ca colon _ lp ca colon
DESCRIPTION
ca colonTRANSCRIPT
CARSINOMA RECTI
CA COLORECTAL A. Definisi
Carsinoma colorectal adalah keganasan yang terjadi didaerah colon dan rectum.
Insiden dan mortalitas ca colorectal di Indonesia cukup tinggi. Insiden pria sebanding dengan wanita, dan lebih banyak ca colorectal terjadi pada orang muda.
Distribusi kanker pada kolon adalah :10% terdapat di kolon asenden dan sekum10% di kolon asenden dan di kedua fleksura5% di kolon desenden
75 % di rektosigmoideus
B. Etiologi dan faktor resiko
Penyebab kanker kolon dan rectal tidak diketahui secara pasti.
Faktor resiko meliputi :
1. Usia lebih dari 40 tahun.2. faktor genetik3. Darah dalam feses.
4. Riwayat polip rectal atau polip colon.
5. Adanya polip adematosa atau adenoma villus.
6. Riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga.
7. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis/colitis ulceratif kronik lebih dari 20 tahun.
8. Diet tinggi lemak, protein, daging dan rendah serat.
C. Klasifikasi Histologi
Miskroskopik :
1. Adenocarcinoma (berdifferensiasi baik, sedang, buruk).
2. Adenocarcinoma musinosum (berlendir)
3. Signet Ring Cell Carcinoma.
4. Carcinoma sel skuamosa.5. carsinoma recti
Makroskopik :
1. tipe polipoid/vegetatif
- menonjol ke lumen dan seperti bunga kol
- terutama di daerah sekum dan kolon asenden
2. tipe skirus/keras
- mengakibatkan penyempitan (stenosis, obstruksi)
- terutama di daerah desenden, sigmoid, dan rectum
3. tipe ulseratif
- pada tahap lanjut, sebagian besar ca mengalami ulserasi menjadi tukak maligna
- terdapat di rektum D. Penentu stadium menurut sistem Dukes
A : Terbatas pada dinding usus.
Prognosis hidup 5% setelah lima tahun B : Menembus lapisan muskolaris mukosa.
Prognosis hidup 80% C : Metastase kelenjar limfe.
C1 : Berapa kelenjar limfe dekat tumor primer.
Prognosis 65% C2 : Dalam kelenjar limfe jauh.
Prognosis 35% D : Metastasis jauh.
Prognosis kurang dari 5 tahun E. Klasifikasi Ca Colorectum menurut sistem TNM (Tumor, Node, Metastasis).
T ( Tumor Primer )
Tx : Tumor primer tdk dpt dinilai.
To : Tdk ada tumor primer.
Tis : Tumor in situ.
T1 : Invasi mukosa di lap sub mukosa.
T2 : Invasi tumor di lap otot propia.
T3 : Invasi tumor melewati otot propia ke sub serosa atau nonperitoneal pericolik atau ke jaringan perirectal.
T4 : Tumor mengalami perforasi visceral atau mengalami invasi ke organ
lain/struktur lain.
N (Nodes Lymph Regional)
Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dibagi.
No : Tdk tjd metastasis dinodes lymph regional.
N1 : Metastasis di 1-3 pericolik atau nodus lymph perirectal.
N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar pericolik atau nodus lymph perirectal.
N3 : Metastasis pada kelenjar limfe isi nama pembuluh darah dan atau pada
kelenjar apical.
M (Metastasis jauh)
Mx : Metastasis jauh tidak dpt dinilai.
Mo : Tdk ada metastasis jauh.
M1 : Terdapat metastasis jauh
F. Pengelompokkan Stadium
Stadium (Dukes) T N M
O
I(A)
II(B)
III(C)
IV(D) Tis
T1
T2
T3
T4
Setiap T
Setiap T
Setiap T
Setiap T No
No
No
No
No
N1
N2
N3
Setiap N Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
Mo
M1
G. Patofisiologi
Asupan makan tinggi lemak, rendah serat(Polip adenoma
gg pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari(
risti kerusakan integritas Polip maligna
kulit
(
imobilisasiCincin anular mengelilingi dinding kolon
(Obstuksi sebagian/total (
(Menyebar di seluruh jaringan sekitar nyeri (
perdarahanInfiltrat :
gangguan absorbsi cairan Peradangan rektum
(Tenesmi saat BAB, disertai nyeri panggul dan perutgangguan volume cairanDiare dan konstipasi bergantian
dan elektrolitFeses seperti kotoran kambing
BAB darah dan lendir
Mual, muntah dan tidak nafsu makan ( risti perubahan nutrisi kurang dari(
kebutuhan tubuh Penyebaran langsung ke daerah yang berdekatan (
(
Malnutrisi
Kandung kemih, pemb darah,
(
Kelenjar limfe perikolon,
Risti infeksi
dan mesokolon
(
Ke pembuluh darah ke sistem porta
H. Manifestasi klinis Kolon kanan Kolon kiri Rektum
Aspek klinis
Nyeri
Defekasi
Obstruksi
Darah pada feses
Feses
Dispepsi
Memburuknya KU anemia Kolitis
Karena penyusupan
Diare /diare berkala
Jarang
Okul
Normal/diare
Sering
Hampir selalu
Hampir selalu Obstruksi
Karena obstruksi
Konstipasi progresif
Hampir selalu
Okul /makroskopik
Normal
Jarang
Lambat
Lambat Proktitis
Karena tenesmi
Tenesmi
merus menerus
Tidak/jarang
Makroskopik
Perub bentuk
Jarang
lambat
lambat
I. Komplikasi Obstruksi usus partial atau lengkap.
Hemoragi.
Perforasi usus ( abses Peritonitis/sepsis ( syok J. Pemeriksaan diagnostik a. Rectal touch atau colok dubur b. Tes Guaiak
( Melihat darah samar atau mengetahui adanya perdarahan di gastrointestinal.
c. Carcinoma embryonic antigen (CEA).
( Hasilnya dapat meningkat pada tumor kolon.
( Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam
diagnosis prediksi.
( Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke
normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya
menunjukkan kekambuhan.
d. Foto colon dengan barium enema.
( Melihat kerusakan atau adanya lesi-lesi kecil.
e. Ultrasonografi
( Mengetahui ukuran tumor dan metastasisnya. Terutama metastasis ke hati
f. Rectrosigmoidescopy.
g. Colonoscopy h. anamnesa
i. pemeriksaan fisik
j. biopsi/PA K. Penatalaksanaan
1. pembedahan
- hemikolektomi kiri
- hemikolektomi kanan
- reseksi kolon transversum
- LAR
- APR
2. kemoterapi- 5 Fu- 5 Fu dan Ca Folinat
3. radioterapi
4. imunoterapi
Kolostomi adalah Pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dpt
berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini untuk memungkinkan drainage
atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar. Jenis-jenis kolostomi:
1. Single Barel : Permanent
2. Double Barel: Sementara, berhimpitan dengan jarak beberapa inchi
3. Loop
: Sementara
Cara penanganan kolostomi :1. perawatan kulit
Dilakukan dengan sering mencuci area kulit peristoma dengan sabun ringan, memberikan barrier kulit protektif di sekitar stoma (bedak nistatin atau mycostatin, wafer, dan pasta), dan mengamankannya dengan melekatkan kantung drainase. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi kulit peristoma dari feses.
2. memasang kantung drainase
Kantung drainase yang akan dipasang harus diukur terlebih dahulu dengan diameter lebih besar 0,3 cm dari stoma. Sebelum dipasang, berikan barrier kulit peristoma.3. menangani kantung drainase
Kantung kolostomi dapat digunakan setelah irigasi. Kantung kolostomi dapat dilepas jika pasien sudah belajar evakuasi rutin dan ditutup atau dibalut dengan tissu sekali pakai (balutan sederhana). Sabuk elastis dapat digunakan untuk mempertahankannya dengan kontraindikasi keluar gas dan mukus dan ada isi usus yang keluar dari lubang kolostomi diantara irigasi.4. mengangkat alat
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga beratnya tidak menyebabkan kantung terlepas dari perekatnya dan keluar isinya. Pasien memilih posisi nyaman dan perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah isi fekal cair tercecer keluar.5. mengirigasi kolostomi
Stoma pada otot volunter tidak mempunyai otot kontrol volunter sehingga pengosongannya tidak dapat dikendalikan. Pengaturan pasase fekal dapat dilakukan dengan irigasi kolostomi atau membiarkan usus mengevakuasi secara alami tanpa irigasi.
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dengan bebas
komplikasi kolostomi
Prolaps stoma (biasanya karena obesitas)
Perforasi ( akibat ketidaktepatan irigasi stoma)
Retraksi stoma (tertarik kembali)
Impaksi fekal (imobilisasi abnormal)
Iritasi kulit
Kebocoran (sehingga beresiko terhadap distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, syok
Pneumonia dan atelektasis
Ileostomi adalah pembuatan stoma pada ileum. Tujuannya adalah untuk pengobatan ulseratif regional dan pengalihan isi pada ca colon, polip, dan trauma. Biasanya bersifat permanen. Stoma akan membengkak dan bengkak akan berkurang setelah 2-3 minggu. Kemungkinan masalah yang timbul adalah penyumbatankomplikasi ileostomi Iritasi kulit peristoma
Diare
Stenosis Batu urinarius KolelitiasisM. Diagnosa keperawatan1. perubahan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan anoreksia2. resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang diakibatkan produksi ileostomi3. konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi4. nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
5. keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
6. resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
7. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
8. gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII).
Jakarta: EGC.
Black and matasarin Jacobs. (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical
management for continuity of care. (Edisi V).
Philadelphia: Wb Sounders Company.
Soeparman. (1994). Ilmu Penyakit Dalam. (Jilid I). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Jong & Sjamsuhidajat. (1997). Buku ajar ilmu bedah. (Edisi Revisi).
Jakarta : EGC
Doenges Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (Edisi III). Jakarta: EGC
tindakan bedah, reseksi kolon, dan kolostomi
TRI WIDIATMI
0706255515
FIK UI