bumi flobamora, ntt, nkri · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah pulau weh di provinsi aceh...

23
BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI

Upload: others

Post on 28-Sep-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI

Page 2: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Tim Jelajah Pendidik Merah Putih Sekolah Nasima berdiri di tugu nol kilometer terselatan, Pulau Ndana, NTT

Jelajah Pendidik Merah Putih di Bumi Flobamora

Karakter nasionalis agamais adalah satu kesatuan karakter yang tidak boleh dipisahkan. Perpaduan keduanya menjadi karakter fundamental bagi generasi bangsa untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Radikalisme, sekularisme, separatisme atau gerakan menyimpang lainnya takkan mampu bertumbuh kembang bila setiap generasi bangsa Indonesia memiliki karakter cinta tanah air yang mendalam serta keberagamaan yang kuat. Penyemaian karakter nasionalis agamais yang paling efektif adalah melalui jalur pendidikan. Sekolah Nasima adalah lembaga pendidikan yang sejak berdiri pada tahun 1994 berkomitmen dan konsisten menyelenggarakan pendidikan berkualitas terintegrasi pendidikan karakter nasionalis agamais.

Pendidikan karakter nasionalis agamais bagi peserta didik di KB-TK-SD-SMP-SMA Nasima membutuhkan fasilitator utama, yaitu guru yang berkarakter dan berkualitas. Suatu system pembinaan SDM guru disusun yayasan untuk membentuk guru berkarakter nasionalis agamais sekaligus berkompeten untuk menyampaikannya kepada peserta didik. Salah satu upaya unik memperkuat program penguatan pendidikan karakter tersebut adalah mengirim para guru untuk mengunjungi ujung-ujung negeri. Empat titik terluar Indonesia dikunjungi secara bertahap oleh guru Sekolah Nasima yang terbagi dalam tim-tim jelajah. Titik terluar pertama yang dikunjungi adalah Pulau Ndana di ujung selatan gugusan Pulau Rote Provinsi Nusa Tenggara Timur. Lokasi penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan Merauke, Provinsi Papua di ujung timur NKRI.

Program jelajah tersebut dinamai Jelajah Pendidik Merah Putih Sekolah Nasima. Rute dan kegiatan jelajahnya menantang daya juang. Namun, itu semua tak seberat pengorbanan para pendiri bangsa saat berjuang mendirikan NKRI. Bukan sekedar jalan-jalan. Misi idealis diusung tim jelajah pendidik. “Nasima punya prinsip, sebelum berkeliling dunia, kita harus mengunjungi setiap wilayah NKRI sebagai wujud nyata kecintaan kita pada tanah air. Selain mengibarkan bendera dan bernyanyi Indonesia Raya jangan lupa berdoa pada Allah untuk keutuhan dan kejayaan NKRI.

Page 3: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Kunjungi dan ziarahi para ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam di sana. Kembangkan juga sikap persahabatan dan toleransi atas segala keberagaman yang ditemui. Semoga kegiatan ini mampu memunculkan sikap handarbeni terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,” pesan

KH Hanief Ismail Lc, Ketua Pembina YPI Nasima saat melepas tim jelajah Nasima (26/4/2018).

Pelepasan tim JPMP I oleh Ketua Pembina dan Ketua Pengawas YPI Nasima

Jelajah Pendidik Merah Putih Sekolah Nasima pertama ke NTT dilaksanakan selama

sembilan hari, 26 April - 4 Mei 2018. Tim terdiri dari delapan orang, yaitu Ilyas Johari S.Pd MM, Supramono M.Pd, Dr Dwi Sukaningtyas M.Pd, Dwi Astuti S.Pd MM, M Ramdhan SS, TY Raharja S.Pd, Lulu Arifatun S.Pd, dan Sulastri A.Md. Mereka berasal dari unsur pengurus yayasan, manajer, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan. Tim mengusung misi “memeluk Indonesia, menggelorakan nasionalisme agama”. Kegiatan utamanya adalah menjejak titik-titik terluar di pantai Ndana serta dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN) RI-Timor Leste di Pulau Timor, yaitu PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka dan PLBN Motaain di Kabupaten Belu. Di setiap lokasi tersebut tim melakukan kegiatan penguatan nasionalisme agama. Di titik nol kilometer NKRI, tim melaksanakan rangkaian kegiatan menapak tanah dan air ujung negeri, orasi patriotik, menyanyi lagu kebangsaan Indonesia Raya tiga stanza, berdoa, dan yel-yel “NKRI Harga Mati”. Saat kegiatan dilaksanakan semua anggota tim jelajah menitikkan air mata haru dan bangga yang bercampur aduk. Selain refleksi di titik-titik terluar NKRI tim juga melakukan ziarah, eksplorasi ragam sosial budaya, objek sejarah, dan alam NTT, serta silaturahim dengan pemerintah setempat maupun masyarakat adat yang ditemui.

Jelajah ala backpacker

Tim JPMP I berangkat dari Sekolah Merah Putih IV Nasima Gandanegara (SMA Nasima) Jalan Yos Sudarso 17 selepas Magrib, Kamis 26/4/2018. Di lobby ruang Nusantara tim dilepas oleh KH Hanief Ismail Lc, Ketua Pembina YPI Nasima dan Drs H Ragil Wiratno MH, Ketua Pengawas YPI Nasima. Pesan-pesan penyemangat dan doa menjadi bekal berharga dalam melaksanakan penjelajahan.

Page 4: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Kereta api Jayabaya menjadi moda perjalanan Semarang-Surabaya dari Stasiun Semarang Poncol. Tas-tas perbekalan maupun barang-barang untuk sumbangan dibawa secara bergotong royong ditata berjejalan di kereta. Pukul 20.00 WIB KA Jayabaya berangkat membawa tim. Dalam kesederhanaan kereta ekonomi, tim menikmati dengan canda dan cerita untuk mendasari kekompakan.

Jumat, 27 April 2018 pukul 00.30 WIB tim tiba di Stasiun Surabaya Pasarturi. Menggunakan armada koperasi PT KAI tim menuju Bandara Juanda. Suasananya sepi karena memang belum ada operasional penerbangan. Tim menunggu dengan ibadah malam dan tiduran di kursi tunggu. Penerbangan Juanda Surabaya-El Tari Kupang transit di I Gusti Ngurah Rai Denpasar ditempuh pukul 06.30 WIB-10.00 WITA.

Ceria dalam lima jam perjalanan kereta ekonomi Semarang-Surabaya

Makanan, minuman, serta bangunan khas NTT di rumah makan dan galeri seni Dapur Nakamese menjadi bahan bakar pertama untuk penjelajahan di Pulau Timor. Hari pertama di NTT dilalui dengan perjalanan darat delapan jam dengan rute Kota Kupang menuju Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motamasin di Kabupaten Melaka. Dua minibus rental yang dikemudikan Sammy dan Nikson, warga Kupang membawa tim menyusuri jalur tengah dan selatan Pulau Timor. Jalur tengah Kupang-Soe tampak mulus dengan jalanan beraspal. Tim terpesona dengan deretan bangunan khas, aktivitas penduduk, dan riuhnya bemo, angkutan umum khas yang didesain meriah serta dilengkapi perangkat suara musik yang menggelegar sepanjang perjalanan. Pohon-pohon lontar yang menjulang dan padang savana yang membentang di antara pemukiman yang berjarak-jarak cukup jauh tampak dominan sebagai ikon botani Timor. Beberapa kali kendaraan berhenti untuk membiarkan babi peliharaan warga menyeberang jalan. Selepas kota Soe, perjalanan menapak jalur selatan yang dibangun dengan beton. Saat penat perjalanan darat mulai terasa, pada tengah hari tim bertemu dengan panorama yang menakjubkan. Tim pun memutuskan untuk beristirahat sejenak. Pantai Kolbano namanya. Pantai Samudera Hindia di selatan Timor, tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan tersebut tampak

Page 5: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

sangat bersih. Air gelombang yang jernih terus menyapa pantai yang terbentuk oleh kerakal putih. Ikon bukit karang menyerupai kepala manusia menarik untuk dijadikan latar foto. Anak-anak setempat tampak tertarik dengan kami dan langsung akrab berinteraksi. Tim pun mengajak berbagi cerita lalu bernyanyi bersama lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” sambil memegang bendera Merah Putih dan bendera JPMP.

Menyanyi “Satu Nusa Satu Bangsa” bersama anak-anak Timor di Pantai Kolbano

Sekitar empat puluh lima menit tim beristirahat di Pantai Kolbano. Air putih menjadi pelepas dahaga. Tak ada warung makan atau fasilitas apapun di pantai yang masih perawan tersebut. Perjalanan berlanjut pada rute yang mulai naik turun bukit. Jalan beton mulai berlobang sana sini di antara tebing-tebing yang dikepras. Pemandangan kerontang menampakkan wajah asli Timor. Beberapa jembatan dilintasi dan semua sungainya kering. Hanya bebatuan kapur yang ada di dasar sungai. Rumah-rumah sangat sederhana beratap rumbia atau daun lontar menjadi pemandangan sepanjang perjalanan jalur selatan. Selepas asar jalanan beton menghilang berganti jalur batuan bercampur tanah kapur. Bahkan, kendaraan tim harus melahap sungai yang mengering karena jembatannya ambrol tersapu bandang saat hujan. Perjalanan di rute yang rusak sangat melelahkan fisik tim JPMP yang belum terisi nutrisi makan siang. Pengalaman berharga. Sepanjang perjalanan tak banyak perkampungan yang ditemui sehingga tak ada warung makan halal atau sekedar kedai untuk membeli air minum. Pada satu titik tim beristirahat sejenak di salah satu rumah penduduk. Keluarga mama Yohana menyambut ramah di “ruang utama” rumah kayu tanpa dinding dan beratap daun lontar yang baru beberapa minggu dibuat suaminya. Hanya ada dua balai bambu kecil dan tiga kursi plastic di dalamnya. Dengan penguasaan bahasa Indonesia yang sangat minim mereka mencoba bercerita kondisi masyarakat Timor yang masih banyak hidup dalam keterbatasan. Rasa kekeluargaan terbangun dalam sekejab. Ketika tim berpamitan untuk melanjutkan perjalanan mereka memeluk satu-persatu tim sambil berurai air mata. Tiga puluh menit yang sangat berarti bagi mereka. Tak pernah dibayangkan kami bisa bertemu lalu berbagi cerita. Bendera Merah Putih, pin Nasima, bloknote, dan sedikit uang tim serahkan sebagai tanda persahabatan.

Page 6: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Perjalanan darat Kupang-Melaka, sebagian mulus sebagian rusak parah

Silaturahim dengan satu keluarga suku Timor saat rehat perjalanan darat Kolbano-Melaka.

Page 7: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Silaturahim dengan Pemprov NTT untuk sampaikan hasil observasi kondisi infrastruktur, sosial, dan pendidikan.

Merah Putih dan Indonesia Raya di perbatasan

Magrib tiba dan tim JPMP pun sampai di PLBN Motamasin. Kantor sudah tutup. Koordinator tim pun segera menemui penjaga dan minta dihubungkan dengan petugas yang masih ada. Ada dua petugas yang menginap di situ. Mereka berdua masih sangat muda. Rizal (28 th) petugas PLBN alumnus IPDN menerima kami dengan sangat ramah dan terbuka. Tim disilakan untuk mengeksplorasi PLBN meski suasana sudah gelap. Diantar penjaga tim menuju jembatan yang sebagian pagarnya dicat merah putih dan sebagian lagi dicat warna merah kuning hitam. Tepat di pertemuan keduanya, di titik nol kilometer Indonesia-Timor Leste tim JPMP melakukan ritual. Dalam kegelapan diterangi lampu telepon genggam, sambil membentangkan Merah Putih dan bendera JPMP tim menyampaikan kalimat orasi nasionalis agamais, menyanyi lagu “Bagimu Negeri”, dan doa. Semua terbata-bata diiringi lelehan air mata.

Page 8: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Tim JPMP mengumandangkan lagu Bagimu Negeri dan doa di nol kilometer PLBN Motamasin.

Setelah kegiatan penguatan nasionalisme-agama, tim menemui petugas PLBN untuk pamitan dan menyerahkan cinderamata berupa bendera Merah Putih, mushaf Alquran, sajadah, buku Jas Merah Sang Guru, serta majalah Merah Putih untuk digunakan di musala dan perpustakaan. Sekitar pukul 20.00 WITA tim JPMP keluar dari PLBN Motamasin dengan segala rasa yang campur aduk. Tim menuju Kota Atambua. Sekitar dua jam dari Melaka. Lelah dan lapar baru terobati sekitar pukul 22.30 WITA. Keberuntungan masih memayungi dengan adanya warung Surabaya yang masih buka dan tersedia menu aneka penyetan. Serasa di Jawa, tapi tak mengapa. Guest house di Atambua akhirnya bisa menjadi pelepas penat untuk sementara, karena pukul 05.00 WITA tim harus sudah siap menuju PLBN Motaain dan pukul 09.00 WITA harus sudah sampai Bandara AA Bere Tallo. Tidak boleh terlambat karena itu satu-satunya penerbangan pagi dari Atambua ke Kupang.

Page 9: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Lagu Indonesia Raya 3 stanza dan doa di tugu nol kilometer PLBN Motaain.

Sabtu, 28 April 2018, pukul 06.30 WITA tim sampai di PLBN Motaain. Masih sepi. Tim menuju barak TNI yang menjaga PLBN. Koordinator menyampaikan maksud kedatangan ke komandan pasukan. Mereka menyambut baik kedatangan tim JPMP. Tim disilakan mengeksplorasi PLBN dan wilayah perbatasan, bahkan sampai bisa masuk ke wilayah Timor Leste dan menyentuh pos jaga perbatasan Timor Leste. Karena pintu portal masih dikunci dan kunci masih dibawa pegawai PLBN yang belum datang maka dengan terpaksa tim yang notabene para guru dibolehkan melompat pagar portal setinggi satu meteran. Tepat di tengah jembatan penghubung Indonesia-Timor Leste, di titik nol kilometer tim JPMP membentuk barisan. Supramono M.Pd, koordinator kegiatan berorasi tentang sejarah penjajahan Portugis di tanah Timor, bergabungnya Provinsi Timor Timur dalam NKRI pada tahun 1976, intrik politik dunia sampai lepasnya Timor Timur menjadi negara merdeka bernama Timor Leste pada 19 Oktober 1999. Tim mengikrarkan setia NKRI lalu menyanyikan lagu “Indonesia Raya” tiga stanza secara khidmat. Doa dipanjatkan oleh TY Raharja diamini anggota tim dan pemandu. Setelah itu tim masuk ke ruang operasional lintas batas. Ilyas Johari S.Pd MM, pimpinan rombongan JPMP menyerahkan seperangkat cinderamata Merah Putih kepada pimpinan PLBN Motaain, Albert Paulus. Setelah sedikit berbincang dan mengisi buku tamu, tim JPMP bergegas menuju bandara Atambua. “Terima kasih atas kunjungan ke PLBN Motaain, kenang-kenangan musaf Alquran, sajadah, buku, bendera, dan sebagainya. Kalau berkunjung lagi mohon bisa bersurat resmi agar kami bisa lebih banyak memfasilitasi eksplorasi saudara-saudara guru dari Sekolah Nasima Semarang,” kata Albert Paulus yang dilisankan maupun dituliskannya pada blocknote tim.

Meski mengebut, tim nyaris tertinggal pesawat. Pesawat ATR (Aerei da Trasporto Regionale atau Avions de Transport Régional) yang melayani penerbangan antarpulau di NTT itu hanya sekitar dua puluh menit mendarat. Penumpang dan barang turun dan naik dalam durasi waktu tersebut. Dari area parkir tim segera berlari untuk boarding dan masuk pesawat.

Page 10: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Berlarian mengejar pesawat ATR setiap berpindah pulau di NTT menjadi sisi lain penjelajahan

Pukul 10.30 WITA tim JPMP kembali mendarat di Kupang. Sekitar dua jam tim mencari penginapan, menitip barang, dilanjutkan makan siang dan salat jamak Zuhur-Asar. Setelah itu, pukul 13.00 WITA di bawah terik matahari tim JPMP mengunjungi bendungan Raknamo. Jaraknya sekitar 25 kilometer dari Kupang Bendungan tersebut baru diresmikan Presiden RI pada Maret 2017. Lembah yang luas sebagai bagian utama bendungan belum terisi air secara optimal sehingga belum bisa digunakan untuk keperluan irigasi, listrik, dan sebagainya. Butuh waktu beberapa tahun lagi untuk menyaksikan bendungan Raknamo berlimpah air. Kelak bila sudah penuh, maka sepertiga wilayah Timor akan berkecukupan air untuk minum, bercocok tanam, dan menambah energi listrik. Beranjak Asar tim balik menuju Kupang. Mampir sejenak di Rumah Sasando di Desa Oebelo, tempat tinggal keluarga besar Pah, keluarga pelestari seni musik sasando. Diiringi dentingan merdu sasando yang dimainkan oleh Jeteron Pah, putra bungsu Berto Pah, tim JPMP menyanyikan lagu “Indonesia Pusaka”. Tim juga mengeksplorasi proses pembuatan sasando dan tenun khas Timor. Jelang senja berakhir tim memacu armada menuju pantai Lasiana Kupang untuk menyaksikan keindahan sunset. Tepat waktu, sambil melafalkan kalimat Subhanallah tim bisa

menyaksikan mentari perlahan masuk ke cakrawala pantai Lasiana di antara julang pohon-pohon lontar. Indah sekali. Beberapa foto siluet menjadi oleh-oleh tim. Hidangan pisang gepe bercurah gula merah dan taburan kacang tumbuh serta kopi Timor menyempurnakan senja indah di pantai Lasiana. Setelah Isyak di penginapan tim diajak Sammy dan Nikson, driver sekaligus pemandu mengajak tim JPMP menuju pasar Alor. Sebuah tempat dekat pendaratan sekaligus penjualan hasil laut tangkapan kapal-kapal nelayan Pulau Alor. Lampu-lampu pasar Alor memperjelas penampakan aneka jenis hasil laut segar. Apa saja ada dan besar-besar. Kerapu, kakap, tongkol, tuna, cumi, kerang, lobster, udang, dan sebagainya. Satu hal yang unik, ikan-ikan besar tersebut hasil tangkapan nelayan Alor, tetapi yang melayani jasa masak adalah para perantau dari Jawa Timur, seperti Lamongan dan Banyuwangi. Sebuah wujud Bhinneka Tunggal Ika. Tim pun semakin bersemangat dan lahap untuk menyantap ikan kakap, kerapu, cumi, dan kerang yang kami pesan.

Page 11: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Menyanyi “Indonesia Pusaka” diiringi denting sasando Jeteron Pah di Rumah Sasando, Desa Oebelo.

Ahad, 29 April 2018 pukul 05.00 WITA tim JPMP sudah bersiap menuju bandara El Tari Kupang. Perlengkapan dititipkan di penginapan. Tim hanya membawa perbekalan ringkas dan paket-paket sumbangan yang direncanakan. Sarapan berupa nasi goreng dalam kemasan dilahap cepat di ruang tunggu bandara. Tepat pukul 06.30 WITA pesawat ATR yang sama dengan hari sebelumnya mengantar tim menuju bandara DC Saudale Pulau Rote. Penerbangan hanya setengah jam. Ronny dan Mella, dua remaja Rote menjemput tim JPMP di parkir bandara. Mereka yang akan mengantar sekaligus memandu tim dalam penjelajahan di Pulau Rote. Penjelajahan diawali dengan berfoto di depan Kantor Bupati Rote Ndao. Dua mobil minibus yang tim gunakan diisi bahan bakar di penjual premium eceran. Di Pulau Rote hanya ada satu SPBU dan satu SPBU mini. SPBU hanya buka sekitar dua jam karena segera habis begitu diisi stok oleh Pertamina. Untuk selanjutnya para pedagang BBM eceran yang akan menjangkau wilayah-wilayah seantero Rote. Itulah keunikan lain yang tim temui di Rote. Kota Baa menjadi pemberhentian sementara. Tim membeli oleh-oleh makanan kecil di sebuah toko kelontong yang cukup besar untuk anak-anak kampung nelayan Papela yang akan dikunjungi. Ternyata pemilik toko tersebut adalah warga asal Semarang, Jawa Tengah. Dialog pun menjadi lancar untuk mengorek keragaman sekaligus kerukunan yang terbangun di Kota Baa maupun Rote pada umumnya. Suku Bugis, Jawa, Madura, Banjar, dan penduduk asli hidup rukun berdampingan. Dari dialog itu tim memperoleh informasi tentang adanya masjid tertua di Pulau Rote dan makam ulama perintis penyebaran agama Islam di Pulau Rote. Sesuai nasehat KH Hanief Ismail Lc, Ketua Pembina YPI Nasima tim diminta mencari dan menziarahi makam ulama yang berjasa dalam persebaran Islam Rahmatan lil „Alaamin di Bumi Flobamora.

Page 12: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Masjid Annur di Kota Baa, masjid pertama di Pulau Rote berdiri sejak abad ke-17

Ziarah di makam Sultan Hasan dan Sultan Nurdin, ulama Sumatera yang menyebarkan Islam di Rote.

Page 13: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Setelah berziarah tim menuju Pantai Mulut Seribu. Sekitar dua setengah jam dari Baa. Pantainya berada di teluk yang menjorok cukup jauh dari Samudera Hindia. Suasananya sangat tenang dan alami. Tak ada debur ombak sama sekali. Airnya jernih bak kaca berwarna biru toska. Ikan-ikan pantai tampak jelas berenang berkejaran. Hanya ada beberapa perahu nelayan yang ditambatkan. Pantai teluk tersebut dikelilingi tebing-tebing kapur yang bagian bawahnya memiliki ceruk sepanjang pantai, sehingga menyerupai mulut-mulut bergerigi yang menggigit tepian laut. Inilah asal muasal nama Pantai Mulut Seribu. Sebuah papan peringatan terpasang di dermaga beton tempat bersandar beberapa perahu. Isinya tentang ajakan untuk waspada karena pantai tersebut kadang disambangi buaya muara.

Pantai Mulut Seribu menjadi titik start tim JPMP menuju kampung nelayan Papela. Sebenarnya ada jalur darat menuju ke sana, tetapi jalur laut merupakan jalan pintas. Dua mobil tim parkir di dermaga Mulut Seribu. Tim hanya membawa paket-paket sumbangan dan oleh-oleh panganan kecil. Satu perahu bermotor dengan seorang nahkoda membawa sepuluh rombongan tim JPMP, terdiri dari delapan orang guru dan dua orang pemandu. Perjalanan laut yang menantang adrenalin. Awalnya tim asyik berfoto ria ketika melintasi teluk Mulut Seribu yang tenang dan berpanorama indah. Namun ketika mulai melintas Samudera Hindia suasana menjadi menegangkan. Nahkoda berkonsentrasi penuh untuk mengarahkan perahu sesuai arah gelombang yang bergulung silih berganti setinggi sekitar satu setengah sampai dua meter. Sekitar empat puluh lima menit waktu yang ditempuh untuk menuju kampung nelayan Papela.

Begitu mendarat tim disambut oleh suasana baru yang mengesankan. Kampung nelayan

yang tak terlalu luas tetapi padat dengan ratusan rumah semi permanen, bahkan terkesan ala kadarnya dan kumuh. Anak-anak berkulit legam berambut kemerahan asyik berlarian dan sebagian lain berlompatan serta berenang di sela-sela perahu nelayan. Ibu-ibu mereka sibuk berjual beli ikan hasil tangkapan semalam. Para lelaki sebagian besar beristirahat setelah semalaman melaut. Masyarakat Papela sebenarnya adalah para pelaut dari Bugis (Sulawesi Selatan) dan Pulau Alor.

Page 14: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Papela merupakan tempat beristirahat sementara, maka dibangunlah rumah-rumah semi permanen untuk sekedar melepas lelah setelah menempuh pelayaran yang jauh sekaligus menjual hasil laut tangkapannya. Tetapi karena selalu ada penghuninya maka beberapa fasilitas dibangun, seperti dua masjid, dermaga, dan sebagainya. Anak-anak mereka juga bersekolah di SD negeri dan MTs swasta yang dekat dengan kampong Papela. Hanya saja mereka terkadang tak hadir sekolah sekitar 1-3 bulan karena pulang kampung ke Sulawesi atau Alor.

Di kampung nelayan Papela tim JPMP melaksanakan kegiatan permainan edukatif bersama anak-anak nelayan. Aneka jajanan, buku, dan pin menjadi hadiahnya. Setelah itu salat zuhur berjamaah di Masjid Mujahidin Papela bersama warga. Sepaket sumbangan berupa seperangkat pakaian ibadah untuk imam dan muazin, musaf Alquran, sajadah, dan infak tim serahkan pada imam mewakili jamaah. Kemudian tim berjalan menuju SD Negeri Papela, satu kilometer dari kampung Papela. Lapar ditahan karena tak ada warung makan.

Karena hari Ahad SD terkunci sepi. Akhirnya tim diberitahu penduduk untuk ke rumah kepala sekolah yang berada tak jauh dari sekolah. Tim disambut hangat oleh Istini S.Pd, Kepala SD Papela dan suaminya. Istini berasal dari Blitar Jawa Timur. Suaminya warga asli Rote. Tim menyerahkan satu tas berisi bendera, buku Jas Merah Sang Guru, musaf Alquran, dan sajadah untuk musala sekolah. “Saya benar-benar tak mengira. Saya sangat terharu dan bersyukur. Hari ini saya kedatangan tamu-tamu istimewa dari Sekolah Nasima yang berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Ternyata masih ada lembaga pendidikan beserta para gurunya yang memiliki idealism dan semangat untuk menyebarkan karakter nasionalis agamais tanpa batas,” kata Istini, guru sekaligus kepala SD Papela di daerah ujung selatan Pulau Rote. Baginya, kunjungan Tim Jelajah Pendidik Merah Putih Sekolah Nasima ini menjadi inspirasi sekaligus motivasi tambahan untuk lebih bersemangat mendidik anak bangsa di daerah-daerah terdepan NKRI.

Pukul 15.00 tim JPMP meninggalkan Papela menuju Baa dengan segala kesan campur aduk. Savana, rumah-rumah penduduk, ternak sapi dan babi yang berkeliaran menjadi pemandangan sepanjang perjalanan. Dalam diskusi perjalanan, sebelum mencari penginapan tim JPMP akan menikmati surya tenggelam di pantai Tiang Bendera atau pantai Tarmanu. Perjalanan lancar sehingga pilihan jatuh ke pantai Tarmanu. Kondisi sedang surut. Tim bersama warga pengunjung bisa menuju tebing-tebing karang yang berjarak sekitar setengah kilometer dari area parkir. Pengunjung harus bergegas karena setelah gelap laut akan kembali pasang dan menutup jalur pulang menuju area parkir. Kesempatan empat puluh menitan yang sangat berkesan. Berfoto dengan aneka gaya di atas karang-karang yang menjulang ditutup dengan menikmati matahari yang perlahan bersembunyi di ufuk barat. Begitu gelap tim dan pengunjung yang lain setengah berlari meninggalkan tebing menuju area parkir. Beberapa saat kemudian tebing-tebing tempat berfoto tadi telah dikelilingi air laut. Makan malam ikan bakar di alun-alun Baa menjadi pelampiasan lapar seharian dan penutup kegiatan hari itu.Tim JPMP cukup lumayan beristirahat di rumah penduduk Baa. Menapak pulau terdepan

Senin, 30 April 2018 pukul 06.30 WITA tim JPMP pamitan dan berangkat menuju pantai Oeseli. Perjalanan sekitar dua jam. Tim mampir di sebuah toko kelontong membeli oleh-oleh makanan, bahan makanan instan, kopi, teh, dan sebagainya untuk menambahi paket cindera mata Nasima bagi pasukan yang berjaga di Ndana. Setiba di Oeseli, melalui mediasi warga setempat tim mengontak pasukan TNI yang menjaga Pulau Ndana. Berdasarkan koordinat lintang dan bujurnya pada peta Pulau Ndana adalah pulau paling selatan wilayah NKRI. Tim sampaikan maksud penjelajahan tim JPMP. Atas pemberian izin via telepon tersebut tim bergerak menuju Ndana. Dibutuhkan dua jam bolak balik, maka perlu satu jaman juga untuk mengeksplorasi Ndana. Kegiatan harus efisien efektif mengingat jam 15.00 tim harus sudah sampai di bandara Rote untuk naik pesawat ATR kembali ke Kupang.

Adrenalin kembali dipacu dalam perjalanan menuju Ndana. Hanya ada dua pelampung yang tersedia. Perahu selebar dua meter sepanjang sembilan meter dengan satu mesin harus ditumpangi delapan anggota tim JPMP, dua pemandu, serta nahkoda dan asistennya. Awalnya laut berombak tenang ketika melintas teluk Oeseli. Goncangan gelombang mulai terasa ketika perahu mulai masuk Samudera Hindia. Perahu harus melaju sentrifugal atau meliuk ke kiri untuk mengiris gelombang menuju pantai sisi selatan Pulau Ndana. Semua menjadi tegang dan mencoba

Page 15: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

menenangkan diri dengan zikir dan doa. Tim benar-benar mengalami posisi berada di laut lepas hampir keluar dari wilayah terselatan NKRI ketika Pulau Ndana jauh ada di sebelah kiri perahu. Pada satu titik yang tepat perahu melaju menuju titik pendaratan menuju pantai berpasir putih. Satu-satunya sisi selatan yang landai berpasir putih. Selain sisi itu adalah tebing karang.

Begitu mendarat semua anggota tim melompat ke pantai sambil bertakbir. Ketegangan sementara berakhir. Setelah itu semua anggota tim mencium pasir, kemudian berdoa syukur. Berjalan setengah kilometer tim JPMP silaturahim ke pos jaga. Sambutannya ramah. Kepada Kapten (Marinir) Lukman Susanto, komandan pasukan, tim JPMP menyampaikan maksud kedatangan. Cinderamata dan oleh-oleh disampaikan. Tim diantar berkeliling pulau menggunakan kendaraan motor beroda tiga. Foto-foto di depan tugu nol kilometer dan patung Jenderal Soedirman menjadi dokumentasi utama. Sebelum naik perahu untuk kembali ke Oeseli, tim berbaris di pantai untuk menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” 3 stanza dan berdoa untuk keutuhan, keselamatan, serta kejayaan NKRI. “Terima kasih kunjungan dan oleh-olehnya. Terutama spirit nasionalis religious yang senada dengan kita dalam menjaga keutuhan NKRI. Kami titip pesen untuk murid-murid bapak ibu ya. Kepada generasi muda, mari cintai tanah air karena nasib masa depan Indonesia di tangan kalian, wahai generasi muda,” kata Kapten Lukman.

Tim JPMP bersimpuh pada Allah, Maha Pencipta Ibu Pertiwi seraya berdoa di pantai Pulau Ndana

Inspirasi Bung Karno dan eksotika Labuan Bajo

Selasa, 1 Mei 2018 agenda penjelajahan beralih ke Kepulauan Flores. Salah satu anggota

tim JPMP, Supramono M.Pd tak ikut pada penjelajahan Flores. Dia pulang dulu ke Semarang karena mendapat tugas negara yaitu mengikuti Olimpiade Guru Nasional (OGN) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Mataram, NTB pada tanggal 2-8 Mei 2018.

Tim JPMP bertujuh orang mendarat di Bandara H Hasan Aroeboesman Kota Ende pukul 07.05 WITA. Pengemudi sekaligus pemandu, Hafidz dan Samsul sudah siap di bandara. Tim langsung bergerak menuju rumah pengasingan Ir Soekarno atau Bung Karno di tengah Kota Ende. Tim mendapat sambutan ramah dan bisa leluasa mengapresiasi artefak-artefak yang dulu

Page 16: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

digunakan Bung Karno beserta istrinya, Inggit Ganarsih saat diasingkan oleh penjajah Belanda di rumah tersebut. Tak jauh dari rumah tim juga mengamati, merenung, dan menyerap inspirasi dari Bung Karno. Meski diasingkan, Bung Karno tetap berpikir untuk kemerdekaan dan kejayaan Indonesia. Salah satu poin terpenting adalah ditemukan lima butir mutiara dan rumusan nilai-nilai inti bangsa yang pada akhirnya nanti kita kenal dengan nama Pancasila. Laku batin Bung Karno tersebut divisualisasikan dalam wujud patung dia saat duduk merenung di bawah pohon sukun menghadap ke arah kolam serta kehijauan taman. Tim bersama beberapa pelajar yang juga melakukan kunjungan melaksanakan ikrar Pancasila dan menyanyi “Garuda Pancasila” di depan patung Bung Karno. Seperti sudah menjadi SOP (standar operating process) tim berpose di depan situs, bersilaturahim dengan pengelola sekaligus menyerahkan sepaket cinderamata Merah Putih.

Berikrar Pancasila di tempat perenungan Bung Karno saat menemukan rumusan dasar negara.

Kegiatan siang harinya, 10.30-15.00 WITA adalah menjelajah Taman Nasional Kalimutu

dengan ikon utama danau vulkanik beberapa warna di puncak Gunung Kelimutu. Rute menanjak dan menantang tak menyurutkan tim untuk mencapai puncaknya. Eksplorasi bentang alam, geologi, flora, fauna, serta budaya di Kelimutu dilakukan sebagai salah satu upaya menambah khasanah materi ajar untuk disampaikan ke peserta didik sepulang ke Sekolah Nasima.

Page 17: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Memperingati Hardiknas dengan menyerahkan paket cinderamata Merah Putih pada guru dan murid MIN Ende

Rabu, 2 Mei 2018, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional tim JPMP bergegas menuju lembaga pendidikan yang terdekat dengan bandara. Di tepi jalur ke bandara terdapat Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Ende. Tim mengunjunginya pada pukul 06.30 WITA. Tim mengucapkan selamat Hardiknas dan bersilaturahim sejenak sambil menyerahkan cinderamata Merah Putih. Setelah itu tim bergegas menuju Bandara H Hasan Aroeboesman untuk terbang menuju Bandara Komodo Labuan Bajo.

Pukul 08.05 WITA tiba di Bandara Komodo dan mulailah penjelajahan kawasan Flores bagian barat, tepatnya di Kabupaten Manggarai Barat. Tim menyewa sebuah kapal pinisi bernama King Cirox selama dua hari dua malam. Ihsan, kapten kapal King Cirox dan Donna Fisya, pemandu menjadi narasumber Eksotika mahakarya Allah Sang Maha Pencipta berupa panorama Labuan Bajo cukup tuntas diapresiasi tim. Pulau Kanawa, Gili Lawa, Pari Manta Point, Pantai Pink, pulau pasir Taka Makasar, dan Pulau Padar. Interaksi dengan komodo, sang reptil purba menjadi sensasi tersendiri. Para ranger selalu waspada memantau setiap pergerakan hewan dengan gigitan paling

mematikan tersebut. Air liur dengan milyaran bakteri menjadi senjata utamanya. Meski begitu, dalam keadaan kenyang sang komodo lebih kalem sehingga anggota tim JPMP bisa mendekat untuk aksi merayap atau sekedar berfoto di belakangnya. Tentunya dengan pengawasan ketat dari para ranger bersenjata kayu galah bercabang di ujungnya.

Sebagaimana biasa, di jeda perjalanan tim JPMP mengunjungi lembaga pendidikan dan warga setempat untuk menggelorakan semangat nasionalis agamais kepada sesame anak bangsa. Tim mengunjungi SDN Pulau Komodo dan Kantor Kepala Desa Komodo. Di SDN Pulau Komodo tim bersilaturahim dengan kepala sekolah dan para guru, serta beberapa peserta didik yang tinggal di sekitar sekolah. Di kantor kepala desa, tim ditemui Ismail, Kepala Desa Komodo. Sepaket cinderamata berisi bendera Merah Putih, musaf Alquran, sajadah, buku Jas Merah Sang Guru, dan majalah Merah Putih menjadi perekat persaudaraan. “Kami masyarakat Desa Komodo mendoakan semoga Sekolah Nasima akan jaya di seluruh dunia dan akan menciptakan generasi yang berakhlak mulia serta berguna bagi nusa bangsa dan negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Ismail, Kepala Desa Komodo.

Page 18: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Tim liputan;

Supramono, M.Pd (koordinator)

Dwi Astuti, S.Pd, M.M

Ilyas Johari, S.Pd, M.M

Dr Dwi Sukaningtyas, M.Pd

TY Raharja, S.Pd

Lulu’ Arifatun, S.Pd

Sulastri, A.Md

M. Ramdhan, SS

Bendera Merah Putih, peralatan salat, dan buku Jas Merah Sang Guru diserahkan ke petugas PLBN Motaain.

Page 19: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Bendungan Raknamo, harapan yang jadi kenyataan untuk rakyat Timor yang kekurangan air.

Page 20: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno di Ende.

Page 21: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Mensyukuri mahakarya Tuhan berupa danau kawah Kelimutu di Pulau Flores.

Page 22: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Berdampingan dengan komodo, naga purba asli Indonesia yang mendunia.

Page 23: BUMI FLOBAMORA, NTT, NKRI · penjelajahan kedua dan seterusnya adalah Pulau Weh di Provinsi Aceh sebagai ujung barat, Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara di ujung utara, dan

Silaturahim dan berbagi di SD Pulau Komodo.Tim diterima kepala sekolah dan beberapa guru.

Pose merdeka di titik terindah Pulau Padar berlatar lanskap Labuan Bajo.