business case for eai - baxter international, ge power system, & corporate express

20
MAGISTEM MANAJEMEN UGM Business Case for EAI Baxter International, GE Power System, & Corporate Express GALIH HONGGO BASKORO 17 JULI 2013 Paper ini dibuat dalam pemenuhan terhadap mata kuliah Systems & Information Technology Magister Manajemen UGM.

Upload: galih-honggo-baskoro

Post on 23-Oct-2015

99 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MAGISTEM MANAJEMEN UGM

Business Case for EAI Baxter International, GE Power System, & Corporate Express

GALIH HONGGO BASKORO

17 JULI 2013

Paper ini dibuat dalam pemenuhan terhadap mata kuliah Systems & Information Technology Magister Manajemen UGM.

Systems & Information Technology

1

Business Case for EAI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum

Pemanfaatan sistem informasi dalam organisasi sedikit banyak telah merubah banyak

model bisnis perusahaan tradisional, yang biasa disebut brick and mortar, ke arah organisasi

virtual atau sekedar berubah menjadi click and mortar (atau click and brick) di saat ia telah

menerapkan e-commerce. Sistem informasi dipercaya dapat memberikan keunggulan kepada

organisasi dalam: (1) menjangkau pelanggan dengan lebih efektif; (2) meningkatkan

produktivitas pegawai; dan (3) meningkatkan proses bisnis internal, sebagaimana yang

dipercaya oleh Davis [1].

Sistem informasi telah banyak digunakan oleh perusahaan sebagai alat untuk

memenangkan persaingan dengan kompetitor, atau bahkan menjadi suatu keunggulan strategis

suatu perusahaan untuk menjadi frontier di dalam industry-nya. Perubahan era pemanfaatan

sistem informasi ini pula yang menyebabkan perubahan-perubahan peran manajer dalam suatu

perusahaan [4].

Suatu keunggulan strategis dapat dicapai oleh perusahaan apabila sistem informasi

stratejik mulai diterapkan, ditandai dengan perencanaan IT yang telah parallel dengan

perencanaan strategis perusahaan, ataupun dibentuknya visi IT [4]. Dalam paper ini akan

dibahas implementasi penggunaan sistem informasi sebagai alat untuk memenangkan

persaingan bagi perusahaan. E-business sebagai salah satu contoh penerapan sistem

informasi strategis, terbukti sebagai alat bantu dalam pencapaian tujuan perusahaan, yang

diterapkan oleh Baxter International Inc. GE Power System, dan Corporate Express Co.

Systems & Information Technology

2

Business Case for EAI

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan paper ini “Business Case for EAI” ini adalah sebagai berikut:

Mengetahui peranan e-business dalam suatu organisasi

Mengidentifikasi implementasi Enterprise Application Integration pada

perusahaan Baxter Intercational Inc., GE Power System, dan Corporate Express

Co.

Sebagai pemenuhan mata kuliah Systems & Information Technology, MM UGM.

Systems & Information Technology

3

Business Case for EAI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian E-Business

Turban memisahkan pengertian antara e-business dengan e-commerce, yaitu:

electronic commerce atau e-commerce merupakan proses pembelian, penjualan, pengiriman,

pelayanan, atau pertukaran barang, jasa atau informasi melalui jaringan komputer, termasuk

internet. Sedangkan e-business mengacu kepada pengertian yang lebih luas lagi dibandingkan

e-commerce, tidak hanya kegiatan pembelian dan penjualan barang ataupun jasa, namun juga

terdapat proses pelayanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra kerja, pelaksanaan e-learning,

dan pelaksanaan transaksi secara elektronik dalam suatu organisasi [1].

Sama halnya dengan Turban, Brown juga mendefinisikan tentang sistem e-business

yaitu suatu aplikasi yang dirancang untuk memperpanjang jangkauan elektronik suatu

organisasi di luar batas organisasi itu sendiri, kepada pelanggan pemasok, dan mitra bisnis.

Peningkatan penggunaan e-business oleh organisasi atau perusahaan-perusahaan diyakini

karena sistem ini memberikan beberapa keuntungan, diantaranya yaitu: (1) Relatif berbiaya

murah; (2) Kecepatan transmisi informasi yang tinggi, bahkan diukur dengan mikrodetik;(3)

Kapabilitasnya untuk berkomunikasi secara multimedia; (4) Akan berdampak pada peningkatan

jumlah mitra bisnis dan pelanggan yang dapat dijangkau melalui internet [2].

Ide awal terciptanya sistem e-business yaitu untuk mengautomisasi sebanyak mungkin

proses bisnis yang ada dalam organisasi. Porses bisnis itu diantaranya yaitu, proses

pemesanan produk oleh pelanggan, proses pembelian material atau bahan baku dari pemasok,

proses produksi produk, dan lain-lain hingga proses pengiriman produk jadi kepada pelanggan.

Turban menggambarkan fungsi e-business dalam suatu perusahaan sebagaimana Figur 1 di

bawah ini [1].

Systems & Information Technology

4

Business Case for EAI

Figur 1. E-Business dalam perusahaan

Banyak perusahaan yang kini beralih dari penggunaan system bawaan (legacy system)

ke penggunaan aplikasi antar-fungsi client/server terintegrasi. Biasanya dengan melakukan

instalasi aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP), Supply Chain Management (SCM),

ataupun Customer Relationship Management (CRM) dari SAP, Oracle, dan lainnya [3].

Dengan kerangka kerja yang lebih kompak dibandingkan figure 1 oleh Turban, Sawhney

dan Zabin mengilustrasikan keterkaitan aplikasi-aplikasi enterprise antar fungsi dalam suatu

perusahaan sebagaimana figure 2 Arsitektur sebagaimana dalam figure 2 dapat

menggambarkan komponen-komponen dasar, proses bisnism dan antar muka dari setiap

aplikasi yang digunakan oleh perusahaan. Arsitektur atau kerangka tersebut juga

memperlihatkan peran dari pegawai, pelanggan, mitra kerja, dan pemasok [3].

Systems & Information Technology

5

Business Case for EAI

Figur 2. Enterprise application architecture

Berikut ini adalah beberapa manfaat dan keterbatasan system e-business menurut

Turban [1].

I. MANFAAT

a. Kepada Perusahaan

i. Meningkatkan peluang perusahaan untuk melakukan pembelian ataupun

penjualan.

ii. Memungkinkan perusahaan untuk membeli bahan baku dengan harga

lebih rendah dan waktu lebih singkat.

iii. Mengurangi biaya: produksi, penyimpanan, dan pendistribusian produk.

iv. Memperpendek channel distribusi.

v. Membantu bisnis kecil untuk dapat bersaing dengan perusahaan besar

b. Kepada Pelanggan

i. Seringkali menyediakan barang dan jasa yang lebih murah

ii. Memberikan pelanggan lebih banyak pilihan.

iii. Mendapatkan informasi produk dengan lebih cepat.

iv. Memungkinkan orang untuk sekolah atau bekerja di rumah.

v. Memungkinkan pelanggan untuk dapat memperoleh barang yang

terkustom.

c. Kepada Masyarakat

Systems & Information Technology

6

Business Case for EAI

i. Lebih banyak individu yang melakukan pekerjaan di rumah, akan

mengurangi kemacetan dan polusi udara.

ii. Meningkatkan standar kehidupan masyarakat, dengan dijualnya barang

dengan harga rendah.

iii. Memungkinkan warga Negara yang masih berkembang atau terbelakang

untuk mendapatan barang atau jasa yang tidak tersedia di negaranya.

iv. Memberikan fasilitas layanan publik

II. KETERBATASAN

a. Keterbatasan Teknologi

i. Kurangnya standar baku universal untuk kualitas keamanan, dan

keandalan.

ii. Terbatasnya bandwidth telekomunikasi.

iii. Sulitnya meng-integrasi internet dan aplikasi e-business dengan sistem

bawaan (legacy system).

iv. Membutuhkan server web khusus sebagai tambahan server jaringan.

b. Keterbatasan Non-Teknologi

i. Kurangnya regulasi pemerintah dan standar bagi industry.

ii. Kurangnya metodologi untuk mengukur kemanfaatan system e-business.

iii. Keengganan pelanggan untuk berubah dari pasar real ke virtual. Banyak

orang yang belum nyaman untuk bertransaksi secara online (tanpa tatap

muka).

iv. Persepsi bahwa sistem e-business mahal dan tidak aman.

v. Rendahnya jumlah penjual dan pembeli produk e-business.

2.2. Enterprise Application Integration (EAI)

Enterprise Application Integration (EAI) sebagaimana figure 3, merupakan aplikasi yang

digunakan untuk menghubungkan aplikasi-aplikasi e-business dalam suatu perusahaan.

Aplikasi EAI meemungkinkan penggunanya untuk memodelkan proses bisnis- proses bisnis

yang terlibat antar aplikasi bisnis [3].

Systems & Information Technology

7

Business Case for EAI

Figur 3. Enterprise Application Integration

Aplikasi e-business dalam suatu perusahan misalnya yaitu Enterprise Resource Planning

(ERP), yang berperan dalam merencanakan dan mengelola sumber daya/ resources dari

keseluruhan perusahaan, dan Customer Relationship Management (CRM), yang menyediakan

pelayanan pelanggan/ customer care [1]. Dari figure 3, aplikasi ERP terdapat pada kluster back

office di mana terdapat aktivitas atau proses bisnis yang melingkupi perusahaan secara

internal, dengan mitra bisnis, ataupun dengan pemasok/ supplier. sedangkan CRM terdapat

pada kluster front office di mana terdapat kegiatan yang menghubungkan perusahaan dengan

pelanggannya.

Aplikasi EAI dapat berperan sebagai middleware yang menjalankan konversi dan koordinasi

data, sebagai aplikasi komunikasi dan layanan pesan, serta sebagai akses ke berbagai

interface aplikasi yang ada. Dalam figur 3 terlihat bahwa EAI menyatukan aplikasi-aplikasi front-

office dan back-office sehingga kedua bagian tersebut dapat bekerja sebagai satu kesatuan.

Penyatuan aplikasi front-office dan back-office oleh EAI akan meningkatkan reponsivitas

perusahaan terhadap pelayanan pelanggan, hal ini dimungkinkan karena EAI menyatukan

akses ke seluruh data dimulai dari data pelanggan, data produk atau layanan, hingga supplier

yang terlibat dalam rantai pasok perusahaan.

Figur 4, akan menunjukkan contoh bagaimana EAI sebagai middleware menghubungkan

beberapa system informasi dalam suatu perusahaan [3].

Systems & Information Technology

8

Business Case for EAI

Figur 4. Contoh peranan EAI dalam system informasi perusahaan

1) Suatu pesanan datang melalui call center, surat, email, web, atau facs.

2) Informasi pelanggan sebagaimana point 1 diproses oleh berbagai aplikasi dan database.

3) Setelah pesanan dari pelanggan divalidasi (jumlah pemesanan ataupun credit

pelanggan), maka data tersebut akan masuk ke dalam “Order & Fulfillment”, yang akan

mengambil dari inventory atau melakukan penjadwalan kepada manufaktur untuk

memproduksi barang yang dipesan tersebut.

4) Fulfillment akan memberikan status pengiriman barang kepada system pemesanan.

5) Dan kepada call center yang juga membutuhkan data tentang status pesanan barang

tersebut.

Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa EAI akan meningkatkan responsivitas

perusahaan terhadap pelayanan pelanggan, namun terdapat beberapa alasan mengapa

perusahaan menerapkan EAI dalam system bisnis mereka, diantaranya yaitu [7]:

Integrasi data: hal ini untuk memastikan informasi pada berbagai macam system

terjaga konsistensinya. Atau dikenal juga dengan Enterprise Information Integration

(EII).

Independensi dengan Vendor: dengan memasukkan kebijakan-kebijakan atau

aturan bisnis ke dalam EAI maka apabila salah satu aplikasi bisnis digantikan

Systems & Information Technology

9

Business Case for EAI

dengan aplikasi dari vendor yang berbeda, kebijakan atau aturan tadi tidak perlu

untuk dimasukkan ulang ke dalam aplikasi vendor yang baru.

Antarmuka yang serupa: Sistem EAI dapat mengkompile seluruh aplikasi,

menampilkan hanya satu interface tunggal yang membuat pengguna tidak perlu

mempelajari penggunaan paket software yang berbeda-beda.

Namun untuk mengimplementasikan EAI juga bukan tanpa kendala, pada tahun 2013

dilaporkan bahwa 70% proyek EAI mengalami kegagalan. Beberapa kendala tersebut

diantaranya yaitu [8]:

Perubahan yang terus-menerus. EAI merupakan suatu system yang dinamis, sehingga

perusahaan membutuhkan manager yang dinamis pula dalam implementasi EAI.

Kurangnya tenaga ahli EAI. Karena EAI menggabungkan keseluruhan aplikasi-aplikasi

bisnis, maka EAI membutuhkan pengetahuan atas berbagai isu dan aspek teknis.

Akuntabilitas. Harus ada akuntabilitas yang jelas dalam struktur final EAI, karena banyak

departemen yang mungkin kebutuhan yang bertentangan satu sama lain.

Systems & Information Technology

10

Business Case for EAI

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Profil Perusahaan

3.1.1. Baxter International Inc.

Baxter International Inc. atau selanjutnya kita sebut Baxter, merupakan suatu

perusahaan global yang bergerak di bidang peralatan dan layanan kesehatan dengan keahlian

terutama pada peralatan medis, farmasi, dan bioteknologi. Baxter yang berbasis di Deerfield,

Illnois didirikan pada tahun 1931 oleh seorang dokter medis bernama Davis Baxter. Pada tahun

1956 Baxter memperkenalkan ginjal buatan yang pertama [9].

Baxter beroperasi pada tiga segmen, yaitu : (1) Medication delivery, yang

menyediakan layanan kesehatan pembuluh darah/ intravenous dan produk-produk khusus yang

digunakan diantaranya untuk anestesi, terapi nutrisi, dan terapi antibiotic; (2) BioScience, yang

mengembangkan bio-farmasi, produk untuk bio-operasi, vaksin dan teknologi untuk transfuse;

(3) Renal, yang mengembangkan produk dan layanan yang menyembuhkan penyakit ginjal.

Pada tahun 2013 Baxter membukukan penjualan bersih sebesar &8.16 million dan

mempekerjakan lebih dari 50.000 pegawai [9].

Visi Baxter untuk menjadi global leader dalam menyediakan terapi kritis untuk orang-

orang dengan kondisi yang mengancam jiwa, membuatnya fokus dalam peningkatan kualitas

dan aksesibilitas layanan kesehatan untuk jutaan orang di seluruh dunia. Sebagaimana industry

layanan kesehatan yang menjadi salah satu industry yang paling cepat berkembang, dengan

meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan seiring dengan tingginya pertumbuhan dan

bertambahnya populasi manusia yang berumur lanjut.Baxter, dengan lebih dari 250 fasilitas,

pada lebih dari 100 negara telah memposisikan dengan baik ia dalam industry tersebut [9].

Pasar utama Baxter yaitu Eropa, Jepang, Kanada, Asia, dan Amerika Latin, yang

menghasilkan hampir 50% dari pendapatannya selain pasar di Amerika. Walaupun tidak ada

satu perusahaan pun yang bersaing dengan Baxter pada keseluruhan bisnisnya, Baxter

mengalami persaingan yang signifikan pada setiap segmennya dari perusahaan farmasi atau

layanan kesehatan global ataupun domestik. Kompetisi bertitik berat pada harga, efektivitas

biaya, layanan, kualitas produk dan inovasi teknologi [9].

Systems & Information Technology

11

Business Case for EAI

Manajemen mengelola tekanan kompetisi tersebut, dengan melakukan kapitalisasi

keluasan dan kedalaman dari setiap produk-nya dan hubungan dengan pelanggan, secara

berkelanjutan mengeksplorasi pengembangan bisnis dengan cara bermitra, mengakuisisi,

menurunkan struktur biaya, meng-eksekusi dan memprioritaskan R&D, serta terus

memperbarui fasilitas-fasilitasnya [9].

3.1.2. GE POWER SYSTEM

GE Power System, selanjutnya kita sebut GE Power, yang berpusat di Atlanta

merupakan salah satu divisi dari General Electric Co. Sejarah berdirinya General Electric sendiri

dimulai pada tahun 1890 pada saat Thomas Alfa Edison membentuk perusahaan yang

dinamakan Edison General Electric. General Electrik terbentuk pada tahun 1892 dengan

melakukan merger antara Edison General Electric dengan Thomson-Houston Co. yang saat itu

dipimpin oleh Charles A. Coffin.

GE Power sebagai salah satu growth engine dari GE bergerak di bidang energy terdiri

atas 3 sub bisnis, yaitu : (1) GE Energy Management, yang bergerak di bidang digital energy,

konsultan industrial, layanan lingkungan/ environmental service, dan konversi energi; (2) GE Oil

& Gas, yang bergerak hampir di seluruh lini eksplorasi minyak dan gas, mulai dari pengeboran,

offshore, subsea, LNG, kilang dan petrokimia, hingga penyimpanan dan perpipaan gas; dan (3)

GE Power & Water yang bergerak di bidang pembangkitan listrik, meliputi gas turbin, gas

engine, tenaga nuklir, pemeliharaan pembangkit listrik, konsultan enjiniring dan proyek,

pembangkitan dengan energy terbarukan dan air, dan teknologi pemrosesan air [10].

GE menetapkan lima inisiatif strategi untuk margin yang tinggi dan pertumbuhan aset

yang efisien, yaitu (1) Technical Leadership; (2) Services; (3) Customer Focus; (4)

Globalization; (5) Growth Platforms [10].

3.1.3. CORPORATE EXPRESS

Corporate Express selanjutnya kita sebut Express ditemukan pada tahun 1986 oleh

Jirka Rysavy di Boulder, Colorado. Pada Oktober 1999, Buhrman N.V., sebuah perusahaan

kertas, packaging, dan percetakan dari Amsterdam, membeli Corporate Express dan

menjadikan nama Corporate Express sebagai nama produknya. Pada Mei 2001, Express

Systems & Information Technology

12

Business Case for EAI

membeli seluruh aset dari US Office Products (USOP) Amerika Utara dan menjadikan operasi

USOP sebagai satu kesatuan dari Express [11].

Express memiliki infrastruktur distribusi global, dengan daerah operasi pada Amerika

Utara, Eropa, dan Australia. Pada area Amerika Utara, Express memiliki 206 lokasi kantor

termasuk 38 pusat distribusi, menghasilkan 68% dari total penjualan Buhrmann Group. Pada

area Eropa, Express memiliki 114 kantor penjualan dan 20 pusat distribusi, yang enghasilkan

17% dari total penjualan. Sedangkan pada area Australia, Express memiliki 49 kantor penjualan

dan pusat distribusi di Australia dan Selandia Baru yang menghasilkan 9% dari total penjualan

[12].

Sebagai satu kesatuan dengan Buhrmann, Express merupakan salah satu pemasok

peralatan kantor terbesar di dunia. Dengan total penjualan tahunan mencapai EUR 6 milyar,

Express beroperasi di 18 negara dengan total pegawai sebanyak 18.000 orang. Dengan

sasaran untuk menjadi distributor peralatan kantor terbaik di dunia, infrastruktur yang telah di

miliki oleh Express memiliki keunggulan untuk mengurangi biaya pembelian dari pelanggan dan

membuat pelanggan mendapatkan barang yang diinginkan dengan lebih mudah [12].

Penurunan jumlah pegawai dan pengeluaran biaya peralatan kantor per pegawai hampir

terjadi di seluruh pasar kunci Express pada tahun 2003, seperti Amerika, Jerman, dan Belanda.

Namun peningkatan penjualan masih terjadi di pasar Australia, Selandia Baru, Kanada dan

kebanyakan Negara Eropa. Sehingga total penjualan pada tahun 2003 sebesar EUR 8 milyar

mengalami penurunan sebesar 5% [12].

Untuk menjawab tantangan tersebut, Express melanjutkan investasinya di bidang IT,

untuk membuat keunggulan kompetitif yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan dan

pendekatan pemasaran sehingga menguatkan pengalaman pelanggan yang akan membantu

pelanggan menurunkan biaya pembelian mereka [12].

3.2. Implementasi EAI pada Baxter, GE, & Express

Tabel 1 di bawah merangkum implementasi EAI pada ketiga perusahaan yaitu Baxter

International Inc., GE Power System, dan Corporate Express Inc., sebagaimana dibahas oleh

Violino dan Trombly [5][6].

Systems & Information Technology

13

Business Case for EAI

Tabel 1. Implementasi EAI

3.3. Identifikasi Model Tekanan-Tekanan Kompetisi

Untuk memahami manfaat penerapan e-business pada Baxter International Inc., dalam

memenangkan persaingan, digunakan model tekanan-tekanan kompetisi yang didevelop oleh

Porter, atau lebih dikenal dengan Porter’s Five Forces [4]. Sebagaimana dalam figur 5 sebagai

berikut [13].

GE POWER CORPORATE EXPRESS

WAKTU

PENGEMBANGAN

LATAR BELAKANG

1 Menggabungkan Customer

Servis berbasis Web dengan

Enterprise Resources Planning

(ERP).

2 Menghubungkan dengan

aplikasi supplier.

3 Menghubungkan alat medis

pasien dengan system ERP.

1 Mempermudah pertukaran

informasi antara pelaku bisnis

kesehatan lain, seperti

pemasok, manufaktur, penyedia

jasa kesehatan, perusahaan

asuransi, dan pasien.

1 Kemampuan untuk

mengirimkan data secara real

time dari satu system ke

system lain.

1 Meningkatkan interaksi dengan

mitra bisnis (EAI terhubung

dengan 250 portal e-

procurement pelanggan).

2 Membuat perusahaan lebih

gesit dan mampu beradaptasi

dengan cepat terhadap

perubahan pasar.

2 Meningkatkan kualitas dan

akurasi data.

2 Menurunkan biaya, baik dalam

proses internal Corporate

Express maupun biaya kepada

pelanggan.

3 Mengurangi inventory dan

mempercepat waktu

pemesanan barang.

3 Meningkatkan ROI. 3 Mencapai penjualan secara

online.

1 berbiaya mahal dan kompleks

2 Bergantung kepada konsultan

pengembang EAI

Menggabungkan system bawaan

(Legacy System), aplikasi ERP,

dan aplikasi manajemen

pergudangan (warehouse

management), dan portal e-

procurement pelanggan (termasuk

interface EDI dan XML).

KENDALA

n/a

Memiliki pasar yang luas,

mayoritas pelanggan yaitu

perusahaan dan institusi yang

memiliki aplikasi pengadaan

elektronik (e-procurement ) masing-

masing.

Menggunakan platform

webMethods, EAI menghubungkan

system bawaan (legacy system),

ERP, dengan aplikasi-aplikasi

berbasis web.

n/a n/a

KEUNTUNGAN

IMPLEMENTASI

tahun 2000

Memiliki banyak unit bisnis yang

beroperasi secara independen satu

sama lainnya dengan mayoritas

bisnis unit memiliki system yang

tidak saling terkoneksi.

Menggunakan platform dari Fairfax,

EAI berfungsi sebagai:

awal tahun 2003

BAXTER

Dalam industri kesehatan terdapat

banyak pelaku bisnis yang

menggunakan system yang

berbeda-beda dan memiliki

kebutuhan yang berbeda-beda pula.

BENTUK EAI

Systems & Information Technology

14

Business Case for EAI

Figur 5. Porter’s Five Forces

Porter menjelaskan bahwa perusahan dapat mencapai keunggulan kompetisi apabila

perusahaan mampu mengatasi hubungannya dengan pelanggan, pemasok, produk dan jasa

substitusi, calon pesaing baru, dan pesaing yang sudah ada. Dan dalam mengidentifikasikan

kelima ancaman (yang sekaligus dapat menjadi peluang), Applegate, McFarlan, & McKenney

mengajukan lima pertanyaan stratejik, sebagai berikut [4].

1) Can IT changes the basis of competition? (Dapatkah TI merubah dasar persaingan?)

Pertanyaan ini digunakan untuk menjawab ancaman dari pesaing-pesaing yang sudah

ada (rivalry among existing competitors). Pada tahun 2003 Baxter tidak memiliki

kompetitor yang dapat bersaing di seluruh lini usaha Baxter, namun ia memiliki

persaingan yang cukup signifikan di setiap lini usahanya baik dengan perusahaan

farmasi atau layanan kesehatan global atau dalam negeri. Persaingan tersebut bertitik

berat pada harga, efektivitas biaya, layanan, kualitas produk dan inovasi teknologi.

Dengan diterapkannya EAI oleh Baxter, sedikit banyak telah merubah dasar

persaingan, hal ini dimungkinkan dengan digabungkannya pemasok, penyedia jasa

layanan kesehatan, perusahaan asuransi dan tentunya pasien. Dari segi harga, Baxter

dimungkinkan untuk dapat menghasilkan produk dengan harga lebih baik dari

competitor dengan melakukan efisiensi biaya melalui hubungan rantai pasok yang lebih

baik dengan pemasok dan inventory yang lebih ditekan. Dari sisi pelayanan pelanggan

pun, Baxter mengambil langkah strategis dengan terhubungnya peralatan medis pasien

dengan sistem ERP-nya (dicontohkan dengan terhubungnya alat dialysis ginjal milik

Systems & Information Technology

15

Business Case for EAI

pasien) sehingga pasien dapat langsung melakukan pemesanan produk atau

pelayanan kesehatan.

2) Can IT build barriers to entry? (Dapatkah TI membangun halangan-halangan untuk

masuk?)

Pertanyaan ini digunakan untuk menjawab ancaman dari pesaing-pesaing baru (threat

of new entrants). Dalam hal ini penerapan EAI, menciptakan barrier to entry untuk

competitor baru apabila ia ingin mengikuti seluruh lini usaha Baxter. Selan itu biaya

yang diperlukan oleh competitor akan semakin tinggi, dengan telah terhubungnya

Baxter dengan pemasok, manufaktur peralatan medis, dan bahkan alat analisa medis

milik pasien ke dalam sistem ERP-nya.

3) Can IT generate new products? (Dapatkah TI digunakan untuk menghasilkan produk-

produk baru?)

Pertanyaan ini digunakan untuk menjawab ancaman produk atau jasa substitusi (threat

of substitute product or services). Di sini peranan customer service berbasis web yang

telah dihubungkan dengan sistem ERP, dapat menampung feedback dari pelanggan

yang dapat menciptakan peluang penciptaan produk atau layanan yang baru.

4) Can IT build in switching cost? (Dapatkah TI membangun biaya berpindah?)

Pertanyaan ini dihubungkan dengan kekuatan tawar menawar dengan pelanggan

(bargaining power of buyers). Keterikatan pelanggan menjadi salah satu sasaran

Baxter dalam usahanya mengimplementasikan EAI. Sebagaimana di bahas di atas,

integrasi customer service berbasis web ditambah dengan integrasi peralatan medis

pelanggan dengan sistem ERP, akan meningkatkan kecepatan pertukaran informasi,

dan keterikatan pelanggan sehingga kekuatan tawar menawar Baxter pun akan

meningkat.

5) Can IT change the balance of power in supplier relationship? (Dapatkah TI merubah

keseimbangan kekuatan dari hubungan dengan pemasok?)

Pertanyaan ini dihubungkan dengan kekuatan tawar menawar dengan kekuatan tawar

menawar dengan pemasok (bargaining power of suppliers). Baxter meningkatkan daya

tawarnya dengan supplier dengan menghubungkan sistem informasi Baxter dengan

aplikasi pemasok. Dengan terhubungnya aplikasi dengan pemasok, maka pemasok

dapat mengontrol inventorynya sehingga akan mengurangi inventory di sisi Baxter.

Dengan terhubungnya sistem Baxter ke banyak pemasok pula akan menciptakan

persaingan di antara pemasok, sehingga Baxter akan mendapat harga yang lebih baik.

Systems & Information Technology

16

Business Case for EAI

3.4. Identifikasi Model Kekuatan Menawar dan Efisiensi Kompetisi

Untuk melihat manfaat penerapan e-business pada GE Power, akan digunakan model

Bakos dan Treacy. Model tersebut timbul saat Bakos dan Treacy berargumentasi bahwa dua

sumber utama dari model ancaman kompetisi Porter (Porter’s Five Forces) adalah dari : (1)

Kekuatan tawar-menawar (bargaining power); dan (2) Efisiensi komparatif (comparative

efficiency) [4]. Figur 6 akan mengilustrasikan model Bakos dan Treacy tersebut.

Figur 6. Model Bakos dan Treacy

Dari figure 6, terlihat bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kekuatan menawar dan

efisiensi komparatif, yaitu : (1) Biaya pencarian; (2) Keunikan produk; (3) Biaya-biaya

berpindah; (4) Efisiensi internal; (5) Efisiensi antar organisasi [4].

Dalam kasus yang dibahas oleh Violino [5], GE Power mengimplementasikan EAI untuk

meningkatkan pertukaran informasi di antara unit bisnisnya yang beroperasi secara independen

satu sama lainnya. Sebagaimana dibahas pada profil perusahaan, bahwa GE Power sendiri

melingkupi unit bisnis pembangkit listrik tenaga gas, pembangkit listrik tenaga terbarukan,

pembangkit tenaga nuklir, pemeliharaan pembangkit listrik, dan lainnya. Dengan banyaknya unit

bisnis tersebut, pertukaran informasi secara real time mutlak diperlukan oleh manajemen dalam

pengelolaan portofolio bisnis dan kebutuhan untuk pengambilan keputusan. Di sini sedikit

banyak dibahas faktor ke-empat dalam model Bakos dan Treacy yaitu efisiensi internal. Di

mana menurut Jogiyanto, peningkatan efisiensi internal, yang merupakan salah satu faktor

pembangun efisiensi komparatif, dapat dilakukan dengan menurunkan biaya internal dan

meningkatkan produktivitas perusahaan yang berhubungan dengan strategi cost leadership [4].

Systems & Information Technology

17

Business Case for EAI

3.5. Identifikasi Lima Tahapan Porter dan Millar

Pada bagian ini kita akan mengidentifikasikan peran implementasi EAI pada Corporate

Express Co., melalui Lima tahapan Porter dan Millar sebagaimana berikut [4].

1) Menilai intensitas informasi (assess information intensity).

Express yang memiliki daerah operasi yang global, melingkupi Amerika Utara, Eropa

dan Australia, melayani pelanggan yang mayoritas adalah perusahaan atau institusi.

Perusahaan dan institusi tersebut masing-masing memiliki aplikasi pengadaan tersendiri

(e-procurement), di mana hal tersebut merupakan jalur penjualan dari Express.

Bagaimana Express berhubungan dengan aplikasi-aplikasi pengadaan pelanggannya

merupakan intensitas informasi tertinggi bagi Express. Dengan pengintegrasian sistem

yang dimiliki oleh Express dengan aplikasi e-procurement dari pelanggan-pelanggannya

akan meningkatkan interaksi Express dengan pelanggannya, yang diharapkan akan

meningkatkan penjualan dan menurunkan biaya pengadaan (baik biaya Express secara

internal maupun biaya pengadaan dari pelanggan itu sendiri).

2) Menentukan peran TI di struktur industry (determine the role of IT in the industry

structure).

Di sini peran dari IT bagi Express yaitu meningkatkan efektifitas interaksi Express

dengan pelanggannya.

3) Mengidentifikasikan dan meranking cara-cara yang dapat dilakukan oleh IT untuk

membuat keuntungan stratejik (identify and rank the ways in which the IT can create

competitive advantage).

Keunggulan stratejik diperoleh Express dengan memastikan keterikatan dari pelanggan.

Dengan keuntungan yang didapat oleh pelanggan setelah aplikasi pengadaannya

terhubung dengan Express, yaitu menurunnya biaya pengadaan peralatan kantor, maka

Express dapat lebih unggu disbanding perusahaan lain dalam industry pemasok

peralatan kantor.

4) Menginvestigasi kemungkinan TI dalam mengembangkan bisnis baru (investigate ho IT

might spawn new business).

5) Membuat suatu rencana untuk mengambil keuntungan dari TI (develop a plan for taking

advantage of IT).

Systems & Information Technology

18

Business Case for EAI

BAB IV

KESIMPULAN

1. Enterprise Application Integration (EAI) telah menjadi bagian penting dalam strategi TI di

banyak perusahaan, sebagai contoh yaitu pada Baxter, GE Power, & Express. Hal ini

dikarenakan oleh:

a. EAI dapat menurunkan biaya organisasi. Dari pengurangan inventory yang

dialami oleh Baxter, pertukaran informasi yang lebih cepat dan akurat sehingga

meminimalisasi pengambilan keputusan manajemen yang salah pada GE Power,

hingga proses jual-beli yang lebih efektif di Express.

b. EAI menciptakan keuntungan kompetitif. Dengan penciptaan peluang akan

penciptaan produk atau layanan yang baru, peningkatan kerekatan pelanggan

(meningkatnya biaya berpindah), serta peningkatan efisiensi di dalam dan luar

organisasi.

2. Dari keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan penerapan EAI, juga

terdapat kendala yang harus diperhatikan untuk menghindari kegagalan implementasi

proyek dan kegagalan pencapaian sasaran organisasi, diantaranya yitu:

a. Dibutuhkannya sumber daya manusia yang mampu mengembangkan dan/ atau

menjalankan sistem EAI. Organisasi yang tidak memiliki core competence dalam

bidang TI pasti menemui batasan ini. Proses pemilihan pihak ketiga yang tepat

sebagai penyedia jasa EAI dan penentuan seberapa jauh pihak ketiga terlibat

dalam penyatuan sistem informasi yang dimiliki organisasi menjadi signifikan

dalam menentukan keberlanjutan organisasi.

b. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bagi organisasi kecil, mungkin penerapan

EAI belum menjadi focus utama. Karena peningkatan efisiensi masih dapat

dilakukan melalui sistem-sistem bawaan (legacy system). Perlu dilakukan analisa

biaya-keuntungan yang hati-hati dalam penentuan implementasi proyek EAI.

Systems & Information Technology

19

Business Case for EAI

DAFTAR PUSTAKA

1. Turban, Leidner, McLean, and Wetherbe. 2008. Information Technology for

Management, 6th ed. Danvers: John Wiley & Son.

2. Brown, DeHayes, Hoffer, Martin, and Perkins. 2012. Managing Information

Technology, 7th ed. New Jersey: Pearson.

3. Obrien, Marakas. 2007. Enterprise Information System, 13th ed. New York:

McGraw-Hill.

4. Jogiyanto H.M. 2009. Sistem Teknologi Informasi, 3rd ed. Yogyakarta: Andi

Offset.

5. Violino. 2003. How Will You Integrate Technology With Business?.

Computerworld www.computerworld.com (January 6).

6. Trombly. 2003. EAI follow-up: Piecing it all together. Computerworld

www.computerworld.com (July 7).

7. http://en.wikipedia.org/wiki/Enterprise_application_integration

8. Trota. 2003. Dancing Around EAI “Bear Traps”. Ebizq www.ebizq.net (Desember

15).

9. Baxter Annual Report. 2003. Accessed July 2013 from

www.baxter.com/downloads/investors/reports_and_financials/annual_report/200

3/Baxter_2003_An_Rep.pdf.

10. General Electric Annual Report. 2003. Accessed July 2013 from

www.ge.com/files/usa/en/ar2003/ge_ar2003_editorial.pdf.

11. http://en.wikipedia.org/wiki/Corporate_Express

12. Buhrmann Annual Report. 2007. Accessed July 2013 from

www.library.corporate-

ir.net/library/96/962/96244/items/301723/2003AnnualReport.pdf.

13. Porter. 2008. The Five Competitive Forces That Shape Strategy. Harvard

Business Review.