buletin bmkg edisi agustus 2015 pkp
DESCRIPTION
BULETIN BMKG EDISI AGUSTUS 2015 PKPTRANSCRIPT
ANALISIS HUJAN JULI 2015 DAN
PRAKIRAAN HUJAN SEPTEMBER, OKTOBER DAN NOVEMBER 2015 DI BANGKA BELITUNG
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 i
KATA PENGANTAR
Analisis Hujan Bulan Juli 2015 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan
November disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos
pengamatan curah hujan yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta unsur
cuaca lainnya dengan memperhatikan kondisi fisis dan dinamika atmosfer yang sedang
berlangsung yang cenderung dapat mempengaruhi iklim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Disamping itu dalam buletin ini juga disampaikan beberapa informasi meteorologi
lainnya, antara lain tentang banyaknya hari hujan, monitoring hari tanpa hujan berturut – turut,
dan kejadian ekstrim yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Mengingat ketepatan hasil Analisis dan Prakiraan curah hujan ini sangat tergantung
dari data yang masuk, maka diharapkan Stasiun Kerjasama maupun Pos-Pos Hujan dapat
menyampaikan data hasil pengamatan secara tepat waktu ke Stasiun Meteorologi Klas I
Pangkalpinang.
Mudah-mudahan dengan diterbitkannya hasil Analisis dan Prakiraan Hujan di Kepulauan
Bangka Belitung ini dapat lebih bermanfaat bagi para pembuat keputusan maupun masyarakat
pada umumnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada instansi, stasiun kerja sama dan semua pihak yang
telah membantu penyusunan terbitan ini.
Pangkalpinang, 08 Agustus 2015
KEPALA STASIUN
METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG
MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP. 19660119 199102 1 001
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PENGERTIAN
I. PENDAHULUAN
II. ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
III. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER, OKTOBER DAN NOVEMBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
IV. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN JULI 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
V. EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN
VI. PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 AGUSTUS 2015)
VII. PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKALPINANG BULAN JULI 2015
LAMPIRAN 1. TABEL ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BULAN JULI 2015
2. PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN JULI 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PETA ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN JULI 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
3. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
4. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN OKTOBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
5. PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN NOVEMBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN NOVEMBER 2015 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
6. ARTIKEL CUACA DAN IKLIM
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 1
PENGERTIAN
Cuaca adalah kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat disuatu tempat dalam waktu
yang relatif singkat, Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca atau ciri kecuacaan yang
terjadi di suatu tempat atau suatu daerah, sedangkan Musim adalah selang waktu dengan
cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok. Hujan adalah butir-butir air atau kristal es
yang keluar dari awan yang sampai ke permukaan bumi.
1. Sifat Hujan :
Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan, dengan nilai
rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat, sehingga jika sifat hujan
Atas Normal bukan berarti jumlah curah hujan yang melimpah ataupun sebaliknya jika
sifat hujan Bawah Normal bukan berarti tidak ada hujan.
Sifat hujan dibagi menjadi tiga kriteria yaitu :
a. Atas Normal ( AN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan
terhadap rata ratanya > 115 %.
b. Normal ( N ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap
rata ratanya antara 85 – 115 %.
c. Bawah Normal ( BN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan
terhadap rata ratanya < 85 %.
2. Normal curah hujan :
a. Rata-rata curah hujan bulanan : nilai rata rata curah hujan masing masing bulan
dengan periode minimal 10 tahun.
b. Normal curah hujan bulanan : nilai rata rata curah hujan masing masing bulan
selama 30 tahun.
3. Musim hujan
Suatu zona musim dikatakan masuk musim hujan jika dalam 10 hari atau satu dasarian
jumlah curah hujannya mencapai lebih dari 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya
atau dengan kata lain, dalam satu bulan jumlah curah hujannya sudah mencapai 150
mm.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 2
4. Dasarian
a. Dasarian adalah masa selama 10 ( sepuluh ) hari
b. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 ( tiga ) dasarian yaitu :
Dasarian I: masa dari tanggal 1 sampai dengan 10
Dasarian II: masa dari tanggal 11 sampai dengan 20
Dasarian III: masa dari tanggal 21 sampai dengan akhir bulan
Contoh:
Awal musim hujan berkisar antara April I – April III
Artinya = Tanggal 01 April sampai dengan 30 April
5. Kriteria Intensitas Curah Hujan
a. Hujan sangat ringan intensitasnya < 5 mm dalam 24 jam
b. Hujan ringan intensitasnya 5 – 20 mm dalam 24 jam
c. Hujan sedang intensitasnya 20 – 50 mm dalam 24 jam
d. Hujan lebat intensitasnya 50 – 100 mm dalam 24 jam
e. Hujan sangat lebat intensitasnya > 100 mm dalam 24 jam
6. Anomali
Adalah penyimpangan suatu nilai terhadap nilai rata-ratanya.
7. Penyempurnaan Istilah Informasi Iklim
Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BMKG no. UM.205./A.11/KB/BMKG-2010. Tentang
Penyempurnaan Penggunaan Istilah Dalam Informasi Iklim / Hujan.
a. Istilah Evaluasi pada Tabel atau Bab dan Sub Bab disempurnakan menjadi Analisis.
b. Istilah Prakiraan Curah hujan pada Tabel atau Bab dan Sub Bab adalah tetap
Prakiraan.
c. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi Curah Hujan disempurnakan menjadi Peta
Distribusi Curah Hujan.
d. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi sifat hujan disempurnakan menjadi Peta Analisis
Sifat Hujan.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 3
1. Suhu muka laut perairan Indonesia
Suhu muka laut di perairan pantai Barat Sumatera relatif lebih hangat dibandingkan
dengan klimatologisnya mengakibatkan masih terdapat suplai uap air di perairan
Indonesia, sementara untuk bagian tengah dan timur cenderung dingin sampai
dengan November 2015. Sedangkan mulai Desember sampai dengan Februari 2016
umumnya perairan Indonesia cenderung hangat.
2. ENSO
Pembentukan El-Nino dikaitkan dengan pola sirkulasi samudera pasifik yang dikenal
sebagai osilasi selatan sehingga disebut juga El Nino-Southern Oscillation (ENSO),
merupakan fenomena yang ditimbulkan oleh interaksi laut-atmosfer yang terjadi di
Samudra Pasifik tropis.
El Nino berarti fenomena lautan dan Southern Oscillation berarti fenomena atmosfer.
Dampak pengaruhnya El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan
wilayah Indonesia, sehingga tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh
fenomena El Nino.
I PENDAHULUAN
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 4
Fenomena El Nino dapat menyebabkan berkurangnya curah hujan secara drastis, bila
kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan
Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan secara
signifikan di Indonesia.
Fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi berada pada kondisi El
Nino Kuat sampai dengan Desember. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pasokan
uap air dari wilayah Indonesia bagian timur ke Samudra Pasifik cukup signifikan.
3. Dipole Mode
India Ocean Dipole Mode (IODM) atau yang lebih dikenal Dipole Mode didefinisikan
sebagai interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang
ditandai dengan gejala akan memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari di sepanjang
Ekuator Samudera Hindia, khususnya sebelah selatan India yang diiringi dengan
menurunnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia di wilayah pantai barat
Sumatera (Saji dan Yamagata, 2001).
Jika nilai IODM positif, pada umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di
Indonesia bagian barat, sedangkan nilai IODM negatif, dapat menyebabkan adanya
penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 5
Indeks Dipole Mode (IODM) berada pada kondisi positif pada beberapa bulan ke depan
sehingga mengindikaskan terjadinya pengurangan pasokan uap air dari Samudra
Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat menyebabkan terjadinya pengurangan curah
hujan yang cukup signifikan di Indonesia bagian barat.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 6
ANALISIS HUJAN BULAN JULI DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
A. ANALISIS CURAH HUJAN BULAN JULI 2015
Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2015 yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di
Kepulauan Bangka Belitung maka analisis curah hujan bulan Juni 2015 adalah sebagai
berikut :
CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
Sebagian kecil Kab. Bangka Barat, Sebagian besar Kab. Bangka Induk bagian utara dan timur, Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian utara dan bagian timur, Sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian barat, Sebagian besar Kab. Belitung, Sebagian besar Kab.
Belitung Timur
21 – 50
Sebagian besar Kab. Bangka Barat bagian barat dan timur, Sebagian besar Kab. Bangka Induk, Sebagian
besar Kab. Bangka Tengah, Sebagian besar Kab. Bangka Selatan, Sebagian kecil Kab. Belitung bagian
utara, Sebagian kecil Kab. Belitung Timur bagian utara
51 – 100
Sebagian besar Kab. Bangka Barat bagian utara dan tengah, Sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian
selatan, Sebagian besar Kab. Bangka Tengah bagian barat dan timur, Sebagian kecil Kab. Belitung bagian
utara
101 – 150
151 – 200
201 – 300
301 – 400 -
401 – 500 -
> 500 -
Peta Analisis Curah Hujan Bulan Juli 2015 dapat dilihat pada Lampiran 2.
II ANALISIS HUJAN BULAN JULI 2015
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 7
B. ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN JULI 2015
Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2015 yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di
Kepulauan Bangka Belitung maka analisis sifat hujan bulan Juli 2015 adalah sebagai
berikut:
SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL Seluruh Pulau Bangka dan Seluruh Pulau Belitung
NORMAL
ATAS NORMAL -
Peta Analisis Sifat Hujan Bulan Juli 2015 dapat dilihat pada Lampiran 2.
C. ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM HARIAN JULI 2015
Analisis curah hujan ekstrim harian Juni 2015 di wilayah Pulau Bangka Belitung adalah
sebagai berikut:
KRITERIA KABUPATEN / DAERAH
CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)
Jebus, Rukam
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 8
III PRAKIRAAN HUJAN SEPTEMBER, OKTOBER DAN NOVEMBER 2015
1. PRAKIRAAN HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN SEPTEMBER 2015
Prakiraan Curah Hujan September 2015
CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH
0 – 20 -
21 – 50 Seluruh Pulau Bangka kecuali seluruh Kab. Bangka Barat
dan Kab. Bangka Induk bagian barat
51 – 100 Seluruh Kab. Bangka barat dan Kab. Bangka Induk
bagian barat
101 – 150
151 – 200 -
201 – 300 -
301 – 400 -
401 – 500 -
> 500 -
Prakiraan Sifat Hujan September 2015
SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL Seluruh Pulau Bangka dan Belitung
NORMAL -
ATAS NORMAL -
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Bulan September 2015 dapat dilihat pada Lampiran 3.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 9
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2015
Prakiraan Curah Hujan Oktober 2015
CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH
0 – 20 -
21 – 50 -
51 – 100
Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian timur, Sebagian besar Kab. Bangka Induk, Sebagian kecil Kab.
Bangka Tengah bagian utara, Sebagian besar Kab. Bangka Tengah bagian timur, Sebagian besar Kab.
Bangka Selatan Bagian Timur, Seluruh Pulau Belitung-
101 – 150
Sebagian besar Kab. Bangka Barat, Sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian selatan, Sebagian besar Kab.
Bangka Tengah, Sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian barat
151 – 200
201 – 300 -
301 – 400 -
401 – 500 -
> 500 -
Prakiraan Sifat Hujan Oktober 2015
SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL Seluruh wilayah Pulau Bangka dan Belitung
NORMAL -
ATAS NORMAL -
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Oktober 2015 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 10
C. PRAKIRAAN HUJAN BULAN NOVEMBER 2015
Prakiraan Curah Hujan November 2015
CURAH HUJAN (mm) KABUPATEN / DAERAH
0 – 20 -
21 – 50 -
51 – 100 -
101 – 150 Seluruh wilayah Pulau Bangka dan Belitung kecuali
Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian utara dan Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian selatan
151 – 200 Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian utara dan
Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian selatan
201 – 300 -
301 – 400 -
402 – 500 -
> 500 -
Prakiraan Sifat Hujan November2015
SIFAT HUJAN KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL -Seluruh wilayah Pulau Bangka dan Belitung
NORMAL -
ATAS NORMAL -
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan November 2015 dapat dilihat pada Lampiran 5.
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 11
1. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
> 20 hari -
10 - 20 hari PangkalPinang, Lubuk Besar
< 10 hari
Jebus, Telak, Dendang, Simpang Tritip, Mayang, Kundi,
Muntok, Kelapa, Tempilang, Sungai Liat, Bukit Ketok,
Pemali, Pugul, Bakam, Kace, Rukam, Celuak, Koba,
Penyak, Cambai, Mangkol, Sungai Selan, Payung, Air
Gegas, Batu Betumpang, Rias, Stamet Buluh Tumbang,
BPP Perawas, Sijuk, Tanjung Binga, Pangkallalang,
Mambalong, Cerucuk, Air Saga, Perawas, Sungai Samak,
Badau, Tungkusan, Bukit Indah, Pegantungan, Kelapa
Kampit, Simpang Rengiang, Lalang, Air Asam, Gantung
IV INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN JULI 2015
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 12
PEMANTAUAN FDRS (FIRE DANGER RATING SYSTEM) BULAN JULI 2015
Pangkal Pinang
FFMC merupakan suatu indikator mudah-tidaknya serasah (sampah hutan) terbakar
dan bahan bakar lainnya yang diintegrasikan/dihubungkan dengan pengaruh cuaca
pada beberapa hari sebelumnya. Kode ini dipengaruhi oleh 4 unsur cuaca, yaitu : curah
hujan, suhu, kelembaban relatif dan kecepatan angin.
Dari grafik indeks FFMC di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai
dengan 31 Juli 2015 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks FFMC (Indeks
bahan bakar halus) pada level rendah 0%, level Sedang 3.23%, Tinggi 6.45% dan
Ekstrim 90.32%
DC merupakan peringkat rata-rata kadar air dari bahan organik di bawah permukaan.
Kode ini merupakan suatu indikator yang sangat berguna dalam penggunaan bahan
bakar di hutan pada musim kering, termasuk jumlah kejadian asap pada lapisan bawah
dan merupakan indikator terjadinya kabut asap.
Kode ini dipengaruhi oleh 2 unsur cuaca, yaitu : Curah Hujan dan Suhu.
Dari grafik indeks kekeringan (DC) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dapat dilihat
bahwa kejadian indeks DC dari tanggal 1 sampai 31 Juli 2015 tercatat 100% pada level
Rendah.
FWI merupakan angka peringkat intensitas kebakaran, yang dapat digunakan sebagai
angka indeks secara umum dari sistem peringkat bahaya kebakaran.
Dari grafik indeks cuaca kebakaran (FWI) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari
tanggal 1 sampai dengan 31 Juli 2015 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks
cuaca kebakaran FWI pada level Rendah sebesar 3.32%, pada level Sedang 22.58% ,
pada level Tinggi tercatat 54.84%, dan pada level ekstrim tercatat 19.35%.
V EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 13
Grafik FDRS Pangkal Pinang 01 sampai dengan 31 Juli Tahun 2015
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 14
Berikut adalah monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, hasil pantauan data pos
hujan di wilayah Bangka Belitung :
KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
Masih Ada Hujan Sampai Updating
Simpang Teritip
Tempilang
Sungai Liat
Celuak
SANGAT PENDEK
(1 – 5 Hari Tanpa Hujan)
Pugul
Bakam
Rukam
Stamet PangkalPinang
Koba
Penyak (Koba2)
Cambai
Sungai Selan
Rias
sijuk
PENDEK
(6 - 10 Hari Tanpa Hujan)
Jebus
Mayang
Muntok
Kelapa
Bukit Ketok
Lubuk Besar
Mangkol
Batu Betumpang
Stamet Buluh Tumbang
tanjung Binga
cerucuk
air saga
perawas
Sungai Samak
Pegantungan
MENENGAH
(11 - 20 Hari Tanpa Hujan)
Kundi
Air Gegas
PANJANG
(21 – 30 Hari Tanpa Hujan)
Perawas bpp
badau
Tungkusan
Simpang Rengiang
Air Asam
gantung
VI PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 AGUSTUS 2015)
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 15
SANGAT PANJANG
(31 -60 Hari Tanpa Hujan)
MAMBALONG
bukit Indah
damar
KEKERINGAN EKSTRIM (>60 Hari Tanpa Hujan)
Dendang Belitung Timur
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 16
NO TANGGAL KEJADIAN TEMPAT DAMPAK
1 29 Juli 2015 Angin
Kencang
Kayu Arang
Kecamatan Muntok
- 20 rumah mengalami
kerusakan
2 04 Agustus
2015
Angin
Kencang
Tanjung
Kecamatan Muntok
- 16 Rumah mengalami
kerusakan
VII KEJADIAN EKSTRIM DI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN MARET 2015
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 17
1. ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA – RATA
2. DISTRIBUSI FREKUENSI KECEPATAN ANGIN
VII PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKAL PINANG BULAN JULI 2015
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 18
Lampiran 1
Tabel 1
ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN BULAN JULI 2015
Curah Hujan CH/HH ANALISIS
Rata - Rata JULI 2015 SIFAT HUJAN
Bulanan (mm) 85% 115% (mm) JULI 2015
I Kab. Bangka Barat
1 Mentok 97 83 112 44.7/6 BN
2 Mayang 133 113 153 15.7/2 BN
3 Kelapa 143 122 165 29.5/5 BN
II Kab. Bangka Induk
1 Sungailiat
2 Pemali 105 89 121 12.0/6 BN
III Kota Pangkalpinang
1 Stasiun Meteorologi 142 121 163 23.1/10 BN
IV Kab. Bangka Tengah
1 Sungaiselan 150 128 173 73.0/7 BN
V Kab. Bangka Selatan
1 Rias 203 173 234 33.7/2 BN
2 Payung 186 158 214 18.6/2 BN
VI Kab. Belitung
1 Stasiun Meteorologi 162 138 186 16.7/4 BN
No Stasiun
RATA - RATA
JULI (mm)
LAMPIRAN
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 19
Lampiran 2
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 20
Lampiran 3
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 21
Lampiran 4
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 22
Lampiran 5
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 23
Lampiran 6
PERUBAHAN IKLIM SEBAGAI UPAYA ADAPTASI DAN MITIGASI
(sumber: Buletin BMKG)
Fenomena perubahan iklim sudah menjadi isu dunia. Indonesia pun tidak terlepas dari
dampak fenomena ini. Musim hujan dan musim kemarau berkepanjangan merupakan
pengaruh yang kita rasakan. Kerugian yang timbul dari fenomena ini tentunya sangatlah
besar. Perlu upaya konkret dalam menangani permasalahan ini. Adapatasi dan mitigasi di
berbagai sektor kehidupan perlu dilakukan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Langkah konkret tentu diawali dengan pemahaman yang benar, apa itu definisi cuaca, iklim,
dan perubahan iklim karena ini menjadi sangat penting menyangkut strategi yang akan
dilakukan. Selanjutnya, upaya adaptasi dan mitigasi kita dapat lakukan pada setiap sektor
kehidupan.
Umunya orangnya sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan cuaca, padahal kedua
istilah tersebut tidaklah sama. Pengertian cuaca dapat diartikan sebagai keadaaan atmosfer
secara keseluruhan pada suatu saat termasuk perubahan, perkembangan, dan
menghilangnya suatu fenomena.
Keadaan atmosfer ini dapat berupa suhu, tekanan, angin, kelembaban, dan berbagai
fenomena hujan, di suatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang pendek. Sedangkan
ilmu yang mempelajari seluk beluk cuaca ini disebut meteorologi. Kemudian iklim diartikan
sebagai sintetis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistic
cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistic yang berbeda dengan keadaan pada
setiap saatnya. Sedangkan ilmu yang mempelajari seluk beluk iklim ini disebut klimatologi.
Sedangkan perubahan iklim dipahami sebagai berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara
lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor
kehidupan manusia.
Pengertian yang tidak kalah pentingnya yakni adaptasi dan mitigasi. Adaptasi artinya
penyesuaian diri. Adaptasi mencakup cara-cara menghadapai perubahan iklim dengan
melakukan penyesuaian yang tepat, bertindak untuk mengurangi berbagai pengaruh
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 24
negatifnya, atau memanfaatkan efek-efek positifnya. Sedangkan mitigasi artinya
pengurangan atau bisa juga diartikan sebagai upaya mengatasi penyebab. Mitigasi dilakukan
untuk mengurangi risiko dan dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Mitigasi ini
meliputi pencarian cara-cara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca atau menahannya.
Upaya Adaptasi
Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi
Indonesia. Pemerintah beserta berbagai elemen masyarakat perlu mempertimbangkan isu
perubahan iklim ini pada setiap program kegiatan yang berkenaan dengan berbagai
persoalan seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, keamanan pangan,
pengolahan bencana, pengendalian penyakit, dan perencanaan tata kota.
Adaptasi dari Kearifan Lokal
Adaptasi yang dilakukan masyarakat sebenarnya sudah ada sejak dulu, walaupun tidak
dinamakan adaptasi. Kearifan local mengajari kita bagaimana beradaptasi dengan baik.
Petani di wilayah yang sering terjadi kemarau panjang sejak dulu memilih tanaman pangan
yang tahan kekeringan dengan mengoptimalkan penggunaan air. Bahkan para petani ini
mencari alternative mata pencarian bila lahan pertaniannya tidak dapat ditanami. Kemudian,
mereka yang tinggal di daerah rawan banjir sejak dulu sudah membangun rumah panggung
supaya tidak terendam banjir. Masih banyak contoh kearifan local dari berbagai aktivitas
manusia yang sejak dulu dilakukan dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Adaptasi dalam Perencanaan Pembangunan
Tantangan perencanaan pembangunan bagaimana menjadi tangguh terhadap iklim. Dampak
perubahan iklim terhadap ekonomi dan pembangunan manusia harus dievaluasi secara
seksama dan dipetakan. Kemudian strategi adaptasi harus diintegrasikan ke dalam berbagai
bentuk rencana dan anggaran, baik pada tingkat pusat maupun daerah. Upaya-upaya
pengentasan kemiskinan sebaiknya ditingkatkan di bidang-bidang yang khususnya rentan
terhadap perubahan iklim. Tentunya juga dibutuhkan inventasi tambahan untuk mengurangi
risiko bencana.
Pola pembangunan berdasarkan eksploitasi sumber daya alam dengan manfaat ekonomi
yang dinikmati di perkotaan dan biaya lingkungan dibebankan ke wilayah pedesaan harus
Buletin BMKG Edisi Agustus 2015 25
diubah. Baik masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan sudah sepatutnya menargetkan
pembangunan manusia yang berkelanjutan.
Perubahan pola pembangunan ini memerlukan strategi adaptasi yang lebih luas yang
melibatkan pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta yang memadukan antara
pendekatan pada tingkat pemerintah dan kelembagaan dengan pendekatan bottom-up yang
berakar pada pengetahuan kewilayahan, kebangsaan, dan local.
Adaptasi Dalam Pertanian
Petani sebagai profesi yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim. Sejauh ini para
petani di Pulau Jawa dapat menanam padi dua kali dalam setahun, tetapi dengan adanya
perubahan iklim ini, panen keduanya akan menjadi lebih rentan. Pengalaman para petani
dalam beradaptasi terhadap perubahan iklim ini perlu terus ditingkatkan.
Petani perlu mempertimbangkan berbagai varietas tanaman pangan lainnya yang lebih tepat
untuk kondisi iklim di wilayahnya saat itu. Beberapa tanaman pangan memiliki kemampuan
adaptasi secara ilmiah, seperti jenis padi hasil persilangan yang berbunga lebih dini sehingga
menghindari suhu yang lebih tinggi di siang hari.
Alternatif lainnya yang petani perlu lakukan adalah dengan menggunakan varietas yang lebih
mampu bertahan terhadap kondisi ekstrem atau berbagai varietas padi yang lekas matang
yang lebih cocok untuk musim hujan yang pendek.
Peningkatan kesuburan tanah juga sesuatu yang sangat penting bagi petani dengan
menggunakan bahan-bahan organic agar mampu menahan air lebih banyak, seperti
menggunakan lebih banyak pupuk alamiah.
Kemudian prioritas lainnya adalah pengolahan air yang lebih baik untuk penyeimbang
peningkatan curah hujan pada musim penghujan dengan penurunan curah hujan pada
musim penghujan dengan penurunan curah hujan pada musim kemarau. Cara yang dapat
dilakukan dengan membangun dan memperbaiki saluran irigasi dan penampungan atau
tempat penyimpanan air yang lebih baik.