibersihkan, dan sediakan tong sampah di dapur agar sampah

bisa dibuang di tempatnya dan rumah jadi lebih bersih”

i. Keluarga harus membersihkan dapur karena menjadi tempat

pembuatan makanan yang apabila makanan tercemar kuman penyakit

dapat berdampak pada anggota keluarga yang lain.

“ dapur ibu harus diusahakan untuk selalu bersih, karena di dapur

tempat membuat makanan yang akan dimakan satu keluarga, jika

makanan tersebut tercemar karena dapur yang kotor, maka satu

keluarga bisa saja sakit. Sebaiknya setiap setelah dan sebelum

memasak dapur dibersihkan terlebih dahulu dan simpan bahan

makanan ditempat yang bersih dan tertutp sehingga terhindar dari lalat

atau semut.

Lampiran

Kamar mandi dan jamban keluarga pasien

Dapur keluarga pasien

Tempat tidur yang hanya dibatasi sekat

R

Ruang tamu dan ruang jahit ayah pasien

Tempat tidur yang hanya dibatasi sekat

Rumah pasien tanpa loteng

Kamar mandi bersama beberapa keluarga

Kandang ayam tetangga di sebelah rumah pasien

Selokan di belakang rumah pasien

Rumah pasien dilihat dari pintu masuk

Jalan depan rumah pasien