buku saku model-model kearifan lingkungan

75
Model-model KEARIFAN LINGKUNGAN Ke me n teri an Li ngk un g an Hid u p

Upload: risvy-valentine

Post on 17-Sep-2015

83 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Buku Saku

TRANSCRIPT

  • Model-model

    KEARIFAN LINGKUNGAN

    Kementeri an Li ngk ungan Hidup

  • Kearifan Lingkungan 1

    1 Latar Belakang Arif adalah suatu is tilah bahasa Arab yang

    diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui bahasa Melayu. Biasany a secara kontekstual istilah arif disepadankan maknany a dengan istilah- isti lah tahu, mengetahui, cerdik-pandai, bijaksana, berilmu, dan pandai dalam bany ak hal.Karena itu keari fan (wis dom) dapat dise-padank an pula maknanya dengan penge-tahuan, kec erdikan, kepandaian, dan kebijak-sanaan dalam pengambilan keputusan yang berk enaan dengan penyelesaian atau penanggulangan suatu mas alah atau serangkaian masalah y ang relatif pelik dan rumit. Keari fan biasany a baru dipahami dan atau diak ui ketepatanny a setelah s uatu keputusan dapat di ter ima dan dilaksanakan secara taat azas dan berkesinambungan oleh

  • Kearifan Lingkungan 2

    sejumlah pihak y ang bersangkut paut dengan peny eles aian suatu masalah yang muskil karena mereka berkey akinan bahw a kepu-tus an i tu baik dan benar, baik ditinjau dari kepentingan mereka masing-masing maupun ditinjau dar i sudut tujuan bersama y ang akan dicapai.

    Pengambilan keputusan y ang ari f bias any a dianggap atau diyakini telah mengambil suatu keputusan y ang bijaksana, benar, tepat, adil, serasi dan harmonis, setelah memperhatikan dan menelusuri berbagai informasi, pe-ngetahuan, pengalaman, serta mengindahkan kepentingan berbagai pihak. Keari fan adalah seperangkat pengetahuan y ang dikem-bangkan oleh suatu k elompok masy arak at setempat (k omunitas) y ang terhimpun dari pengalaman panjang menggeluti alam dalam ikatan hubungan yang s aling menguntungkan

  • Kearifan Lingkungan 3

    kedua belah pihak (manusia dan lingkungan) secara berk elanjutan dan dengan ri tme yang harmonis.

    Analogi dengan definisi di atas bahw a keari fan lingk ungan (ecological wis dom) merupakan pengetahuan y ang diperoleh dari abs traksi pengalaman adaptasi akti f terhadap lingk unganny a yang khas. Pengetahuan ters ebut diwujudkan dalam bentuk ide, aktiv itas dan peralatan. Keari fan lingk ungan yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk ters ebut dipahami, dikembangk an, dipedo-mani dan diwarisk an s ecara turun-temurun oleh komunitas pendukungny a. Sikap dan peri laku peny impangan dari keari fan lingk ungan, dianggap peny impangan (deviant), tidak ari f, merusak, menc emari, mengganggu dan lain-lain, sehingga dicela.

  • Kearifan Lingkungan 4

    Keari fan lingk ungan juga dimaksudkan sebagai ak tiv itas dan proses berpiki r, bertindak dan bersikap secara ari f dan bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu lingk ungan hidup dan kehidupan umat manusia secara timbal balik. Kes uksesan kearifan lingk ungan itu bias any a di tandai dengan produktiv itas, sustainabilitas, stabil itas dan equi tabli tas atau keputusan y ang bijaksana, benar, tepat, adil, serasi dan harmonis.

    Memilah-milah benih padi unggulan orang Semende, memakai pipa nibung orang Bugis-Sungsang, membibitk an padi secara bertahap oleh orang Pampangan, subak-awig-awig dan tri hita karana pada masyarakat Bali, sasi dan keberadaan kewang pada masy arak at Maluku, rempong damar di Lampung, tembaw ai di Day ak Iban, simpukng atau

  • Kearifan Lingkungan 5

    rondong di Day ak Benuaq, hompongan pada masyarakat Kubu dan bany ak lagi model keari fan l ingkungan yang dik embangkan oleh ribuan komunitas tersebar di seluruh w ilay ah tanah air Indonesia. Masing-masing k omu-nitas mengembangkan keari fan lokal yang diperoleh dari pengalaman adaptasi dengan diperkay a oleh kreativ itas inov ati f anggota masyarakat.

    Konsistensi penerapan kearifan lingk ungan sebagai acuan dalam bertindak maupun bersikap dalam pengelolaan l ingk ungan hidup, relati f masih di temukan di pedes aan. Keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam relatif lebih bany ak tercermin pada masy arakat pedesaan (tradis ional) mereka masih relatif terikat pada pranata kebuday aan y ang menekankan pentingny a keserasian, keharmonisan dan keseimbangan

  • Kearifan Lingkungan 6

    hubungan antara manusia dengan lingkung-anny a. Akan tetapi pada sebagian kelompok masyarakat pedesaan, telah dipengaruhi oleh kehidupan materialistik dan moneteristik sehingga nilai luhur ini telah bany ak luntur atau mengalami degradasi. Keari fan lingk ungan terpaksa harus digali dengan jeli dari para orang tua y ang seringk ali sudah uzur atau dengan tek nik analisis isi (c ontent analysis), misalnya melalui tradisi lis an.

    Keputus an y ang ari f biasany a diacu lagi ketika timbul masalah baru yang mirip dengan masalah y ang telah dis eles aiak an sebelum-nya. Keputusan yang ari f i tu dapat diwariskan oleh w arga generasi sebelumny a kepada penerus dalam suatu komunitas. Sudah ba-rang tentu warga generasi penerus suatu komunitas dapat mengambil keputus an yang disesuaik an dengan masalah spesi fik yang

  • Kearifan Lingkungan 7

    sedang mereka hadapi. Dalam hal demikian itu, keari fan yang diacu i tu merupakan suatu keari fan his toris pers pek tif y ang cukup luwes sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi-generasi penerus y ang berhadapan dengan masalah yang khas. Masyarakat Indonesia dengan ribuan komu-nitas mengembangkan kearifan lokal sesuai dengan karak teristik lingkunganny a yang khas. Berdasark an bahasa terdapat lebih kurang 555 suku bangsa atau sub suku bangsa yang tersebar di w ilay ah Kepulauan Nusantara. Dalam beradaptasi terhadap lingk ungan, kelompok-kelompok masy arak at ters ebut mengembangkan keari fan lingk ungan sebagai hasil abstraksi pengalaman menge-lola l ingk ungan. Seringkal i pengetahuan mere-ka tentang lingk ungan setempat sangat rinci dan menjadi pedoman y ang ak urat bagi

  • Kearifan Lingkungan 8

    masyarakat dalam mengembangkan kehidup-an di lingkungan permukiman merek a. Pengetahuan rakyat i tu biasany a berbentuk keari fan yang sangat dalam maknany a dan sangat erat kai tanny a dengan pranata kebuday aan, terutama pranata kepercayaan (agama) dan hukum adat y ang kadang-kadang diw arnai dengan mantra-mantra. Ia merupak an kumpulan abs traksi pengalaman yang dihay ati oleh segenap anggota masyarakat pendukungny a dan menjadi pedoman atau kerangk a acuan untuk melihat, memahami dan memilah-mi lah gejala yang dihadapi serta memilih strategi dalam bers ikap maupun bertindak dalam mengelola ling-kungan. Pengetahuan raky at y ang memiliki keari fan ekologis itu dikembangkan, dipahami dan secara turun-temurun di terapkan sebagai

  • Kearifan Lingkungan 9

    acuan bertindak dan bers ikap, terutama dalam memanfaatk an s umber day a alam. Pengelo-laan lingk ungan dan secara ari f dan berk esinambungan i tu dikembangk an mengi-ngat pentingny a fungsi sosial lingk ungan untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat. Akan tetapi pesatny a pembangunan dalam berbagai as pek kehidupan masy arakat, yang diiringi dengan persebaran nilai-nilai baru (nilai-nilai industri) serta ilmu pengetahuan dan teknologi maju, keari fan lingkungan makin terdesak dan memudar. Gejala yang berk embang bahw a sebagian keari fan lingk ungan itu mengalami degradasi, tidak dipatuhi atau tidak dik embangkan lagi, baik oleh pendukungnya maupun oleh orang lain di luar komunitas i tu. Keari fan lingkungan dinilai tidak efisien dan tidak efekti f/produk ti f,

  • Kearifan Lingkungan 10

    sehingga di tinggalkan oleh sebagian penduk ungny a. Gejala lain adalah kepatuhan pendukungny a maupun penghormatan oleh orang luar. Umumny a orang lain di luar komunitas tidak mengetahui potensi sosial y ang dimiliki s uatu komunitas, apalagi memahami dan menghormatiny a. Sangat suli t ditemukan adanya pengakuan dan penghormatan terhadap keari fan lok al, secara bersama-s ama oleh komunitas pendukungny a maupun orang lain di luar komunitas tersebut. Bahkan oleh pihak-pihak tertentu, keberadaan keari fan lingk ungan jus tru dimanipulasi untuk tujuan-tujuan tertentu, misalny a tujuan poli tis, mencari dana maupun sekedar untuk menyenangk an hati w arga komunitas penduk ung kear ifan lingk ungan tersebut.

  • Kearifan Lingkungan 11

    Namun demikian masih banyak pihak, termas uk Kementer ian Lingk ungan Hidup, yang menaruh perhatian serius terhadap keberadaan dan fungsi kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan. Walaupun diakui masih sangat terbatas, namun diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan model-model pengelolaan lingk ungan secara berk elanjutan dengan berbasis pada peran masyarakat. Model-model keari fan lingkungan y ang benar-benar efekti f dalam melestar ikan fungsi lingk ungan hidup, baik y ang sudah terdegradasi maupun y ang masih bertahan, perlu diinv entaris asi dan dokumentasi, diseminasi dan publikasi. Selanjutny a dilaku-kan penataan kembali atau revital isasi melalui penerapan model-model kearifan l ingk ungan.

  • Kearifan Lingkungan 12

    2 Pola Pengelolaan Lingkungan Secara Tradisional Masyarakat Indonesia merupak an masy arak at majemuk dengan kebudayaan y ang beraneka ragam. Berdas arkan latar belak ang bahasa ibu, sekurang-k urangny a terdapat 555 Suku bangsa yang tersebar di Kepulauan Nusan-tara. Dalam beradaptasi terhadap lingkungan, kelompok-k elompok masy arakat ters ebut mengembangkan modal sos ial (social capital) yang arif lingkungan sebagai hasil abs traksi pengalaman mengelola lingkungan, seperti pengetahuan tradisonal, etik a lingkungan, nilai budaya, norma adat, ceri ta raky at, puisi, pros a, tradisi, upacara keagamaan dan kepercay aan, ri tus, peralatan dan teknologi, serta pranata sosial. Kearifan lingkungan i tu

  • Kearifan Lingkungan 13

    sangat dalam maknany a dan erat kai tanny a dengan pranata kebudayaan, terutama pranata kepercayaan (agama) dan hukum adat y ang kadang-kadang diw arnai dengan mantra-mantra atau mitos. Apabila di tinjau secara mendalam, baik kepercay aan (agama) maupun pengetahuan keari fan lingkungan itu pada hakekatnya merupakan kumpulan abs traksi pengalaman yang dihay ati oleh segenap anggota masy arakat pendukungny a dan menjadi pedoman atau kerangk a acuan untuk melihat, memahami dan memilah-mi lah gejala y ang dihadapi s erta memil ih s trategi dalam bersikap maupun bertindak dalam mengelola l ingk ungan. Modal sosial y ang memiliki keari fan ekologis itu dikembangkan, dipahami, dipatuhi, diterap-kan dan diwariskan secara turun-temurun sebagai pedoman dalam mengelola ling-

  • Kearifan Lingkungan 14

    kungan terutama dalam mengolah sumber day a alam. Pengelolaan lingkungan secara ari f dan berkesinambungan i tu dikembangkan mengingat pentingnya fungsi lingk ungan hidup untuk menjamin kelangs ungan hidup masyarakat. Perbedaan karakteristik lingkungan (alam, sosial, binaan) akan menunjukkan perbedaan strategi adaptasi y ang dikembangk an oleh masyarakat. Strategi adaptasi i tu didasarkan pada perbedaan pengalaman y ang diperoleh dari pros es adaptasi terhadap lingk unganny a yang khas. Karena i tu, s etiap komunitas mengembangkan modal s osial yang adaptif terhadap lingkunganny a. Keari fan lingk ungan yang dikembangkan masyarakat pesisir, beda dengan y ang dikembangkan masy arak at pedalaman.

  • Kearifan Lingkungan 15

    Keari fan lingkungan i tu terwujud k e dalam bentuk ide, ak tivitas dan material. Terk ait dengan itu, Sanderson (1993) menyebutkan bahw a sistem sosio-kultural terdiri dari tiga unsur, y akni infrastruk tur material, struk tur sosial, dan super s truk tur ideologis. Sistem sosio-k ul tural mengacu kepada sekumpulan orang y ang memakai berbagai c ara untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka, yang bertindak menurut bentuk-bentuk peri laku sosial y ang sudah terpolak an, dan mencip-tak an kepercay aan dan nilai-nilai bers ama yang dirancang untuk memberi makna atau berbagai pola bagi tindakan kolektif merek a. Infrastruk tur material berisi bahan-bahan baku dan bentuk -bentuk sosial dasar yang berk ai tan dengan upay a manusia untuk mempertahankan hidup dan beradaptasi dengan lingk unganny a. Infrastruktur material

  • Kearifan Lingkungan 16

    terdir i dari sub-uns ur, y akni teknologi yang terdir i dari informasi, peralatan, dan teknik yang digunakan manusia beradaptasi terha-dap lingk ungan biofisikny a. Dengan tek nologi yang dimilikiny a, manus ia mampu mengolah lingk ungan biofisik merek a dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonominy a. Oleh kare-na i tu, teknologi pada dasarnya adalah fak tor yang menghubungkan sumber daya alam dan kesejahteraan ekonomi. Ada tiga nilai ekonomi yang diberikan oleh sumber day a alam k epada manus ia, yakni: (1) nilai manfaat k onsumtif atau nilai subsis tensi, (2) nilai manfaat produk tif atau pemanfaatan komersial, dan (3) nilai manfaat non-k ons umtif atau fungsi ekologis. Kebutuhan hidup manusia berk ai tan pula dengan perkembangan penduduk, bahkan pada ak hirnya juga berpengaruh terhadap

  • Kearifan Lingkungan 17

    kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingk ungan biofisik mereka. Struk tur sosial pada dasarny a adalah peri laku aktual y ang diperlihatkan oleh manusia baik yang timbul karena hubungan di antara sesama mereka, maupun karena hubungan mereka dengan lingk ungan biofisik merek a. Struk tur sosial terdiri dari beberapa unsur yakni keluarga sebagai uni t sosial ekonomi terk ecil dan kek erabatan sebagai uni t sosial yang lebih besar. Kek erabatan bisa merupa-kan wadah bagi suatu k eluarga untuk melakukan resiprositas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka, atau melak ukan pengelolaan secara kolekti f terhadap sumber day a alam tertentu, seperti tanah atau hutan. Hal ini sejalan dengan adany a keny ataan bahw a pada masyarakat-masyarakat tertentu, misalny a pada orang Sawu di Nusa Tenggara

  • Kearifan Lingkungan 18

    Timur, selain mengenal kepemilik an tanah secara indiv idual, mengenal pula k epemil ikan tanah secara kolek ti f, y akni milik klen. Pengaw asan tanah klen dilakuk an oleh klen yang bersangkutan. Selain itu, struk tur s osial dapat pula berbentuk lembaga sw aday a kolekti f, y akni perkumpulan yang dibentuk oleh sejum lah orang yang memilik i kepentingan sama, dimana mereka bertukar jasa, mis alny a untuk mengolah tanah, memetik hasil-hasi l tanaman dan lain-lain. Kemudian y ang tidak kalah pentingny a, setiap masyarakat tidak bisa lepas dari unsur kepolitikan, yakni merujuk pada cara-cara terorganisasi sebuah masy arakat dalam memelihara hukum, aturan internal, maupun hubungan antar individu dalam masy arak at termas uk di dalamny a pengendalian terhadap

  • Kearifan Lingkungan 19

    konflik-k onflik sosial. Organisasi kepol itikan pada masy arak at-masy arakat tertentu di Indonesia acapkal i melahirk an suatu sistem pemerintahan desa tradisional dengan penguasa adatny a, seperti apa yang tampak di Flores, Sumba, Kupang, Kalimantan atau di kalangan orang Day ak dan lain-lain. Sistem pemerintahan desa secara tradisional adalah sistem kepoli tikan y ang sangat pen-ting, tidak saja karena kekuas aan yang melekat padany a, sehingga mampu mencip-tak an tertib sos ial, tetapi sering pula mengemban tugas lain, y akni menjaga ketertiban, keharmonis an dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingk ungan biofisik mereka. Bahkan y ang tidak kalah pentingnya, seringkali terjadi pemerintahan desa secara tradisional yang menguasai suatu masy arakat adat y ang jelas batas-

  • Kearifan Lingkungan 20

    batasny a, mencakup pula di dalamny a sumber day a alam seperti tanah, air dan hutan. Sumber day a itu dimil iki secara kolek ti f, yakni masy arakat adat. Pengelolaan sumber day a seperti i tu dilak ukan oleh masyarakat adat, atau bisa pula dilakukan oleh indiv idu-indiv idu tertentu tanpa mengubah status kepemilikanny a. Selanjutnya, unsur lain yang tidak bisa diabaik an dalam struktur sosial ialah unsur pendidikan, yakni sistem pengajaran kul tural baik yang dilakukan lew at pendidik an non formal, informal, maupun formal. Tujuanny a adalah untuk mew ariskan aspek-aspek kogniti f, afektif, dan psikomotorik sehingga melahirk an kontinui tas hubungan antar ma-nusia di dalam lingkungan sosial maupun dengan lingkungan biofisik merek a.

  • Kearifan Lingkungan 21

    Supers truktur ideologis meliputi cara-cara yang telah terpolakan y ang dengan cara ters ebut para anggota masyarakat berpiki r, melakukan konseptualisasi, meni lai dan merasa. Super-struk tur ideologis direpresen-tasik an dalam bentuk ideologi umum, agama lokal, ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusas teraan. Ideologi umum merujuk kepada karak teristik kepercay aan, nilai dan norma y ang ber laku pada suatu masyarakat. Agama lokal me-ngacu kepada k epercay aan dan nilai bers ama yang berkaitan dengan adany a suatu kekuatan y ang bersi fat adikodrati. Kekuatan adik odrati itu umumny a dianggap secara langsung mencampuri kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan adalah serangkaian teknik untuk memperoleh pengetahuan dengan

  • Kearifan Lingkungan 22

    mendasarkan kepada obs ervasi dan penga-laman. Kesenian adalah kesan-kesan atau peng-ungkapan-pengungkapan simbolik y ang me-miliki nilai es tetis dan emos ional bagi suatu masyarakat. Kes an-kesan dan pengung-kapan simbolik i tu adalah bersifat fisik. Sedangkan kesusasteraan pada dasarny a juga ber isi kesan-kesan simbolik, tetapi bersi fat v erbal (lisan maupun tertul is). Termas uk dalam kelompok kesus asteraan adalah mite dan legenda yang hidup ditengah-tengah suatu masyarak at. Kategori unsur s osio-kul tural i tu pada dasarny a tidak bis a dipis ahk an, bahkan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lainny a. Kemudian y ang tidak kalah pentingnya, ketiga unsur tersebut terkai t pula

  • Kearifan Lingkungan 23

    dengan lingk ungan biofisik. Sebab bagaima-napun juga, unsur-uns ur sis tem s osio-kultural, baik pada tingk at infrastruk tur material, struktur sosial maupun pada tingk at superstruktur ideologis, adalah perangk at yang diciptakan oleh manusia agar bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Namun di sisi lain, perangkat i tu tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan biofisik. Supers truktur ideologis pada dasarny a adalah berbentuk ide-ide, nilai, norma, pe-ngetahuan atau gagasan. Berbeda dari struk tur sosial, superstruk tur ideologis mengacu kepada pik iran, sedangkan struk tur sosial mengacu kepada tindakan ny ata yang dilak ukan oleh manusia. Namun keduany a tidak bis a dipisahkan. Dalam kaitan ini, superstruktur ideologis adalah pola bagi kelakuan manusia, dalam hal berhubungan

  • Kearifan Lingkungan 24

    dengan sesamany a maupun dengan ling-kungan mereka. Sejalan dengan i tu, pemahaman terhadap peri laku manus ia dalam berinteraksi dengan lingk ungan biofisik, belumlah cukup kalau dilihat hany a pada tingkat infrastruk tur material dan struk tur sosial, tetapi harus sampai kepada tingkat supers truktur ideo-loginya. Sebab buk ti-buk ti menunjukkan bah-wa bany ak sumber day a alam tetap lestari, karena keberadaanny a diselimuti oleh superstruktur ideologi, seperti agama lok al, sebagaimana y ang tampak pada hutan Sangeh dan hutan Kedatan di Bali. Oleh karena itu, peranan kepercay aan lokal terutama y ang berk aitan dengan keberadaan mahluk-mahluk halus dan mitologi, sangat efektif bagi pelestarian sumber daya alam. Bahkan bagi masy arakat tradisional,

  • Kearifan Lingkungan 25

    pengetahuan tentang lingkungan tergantung pada kontak dengan dunia roh halus yang memainkan peran penting dalam menjamin kelangsungan produksi masyarakat, kebuda-yaan dan l ingkungan. Keperc ayaan akan mahluk-mahluk halus sangat penting karena dia diperc ayai ikut memberikan pengawasan terhadap manusia dalam memanfaatkan lingk ungan, bahkan dia bisa pula mengenakan sanksi adikodrati sehingga manus ia sangat berhati-hati dalam bertindak dan mengelola lingkungan. Mereka diikat oleh berbagai larangan atau tabu lingk ungan. Bahkan untuk memelihara hubu-ngan baik antara manusia dengan mahkluk-mahkluk halus, dipraktekkan berbagai ri tual, misalny a ritus y ang berkaitan dengan pertanian atau berburu. Lew at ri tus itu mereka tidak saja berkeinginan menjaga

  • Kearifan Lingkungan 26

    hubungan harmonis dengan mahluk-mahluk halus, tetapi juga untuk bertukar prestasi, dan sekaligus juga untuk memantapkan super-struk tur ideologis dan struktur sosial. Manfaat y ang diperoleh manusia dari lingk ungan, lebih-lebih kalau mereka berada pada taraf ekonomi subsistensi, menga-kibatkan orang merasa meny atu atau bany ak tergantung kepada lingkungan mereka. Hal ini dapat ditunjukkan dar i ungkapan orang Day ak bahw a, Hanc urnya hutan alam akan menghancurkan kita juga . Perasaan meny atu dengan lingk ungan alam atau munc ulny a kesadaran bahwa alam adalah sumber k ehidupan merek a, mendorong manusia untuk menciptakan norma-norma y ang dipak ai sebagai pedo-man bagi kelakuan dalam mengelola ling-kungan, lengkap dengan sanksi-sanksi sosial

  • Kearifan Lingkungan 27

    bagi merek a y ang melanggarny a. Bahkan yang tidak kalah pentingnya, berk at pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman maupun berdasark an obs ervasi terhadap lingk unganny a, merek a mengem-bangkan pula aneka keari fan ekologi tradisional. Norma-norma yang mengatur kelakuan manusia dalam berinteraks i dengan lingk unganny a, ditambah dengan keari fan ekologi tradisional y ang mereka mil iki, merupak an etika l ingkungan y ang mempe-domani per ilak u manusia dalam mengelola lingk unganny a. Demikian, dapat dilihat pada pengetahuan masyarakat tentang jenis -jenis flora dan fauna yang berguna dan bermanfaat bagi kehi-dupanny a, seperti kayu untuk bahan rumah, obat-obatan, bahan upacara, atau peri laku jenis -jenis binatang tertentu sebagai pemberi

  • Kearifan Lingkungan 28

    tanda-tanda alam. Karena i tu, pengetahuan tentang alam, flora dan fauna serta pemeliharaan dan perlindunganny a menjadi bagian dar i kehidupan suatu masy arakat, sebagai suatu nilai y ang disosialisas i dan ditransmisikan antar generasi sebagai suatu pedoman hidup bermasy arak at. Pedoman i tu diw ariskan dari satu generasi ke generasi berik utny a lewat pendidikan sehingga mela-hirkan pola-pola pengelolaan lingk ungan se-cara tradisional. Sementara i tu s ejumlah konflik yang muncul mengenai lingkungan lebih bany ak melibatkan masyarakat adat dengan masyarakat lain yang tidak mendalami keari fan lokal dan adat suatu masyarakat tentang bagaimana masyarakat tersebut mengelola lingkung-anny a secara tradisional termasuk pelang-garan pemil ikan tanah secara adat.

  • Kearifan Lingkungan 29

    Karena i tu, langkah yang tepat dalam usaha untuk mewujudk an kearifan lingk ungan adalah dengan manata kembali tradisi yang ada di masyarakat tentang usaha mereka untuk mewujudk an kes eimbangan kehidupan-nya dengan lingkunganny a. Tradisi dan aturan lok al y ang tercipta dan diwariskan turun-temurun untuk mengelola lingkungan, dapat menjadi materi penting bagi peny u-sunan model-model pengelolaan lingk ungan secara berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat adat/tradisional.

    3 Degradasi Kearifan Lingkungan Tidak dipungkiri bahw a pesatny a pemba-ngunan y ang berlangsung selama ini berhasil meningk atk an taraf hidup sebagian masy a-rakat. Peningkatan taraf hidup tersebut ter-nyata diikuti oleh peningkatan jumlah-ragam

  • Kearifan Lingkungan 30

    maupun kuali tas kebutuhan. Akibatnya masy -arak at berlomba-lomba untuk meningkatkan produksi untuk di lempar ke pasar. Sejalan dengan i tu pula berkembang ni lai-nilai baru (nilai-nilai industr i) yang menekankan pentingnya peningk atan produk tiv itas, efisi-ensi dan efek tivitas tanpa menghiraukan keles tar ian fungsi l ingkungan. Keari fan lingk ungan y ang selama ini menjadi pedoman dalam mengelola lingkungan mengalami perges eran akibat pes atny a kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi maju dan eksploitati f yang diikuti dengan perse-baran nilai -ni lai (nilai-nilai indus tri) dan pranata sosial baru. Kearifan tradisional bahk an cenderung diabaikan, baik oleh orang lain maupun pendukungnya. Gejala y ang paling buruk adalah terjadiny a konflik/friksi sosial sebagai akibat perbedaan

  • Kearifan Lingkungan 31

    acuan, standar maupun nilai dalam pengelolaan lingkungan hidup. Bagaimana misalny a perbedaan ni lai s umber daya alam antara pandangan masy arakat lokal (em ic view) dengan pengusaha (etic view. Perbedaan pandangan terhadap fungsi hutan, misalny a, bagi masyarakat lokal di Kalimantan, hutan dianggap berni lai ekonomis tinggi bila kondisiny a masih utuh, karena di sana terdapat rotan y ang bergelantungan, taw on (madu), damar, bahan makanan dan obat-obatan. Beda dengan pandangan pe-ngusaha kayu yang melihat hutan baru berfungsi ek onomis bila pepohonan bes ar itu sudah di tebang menjadi gelondongan yang siap diolah. Kondis i paling memperihatinkan lagi, seringkali menganggap kearifan lokal sebagai penghambat aktiv itas dan tidak efektif.

  • Kearifan Lingkungan 32

    Perbedaan acuan, pandangan/penilaian, standar, ukuran atau nilai tersebut, seringkali menimbulkan benturan atau konflik antara masyarakat lokal dengan pengusaha maupun pemerintah. Padahal, pembangunan berkelan-jutan memungkinkan pemanfaatan keari fan dan sumber-sumber day a sosial sebagai model pengelolaan lingkungan hidup secara berk elanjutan. Tidak adany a per lindungan atau penghor-matan terhadap keari fan lingkungan yang dikembangk an masy arakat lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup dan peman-faatan sumber daya alam, antara lain disebabk an oleh kurangnya pemahaman para pemangku kepentingan dan tidak tersediany a informasi mengenai keari fan lingkungan. Melalui penerbi tan buku sak u Keari fan Lingkungan diharapkan dapat membantu

  • Kearifan Lingkungan 33

    para pihak untuk meningkatkan pemaha-manny a terhadap keari fan lingk ungan yang dikembangk an oleh berbagai komunitas.

    4. Inventarisasi, Dokumentasi, Publikasi dan Diseminasi Kearifan Lingkungan Kemajemukan masy arakat Indonesia meru-pakan faktor pendorong dan menjadi kekuatan penggerak dalam pengelolaan lingk ungan hidup. Dalam hal ini diperluk an k ons truksi sosial dan budaya y ang diarahkan untuk mencapi keberlanjutan fungsi s osial, ekonomi dan ek ologi yang dapat menopang kehidupan suatu komunitas maupun bangs a. Modal sosial y ang di antarany a kearifan lingk ungan yang dikembangkan oleh ribuan komunitas pedesaan di Indones ia, dalam keny ataan

  • Kearifan Lingkungan 34

    merupak an kekuatan pembangunan yang dapat memberikan kontribusi secara posi tif terhadap pelestarian fungsi ekosis tem dan memperkuat kapaitas masy arakat untuk berperan. Pola-pola pengelolaan lingkungan secara tradisional di berbagai kelompok masy arak at yang tergolong masy arak at petani tidak menetap (pemburu, peramu dan peladang berotasi), nelay an tradis ional dan pertanian menetap, menunjukkan betapa pentingny a lingk ungan sehingga perlu dijaga keles tar ian atau k elangsungannya bagi generasi men-datang. Ribuan komunitas yang tersebar di seluruh pelosok tanah air y ang ternyata memilik i keari fan dalam pengelolaan ling-kungan dan pemanfaatan sumber daya alam. Begitu bes arny a modal sosial yang dimiliki oleh masy arak at Indonesia y ang majemuk,

  • Kearifan Lingkungan 35

    namun disia-siakan bahkan tidak dihormati sama sekali, bahkan disingkirk an termas uk oleh pendukungnya. Padahal, penghormatan atau per lindungan pada keari fan i tu merupak an kunci suksesnya peningk atan peran masy arakat dalam pengelolaan ling-kungan hidup. Bahkan sebagian bes ar di antarany a mengalami degradasi sehingga tidak diketahui apalagi dipatuhi oleh masyarakat generasi penerus pembuat keari fan i tu. Tidak bis a dipungkiri begi tu bany ak warga masyarakat pedes aan yang ter libat dalam: penebangan hutan secara illegal, pembak aran ladang secara tidak terk endal i, penggunaan alat peledak oleh nelayan tradisional, penambangan emas tanpa terekndal i, di samping sebagian w arga dan perusahaan besar yang melak ukan hal yang sama dalam skala yang lebih besar.

  • Kearifan Lingkungan 36

    Penerapan tek nologi maju yang eksploi tati f, memperburuk fenomena di atas. Ia meng-geser teknologi sederhana y ang dianggap tidak produktif, atau tidak efektif. Bisa di lihat bagaimana sebagian nelayan terpesona menggunakan alat peledak (molotov) meng-gantikan pancing dan jar ing dalam menangkap ikan. Alasanny a hany a karena efis iens i dan efek tivitas. Suatu kelalaian dalam peny erapan terhadap nilai baru yang tidak diimbangi dengan etika lingkungan dan kesiapan mental masy arakat. Nilai-nilai industri y ang menek ank an pentingny a peningkatan produksi, merasuki s etiap de-nyut kehidupan masy arakat. Arus perubahan dari masy arakat berkeseimbangan ke berk esenjangan ini atau masy arak at agrar is ke indus tri, tidak mampu dihadang mengingat kebutuhan y ang semakin meningkat, baik

  • Kearifan Lingkungan 37

    ragam, jumlah maupun kuali tasny a. Cela-kany a tidak semua kebutuhan tersebut dapat diproduksi sendiri, seperti barang hasil industri, sehingga perlu uang untuk mendapatkan barang kebutuhan, dan barang itu pun dapat dibeli di mana-mana. Maka setiap orang akan berlomba-loba mencari surplus produksi untuk dilempar ke pasar guna mendapatkan uang dan barang kebutuhan yang tidak dapat diproduksi. Keari fan tradisional yang memang dirancang pada zamannya, yaitu ketika jumlah penduduk relati f sedik it, kebutuhan relati f sederhana, sumber day a alam masih melimpah, akan ters ingkir termasuk oleh pendukungny a. Namun demikian dari kumpulan model keari fan berikut, masih dapat ditemukan sisa-sisa modal sosial y ang ari f lingk ungan itu yang perlu dikembangk an, seperti: penataan

  • Kearifan Lingkungan 38

    ruang sec ara tradisional, penggunaan alat sederhana y ang ramah lingkungan, nilai dan norma pengendali sikap dan peri laku masyarakat, pengembangan w ana tani, pembuatan tek nologi terasering dalam pengolahan lahan miring, pelestarian sumber (mata) air, pengetahuan berbagai jenis dan pemanfaatan sumber day a alam, folklore sebagai pendidik an keari fan lingkungan, sumber day a alam totem, mitologi, tabu, pelestarian hutan bakau, pengetahuan tentang mahluk dan kekuatan gaib, pemanfaatan lahan secara tumpang sari, pola perladangan sec ara berotasi, tek nologi sederhana dalam bebruru, penggunaan varietas lok al, tradisi gotong royong, tradisi dan upacara ri tual y ang terkai t dengan pelestarian lingk ungan dan lain-lain.

  • Kearifan Lingkungan 39

    Beberapa model keari fan lingk ungan yang hingga saat ini masih dianggap sangat efek tif dan perlu dijadik an model pengelolaan lingk ungan dan pemberday aan masy arakat, antara lain: didong pada masy arak at Gay o, tombak haminjon pada masy arak at Tapanuli Utara, lubuk larangan di Mandailing Natal, tradisi bondang dan jamu laut pada masyarakat Asahan, nelayan kutuk-kut uk pada masy arakat pesisir Tapanuli Tengah, hutan sialang dan rimba simpanan pada masyarakat Melay u-Talang Mamak-Sakai-Hutan dan Kubu, hompongan pada masyarakat Kubu di Jambi, kek ean pada masyarakat Lahat, tebat mil ik komunal pada masyarakat Pasemah, rempong damar pada masyarakat Krui, piil pesenggiri pada masyarakat Lampung, rumpon dan keramba pada masy arakat nelay an di Kepulauan Riau,

  • Kearifan Lingkungan 40

    lebung pada masy arak at Sumatera Selatan, buyut tabu pada masy arakat Badui, talun pada masy arak at Jawa Barat, fungsi abah anom dan upacara seren taun pada masyarakat Kasepuhan Pancer Pangaw inan, keramatan dan bers ih deso di Jaw a Timur, subak-tri hita karana dan awig-awig pada masyarakat Bali, hutan tembarang pada masyarakat Iban, hutan larangan pada berbagai k elompok masy arakat, sasi dan fungsi kewang di Maluku, berladang berotasi pada masy arak at Day ak, pahew an pada masyarakat Dayak Kalimantan Tengah, simpuk ng-umag dan tautn pada masy arak at Benuaq, pas ang ri kajang pada komunitas Ammatoa Kajang, ritual palampa bae pada masyarakat Tau Taa, maccera tasi pada masyarakat Luw u, tradisi bau nyale pada masyarakat Sas ak, kebuday aan kayu pada

  • Kearifan Lingkungan 41

    masyarakat Asmat, marmar dan hutan pamali pada masy arak at Alor dan lain-lain. Pola-pola pengelolaan lingkungan secara tradisional sebagaimana disebut di atas, sesungguhny a dapat di jadikan model dalam peningkatan peran masyarakat dalam pe-ngelolaan lingkungan hidup dan sekal igus pemberday aan ekonominya. Konsep hompo-ngan pada masy arak at Kubu, misalny a, dapat dijadikan model pengamanan Taman Nasional sekaligus pemberday aan ekonomi masy arak at Kubu. Dengan memfungsikan modal sosial yang positi f dalam pembangunan, bukan saja dapat meningkatkan ekonomi dan peran masyarakat dalam pembangunan di bidang lingk ungan hidup, namun juga dapat meningk atk an aks es dan kemampuan ma-syarakat dalam pengaw asan (kontrol s osial). Dengan perluas an aks es, penataan kembali

  • Kearifan Lingkungan 42

    modal sosial dan fasili tasi dari pemerintah maupun dunia usaha, masy arakat mampu meningk atk an kapasi tas diriny a untuk mela-kukan pengawasan, pengaturan diri, tuntutan dan pelaporan, dan inisiati f meny elesaikan pers oalanny a. Sehingga tidak perlu me-ngerahkan jaga wana untuk mengaw asi hutan larangan atau hutan sialang, karena masyarakat dengan sendiriny a menaruh kepentingan untuk mengaw asi dan menjaga kelstarianny a. Masih bany ak lagi model-model pengelolaan lingk ungan y ang didasarkan pada nilai-nilai keari fan yang dapat digali serta dimanfaatkan dalam upay a pelestarian fungsi lingkungan. Karena itu, upay a pengumpulan atau penggalian data kearifan lingkungan perlu terus dilakuk an. Kegiatan inv entarisasi, dokumentasi dan publik asi, baik dalam bentuk

  • Kearifan Lingkungan 43

    kajian lapangan maupun melalui metode content analisys, terus dilak ukan. Data-data ters ebut akan menjadi bahan y ang berharga bagi peningkatan peran dalam pengelolaan lingk ungan hidup, khusus nya upay a pemberday aan. Hal lain, adalah sebagai upay a perlindungan terhadap pengetahuan tradisional (traditional knowledge).

    5. Model-Model Kearifan Lingkungan Nusantara AWIG-AWIG (LOMBOK BARAT DAN BALI): Awig-awig memuat aturan adat yang harus dipenuhi setiap warga masy arak at di Lombok Barat dan Bali dan sebagai pedoman dalam bersik ap dan bertindak terutama dalam berinteraksi dan mengelola lingkungan.

  • Kearifan Lingkungan 44

    REPONG DAMAR (KRU Y-LAMPUNG UTARA): Repong damar atau hutan damar, merupakan model pengelolaan lahan bekas ladang dalam bentuk w anatani yang dikembangkan oleh masy arakat Kruy di Lampung Utara, yai tu menanami lahan bekas ladang dengan berbagai jenis tanaman, antara lain damar, kopi, karet, durian.

    HOMPON GAN (ORANG RIMBO-JAMBI): Hompongan merupakan hutan belukar melingkupi kawasan inti permukiman orang Rimbo (di kaw asan Taman Nas ional Bukit Dua Belas, Jambi) yang sengaja dijaga keberadaanny a y ang berfungs i sebagai benteng pertahanan dari gangguan pihak luar.

    SIALANG (OR AN G RIMBO, JAMBI): Pohon sialang adalah sejenis pohon y ang bias any a

  • Kearifan Lingkungan 45

    tempat sarang lebah. Hutan y ang mengi tari pohon sialang dis ebut hutan sialang. Pohon maupun hutan sialang dianggap keramat sehingga di lindungi.

    TEMBAWAI (DAYAK IBAN-KALIMANTAN BARAT): Tembawai merupakan hutan rakyat yang dikembangkan oleh masy arak at Dayak Iban di Kalimantan Barat, didalamny a terdapat tanaman produkti f, seperti durian.

    SASI (MALUKU): Sasi merupakan aturan adat y ang menjadi pedoman setiap w arga masy arakat Maluku dalam mengelola lingkungan termasuk pedoman pemanfa-atan sumber daya alam.

    SIMPU K MUN AN/LEMBO (DAYAK BENU AQ-KALIMANTAN TIMUR): Simpuk munan atau lembo bangkak merupakan hutan tanaman buah-buahan (agroforestry)

  • Kearifan Lingkungan 46

    y ang dikembangkan oleh masy arak at Day ak Benuaq di Kalimantan Timur.

    KOKO DAN T ATT AKENG (T OBENTONG-SULAWESI SELAT AN): Sebelum menge-nal pertanian padi saw ah, orang To Bentong mew aris kan lahan bagi keturun-annya berupa kebun (koko) dan ladang yang ditinggalkan (tattakeng). Koko adalah lahan perladangan y ang diolah secara berpindah, sedangkan tattakeng adalah lahan bek as perladangan y ang sedang diberakan.

    MAPALUS (M INAHASA-SU LAWESI UTARA): Mapalus pada masy arak at Minahasa, merupak an pranata tolong-menolong yang melandasi setiap kegiatan sehari-hari orang Mainahasa, baik dalam kegiatan pertanian, yang berhubungan dengan sekitar rumah tangga, maupun

  • Kearifan Lingkungan 47

    untuk kegiatan y ang berk ai tan dengan kepentingan umum.

    MOPOSAD DAN MODUDURAN (BOLAAN G MANGON DOW-SU LAWESI SELATAN): Moposad dan mododuran merupakan pranata tolong-menolong y ang penting untuk menjaga keserasian lingkungan sosial.

    KAPAMALIAN (BANJAR, KALIMANTAN SELAT AN): Kapamalian merupak an aturan-aturan (pantangan) dalam pengelolaan lingkungan, misalnya larangan membuka hutan keramat.

    PAHOMBA (SUMBA TIMUR-NUSA TENGGARA TIMUR): Gugus hutan yang disebut pahomba, ter larang keras untuk dimas uki apalagi untuk diambil hasil hutannya. Pada hakek atny a pohon-pohonan di setiap pahomba itu berfungsi sebagai

  • Kearifan Lingkungan 48

    pohon-pohon induk y ang dapat meny e-barkan benih ke padang-padang rumput y ang relati f luas. Karena itu, jik a api tak menghangusmatik an anakan pepohonan itu, proses perluasan hutan sec ara alamiah dapat berlangs ung. Pepohonan di pahomba di seki tar batang sungai berfungsi sebagai riparian atau tumbuhan tepian sungai yang berfungsi sebagai fil ter terhadap materi erosi, dan sekaligus berfungsi sebagai sempadan alamiah sungai dan untuk pelestarian air sungai.

    SUBAK (BALI): Salah s atu tek nologi tradisional pemakaian air secara efisien dalam pertanian dilak ukan dengan cara subak. Lewat s aluran pengairan, ada pembagian dis tribusi air berdasark an luas areal saw ah dan masa pertumbuhan padi. Pembagian air menggunakan alat yang

  • Kearifan Lingkungan 49

    terdir i dari pootngan batang pohon kelapa atau k ay u tahan air. Kayu ini dibentuk sedemikian rupa dengan cekukan atau pahatan dengan kedalam tertentu, air mengalir dengan debi t sesuai kebutuhan. Kayu pembagi air dapat dipindah-pindah dan dipasang dis elok an s esuai dengan keperluan, yang pengaturanny a ditentukan oleh kelihan yeh atau petugas pengatur pembagian air.

    TRI HITA KAR ANA (BALI): Tri Hita Karana, suatu k onsep yang ada dalam kebudayaan Hindu-Bali y ang ber intikan keharmonisan hubungan antara manusia-Tuhan, manusia-manusia, dan manusia-alam, merupakan tiga peny ebab kes ejahteraan jasmani dan rohani. Ini berarti bahw a nilai kehar-monis an hubungan antara manusia de-ngan lingk ungan merupakan suatu keari fan

  • Kearifan Lingkungan 50

    ekologi pada masy arak at dan kebudayaan Bali.

    BERSIH DESO (DESA GASAN G-J AWA TIMUR): Bers ih deso (bersih des a) adalah suatu ac ara adat dan sekaligus tradisi pelestarian lingkungan yang mas ih dilaksa-nakan masy arakat Desa Gas ang sampai sekarang. Dilakukan setiap tahun pada bulan Jaw a Selo (Longk ang) dipilih hari Jumat Pahing. Masy arakat secara berkelompok membersihk an lingk ungan masing-masing seperti jalan, selokan umum dan s ungai. Setelah s eles ai melaksanakan bersih deso s ecara berk elompok mereka meny elenggarakan upacara semacam sedekah bumi dengan sajian satu buah buceng besar, satu buc eng kecil, say ur tanpa bumbu lombok tanpa daging, berbagai mac am hasi l bumi yang biasa

  • Kearifan Lingkungan 51

    disebut pala kependhem dan pala gumantung .

    WEWALER (DESA BEN DOSEWU-J AWA TIMUR): Tradisi bersih des a di Desa Bendos ew u dikenal dengan wew aler yang merupakan pesan dari leluhur yang babad desa. Isi pesan adalah jika des a sudah rejo (damai, sejahtera) mak a hendak ny a setiap tahun diadakan upacara bersih desa. Tradis i bersih desa disertai kegiatan kebersihan lingk ungan secara serentak, y aitu membersihkan jalan-jalan, rumah-rumah, pek arangan, tempat-tempat ibadah, makam dan sebagainy a. Kegiatan ini disebut pula dengan tata gelar atau hal y ang sifatnya lahiriah. Hal y ang berk ai tan dengan tata gelar dalam bersih des a bagi masy arakat Bendosewu sudah menjadi

  • Kearifan Lingkungan 52

    bagian hidupnya, sehingga tidak perlu diperintah lagi.

    SEREN TAUN (DESA SIRNARESMI-J AWA BARAT): Seren taun memiliki banyak arti bagi masy arakat kas epuhan diantarany a adalah seren taun adalah puncak prosesi ritual pertanian y ang bermakna hubungan manusia, alam, dan pencipta-Ny a. Seren taun adalah peray aan adat pertanian kasepuhan sebagai ungkapan rasa sy ukur setelah mengolah lahan pertanian dengan segala hambatan dan perjuangannya untuk mendapatkan hasi l y ang optimal. Seren Taun adalah pesta masy arakat adat kasepuhan sebagai ungkapan rasa gembira ketika panen datang. Seren Taun juga merupakan pertunjukkan k esenian-kes enian tradisional y ang ada di masy arak at kasepuhan. Adat istiadat yang ber laku di

  • Kearifan Lingkungan 53

    dalam kasepuhan ini mengatur pola kehidupan masyarakat dalam berhubungan dengan sang pencipta (hablum minallah), hubungan antar manusia (hablum minan naas) dan hubungan manusia dengan alam lingkunganny a (hablum minal alam).

    TALUN (KAMPUNG DU KU H-J AWA BARAT ): Bentuk kearifan lingkungan yang dikembangkan masy arak at Kasepuhan Pancer Pangaw inan diw ujudkan dalam penataan ruang hutan, pelestarian dan pengelolaan air, dan pengelolaan lahan dengan pengembangan talun. Selain i tu juga diw ujudkan dalam pengetahuan tradisional tentang berbagai jenis sumber daya alam, seperti padi varietas lokal. Nilai yang menekank an pentingny a meles tarikan lingkungan itu dikuatkan lewat berbagai upacara tradisional, mitos dan tabu. Menurut

  • Kearifan Lingkungan 54

    w arga Kesepuhan, hutan digolongkan menjadi 3 jenis, y aitu: Leuw eung kolot atau leuweung

    geledegan atau hutan tua, y aitu hutan y ang masih lebat di tumbuhi berbagai jenis pohon dengan kerapatan yang tinggi, dan masih bany ak ditemukan binatang liar hidup di dalamny a. Hutan ini masih ada di sekitar kaw asan Taman Nasional Gunung Halimun;

    Leuweung titipan atau hutan keramat. Hutan ini tidak boleh dimasuki apalagi dieksploitasi oleh siapa pun, kecual i ada izin dari Abah Anom. Hutan ini akan dimas uki apabila Abah Anom menerima w angsit atau ilapat dar i nenek moyang y ang memerluk an sesuatu dari kaw asan gunung tersebut. Kaw asan hutan

  • Kearifan Lingkungan 55

    keramat adalah kawasan Gunung Ciw itali dan Gunung Girang Cibareno;

    Leuw eung s ampalan atau leuweung bukaan, yaitu hutan yang dapat digunakan dan dieksploitasi serta dibuka oleh w arga Kasepuhan. Di sini w arga boleh membuk a ladang, kebun sawah, menggembala ternak, mengambi l kay u bakar dan hasi l hutan lainnya y ang ada. Yang termasuk lahan bukaan adalah lahan di seki tar tempat pemukiman penduduk. Bek as lahan ladang ataupun sawah yang sudah dipanen lalu di tanami dengan tanaman musiman dan tanaman keras s ehingga membentuk hutan buatan dis ebut talun. Tanaman buah-buahan sering digunakan seperti duren, rambutan, atau tanaman lainny a seperti petai, c engkeh, dan sebagainy a. Setelah

  • Kearifan Lingkungan 56

    talun di tanami bias any a akan di tinggal begitu saja. Artinya pemeliharaanny a tidak begitu intensif dibanding dengan kebun.

    PIIL PASEN GGIRI (LAMPUN G): Piil

    Pesenggiri merupakan fals afat hidup atau pedoman dalam bertindak bagi setiap w arga masyarakat Lampung, y akni: menemui muimah (ramah lingkungan), nengah nyappur (k eseimbangan ling-kungan), sakai sambayan (pemanfaatan lingkungan), dan juluk adek (pertumbuhan lingkungan).

    UNDANG-UN DAN G SIMBUR CAHAYA (LAHAT-SUMATER A SELATAN): Undang-undang Simbur Cahaya y ang sebagian

  • Kearifan Lingkungan 57

    substansinya mengatur tentang pentingny a pelestarian lingkungan.

    KE-KEAN (SUMATER A SELATAN ): Pengetahuan ke-kean adalah perhi tungan w aktu yang tepat untuk menanam untuk jenis tanaman tertentu y ang dik ai tkan dengan ilmu perbintangan.

    TEBAT(PASEMAH-SUMATER A SELATAN ): Salah satu bentuk kearifan lingk ungan masy arakat Pagar Alam adalah tebat mil ik komunal. Tebat dapat dimiliki secara individual maupun kolekti f. Tebat memiliki fungsi sosial, untuk memperkuat rasa solidari tas dan integrasi masy arak at. Setiap kali ikan dipanen, dilakukan bobos tebas, y aitu menguras isi kolam dan semua w arga desa secara bersama-sama.

  • Kearifan Lingkungan 58

    PERELAK, KEBU N MUDO-UMO R ENAH DAN UMO TALANG (MELAYU-JAMBI): Orang Melay u Jambi mengenal dan menggolongk an perladangan dalam beberapa bentuk, y aitu perelak, kebun mudo, umo renah dan umo talang. Perelak ialah sebidang tanah di seki tar desa (kampung) y ang di tanam i berjenis tanaman untuk memenuhi kebutuhan dapur sehari-hari seperti cabai, kunyit, serai, laos, tomat, kacang gulai, ubi rambat, ubi kay u dan pisang. Kebun mudo ialah sebidang tanah y ang ditanam i satu jenis tanaman muda tertentu, misalny a pisang, kedelai atau kacang tanah. Umo renah ialah ladang cukup luas y ang di tanami padi dengan selingan tanaman muda, seperti cabai, tomat, terong, labu dan mentimun. Di s eki tar ladang itu mereka juga menanami tanaman

  • Kearifan Lingkungan 59

    keras seperti duku, durian, karet dan sebagainy a. Umo talang adalah ladang jauh di tengah hutan y ang biasanya ditanami padi. Disini juga merka menanam tanaman keras seperti karet dan durian. Mereka juga membuat rumah sementara yang dihuni selama musim menunggu panen padi. Setelah panen, ladang tersebut akan menjadi k ebun karet atau kebun durian.

    RIMBA KEPU NGAN SIALAN G (MELAYU-RIAU): Masy arakat Melay u mengenal pembagian hutan tanah y ang terdiri dari tiga bagian, y akni tanah perladangan, rimba larangan, rimba simpanan (hak ulayat) dan rimba kepungan sialang. Pengk ategorian hutan dapat berfungsi untuk mengendal ikan tindak an pembukaan hutan.

    BONDAN G (DESA SILO-ASAHAN-SUMATER A UTAR A): Masy arakat Desa Silo

  • Kearifan Lingkungan 60

    menerapkan tradisi berupa upacara buka bondang dan tutup bonding dalam aktivitas pertanian. Buka bondang dilakukan pada saat akan memulai penanaman, sedangkan tutup bondang diselenggarakan saat panen. Apa y ang menarik dari kegiatan ini adalah bahw a selain bersandark an pada keari fan tradisional, konsep pertanian bondang ini terny ata cukup sinergis dengan upaya menciptakan kes eimbangan ling-kungan. Dalam aktiv itas pertanian petani sama sekal i tidak menggunakan zat-z at kimia maupun obat-obatan yang dapat mengakibatkan berbagai dampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Kegiatan pengolahan lahan pertanian dari mulai tanam hingga panen sepenuhny a dilakukan secara tradisional, tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.

  • Kearifan Lingkungan 61

    LUBU K LARAN GAN (MAN DAILING-SUMATER A UTARA): Lubuk larangan adalah bagian sungai y ang dilindungi. Di dalamnya terdapat ikan jurung yang merupakan ikan langka dan bernilai simbol ik sebagai peralatan upacara pada masy arakat Tapanuli Selatan (Mandailing). Di Mandail ing Natal terdapat 114 lubuk larangan y ang dik elola oleh masy arakat. Konsep ini merupakan keari fan tradisional y ang terlaksana secara berkesinambungan dari, oleh dan untuk masy arakat.

    MACC ERA TASI (LUWU -SU LAWESI SELAT AN): Maccera Tasi tebuk ti efek tif dalam menggugah emosi keagamaan (spiri tual) w arga masyarakat. Pada saat pelaksanaan upac ara, merek a diingatkan atas tanggungjaw abny a untuk menghormati laut, menjaga kebersihanny a, tidak merus ak

  • Kearifan Lingkungan 62

    dan tidak menguras potensi ikan laut secara berlebihan.

    BAU NYALE (SASAK-NU SA TENGGARA BARAT): Kearifan masy arak at setempat tercerm in dalam upay a masy arakat meme-lihara dan meles tarikan tradisi Bau Nyale y ang dik aitkan dengan k esuburan. Nyale atau c acing laut jelmaan dari putr i kemudian memenuhi air laut dengan warna-w arni dan mudah di tangk ap. Setiap tahun dilak ukan upacara Bau Nyale oleh penduduk Sasak.

    LEBUNG (SU MAT ERA SELAT AN): Dalam praktek pengelolaan sumber day a alam, lebung tidak hany a merupak an cek ungan tanah tetapi juga salah satu teknik penduduk setempat untuk menampung ikan saat genangan air di lebak surut. Lebih dari itu, untuk mengambil ik an y ang terdapat di lebung ada mekanisme y ang berada diluar

  • Kearifan Lingkungan 63

    aturan lelang yang mengakomodir hubu-ngan-hubungan antara pengemin dan pemi lik lebung supay a kepentingan kedua belah pihak terpenuhi. Untuk memenuhi kepentingan-kepentingan dari pihak ters ebut, pengemin memberikan sejumlah uang kepada pem ilik lebung s ebagai tanda ucapan terima kasih, bukan sebagai ganti rugi atas pengambilan ikan di lebung.

    TANAH SEBAGAI IBU KANDUNG (AMUN GME-PAPUA): Masyarakat Amung-me y ang hidup di s ekitar Tembagapura yang kini menjadi kawasan eksploi tasi PT Freeport Indonesia, mempercay ai tanah sebagai ibu k andung atau mama. Keari fan buday a Amungme yang mempersepsi tanah sebagai mama, menjadi motivasi buday a bagi resis tensi warga Amungme terhadap penggalian gunung biji Erstberg dan

  • Kearifan Lingkungan 64

    Grass berg. Kedua gunung ini dipercay a sebagai kepala mama. Kasus Freeport merupakan suatu perlaw anan buday a para tok oh adat Amungme yang tampil dengan pesan buday a te aro new eak lako (alam adalah aku) atau tanah dipandang sebagai bagian dari hidup manusia. Konsekw ensi dari struk tur kepercayaan budaya tadi adalah ketik a dampak penc emaran dari limbah PTFI, dalam bentuk pembuangan tai ling ke dalam s ungai Ajkwa dan Agaw aghon dan semua anak sungai sekitarnya, meny ebabkan rus aknya eko-sistem dan buday a Amungme. Sebal ikny a adany a pandangan bahw a tanah adalah mama atau bagian dari hidup manusia, menuntun pri laku pemanfaatan sumber day a alam, terutama tanah, secara hati -hati, tidak merus ak dan tidak mencemari.

  • Kearifan Lingkungan 65

    PASAN G RI KAJAN G (AMMATOA-KAJANG-SULAWESI SELATAN): Masyara-kat adat Ammatoa bermukim di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, y ang berjarak kurang lebih 540 km ke arah tenggara dari Kota Makassar, Propins i Sulaw esi Selatan.Pasang Ri Kajang merupakan pandangan hidup komunitas AmmaToa, y ang mengandung etika dan norma, baik y ang berkaitan dengan peri laku sosial, maupun peri laku terhadap lingk ungan dan alam s ekitarnya, maupun hubungan manusia dengan pencipta-Ny a. Ammatoa bertugas untuk melestar ikan Pasang Ri Kajang dan menjaganya agar komunitas Ammatoa tetap tunduk dan patuh k epada Pasang. Pas ang merupakan pandangan y ang bersi fat mengatur, tidak dapat dirobah, ditambah maupun dik urangi.

  • Kearifan Lingkungan 66

    MOHOTO O WUTA (TOLAKI-SU LAWESI TENGGARA): Upac ara mohoto o wut a agar kelak nanti hutan y ang mereka tebangi dapat menghutan kembali agar dapat dimanfaatk an oleh generasi berikutny a. Hal ini dibuk tikan dengan konsep-konsep (keny ataan empirik) seperti ana homa, o sambu, dan laliwata y ang merupakan suatu bukti jik a kawasan hutan bekas perladangan dapat pul ih kembali.

    O KARUN A-O KAN DADI (MUNA-SULAWESI TENGGARA): Pemberaan sebidang lahan s etelah s atu atau dua kali tanam disebut O karuna (dedaunan yang masih muda) dan pepohonannya disebut O kandadi. Konsep ini mengandung makna pemulihan kesuburan lahan. Caranya ialah dengan memel ihara anak kay u yang tumbuh.

  • Kearifan Lingkungan 67

    PANGALE KAPALI (T AU TAA ATAU TO WANA-SU LAWESI TENGGARA): To Wana berarti "orang dalam hutan". Mereka memi-liki kaw asan hutan suaka adat yang dis ebut "pangale kapali". Upaya-upay a komunitas masy arakat adat Tau Ta'a untuk menjaga keles tarian pangale kapali tersebut, ditempuh melalui penegakan hukum adat beserta pemberian sanksi pelanggaranny a y ang terk ait dengan pengelolaan pangale kapali. Hutan kons erv asi binaan masy arak at adat Tau Taa tersebut senantias a berada dalam pengaw asan masy arak at. Berbagai upacara ritual, tabu serta tradisi peles tar ian pangale kapal i tetap dipertahankan. Demikian juga huk um adat dan berbagai keputusan adat lainny a di terapkan di tengah-tengah w arganya guna menjaga

  • Kearifan Lingkungan 68

    keles tarian atau kelangs ungan hutan lara-ngan ters ebut.

    TU AAN AAN LALOM BUFUT (DAYAK PUNAN-KALIMANTAN TIMUR ): Kaw asan hutan di dalam w ilayah permukiman (tuaan aan lalom bufut) tempat berburu, meramu sayuran dan buah-buahan hutan, me-ngambil bahan bangunan dan alat-alat keperluan hidup. Kaw asan hutan ini harus dijaga kelestar ianny a.

    TANA ULEN (DAYAK KEN YAH-KALIMANT AN TIMUR ): Tana' ulen, yaitu suatu kaw asan hutan atau lahan yang dikuasai dan di jadikan sebagai milik secara adat y ang pengelolaan dan pemanfaatanny a secara khusus diatur dan dil indungi oleh adat.

  • Kearifan Lingkungan 69

    PAHEWAN (DAYAK N GAJU-KALIMANTAN TENGAH): Hutan konserv asi buatan masy arakat y ang disebut pahewan, menurut kepercay aan Day ak diy akini ada yang menjagany a. Kebany akan dihuni mahluk gaib yang ganas dan agar tidak mengganggu k adang kala diber ikan sesajian. Hutan-hutan seperti ini dikenal dengan sebutan pahewan. Roh nenek moyang penghuni pahewan sengaja membuat takut manusia agar tidak menebang pepohonan.

    TEMBAWANG (UN DAU MAU-KALIMANT AN BAR AT): Keari fan lingk ungan y ang dikembangk an masy arakat Undau Mau terwujud dalam pola penataan ruang permukiman melalui pengklasi fikasian hutan dan pemanfaatannya secara tegas, rotasi perladangan dengan penerapan masa bera,

  • Kearifan Lingkungan 70

    penghutanan bekas ladang melalui tembawang, orientasi produksi untuk pemenuhan kebutuhan subsis tens i, pene-rapan berbagai tabu (pantangan) sebagai pengendali sik ap dan tindakan, serta penerapan peralatan dan tek nologi yang sederhana dan ramah lingk ungan.

    CELAKO KEMALI DAN TAN AM TANJAK (SERAWAI-BENGKULU): Tata ni lai tabu dalam berladang atau celak o kemal i dan tradisi tanam tanjak yang diy akini oleh masy arakat Seraw ai, merupakan cerminan dari k eari fan merek a terhadap lingk ungan.

    POHON SIALANG (TALAN G MAMAK-RIAU): Sumber day a hutan lain yang penting dan berni lai ekonomis y ang tinggi adalah madu lebah yang bersarang di pohon sialang. Mencari madu di hutan sialang merupakan pekerjaan musiman. Jenis

  • Kearifan Lingkungan 71

    pohon y ang biasany a dihinggapi lebah, antara lain pohon kedondong hutan, sengk awang, jelemu, pulai dan pohon kawan. Jenis pohon ini sangat dilindungi bahkan seringkali dipercay a sebagai tempat keramat. Sistem pemil ikan pohon sialang berlaku sec ara turun-temurun. Batas ter itorial pohon sialang mengac u pada ketentuan, y aitu sejauh terdengar suara gong atau gendang bila dibunyikan dari pohon sialang. Pada masa sekarang, batas pemi likannya telah berubah menjadi setinggi pohon sialang jika di tumbangk an atau sepanjang pohon tersebut.

    MARMAR DAN HUT AN PAMALI (ALOR-NUSA TENGARA TIMUR): Marmar adalah pemanfaatan tanah ulay at untuk di tanami tanaman produkti f seperti kelapa, jambu mente, pinang, kenari, kemiri, siri hutan,

  • Kearifan Lingkungan 72

    bambu, sukun, nangka, mangga. Hutan pamali adalah hutan y ang dilindungi, tidak boleh dirambah atau di tebangi pohonny a. Hutan pamali biasany a dikukuhkan oleh mitologi dan sis tem kepercay aan yang terkai t dengan keberadaan hutan tersebut, seperti hutan keramat.

    SIMPUNG (DAYAK TEBU YAN-KALIMANT AN TEN GAH): Masy arak at Dayak Tabuy an adalah masy arak at pem-buru-peramu dan peladang. Mereka mengkategorikan hutan menjadi dua bagian, y aitu hutan sekunder y ang dis ebut klenenko dan hutan primer yang disebut alas. Klenenko merupakan hutan sekunder yang mengi tari pusat perkampungan. Luasny a w ilay ah hutan alas adalah sejauh terdengarnya suara kokok ay am atau disebut miare koko piak. Di kaw asan

  • Kearifan Lingkungan 73

    klenenko berlangsung ak tivitas berladang (huma) dan berkebun (simpung). Petak-petak huma ini berada pada satu kaw asan perladangan y ang dinamai huma atau banta (oleh masy arak at Day ak Kapuas meny ebut peduk uhan). Dalam kegiatan pembersihan lahan dengan cara pembakaran senantiasa menghindari rembesan api dar i satu petak ladang ke petak lain karena dapat mengganggu pros es peny uburan lahan selama masa bera. Sedangkan hutan alas atau hutan pr imer senantias a dijaga keutuhanny a, karena selain berfungsi sebagai kaw asan peny angga dengan w ilay ah orbitas i kelompok masyarakat lain, juga di kawasan ini lah berlangsung aktivitas berburu dan meramu. Ada beberapa potensi sumber day a alam yang penting y ang ditemukan pada hutan alas,

  • Kearifan Lingkungan 74

    y aitu madu, damar, rotan dan tumbuhan bahan obat-obatan tradisional. Tidak akan ada madu, damar atau pun rotan bi la hutan alas terganggu k eutuhanny a. Hutan alas diy akini sebagai tempat bersemay amny a berbagai dew a atau mahluk-mahluk halus y ang memiliki kek uatan supernatural, yang diy akini bisa mencelakai pelaku pelang-garan atau sebal ikny a memberi rezek i bagi w arga yang menaati.***