buletin informasi cuaca iklim dan gempabumt edisi mei 2016 sep 2018.pdf · buletin informasi cuaca...
TRANSCRIPT
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
1
I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN AGUSTUS 2018 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Agustus 2018
Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Agustus 2018:
El Nino Southern Oscillation (ENSO)
Selama Agustus 2018, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan menghangat dan masih di kisaran normal. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.29°C dan nilai bulanan Agustus 2018 adalah +0.3 sehingga termasuk kategori Netral. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi Netral. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Agustus tercatat -6.9 yang juga menunjukkan kondisi Netral. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang menghangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada September 2018.
Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar
Pasifik Ekuatorial sampai akhir Agustus 2018 (Sumber : BoM)
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
2
Dipole Mode
Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia pada bulan Agustus 2018
menunjukkan nilai pada kisaran normal. Indeks minggu terakhir Agustus 2018 tercatat -0.17, hal ini menunjukkan tidak ada kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI normal ini diprediksi masih berlangsung hingga Desember 2018 hingga Februari 2019.
Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Agustus 2018 (Sumber : BoM)
Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)
Posisi aktifitas MJO selama Agustus 2018 sempat aktif pada akhir bulan di Benua Maritim Indonesia (BMI) namun lemah, yang tentunya kurang berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna coklat muda hingga tua mendominasi wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, namun untuk wilayah Papua didominasi warna biru muda. Hal ini menunjukkan wilayah Indonesia bagian Barat cenderung lebih kering terkait sedikitnya daerah liputan awan pada Agustus 2018 dan khusus wilayah Banyuwangi menunjukkan dominan Netral.
Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Agustus 2018, Warna biru adalah OLR negatif, warna coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
3
Sirkulasi Monsun Asia – Australia
Pada Agustus 2018, aliran massa udara didominasi monsun Timuran hampir di seluruh wilayah Indonesia. Namun masih adanya pusaran angin di perairan Barat Sumatera menyebabkan daerah pertemuan angin di wilayah Selat Malaka hingga Kalimantan bagian Utara. Kondisi tersebut mendukung pembentukan awan hujan di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Memasuki awal September monsun Timuran tetap stabil hampir diseluruh wilayah Indonesia terkait masih seringnya terbentuk tekanan rendah di Utara ekuator, dan masih adanya pertemuan dan belokan angin yang mendukung pembentukan awan hujan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Adanya kejadian angin kencang yang disertai gelombang tinggi untuk wilayah perairan di Selatan Sumatera hingga Nusa Tenggara disebabkan oleh tekanan tinggi di selatan ekuator.
Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien
Agustus (sumber: NOAA)
Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Agustus 2018 lapisan 850 mb
(sumber: ESRL NOAA)
Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama Agustus 2018 kondisinya terjadi anomali positif yang mengindikasikan adanya dominasi massa udara dari barat dan lemahnya angin timuran dari klimatologisnya. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur tidak terjadi anomali atau netral namun di perairan selatan jawa massa udara dominan dari Selatan. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Agustus 2018.
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
4
Suhu muka laut perairan Indonesia
Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Agustus 2018 berkisar antara -2.5 hingga +1.0º C yang berada dikisaran negatif (mendingin). Untuk perairan sekitar
Selatan Jawa cenderung cukup dingin dan hampir di seluruh perairan Indonesia bagian Barat bernilai negatif, namun untuk perairan Maluku cenderung hangat. Dengan suhu muka laut kisaran 24 – 28°C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan berkurangnya potensi penguapan dan pembentukan awan selama Agustus 2018. Dinginnya suhu perairan ini menjadi salah satu faktor dalam berkurangnya pembentukan awan hujan di Jawa selama Agustus 2018, Untuk Jawa Timur di beberapa wilayah masih sesekali terjadi hujan ringan pada malam dan dini hari akibat kondisi lokal setempat dan didukung anomali positif suhu muka laut yang berfluktuatif harian dan bersifat lokal.
Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Agustus 2018 (sumber: NOAA)
Gangguan Tropis
Selama Agustus 2018 tidak terdapat aktifitas gangguan tropis di wilayah Samudera Hindia selatan Indonesia. Adapun aktifitas siklon tropis terjadi di Belahan Bumi Utara yaitu Siklon SHANSHAN pada 3-10 Agustus, Siklon YAGI pada 8-13 Agustus, Siklon LEEPI pada 11-15 Agustus, Siklon HECTOR pada 13-14 Agustus, Siklon BEBINCA pada 13–17 Agustus, Siklon RUMBIA pada 15–17 Agustus, Siklon SOULIK pada 16–24 Agustus dan Siklon CIMARON pada 18-24 Agustus 2018.
Lokasi siklon yang jauh dari Indonesia secara langsung tidak berdampak pada kondisi cuaca di Indonesia. Namun secara tidak langsung turut membuat monsun timuran stabil dan meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang di beberapa wilayah Indonesia. Di wilayah Banyuwangi secara umum tidak terpengaruh selama periode terjadinya siklon tropis tersebut.
Gambar 7. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Agustus 2018 (sumber: MSS)
TC HECTOR
TC SHANSHAN TC CIMARON TC SOULIK
TC RUMBIA
TC LEEPI
TC YAGI
TC BEBINCA
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
5
Kelembaban udara
Kelembaban udara relatif selama Agustus 2018 di Jawa Timur umumnya sama dibanding bulan sebelumnya dengan rata-rata kisaran 68 – 73 %. Dari peta anomali terlihat di wilayah Jawa Timur terjadi anomali positif sebesar 6 – 10 % dari rata-ratanya, hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Agustus 2018 dimana wilayah khususnya Jawa Timur bagian Timur banyak sebaran awannya.
Gambar 8. Kelembaban Udara Relatif Agustus 2018 dan Anomalinya pada level 850 mb
(Sumber: ESRL NOAA)
Aktivitas Cuaca
Selama bulan Agustus 2018 wilayah Banyuwangi mengalami curah hujan bervariasi yaitu skala rendah hingga menengah. Hujan kategori rendah (0-100 mm/ bulan) terjadi di sebagian besar wilayah Banyuwangi, kecuali Banyuwangi bagian tengah kategori sedang(100-300 mm/ bulan). Secara umum kondisi cuaca harian di wilayah Banyuwangi Kota selama bulan Agustus 2018 masih terjadi hujan dengan intensitas ringan – sedang.
Hujan yang mayoritas terjadi pada malam hingga dini hari tersebut merupakan salah satu akibat masih hangatnya suhu muka laut di perairan Nusa Tenggara, perairan Utara Bali hingga Jawa Timur yang berakibat masih terjadinya pembentukan awan – awan hujan. Pada Agustus 2018 sebagian besar wilayah di Banyuwangi berada pada Musim Kemarau. Pada September 2018 Monsun Timuran mulai stabil dengan sifat yang kering dan membawa sedikit uap air berakibat mulai berkurangnya pembentukan awan-awan hujan sehingga jumlah hujan cenderung akan berkurang.
Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Agustus secara spasial hujan yang terjadi seluruh wilayah Banyuwangi dalam kondisi Bawah Normal, Normal dan Atas Normal. Kondisi sifat hujan di Bawah Normal terjadi di Wongsorejo, Rogojampi, Singojuruh, Genteng, Glenmore, Kalibaru, Srono, Muncar, Gambiran, Tegalsari, Cluring, Silir Agung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, dan Tegaldlimo. Kondisi sifat hujan di Atas Normal terjadi di Banyuwangi Kota, Glagah, Giri, Kabat dan Kalipuro bagian selatan. Pada bulan September 2018 diprakirakan sebagian besar wilayah Banyuwangi dominan berada pada masa Musim Kemarau.
Untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi hal perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut disebabkan oleh angin Monsun Australia telah stabil (dari arah Tenggara-Selatan) dan diprediksi cenderung menguat.
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
6
B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Agustus 2018 di Kota Banyuwangi
Dari rentetan peta synoptic selama bulan Agustus 2018 menunjukan bahwa wilayah kota Banyuwangi telah memasuki Musim Kemarau, hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan yang kurang dari 150 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat, dengan kecepatan 3 – 9 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sangat ringan hingga Ringan. Angin maksimum terjadi pada 11 Agustus 2018 yaitu dari arah Timur dengan kecepatan maximum 12 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 69.4 mm (Atas Normal). Suhu tertinggi 30.6 °C terjadi pada 15 Agustus 2018, suhu terendah sebesar 21.0 ºC terjadi pada 08 Agustus 2018.
Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Agustus 2018, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.
Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Agustus 2018
NO PARAMETER HASIL OBSERVASI
AGUSTUS 2018 NORMAL AGUSTUS
(1981-2010)
1 Temperatur rata-rata 25.7 ⁰C 25.6 ⁰C
2 Temperatur maksimum 28.9 ⁰C 30.8 ⁰C
3 Temperatur minimum 22.8 ⁰C 20.5 ⁰C
4 Temp. maks. absolut 30.6 ⁰C 33.0 ⁰C
5 Temp. min. absolut 21.0 ⁰C 18.0 ⁰C
6 Tekanan udara rata-rata * 1013.3 mb 1011.9 mb
7 Kecepatan angin rata-rata 3.4 knots 3.7 knots
8 Arah angin terbanyak Barat Tenggara
9 Kelembaban rata-rata 78 % 78 %
10 Curah hujan 69.4 mm 48.0 mm
11 Jumlah hari hujan 18 hari hujan 9 hari hujan
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
7
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
8
Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Agustus 2018 (Sumber: BMKG)
Penguapan yang terjadi selama Agustus 2018 mencapai 128.4 mm dengan rata-rata harian 4.1 mm, penguapan tertinggi 10.4 mm terjadi pada 30 Agustus 2018.
Penyinaran matahari rata-rata Agustus 2018 ra ta - ra ta 68 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada antara dasarian I, II dan III sedangkan yang terendah 0 % terjadi pada dasarian I, II dan III Agustus 2018.
Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 1 3 . 3 m b , tertinggi 1016.1 mb pada 02 Agustus 2018 dan terendah 1011.6 mb pada 17 Agustus 2018.
Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Agustus 2018 adalah 7 8 % dengan RH tertinggi 90 % pada 11 Agustus 2018, dan RH terendah 66 % pada 15 Agustus 2018.
Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Barat , kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 58.3 %. Kecepatan angin tertinggi 17 knots dari arah Selatan.
C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.
Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa
Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada
koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Januari 2010. Hingga Agustus 2018 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.
Kondisi parameter cuaca selama Agustus 2018 di Bandara Banyuwangi dari data hasil
pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi
pengamatan 12 jam (00.00 – 11.00 UTC) adalah sebagai berikut :
Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Agustus 2018 normalnya berada pada masa musim
Kemarau. Pada Agustus 2018 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan 43.0 mm / bulan dan
untuk bulan Agustus 2018 berada pada masa kemarau.
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
9
Curah hujan selama Agustus 2018 mencapai 42.6 mm, dengan intensitas hujan ringan
hingga sedang. Hujan Sedang di Bandara Banyuwangi terjadi pada 10 Agustus 2018 sebesar
22.0 mm. Kelembaban udara relatif rata-rata 90 %. RH tertinggi 98 % tanggal 10 Agustus
2018, terendah 78 % tanggal 15 Ag us tu s 2018. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1013.7 mb,
tertinggi 1016.2 mb dan terendah 1000.2 mb. Suhu rata–rata 24.7 °C dengan suhu
maksimum absolut 29.5 °C terjadi pada 23 Agustus 2018, suhu minimum absolut 19.0 °C pada
05, 24 dan 25 Agustus 2018. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 18 knots. Angin
dominan bertiup dari arah Selatan. Mayoritas kecepatan angin mencapai 54.3 % berkisar
antara 3 – 8 knots. Kecepatan angin tertinggi 17 knots, terjadi pada 01 dan 02 Agustus 2018
dari arah Selatan.
Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Agustus 2018
di Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
10
D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Selat Bali Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang
Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Agustus 2018 angin dominan dari arah Selatan dengan kecepatan angin bervariasi 2 – 19 knots. Suhu berkisar antara 22.1 – 28.1°C, Kelembaban Udara Relatif 60.5 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1008.7 – 1016.2 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :
Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
11
E. Analisa Hujan Agustus 2018 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Agustus 2018 dari stasiun BMKG dan pos-pos
hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :
Jumlah Curah hujan tertinggi 429 mm/bulan terjadi di BayuLor dengan 15 hari hujan dengan sifat hujan Bawah Normal. Sementara curah hujan terendah 0-20 mm/bulan terjadi di Wongsorejo, Alasmalang, Kebondalem, Tegaldlimo, Purwoharjo, dan Karangdoro.
Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Agustus 2018
dan Sifat Hujan Agustus 2018 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)
Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Agustus 2018 menerima curah hujan yang bervariasi yaitu kategori Rendah, Menengah dan Tinggi. Jumlah curah hujan yang terjadi di seluruh wilayah Banyuwangi pada Agustus 2018 berkisar antara 0 – 429 mm/bulan. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di Wongsorejo, Alas Malang, Purwoharjo dan Siliragung sedangkan sifat hujan Atas Normal terjadi di hampir sebagian besar kecamatan yang ada di wilayah Banyuwangi.
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
12
F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut
Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Agustus 2018 di Banyuwangi
(Sumber: BMKG Banyuwangi)
Dari peta terlihat bahwa secara spasial beberapa wilayah Banyuwangi bagian tengah dan barat pada Agustus 2018 masih menerima hujan dan masuk dalam klasifikasi sangat pendek (tidak berpotensi terjadi kekeringan). Untuk kecamatan Kalipuro selama 31-60 hari tidak terjadi hujan (klasifikasi sangat panjang) sedangkan kecamatan Wongsorejo dan Purwoharjo telah tidak terjadi hujan berturut-turut selama >60 hari tentunya pada September 2018 di kecamatan tersebut perlu di waspadai terjadinya potensi kekeringan.
Masih terjadinya hujan di beberapa wilayah Banyuwangi pada Agustus 2018 lebih disebabkan karena masih hangatnya suhu muka laut di perairan Nusa Tenggara, perairan utara Bali hingga perairan utara Jawa Timur khususnya di perairan utara Banyuwangi. Selain itu cuaca diwilayah Banyuwangi juga dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi.
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
13
II. PROSPEK CUACA BULAN SEPTEMBER 2018
A. Prediksi Dinamika Atmosfer September 2018 Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode El Nino
Lemah mulai terjadi pada September hingga November 2018, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Memasuki bulan Desember 2018 diprediksi periode El Nino Sedang dan akan berlangsung hingga Februari 2019. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau normal diprediksi masih tetap pada kisaran normal hingga Desember 2018, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat hingga Desember 2018.
Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia pada September 2018 di perairan bagian Selatan Jawa diprediksi masih cenderung negatif atau mendingin dan untuk wilayah perairan Maluku diprediksi cenderung menghangat, sedangkan di Wilayah Nino 3.4 Samudera Pasifik cenderung pada kondisi El Nino Lemah. Pola kondisi El Nino Lemah diprediksi akan berlangsung pada bulan September hingga November 2018.
Madden Jullian Oscillation pada akhir bulan Agustus 2018 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI) namun lemah, dan diprediksi aktif pada akhir September 2018. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR hingga akhir September 2018 perairan bagian Barat Sumatera dan Utara Papua cenderung terjadi pertumbuhan awan konvektif. Untuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara cenderung sedikit terdapat wilayah pertumbuhan awan konvektif.
Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan September 2018 akan masih sering muncul di Belahan Bumi Utara (BBU). Seiring pergerakan semu matahari pada September 2018 potensi terjadinya gangguan tropis di BBU masih tinggi yang tentunya membuat monsun timuran menjadi stabil dan akan berdampak terhadap kecepatan angin yang meningkat. Seringnya terjadi peningkatan kecepatan angin dapat meningkatkan tinggi gelombang laut secara fluktuatif di wilayah Indonesia umumnya. Namun adanya belokan dan pertemuan masa udara di beberapa wilayah menyebabkan potensi pembentukan awan hujan masih terjadi dengan didukung unsur lainnya seperti hangatnya suhu muka laut.
Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim di Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah Banyuwangi pada bulan September 2018 masih mengalami kekeringan, dan hanya sebagian kecil wilayah yang mengalami hujan ringan. Masih perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun timuran yang stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan September 2018 sebagian wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi bawah normalnya. Hanya sebagian kecil wilayah yang masih berada dibawah kondisi rata-rata / normalnya.
.
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
14
Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
15
B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan September 2018 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer
di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan September 2018 diprakirakan sebagai berikut :
Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 0 mm hingga 100 mm
Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan Bawah Normal
Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan September 2018 Banyuwangi
(Sumber Data: BMKG Staklim Malang)
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
16
C. Prakiraan Potensi Banjir September 2018 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan September 2018. Dari peta terlihat
wilayah di Banyuwangi diprediksi tidak berpotensi banjir (aman). Memasuki bulan September 2018 mayoritas wilayah Banyuwangi berada pada masa musim kemarau.
Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir September 2018 (Sumber:BMKG)
III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI SEPTEMBER 2018
Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan September 2018 di wilayah Kota Banyuwangi :
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
17
IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI
Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)
Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi pada bulan Agustus 2018 adalah dampak dari adanya Gempabumi yang terjadi di Lombok – NTB. Dampaknya dirasakan signifikan sampai ke wilayah Kabupaten Banyuwangi pada skala II - III MMI.
V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM AGUSTUS 2018
Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.
Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Agustus 2018 Banyuwangi
KRITERIA KETERANGAN
Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -
Suhu udara > 35˚ C -
Suhu udara < 15˚ C -
Kelembaban udara < 30 % -
Curah Hujan >100 mm / hari Bayulor 104 mm/hari terjadi pada tanggal 12
Agustus 2018
Tanah Longsor -
Banjir Bandang -
Waterspout -
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
18
DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI
ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.
Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang
dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.
Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan
penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.
MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.
OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk
menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.
Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap
setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.
Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)
merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
19
khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.
Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan
pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.
Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan
yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.
Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi
menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan
Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang
ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :
a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-
ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang
seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik
Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi
Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan
gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).
Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa
berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.
Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).
Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa
dikaitkan dengan intensitasnya
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi September 2018
20
Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI
---ABCD : Act Beyond your Common Duties---