bunyi bahasa dan tata bunyi eep

7
Nama : Eep Saepuloh Semester VII Bahasa Indonesia II BUNYI BAHASA DAN TATA BUNYI BAHASA INDONESIA Bunyi bahasa merupakan bunyi, yang merupakan perwujudan dari setiap bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi bahasa adalah bunyi yang menjadi perhatian para ahli bahasa. Bunyi bahasa ini merupakan sarana komunikasi melalui bahasa dengan cara lisan. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yaitu (1) sumber tenaga, (2) alat ucap penghasil getaran, dan (3) rongga pengubah getaran. 1. VOKAL DAN KONSONAN A. VOKAL Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor: Tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah) Bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang) Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang) Keenam vokal bahasa Indonesia dapat menduduki posisi di awal, tengah, atau akhir suku kata, seperti terlihat pada bagan dibawah ini. Po sisi Fonem Awal Tengah Akhir /i/ /ikan/ ikan /pintu/ pintu /api/ api /e/ /ekor/ /nenek/ /sore/

Upload: remilla-sapta-nada

Post on 01-Jan-2016

56 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bunyi Bahasa Dan Tata Bunyi Eep

Nama : Eep SaepulohSemester VIIBahasa Indonesia II

BUNYI BAHASA DAN TATA BUNYI BAHASA INDONESIA

Bunyi bahasa merupakan bunyi, yang merupakan perwujudan dari setiap bahasa, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang berperan di dalam bahasa. Bunyi bahasa adalah bunyi yang menjadi perhatian para ahli bahasa. Bunyi bahasa ini merupakan sarana komunikasi melalui bahasa dengan cara lisan. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yaitu (1) sumber tenaga, (2) alat ucap penghasil getaran, dan (3) rongga pengubah getaran.

1. VOKAL DAN KONSONAN

A.    VOKALVokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan

kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:       Tinggi-rendahnya posisi lidah (tinggi, sedang, rendah)

       Bagian lidah yang dinaikkan (depan, tengah, belakang)

       Bentuk bibir pada pembentukan vokal itu (normal, bundar, lebar/terentang)

Keenam vokal bahasa Indonesia dapat menduduki posisi di awal, tengah, atau akhir suku kata, seperti terlihat pada bagan dibawah ini.

Posisi

FonemAwal Tengah Akhir

/i/ /ikan/ ikan /pintu/ pintu /api/ api

/e/ /ekor/ ekor /nenek/ nenek /sore/ sore

/ǝ//ǝmas/ emas

/ruwǝt/ ruwet /tantǝ/ tante

/a/ /anak/ anak /kantor/ kantor /kota/ kota

/u/ /ukir/ ukir /tunda/ tunda /bau/ bau

/o/ /obat/ obat /kontan/ kontan /toko/ toko

B. KONSONAN

Konsonan adalah bunyi bahasa yang arus udaranya mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:

       Keadaan pita suara (merapat atau merenggang - bersuara atau tak bersuara)

Page 2: Bunyi Bahasa Dan Tata Bunyi Eep

       Penyentuhan atau pendekatan berbagai alat ucap/artikulator (bibir, gigi, gusi, lidah, langit-langit)

       Cara alat ucap tersebut bersentuhan/berdekatan

Artikulator adalah alat ucap yang bersentuhan atau yang didekatkan untuk membentuk bunyi bahasa.

       Bilabial - bibir atas dan bibir bawah (kedua bibir terkatup), mis.: [p], [b], [m]

       Labiodental - bibir bawah dan ujung gigi atas, mis.: [f]

       Alveolar - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gusi, mis.: [t], [d], [s]

       Dental - ujung/daun lidah menyentuh/mendekati gigi depan atas

       Palatal - depan lidah menyentuh langit-langit keras, mis.: [c], [j], [y]

       Velar - belakang lidah menempel/mendekati langit-langit lunak, mis.: [k], [g]

       Glotal (hamzah) - pita suara didekatkan cukup rapat sehingga arus udara dari paru-paru tertahan, mis.: bunyi yang memisahkan bunyi [a] pertama dan [a] kedua pada kata saat

Cara artikulasi adalah cara artikulator menyentuh atau mendekati daerah artikulasi. Macamnya:

       Bunyi hambat - kedua bibir terkatup, saluran ke rongga hidung tertutup, kemudian katup bibir dibuka tiba-tiba. Misal: [p] dan [b]

       Bunyi semi-hambat - kedua bibir terkatup, udara dikeluarkan melalui rongga hidung. Misal: [m]

       Bunyi frikatif - arus udara dikeluarkan melalui saluran sempit sehingga terdengar bunyi berisik (desis). Misal: [f] dan [s]

       Bunyi lateral - ujung lidah bersentuhan dengan gusi dan udara keluar melalui samping lidah. Misal: [l]

       Bunyi getar - ujung lidah menyentuh tempat yang sama berulang-ulang. Misal: [r]

Selain bunyi-bunyi di atas, ada bunyi yang cara pembentukannya sama seperti pembentukan vokal, tetapi tidak pernah dapat menjadi inti suku kata. Mis.: [w] dan [y].

C. FONEMFonem adalah bunyi bahasa yang berbeda atau mirip kedengarannya. Dalam ilmu bahasa

fonem itu ditulis di antara dua garis miring: /..././p/ dan /b/ adalah dua fonem karena kedua bunyi itu membedakan arti. Contoh:

pola — /pola/ : bola — /bola/parang — /paraŋ/ : barang — /baraŋ/peras — /pɘras/ : beras — /bɘras/

Fonem dalam bahasa dapat mempunyai beberapa macam lafal yang bergantung pada tempatnya dalam kata atau suku kata. Fonem /p/ dalam bahasa Indonesia, misalnya, dapat mempunyai dua macam lafal. Bila berada pada awal suku kata, fonem itu dilafalkan secara lepas. Pada kata /pola/, misalnya, fonem /p/ itu diucapkan secara lepas untuk kemudian

Page 3: Bunyi Bahasa Dan Tata Bunyi Eep

diikuti oleh fonem /o/. Bila berada pada akhir kata, fonem /p/ tidak diucapkan secara lepas; bibir kita masih tetap rapat tertutup waktu mengucapkan bunyi ini. Dengan demikian, fonem /p/ dalam bahasa Indonia mempunyai dua variasi.

Variasi suatu fonem yang tidak membedakan arti dinamakan alofon. Alofon dituliskan di antara dua kurung siku [...]. Kalau [p] yang lepas kita tandai dengan [p] saja, sedangkan [p] yang tak lepas kita tandai dengan [p>], maka kita dapat berkata bahwa dalam bahasa Indonesia fonem /p/ mempunyai dua alofon, yakni [p] dan [p>].

                        [i] [u]/i/ /u/

[I] [U]

[e] [o]/e/ /o/

[Ɛ] [O]

D. GRAFEMGrafem berbicara tentang huruf, sedangkan fonem berbicara tentang bunyi. Seringkali

represenasi tertulis kedua konsep ini sama. Misalnya untuk menyatakan benda yang dipakai untuk duduk yang bernama "kursi", kita menulis kata kursi yang terdiri dari grafem <k>, <u>, <r>, <s>, dan <i>, dan mengucapkannya pun /kursi/ - dari segi grafem ada alima satuan, dan dari segi fonem juga ada lima satuan. Akan tetapi, hubungan satu-lawan-satu seperti itu tidak selalu kita temukan. Kata "ladang" mempunyai enam grafem, yakni <l>, <a>, <d>, <a>, <n>, dan <g>. Dari segi bunyinya perkaatan yang sama itu hanya mempunyai lima fonem, yakni /l/, /a/, /d/, /a/, dan /ŋ/ karena grafem <n> dan <g> hanya mewakili satu fonem /ŋ/ saja.

Bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <g> dalam bahasa Indonesia jelas sangat berbeda. Sebaliknya, bunyi yang dinyatakan oleh grafem <p> dan <b> sangat berdekatan. Dengan perbedaan dan kemiripan seperti itu maka dalam percakapan telepon, perkataan "pula" dan "gula" tidak akan keliru ditangkap, sedangkan "pola" dan "bola" dapa dengan mudah membingungkan kita.

2.VOKAL DALAM BAHASA INDONESIADalam bahasa Indonesia ada enam vokal: /i/, /e/, /ǝ/, /a/, /u/, dan /o/. Meskipun bentuk

bibir mempengaruhi kualitas vokal, dalam bahasa Indonesia bentuk ini tidak memegang peranan penting. Bagan di bawah ini memperlihatkan ke enam vokal bahasa Indonesia berdasarkan parameter tinggi-rendah dan depan-belakang lidah pada waktu pembentukannya.

Pada bagan itu tampak bahwa bahasa Indonesia memiliki dua vokal tinggi, tiga vokal sedang, dan satu vokal rendah. Berdasarkan parameter depan-belakang lidah, dua vokal merupakan vokal depan, dua vokal merupakan vokal tengah, dan dua yang lain merupakan vokal belakang.

Depan Tengah Belakang

Page 4: Bunyi Bahasa Dan Tata Bunyi Eep

Tinggi i u

Sedang e ǝ oRendah a

3. CARA PENULISAN VOKAL BAHASA INDONESIAHubungan antara fonem dengan grafem atau huruf tidak selalu satu-lawan-satu.

Fonem /a/ dengan alofon tunggalnya diwakili oleh huruf < a > pula sehingga fonem /a/ selalu ditulis dengan huruf itu.

Contoh:/adik/ ditulis <adik>/pandu/ ditulis <pandu>/dia/ ditulis <dia>Sebaliknya, huruf < e > mewakili dua fonem, yakni /e/ dan /ǝ/, beserta alofonnya.

Perhatikan tulisan fonemis dan ortografis pada contoh yang berikut./bǝsar/ ditulis <besar>/kǝmas/ ditulis <kemas>/becek/ ditulis <becek>Huruf < i > dan < u > masing-masing dipakai untuk menuliskan fonem /i./ dan /u/

tanpa memperhitungkan alofon.Contoh:

/kita/ ditulis <kita>/adik/ ditulis <adik>/bantin/ ditulis <banting>Huruf < o > dipakai untuk menuliskan fonem /o/ dengan alofonnya.

Contoh:/roda/ ditulis <roda>/obat/ ditulis <obat>/poton/ ditulis <potong>Diftong /ay/, /aw/, dan /oy/ masing-masing ditulis dengan huruf <ai>, <ar> dan

<oi>. Karena deretan vokal /ai/, /au/, dan /oi/ juga dituliskan dengan huruf yang sama maka dalam tulisan diftong dan deretan itu tidak dapat dibedakan.

Contoh:/pantay/ ditulis <pantai>/gulay/ ditulis <gulai> (makanan dari daging)/gulai/ ditulis <gulai> (diberi gula)

4. KONSONAN DALAM BAHASA INDONESIASesuai dengan artikulasinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan

berdasarkan tiga faktor, yakni, (1) keadaan pita suara, (2) daerah artikulasi, (3) cara artikulasinya. Berdasarkan keadaan pita suara, konsonan dapat bersuara atau tak bersuara. Berdasarkan daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat bilabial, labiodental, alveolar, palatal, velar, atau glotal; dan berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dapat berupa hambat,

Page 5: Bunyi Bahasa Dan Tata Bunyi Eep

frikatif, nasal, getar, atau lateral. Di samping itu, ada lagi yang berwujud semivokal. Konsonan dalam bahasa Indonesia dapat disajikan dalam bentuk bagan berikut.

Daerah ArtikulasiCara Artikulasi

Bilabial Labio-dental

Dental/Alveolar

Palatal Velar Glotal

HambatTak BersuaraBersuara

pb

td

ej

kg

?

FrikatifTak BersuaraBersuara

f sz

s x h

NasalBersuara m n ň ŋ

GetarBersuara r

LateralBersuara l

SemivokalBersuara w y

Pada bagan diatas nampak bahwa dalam bahasa Indonesia ada dua puluh dua fonem konsonan. Cara memberi nama konsonan adalah dengan menyebut cara artikulasinya dulu, kemudian daerah artikulasinya, dan akhirnya keadaan pita suaranya. Fonem /p/, misalnya, adalah konsonan lambang bilabial yang tak bersuara, sedangkan /j/ adalah konsonan hambat palatal yang bersuara.