bupati jayawijaya provinsi papua ... - rsudwamena.comrsudwamena.com/files/hospital by laws...

44
BUPATI JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAW) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C KABUPATEN JAYAWIJAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAWIJAYA, Menimbang : a. bahwa untuk mengatur hubungan, hak dan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dari pemilik atau yang mewakili, direktur dan staf medis Rumah Sakit maka perlu ditetapkan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws)/Tata Kelola Rumah Sakit sebagai acuan dalam melaksanakan penyelenggaraan rumah sakit; b. bahwa berdasarkan ketentuan dalam lampiran Bab II angka 2.1 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws), yang berwenang menetapkan Peraturan Internal Rumah Sakit adalah pemilik atau yang mewakili, karena itu peraturan internal sebuah rumah sakit merupakan produk hukum dari suatu organ yang lebih tinggi dari pada Direktur Rumah Sakit; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan Internal (Hospital Bylaws) Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten- kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Pemberian Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan lembaran negara Nomor 4884);

Upload: dangnhi

Post on 14-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BUPATI JAYAWIJAYA

PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA

NOMOR 31 TAHUN 2018

TENTANG

PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BY LAW)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C KABUPATEN JAYAWIJAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JAYAWIJAYA,

Menimbang : a. bahwa untuk mengatur hubungan, hak dan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab dari pemilik atau yang mewakili, direktur dan staf medis Rumah Sakit maka perlu ditetapkan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws)/Tata Kelola Rumah Sakit sebagai acuan dalam melaksanakan penyelenggaraan rumah sakit;

b. bahwa berdasarkan ketentuan dalam lampiran Bab II angka 2.1 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws), yang berwenang menetapkan Peraturan Internal Rumah Sakit adalah pemilik atau yang mewakili, karena itu peraturan internal sebuah rumah sakit merupakan produk hukum dari suatu organ yang lebih tinggi dari pada Direktur Rumah Sakit;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Peraturan Internal (Hospital Bylaws) Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907);

2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Pemberian Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan lembaran negara Nomor 4884);

- 2 -

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran negara Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan lembaran negara Nomor 5072);

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor Republik Indonesia Nomor 5234);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana beberapa kali telah diubah dan terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

8. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 307 Tambahan Lembaran Negara Repubik Indonesia Nomor 5612);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 971/MENKES/PER/IX/2009 tentang Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Pelayanan Kedokteran;

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49/MENKES/PER/VIII/2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2014 tentang Dewan Pengawas Rumah Sakit;

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;

15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws);

16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staff Medis (Medical Staff Bylaws) di Rumah Sakit Umum Daerah;

- 3 -

17. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: HK.02.03/I/1320/2015 Tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wamena;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 04 Tahun 2015 Tentang Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya.

20. Peraturan Bupati Jayawijaya Nomor 35 Tahun 2015 Tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERATURAN INTERNAL

(HOSPITAL BY LAW) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KELAS C KABUPATEN JAYAWIJAYA.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jayawijaya. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Jayawijaya. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Jayawijaya yang

selanjutnya disebut SEKDA. 5. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada seseorang dalam rangka promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

6. Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna pada tingkat rujukan yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat di Kabupaten Jayawijaya yang selanjutnya disingkat RSUD Kabupaten Jayawijaya.

7. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws)/Tata Kelola Rumah Sakit adalah peraturan organisasi rumah sakit (Corporate Bylaws) dan peraturan internal staf medis (Medical Staff Bylaws) yang disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance).

- 4 -

8. Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) adalah peraturan yang mengatur hubungan antara Pemerintah Daerah sebagai pemilik dengan Dewan Pengawas, Direktur, dan Staf Medis rumah sakit beserta fungsi, tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan haknya masing-masing.

9. Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) adalah peraturan yang mengatur tentang fungsi, tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan hak dari Staf Medis di rumah sakit.

10. Dewan Pengawas adalah suatu badan yang melakukan pengawasan terhadap operasional rumah sakit yang dibentuk dengan keputusan Bupati atas usulan Direktur dengan keanggotaan yang memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku.

11. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara nyata dan tegas diatur dalam lini organisasi yang terdiri dari Direktur, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi.

12. Direktur adalah Direktur RSUD Kabupaten Jayawijaya yang secara tekhnis medis dan teknis operasional bertanggung jawab kepada Bupati.

13. Bagian adalah Bagian pada RSUD Kabupaten Jayawijaya. 14. Bidang adalah Bidang RSUD Kabupaten Jayawijaya. 15. Sub Bagian adalah Sub Bagian RSUD Kabupaten Jayawijaya. 16. Seksi adalah Seksi pada RSUD Kabupaten Jayawijaya. 17. Unit kerja adalah tempat staf administrasi, staf medik, profesi kesehatan

dan profesi lainnya yang menjalankan profesinya, dapat berbentuk instalasi, bangsal, unit dan lain-lain.

18. Instalasi atau unit pelayanan adalah unit kerja yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, yaitu rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif, kamar operasi, kamar bersalin, radiologi, laboratorium, rehabilitasi medik dan lain-lain.

19. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, kewajiban, kewenangan dan hak seseorang pegawai dalam satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.

20. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok Aparatur Sipil Negara yang diberi tugas, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan profesinya dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan tugas organisasi perangkat daerah.

21. Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada pimpinan rumah sakit dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.

22. Satuan Pengawas Intern merupakan unsur organisasi yang bertugas melaksanakan pemeriksaan audit kinerja internal rumah sakit, berada di bawah dan bertanggunjawab kepada kepala Direktur Rumah Sakit.

- 5 -

BAB II PERATURAN INTERNAL KORPORASI

Bagian Kesatu Sejarah dan Identitas

Paragraf 1

Sejarah Rumah Sakit Pasal 2

(1) Rumah Sakit Wamena dibangun Tahun 1962 dengan kapasitas 20 tempat tidur berlokasi di Jalan Trikora Wamena, disamping Sekolah Penjenang Kesehatan Tingkat I Wamena, berupa Barak Kingsren. Rumah Sakit Wamena mulai beroperasi tanggal 14 April 1963. Tahun 1965 Rumah Sakit Wamena menjadi Rumah Sakit Umum Wamena. Tahun 1972 Rumah Sakit Umum Wamena menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Wamena. Tahun 1976 dimulai pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena di lokasi yang baru di Jalan Trikora Nomor 9 Wamena. Tanggal 16 Agustus 1977 diresmikan oleh Bupati Andreas Karma di lokasi yang baru berupa satu Bangunan untuk pelayanan Poliklinik Umum, Ruang Kartu, Ruang Tunggu Pasien, Pendaftaran Pasien, Ruang Laboraturium, Ruang Periksa Dokter, Ruang Fluoroskopi kecil dan Kamar Operasi. Tahun 1982 dibangun Gedung Adminstrasi, Gedung Dapur/Gizi, Gedung Laundry, Gedung Workshop, Gudang Obat, Bangsal Perawatan I, Bangsal Perawatan II, Gedung Radiologi, Gedung Diesel dan Kamar Jenazah. Tahun 1983 dibangun Selasar Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dan Kamar Operasi baru. Pada tahun 1984 mendapat bantuan dana dari ANZA (Ausralian New Zealand Association) berupa bangunan satu Gedung Ortopeadi lengkap dan peralatan penunjang dan operasionalnya beserta pelatihan petugasnya serta bantuan Presiden Republik Indonesia dan kemudian bantuan dari pemerintah pusat dari dana Inpres Sarana Kesehatan.

(2) Rumah Sakit Umum Daerah Wamena merupakan rumah sakit yang terletak di Kabupaten Jayawijaya Pegunungan Tengah Papua dan merupakan Rumah Sakit yang melayani masyarakat Kabupaten Jayawijaya dan menjadi Rumah Sakit rujukan utama di provinsi irian jaya bukan hanya dipegunungan tengah tetapi diseluruh Papua seperti dari Jayapura, Marauke, Senggo, Kaimana, Fak Fak, Sorong, Nabire, Serui, Waropen, Biak, dan Manokwari. Rumah Sakit Umum Daerah Wamena mendapat Registrasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 13 Februari 2013 dengan Kode 9202013.

(3) Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Wamena ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 27 tahun 2009 tanggal 21 Januari 2009. Sedangkan Persetujuan Prinsip Ijin Operasional Rumah Sakit Umum Daerah Wamena diberikan oleh Bupati Jayawijaya dengan Nomor Surat Persetujuan : 445/2912/BUP Pada tanggal 30 Juli 2013.

- 6 -

(4) Status Kepemilikan Rumah Sakit Umum Daerah Wamena Kabupaten Jayawijaya ditetapkan dengan Keputusan Bupati Jayawijaya Nomor 236 tahun 2013 tanggal 17 September 2013 yang menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Wamena yang dimaksud adalah milik Pemerintah Kabupaten Jayawijaya yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat dan alokasi pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Jayawijaya setiap Tahun.

(5) Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wamena ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/I/1320/2015 tanggal 15 Mei 2015. yang menyatakan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dimaksud adalah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Jayawijaya dan ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum Kelas C yang terletak di Jalan Trikora Nomor 9 Distrik Wamena Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua.

(6) Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 04 Tahun 2015 tanggal 14 Desember 2015.

(7) Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya ditetapkan dengan Peraturan Bupati Jayawijaya Nomor 35 Tahun 2015 tanggal 30 Desember 2015.

Paragraf 2

Identitas Rumah Sakit Pasal 3

(1) Nama Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jayawijaya.

(2) Jenis Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah. (3) Kelas Rumah Sakit adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C. (4) Alamat Rumah Sakit adalah di Jalan Trikora Nomor 9 Wamena Kabupaten

Jayawijaya.

Bagian Kedua Falsafah, Visi, Misi, Motto,

Nilai-Nilai Dasar, dan Tujuan Strategis Pasal 4

(1) Falsafah Rumah Sakit adalah melayani pasien secara professional dengan sepenuh hati.

(2) Visi Rumah Sakit adalah ”Menjadi Rumah Sakit Rujukan Yang Terbaik di Wilayah Regional Lapago Pegunungan Tengah Papua”.

(3) Misi Rumah Sakit adalah : a. memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas; sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit; b. mewujudkan tata kelola rumah sakit yang efekti, efisien, professional,

dan berintegritas; dan c. meningkatkan kesejahteraan karyawan.

(4) Motto Rumah Sakit adalah “Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo” yang berarti hari esok harus lebih baik dari hari ini.

(5) Nilai-nilai Dasar Rumah Sakit adalah WAMENA, yaitu : a. Wibawa : menjadi rumah sakit terbaik dan dihormati;

- 7 -

b. Akuntabel : menjadi rumah sakit yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab;

c. Mutu : memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas;

d. Efektif & Efisien : menyelenggarakan pelayanan rumah sakit yang efektif dan efisien;

e. Nyaman : memberikan rasa nyaman kepada masyarakat yang dilayaninya;

f. Aman : memberikan rasa aman kepada masyarakat terhadap berbagai resiko.

(6) Tujuan Strategis Rumah Sakit adalah meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah Kabupaten Jayawijaya.

Bagian Ketiga

Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Rumah Sakit

Paragraf 1 Kedudukan

Pasal 5 (1) Rumah Sakit Umum Daerah merupakan unsur penunjang pemerintah

daerah dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan; (2) Rumah Sakit Umum Daerah dipimpin oleh seorang Direktur yang berada

di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Paragraf 2 Tugas Pokok

Pasal 6 (1) Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C mempunyai tugas melaksanakan

kesehatan secara menyeluruh dan terpadu, berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan;

(2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standard pelayanan rumah sakit.

Paragraf 3

Fungsi Pasal 7

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimanan tersebut pada Pasal 6, Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai fungsi: a. perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan; b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan paripurna tingkat sekunder dan tersier; c. pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dalam rangka

meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pemberian pelayanan kesehatan;

d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan;

- 8 -

e. pelayanan administrasi rumah sakit; f. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pelayanan kesehatan; g. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

Bagian Keempat Tanggungjawab Pemerintah Kabupaten

Pasal 8 Pemerintah Kabupaten bertanggungjawab dan berwenang untuk : a. menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan Masyarakat; b. menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir

miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan perundang-undangan; c. membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit; d. memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan

pelayanan kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab; e. memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan

Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; f. menggerakan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit

sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan masyarakat; g. menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat; h. menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit

akibat bencana dan kejadian luar biasa; i. menyediakan sumber daya manuisia yang dibutuhkan; dan j. mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi

tinggi dan bernilai tinggi.

Bagian Kelima Dewan Pengawas

Paragraf 1

Kedudukan, Tugas, dan Wewenang Pasal 9

(1) Dewan Pengawas merupakan unit non struktural yang bersifat independen, dibentuk dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(2) Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk pada Rumah Sakit sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

(1) Dewan Pengawas berfungsi sebagai governing body rumah sakit dalam melakukan pembinaan dan pengawasan non teknis perumahsakitan secara internal di rumah sakit.

(2) Keputusan Dewan Pengawas bersifat kolektif kolegial.

Pasal 11 (1) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11,

Dewan Pengawas bertugas: a. menentukan arah kebijakan rumah sakit;

- 9 -

b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis; c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran; d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya; e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien; f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban rumah sakit; dan g. mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika profesi,

dan peraturan perundang-undangan; (2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) kepada Bupati Jayawijaya per triwulan dan sewaktu-sewaktu atas permintaan Bupati.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang: a. menerima dan memberikan penilaian terhadap laporan kinerja dan

keuangan rumah sakit dari Direktur Rumah Sakit; b. menerima laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Satuan

Pengawas Intern Rumah Sakit dengan sepengetahuan Direktur Rumah Sakit dan memantau pelaksanaan rekomendasi tindak lanjut;

c. meminta penjelasan dari Direktur dan/atau pejabat manajemen lainnya mengenai penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit dengan sepengetahuan Direktur Rumah Sakit sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Peraturan Internal Korporasi (corporate governance);

d. meminta penjelasan dari komite atau unit nonstruktural di rumah sakit terkait pelaksanaan tugas dan fungsi Dewan Pengawas sesuai dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Tata Kelola Korporasi (corporate governance);

e. berkoordinasi dengan Direktur Rumah Sakit dalam menyusun Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) atau Tata Kelola Korporasi (corporate governance), untuk ditetapkan oleh Bupati; dan

f. memberikan rekomendasi perbaikan terhadap pengelolaan rumah sakit.

Pasal 13 (1) Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas,

Direktur Rumah Sakit dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas dengan persetujuan Dewan Pengawas.

(2) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas dalam pengelolaan ketatausahaan Dewan Pengawas.

(3) Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan anggota Dewan Pengawas dan tidak dapat bertindak sebagai Dewan Pengawas.

(4) Masa Jabatan Sekretaris Dewan Pengawas ditetapkan selama 3 (Tiga) tahun dan dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya selama memenuhi persyaratan.

- 10 -

Pasal 14 (1) Segala biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan

Pengawas dibebankan kepada anggaran rumah sakit. (2) Anggota Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas dapat

diberikan honorarium atau imbalan sesuai kemampuan keuangan Rumah Sakit.

Paragraf 2 Keanggotaan Dewan Pengawas

Pasal 15 (1) Keanggotaan Dewan Pengawas ditunjuk oleh Bupati. (2) Keanggotaan Dewan Pengawas berjumlah maksimal 5 (lima) dan seorang

diantara anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pengawas dapat membentuk komite audit atau Tim Ad-hoc.

Pasal 16 Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas, setiap calon anggota Dewan Pengawas harus memenuhi persyaratan: a. memiliki integritas, dedikasi, dan memahami masalah yang berkaitan

dengan perumahsakitan, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;

b. mampu melaksanakan perbuatan hukum; c. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi anggota direksi

atau komisaris atau dewan pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha pailit;

d. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana; e. tidak mempunyai benturan kepentingan dengan penyelenggaraan Rumah

Sakit; dan f. persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 17

Tugas Ketua Dewan Pengawas meliputi: a. memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas; b. memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara

yang tidak diatur dalam Pengaturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) melalui Rapat Dewan Pengawas;

c. bekerjasama dengan Direksi untuk menangani berbagai hal mendesak yang seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas;

d. bilamana rapat Dewan Pengawas belum dapat dilaksanakan, maka Ketua dapat memberikan wewenang pada Direktur untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan sesuai dengan situasi saat itu; dan

e. melaporkan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf c pada rapat rutin berikutnya, disertai dengan penjelasan yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.

- 11 -

Paragraf 3 Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian

Pasal 18 Dewan Pengawas pada rumah sakit dibentuk dengan Keputusan Bupati.

Pasal 19

Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 3 (Tiga) tahun dan dapat diangkat kembali selama memenuhi persyaratan.

Pasal 20 (1) Anggota Dewan Pengawas pada rumah sakit dapat diberhentikan sebelum

habis masa jabatannya oleh Bupati. (2) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan apabila anggota Dewan Pengawas terbukti : a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Mencapai batas usia pensiun; d. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang

mengakibatkan pensiun dini; e. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat

menjalankan tugas dan kewajiban.

Pasal 21 (1) Apabila terdapat anggota Dewan Pengawas yang diberhentikan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2), dilakukan penggantian anggota Dewan Pengawas dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 18.

(2) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan selama sisa masa jabatan anggota Dewan Pengawas yang diganti.

(3) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dalam suatu masa kepengurusan Dewan Pengawas, maka Bupati mengangkat seorang Ketua untuk sisa masa jabatan hingga selesainya masa jabatan.

Paragraf 4

Rapat Dewan Pengawas Pasal 22

Rapat Dewan Pengawas terdiri dari: a. rapat rutin; b. rapat khusus; dan c. rapat tahunan.

Pasal 23

(1) Rapat rutin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas dengan Direktur Rumah Sakit dan Komite Medik serta Pejabat lain yang terkait, untuk mendiskusikan, klarifikasi atau alternatif solusi berbagai permasalahan di rumah sakit.

- 12 -

(2) Rapat rutin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terjadwal yang dilaksanakan paling kurang 3 (tiga) kali dalam 1 (satu) tahun yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas.

(3) Rapat rutin sebagaimana dimaksud ayat (1) dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan Direktur, Komite Medik dan dapat dihadiri pihak lain dilingkungan rumah sakit atau di luar lingkungan rumah sakit apabila diperlukan.

Pasal 24

(1) Sekretaris Dewan Pengawas menyampaikan undangan rapat kepada setiap anggota Dewan Pengawas, Direksi, Komite Medik dan Pejabat lain paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum rapat dilaksanakan.

(2) Undangan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan: a. 1 (satu) salinan agenda; b. 1 (satu) salinan risalah rapat rutin sebelumnya; dan c. 1 (satu) salinan risalah rapat khusus sebelumnya.

Pasal 25

(1) Rapat Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b dilaksanakan untuk menetapkan kebijakan atau hal-hal khusus yang tidak termasuk dalam rapat rutin maupun rapat tahunan.

(2) Rapat Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal: a. ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; dan/atau b. ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit 2/3 (dua per

tiga) orang anggota Dewan Pengawas. (3) Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas

kepada peserta rapat paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum rapat khusus dilaksanakan.

(4) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan rapat secara spesifik.

(5) Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, harus dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan diadakannya rapat khusus.

Pasal 26

(1) Rapat Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c dilaksanakan dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional Rumah Sakit.

(2) Rapat Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

(3) Dalam Rapat Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan Rumah Sakit, termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.

- 13 -

Pasal 27 (1) Dalam hal Ketua Dewan Pengawas berhalangan hadir, dan telah

memenuhi kuorum, maka anggota Dewan Pengawas dapat memilih Pejabat Ketua untuk memimpin rapat.

(2) Pejabat Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban melaporkan hasil keputusan rapat kepada Ketua Dewan Pengawas pada rapat berikutnya.

Pasal 28 (1) Rapat Dewan Pengawas hanya dapat dilaksanakan apabila telah

memenuhi kuorum. (2) Kuorum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terpenuhi apabila dihadiri

oleh 2/3 (dua per tiga) anggota Dewan Pengawas. (3) Dalam hal kuorum tidak terpenuhi dalam waktu setengah jam dari waktu

rapat yang telah ditentukan, maka rapat ditangguhkan paling lama 1 (satu) minggu berikutnya.

(4) Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah ditentukan pada minggu berikutnya, maka rapat segera dilanjutkan dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat Dewan Pengawas berikutnya.

Pasal 29

(1) Sekretaris Dewan Pengawas bertanggung jawab terhadap risalah rapat Dewan Pengawas.

(2) Risalah rapat Dewan Pengawas harus disahkan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah rapat dilaksanakan.

(3) Segala putusan dalam risalah rapat tidak boleh dilaksanakan sebelum disahkan oleh seluruh anggota Dewan Pengawas yang hadir.

Pasal 30

(1) Pemungutan suara dalam rapat Dewan Pengawas ditentukan dengan mengangkat tangan atau dapat dilakukan secara tertulis dan dimasukkan dalam amplop tertutup.

(2) Keputusan rapat Dewan Pengawas didasarkan pada suara terbanyak setelah dilakukan pemungutan suara.

Bagian Keenam

Organisasi

Paragraf 1 Susunan Organisasi

Pasal 31 (1) Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C terdiri dari :

a. Direktur b. Bagian Tata Usaha, membawahi :

1. Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum; 2. Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan; 3. Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Pelayanan, membawahi :

- 14 -

1. Seksi Pelayanan Medis; 2. Seksi Keperawatan.

d. Bidang Penunjang, membawahi : 1. Seksi Rekam Medis; 2. Seksi Penunjang Medis dan Non Medis; 3. Seksi Sarana dan Prasarana.

e. Kelompok Jabatan Fungsional; f. Instalasi; g. Komite; h. Satuan Pengawas Intern.

(2) Bagan struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2015 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 2 Direktur Pasal 32

(1) Direktur mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang meliputi tindakan pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit serta rehabilitasi kesehatan, pengelolaan administrasi dan ketatausahaan serta pengawasan pelaksanaan tugas Rumah sakit.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Direktur mempunyai fungsi: a. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan kesehatan

rumah sakit yang meliputi tindakan pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan rehabilitasi kesehatan;

b. pemimpin penyelenggaraan pembinaan, koordinasi, pengawasan dan pengendalian pelayanan medis, asuhan keperawatan, administrasi umum, keuangan dan pelayanan non medis lainnya di lingkungan RSUD Jayawijaya;

c. perumusan kebijakan teknis, operasional, strategi, pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit meliputi tindakan pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan serta rehabilitasi kesehatan untuk pelaksanaan kegiatan di lingkungan RSUD Jayawijaya;

d. penyusunan rencana anggaran penerimaan dan belanja RSUD Jayawijaya;

e. perencanaan kebutuhan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan RSUD Jayawijaya;

f. pelaksanaan pembinaan pegawai dan tenaga fungsional; g. pembina, pemimpin dan pengkoordinasi pelaksanaan tugas di

lingkungan RSUD Jayawijaya dan dengan instansi atau pihak-pihak lain diluar lingkungan RSUD Jayawijaya;

h. pengawasan pelaksanaan kegiatan di lingkungan RSUD Jayawijaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

- 15 -

Pasal 33 Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Direktur sebagai berikut: a. seorang tenaga medis yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,

kepemimpinan dan pengalaman di bidang perumahsakitan; b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan rumah

sakit; c. mampu melaksanakan perbuatan hukum; d. bersedia membuat pakta integritas; e. berstatus Pegawai Negeri Sipil; dan f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 3 Bagian Tata Usaha

Pasal 34 (1) Bagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok Mengkoordinasikan dan

mengendalikan tugas-tugas dibidang perencanaan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan, ketatausahaan, permasalahan hukum dan hubungan kemasyarakatan, pengelolaan administrasi keuangan, pengelolaan administrasi kepegawaian, pengembangan sumber daya manusia dan diklat.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi: a. pelaksanaan perencanaan, penyelenggaraan, pembinaan, koordinasi,

pengawasan pengendalian dan evaluasi kegiatan perencanaan program, evaluasi dan pelaporan, urusan ketatausahaan, permasalahan hukum, hubungan masyarakat, administrasi kepegawaian, pendidikan, latihan, dan penelitian, pengembangan SDM, perbendaharaan, akutansi keuangan;

b. perumusan kebijakan teknis operasional dan strategis dibidang keuangan, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan, tata usaha, humas, perencanaan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan;

c. penyusunan prosedur kerja Bagian Tata Usaha; d. perencanaan kebutuhan, pendayagunaan, pembinaan,

pengembangan dan pengawasan tenaga dan sumber daya Bagian Tata Usaha; dan

e. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

(3) Bagian Tata Usaha, membawahi: a. Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum b. Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan c. Sub Bagian Keuangan

Pasal 35

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bagian Tata Usaha adalah : a. Kepala Bagian Tata Usaha berlatar belakang pendidikan paling sedikit

Sarjana sesuai Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Bagian

- 16 -

Tata Usaha; c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Bagian

Tata Usaha; d. mampu melaksanakan koordinasi di Bagian Tata Usaha; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 4 Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum

Pasal 36 (1) Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum mempunyai tugas

pokok menyiapkan bahan pelaksanaan pengelolaan perencanan program, evaluasi dan pelaporan kegiatan RSUD, ketatausahaan, pengembangan mutu pelayanan, penanganan permasalahan hukum, informasi dan hubungan masyarakat serta ketertiban dan keamanan di lingkungan RSUD Kabupaten Jayawijaya.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum mempunyai fungsi : a. penyusunan rencana dan program kerja kegiatan pelayanan di

lingkungan Sub Bagian Perencanaan Dan Administrasi Umum; b. penyusunan rencana dan program kerja Rumah Sakit; c. pelaksanaan penghimpunan, pengolahan dan menyajikan data dan

informasi yang berhubungan dengan pelaksanaan program dan kegiatan di lingkungan rumah sakit;

d. penyiapan bahan dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan serta menyusun laporan kegiatan Rumah Sakit seperti : LAKIP, SPM;

e. pelaksanaan penerimaan, pendistribusian dan pengiriman naskah dinas serta pengelolaan dokumentasi dan kearsipan di lingkungan rumah sakit;

f. penyiapan dan dan penyusunan standar dan prosedur kebijakan teknis serta operasional yang meliputi surat menyurat, pengembangan mutu, hubungan masyarakat, penanganan masalah hukum, dan ketertiban keamanan;

g. pelaksanaan penyiapan bahan penyusunan laporan kegiatan dan laporan kinerja Rumah Sakit seperti : LAKIP dan SPM; dan

h. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 37

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum adalah : a. Kepala Sub Bagian berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana

sesuai Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum;

c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Sub

- 17 -

Bagian Perencanaan dan Administrasi Umum; d. mampu melaksanakan koordinasi di Sub Bagian Perencanaan dan

Administrasi Umum; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 5

Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan Pasal 38

(1) Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, pengembangan SDM dan diklat.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan mempunyai fungsi : a. perencanaan kebutuhan pegawai, rekrutmen, penempatan,

pembinaan dan pengembangan karier pegawai; b. perencanaan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan sumber

daya manusia berdasarkan kebutuhan rumah sakit; c. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian; d. pelaksanan pengumpulan, penyimpanan dan pemeliharaan data

dokumen kepegawaian; dan e. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 39 Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan adalah : a. Kepala Sub Bagian berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana

sesuai Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan;

c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan;

d. mampu melaksanakan koordinasi di Sub Bagian Kepegawaian dan Pengembangan;

e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 6

Sub Bagian Keuangan Pasal 40

(1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok pelayanan dan pengelolaan perbendaharaan, akutansi keuangan Rumah Sakit serta verifikasi;

- 18 -

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi : a. penyiapan dan pengumpulan bahan penyusunan rencana anggaran

rumah sakit; b. pelaksanaan penataan keuangan rumah sakit; c. penelitian pengujian kebenaran, kelengkapan dan keabsahan surat

pertanggungan jawaban (SPJ) atau tanda bukti pengeluaran uang; d. penyelenggaraan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan atas

transaksi keuangan, aset, hutang dan ekuitas dana pada rumah sakit;

e. penyampaian laporan keuangan rumah sakit yang meliputi realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan; dan

f. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 41

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Sub Bagian Keuangan adalah : a. sarjana kesehatan/ manajemen/ akuntansi/ ekonomi lainnya yang

memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Sub Bagian Keuangan;

b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Sub Bagian Keuangan;

c. mampu melaksanakan koordinasi di Sub Bagian Keuangan; d. bersedia membuat pakta integritas; e. berstatus PNS; dan f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 7

Bidang Pelayanan Pasal 42

(1) Bidang Pelayanan mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas-tugas dibidang pelayanan medis dan pelayanan keperawatan rumah sakit.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Bidang Pelayanan mempunyai fungsi : a. pelaksanaan kegiatan di bidang pelayanan, meliputi pengelolaan

pelayanan medis dan pelayanan keperawatan; b. pelaksanaan penyusunan perumusan kebijakan teknis dan

operasional, standard dan prosedur kerja dalam pengembangan serta pelaksanaan peningkatan dan pengawasan mutu bidang pelayanan;

c. pendayagunaan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan tenaga dan sumber daya di bidang pelayanan;

d. penyelenggaraan dan pengkoordinasian kegiatan bidang pelayanan RSUD Jayawijaya;

e. pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan di bidang pelayanan; dan

f. pelaksanaan pengawasan pemulangan pasien dan upaya rujukan serta tindakan medis lainnya; dan

- 19 -

g. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

(3) Bidang Pelayanan, membawahi: a. Seksi Pelayanan Medis b. Seksi Keperawatan

Pasal 43

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Bidang Pelayanan adalah: a. Kepala Bidang berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana sesuai

Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Bidang Pelayanan;

c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Bidang Pelayanan;

d. mampu melaksanakan koordinasi di Bidang Pelayanan; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 8 Seksi Pelayanan Medis

Pasal 44 (1) Seksi Pelayanan Medis mempunyai tugas pokok menyusun rencana

kegiatan, perumusan dan pelaksanaan pembinaan teknis pelayanan medis;

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Seksi Pelayanan Medis mempunyai fungsi: a. perencanaan kegiatan pelayanan medis termasuk didalamnya

pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif serta pelayanan penunjang diagnostik dan terapi;

b. pengkoordinasian kegiatan pelayanan medis disemua instalasi perawatan dan instalasi penunjang medis (laboratorium, radiologi, farmasi, dapur, PKMRS);

c. pengaturan pelaksanaan pelayanan medis paripurna bagi pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif serta pelayanan penunjang diagnostik dan terapi;

d. pelaksanaan pembinaan dan pengembangan mutu pelayanan medis; dan

e. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 45

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Pelayanan Medis adalah: a. Kepala Seksi berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana sesuai

Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,

- 20 -

kepemimpinan dan pengalaman di Pelayanan Medis; c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan

Pelayanan Medis; d. mampu melaksanakan koordinasi di Pelayanan Medis; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 9

Seksi Keperawatan Pasal 46

(1) Seksi Keperawatan mempunyai tugas pokok menyusun rencana kegiatan, perumusan dan pelaksanaan pembinaan teknis pelayanan keperawatan.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Seksi Keperawatan mempunyai fungsi: a. perencanaan kegiatan pelayanan keperawatan meliputi asuhan

keperawatan, kegiatan pembinaan etika dan mutu keperawatan; b. pengkoordinasian kegiatan keperawatan disemua instalasi perawatan

(instalasi pencucian, dapur, PKMRS); c. pelaksanaan koordinasi dalam pengaturan jadwal dan pembagian

tugas perawat, bidan dan pembantu perawat; d. penyusunan kebijakan teknis dan operasional, standard dan prosedur

pelaksanaan pelayanan keperawatan; e. pengaturan asuhan, etika dan mutu pelayanan keperawatan; f. pengkoordinasian pelaksanaan asuhan pelayanan keperawatan; g. pelaksanan pengawasan, pembinaan, pengembangan dan

pengendalian pelaksanaan kegiatan asuhan dan mutu pelayanan keperawatan; dan

h. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 47

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Keperawatan adalah: a. Kepala Seksi berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana sesuai

Bidang kerjanya; b. seorang sarjana kesehatan yang memenuhi kriteria keahlian, integritas,

kepemimpinan dan pengalaman di keperawatan; c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan

Keperawatan; d. mampu melaksanakan koordinasi di Keperawatan; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

- 21 -

Paragraf 10 Bidang Penunjang

Pasal 48 (1) Bidang Penunjang mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan dan

mengendalikan tugas-tugas dibidang rekam medis, medis dan non medis serta sarana dan prasarana;

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Bidang Penunjang mempunyai fungsi: a. pelaksanaan perencanaan, penyelenggaraan, pembinaan, koordinasi,

pengawasan pengendalian, evaluasi kegiatan rekam medis, medis dan non medis serta sarana dan prasarana;

b. pelaksanan peningkatan, pengawasan mutu pengelolaan rekam medis, medis dan non medis serta sarana dan prasarana;

c. pelaksanan perumusan kebijakan teknis, kebijakan operasional, prosedur danb standar dalam pengembangna dan peningkatkan mutu pengelolaan rekam medis, medis dan non medis serta sarana dan prasarana;

d. pelaksanaan penyusunan standar dan prosedur kerja bidang penunjang sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

e. pelaksanaan perencanaan kebutuhan, pendayagunaan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan tenaga dan sumber daya bidang penunjang; dan

f. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

(3) Bidang Penunjang, membawahi: a. Seksi Rekam Medis b. Seksi Medis dan Non Medis c. Seksi Sarana dan Prasarana

Pasal 49

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Bidang Penunjang adalah: a. Kepala Seksi berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana sesuai

Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Bidang Penunjang;

c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Bidang Penunjang;

d. mampu melaksanakan koordinasi di Bidang Penunjang; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

- 22 -

Paragraf 11 Seksi Rekam Medis

Pasal 50 (1) Seksi Rekam Medis mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan

administrasi pencatatan rekam medis, pelaporan pelayanan dan rujukan rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Seksi Rekam Medis mempunyai fungsi : a. pengumpulan dan mengolah data rekam medis serta meneliti catatan

rekam medis; b. pelaksanaan analisis, pengendalian dan pemuktahiran data medis

secara profesional sesuai dengan kebutuhan; c. pelaksanaan perlindungan hukum terhadap rahasia pasien dan

rahasia medis di rumah sakit Kelas C Kabupaten Jayawijaya; d. pelaksanaan penyesuaian perbaikan terhadap mutasi data rekam

medis; dan e. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 51 Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Rekam Medis adalah: a. seorang sarjana kesehatan memenuhi kriteria keahlian, integritas,

kepemimpinan dan pengalaman di Rekam Medis; b. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Rekam

Medis; c. mampu melaksanakan koordinasi di Rekam Medis; d. bersedia membuat pakta integritas; e. berstatus PNS; dan f. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 12

Seksi Medis dan Non Medis Pasal 52

(1) Seksi Medis dan Non Medis mempunyai tugas pokok melaksanakan fasilitas pelayayanan peralatandan penunjang meids dan non medis.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Seksi Medis dan Non Medis mempunyai fungsi : a. penyusunan rencana kerja medis dan non medis sesuai dengan

kebijakan rumah sakit; b. penyelenggaraan kegiatan penunjang medis dan non medis; c. pelaksanan pemenuihan kebutahan inntalasi medis dan non medis; d. pelaksanaan penelitian dan pengembangan mutu penunjang

pelayanan medias dan non medis; e. penyusunan pelaporan penyelenggaraan fasilitasi dan pengelolaan

peralatan dan penunjang medis dan non medis; f. pelaksanaan kebijakan mutu pelayanan penunjang medis dan non

medis; dan

- 23 -

g. pelaksanaan tugas kedinasan lain Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 53

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Medis dan Non Medis adalah: a. Kepala Seksi berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana sesuai

Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Bidang Penunjang Medis dan Non Medis;

c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Penunjang Medis dan Non Medis;

d. mampu melaksanakan koordinasi di Penunjang Medis dan Non Medis; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 13 Seksi Sarana dan Prasarana

Pasal 54 (1) Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai tugas pokok mempersiapkan

kajian pengadaan, pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut pada ayat (1), Seksi Sarana dan Prasarana mempunyai fungsi : a. penyusunan rencana kerja Seksi Sarana dan Prasarana Rumah Sakit

sesuai dengan kebijakan Rumah Sakit; b. penyelenggaraan pemenuhan kebutuhan, pemeliharaan dan

pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit; dan c. pelaksanaan tugas kedinasan lain Pelaksanaan tugas kedinasan lain

yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

Pasal 55

Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Kepala Seksi Sarana dan Prasarana adalah: a. Kepala Seksi berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana sesuai

Bidang kerjanya; b. seorang dokter/dokter gigi/sarjana kesehatan lainnya yang memenuhi

kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di Seksi Sarana dan Prasarana;

c. berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan Sarana dan Prasarana;

d. mampu melaksanakan koordinasi di Seksi Sarana dan Prasarana; e. bersedia membuat pakta integritas; f. berstatus PNS; dan

- 24 -

g. memenuhi syarat administrasi kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Paragraf 14 Pemberhentian Direktur, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang

Kepala Sub Bagian, dan Kepala Seksi Pasal 56

Direktur, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, dan Kepala Seksi diberhentikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku: a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Mencapai batas usia pensiun; d. Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan

pensiun dini; e. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan

tugas dan kewajiban.

Paragraf 15 Instalasi Pasal 57

(1) Untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan kesehatan dapat dibentuk instalasi yang merupakan unit pelayanan non struktural.

(2) Pembentukan instalasi ditetapkan dengan Keputusan Direktur. (3) Instalasi dipimpin oleh Kepala Instalasi yang diangkat dan diberhentikan

oleh Direktur. (4) Dalam melaksanakan kegiatan operasional pelayanan wajib berkoordinasi

dengan bidang atau seksi terkait. (5) Kepala Instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga

fungsional dan/atau tenaga non fungsional.

Pasal 58 (1) Pembentukan dan perubahan instalasi didasarkan atas analisis organisasi

dan kebutuhan. (2) Pembentukan dan perubahan jumlah maupun jenis instalasi dilaporkan

secara tertulis kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 59 Kepala Instalasi mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi, serta melaporkan kegiatan pelayanan di instalasinya masing-masing kepada direktur.

Paragraf 16 Komite

Pasal 60 (1) Komite Rumah Sakit merupakan lembaga khusus yang dibentuk dengan

Keputusan Direktur untuk tujuan dan tugas tertentu. (2) Setiap komite dipimpin oleh seorang ketua yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Direktur.

- 25 -

(3) Setiap komite mempunyai tugas membantu Direktur dalam menyusun standar pelayanan, standar profesi, memantau pelaksanaan standar profesi, melaksanakan pembinaan etika profesi dan memberikan saran pertimbangan dalam pengembangan pelayanan profesi.

(4) Dalam melaksanakan tugas Komite dapat membentuk sub komite dan/atau Panitia yang merupakan kelompok kerja tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

(5) Komite-komite sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan badan non struktural yang berada dibawah serta bertanggungjawab kepada Direktur.

Paragraf 17

Komite Medik Pasal 61

Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tatakelola klinis (clininal governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis

Pasal 62 (1) Personalia komite medik berhak memperoleh insentif sesuai dengan

kemampuan keuangan rumah sakit. (2) Pelaksanaan kegiatan komite medik didanai dengan anggaran rumah sakit

sesuai dengan ketentuan.

Paragraf 18 Komite Keperawatan

Pasal 63 Guna membantu Direktur dalam menyusun Standar Pelayanan Keperawatan dan memantau pelaksanaannya, mengatur kewenangan (previlege) perawat dan bidan, mengembangkan pelayanan keperawatan, program pendidikan, pelatihan dan penelitian serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan, maka dibentuk Komite Keperawatan.

Pasal 64 (1) Komite Keperawatan merupakan badan non struktural yang berada di

bawah serta bertanggungjawab kepada Direktur. (2) Susunan Komite Keperawatan terdiri dari:

a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan d. 3 (tiga) orang anggota.

(3) Komite Keperawatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

- 26 -

Pasal 65 Dalam menjalankan tugasnya Komite Keperawatan wajib menjalin kerjasama yang harmonis dengan Komite Medik, Manajemen Keperawatan dan Instalasi terkait.

Pasal 66 Dalam menjalin kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 Komite Keperawatan mengedepankan prinsip yang dianut dalam Falsafah Keperawatan.

Paragraf 19 Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 67 (1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang

terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai bidang keahliannya.

(2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja yang ada.

(3) Kelompok jabatan fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai peraturan perundang-undangan.

Paragraf 20

Staf Medis Fungsional Pasal 68

(1) Staf Medis Fungsional adalah kelompok Dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan fungsional.

(2) Staf Medis Fungsional mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, staf medis fungsional menggunakan pendekatan tim dengan tenaga profesi terkait.

Paragraf 21

Satuan Pengawas Intern Pasal 69

(1) Satuan Pengawas Intern adalah pegawai rumah sakit yang bersifat independen.

(2) Satuan Pengawas Intern dipimpin oleh seorang Ketua Satuan Pengawas Intern yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.

(3) Ketua Satuan Pengawas Intern adalah jabatan non struktural. (4) Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas membantu direktur dalam

audit kinerja internal rumah sakit, meliputi : a. Audit Keuangan adalah melakukan penilaian tentang pengelolaan

keuangan dana yang dikelola; dan b. Audit Non Keuangan (Audit Kepatuhan, Audit Kinerja dan Audit

pengendalian Intern).

- 27 -

(5) Satuan Pengawas Intern mempunyai fungsi melakukan penilaian independen untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jayawijaya sebagai sebuah pelayanan yang menunjang pengendalian intern.

(6) Satuan Pengawas Intern secara independen membantu Direktur dan semua unit operasional di dalam rumah sakit dalam memenuhi kewajibannya untuk meningkatkan pelayanan.

(7) Dalam menjalankan tugasnya, Satuan Pengawas Intern mengacu dan merujuk pada berbagai peraturan dan ketentuan intern dan pedoman yang terdapat dalam berbagai standar profesional audit internal, yaitu : 1. Standar Operasional Prosedur Internal Audit serta pemuktahirannya; 2. Semua Peraturan pemerintah yang telah diberlakukan oleh

Manajemen Rumah Sakit; dan 3. Standar Audit dan Kode Etik.

(8) Anggota Satuan Pengawas Intern dibagi pada unit-unit kerja berdasarkan kompetensi dan tingkat resiko unit kerja yang bersangkutan secara lebih spesifik.

Bagian Ketujuh

Tata Kerja

Paragraf 1 Umum

Pasal 70 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi di

lingkungan rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di lingkungannya serta dengan instansi lain sesuai tugas masing-masing.

(2) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahan dan apabila terjadi penyimpangan wajin mengambil kangkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

(4) Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh kepala satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan dan pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

Paragraf 2 Pelaporan Pasal 71

(1) Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.

(2) Setiap laporan yang diterima oleh setiap pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan.

- 28 -

(3) Direktur, Kepala Bagian, Kepala Bidang, kepala Seksi, Kepala Sub Bagian dan Kepala Instalasi wajib menyampaikan laporan berkala kepada atasan masing-masing.

(4) Dalam menyampaikan laporan kepada atasannya, tembusan laporan lengkap dengan semua lampirannya disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja.

Paragraf 3

Hal Mewakili Pasal 72

Dalam hal Direktur berhalangan menjalankan tugasnya, Direktur dapat menunjuk Kepala Bagian dan dalam hal Kepala Bagian berhalangan pula, Direktur dapat menunjung salah seorang Kepala Bidang dengan memperhatikan senioritas kepangkatannya dan atau sesuai dengan bidang tugasnya.

Bagian Kedelapan

Kepegawaian Pasal 73

(1) Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Bupati. (2) Direktur berkewajiban dan bertanggung jawab dalam mempersiapkan

bahan penentuan kebijakan Bupati di bidang kepegawaian (3) Ketentuan-ketentuan lain mengenai masalah kepegawaian diatur sesuai

Pertauran perundang-Undangan yang berlaku.

Bagian Kesembilan Pembiayaan

Pasal 74 Pembiayaan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C Kabupaten Jayawijaya bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah dan sumber yang sah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kesepuluh

Standar Pelayanan Minimal Pasal 75

(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan umum yang diberikan oleh rumah sakit, Bupati menetapkan Standar Pelayanan Minimal rumah sakit dengan Peraturan Bupati.

(2) Standar Pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diusulkan oleh Direktur.

(3) Standar Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.

Pasal 76

Standar Pelayanan Minimal rumah sakit harus memenuhi persyaratan: a. fokus pada jenis pelayanan; b. terukur; c. dapat dicapai;

- 29 -

d. relevan dan dapat diandalkan; dan e. tepat waktu.

Pasal 77 (1) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf

a, mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi rumah sakit.

(2) Terukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

(3) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf c, merupakan kegiatan nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya.

(4) Relevan dan dapat diandalkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf d, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi Rumah Sakit.

(5) Tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf e, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.

Bagian Kesebelas

Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Rumah Sakit Pasal 78

(1) Rumah Sakit wajib menjaga lingkungan, baik internal maupun eksternal. (2) Direktur menunjuk pejabat yang mengelola lingkungan antara lain

lingkungan fisik, biologi, kimia, serta pembuangan limbah yang berdampak pada kesehatan lingkungan internal dan eksternal serta halaman, taman, dan lain-lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk mendukung peningkatan mutu pelayanan yang berorientasi kepada keamanan, kenyamanan, kebersihan, kesehatan, kerapian, keindahan, keselamatan, dan ramah lingkungan.

(4) Pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi pengelolaan limbah rumah sakit, pengawasan dan pengendalian vector/serangga, sistem pengelolaan lingkungan fisik dan biologi rumah sakit serta menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan pendidikan, pelatihan penelitian/pengembangan di bidang penyehatan lingkungan.

(5) Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi limbah medis dan non medis.

(6) Tata cara pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mengacu pada ketentuan perundang-undangan.

- 30 -

BAB III PERATUTAN INTERNAL STAF MEDIS

Bagian Kesatu

Pengangkatan dan Pengangkatan Kembali Staf Medis Pasal 79

(1) Keanggotaan Staf Medis merupakan previlege yang dapat diberikan kepada dokter dan dokter gigi yang secara terus menerus mampu memenuhi kualifikasi, standar dan persyaratan yang ditentukan.

(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tanpa membedakan ras, agama, warna kulit, jenis kelamin, keturunan, status ekonomi dan pandangan politisnya.

Pasal 80

Untuk dapat bergabung dengan Rumah Sakit sebagai Staf Medis maka dokter atau dokter gigi harus memiliki kompetensi yang dibutuhkan, Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP), kesehatan jasmani dan rohani yang laik (fit) untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya serta memiliki perilaku dan moral yang baik.

Pasal 81

Tata cara pengangkatan dan pengangkatan kembali Staf Medis Rumah Sakit adalah dengan mengajukan permohonan kepada Direktur dan selanjutnya Direktur berdasarkan pertimbangan dari Komite Medik dapat mengabulkan atau menolak mengabulkan permohonan tersebut

Pasal 82 Lama masa kerja sebagai staf medis Rumah Sakit adalah sebagai berikut: a. untuk Staf Medis Organik adalah sampai yang bersangkutan memasuki

masa pensiun sesuai peraturan perundang-undangan; b. untuk Staf Medis Mitra adalah selama 2 (dua) tahun dan dapat diangkat

kembali untuk beberapa kali masa kerja berikutnya sepanjang yang bersangkutan masih memenuhi persyaratan;

c. untuk Staf Medis Relawan (voluntir) adalah selama 1 (satu) tahun dan dapat diangkat kembali untuk beberapa kali masa kerja berikutnya sepanjang yang bersangkutan masih menghendaki dan memenuhi semua persyaratan.

Pasal 83

Staf Medis Organik yang sudah pensiun/berakhir masa kerjanya dapat diangkat kembali sebagai Staf Medis Mitra atau Staf Medis Relawan sepanjang yang bersangkutan memenuhi persyaratan.

Bagian Kedua Kategori Staf Medis

Pasal 84 Staf Medis yang telah bergabung dengan Rumah Sakit dikelompokkan ke dalam kategori:

- 31 -

a. Staf Medis Organik, yaitu Dokter yang bergabung dengan Rumah Sakit sebagai pegawai tetap, berkedudukan sebagai sub ordinat yang bekerja untuk dan atas nama Rumah Sakit serta bertanggungjawab kepada lembaga tersebut;

b. Staf Medis Mitra, yaitu Dokter yang bergabung dengan Rumah Sakit sebagai mitra, berkedudukan sejajar dengan Rumah Sakit, bertanggungjawab secara mandiri serta bertanggunggugat secara proporsional sesuai ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit;

c. Staf Medis Relawan, yaitu Dokter yang bergabung dengan Rumah Sakit atas dasar keinginan mengabdi secara sukarela, bekerja untuk dan atas nama rumah sakit, dan bertanggungjawab secara mandiri serta bertanggunggugat sesuai ketentuan di Rumah Sakit; dan

d. Staf Medis Tamu, yaitu Dokter dari luar Rumah Sakit yang karena reputasi dan atau keahliannya diundang secara khusus untuk membantu menangani kasus-kasus yang tidak dapat ditangani sendiri oleh staf medis yang ada di Rumah Sakit atau untuk mendemonstrasikan suatu keahlian tertentu atau teknologi baru.

Pasal 85

Dokter Spesialis Konsultan adalah Dokter yang karena keahliannya direkrut oleh Rumah Sakit untuk memberikan konsultasi kepada Staf Medis Fungsional lain yang memerlukan dan oleh karenanya ia secara langsung maupun tidak langsung menangani pasien.

Pasal 86 Dokter Staf Pengajar adalah Dokter yang mempunyai status tenaga pengajar, baik dari status kepegawaian Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional atau Departemen lain yang dipekerjakan dan atau diperbantukan untuk menjadi pendidik dan atau pengajar bagi peserta didik di bidang kesehatan, mempunyai kualifikasi sesuai dengan kompetensi di bidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 87 Dokter di Instalasi Gawat Darurat adalah dokter umum dan dokter spesialis emergency yang memberikan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat sesuai dengan penempatan dan atau tugas yang diberikan oleh rumah sakit, mempunyai kualifikasi sesuai dengan kompetensi di bidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 88 Dokter peserta pendidikan dokter spesialis adalah Dokter yang secara sah diterima sebagai Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis, serta memberikan pelayanan kesehatan dalam rangka pendidikan, mempunyai kualifikasi sesuai dengan kompetensi di bidangnya serta mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

- 32 -

Bagian Ketiga Kewenangan Klinik

Pasal 89 (1) Setiap Dokter yang diterima sebagai Staf Medis Rumah Sakit diberikan

kewenangan klinik oleh Direktur setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Medik berdasarkan masukan dari Sub Komite Kredensial.

(2) Penentuan kewenangan klinik didasarkan atas jenis ijasah/sertifikat yang dimiliki Staf Medis, kompetensi dan pengalaman.

(3) Dalam hal kesulitan menentukan kewenangan klinik maka Komite Medik dapat meminta informasi dan/atau pendapat dari Kolegium terkait.

Pasal 90

Kewenangan klinik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 akan dievaluasi terus menerus untuk ditentukan apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas, dipersempit atau bahkan dicabut.

Pasal 91 (1) Dalam hal menghendaki agar kewenangan kliniknya diperluas maka Staf

Medis yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur dengan menyebutkan alasannya serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan dan/atau pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.

(2) Direktur berwenang mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Medik berdasarkan masukan dari Sub Komite Kredensial.

(3) Setiap permohonan perluasan kewenangan klinik yang dikabulkan atau ditolak harus dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur dan disampaikan kepada pemohon.

Pasal 92

(1) Kewenangan klinik sementara dapat diberikan kepada Dokter Tamu atau Dokter Pengganti dengan memperhatikan masukan dari Komite Medik.

(2) Dalam keadaan emergency atau bencana yang menimbulkan banyak korban maka semua Staf Medis Rumah Sakit diberikan kewenangan klinik untuk melakukan tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinik yang dimilikinya, sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Bagian Keempat

Pembinaan Pasal 93

Dalam hal Staf Medis dinilai kurang mampu atau melakukan tindakan klinik yang tidak sesuai dengan standar pelayanan sehingga menimbulkan kecacatan dan atau kematian maka Komite Medik dapat melakukan penelitian.

- 33 -

Pasal 94 (1) Apabila hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140

membuktikan kebenaran maka Komite Medik dapat mengusulkan kepada Direktur untuk dikenai sanksi berupa sanksi administratatif.

(2) Pemberlakuan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dituangkan dalam bentuk Keputusan Direktur dan disampaikan kepada Staf Medis yang bersangkutan dengan tembusan kepada Komite Medik.

(3) Dalam hal Staf Medis tidak dapat menerima sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) maka yang bersangkutan dapat mengajukan sanggahan secara tertulis dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak diterimanya Surat Keputusan, untuk selanjutnya Direktur memiliki waktu 15 (lima belas) hari untuk menyelesaikan dengan cara adil dan seimbang dengan mengundang semua pihak yang terkait.

(4) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bersifat final.

Bagian Kelima Pengorganisasian Staf Medis Fungsional

Pasal 95 Semua Dokter yang melaksanakan praktik kedokteran di unit-unit pelayanan rumah sakit wajib menjadi anggota staf medis.

Pasal 96

(1) Dalam melaksanakan tugas maka Staf Medis dikelompokkan sesuai bidang spesialisasi/keahliannya atau menurut cara lain berdasarkan pertimbangan khusus.

(2) Setiap kelompok Staf Medis minimal terdiri atas 2 (dua) orang dokter dengan bidang keahlian yang sama.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dipenuhi maka dapat dibentuk kelompok Staf Medis yang terdiri atas dokter dengan keahlian berbeda dengan memperhatikan kemiripan disiplin ilmu atau tugas dan kewenangannya.

Pasal 97

Fungsi Staf Medis Rumah Sakit adalah sebagai pelaksana pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang pelayanan medis.

Pasal 98 Tugas Staf Medis Rumah Sakit adalah: a. melaksanakan kegiatan profesi yang komprehensif meliputi promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif; b. membuat rekam medis sesuai fakta, tepat waktu dan akurat; c. meningkatkan kemampuan profesi melalui program pendidikan dan/

atau pelatihan berkelanjutan; d. menjaga agar kualitas pelayanan sesuai standar profesi, standar

pelayanan medis, dan etika kedokteran; dan e. menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan

pemantauan indikator mutu klinik.

- 34 -

Pasal 99

Tanggungjawab Kelompok Staf Medis Rumah Sakit adalah : a. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medis kepada Direktur

terhadap permohonan penempatan Dokter baru di rumah sakit untuk mendapatkan Surat Keputusan;

b. melakukan evaluasi atas kinerja praktik Dokter berdasarkan data yang komprehensif;

c. memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medik kepada Direktur terhadap permohonan penempatan ulang Dokter di Rumah Sakit untuk mendapatkan Surat Keputusan Direktur;

d. memberikan kesempatan kepada para Dokter untuk mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan;

e. memberikan masukan melalui Ketua Komite Medik kepada Direktur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktik kedokteran;

f. memberikan laporan secara teratur minimal sekali setiap tahun melalui Ketua Komite Medik kepada Direktur dan/ atau Bidang Pelayanan dan Penunjang tentang hasil pemantauan indikator mutu klinik, evaluasi kinerja praktik klinis, pelaksanaan program pengembangan staf, dan lain-lain yang dianggap perlu; dan

g. melakukan perbaikan standar prosedur operasional serta dokumen-dokumen terkait.

Pasal 100

Kewajiban Kelompok Staf Medis Rumah Sakit adalah : a. menyusun standar prosedur operasional pelayanan medis, meliputi

bidang administrasi, manajerial dan bidang pelayanan medis; b. menyusun indikator mutu klinis; dan c. menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggota.

Pasal 101 (1) Kelompok Staf Medis dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih oleh

anggota. (2) Ketua Kelompok Staf Medis dapat dijabat oleh Dokter. (3) Pemilihan Ketua Kelompok Staf Medis diatur dengan mekanisme yang

disusun oleh Komite Medik dengan persetujuan Direktur. (4) Ketua Kelompok Staf Medis ditetapkan dengan keputusan Direktur. (5) Masa bakti Ketua Kelompok Staf Medis adalah minimal 3 (tiga) tahun dan

dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali periode berikutnya.

Bagian Keenam Penilaian Pasal 102

(1) Penilaian kinerja yang bersifat administratif dilakukan berjenjang sesuai ketentuan perundang-undangan.

(2) Evaluasi yang menyangkut keprofesian dilakukan oleh Komite Medik sesuai ketentuan perundang-undangan.

- 35 -

(3) Staf medis yang memberikan pelayanan medis dan menetap di unit kerja tertentu secara fungsional menjadi tanggung jawab Komite Medik, khususnya dalam pembinaan masalah keprofesian.

Bagian Ketujuh Komite Medik

Paragraf 1

Pembentukan Pasal 103

(1) Komite medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk di rumah sakit dengan Keputusan Direktur.

(2) Komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah perwakilan staf medis.

(3) Komite medik berkedudukan di bawah serta bertanggungjawab kepada Direktur.

(4) Masa kerja Komite Medik adalah selama 3 (tiga) tahun.

Paragraf 2 Susunan, Tugas, Fungsi, dan Kewenangan

Pasal 104 (1) Susunan organisasi komite medik terdiri dari:

a. Ketua; b. Sekretaris; c. Sub Komite.

(2) Dalam hal keterbatasan sumber daya manusia, susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya terdiri dari: a. ketua dan sekretaris tanpa subkomite; atau b. ketua dan sekretaris merangkap ketua dan anggota subkomite.

Pasal 105

(1) Ketua komite medik ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan masukan dari staf medis.

(2) Sekretaris komite medik dan ketua subkomite ditetapkan oleh Direktur berdasarkan rekomendasi dari ketua komite medik dengan memperhatikan masukan dari staf medis.

Pasal 106

(1) Keanggotaan komite medik ditetapkan oleh Direktur dengan mempertimbangkan sikap profesional, reputasi dan prilaku.

(2) Jumlah keanggotaan komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan jumlah staf medis di rumah sakit.

Pasal 107

(1) Anggota komite medik terbagi ke dalam subkomite. (2) Subkomite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Subkomite Kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf

- 36 -

medis; b. Subkomite Mutu Profesi yang bertugas mempertahankan kompetensi

dan profesionalisme staf medis; dan c. Subkomite Etika dan Disiplin Profesi yang bertugas menjaga disiplin,

etika, dan prilaku profesi staf medis.

Pasal 108 Komite medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit melalui: a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan

pelayanan medis di rumah sakit; b. memelihara mutu profesi staf medis; dan c. menjaga disiplin, etika, dan prilaku profesi medis.

Pasal 109 Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi sebagai berikut: a. penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai

dengan masukan dari kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian;

b. penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian: 1. kompetensi; 2. kesehatan fisik dan mental; 3. perilaku;dan 4. etika profesi.

c. evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;

d. wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis; e. penilaian dan pemutusan kewenangan klinis; f. pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi

kewenangan klinis kepada komite medik; g. melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat

penugasan klinis dan adanya permintaan dari komite medik; dan h. rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat klinis.

Pasal 110

Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik memiliki fungsi sebagai berikut: a. pelaksanaan audit medis; b. ekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka Pendidikan

berkelanjutan bagi staf medis; c. rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan

bagi staf medis; dan d. rekomendasi pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang

membutuhkan.

- 37 -

Pasal 111 Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan prilaku profesi, komite medik memiliki fungsi sebagai berikut: a. pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran; b. pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin; c. rekomendasi pendisiplinan pelaku profesional di rumah sakit; dan d. pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis

pada asuhan medis pasien.

Pasal 112 Komite Medik bertanggungjawab kepada Direktur meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: a. mutu pelayanan medis; b. pembinaan etik kedokteran; dan c. pengembangan profesi medis.

Pasal 113 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik berwenang: a. memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical

privilege); b. memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment); c. memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege)

tertentu; d. memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan

klinis (delineation of clinical privilige); e. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis; f. memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan; g. memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan h. memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Pasal 114

(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh panitia adhoc.

(2) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh direktur rumah sakit berdasarkan usulan ketua komite medik.

(3) Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari.

(4) Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan/atau instansi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.

Paragraf 3

Hubungan Komite Medik dengan Direktur Pasal 115

Hubungan Komite Medik dengan Direktur: a. Direktur menetapkan kebijakan, prosedur, dan sumber daya yang

- 38 -

diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi komite medik; dan b. Komite medik bertanggungjawab kepada direktur.

Paragraf 4 Pembinaan dan Pengawasan

Pasal 116 (1) Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan komite medik dilakukan

oleh badan-badan yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk meningkatkan kinerja komite medik dalam rangka menjamin mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di rumah sakit.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui: a. advokasi, sosialisasi dan bimbingan teknis; b. pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; dan c. monitoring dan evaluasi.

(4) Dalam rangka pembinaan maka pihak-pihak yang bertanggungjawab dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan atau tertulis.

Paragraf 5 Persyaratan Komite Medik

Pasal 117 (1) Persyaratan untuk menjadi Ketua Komite Medik adalah sebagai berikut:

a. mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya; b. menguasai segi ilmu profesinya dalam jangkauan, ruang lingkup,

sasaran dan dampak yang luas; c. peka terhadap perkembangan kerumah-sakitan; d. bersifat terbuka, bijaksana dan jujur; e. mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di

lingkungan profesinya; dan f. mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi.

(2) Ketua Komite Medik ditetapkan dengan Keputusan Direktur.

Pasal 118 (1) Sekretaris Komite Medik dipilih oleh Ketua Komite Medik. (2) Sekretaris Komite Medik dijabat oleh seorang Dokter Organik. (3) Sekretaris Komite Medik dapat menjadi Ketua dari salah satu Sub Komite. (4) Dalam menjalankan tugasnya, Sekretaris Komite Medik dibantu oleh

tenaga administrasi/staf sekretariat purna waktu.

Pasal 119 Guna melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya Komite Medik mempunyai kewenangan: a. memberikan usulan rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga

medis; b. memberikan pertimbangan rencana pengadaan, penggunaan dan

- 39 -

pemeliharaan alat medis dan penunjang medis serta pengembangan pelayanan;

c. monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis; d. monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan

alatkedokteran; e. membina etika dan membantu mengatur kewenangan klinis; f. membentuk Tim Klinis lintas profesi; dan g. memberikan rekomendasi kerjasama antar institusi.

Pasal 120 Kewajiban Komite Medik adalah: a. menyusun rancangan Peraturan Tata Kelola Staf Medis (Medical Staff By

laws); b. membuat standarisasi format untuk standar pelayanan medis, standar

prosedur operasional di bidang manajerial dan administrasi serta bidang keilmuan, profesi, standar profesi dan standar kompetensi;

c. membuat standarisasi format pengumpulan, pemantauan dan pelaporan indikator mutu klinik; dan

d. melakukan pemantauan mutu klinik, etika kedokteran dan pelaksanaan pengembangan profesi medis.

Pasal 121

Susunan organsasi Sub Komite terdiri dari : a. Ketua; b. Sekreraris; dan c. Anggota

Pasal 122 Sub Komite mempunyai tugas pokok sebagai berikut: a. menyusun kebijakan dan prosedur kerja; dan b. membuat laporan berkala dan laporan tahunan yang berisi evaluasi kerja

selama setahun yang baru saja dilalui disertai rekomendasi untuk tahun anggaran berikutnya.

Pasal 123

Tugas dan tanggungjawab Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi Medis adalah: a. membuat rencana atau program kerja; b. melaksanakan rencana atau jadwal kegiatan; c. membuat panduan mutu pelayanan medis; d. melakukan pantauan dan pengawasan mutu pelayanan medis; e. menyusun indikator mutu klinik, meliputi indikator input, output proses,

dan outcome; f. melakukan koordinasi dengan Sub Komite Peningkatan Mutu Rumah

Sakit; dan g. melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.

- 40 -

Pasal 124 Tugas dan tanggungjawab Sub Komite Kredensial adalah: a. melakukan review permohonan untuk menjadi anggota staf medis; b. membuat rekomendasi hasil review; c. membuat laporan kepada Komite Medik; d. melakukan review kompetensi staf medis dan memberikan laporan dan

rekomendasi kepada Komite Medis dalam rangka pemberian clinical privileges, reapointments dan penugasan staf medis pada unit kerja;

e. membuat rencana kerja; f. melaksanakan rencana kerja; g. menyusun tata laksana dari instrumen kredensial; h. melaksanakan kredensial dengan melibatkan lintas fungsi sesuai

kebutuhan; dan i. membuat laporan berkala kepada Komite Medik.

Pasal 125

Tugas dan tanggungjawab Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi adalah : a. membuat rencana kerja; b. melaksanakan rencana kerja; c. menyusun tata laksana pemantauan dan penanganan masalah etika dan

disiplin profesi; d. melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin

profesi; e. mengusulkan kebijakan yang terkait dengan bioetika; f. melakukan koordinasi dengan Komite Etik dan Hukum rumah sakit; dan g. melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.

Pasal 126 (1) Kewenangan Sub Komite Peningkatan Mutu Profesi Medis adalah

melaksanakan kegiatan upaya peningkatan mutu pelayanan medis secara lintas sektoral dan lintas fungsi.

(2) Kewenangan Sub Komite Kredensial adalah melaksanakan kegiatan kredensial secara adil, jujur dan terbuka secara lintas sektoral dan lintas fungsi.

(3) Kewenangan Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi adalah melakukan pemantauan dan penanganan masalah etika profesi kedokteran dan disiplin profesi dengan melibatkan lintas sektoral dan lintas fungsi.

Pasal 127

Tiap-tiap Sub Komite bertanggungjawab kepada Komite Medik mengenai pelaksanaan tugas dan kewajiban yang dibebankan.

Paragraf 3

Rapat-Rapat Pasal 128

(1) Rapat Komite Medik terdiri dari: a. rapat rutin bulanan, dilakukan minimal sekali setiap bulan; b. rapat rutin bersama semua Kelompok Staf Medis dan atau dengan

- 41 -

semua staf medis dilakukan minimal sekali setiap bulan; c. rapat bersama Direktur dan Wakil Direktur Pelayanan dilakukan

minimal sekali setiap bulan; d. rapat khusus, dilakukan sewaktu-waktu guna membahas masalah

yang sifatnya sangat urgen; dan e. rapat tahunan, diselenggarakan sekali setiap tahun.

(2) Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Medik atau Wakil Ketua dalam hal Ketua tidak hadir atau oleh salah satu dari anggota yang hadir dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Komite Medik tidak hadir.

(3) Rapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga) anggota Komite Medik atau dalam hal kuorum tersebut tidak tercapai maka rapat dinyatakan sah setelah ditunda untuk 1 (satu) kali penundaan pada hari, jam dan tempat yang sama minggu berikutnya.

(4) Setiap undangan rapat rutin yang disampaikan kepada setiap anggota harus dilampiri salinan hasil rapat rutin sebelumnya.

Pasal 129

(1) Rapat tahunan Komite Medik diselenggarakan sekali dalam setahun. (2) Ketua Komite Medik wajib menyampaikan undangan tertulis kepada

seluruh anggota serta pihak-pihak lain yang perlu diundang paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum rapat diselenggarakan.

Pasal 130

Setiap rapat khusus dan rapat tahunan wajib dihadiri oleh Direktur, Kepala Bidang Pelayanan dan pihak-pihak lain yang ditentukan oleh Ketua Komite Medik.

Pasal 131 (1) Keputusan rapat Kelompok Staf Medis dan/atau Komite Medik didasarkan

pada suara terbanyak setelah dilakukan pemungutan suara. (2) Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka Ketua atau

Wakil Ketua berwenang untuk menyelenggarakan pemungutan suara ulang.

(3) Perhitungan suara hanyalah berasal dari anggota Komite Medik yang hadir.

Pasal 132

(1) Direktur rumah sakit dapat mengusulkan perubahan atau pembatalan setiap keputusan yang diambil pada rapat rutin atau rapat khusus sebelumnya dengan syarat usul tersebut dicantumkan dalam pemberitahuan atau undangan rapat.

(2) Dalam hal usulan perubahan atau pembatalan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diterima dalam rapat maka usulan tersebut tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak saat ditolaknya usulan tersebut.

- 42 -

Bagian Kedelapan Tindakan Korektif

Pasal 133 (1) Dalam hal Staf Medis diduga melakukan layanan klinik di bawah standar

maka terhadap yang bersangkutan dapat diusulkan oleh Komite Medik untuk dilakukan penelitian.

(2) Apabila hasil penelitian menunjukkan kebenaran adanya layanan klinik di bawah standar, maka yang bersangkutan dapat diusulkan kepada Direktur untuk diberikan sanksi dan pembinaan sesuai ketentuan.

Bagian Kesembilan

Pemberhentian Staf Medis Pasal 134

Staf Medis Organik diberhentikan dengan hormat karena : a. telah memasuki masa pensiun; b. permintaan sendiri; c. tidak lagi memenuhi kualifikasi sebagai Staf Medis; dan d. berhalangan tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

Pasal 135 (1) Staf Medis Organik dapat diberhentikan dengan tidak hormat apabila

melakukan perbuatan melawan hukum yang ancaman pidananya lebih dari 5 (lima) tahun.

(2) Staf Medis Mitra berhenti secara otomatis sebagai Staf Medis apabila telah menyelesaikan masa kontraknya atau berhenti atas persetujuan bersama.

Pasal 136

Staf Medis Mitra yang telah menyelesaikan masa kontraknya dapat bekerja kembali untuk masa kontrak berikutnya setelah menandatangani kesepakatan baru dengan pihak Rumah Sakit.

Bagian Kesepuluh

Sanksi Pasal 137

Staf Medis Rumah Sakit, baik yang berstatus sebagai staf organik maupun mitra, yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, peraturan rumah sakit, klausul-klausul dalam perjanjian kerja atau etika dapat diberikan sanksi sesuai dengan jenis dan berat ringannya pelanggaran.

Pasal 138 (1) Pemberian sanksi dilakukan oleh Direktur Rumah Sakit setelah

mendengar pendapat dari Komite Medik serta Komite Etik dan Hukum dengan mempertimbangkan kadar/tingkat kesalahannya.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. teguran lisan atau tertulis; b. penghentian praktik untuk sementara waktu; c. pemberhentian dengan tidak hormat bagi Staf Medis Organik; atau d. pemutusan perjanjian kerja bagi Staf Medis Mitra yang masih berada

- 43 -

dalam masa kontrak.

Bagian Kesebelas Kerahasiaan dan Informasi Medis

Pasal 139 (1) Rumah Sakit:

a. berhak membuat peraturan tentang kerahasiaan dan informasi medis yang berlaku di rumah sakit;

b. wajib menyimpan rekam medik sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c. dapat memberikan isi rekam medis kepada pasien ataupun pihak lain atas ijin pasien secara tertulis; dan

d. dapat memberikan isi dokumen rekam medis untuk kepentingan peradilan dan asuransi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Dokter rumah sakit: a. berhak mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur dari pasien

yang dirawat atau keluarganya; b. wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang

pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia; dan c. wajib menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan, profesi dan etika hukum dan kedokteran. (3) Pasien rumah sakit:

a. berhak mengetahui semua peraturan dan ketentuan rumah sakit yang mengatur hak, kewajiban, tata-tertib dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pasien;

b. wajib memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatannya;

c. berhak mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis yang akan atau sudah dilakukan dokter, yaitu: 1. diagnosis atau alasan yang mendasari dilakukannya tindakan

medis; 2. tujuan tindakan medis; 3. tata-laksana tindakan medis; 4. alternatif tindakan lain jika ada; 5. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; 6. akibat ikutan yang pasti terjadi jika tindakan medis dilakukan; 7. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan; 8. risiko yang akan ditanggung jika pasien menolak tindakan medis; 9. berhak meminta konsultasi kepada dokter lain (second opinion)

terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang merawatnya;

10. berhak mengakses, mengkoreksi dan mendapatkan isi rekam medis; dan

11. berhak memanfaatkan isi rekam medik untuk kepentingan peradilan.