buletin informasi kesehatan hewan vol. 15 no. 86 …  · web view · 2016-09-05hasil monitoring...

44
Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 14 No. 85 2012 INVESTIGASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) DI KOTA SAWAHLUNTO PROPINSI SUMATERA BARAT Lilian Devanita, Yulfitria, Desmira, Azfirman ABSTRAK Sehubungan dengan adanya pengembangan peternakan sapi perah di kota Sawahlunto, Sumatera Barat, maka di tahun 2008 dan 2011, Pemda Sawahlunto melakukan pengadaan sapi perah dengan anggaran dana APBD dan APBN. Untuk pengadaan sapi perah akhir Desember 2011, sapi Fries Holland (FH) didatangkan dari Lembang, Jawa Barat sebanyak 16 ekor sapi betina dalam keadaan bunting. Hingga akhir Februari 2012 diketahui 3 ekor sapi tersebut mati, 6 ekor sapi lainnya mengalami abortus dan dipotong paksa. Hasil wawancara dengan petugas kandang diperoleh informasi bahwa sapi yang didatangkan pada tahap pertama (2008) dan tahap kedua (2011) dikandangkan bersamaan dengan beberapa ekor sapi jenis Peranakan Ongol (PO). Pada tanggal 1 Maret 2012 tim BPPV regional II melakukan investigasi penyakit pada sapi FH dan beberapa ekor sapi PO disekitar lokasi kejadian . Sebanyak 19 ekor sapi yang akan diperiksakan sampelnya hampir tidak menunjukkan gejala klinis, namun sebagian besar terlihat kaheksia. Hasil pemeriksaan serologis dengan metoda ELISA Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) menunjukkan adanya kandungan antibodi seropositif BHV-1 (Bovine Herpesvirus-1) dalam serum darah sapi, sedangkan pemeriksaan lainnya terhadap sampel plasma darah dan nasal swab dengan metoda PCR teridentifikasi adanya agen virus BHV-1. Dari hasil pemeriksaan laboratorium ini didiagnosa 3 ekor sapi terdeteksi IBR positif dan 3 ekor sapi lainnya mengandung IBR seropositif. Hasil pemeriksaan ini menjawab investigasi yang dilakukan dan dapat menjelaskan bahwa kasus kematian, abortus dan gejala penyakit ternak sapi di lokasi kejadian disebabkan oleh IBR akibat infeksi BHV-1. Kata kunci : Investigasi penyakit, IBR. PENDAHULUAN Sehubungan dengan adanya pengembangan peternakan ke arah produksi air susu di wilayah Sumatera Barat umumnya dan Kota Sawahlunto khususnya, maka dilakukan pengembangan ke arah pengadaan sapi perah di beberapa wilayah di Sumatera Barat termasuk Sawahlunto. Setelah sukses dalam pengembangan peternakan sapi perah dari tahun 2008, maka pada akhir tahun 2011, Pemerintah daerah Kota 1

Upload: trannhu

Post on 18-May-2018

232 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 14 No. 85 2012

INVESTIGASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) DI KOTA SAWAHLUNTO PROPINSI SUMATERA BARAT

Lilian Devanita, Yulfitria, Desmira, Azfirman

ABSTRAK

Sehubungan dengan adanya pengembangan peternakan sapi perah di kota Sawahlunto, Sumatera Barat, maka di tahun 2008 dan 2011, Pemda Sawahlunto melakukan pengadaan sapi perah dengan anggaran dana APBD dan APBN. Untuk pengadaan sapi perah akhir Desember 2011, sapi Fries Holland (FH) didatangkan dari Lembang, Jawa Barat sebanyak 16 ekor sapi betina dalam keadaan bunting. Hingga akhir Februari 2012 diketahui 3 ekor sapi tersebut mati, 6 ekor sapi lainnya mengalami abortus dan dipotong paksa. Hasil wawancara dengan petugas kandang diperoleh informasi bahwa sapi yang didatangkan pada tahap pertama (2008) dan tahap kedua (2011) dikandangkan bersamaan dengan beberapa ekor sapi jenis Peranakan Ongol (PO). Pada tanggal 1 Maret 2012 tim BPPV regional II melakukan investigasi penyakit pada sapi FH dan beberapa ekor sapi PO disekitar lokasi kejadian . Sebanyak 19 ekor sapi yang akan diperiksakan sampelnya hampir tidak menunjukkan gejala klinis, namun sebagian besar terlihat kaheksia. Hasil pemeriksaan serologis dengan metoda ELISA Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) menunjukkan adanya kandungan antibodi seropositif BHV-1 (Bovine Herpesvirus-1) dalam serum darah sapi, sedangkan pemeriksaan lainnya terhadap sampel plasma darah dan nasal swab dengan metoda PCR teridentifikasi adanya agen virus BHV-1. Dari hasil pemeriksaan laboratorium ini didiagnosa 3 ekor sapi terdeteksi IBR positif dan 3 ekor sapi lainnya mengandung IBR seropositif. Hasil pemeriksaan ini menjawab investigasi yang dilakukan dan dapat menjelaskan bahwa kasus kematian, abortus dan gejala penyakit ternak sapi di lokasi kejadian disebabkan oleh IBR akibat infeksi BHV-1. Kata kunci : Investigasi penyakit, IBR.

PENDAHULUANSehubungan dengan adanya

pengembangan peternakan ke arah produksi air susu di wilayah Sumatera Barat umumnya dan Kota Sawahlunto khususnya, maka dilakukan pengembangan ke arah pengadaan sapi perah di beberapa wilayah di Sumatera Barat termasuk Sawahlunto.

Setelah sukses dalam pengembangan peternakan sapi perah dari tahun 2008, maka pada akhir tahun 2011, Pemerintah daerah Kota Sawahlunto kembali mendatangkan 16 ekor sapi Fries Holland (FH) bunting dari Lembang, Jawa Barat. Hasil wawancara dengan dinas Pertanian dan Kehutanan Sawahlunto diperoleh

informasi bahwa hingga akhir Februari 2012 sebanyak 3 ekor sapi yang didatangkan tersebut mati dan 6 ekor lainnya mengalami abortus. Sapi yang mengalami abortus tersebut tidak dilaporkan dan telah dipotong paksa.

Tugas pokok dan fungsi Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) regional II Bukittinggi sebagai UPT diantaranya adalah melakukan penyidikan, survaillans dan monitoring. Dalam kegiatan ini, tugas BPPV adalah melakukan investigasi guna mengetahui penyakit yang terjadi di wilayah wabah terjadinya penyakit. Hal ini bertujuan agar Dinas Pemerintah daerah yang berwenang dapat segera melakukan

1

Page 2: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 14 No. 85 2012

tindakan pencegahan, pengobatan, penanggulangan, pemberantasan atau pembebasan penyakit jika jenis dan kausa penyakit diketahui.

Pada tanggal 1 Maret 2012, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sawahlunto meminta tim BBPV Regional II Bukittinggi untuk melakukan investigasi penyakit dari 7 ekor sisa sapi yang masih hidup bersama beberapa ekor sapi lainnya yang ditempatkan pada kandang yang sama.

Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan dan memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan laboratorium BPPV regional II dalam menjawab investigasi wabah penyakit di kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

MATERI DAN METODA

MateriPenyidikan dilakukan di desa Kolok

Nan Tuo, kecamatan Barangin, kota Sawahlunto. Langkah penyidikan dimulai dengan mendengarkan keterangan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Sawahlunto, tanya jawab dengan petugas kandang, dan pengambilan sampel aktif ke kandang sapi. Sampel yang diperoleh berupa 18 sampel serum darah, 9 sampel plasma, 18 sampel ulas darah, 10 sampel feses dan 8 sampel nasal swab sapi.

MetodePengujian di laboratorium dilakukan

dengan tujuan untuk mengidentifikasi bakteri atau virus penyebab kematian ternak serta mendeteksi keberadaan antibodi virus dalam serum. Beberapa metode yang dilakukan untuk menjawab investigasi adalah metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) IBR dengan tujuan mendeteksi antibodi spesifik BHV-1 di dalam serum darah sapi; metoda PCR (Polymerase Chain Reaaction) untuk mengidentifikasi virus

IBR; identifikasi bakteri dan uji biologis pada mencit untuk memeriksa kecurigaan keberadaan Pasteurella sp; identifikasi parasit darah dan uji biologis pada mencit; Rose Bengal Test (RBT) untuk memeriksakan kecurigaan pada Brucellosis; ditambah dengan uji pendukung lainnya seperti hematologi; pemeriksaan kadar mineral; dan pemeriksaan parasit.

Jenis pemeriksaan yang dilakukan penulis adalah pemeriksaan serologi ELISA. Bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan ELISA adalah seperangkat tes kit antibodi IBR (IDEXX Laboratories), kain handuk kecil, tisu, aquades steril dan 18 sampel serum darah sapi; sedangkan alat yang digunakan adalah : mikropipet, pipet tip, mikrotiter plate, rak serum, reservoar, erlenmeyer, komputer yang terhubung dengan ELISA reader dan printer.

Metode pengujian adalah :- Sebelum digunakan, kit dan serum

dikeluarkan dari tempat penyimpanan (suhu 2-80C) lalu ditempatkan pada suhu ruang.

- Mikrotiter plate disiapkan, lalu dimasukkan 75µl sampel diluent pada tiap lubang atau sumuran.

- 25µl sampel serum maupun kontrol ditambahkan ke dalam lubang atau sumuran.

- Campuran sampel dan diluent dalam mikrotiter plate dihomogenkan.

- Mikrotiter plate ditutup dengan menggunakan parafilm dan diinkubasi selama 60 menit pada suhu 370C.

- Selama menunggu waktu inkubasi, dilakukan penyiapan larutan pengenceran wash solution dengan mengencerkan wash solution kental dan aquades steril dengan perbandingan 1:10.

- Setelah inkubasi selesai, campuran sampel dan diluent tadi dibuang dan

2

Page 3: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 14 No. 85 2012

masing-masing sumuran ditambahkan 300 µl larutan wash solution. Larutan wash solution tiap sumuran kemudian dibuang lagi. Lalu dilakukan pencucian serupa sebanyak 3 kali.

- Mikrotiter plate dikeringkan pada handuk kecil yang dilapisi tisu, lalu pada mikrotiter plate tersebut ditambahkan dengan 100 µl larutan konjugat pada masing-masing sumuran.

- Mikrotiter plate kembali ditutup dengan parafilm dan diinkubasi lagi selama 60 menit pada suhu 370C.

- Setelah inkubasi selesai, kembali dilakukan pencucian mikrotiter plate sebanyak 3 kali pencucian.

- Mikrotiter plate kembali dikeringkan dengan handuk kecil yang dialasi tisu.

- Selanjutnya ditambahkan 100 µl substrat ke dalam masing-masing sumuran.

- Dilakukan inkubasi lagi selama 15 menit pada suhu ruang dan pada tempat yang gelap.

- Terakhir ditambahkan stop solution sebanyak 100 µl untuk menghentikan reaksi perwarnaan pada masing-masing sumuran.

- Hasil pengujian dibaca dengan menggunakan photometer/ ELISA reader dengan panjang gelombang 450 nm.

- Nilai (Value) interpretasi hasil didapatkan dengan perhitungan nilai Optik Density (OD)

- Interpretasi hasil adalah :Jika value < 35% = NegatifJika value 35- < 45% = SuspectJika value 45- >45% = Positif

HASIL DAN PEMBAHASANHasila. Hasil pengamatan ternak dan

wawancara dengan petugas kandang

Lokasi investigasi penyakit bertempat di desa Kolok Nan Tuo, kecamatan Barangin, kota Sawahlunto. Dari keterangan petugas kandang diperoleh informasi bahwa sapi FH milik kelompok tani Kasih Ibu ini (sapi pengadaan akhir Desember 2011), ditempatkan pada kandang yang sama dengan sapi pengadaan tahun 2008 (sapi FH kelompok Demplot) dan sapi jenis Peranakan Ongol (PO).

Petugas kandang tersebut mengaku sempat memperhatikan sekilas perubahan patologi anatomi organ sapi yang telah dipotong paksa. Dari hasil wawancara tersebut, diketahui kondisi hepar sapi yang telah dipotong tersebut rapuh, paru-paru mengeras, jantung dan ginjal membesar, dan ditemukan beberapa pustula yang sulit disembuhkan pada bagian luar tubuh. Informasi lainnya adalah 3 dari sisa 7 ekor sapi kelompok tani Kasih Ibu ini berhasil melahirkan masing-masing 1 ekor pedet, namun salah satu pedet yang dilahirkan dalam keadaan kritis dan terdapat banyak pustula di beberapa bagian tubuhnya.

Hasil pengamatan langsung pada sapi FH dan sapi PO secara umum, tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Sapi terlihat kaheksia dengan nafsu makan mulai membaik. Pengambilan sampel serum darah untuk tujuan investigasi dilakukan pada 7 ekor sapi FH milik kelompok tani Kasih Ibu, 7 ekor sapi FH milik kelompok tani Demplot, dan 4 ekor sapi PO milik peternak lain (Relvi, Sapri, Ardi dan Novian Candra).

Hasil dugaan sementara, penyakit mengarah ke Shipping fever/Septisemia epizootica atau “ngorok”, akan tetapi kemungkinan lainnya mengarah ke IBR.

3

Page 4: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kandungan antibodi IBR dengan metode ELISA

Urut Kode Ag1 1 86 PO 0,141 10,65 Negatif2 2 PO 0,309 29,9 Negatif3 3 PO 0,261 24,4 Negatif4 4 PO 0,162 13,06 Negatif5 5 FH 0,26 24,28 Negatif6 6 FH 0,411 41,58 Suspect7 7 FH 0,129 9,28 Negatif8 8 FH 0,366 36,43 Suspect9 9 FH 0,209 18,44 Negatif

10 10 FH 0,261 24,4 Negatif11 11 FH 0,112 7,33 Negatif12 12 FH 0,885 95,88 Positif13 13 FH 0,569 59,68 Positif14 14 FH 0,66 70,1 Positif15 15 FH 0,334 32,76 Negatif16 16 FH 0,159 12,71 Negatif17 17 FH 0,098 5,73 Negatif18 18 FH 0,24 21,99 Negatif

Ras Sapi Nilai OD Value (%) InterpretasiNo

Keterangan:Jika value 45- >45% = Positif value < 35% = Negatif value 35- < 45% = Suspect

Tabel 2. Hasil pemeriksaan virus IBR dengan metode PCR

Urut Kode Ag1 5 86 FH Swab Negatif Virus IBR2 6 FH Swab Negatif Virus IBR3 7 FH Swab Positif Virus IBR4 8 FH Swab Negatif Virus IBR5 9 FH Swab Negatif Virus IBR6 10 FH Swab Negatif Virus IBR7 11 FH Swab Positif Virus IBR8 19 FH Swab Negatif Virus IBR9 5 FH Plasma darah Negatif Virus IBR10 6 FH Plasma darah Negatif Virus IBR11 7 FH Plasma darah Negatif Virus IBR12 8 FH Plasma darah Positif Virus IBR13 9 FH Plasma darah Negatif Virus IBR14 10 FH Plasma darah Negatif Virus IBR15 11 FH Plasma darah Negatif Virus IBR

Ras Sapi Jenis Sampel Hasil Pemeriksaan PCRNo

Page 5: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 3. Hasil pemeriksaan Brucellosis dengan Rose Bengal Test

Urut Kode Ag1 1 86 PO Betina Negatif2 2 PO Betina Negatif3 3 PO Betina Negatif4 4 PO Betina Negatif5 5 FH Betina Negatif6 6 FH Betina Negatif7 7 FH Betina Negatif8 8 FH Betina Negatif9 9 FH Betina Negatif10 10 FH Betina Negatif11 11 FH Betina Negatif12 12 FH Betina Negatif13 13 FH Betina Negatif14 14 FH Betina Negatif15 15 FH Betina Negatif16 16 FH Betina Negatif17 17 FH Betina Negatif18 18 FH Betina Negatif

Hasil Pemeriksaan RBTNo Ras Sapi Sex

Tabel 4. Hasil pemeriksaan kadar mineral

Urut Kode Ag. Ca P Mg TP1 1 86 PO 13,6 7,1 2,4 7,22 2 PO 3,8 13,2 2,4 6,93 3 PO 7,8 11,4 2,2 6,74 4 PO 8,5 6,3 1,6 5,45 5 FH 14,3 9,8 1,9 7,56 6 FH 11 17,3 1,9 57 7 FH 10,4 12,2 2,1 58 8 FH 6,4 7,3 1,5 6,99 9 FH 14,8 9 2,4 5,810 10 FH 11,9 6 1,9 6,311 11 FH 9,9 7,3 2,2 7,612 12 FH 11,6 8 2,1 7,813 13 FH 17,4 3,5 2,6 4,914 14 FH 9 5,8 2 7,515 15 FH 21,5 6,6 1,5 8,316 16 FH 5 5,6 1,9 4,917 17 FH 17,6 5,7 1,8 5,318 18 FH 7,8 6,8 1,6 7,2

No Ras Sapi Hasil Pemeriksaan

Keterangan: Kisaran normal kadar mineral sapiCa : 8,5 - 11,5 Mg : 1,8 - 3,2 P : 3,2 - 6,0 TP : 6,5 - 8,5 (Total protein)

Page 6: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 5. Hasil pemeriksaan hematologi

Urut Kode Ag HB HCT MCHC WBC RBC1 2 86 PO 12,6 0,45 28 9,3 6,22 5 FH 5,4 0,19 28,4 17,7 7,33 6 FH 4,7 0,15 31,3 6 4,84 7 FH 7,2 0,22 36 7,7 5,15 8 FH 5,4 0,15 36 7,5 5,76 9 FH 6,5 0,22 29,5 10,3 4,47 10 FH 6,1 0,17 35,9 11,9 4,58 11 FH 6,5 0,2 32,5 9,8 4,79 12 FH 8,6 0,27  31,9  12,3  4,9

Ras Sapi Hasil pemeriksaanNo

Keterangan : angka kisaran normalHB : 9,70 - 13,7 WBC : 5,24 - 9,84HCT : 0,23 - 0,43 RBC : 5,30 - 7,90MCHC : 33,0 - 37,0

Tabel 6. Hasil pemeriksaan protozoa, parasit darah dan helmin (cacing)

Urut Kode Ag. Ulas darah Feses1 1 86 PO ANS, THE FSC, TCT, HMC2 2 PO ANS, THE, ANE FSC, PPT3 3 PO THE FSC, OPG, BUN, 4 4 PO ANS, THE, ANE5 5 FH ANS FSC, PPT, OPG, EIM, 6 6 FH ANS TPR7 7 FH TPR FSC8 8 FH THE, ANE TPR9 9 FH TPR TCT, HMC10 10 FH ANE OPG, TCT11 11 FH TPR TPR12 12 FH THE, ANE13 13 FH TPR14 14 FH ANE15 15 FH TPR16 16 FH THE, ANE17 17 FH TPR18 18 FH  TPR

Ras Sapi Hasil PemeriksaanNo

Keterangan:ANS : Anaplasma sp FSC : Fasciola sp THE : Theleria sp PPT : Paramphistomum spANE : Anemia BUN : Bunostomum spOPG : Oesophagustomum sp TCT : Trichostrongylus spHMC : Haemonchus sp COO : Cooperia spEIM : Eimeria sp TPR : Tidak ditemukan parasit

Page 7: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 7. Hasil pemeriksaan uji biologis (parasit darah dan bakteri hasil identifikasi)

No Jumlah sampel

Jenis biakan/ hasil identifikasi

1 8 Edwarsiella sp Bakteri Mencit tidak mati dalam waktu 24-48jam

2 8 Anaplasma sp Parasit darah

Mencit tidak mati

Hasil Uji biologis

Pembahasan

Hasil pemeriksaan serologis terhadap kandungan antibodi IBR dengan metode ELISA menunjukkan bahwa 2 dari 7 sapi kelompok tani Kasih Ibu suspect mengandung antibodi IBR, 3 dari 7 sapi milik kelompok Demplot mengandung seropositif IBR, sedangkan 4 ekor sapi PO lainnya seronegatif IBR. Hasil ini disajikan pada Tabel 1.

Hasil pemeriksaan atau identifikasi virus IBR dengan metode PCR menggambarkan 3 dari 8 ekor sapi kelompok tani Kasih Ibu positif terdapat virus IBR (Tabel 2).

Hasil pemeriksaan Brucellosis dengan RBT (Tabel 3), menunjukkan semua sapi kelompok tani kasih Ibu, Demplot dan sapi PO lainnya negatif Brucellosis.

Hasil pemeriksaan kadar mineral pada sapi kelompok tani Kasih Ibu menunjukkan 1 dari 7 ekor sapi mengalami hipokalsemia, hipomagnesemia, dan 4 dari 7 sapi mengalami hipoproteinemia. Hasil pemeriksaan kadar mineral sapi kelompok Demplot menunjukkan 2 dari 7 ekor sapi mengalami hipokalsemia dan hipomagnesemia, dan 4 dari 7 sapi mengalami hipoproteinemia; sedangkan hasil pemeriksaan kadar mineral pada sapi PO menunjukkan 2 dari 4 sapi mengalami hipokalsemia, 1 dari 4 sapi mengalami hipoproteinemia. Hal ini dapat diamati dari Tabel 4.

Hasil pemeriksaan hematologi pada sapi kelompok tani Kasih Ibu menunjukkan seluruh sapi memiliki angka Hb dibawah normal, 7 sapi memiliki HCT rendah, 4 dari 7 sapi memiliki angka MCHC yang rendah, 3 dari 7 sapi memiliki WBC yang tinggi, 5 dari 7 sapi memiliki RBC yang rendah (Tabel 5). Satu ekor sapi PO milik peternak lainnya menunjukkan Hb, RBC dan MCHC yang rendah dan WBC yang tinggi.

Hasil pemeriksaan protozoa, parasit darah dan helmin (cacing) pada sapi kelompok tani Kasih Ibu menunjukkan 3 dari 7 sapi terinvestasi Trichostrongilus sp; 2 dari 7 ekor sapi terivestasi Anaplasma sp, Oesophagustomum sp, Haemonchus sp dan mengalami anemia; 1 dari 6 ekor sapi terinvestasi Theileria sp, Fasciola sp, Paramphistomum sp, dan Eimeria sp; 2 dari 7 ekor sapi kelompok Demplot terinvestasi Theileria sp dan 3 dari 7 ekor sapi mengalami anemia; sedangkan 3 dari 4 ekor sapi PO milik peternak lainnya terinvestasi Anaplasma sp,4 ekor sapi terinvestasi Theileria sp, dan 2 dari 4 ekor sapi mengalami anemia. Hasil pemeriksaan ini ditampilkan pada Tabel 6.

Hasil pemeriksaan isolasi dan identifikasi bakteri menunjukkan ketiadaan bakteri Pasteurella sp (Tabel 7). Hasil pemeriksaan lebih lanjut dengan uji biologis parasit darah (Anaplasma sp) dan bakteri hasil identifikasi (Edwarsiella

Page 8: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

sp) menunjukkan bahwa bakteri maupun parasit darah tidak bersifat lentogenik.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditambah dengan keterangan anamnesa dan gejala klinis yang teramati di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa agen penyebab penyakit adalah BHV-1. IBR adalah penyakit menular pada sapi dan kerbau yang disebabkan oleh Bovine Herpesvirus-1(BHV-1). Isolat lokal BHV-1 yang berasal dari semen sapi jantan, mukosa vagina dan mukosa hidung sapi dapat menularkan penyakit IBR (Damayanti dan Sudarisman, 2005).

Hasil pemeriksaan PCR menggambarkan adanya infeksi IBR pada sapi FH yang didatangkan pada akhir Desember 2011 (sapi kelompok tani Kasih Ibu), sedangkan hasil pemeriksaan ELISA menunjukkan beberapa ekor sapi FH yang didatangkan tahun 2008 (sapi kelompok Demplot) memiliki antibodi terhadap BHV-1, namun tidak menutup kemungkinan sapi tersebut juga mengandung antigen BHV-1 karena tidak dilakukan pengujian keberadaan antigen terhadap sampel sapi ini. Antibodi IBR pada sapi-sapi ini bisa terbentuk akibat seringnya kontak langsung pada ternak. Penularan sering ditemukan pada sapi yang dikandangkan terlalu padat (Andrewes et. Al. 1978; Buxton dan fraser, 1977).

Selain kondisi ternak memburuk, IBR bisa menjadi penyakit yang mematikan jika ternak yang sedang bunting mengalami stress saat transportasi. Hal ini diduga menjadi penyebab kematian sapi-sapi yang telah didatangkan sebelumnya. Anemia yang dialami beberapa ekor sapi juga diduga sebagai faktor pemicu makin memburuk kondisi ternak tersebut.

Hasil deteksi antibodi IBR dengan metode ELISA memang kurang spesifik menggambarkan hasil investigasi yang diharapkan, karena kandungan antibodi dalam tubuh sapi bisa terbentuk melalui

vaksinasi atau kekebalan tubuh dapatan yang terjadi melalui infeksi alamiah. Hasil pemeriksaan ELISA yang paling akurat untuk menggambarkan hasil pemeriksaan ini adalah ELISA antigen BHV-1, namun walaupun demikian, hasil identifikasi virus BHV-1 dengan metode PCR telah memberikan hasil pemeriksaan yang akurat terhadap keberadaan BHV-1.

BHV-1 diklasifikasikan menjadi tiga tipe yang termanifestasi dari gejala klinisnya yaitu, tipe BHV-1.1 yang ditandai dengan gejala klinis IBR, BHV-1.2a/b ditandai dengan gejala Infectious pustular vulvovaginitis (IPV), dan tipe BHV-1.3 ditandai dengan gejala Bovine encephalitis.

IBR dapat menyerang saluran pernafasan maupun genital. Pada bentuk infeksi saluran pernafasan, gejalanya adalah demam tinggi, anoreksia, nafas cepat dan sesak, depresi, serta leleran hidung yang encer hingga mukopurulen. Jika virus IBR menyerang saluran genital sapi betina, maka akan terlihat gejala klinis profus pustular vulvovaginitis dan penyakitnya dikenal sebagai Infectious pustular vulvovaginitis (Sudarisman, 2003). Sapi betina yang terifeksi virus IBR tipe pernafasan maupun vulvovaginitis dapat berakibat pada abortus fetus mulai dari 3minggu hingga 3 bulan setelah mengalami infeksi. Selain itu, menurut Gibbs dan Rweyemamu, (1977), infeksi BHV-1 dapat juga hanya menimbulkan gangguan ringan saja atau subklinis, tergantung strain virusnya.

Menurut SK Dirjennak No. 103/ TN.510/ KPTS/ DJP/ 0398, IBR merupakan salah satu dari 6 penyakit strategis ruminansia besar. Selain itu, IBR juga merupakan salah satu dari 5 penyakit prioritas pengendalian dan atau pemberantasan penyakit pada ternak ruminansia besar (peraturan Dirjennak No. 59/ Kpts/ PD610/ 05/ 2007).

Pedoman yang dikeluarkan The office International Des Epizooties (OIE)

Page 9: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

dan European Economic Comission (EEC) dapat menjelaskan IBR adalah salah satu penyakit kausa viral yang perlu diperhatikan dalam rangka mencegah masuknya penyakit penting ke dalam negeri dan mencegah terjadinya penolakan ekspor ternak atau produk ternak ke luar negeri karena dapat ditransmisikan melalui semen (inseminasi buatan) maupun embrio transfer (Van oirschot et. al, 1993).

Oleh karena itu, dalam setiap lembaga pembibitan ternak di Indonesia, semua pejantan harus terbebas dari IBR karena pejantan dapat menularkan IBR pada saat pemacekan atau melalui semen yang dihasilkan balai pembibitan. Beberapa betina juga dapat menderita infeksi laten yang dapat menjadi aktif kembali, dan betina ini juga dapat menulari pejantan saat melakukan perkawinan atau menulari anak sapi yang baru lahir selama masa kebuntingan akhir dan segera setelah anak dilahirkan (Sudarisman 2007).

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanDari hasil penyidikan yang dilakukan

di lokasi kejadian dan dari hasil pemeriksaan laboratorium dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya abortus dan kematian ternak sapi FH di desa Kolok Nan Tuo, kecamatan Barangin, kota Sawahlunto, Sumatera Barat adalah penyakit IBR akibat infeksi BHV-1. Saran1. Isolasi atau pisahkan ternak dengan

diagnosa IBR positif dengan ternak lainnya.

2. Dinas yang terkait perlu meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas ternak

3. Lakukan pemberian anti parasit darah sesuai dosis pada ternak yang terinvestasi parasit darah.

4. Lakukan pemberian antihelminthika berspektrum luas pada ternak secara teratur sesuai dosis.

5. Lakukan pengontrolan vektor penyebab penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Andrewes, S. C, H.H. Preira dan P. Wildy. 1978. Viruses of Vertebrates. 4th edition. Bailliere. Tindall. London.

Buxton, A and G. Fraser. 1977. Animal Microbiology, Vol II. Blackwell Scientific Publication. Oxford.

Damayanti. R dan Sudarisman. 2005. Patogenitas isolat local virus BHV-1 sebagai penyebab penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) pada sapi Bali. JITV 10 (3) : 227-235.

Gibbs, E,P.J dan Rweyemamu. 1977. Bovine herpesvirus part I, Bovine Herpes virus 1. Vet. Bull 47: 317-343.

Sudarisman. 2003. Penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) pada sapi di lembaga-lembaga

pembibitan ternak di Indonesia. Wartazoa 13(3) : 108-113.

Sudarisman. 2007. Penularan congenital penyakit Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) pada sapid an kerbau di Indonesia. Wartazoa 17(1) : 29-37.

Van Oirschot, J.T, P.J Starver, J.A.H.Van leispout, Quack, F. Westerbrink dan A.C.A. Van exsel. 1993. A subclinical infectious of bulls with Bovine herpesvirus type 1 at an artificial center. Vet, Rec. 132: 32-35.

Yates, W.D.G. 1982. A review Infectious Bovine Rhinotracheitis, Shipping fever pneumonia and viral bacterial synergism respiratory disease of cattle. Can J Comp Med 46(3): 225-263.

Page 10: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

HASIL MONITORING HOG CHOLERADALAM RANGKA PEMBEBASAN PROPINSI SUMATERA BARAT

Rina Hartini, Yulfitria, Lilian Devanita, Erina, Azfirman

ABSTRAK

Telah dilakukan monitoring Hog Cholera pada ternak babi di propinsi Sumatera Barat. Sampel pengujian adalah serum darah yang diambil dari ternak sapi babi yang dipilih secara acak. Sampel diperiksa dengan menggunakan metode ELISA. Telah dilaksanakan Monitoring Investigasi penyakit Hog Cholera sejak tahun 2005-2010, untuk memantau kejadian kasus Hog Cholera di daerah sentra peternakan babi menunjukkan hasil seronegatif. Tahun 2010-2012 ditindaklanjuti dengan surveillans pembebasan (deteksi antigen) di daerah sentra peternakan babi menunjukkan antigen negatif. Tidak pernah dilaporkan gejala klinis Hog Cholera sejak tahun 2005-2012.

Kata kunci : Hog Cholera, babi, Propinsi Sumatera Barat.

PENDAHULUAN

Penyakit Hog Cholera merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis di dalam daftar Penyakit Hewan Strategis Nasional yang tercantum dalam Kepdirjen No:59/Kpts/PD.610/05/2007 9 Mei 2007, mendapat prioritas dalam usaha pencegahan, pengendalian dan pemberantasan. Prioritas tersebut disebabkan karena Hog Cholera menimbulkan dampak ekonomi yang cukup besar dan berpengaruh dalam perdagangan.

Hog Cholera atau yang lebih dikenal Classical Swine Fever (CSF) adalah penyakit yang sangat menular dan sering berakibat fatal, dapat terjadi secara akut, sub akut dan kronis disertai angka morbiditas dan mortalitas tinggi. Bentuk akut ditandai oleh demam tinggi, depresi berat, perdarahan dalam dan sebatas permukaan mukosa. Bentuk kronis ditandai oleh depresi, anoreksia dan demam ringan dan kesembuhan dapat terjadi pada babi dewasa. Hog Cholera Virus masuk kedalam famili Flaviviridae

dan genus Pestivirus (Terpstra and Wensvoort, 1997).

Penularan virus Hog Cholera terjadi akibat pergerakan babi-babi yang sakit, daging babi dan produk babi lainnya. Perpindahan babi yang sakit ini mungkin merupakan cara penularan penyakit yang paling menonjol dimana virus Hog Cholera menyebar dari satu peternakan ke peternakan lain dari satu daerah ke daerah lainnya. Virus diketahui stabil dalam daging dan produk daging dalam jangka waktu yang panjang oleh karena itu sampah yang mengandung daging babi yang tertular merupakan sumber penularan yang potensial. Virus Hog Cholera juga dapat dikeluarkan lewat semen dan dapat menular secara mekanis lewat jarum suntik, sepatu, peralatan dan vaksin yang terbuka serta botol- botol antibiotika dimana petugas berpindah dari peternakan yang satu kepeternakan yang lain tanpa melakukan pencucian atau ada hubungan kerjasama dengan sejumlah peternakan. Ada beberapa laporan dari literatur bahwa Hog Cholera dapat ditularkan oleh serangga sebagai

10

Page 11: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

vektor mekanis, meskipun hal ini bukan dipandang sebagai mekanisme paling penting dalam penularan virus. Dari pengamatan perkembangan penyakit akhir-akhir ini, Kasus Hog Cholera di Wilayah Regional II secara klinis tidak pernah lagi dilaporkan dari lapangan ternak babi yang menunjukkan gejala klinis.

Sejarah Hog Cholera di Regional II Bukittinggi

Bulan Agustus 1995 yang berasal dari peternakan babi di Muara Kasang, Kota Padang. Dipeternakan tersebut terjadi wabah penyakit menular mengakibatkan kematian 619 ekor dari total populasi 3.300 ekor dan pada Bulan Agustus 1996 terjadi kematian 150 ekor dari total populasi 700 ekor yang berasal dari daerah Pekanbaru, Propinsi Riau. Dan pada Bulan April 1998 terjadi kematian babi di Kota Jambi, Propinsi Jambi. Dan semua sampel tersebut diperiksa di Balitvet dan diperoleh hasil positif Hog Cholera. Dengan demikian mulai tahun 1995 telah menyerang Wilayah reginal II Bukittinngi. Sehingga sejak tahun 1998 sampai sekarang BPPV telah melakukan surveillan rutin diwilayah kerja yaitu Propinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.

Khusus untuk propinsi Sumatera Barat semua peternakan babi yang dahulunya ada di Kota Padang dan Kota Payakumbuh yang populasinya cukup besar, sejak kejadian wabah semua peternakan babi ditutup dan peternakan dipindahkan ke Kota Pekanbaru. Babi yang dipelihara saat ini adalah babi yang tersisa dan dipelihara oleh etnis tertentu yang dimanfaatkan untuk kebutuhan lokal. Babi di kepulauan Mentawai merupakan babi hutan yang menjadi jinak karena sering diberi pakan sisa dapur akhirnya babi menjadi jinak, umumnya dipelihara dikolong rumah.

Lokasi Dan Jumlah Populasi Babi

Lokasi pengambilan sampel didasarkan atas informasi dari Dinas Petemakan atau Dinas yang membawahi fungsi peternakan diperoleh lokasi/wilayah yang masyarakatnya memelihara ternak babi sebagai berikut : Di Propinsi Sumatera Barat, terdapat 500 ekor ternak babi dipelihara di 2 Kabupaten dari 19 Kabupaten yang ada yaitu di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Padang Pariaman, sedang dan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tercatat sekitar 40 ribuan babi yang didomestikasi

Maksud dan Tujuan

Laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran terhadap hasil surveillans dan Monitoring Hog Cholera yang telah dilakukan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi di Propinsi Sumatera Barat sejak tahun 2005.

METERI DAN METODE

Materi

Bahan :- Serum sampel- Antigen Hog Cholera- Dilution Buffer- Washing solution- Konjugat (HPRO Anti E-2) - TMB Substrat- Stop Solution- Aquadestilata

Alat :- ELISA Plate- Micropipet Singlechannel- Micropipet Multichannel- ELISA Reader

Besaran sampel (sampling size)Adalah besarnya sampel yang

akan disampling dengan perhitungan melalui rumus adalah suatu populasi.

11

Page 12: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Jumlah sampel (sample size) dihitung dengan formula Sampling for Prevalence Studies dengan populasi target sebanyak 500 ekor pada Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Pasaman, tingkat konfidensi 95%, perkiraan aras infeksi Hog Cholera 10% dan galat (random error) sebesar 5% maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 109 ekor. Jumlah sampel yang diperlukan di Kabupaten Padang Pariaman sebanyak

3/5 x 109 = 65 sampel Kabupaten Pasaman sebanyak 2/5 x 109 = 44 sampel. Sedangkan untuk sampel yang diperlukan di Kepulauan Mentawai adalah

Cara pengambilan sampel

Adalah tindakan yang dilakukan terhadap besaran sampel yang diambil melalui cara random atau non rambang

Tahapan sampling

Tahapan strategi sampling yang digunakan adalah dengan total populasi babi di Propinsi Sumatera Barat 47.748 ekor yang terdiri atas Kabupaten Padang Pariaman dan Pasaman sebanyak 500 ekor dan di Kabupaten Kepulauan Mentawai sebanyak 47.248 ekor.

Jumlah sampel (sample size) dihitung dengan formula Sampling for Prevalence Studies dengan populasi target sebanyak 47.748 ekor, tingkat konfidensi 95%, perkiraan aras infeksi Hog Cholera 13.9% dan galat (random error) sebesar 5% maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 184 ekor. Perhitungan jumlah sampel yang dibutuhkan dibagi menjadi dua kelompok yaitu di Kabupaten Padang Pariaman dan Pasaman dan di Kepulauan Mentawai.

Tahapan Strategi Sampling di Kabupaten Padang Pariaman dan Pasaman dan tanpa di Kepulauan Mentawai

Jumlah sampel (sample size) dihitung dengan formula Sampling for Prevalence Studies dengan populasi target sebanyak 500 ekor, tingkat konfidensi 95%, perkiraan aras infeksi Hog Cholera 10% dan galat (random error) sebesar 5% maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 109 ekor.

Tahapan Strategi Sampling di Kepulauan Mentawai

Jumlah sampel (sample size) ditung dengan formula Sampling for Prevalence Studies dengan populasi target sebanyak 47.248 ekor, tingkat konfidensi 95%, perkiraan aras infeksi Hog Cholera 10% dan galat (random error) sebesar 5%

12

Page 13: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

maka sampel yang dibutuhkan sebanyak 139 ekor.

MetodePemeriksaan antibodi Hog Cholera dilakukan secara Elisa Kompetitif. Tahap Pengujian dilakukan sesuai prosedur yang dikeluarkan oleh pabrikan kit. Reagen yang digunakan berupa Kit ELISA antibodi Hog Cholera VDPro ® CSFV Antibody C-ELISA Kit. Rev. 05.

Prosedur pemeriksaan Elisa Hog Cholera

1. Siapkan semua reagen, sampel dan catatan posisi sampel yang dalam plate

2. Isi 50 µl dilution buffer 1x kedalam masing-masing lubang mikroplate

3. Tambahkan 50 µl sampel pada semua lubang mikroplate kecuali G 11-12 untuk Kontrol Positif dan H 11-12 untuk Kontrol Negatif

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

A S1 S9 S17 S25 S33 S41 S49 S57 S65 S73 S81 S87

B S2 S10 S18 S26 S34 S42 S50 S58 S66 S74 S82 S88

C S3 S11 S19 S27 S35 S43 S51 S59 S67 S75 S83 S89

D S4 S12 S20 S28 S36 S44 S52 S60 S68 S76 S84 S90

E S5 S13 S21 S29 S37 S45 S53 S61 S69 S77 S85 S91

F S6 S14 S22 S30 S38 S46 S54 S62 S70 S78 S86 S92

G S7 S15 S23 S31 S39 S47 S55 S63 S71 S79 PC PC

H S8 S16 S24 S32 S40 S48 S56 S64 S72 S80 NC NC

4. Tutup plate dengan penutup, inkubasi mikroplate pada temperatur kamar selama 60 menit.

5. Buang (kosongkan) semua larutan dalam mikroplate kemudian Cuci dengan larutan pencuci (wash buffer) sebanyak 3 (tiga) kali dan kemudian setalah pencuacian terakhir pukulkan mikroplate sampai terbuang sempurna

6. Isikan 100 µl Konjugat (HPRO Anti E-2) pada semua lubang. Tutup mikroplate dengan penutup dan inkubasi mikroplate pada temperature kamar selama 30 menit.

7. Ulangi langkah 5

8. Isikan Isikan 100 µl TMB Substrat pada semua lubang mikroplate

9. Tutup plate dengan penutup, inkubasi mikroplate pada temperature kamar selama 15 menit. Dan lihat perubahan warna dengan mata

10. Tambahkan 50 µl stop solution pada semua lubang mikroplate. Baca OD semua lubang mikroplate dengan ELISA reade pada absorbance 450 nm

Pembacaan Hasil

Validasi1. Hitung nilai mean OD poditif

(PCx) dan Kontrol Negatif (NCx)

13

Page 14: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

2. Nilai Kontrol Negatif harus lebih dari 0.5

3. Nilai Kontrol Positif harus kurang dari 0.2

Interpretasi1. Hitung % PC sampel dengan

rumus : % PC = (NCx- OD sampel )/(NCx – PCx) X 100

2. Interpretasi Jika hasilnya meragukan, periksa sampel ( kontaminasi bakteri dll) dan lakukan test ulangan

3. Jika hasil ulangan tetap meragukan, periksa epidemiologi farm dan lakukan pengambilan sampel serum ulang dan lakukan pemeriksaan lagi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Lapangan

Dari pengamatan dilapangan terhadap ternak babi yang dipelihara di Propinsi Sumatera Barat sangat sedikit,

berada pada lokasi yakni di Kabupaten Pasaman, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten kepulauan Mentawai. Babi yang dipelihara sebagai pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat non muslim yang membutuhkan daging babi. Babi tersebut terlokalisir pada satu kawasan/kelompok peternak. Umumnya babi dipelihara secara tradisional, dimana dibuat kandang petak-petak disekitar rumah mereka. Pakan yang diberikan berupa sisa-sisa dapur ditambah sedikit pakan konsentrat (penguat).

Peternak babi umumnya memelihara secara tradisional kurang memperhatikan kualitas pakan dan kebersihan kandang serta lingkungan sehingga mempermudah atau mempercepat timbulnya kasus penyakit. Babi yang dipelihara di Kab. Padang Pariman dan Pasaman berasal dari keturunan babi Ras Landrice atau dikenal masyarakat sebagai babi putih, sedangkan di Kepulauan Metawai babi Hutan (babi hitam).

Hasil pemeriksaan laboratorium

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Sampel babi di Propinsi Sumbar tahun 2005 dan 2007

∑ Sero (+)

Sero (-) ∑ Sero

(+)Sero (-)

1 Kota Payakumbuh Payakumbuh Barat 15 1 142 Padang Pariaman Batang Anai 10 0 10

3 Pasaman Panti

4 Kep. Mentawai Sugulubek 8 0 8

15 1 14 18 0 18

No Kabupaten KecamatanTAHUN 2005 TAHUN 2007

JUMLAH

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sampel babi di Propinsi Sumbar tahun 209 dan 2010

14

Page 15: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

∑ Sero (+)

Sero (-) ∑ Sero

(+)Sero (-)

1 Padang Pariaman Batang Anai 13 0 13 25 0 25

2 Pasaman Panti 20 0 20

33 0 33 25 0 25

No Kabupaten KecamatanTAHUN 2009 TAHUN 2010

JUMLAH

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Sampel babi di Propinsi Sumbar tahun 2011 dan 2012

JML (+) (-) JML (+) (-)1

Batang Anai Sei Buluh 61 0 61 42 0 422

Panti Cengkeh Pati 54 0 54 40 0 403

Siberut Badat Daya Sagulubek 3 0 3Siberut Selatan Ma. Siberut 19 0 19

Maileppet 10 0 10Muara Siberut 20 0 20

Sikakap Sikakap Tengah 27 0 27Sipora Utara Sidomakmur 17 0 17

Tua Pejat 43 0 43115 0 115 221 0 221

DESA TAHUN 2011 TAHUN 2012

PADANG PARIAMAN

PASAMAN

KEPULAUAN MENTAWAI

KAB/KEC

JUMLAH

NO

Pra pembebasan

Dalam upaya mengetahui status dan perkembangan penyakit, Balai Penyidiakan dan Pengujian Veteriner Regional II Bukittinggi telah melakukan Surveilans dan monitoring terhadap penyakit babi seperti Hog Cholera sejak tahun 2005 s.d 2010. Sampel yang diperoleh diperiksa dilaboratorium virologi dengan menggunakan Teknik CSFV antigen ELISA dirancang guna mendeteksi protein atau antigen Virus Hog Cholera dalam biakan sel terinveksi, lekosit dan jaringan baik menggunakan antibodi monoklonal berdasarkan double sandwich EISA. Teknik ELISA ini adalah adalah satu teknik pengujian yang relatif cepat, mudah dan spesifik untuk mendeteksi antigen Virus HC, termasuk reaksi silang dengan pestivirus lainnya, seperti Bovine Viral Diarrhea (BVD) dan

Border Disease (BD). Teknik ini menunjukkan korelasi yang bagus dengan reserve transkriotase polymerase chain Reaction (PCR) dan isolasiVirus. C-ELISA merupakan salah satu uji serologis yang dapat digunakan untuk deteksi antibodi pre dan pasca infeksi/vaksinasi, memiliki sensitivitas dan spesifitas, masing-masing 97,7% dan 88,4% dan mudah dikerjakan.

Surveilans dan monitoring Hog Cholera di Regional II dari Tahun 2005-2010 tidak pernah dilaporkan adanya kasus yang menunjukkan adanya gejala klinis Hog Cholera. Dari hasil pemeriksaan sampel terhadap penyakit Hog Cholera dengan metode ELISA, tahun 2005 di Propinsi Sumbar, Kota Payakumbuh Kec. Payakumbuh Barat di peroleh hasil bahwa satu dari 15 sampel menujukkan seropositif (7%), kemudian

15

Page 16: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

menurut informasi dinas setempat ternak babi tersebut telah dipotong. Pada saat itu karena desakan masyarakat sekitar terhadap peternakan babi, tahun 2006 peternak menutup usahanya dan dipindahkan ke Kota Pekanbaru.

Tahun 2007 hasil pemeriksaan sampel di Propinsi Sumbar, Kab. Padang Pariaman, Kec. Batang Anai 10 sampel, Kepulauan Mentawai, Kec. Sugulubek, semua menunjukkan hasil seronegatif. Tahun 2009 di Propinsi Sumbar, Kab. Padang Pariaman, Kec. Batang Anai 13 sampel dan Kab. Pasaman, Kec. Panti 20 sampel semuanya menujukkan hasil seronegatif (100%). Dari hasil pemeriksaan sampel di propinsi Sumatera Barat selama lima tahun terakhir ( 2005-2009 terhadap antibodi Hog Cholera diperoleh hasil 100% seronegatif.

Program PembebasanPada Tahun 2010 sampel yang

berasal dari Propinsi Sumatera Barat, Kabupaten Padang Pariaman, Kecamatan Batang Anai dan Desa Sungai Buluh diperiksa sebanyak 25 sampel dan diperoleh hasil 100% seronegatif. Pada Tahun 2011 diperiksaan sebanyak 61 sampel dari 300 ekor populasi bari yang terancam dan diperoleh hasil 100% seronegatif. Pada Tahun 2012 diperiksaan sebanyak 42 sampel dan diperoleh hasil 100% seronegatif.

Di Kabupaten Pasaman, Kecamatan Panti, Desa Cengkeh Panti pada tahun 2011 sebanyak 54 sampel dan diperoleh hasil 100% seronegatif. Pada Tahun 2012 diperiksaan sebanyak 40 sampel dan diperoleh hasil 100% seronegatif.

Di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahu 2012 diperoleh sampel di Kecamatan Siberut Barat Daya desa Sugulubek sebanyak 3 sampel, Kecamatan Siberut Selatan Desa Muara Siberut 19 sampel, Desa Mailepet 10 sampel, Kecamatan Sikakap desa Sikakap

tengah 27 sampel, Kecamatan sipora Utara Desa Sidomakmur 17 sampel dan Desa Tua Pejat 43 sampel dan hasil pemeriksaan yang diperoleh adalah 100% seronegatif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Telah dilaksanakan Monitoring Investigasi penyakit Hog Cholera sejak tahun 2005-2010, untuk memantau kejadian kasus Hog Cholera di daerah sentra peternakan babi menunjukkan hasil seronegatif.

1. Tahun 2010-2012 ditindaklanjuti dengan surveillans pembebasan (deteksi antigen) di daerah sentra peternakan babi menunjukkan antigen negatif.

2. Tidak pernah dilaporkan gejala klinis Hog Cholera sejak tahun 2005-2012

Saran 1. Dari hasil pengujian laboratorium dan

informasi klisnis menunjukkan hasil negatif, maka Sumatera Barat direkomendasikan untuk dapat dibebaskan terhadap penyakit Hog Cholera berdasarkan SK Menteri Pertanian.

2. Agar selalu dijaga lalu lintas ternak babi dan produknya, babi babik pada check point, maupun dipintu masuk karantina sebagai kondisi bebas tetap terjamin

3. Perlu peraturan daerah yang mengatur pemasukan ternak babi ke Sumatera Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, Office International des Epizooties, World Organisation for Animal Health, “Manual of

16

Page 17: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Standards for Diagnostic Tests and Vaccines, Fourth Edition, 2000.

Anonimus, Manual Penyakit Hewan Mamalia, Dirkeswan, Dirjen Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian, 2001

Anonimus, 2008, Kematian babi di Sumater Utara tidak membahayakan manusia, http://www.medanbisnisonline.com/rubrik.php?p=119955&more=1, diakses tanggal 28 November 2008.

Eka, 2008. Penyidikan Hog Cholera Dalam Rangka Kegiatan Pemberantasan Hog Cholera. BPPV.

Geering, W. A., Forman, A. J., Nunn, M. J., 1995, Exotic disease of animals, Bureau of resource sciences, Departement of primary industries and energy,Australian government publishing service, Canberra, Pp.: 74 – 84.

Ressang, A. A., 1986, Penyakit viral pada hewan, UI-Press, Jakarta, hal.: 168 -180.

Susan, M., Koenig, M., Saalmuller, A., Reddehase, M. J., Theil, H. J., 1992, Pathogenesis of classical swine fever; B-lymphocyte deficiency caused by hog cholera virus, J virol: 66:1171 – 1175.

Miswati Y, dkk., 2003. Surveilans dan Pemetaan Penyakit Dalam Rangka Pemberantasan Hog Cholera Di Regional II Bukittinggi. Buletin Informasi Kesehatan Hewan, Vol. 5 No. 66.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya Laporan Tinjauan Hasil Surveillans dan Monitoring Hog Cholera di Propinsi Sumatera Barat ini, kami mengucapkan terima kasih dan kerjasamanya kepada :

1. Kepala Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat beserta Kepala Bidang Keswannya

2. Kepala Dinas Pertanian Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Padang Pariaman beserta kepala Bidang Keswannya.

3. Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai beserta kepala Bidang Keswannya.

4. Kepala Dinas Perikanan dan Peterenakan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Mentawai beserta kepala Bidang Keswannya.

5. Kepada Semua Pihak yang tidak mengkin disebut satu persatu, yang terlibat dalam program surveillans dan monitoring Hog Cholera di Propinsi Sumatera Barat.

17

Page 18: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

PENYIDIKAN PENYAKIT EKSOTIKDALAM RANGKA PERLINDUNGAN HEWAN

TERHADAP PENYAKIT EKSOTIK (PMK) TAHUN 2012

Helmi, Yulfitria, Lilian Devanita, Erina, Azfirman

ABSTRAK

Telah dilakukan Penyidikan penyakit eksotik PMK dalam rangka kegiatan perlindunagn hewan pada ternak sapi di propinsi Sumatera Barat, Riau jambi dan Kepulauan Riau. Sampel pengujian adalah serum sapi yang diambil dari ternak sapi sapi yang dipilih secara acak. Sampel diperiksa dengan menggunakan metode Elisa PMK. Sampel serum yang diperiksa menunjukkan hasil 100 % negatif terhadap penyakit PMK.

Kata kunci : PMK, Elisa, Regional II

PENDAHULUAN

Penyakit Eksotik adalah penyakit yang berasal dari luar Negeri dan kejadiannya sampai sekarang belum ditemukan atau sudah tidak terjadi lagi kasus tersebut di Indonesia. Kasus penyakit eksotik menimbulkan dampak yang sangat besar bagi keadaan sosial, ekonomi bahkan politik Indonesia, oleh

karena itu deteksi dini dan keakuratan diagnosis adalah kunci dalam usaha pencegahan masuknya penyakit eksotik ke Indonesia. Dari beberapa penyakit eksotik yang harus terus diwaspadai agar tidak masuk ke Indonesia antara lain adalah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan penyakit Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE).

18

Page 19: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari genus Aphthovirus yang merupakan virus yang berjangkit disebagian besar belahan dunia, seringkali menyebabkan epidemi yang luas pada sapi dan babi piaraan (Frank, dkk, 1995)

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah penyakit yang sangat menular dan merugikan pada semua hewan berkuku belah. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus aphthovirus, familia Picornaviridae. Terdapat tujuh serotype virus PMK yaitu ; O, A, C, Asia 1, SAT 1, SAT 2 dan SAT 3 (OIE, 2004a), secara klinis serotipe ini tidak dapat dibedakan. Beberapa spesies seperti sapi, babi , kambing, domba, kerbau dan hewan liar berkuku belah seperti rusa, antelope dan babi hutan juga dapat terjangkit PMK (OIE, 2004a). Diantara hewan-hewan di Asia, sapi dan kerbau mempunyai kerentanan yang tinggi baru diikuti babi sedangkan kambing dan domba bersifat kurang rentan dan hanya memainkan peranan sedikit dalam penyebaran penyakit (Subronto,1997).

Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berfariasi tergantung galur virus PMK yang menyerang, gejala klinis yang pertama muncul adalah kenaikan suhu tubuh diikuti lemas, nafsu makan turun, pada saat lepuh-lepuh terbentuk didalam mulut salivasi akan meningkat dan disertai terbentuknya busa disekitar bibir serta leleran saliva yang menggantung.

Lepuh dapat terlihat pada permukaan bibir sebelah dalam, gusi, lidah bagian samping dan belakang. Kulit dicelah teracak menjadi bengkak, merah dan panas sehingga hewan tidak bias berdiri, lepuh-lepuh ini mudah pecah sehingga isinya mudah keluar dan meninggalkan keropeng bersisik, adanya infeksi sekunder akan menunda kesembuhan lesi. (Subronto, 1997). Aphthovirus

menginfeksi berbagai hewan teracak dan spesies hewan liar. Sapi, kerbau air, domba, kambing, unta dan babi adalah rentan terhadap penyakit mulut dan kuku (Frank, dkk, 1995).

Kejadian PMK pertama kali dilaporkan tahun 1887 di Malang kemudian menyebar ke Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan , Bali dan Nusa Tenggara. Tahun 1962 kembali muncul di Bali akibat masuknya ternak secara illegal dari Jawa Timur dan berakhir tahun 1966, tahun 1983 terjadi wabah ketiga di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan dalam waktu 2 minggu telah menyebar keseluruh Pulau Jawa melalui perpindahan ternak dan perdagangan daging (Direktorat Bina Produksi Peternakan, 2002). Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tersebut dengan melakukan vaksinasi masal serta mengontrol jalur perpindahan hewan serta produk asal hewan. Vaksinasi meliputi lebih dari 95% ternak yang diduga terserang PMK di Jawa yang memberi hasil penurunan kasus PMK tahun 1974-1983. Status bebas PMK dimulai di Bali tahun 1978, Jawa Timur 1981, sulawesi Selatan 1983, Indonesia dinyatakan bebas dari PMK tahun 1986 (Direktorat Jenderal Produksi Peternakan, 2002).

Penyakit mulut dan Kuku, merupakan penyakit yang berbahaya, telah mendorong dibuatnya peraturan internasional yang ditujukan untuk menekan sekecil mungkin resiko masuknya penyakit hewan ke suatu negara. Beberapa negara telah berhasil dapat mencegah masuknya Penyakit mulut dan Kuku dengan melarang pemasukan semua jenis hewan dan produk hewan dari negara tempat penyakit itu berjangkit (Frank, dkk, 1995).

Wilayah Indonesia yang berbatas laut dengan negara lain dengan lalu lintas

19

Page 20: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

yang padat mengakibatkan posisi Indonesia yang terbuka sehingga memungkinkan masuknya berbagai agen penyakit dari luar negeri ke Indonesia baik secara legal maupun illegal, dengan adanya kedaan itu mengandung konsekuensi untuk selalu waspada dengan melakukan surveilans menyeluruh dan berkesinambungan, oleh karena itu BPPV Regional II Bukittinggi sebagai Laboratorium diagnostik dengan wilayah kerja yang berbatasan dengan Negara tetangga Malaysia dan Singapura mempunyai tugas untuk melakukan early detection terhadap penyakit eksotik untuk mencegah masuknya penyakit tersebut ke Indonesia melalui wilayah regional II. Untuk mempertahankan status bebas PMK dan mencegah masuknya penyakit BSE maka dilakukan surveilans terhadap penyakit tersebut, daerah dengan resiko tinggi dipilih untuk mendeteksi adanya kejadian penyakit PMK dan BSE di wilayah Regional II.

MATERI DAN METODA

Materi

Daerah pengambilan sampel ditentukan berdasarkan atas pedoman dan identifikasi resiko potensial terhadap penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yakni; kedekatan dengan daerah tetangga, tingginya lalu lintas ternak dan jumlah distribusi daging yang berasal dari impor illegal. Sehingga atas dasar tersebut dari 4 propinsi di wilayah kerja, hanya propinsi Sumbar yang tidak dilakukan disampling

Lokasi surveilans dan jumlah sampel tahun 2012 terdapat pada table 1 sampai 3. Serum yang dikoleksi kemudian dilakukan pengujian di BPPV Regional II Bukittinggi dengan metoda ELISA untuk mendeteksi adanya titer Antibodi terhadap PMK dengan menggunakan ELISA test kit produksi Jenobiotech.

20

Page 21: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 1. Jumlah Sampel Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku Propinsi Kep.Riau

NO KABUPATEN KECAMATAN DESAJENIS

HEWAN JUMLAH

1 LINGGA SINGKEP Batu Berdaun Sapi 3Batu Kacang Sapi 2Dabo Lama Sapi 7Sei Buluh Sapi 2Sungai Raya Sapi 2Raya Sapi 5

2 KARIMUN KUNDUR Sei Ungar Sapi 3Tanjung Batu Sapi 5

3 NATUNA BUNGURAN TIMUR Sleman Sapi 5Kelanga Sapi 2Sebadai Hulu Sapi 4Ceruk Sapi 3

4 BATAM BULANG Tanjung Kubu Sapi 8Air Raja Sapi 7

5 NATUNA BUNGURAN BARAT Binjai Sapi 2Batubi Sapi 20Mekar Jaya Sapi 3Pian Tengah Sapi 1

6 BINTAN TELUK BINTAN Bintan Bayu Sapi 4Ekang Anculai Sapi 9

BINTAN TIMUR Gn. Lengkuas Sapi 4GUNUNG KIJANG Malang Raport Sapi 1BINTAN TIMUR Sei Lekop Sapi 7

109Jumlah

Tabel 2. Jumlah Sampel Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku Propinsi Riau

NO KABUPATEN KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

JUMLAH

1 BENGKALIS RUPAT Tjg. Kapal Sapi 13Bt Panjang Sapi 1

2 KOTA DUMAI SUNGAI SEMBILAN Tjg. Penyebal Sapi 143 ROKAN HILIR SINABOI Raja Bejamu Sapi 11

RIMBA MELINTANG Mukti Jaya Sapi 44 PELALAWAN TELUK MERANTI Teluk Meranti Sapi 16

TELUK MERANTI Teluk Binjai Kerbau 15 INDRAGIRI HILIR KATEMAN Tangaraja Sapi 106 KOTA DUMAI DUMAI TIMUR Bukit Timah Sapi 13

DUMAI BARAT Bagan Keladi Sapi 1598Jumlah

Page 22: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 3. Jumlah Sampel Investigasi Penyakit Mulut dan Kuku Propinsi Jambi

NO KABUPATEN KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

JUMLAH

1 TANJAB TIMUR RANTAU RASAU Karya bakti Sapi 52 NIPAH PANJANG Sei Tering Sapi 83 BERBAK Kel. Simpang Sapi 94 TANJAB BARAT MUARO PAPALIK Kemang Manis Sapi 65 MERLUNG Bukit Harapan Sapi 76 RENAH MENDALUH Lampisi Sp2 Sapi 8

sapi 43Jumlah

Metode

Prosedur

1. Inkubasi serum, Konjugate dan Antigen

1. Isi 50 μl serum refferens 1 pada lubang mikroplate A1 dan B1

2. Isi 50 μl serum refferens 1 pada lubang mikroplate C1 dan D1

3. Isi 50 μl serum refferens 1 pada lubang mikroplate E1 dan F1

4. Isi 50 μl serum refferens 1 pada lubang mikroplate G1 dan H1

5. Isi 50 μl serum uji pada satu lubang (tes tunggal)atau dua lubang (tes duplikat)

6. Isi 50 μl konjugat (working dilution) pada semua lubang mikroplate

7. Isi 50 μl antigen (working dilution) pada semua lubangng mikroplate

8. Tutup plate dengan penutupnya9. Homogenkan dengan shaker 10. Inkubasi mikroplate pada

temperatur kamar selama 90 menit

2. Inkubasi dengan kromogen /Larutan Substrata. Buang semua larutan dalam

mikroplate cuci dengan washing solution sebanyak enam kali pada pencucian terakhir pukulkan mikroplate pada lap kering

b. Isi 100 μl kromogen /substrat pada semua lubang mikroplat

c. Inkubasi pada suhu kamar selama 15 – 20 menit

d. Tambahkan 100 μl stop solution pada semua lubang mikroplat

e. Lakukan pencampuran isi pada lubang mikroplat

3. Pembacaan hasila. Baca Optical density (OD) semua

lubang mikroplat dengan ELISA reader setelah 15 menit perubahan warna dihentikan

b. Kalkulasi nilai mean OD dari serum referens 1

c. Kalkulasi nilai corrected OD dari serum referen 2,3 dan 4 serta sampel uji dengan mengganti nilai OD mean dari serum referen 1

d. Kalkulasi persentase inhibition (PI) dari serum refren 2 dan 3 serta sampel uji sesuai dengan formula

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari 250 sampel serum yang diperiksa pada tahun 2012 dengan Metode ELISA, 100% sampel seronegatif terhadap pengujian Penyakit Mulut dan Kuku terdapat pada Tabel berikut ini ;

Page 23: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengujian Penyakit Mulut dan Kuku Prop. Riau

JUMLAH

(+) (-)1 BENGKALIS RUPAT Tjg. Kapal Sapi 13 0 132 BENGKALIS RUPAT Bt Panjang Sapi 1 0 13 KOTA DUMAI

SUNGAI SEMBILAN Tjg. Penyebal Sapi 14 0 14

4 ROKAN HILIR SINABOI Raja Bejamu Sapi 11 0 115 ROKAN HILIR

RIMBA MELINTANG Mukti Jaya Sapi 4 0 4

6 PELALAWAN TELUK MERANTI Teluk Meranti Sapi 16 0 167 PELALAWAN TELUK MERANTI Teluk Binjai Kerbau 1 0 18 INDRAGIRI HILIR KATEMAN Tangaraja Sapi 10 0 109 KOTA DUMAI DUMAI TIMUR Bukit Timah Sapi 13 0 1310 KOTA DUMAI DUMAI BARAT Bagan Keladi Sapi 15 0 15

98 0 98

HASIL UJI LAB

Jumlah

NO KABUPATEN KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Pengujian Penyakit Mulut dan Kuku Prop.Kep. Riau

JML (+) (-)1 LINGGA SINGKEP Batu Berdaun Sapi 3 0 32 LINGGA SINGKEP Batu Kacang Sapi 2 0 23 LINGGA SINGKEP Dabo Lama Sapi 7 0 74 LINGGA SINGKEP BARAT Sei Buluh Sapi 2 0 25 LINGGA SINGKEP BARAT Sungai Raya Sapi 2 0 26 LINGGA SINGKEP BARAT Raya Sapi 5 0 57 KARIMUN KUNDUR Sei Ungar Sapi 3 0 38 KARIMUN KUNDUR Tanjung Batu Kota Sapi 5 0 59 NATUNA

BUNGURAN TIMUR Sleman Sapi 5 0 5

10 NATUNABUNGURAN TIMUR Kelanga Sapi 2 0 2

11 NATUNABUNGURAN TIMUR Sebadai Hulu Sapi 4 0 4

12 NATUNABUNGURAN TIMUR Ceruk Sapi 3 0 3

13 BATAM BULANG Tanjung Kubu Sapi 8 0 814 BATAM GALANG Air Raja Sapi 7 0 715 NATUNA

BUNGURAN BARAT Binjai Sapi 2 0 2

16 NATUNABUNGURAN BARAT Batubi Sapi 20 0 20

17 NATUNABUNGURAN BARAT Mekar Jaya Sapi 3 0 3

18 NATUNABUNGURAN BARAT Pian Tengah Sapi 1 0 1

19 BINTAN TELUK BINTAN Bintan Bayu Sapi 4 0 420 BINTAN TELUK SEBONG Ekang Anculai Sapi 9 0 921 BINTAN BINTAN TIMUR Gn. Lengkuas Sapi 4 0 422 BINTAN GUNUNG KIJANG Malang Raport Sapi 1 0 123 BINTAN BINTAN TIMUR Sei Lekop Sapi 7 0 7

109 0 109Jumlah

NO KABUPATEN KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

HASIL UJI LAB

Page 24: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Pengujian Penyakit Mulut dan Kuku Prop. Jambi

JML (+) (-)1

TANJUNG JABUNG TIMUR RANTAU RASAU Karya bakti Sapi 5 0 5

2TANJUNG JABUNG TIMUR NIPAH PANJANG Sei Tering Sapi 8 0 8

3TANJUNG JABUNG TIMUR BERBAK Kel. Simpang Sapi 9 0 9

4TANJUNG JABUNG BARAT MUARO PAPALIK Kemang Manis Sapi 6 0 6

5TANJUNG JABUNG BARAT MERLUNG Bukit Harapan Sapi 7 0 7

6TANJUNG JABUNG BARAT

RENAH MENDALUH Lampisi Sp2 Sapi 8 0 8

43 0 43Jumlah

NO KABUPATEN KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

HASIL UJI LAB

Hasil pemeriksaan laboratorium Virologi terhadap Penyakit Mulut dan Kuku tahun 2012 dikawasan Regional II, seluruhnya atau 100% sampel menunjukkan hasil seronegatif terhadap PMK, seluruh sampel tersebut berasal dari 3 Propinsi, yang terdiri dari Propinsi Kepulauan Riau sebanyak 109 sampel, Propinsi Riau sebanyak 98 sampel dan Propinsi Jambi sebanyak 43 sampel, ini berarti tidak terdapatnya reaktor penyebab PMK di wilayah Regional II, mengingat semakin meningkatnya lalu lintas ternak, bahan pangan asal hewan dan bahan asal hewan dari negara lain ke wilayah Indonesia melalui propinsi di wilayah Regional II mengandung konsekuensi untuk terus melakukan investigasi PMK secara berkelanjutan dengan memperbanyak jumlah sampel yang diperiksa.

Dalam rangka mempertahankan status bebas dari penyakit Eksotik (PMK) BPPV Regional II terus menerus setiap tahunnya melakukan kontrol terhadap masuknya ternak sapi atau bahan asal hewan ke wilayah kerja BPPV Regional II (Propinsi Kepulauan Riau, Riau, Jambi dan Sumatera Barat) melalui koordinasi dan kerja sama dengan Dinas Peternakan setempat untuk melakukan pemeriksaan Laboratorium dengan Uji ELISA, HE dan

IMUNOHISTOKIMIA bagi ternak-ternak yang ada dikawasan Regional II, sehingga ternak-ternak tersebut dipastikan bebas dari penyakit Eksotik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan- Regional II Masih bebas dari

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Saran- Perlu dilakukan surveilans ulang

setiap tahun terhadap penyakit PMK serta penyakit eksotik yang lain.

- Perlu adanya metode yang baku dalam pelaksanaan surveilans penyakit eksotik untuk menjamin keakuratan data.

- Pengembangan metode uji terhadap penyakit eksotik dengan tingkat sensitifitas yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, Manual Standar Metode Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan (1999) Direktorat Bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.

Page 25: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Direktorat Jenderal Peternakan. 2002. Perhitungan Kerugian Ekonomi akibat Penyakit Mulut dan Kuku. Departemen Pertanian Republik Indonesia.

Frank, J.Fenner, dkk. 1995. Virologi Veteriner Edisi kedua, IKIP Semarang Press, Semarang

Geering, W.A, dkk 1995. Exotic Disease of Animal, Australian Goverment Publising Service, Canberra

OIE.2004a. Manual of Standards or Diagnostic Test and Vaccines.5thed. Foot and Mouth Disease. OIE.

Sitepoe, mangku. 2000. Sapi Gila (Bovine Spongiform Encephalophaty)

keterkaitannya dengan berbagai Aspek. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Subronto. 1997. Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Suseno, P.P.,dkk, 2007. Analisis Serosurveilen Penyakit Mulut dan Kuku Di Indonesia. Buletin Veterinaria Farma. Surabaya.

Page 26: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

PENYIDIKAN PENYAKIT EKSOTIKDALAM RANGKA PERLINDUNGAN HEWAN

TERHADAP PENYAKIT EKSOTIK (BSE) TAHUN 2012

Helmi, Ibenu Rahmadhani, Sri Wilyani, Herman, Azfirman

ABSTRAK

Telah dilakukan Penyidikan penyakit eksotik (BSE) dalam rangka kegiatan perlindunagn hewan pada ternak sapi di propinsi Sumatera Barat, Riau jambi dan Kepulauan Riau. Sampel pengujian adalah Otak sapi yang diambil dari ternak sapi sapi yang dipilih secara acak pada lokasi perbatasan. Sampel diperiksa dengan menggunakan metode Hematoksilin Eosin. Sampel otak yang diperiksa menunjukkan hasil 100 % negatif terhadap penyakit BSE.

Kata kunci : BSE, HE, Regional II

PENDAHULUANBovine Spongiform Encephalopathy

(BSE) atau Mad cow adalah penyakit pada sapi dewasa yang menyerang susunan syaraf pusat dengan ditandai adanya degenerasi spongiosa pada sel syaraf yang berdampak fatal (fatal Neurologikal disease). Penyakit BSE ini termasuk dalam kelompok penyakit transmissible spongiform encephalopathies (TSE).

Menurut Sitepoe tahun 2000 Bovine Sponiform Encephalopathy disebabkan oleh sejenis protein yang disebut Prion (Proteinaceous Infectious) dan disingkat PrP. Prion sangat tahan terhadap bahan kimia yang bersifat merusak (formalin, ethanol, deterjen, H2O2 dll) dan berbagai kondisi yang ektrim seperti suhu (sampai 1320C) dan tekanan tinggi, pH rendah mau tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh Prion ini dapat menyerang manusia maupun hewan, dan sampai sejauh ini belum dapat diobati.

Hewan yang peka terhadap BSE adalah sapi, dan sejauh ini diketahui bahwa tidak ada perbedaan kepekaan diantara ras atau jenis sapi terhadap BSE. Penularan BSE terutama melalui pakan

yang mengandung tepung daging dan tulang (Meat Bone Meal/MBM) yang berasal dari hewan penderita. Penularan secara kontak langsung belum pernah dilaporkan, sedang penularan secara vertical dari induk ke anak sangat kecil kemungkinannya. Manusia tertular BSE melalui daging dan produk lain dari hewan yang menderita BSE.

Rata-rata sapi yang terserang BSE berumur 5 tahun. Masa inkubasi BSE antara 2 - 8 tahun dengan rata-rata 5 tahun. Gejala klinis yang paling menonjol adalah gejala syaraf. Secara umum terjadi perubahan pada status mental dan tingkah laku, abnormalitas bentuk tubuh dan pergerakan serta gangguan sensorik. Gejala umum yang nampak antara lain hilangnya nafsu makan, kekurusan, penurunan produksi susu, ataksia (kejang-kejang), tremor, agresif dan suka menyepak, telinga tegak dan kaku kadang-kadang hewan terjatuh. Selain itu hewan penderita sangat sensitif terhadap suara, sinar dan sentuhan.

Penyakit Mulut dan Kuku memiliki nilai yang penting terhadap peternakan karena keberadaan penyakit tersebut menimbulkan dampak penurunan

Page 27: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

produktifitas hasil peternakan karena memiliki morbiditas yang tinggi dan mortalitas yang cukup tinggi pada hewan yang muda. Selain itu BSE merupakan penyakit yang penting dan perlu selalu diwaspadai kemungkinan penyebarannya karena tidak hanya berbahaya bagi hewan tapi juga bagi manusia karena bersifat zoonosis.

Penyakit mulut dan Kuku, merupakan penyakit yang berbahaya, telah mendorong dibuatnya peraturan internasional yang ditujukan untuk menekan sekecil mungkin resiko masuknya penyakit hewan ke suatu negara. Beberapa negara telah berhasil dapat mencegah masuknya Penyakit mulut dan Kuku dengan melarang pemasukan semua jenis hewan dan produk hewan dari negara tempat penyakit itu berjangkit (Frank, dkk, 1995).

Wilayah Indonesia yang berbatas laut dengan negara lain dengan lalu lintas yang padat mengakibatkan posisi Indonesia yang terbuka sehingga memungkinkan masuknya berbagai agen penyakit dari luar negeri ke Indonesia baik secara legal maupun illegal, dengan adanya kedaan itu mengandung konsekuensi untuk selalu waspada dengan melakukan surveilans

menyeluruh dan berkesinambungan, oleh karena itu BPPV Regional II Bukittinggi sebagai Laboratorium diagnostik dengan wilayah kerja yang berbatasan dengan Negara tetangga Malaysia dan Singapura mempunyai tugas untuk melakukan early detection terhadap penyakit eksotik untuk mencegah masuknya penyakit tersebut ke Indonesia melalui wilayah regional II. Untuk mempertahankan status bebas PMK dan mencegah masuknya penyakit BSE maka dilakukan surveilans terhadap penyakit tersebut, daerah dengan resiko tinggi dipilih untuk mendeteksi adanya kejadian penyakit PMK dan BSE di wilayah Regional II.

MATERI DAN METODA

Materi

Sampel yang digunakan untuk investigasi adalah Otak Sapi. Daerah pengambilan sampel ditentukan berdasarkan kedekatan dengan daerah tetangga, tingginya lalu lintas ternak dan jumlah distribusi daging yang berasal dari impor illegal. Lokasi dan jumlah sample terdapat pada tabel 4 sampai 7. Sampel berupa otak sapi tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan Histopathology dengan pewarnaan umum Haematoxylin Eosin (HE) untuk mendeteksi adanya bentukan vakuola pada bagian obex.

Tabel 4. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Kepulauan Riau

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Jenis ternak

Jumlah

1 Kota Tanjung Pinang Tj. Pinang Kota Pasar Tg.Pinang sapi 22 Kota Tanjung Pinang Tj. Pinang Kota Pasar Baru sapi 2

sapi 4Jumlah

Page 28: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Tabel 5. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Riau

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Jenis ternak

Jumlah

1 Dumai - - sapi 52 Indra Giri Hulu Siberida Buluh Rumpai sapi 5

sapi 10Jumlah

Tabel 6. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Jambi

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Jenis ternak

Jumlah

1 Kota Jambi Jambi kota RPH Jambi Sapi 52 Tanjab Barat Muara Sabak - sapi 1

Tungkal Ilir Tungkal sapi 1sapi 7Jumlah

Tabel 7. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Sumatera Barat

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Jenis ternak

Jumlah

1 Padang Kota Tengah RPH sapi 5

Metode

Prosedur Kerja :

1. Pembuatan Slide dan Pewarnaan

a. Fiksasi contoh uji dengan larutan Formalin 10% atau alkohol 70%, 18 – 24 jam

b. Lakukan pemotongan contoh uji dan masukkan dalam Embedding Cassette.

c. Cuci dengan air mengalir (kran) selama 30 menit

d. Proses Dehidrasi

2. Proses Embedding

Setelah melalui proses dehidrasi, maka jaringan yang berada dalam embedding cassette dipindahkan ke dalam base mold, kemudian diisi dengan parafin cair, kemudian diletakkan ke dalam embedding cassette. Jaringan yang sudah diletakkan pada cassette disebut blok. Fungsi dari cassette adalah untuk

memegang pada saat blok dipotong pada mikrotom.

3. Proses Pemotongan Letakkan blok pada mikrotom Lakukan pemotongan contoh uji

dengan ketebalan 5-7 µm. Lembaran hasil pemotongan

diapungkan di atas permukaan air. Untuk menghilangkan kerutan

jaringan dilakukan dengan menekan salah satu sisi potongan dan sisi lainnya dengan menggunakan kuas kecil.

Angkat dengan kaca preparat dan pindahkan dalam waterbath suhu ± 400C

Angkat lagi dengan kaca preparat yang sudah diolesi dengan glycerin-putih telur sambil diatur posisinya.

Hilangkan airnya dan biarkan kering.

4. Proses Pewarnaan

Page 29: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Masukkan secara berurutan slide berisi potongan contoh uji kedalam :

5. Proses MountingSlide yang berisi jaringan obex ditetesi dengan canada balsam pada permukaannya sampai rata dan ditutup dengan cover glass, ditunggu hingga kering kemudian slide siap untuk dibaca dengan menggunakan mikroskop .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari 26 sampel otak yang diperiksa secara Histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin eosin 100% sampel tidak ditemukan vakuola pada obex sebagai indikator adanya infeksi penyakit BSE, rekapitulasi hasil pemeriksaan terdapat pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Rekapitulasi hasil pemeriksaan investigasi BSE Prop. Kep. Riau

JML (+) (-)1 Tanjung Pinang Tanjung Pinang Kota Pasar Tg.Pinang sapi 2 0 2

Pasar Baru sapi 2 0 24 0 4

HASIL UJI LABNO KOTA KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

Jumlah

Tabel 12. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Riau

JML (+) (-)1 Dumai - - sapi 5 0 52 Indra Giri Hulu Siberida Buluh Rumpai sapi 5 0 5

10 0 10

NO KOTA KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

HASIL UJI LAB

Jumlah

Tabel 13. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Jambi

JML (+) (-)1 Kota Jambi Jambi kota RPH Jambi Sapi 5 0 52 Tanjab Timur Muara Sabak - sapi 1 0 13 Tanjab Barat Tungkal Ilir Tungkal sapi 1 0 1

7 0 7

NO KOTA KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

HASIL UJI LAB

Jumlah

Tabel 14. Jumlah Sampel dan Lokasi Investigasi Penyakit BSE Prop. Sumatera Barat

JML (+) (-)1 Padang Kota Tengah RPH sapi 5 0 5

5 0 5

HASIL UJI LAB

Jumlah

NO KOTA KECAMATAN DESA JENIS HEWAN

Sementara hasil pemeriksaan laboratorium Patologi, untuk diagnosa penyakit Sapi Gila atau Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) secara histopatologi dengan

menggunakan pewarnaan Hematoxylin eosin (HE), 26 sampel atau seluruh sampel tidak ditemukan bentukan vakuola-vakuola pada otak bagian obex, ini artinya negatif terhadap Bovine

Page 30: Buletin Informasi Kesehatan Hewan Vol. 15 No. 86 …  · Web view · 2016-09-05HASIL MONITORING HOG CHOLERA. DALAM RANGKA PEMBEBASAN ... pengendalian dan ... peralatan dan vaksin

Spongiform Encephalopathy (BSE), hal ini membuktikan bahwa Indonesia masih bebas dari penyakit BSE, kedepan hendaknya dilakukan pemeriksaan dengan metode yang lebih akurat dengan tingkat sensitifitasnya yang lebih tinggi misalnya Immunohistokimia (gold standard) atau western blot.

Dalam rangka mempertahankan status bebas dari penyakit Eksotik BSE BPPV Regional II terus menerus setiap tahunnya melakukan kontrol terhadap masuknya ternak sapi atau bahan asal hewan ke wilayah kerja BPPV Regional II (Propinsi Kepulauan Riau, Riau, Jambi dan Sumatera Barat) melalui koordinasi dan kerja sama dengan

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanRegional II masih bebas dari

Penyakit Bovine Spongiform Encepalopathy (BSE)

Saran- Perlu dilakukan surveilans ulang

setiap tahun terhadap penyakit BSE - Perlu adanya metode yang baku

dalam pelaksanaan surveilans penyakit eksotik untuk menjamin keakuratan data.

- Pengembangan metode uji terhadap penyakit eksotik dengan tingkat sensitifitas yang tinggi

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, Manual Standar Metode Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan (1999) Direktorat Bina Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.

Geering, W.A, dkk 1995. Exotic Disease of Animal, Australian Goverment Publising Service, Canberra

OIE.2004a. Manual of Standards or Diagnostic Test and Vaccines.5thed. Foot and Mouth Disease. OIE.

Sitepoe, mangku. 2000. Sapi Gila (Bovine Spongiform Encephalophaty)

keterkaitannya dengan berbagai Aspek. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Subronto. 1997. Penyakit Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Suseno, P.P.,dkk, 2007. Analisis Serosurveilen Penyakit Mulut dan Kuku Di Indonesia. Buletin Veterinaria Farma. Surabaya.