c09 - djatihs-proses steam reforming-ok2
DESCRIPTION
kimia murniTRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
445
BATAN
ISSN 1979-1208
PROSES STEAM REFORMING PRODUKSI HIDROGEN
DENGAN PANAS NUKLIR TEMPERATUR RENDAH DAN
MENENGAH
Djati H. Salimy
Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) – BATAN
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, 12710
Telp./Fax. : 021-5204243, Email : [email protected]
ABSTRAK PROSES STEAM REFORMING PRODUKSI HIDROGEN DENGAN PANAS NUKLIR
TEMPERATUR RENDAH DAN MENENGAH. Telah dilakukan studi proses steam reforming
produksi hidrogen dengan panas nuklir temperatur rendah dan menengah. Tujuan studi adalah untuk
memahami karakteristika proses steam reforming temperatur rendah dan menengah, serta
kemungkinan kopel dengan panas nuklir. Proses steam reforming temperatur rendah dimungkinkan
dengan bahan baku dimethyl-ether (DME). Proses ini berlangsung pada temperatur rendah (300oC),
dan tidak membutuhkan unit desulfurizer sehingga lebih kompak. Untuk negara yang tidak memiliki
gas alam, harga DME sampai di tempat (cif, cost insurance and freight) cukup kompetitif dibanding
LNG, sehingga diharapkan biaya produksi hidrogen bisa lebih murah. Proses steam reforming
temperatur medium (500oC), dilakukan dengan modifikasi proses konvensional steam reforming gas
alam menggunakan reaktor membran. Pemisahan hidrogen dengan membran di dalam reaktor akan
mendorong keseimbangan reaksi bergeser ke kanan, sehingga reaksi optimal dapat tercapai pada
temperatur 500oC. Pemisahan hidrogen dengan membran di dalam reaktor akan menguntungkan
karena tidak lagi diperlukan unit pemisah hidrogen dan unit shift converter. Secara umum kedua
proses menguntungkan dibanding proses konvensional yang beroperasi pada temperatur tinggi (800-
1000oC), karena dapat mengurangi pemakaian material tahan panas yang mahal, serta meningkatkan
masa pakai marterial. Dari sisi aplikasi panas nuklir, kedua proses membuka peluang pemanfaatan
reaktor nuklir temperatur menengah dan rendah.
Kata kunci: steam reforming DME, reaktor membran, panas nuklir
ABSTRACT STEAM REFORMING PROCESS OF HYDROGEN PRODUCTION WITH UTILIZATION
OF LOW AND MEDIUM NUCLEAR HEAT. The study of hydrogen production by steam
reforming process which utilization of low and medium nuclear heat has been carried out. The goal of
the study is to understand the characteristic of steam reforming of hydrogen production at low and
medium temperature, and the possibility of coupling them with nuclear reactor. Low temperature of
steam reforming process enable by using dimethyl-ether (DME) as raw material. The temperature
process is about 300oC and the plant unit is more compact because desulfurizer unit is not required.
For the country that doesn’t have natural gas resources, the cost of DME is very competitive compare
to natural gas. Medium temperature of steam reforming can be done by modification of conventional
process of natural gas steam reforming by using membrane reformer. Hydrogen separation by
membrane in reactor, drive the reaction equilibrium to the product side, so optimum reaction can be
achieved at temperature of 500oC. In this process, the unit of hydrogen separation and shift converter
are not required; make the plant getting more compact. Compared to the conventional process that
operate at high temperature (800-1000oC), both of two processes give benefits of avoiding use of
expensive heat resistant materials and increased long-term durability. From the point of nuclear
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
446
BATAN
ISSN 1979-1208
reactor utilization, the two processes open the opportunity of low and medium temperature of nuclear
reactors.
Keywords: DME steam reforming, membrane reactor, nuclear heat
1. PENDAHULUAN Diperkirakan kebutuhan hidrogen pada masa yang akan datang terus meningkat.
Semakin sempitnya lahan pertanian, akan mendorong intensifikasi pertanian yang
berimplikasi meningkatnya permintaan pupuk, yang berarti akan menambah laju
permintaan hidrogen. Semakin langkanya minyak primer dan sekunder mendorong
eksplorasi minyak berat (shell, bitumen) yang pada pengolahannya membutuhkan hidrogen
jauh lebih banyak[1]. Di samping itu, berbagai ujicoba mobil hidrogen yang menunjukkan
hasil menggembirakan, menjadi indikasi bahwa akan terjadi ledakan permintaan hidrogen
yang luar biasa besar[2]. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan hidrogen di era
hidrogen, berbagai teknologi produksi terus dikembangkan. Isu lingkungan juga menjadi
isu menarik yang mendorong para ahli hidrogen untuk mengembangkan sistem produksi
yang lebih ramah lingkungan. Substitusi kebutuhan energi panas temperatur tinggi dalam
jumlah besar dengan energi lain (nuklir, surya) diperkirakan mampu menurunkan laju emisi
CO2 dalam jumlah yang signifikan.
Sampai saat ini, sekitar 85% kebutuhan hidrogen dipasok dari produksi berbasis
proses steam reforming gas alam[2]. Proses ini berlangsung pada temperatur sangat tinggi
(800-1000oC), yang berimplikasi membutuhkan energi panas dalam jumlah besar. Sebagai
modifikasi proses steam reforming gas alam, beberapa dasawarsa terakhir ini, dilakukan
pengembangan proses steam reforming gas alam dengan memanfaatkan perm-selective
membrane sebagai media reaktor. Di dalam reaktor, membran berfungsi memisahkan
produk hidrogen dari campuran pereaksi sisa, dan produk samping. Dengan cara ini, reaksi
pembentukan hidrogen dan pemungutan hidrogen dilakukan secara simultan. Hal ini
menguntungkan ditinjau dari sisi keseimbangan reaksi. Dengan dipisahkannya hidrogen
menggunakan membran perm-selective palladium, keseimbangan reaksi bergeser ke kanan
seolah tanpa batas, sehingga reaksi optimal bisa dicapai pada temperatur 500oC[3]. Dari sisi
operasi, unit pabrik tidak lagi membutuhkan unit pemisahan produk dan unit shift-converter
karena fungsinya telah diambil alih oleh membran.
Teknologi produksi hidrogen berbasis proses steam reforming yang lain adalah proses
steam reforming dimethyl ether (DME). Proses ini berlangsung pada temperatur sekitar 300oC,
jauh lebih rendah daripada proses konvensional steam reforming gas alam. Dimethyl ether
merupakan senyawa organik bentuk gas tak berwarna dengan rumus kimia CH3OCH3.
Pembakaran DME mengemisi NOx dan CO dalam jumlah yang relatif sangat sedikit dan
bebas emisi SOx, sehingga DME sangat potensial sebagai bahanbakar transportasi yang
menjanjikan di masa depan[4]. Dimethyl ether dalam skala besar dapat diproduksi dari gas
alam dan batubara. Bagi negara yang tidak memiliki cadangan gas alam, biaya CIF (cost,
insurance, freight) dari DME sangat kompetitif sehingga DME mulai dipertimbangkan
sebagai bahan baku proses steam reforming[5]. Di samping beroperasi pada temperatur yang
jauh lebih rendah, karena DME tidak mengandung belerang, unit pabrik produksi hidrogen
berbahan baku DME tidak memerlukan unit desulfurisasi.
Kedua teknologi steam reforming produksi hidrogen, yang merupakan modifikasi
penurunan temperatur operasi dibanding proses konvensional, menjanjikan peluang yang
lebih luas untuk pemanfaatan energi nuklir sebagai sumber energi panas proses. Teknologi
konvensional steam reforming gas alam yang beroperasi pada temperatur tinggi hanya
dimungkinkan dikopel dengan reaktor nuklir temperatur tinggi. Untuk proses steam
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
447
BATAN
ISSN 1979-1208
reforming gas alam dengan reaktor membran yang beroperasi pada temperatur 500oC dapat
memanfaatkan reaktor nuklir temperatur menengah dan tinggi, sedang proses steam
reforming DME yang beroperasi pada temperatur 300oC, dapat memanfaatkan semua jenis
reaktor daya yang ada sebagai sumber energi panas penggerak proses.
Dalam studi ini dipelajari proses steam reforming gas alam dengan reaktor membran
dan proses steam reforming DME, dengan memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber
energi panas penggerak proses. Tujuan dari studi adalah untuk memahami karakteristika
kedua proses, dibandingkan dengan proses konvensional yang sudah ada, serta
kemungkinan kople dengan reaktor nuklir. Hasil studi diharapkan dapat menjadi masukan
dalam menyusun program pengembangan energi nuklir di masa yang akan datang.
2. PROSES STEAM REFORMING DENGAN PANAS NUKLIR 2.1. Steam Reforming Gas Alam dengan Reaktor Membran
Teknologi membran sudah banyak dipakai sejak lama untuk proses pemisahan yang
tidak bisa dilakukan dengan teknologi pemisahan konvensional. Sebagai contoh, pemisahan
campuran larutan azeotrop yang sangat tidak efisien dilakukan dengan proses distilasi,
dapat dilakukan dengan efisien menggunakan teknologi membran. Pada perkembangannya,
teknologi membran mulai dipakai pada reaktor kimia. Dalam reaktor kimia, membran
berfungsi memisahkan produk dari pereaksi sisa dan produk samping yang tak diinginkan.
Pemisahan produk secara simultan dengan reaksi kimia, akan mendorong keseimbangan
reaksi ke arah produk, sehingga temperatur operasi dapat dicapai lebih rendah dibanding
pada reaktor konvensional. Di samping itu, karena kemampuan membran dalam
memisahkan produk dengan kemurnian tinggi, proses kimia yang memanfaatkan reaktor
membran biasanya menghasilkan produk yang lebih murni[3].
Proses konvensional steam reforming gas alam untuk produksi hidrogen, melibatkan 2
buah reaksi, yaitu reaksi reforming yang sangat endotermis (Persamaan 1) dan dan reaksi
water-gas shift yang sedikit eksotermis (Persamaan 2)[3,6].
molekJHCOOHCH /206-3 224 (1)
molekJHCOOHCO /41222 (2)
Sedangkan total reaksi (1) dan reaksi (2) sering disebut sebagai reaksi reforming-shift dengan
persamaan reaksi:
molekJHCOOHCH /165-42 224 (3)
Pada proses konvensional, reaktor reformer bentuk tabung fixed-bed yang beroperasi pada
temperatur 800-1000oC digunakan untuk menjalankan reaksi. Produk reaksi berupa
campuran H2O, CO, CO2, CH4 dan H2 diumpankan ke unit shift converter untuk memperkaya
hidrogen, kemudian masuk ke unit pemisah untuk memisahkan hidrogen sebagai produk
dan mendaur ulang komponen lain ke reformer. Kemampuan konversi dibatasi oleh
keseimbangan reaksi, dan operasi optimal baru dicapai pada temperatur yang sangat tinggi.
Steam reforming gas alam dengan reaktor membran, dilakukan dengan memanfaatkan
membran palladium yang bersifat perm-selective tinggi terhadap hidrogen. Proses
dilangsungkan pada reaktor fixed-bed bentuk shell and tube. Tabung luar berfungsi sebagai
zona reaksi, sedang tabung bagian dalam (shell) terbuat dari membran palladium yang
berfungsi menyerap hidrogen secara selektif. Produk hidrogen dengan kemurnian tinggi
mengalir ke luar dari tabung bagian dalam. Pemisahan hidrogen secara simultan,
menyebabkan keseimbangan reaksi cenderung bergeser ke arah produk, sehingga operasi
optimal dapat dicapai pada kisaran temperatur 500-600oC. Skema proses steam reforming gas
alam dalam reaktor membran dapat dilihat pada Gambar 1.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
448
BATAN
ISSN 1979-1208
Gambar 1. Skema membrane reformer untuk steam reforming gas alam[7].
Proses steam reforming dengan reaktor membran yang temperaturnya lebih rendah
dibanding proses konvensional, membuka peluang pemanfaatan reaktor nuklir temperatur
menengah sebagai sumber energi panas untuk mengoperasikan proses. Tujuan pemanfaatan
energi panas reaktor nuklir adalah untuk mengurangi laju pembakaran bahan bakar fosil
sebagai sumber energi panas. Pengurangan pembakaran bahan bakar fosil akan berimplikasi
pada penghematan cadangan bahan bakar fosil, dan berpotensi menurunkan laju emisi CO2
dalam jumlah yang signifikan. Di samping itu, pemanfaatan reaktor nuklir untuk proses
kimia juga merupakan diversifikasi pemanfaatan reaktor nuklir. Berbagai studi aplikasi
reaktor temperatur menengah untuk produksi hidrogen dengan proses steam reforming gas
alam dengan reaktor membran telah dilakukan[7,8,9]. Bahrum dkk., melakukan studi kopel
reaktor cepat berdaya rendah dengan pendingin timbal-bismuth untuk menjalankan
proses[8]. Chikazawa dkk., mengkopel proses dengan reaktor temperatur menengah
berpendingin sodium cair (SCFR, Sodium cooled fast reactor)[9]. Sedangkan Mori, memodifikasi
studi Chikazawa dengan model recirculation type untuk menekan emisi CO2[7]. Pada Gambar
2, ditunjukkan salah satu diagram kopel reaktor nuklir temperatur menengah dengan proses
steam reforming gas alam menggunakan reaktor membran.
Gambar 2. Kopel Reaktor Nuklir dengan Proses Steam Reforming Gas Alam
dengan Reaktor Membran[7,9].
Proses panas yang dibawa oleh pendingin reaktor nuklir yang dapat berupa sodium
cair atau timbal bismuth cair, pada kisaran temperatur 550oC dialirkan ke Intermediate Heat
Exhcanger (IHX) untuk memindahkan panasnya ke media sekunder. Panas yang dibawa
media sekunder pada kisaran temperatur 540oC inilah yang dimanfaatkan untuk
mengoperasikan proses steam reforming. Panas media sekunder yang keluar dari reformer
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
449
BATAN
ISSN 1979-1208
pada temperatur sekitar 485oC dimanfaatkan untuk membangkitkan kukus sebelum
diumpankan kembali ke IHX. Kukus yang dihasilkan sebagian dimanfaatkan sebagai bahan
baku bersama-sama dengan CH4, sebagian lagi dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik.
2.2. Proses Steam Reforming DME
Dimethyl ether, atau sering dikenal sebagai DME, merupakan senyawa organik
bentuk gas tak berwarna dengan rumus kimia CH3OCH3. Dengan angka cetane sekitar 55,
lebih besar dibanding angka cetane bahan bakar diesel konvensional yang hanya berkisar
40-53, DME dapat menggantikan bahan bakar mesin diesel tanpa terlalu banyak diperlukan
modifikasi[4]. Emisi gas bakar yang jauh lebih bersih dibanding bahan bakar diesel,
mengakibatkan DME sebagai bahan bakar transportasi memenuhi syarat emisi lingkungan
di negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa. Di samping
sebagai bahan bakar transportasi, DME juga dapat digunakan sebagai bahan bakar gas
turbin pada pembangkit listrik, maupun bahan bakar rumah tangga menggantikan LPG[10].
Pada industri kimia, DME merupakan bahan baku (chemical feedstock) yang mudah
dikonversi menjadi bahan lain, salah satunya menjadi hidrogen.
DME sebagai bahan baku produksi hidrogen, mulai dipertimbangkan oleh negara-
negara yang tidak mempunyai sumber energi LNG. Studi di Jepang menunjukkan bahwa
sintesis DME dari gas alam relatif lebih murah dibanding proses pencairan gas alam. Proses
pencairan gas alam memerlukan sistem tekanan tinggi dan pendinginan yang mahal untuk
mencairkannya karena titik uap gas alam sangat rendah (-125oC). Sementara DME (dengan
titik uap -25oC) dapat dicairkan hanya dengan memberikan tekanan tanpa memerlukan
pendinginan yang mahal seperti halnya gas alam. DME dapat diangkut dengan kapal LPG
biasa, dan didistribusikan dengan infrastruktur yang sama dengan LPG, sementara LNG
harus diangkut menggunakan kapal tanker khusus. Penyimpanan LNG juga memerlukan
perlakuan khusus yang secara ekonomi lebih mahal. Hal ini mengakibatkan biaya CIF (cost,
insurance, freight) DME lebih rendah dibanding LNG, bagi negara-negara yang tidak
memiliki sumber daya gas alam seperti Jepang[5]. Dengan pertimbangan tersebut,
diharapkan proses produksi hidrogen dengan proses steam reforming DME dapat lebih
murah daripada proses konvensional berbahan baku gas alam.
Proses steam reforming DME melibatkan 2 reaksi penting, yaitu reaksi reforming
pembentukan gas sintesis (campuran CO dan H2), dan reaksi water-gas shift yang merupakan
reaksi pembentukan CO2 dan pengayaan H2[5,11,12,13].
molekJHCOOHOCHCH /59,16342 2233 (5)
molekJHCOOHCO /41222 (6)
Sedangkan total reaksi (5) dan reaksi (6) sering disebut sebagai reaksi reforming-sift dengan
persamaan reaksi:
molekJHCOOHOCHCH /59,122623 22233 (7)
Berbagai studi steam reforming DME menjadi hidrogen telah dilakukan di beberapa
negara maju. Kemudahan konversi DME menjadi hidrogen memainkan peranan penting
dalam teknologi transfer energi carrier ke bentuk energi lain[11,12]. Teknologi fuel cell yang
banyak dipakai saat ini, membuka peluang memanfaatkan proses steam reforming DME
menjadi hidrogen.
Proses steam reforming DME beroperasi pada temperatur 300oC. Hal ini
menguntungkan karena operasi pada temperatur yang jauh lebih rendah dibanding
temperatur operasi proses konvensional steam reforming gas alam (800-1000oC), membuka
peluang pemanfaatan panas nuklir dari jenis reaktor dengan range temperatur yang lebih
luas. Di samping itu, karena DME merupakan produk antara yang relatif bersih tidak
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
450
BATAN
ISSN 1979-1208
mengandung belerang, operasi pabrik steam reforming DME tidak memerlukan unit
desulfurisasi, sehingga pabriknya lebih kompak.
Dari sisi aplikasi panas reaktor nuklir, reaktor daya nuklir konvensional yang
beroperasi pada temperatur rendah seperti LWR (light water reactor), maupun reaktor
temperatur menengah (Fast Breeder Reactor, FBR), maupun reaktor temperatur tinggi (HTGR,
high temperature gas-cooled reactor) yang masih dalam proses pengembangan dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi panas. Toshiba bekerjasama dengan Westinghouse
telah melakukan analisis konfigurasi kopel nuklir dengan proses steam reforming DME[12,14].
Panas reaktor berpendingin air ringan tipe PWR (pressurized water reactor) jenis AP1000 yang
dibawa pendingin air, dimanfaatkan untuk menjalankan proses reaksi steam reforming di
reformer secara up-stream turbine. Sedangkan luaran panas sisa dari reformer, setelah
dimanfaatkan sebagai pemanas umpan (DME dan kukus) dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik. Hal ini mengakibatkan rendahnya efisiensi termal produksi listrik
hanya sekitar 23%. Tetapi karena efisiensi termal proses steam reforming sekitar 30%,
diperoleh total efisiensi termal sekitar 53%, jauh lebih tinggi daripada efisiensi termal PLTN
komersial yang hanya sekitar 33%. Konfigurasi kopel reaktor nuklir temperatur rendah
dengan proses steam reforming DME ditunjukkan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kopel Reaktor Nuklir dengan Proses Steam Reforming DME[12].
Analisis kopel nuklir dengan proses steam reforming DME juga dilakukan dengan
memanfaatkan reaktor nuklir temperatur medium (FBR). Berbeda dengan reaktor nuklir
temperatur rendah, proses steam reforming disusun secara downstream dari turbin[12]. Panas
reaktor mula-mula dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, kemudian panas luaran turbin
digunakan untuk menjalankan proses steam reforming DME di reformer. Analisis awal
menunjukkan bahwa dengan konfigurasi ini, total efisiensi termal dapat mencapai 75%,
yang masing-masing adalah 49% efisiensi produksi hidrogen dan 26% efisiensi termal
produsi listrik di turbin.
3. DISKUSI DAN PEMBAHASAN Sampai saat ini, lebih dari 90% hidrogen digunakan sebagai bahan baku industri
pupuk dan minyak[15]. Hanya dalam jumlah kecil saja yang digunakan untuk keperluan
bahan bakar jet, dan bahan baku produk kimia. Berbagai uji-coba mobil hidrogen yang saat
ini banyak dilakukan mengindikasikan hidrogen sangat potensial sebagai bahan bakar
transportasi. Jika era hidrogen sebagai bahan bakar transportasi menjadi kenyataan, pada
saat itu diperkirakan akan terjadi lonjakan permintaan hidrogen yang sangat besar. Untuk
itu berbagai teknologi produksi hidrogen perlu terus dikembangkan untuk memenuhi
permintaan yang sangat besar. Produksi hidrogen dengan bahan baku air, merupakan solusi
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
451
BATAN
ISSN 1979-1208
yang diharapkan dapat memenuhi permintaan hidrogen. Sebagai bahan baku, air jumlahnya
melimpah dan terbarukan, proses produksinya juga tidak mengemisi CO2 ke lingkungan.
Sayangnya sampai saat ini, produksi hidrogen dengan bahan baku air belum mencapai
tingkat efisiensi yang memadai. Untuk itu, produksi hidrogen dari sumber energi bahan
bakar fosil yang menjadi andalan teknologi selama ini perlu terus dikembangkan.
Produksi hidrogen dengan proses steam reforming gas alam, sampai saat ini memasok
lebih dari 85% kebutuhan hidrogen dunia. Prosesnya beroperasi pada temperatur tinggi
(800-1000oC), yang berarti membutuhkan gas alam bukan saja sebagai bahan baku tetapi
juga sebagai bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan panas produksi dalam jumlah sangat
banyak. Substitusi panas pembakaran bahan bakar fosil dengan reaktor nuklir temperatur
tinggi diperkirakan mampu menghemat sepertiga kebutuhan gas alam[7], tetapi karena
beroperasi pada temperatur sangat tinggi, hanya reaktor nuklir temperatur tinggi saja yang
mampu menyediakan panas untuk proses. Berbagai studi terus dilakukan untuk
mengembangkan proses steam reforming produksi hidrogen, dengan tujuan diperoleh proses
dengan temperatur operasi yang lebih rendah dan unit operasi pabrik yang lebih kompak.
Salah satu modifikasi proses steam reforming adalah proses steam reforming gas alam
dengan reaktor membran. Pemanfaatan membran palladium yang mempunyai sifat perm-
selective sangat tinggi terhadap hidrogen, akan mendorong keseimbangan reaksi bergeser ke
arah produk sehingga operasi optimal dapat dicapai pada temperatur 500oC. Sedang
pemisahan produk yang berlangsung secara simultan di dalam reaktor, dapat
mengeliminasi unit shift converter dan unit pemisahan hidrogen, sehingga pabriknya jauh
lebih kompak.
Gambar 4. Perbandingan Unit Operasi Proses Steam Reforming[7,16].
Steam reforming DME juga merupakan modifikasi pengembangan proses konvensional
steam reforming produksi hidrogen. Prosesnya berlangsung pada temperatur relatif rendah
(300oC), dan dalam proses produksinya tidak diperlukan unit desulfurisasi karena bahan
baku DME relatif tidak mengandung belerang. Hal ini berimplikasi unit operasi dapat
menjadi lebih kompak[7]. Pada Gambar 4, ditunjukkan ilustrasi penyederhanaan unit pabrik
proses steam reforming produksi hidrogen dibanding proses konvensional. Modifikasi yang
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
452
BATAN
ISSN 1979-1208
mampu menurunkan temperatur operasi juga berimplikasi pada berkurangnya kebutuhan
material tahan panas yang berharga mahal dan kurang tahan lama.
Dari sisi aplikasi reaktor nuklir, penurunan temperatur operasi proses steam reforming
akan membuka peluang pemanfaatan reaktor nuklir yang lebih luas. Jika berbagai studi
steam reforming gas alam dengan panas nuklir selama ini selalu bertumpu pada aplikasi
reaktor nuklir temperatur tinggi, pemanfaatan teknologi membran pada proses steam
reforming akan dimungkinkan untuk memanfaatkan reaktor nuklir temperatur tinggi atau
menengah sebagai sumber energi panas. Bahkan untuk steam reforming DME, karena
beroperasi pada temperatur rendah (300oC), semua jenis reaktor daya nuklir akan mampu
menyediakan energi panas. Reaktor daya komersial yang telah memiliki pengalaman
komersial lebih dari 50 tahun, dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas proses.
Kebijakan pemanfaatan energi nuklir guna pembangkitan listrik dan kogenerasi di
Indonesia adalah terwujudnya peran energi nuklir secara simbiotik dan sinergistik dengan
sumberdaya energi tak terbarukan maupun terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi
nasional guna mendukung pembangunan berkelanjutan[17]. Untuk itu, disamping
mendorong terwujudnya PLTN pertama di Indonesia, BATAN juga harus terus melakukan
berbagai kajian reaktor nuklir masa depan seperti: konsep reaktor kogenerasi produksi air
bersih (desalinasi), penggunaan panas proses untuk operasi industri temperatur tinggi dan
medium seperti produksi hidrogen, gasifikasi batubara, dan lain-lain. Sampai saat ini, PLTN
pertama di Indonesia belum juga terwujud. Meskipun begitu, berbagai studi terkait aplikasi
PLTN generasi 4 harus selalu diikuti, karena begitu PLTN pertama di Indonesia terwujud,
diperkirakan teknologi nuklir sudah memasuki era reaktor nuklir Generasi 4. Teknologi
reaktor nuklir Generasi-4 merupakan teknologi yang memanfaatkan reaktor nuklir tidak
saja untuk membangkitkan listrik, tetapi juga sebagai sumber energi panas untuk aplikasi
industri.
4. KESIMPULAN Dari uraian di atas dapat disimpulkan:
Sebagai modifikasi proses steam reforming konvensional, proses steam reforming
dengan membran dan proses steam reforming DME mampu menurunkan
temperatur operasi. Penurunan temperatur operasi berimplikasi pada
berkurangnya kebutuhan material tahan panas yang berharga mahal dan kurang
tahan lama.
Pemanfaatan reaktor membran mampu menyederhakan unit operasi pabrik
karena tidak lagi memerlukan unit shift converter dan unit pemisah hidrogen.
Sementara steam reforming DME juga menyederhanakn unit operasi karena tidak
lagi membutuhkan unit desulfurisasi.
Penurunan temperatur steam reforming membuka peluang pemanfaatan reaktor
nuklir dengan kisaran temperatur yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA [1]. HORI, M., NUMATA, M., AMAYA, T., FUJIMURA, Y., Synergy of Fossil Fuels and
Nuclear Energy for the Energy Future, Proceedings of OECD/NEA Third Information
Exchange Meeting on Nuclear Production of Hydrogen, Japan, 2005.
[2]. US-DOE, National Hydrogen Energy Roadmap, National Hydrogen Energy Roadmap
Workshop, Washington DC, 2002.
[3]. SILVA, L. C., MURATA, V. V., HORI, C. E., ASSIS, A. J., Optimization of a Membrane
Reactor for Hydrogen Production Through Methane Steam Reforming Using
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
453
BATAN
ISSN 1979-1208
Experimental Design Techniques and NPSOL, Proceedings of International
Conference on Engineering Optimization, Rio de Janeiro, Brazil, 2008.
[4]. _________, Dimethyl ether, http://en.wikipedia.org/wiki/Dimethyl_ether, diakses 16
Maret 2010.
[5]. FUKUSHIMA, K., OOTA, H., YAMADA, K., MAKINO, S., OGAWA, T., YOSHINO,
M., Development of a Nuclear Hydrogen Production System by Dimethyl Ether
(DME) Steam Reforming and Related Technology, Journal of Power and Energy
System, Vol.2, No. 2, 2008.
[6]. DE FALCO, M., IAQUANIELLO, G., MARRELLI, L., Reformer and membrane
modules plant for natural gas conversion to hydrogen: performance assessment,
AIDIC Conferene Series, Vol. 9, 2009, 93-100 DOI:10.3303/ACOS0909012.
[7]. HORI, M., MATSUI, K., TASHIMO, M., YASUDA, I., Synergistic Hydrogen
Production by Nuclear-Heated Steam Reforming of Fossil Fuels, of Fossil Fuels and
Nuclear Energy for the Energy Future, Proceedings of The 1st COE-INES
International Symposium INES-1, November 1, Tokyo, JAPAN, 2004.
[8]. BAHRUM, A. S., SU’UD, Z., WARIS, A., WAHJOEDI, B. A., Design Study and
Analysis of Pb-Bi Cooled Fast Reactor for Hydrogen Production, Proceedings of
International Conference on Advances in Nuclear Science and Engineering in
Conjunction with LKSTN, 2007.
[9]. CHIKAZAWA, Y., KONOMURA, M., UCHIDA, S., SATO, H., A Feasibility Study of
A Steam Methane Reforming Hydrogen Production Plant With A Sodium-Cooled Fast
Reactor, Journal of Nuclear Technology, Vol. 152, No. 3, December 2005.
[10]. LARSON, E. D., YANG, H., Dimethyl ether (DME) from coal as a household cooking
fuel in China, Energy for Sustainable Development, Vol. VIII No. 3, September 2004.
[11]. SUKHE, V.A., SOBYANIN, V. D., BELYAEV, G. G., VOLKOVA, E. A., Production of
Hydrogen by Steam Reforming of Dimethyl Ether, Proceedings International
Hydrogen Energy Congress and Exhibition IHEC 2005, Istambul, Turkey, 2005.
[12]. FUKUSHIMA, K., OGAWA, T., Conceptual Design of Low-Temperature Hydrogen
Production and High-Efficiency Nuclear Reactor Technology, JSME International
Journal, Series B, Vol. 17, No. 2, 2004.
[13]. SEMELSBERGER, T. A., BORUP, R. L., Thermodynamics of Hydrogen Production
from Dimethyl Ether Steam Reforming and Hydrolysis, Los Alamos National
Laboratory, 2004.
[14]. SHIGA, S., AP1000 and Other Reactors Developed by Toshiba and Westinghouse,
Proc. of ICAPP 2007 Nice, France, May 13-18, 2007
[15]. HORI, M., SHIOZAWA, S., Research and Development for Nuclear Production of
Hydrogen in Japan, OECD/NEA 3rd Information Exchange Meeting on the Nuclear
Production of Hydrogen, Oarai, 2005.
[16]. SALIMY, D. H., Produksi Hidrogen Proses Steam Reforming Dimethyl Ether (DME)
dengan Reaktor Nuklir Temperatur Rendah, Jurnal Pengembangan Energi Nuklir,
[accepted], 2010.
[17]. SOENTONO, S., Peran BATAN dalam Alih Teknologi Energi Nuklir di Indonesia,
Seminar Nasional ke-12 Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklir, Yogyakarta, 12-13
September 2006.
Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir III, 2010 Pusat Pengembangan Energi Nuklir
Badan Tenaga Nuklir Nasional
454
BATAN
ISSN 1979-1208
DISKUSI 1. Pertanyaan dari Sdr. Soedarmono (PTRKN-BATAN)
Bagaimana status teknologi kedua proses tersebut?
Jawaban :
Untuk skala kecil, Tokyo Gas Company telah mengoperasikan unit demonstration plant
kedua proses tersebut . Sejauh ini proses berlangsung dengan baik.
2. Pertanyaan dari Sdr. Ign. Djoko Irianto (PTRKN-BATAN)
Kira-kira kendala apa yang masih dihadapi untuk komersialisasi kedua proses untuk
produksi hidrogen skala besar?
Jawaban :
Untuk produksi skala besar, steam reforming DME membutuhkan bahan baku DME
dalam jumlah banyak. Sejauh ini produksinya masih skala kecil, sebagai produk
samping industri kimia. Dalam waktu dekat baru akan ada produksi DME dalam
jumlah besar. Jepang sebagai pengimpor LNG terbesar, berminat mengembangkan
teknologi berbasis DME, dengan mengimpor DME dalam jumlah besar. Untuk proses
steam reforming dengan reaktor membran, diperkirakan ketersediaan membran
paladium dengan kapasitas besar dan daya tahan cukup lama akan menjadi kendala
tersendiri. Litbang membran untuk mengatasi hal tersebut terus dikembangkan di
Jepang, dan negara-negara maju lainnya.