buku penuntun praktikum fk 2015

19
i BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI Tim Penyusun: Prof.dr. Hardi Darmawan, MPH,TM&FRSTM,DAFK dr. Swanny, M.Sc dr. Abdul Kadir Syarkowi dr. Herry Asnawi, M.Kes dr. Irfannuddin, SpKO, M.Pd.Ked drg. Nursiah Nasution, M.Kes dr. Minerva Riani Kadir dr. Budi Santoso, M.Kes dr. Alfian Hasbi BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015

Upload: gwensharonemeralda

Post on 23-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

PDU UNSRI 2015

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

i

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

FISIOLOGI

Tim Penyusun:

Prof.dr. Hardi Darmawan, MPH,TM&FRSTM,DAFK

dr. Swanny, M.Sc

dr. Abdul Kadir Syarkowi

dr. Herry Asnawi, M.Kes

dr. Irfannuddin, SpKO, M.Pd.Ked

drg. Nursiah Nasution, M.Kes

dr. Minerva Riani Kadir

dr. Budi Santoso, M.Kes

dr. Alfian Hasbi

BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Page 2: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

ii

IDENTITAS

PEMILIK BUKU PRAKTIKUM

NAMA : _________________

NIM : _________________

KELOMPOK : _________________

Foto

4 x 6

Page 3: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI

1. Mahasiswa harus hadir tepat waktu. Bila terlambat tanpa alas an yang jelas, dosen

pembimbing berhak melarang mahasiswa tersebut untuk mengikuti praktikum dan

dianggap alpa.

2. mahasiswa harus mengikuti semua praktikum yang dijadwalkan. Bila tidak hadir

karena sakit (disertai surat keterangan dokter) atau izin khusus, harus melapor kepada

dosen pembimbing untuk diatur waktu penggantian.

3. Bila mahasiswa melakukan praktikum tambahan di luar jadwal yang ditetapkan, maka

semua bahan praktikum dibebankan kepada mahasiswa tersebut.

4. Sebelum praktikum, mahasiswa harus sudah mempelajari teori dan cara kerja

praktikum yang akan dikerjakan. Bila ternyata mahasiswa belum siap, dosen

pembimbing berhak mengeluarkan mahasiswa untuk tidak mengikuti praktikum.

5. Sebelum praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian prapraktikum.

6. Selama mengikuti praktikum, mahasiswa harus menggunakan jas praktikum, tanda

pengenal, dan sandal jepit yang baru dipakai ketika memasuki ruang praktikum.

7. Selama praktikum, mahasiswa dilarang merokok, menyalakan telepon genggam,

bersenda gurau, dan melakukan hal lain yang tidak berhubungan dengan praktikum.

8. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikumtanpa izin dari

pembimbing praktikum.

9. Periksa dengan teliti alat yang dipinjam sebelum dipakai. Selama dipakai, alat-alat

tersebut menjadi tanggung jawab kelompok mahasiswa dan bila rusak atau hilang,

harus diganti oleh kelompok mahasiswa paling lambat pada praktikum yang terakhir.

10. Segera setelah praktikum, bersihkan alat-alat, buang sampah pada tempatnya dan

pertanggungjawabkan kepada petugas laboratorium.

11. Setiap selesai praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian pasca praktikum.

Page 4: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

iv

DAFTAR ISI

Praktikum I, Cardio vascular load..............................................................................................1

Praktikum II, Mengukur tekanan darah dalam berbagai posisi....................................5

Praktikum III, Kecepatan Reaksi.................................................................................................8

Praktikum IV, Kekuatan dan kelelahan otot..........................................................................10

Praktikum V, Spirometri.................................................................................................................13

Page 5: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

1

PRAKTIKUM I

CARDIO VASCULAR LOAD

1. Penlilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai

Cardiovascular Strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut nadi

adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Berhubung

alat tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat dengan manual memakai stopwatch dengan

metode 10 denyut (Kilbon, 1992).

Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

������ �� = 10 ��������� ����ℎ������ � 60

Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh

cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan,

baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan, 1995).

Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk

mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kerja

yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dengan beban statis

yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan

denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk

menghitung index beban kerja.

Astrand dan Rodall (1997); Rodall (1989), menyatakan bahwa denyut nadi

mempunyai hubungan linear yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan

dalah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan

denyutan para arteri radialis di pergelangan tangan.

Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis

yang didefinisikan oleh GrandJean (1993):

a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai;

b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja;

c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac

output dari istirahat sampai kerja maksimum.

Page 6: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

2

Manuaba dan van Wonteghen (1996), menentukan klasifikasi beban kerja

berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi

maksimum karena beban kardivaskular (cardio vascular load = % CVL) yang dihitung

berdasarkan rumus sebagai berikut:

% ��� = 100 � (����� �� ���� − ����� �� �����ℎ�)����� �� �� � − ����� �� �����ℎ�

Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodall, 1997)

Dari hasil perhitungan % CVL tersedut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai

berikut:

x ≤ 30 % = tidak terjadi kelelahan

30 < x ≤ 60 % = diperlukan perbaikan

60 < x ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat

80 < x ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera

x > 100 % = tidak diperbolehkan beraktifitas

2. Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologi

Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau

penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata, terlatih, dan

berpengalaman dapat berproduksi pada level setelah 125 % saat intensif diberikan.

Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar.

Ternyata sebagian operator dapat bekerja dalam perfomans 100 % dengan jauh

lebih mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang

memiliki performans 150 % - 160 % menggunakan energy expenditure sama dengan orang

yang performans nya 110% - 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang

spesifik dan jelas definisinya.

Penukuran Fisiologi dapat digunakan untuk membandingkan Cost Energy pada

suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan sama yang tidak standar,

tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr. Luciren Broncha telah

membuat table klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan berat

ringannya pekerjaan.

Page 7: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

3

Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja

Work Load Oxygen Consumption

(liter/min)

Energy Expenditure

(Cal/min)

Heart Rate During

Work

(Beats/min)

Light

Moderate

Heavy

Very Heavy

0,5 – 1,0

1,0 – 1,5

1,5 – 2,0

2,0 – 2,5

2,5 – 5,0

5,0 – 7,5

7,5 – 10,0

10,0 – 12,5

60 – 100

100 – 125

125 – 150

150 - 175

2.1. Interpolasi

Contoh: Jika diketahui seseorang yang mempunyai detak jantung 60 detak/menit sama

dengan membutuhkan energy expenditure 2,5 calorie per minute. Maka,

berapakah energy expenditure yang dibutuhkan oleh orang yang mempunyai

detak jantung 77 detak/menit? Hitunglah dengan menggunakan interpolasi!

a. Energy Expenditure

!"#$$!"#%"" = &,(# )&,(#(,"

−17−40 = 2,5 − �−2,5

42,5 = −100 + 40 �

142,5 = 40 �

� = 142,540

� = 3,56

Jadi, energy expenditure yang diperlukan adalah 3,56 calories per menit.

Page 8: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

4

b. Oxygen Consumption

!"#$$!"#%"" = ",(# )",(#%,"

−17−40 = 0,5 − �−0,5

8,5 = −20 + 40 �

28,5 = 40 �

� = 28,540

� = 0,71

Jadi, oxygen consumption yang diperlukan adalah 0,71 liter per menit.

3. Target Heart Rate

a. HR (Heart Rate) berkisar sekitar zona THR (Target Heart Rate)� kesehatan

kardiovaskular maksimal.

b. RHR �Resting Heart Rate 63 HR/menit (tempat tidur)

c. Maximal HR = 220 – usia, missal: usia 40 thn. Maka Max HR = 220-40 = 180

d. Reserve HR = Max HR – Rest HR

= 180 – 63 = 117

e. Lower Limit (LL) = (Reserve HR x 0,6) + Rest HR

= (117 x 0,6)+63

= 133

f. Upper Limit (UL) = (Reserve HR x 0,8)+ Rest HR

= (117 x 0,8)+63

= 157

g. Target Heart Rate =

11231& = %44 2%($& =

&5"& = 145

Page 9: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

5

PRAKTIKUM II

PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA TIDAK LANGSUNG

Tujuan

1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi.

2. Mengukur tekanan arteri brachialis pada berbagai posisi

3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot

Alat dan bahan

1. Sfigmomanometer

2. Stetoskop

Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:

1. Uraikan perjalanan arteri brakhialis!

2. Apa yang dimaksud tekanan sistolik dan diastolik?

3. Terangkan fase-fase korotkof!

4. Faktor-faktor apa yang menentukan tekanan darah?

Cara memasang manset yang benar:

1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehingga tidak terlilit manset

2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 jari di atas fossa cubiti

3. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti

4. Manset diikat dengan cukup ketat

5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis

A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA BERBAGAI POSISI

Cara Kerja

1. Naracoba berbaring terlentang selama 10 menit.

2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.

3. Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada pergelangan tangan

melalui palpasi.

4. Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi (mencapai

tekanan sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai 30 mmHg

diatas tekanan sistolik.

5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis.

6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil

mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut)

7. Tentukan kelima fase korotkoff.

8. Ulangi pengukuran (no.4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata, catat

hasilnya. (sebelum mengulang yakinkan bahwa tekanan manset kembali nol).

9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur

diatas. (Posisi lengan atas sedikit merapat ke batang tubuh).

Page 10: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

6

10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti

prosedur di atas. (Posisi lengan atas sedikit merapat batang tubuh).

11. Bandingkan tekanan darah pada 3 posisi tersebut.

Hasil Percobaan

No. Naracoba Berbaring Duduk Berdiri

Sist Dias Sist Dias Sist Dias 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

B. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA PALPASI

Cara Kerja

1. Naracoba dalam posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan

supinasi.

2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan

tekanan sistolik dan diastolik.

3. Turunkan tekanan manet sampai posisi nol.

4. Sambil meraba a. brachialis, naikkan tekanan manset sampai denyut a. radialis tidak

teraba. Tekanan terus dinaikkan sampai 30 mmHg diatasnya.

5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut a. radialis kembali

teraba. Pada saat a. radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik.

6. Bandingkan tekanan sistolik melalui aukultasi.

Hasil Percobaan

No. Naracoba Auskultasi Palpasi

Sistolik Diatolik Sistolik Diastolik? 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 11: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

7

C. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SETELAH AKTIVITAS OTOT

Cara Kerja

1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik a. brachialis pada posisi duduk seperti

percobaan A

2. Tanpa melepaskan manset, naracoba berlari di tempat dengan 120 lompatan per menit

selama 2 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan

darah.

3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali kenilai semula.

Hasil Percobaan

No. Naracoba TD

basal

TD 0” TD 1” TD 2” TD 3” TD 4”

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Page 12: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

8

PRAKTIKUM III

PENILAIAN WAKTU REAKSI

TES MISTAR ( RULER TEST )

Tujuan

Untuk menilai kecepatan reaksi.

Alat

• Mistar dengan skala cm.

• Metronom

Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:

1. Jelaskan potensial aksi sel peka rangsang?

2. Jelaskan alur saraf motorik dan sensorik dari stimulus/rangsangan sampai terjadi

gerakan?

I. PENILAIAN WAKTU/KECEPATAN REAKSI

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan

pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama tanpa

menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Dalam kebugaran jasmani terdapat istilah Health-

related Fitness dan Skill-related Fitness. Health-related Fitness diartikan sebagai

kemampuan jantung, paru, otot, dan persendian untuk bekerja dengan optimal, meliputi

ketahanan kardiorespirasi, ketahanan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi

tubuh. Sedangkan Skill-related Fitness diartikan sebagai keahlian-keahlian yang menunjang

performance seseorang dalam olahraga dan aktivitas fisik lain yaitu antara lain agility

(kelincahan), balance (keseimbangan), coordination (koordinasi), reaction time (kecepatan

reaksi), speed (kecepatan), dan power (kekuatan).

Komponen-komponen kebugaran jasmani tersebut merupakan satu kesatuan dan

memiliki keterikatan yang erat satu sama lain, namun masing-masing komponen memiliki

ciri tersendiri dan fungsinya yang pada akhirnya mempengaruhi kebugaran jasmani

seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik,

maka status setiap komponen tentu harus baik. Dan seseorang yang memiliki kebugaran

prima perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kebugaran dengan metode

latihan yang benar.

Praktikum ini hanya menjelaskan salah satu pengukuran komponen Skill-related

fitness yaitu waktu/kecepatan reaksi. Kecepatan/waktu reaksi adalah waktu tersingkat

yang dibutuhkan untuk memberi respon setelah menerima suatu rangsangan. Anggota

tubuh yang mempunyai waktu reaksi terbaik adalah ekstremitas, dimana waktu reaksi

gerakan tangan lebih cepat daripada kaki. Sebagai contoh, yaitu kemampuan memukul

shuttle cock sesaat setelah serve pada permainan bulu tangkis memerlukan waktu reaksi

yang cepat.

Page 13: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

A. Cara Kerja:

1. Pemeriksa dalam posisi berdiri, memegang mistar dengan satu tangan sebagai

alat ukur kecepatan reaksi pada bagian atas mistar.

2. Tangan dominan naracoba

(pada titik 0) dengan satu tangan.

tangannya dari mistar di titik 0 tersebut (merenggangkan jari jempol dan

telunjuk dengan jarak ±3 cm).

3. Pemeriksa kemudian menjatuhkan mistar tanpa memberitahu

sebelumnya (tanpa aba

4. Catat skala yang tertera pada mistar saat

dijatuhkan pemeriksa.

5. Prosedur tersebut dilakukan sebanyak 3 kali

6. Jika mistar terjatuh, penilaian tidak sah dan tidak perlu diulangi.

B. Penilaian :

Karena adanya pengaruh gaya gravitasi, maka nilai kecepatan reaksi dihitung dengan

rumus:

Keterangan:

t = Kecepatan/ waktu reaksi (millisecond)

d = Jarak pada mistar setelah dijatuhkan (cm)

g = Kecepatan gravitasi (980 cm/sec

X 1000 = Untuk mengubah waktu dari seconds menjadi milisecond

9

dalam posisi berdiri, memegang mistar dengan satu tangan sebagai

alat ukur kecepatan reaksi pada bagian atas mistar.

naracoba diminta memegang mistar pada bagian bawah mistar

(pada titik 0) dengan satu tangan. Selanjutnya subyek diminta melepaskan

tangannya dari mistar di titik 0 tersebut (merenggangkan jari jempol dan

telunjuk dengan jarak ±3 cm).

Pemeriksa kemudian menjatuhkan mistar tanpa memberitahu

tanpa aba-aba). Naracobaberusaha menangkap mistar secepatnya.

Catat skala yang tertera pada mistar saat naracoba menangkap mistar yang

dijatuhkan pemeriksa.

Prosedur tersebut dilakukan sebanyak 3 kali.

Jika mistar terjatuh, penilaian tidak sah dan tidak perlu diulangi.

Karena adanya pengaruh gaya gravitasi, maka nilai kecepatan reaksi dihitung dengan

� = 62�7 1000

= Kecepatan/ waktu reaksi (millisecond)

= Jarak pada mistar setelah dijatuhkan (cm)

= Kecepatan gravitasi (980 cm/sec2)

= Untuk mengubah waktu dari seconds menjadi milisecond

dalam posisi berdiri, memegang mistar dengan satu tangan sebagai

diminta memegang mistar pada bagian bawah mistar

Selanjutnya subyek diminta melepaskan

tangannya dari mistar di titik 0 tersebut (merenggangkan jari jempol dan

Pemeriksa kemudian menjatuhkan mistar tanpa memberitahu naracoba

ngkap mistar secepatnya.

menangkap mistar yang

Karena adanya pengaruh gaya gravitasi, maka nilai kecepatan reaksi dihitung dengan

Page 14: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

10

2. PENILAIAN KECEPATAN REAKSI SETELAH AKTIFITAS FISIK

• Cara kerja

1. Setelah penilaian kecepatan reaksi dalam posisi duduk, Naracoba kemudian

berdiri dan melakukan aktifitas fisik

2. Aktifitas fisik berupa berlari di tempat dengan 120 lompatan per menit

selama 5 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan nilai

kembali kecepatan reaksi (tanpa aba-aba).

3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit.

No. Naracoba t sebelum aktifitas t setelah aktifitas

1 2 3 t 0” t 1” t 2”

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

REACTION TIME RATING

Reaction time Rating Comment

(milliseconds)

0-50 Ultra-fast A clairvoyant catcher… are you cheating?!

50-130 Superb Impressive, do you play computer games?

131-175 Excellent Well done, are you a text messager?

176-200 Good Keep trying, you're not top gun yet!

201-240 Average Not bad – but you’re just Joe Average.

241-250 Fair You’d get faster if it were money instead of a ruler!

251+ Slow …ouch! Did the ruler hit your foot? Keep trying!

Page 15: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

11

PRAKTIKUM IV

KEKUATAN DAN KELELAHAN OTOT SYARAF PADA MANUSIA

(AEROBIK ANAEROBIK)

Tujuan

1. Mengamati gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan

kelelahan.

2. Mendemonstrasikan pengaruh gangguan peredaran darah terhadap kerja otot-otot jari.

Alat

1. Handgrip dynamometer

2. Metronom

3. Sfigmomanometer

Sebelum melakukan praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:

1. Sebutkan otot-otot (nama latin) yang berperan dalam gerak fleksi jari-jari tangan!

2. Dimana lokasi meraba a. radialis?

3. Terangkan dengan singkat mekanisme terjadinya kontraksi!

4. Sebutkan dan terangkan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP!

5. Apa yang dimaksud dengan iskemik?

6. Apa yang terjadi bila jaringan mengalami iskemik? Mengapa demikian?

A. KONDISI STEADY STATE / PEMULIHAN SEGERA PADA KERJA OTOT FREKUENSI

RENDAH

Cara Kerja:

1. Naracoba meletakkan lengan bawah di atas meja dengan siku fleksi, tangan memegang

bola karet.

2. metronom dipasang dengan ketukan 60x/menit.

3. pada ketukan ke 4 tangan meremas bola karet. Perhatikan angka pada dinamometer

dan catat kemudian kembalikan angka dinamometer ke angka nol. Lakukan meremas

bola karet setiap ketukan ke 4 sebanyak 15 kali.

4. Catat setiap angka pada dinamometer pada tabel dibawah ini, kemudian buat grafiknya.

Page 16: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

12

Hasil Percobaan:

No. Remasan ke- Angka padadinamometer

B. PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH TERHADAP KERJA OTOT-OTOT JARI

Cara Kerja:

1. Pasang manset pada lengan kanan naracoba dan letakkan lengan dalam keadaan fleksi di

atas meja, tangan meremas bola karet handgrip dinamometer.

2. Pasang metronom denganketukan 60x/menit.

3. Lakukan sama seperti percobaan A sampai 15x tarikan.

4. Pada tarikan ke-13, lakukan oklusi arteri dengan memompakan manset sampai arteri

radialis tidak teraba lagi. Kemudian kunci klep karet manset.

5. Terus lakukan tarikan dalam keadaan oklusi setiap 4 detik sampai naracoba merasa

tidak sanggup lagi (kelelahan total). Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali

remasan.

6. Setelah tercapai kelelahan total, buka klep karet manset. Dan teruskan remasan bola

karet handgrip dinamometer setiap 4 detik sampai kekuatan naracoba kembali normal.

Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan.

7. Buat grafik angka-angka tersebut.

Hasil Percobaan

Remasan ke- Sebelum oklusi Saat oklusi Setelah oklusi

Page 17: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

13

Grafik

Page 18: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

14

PRAKTIKUM V

SPIROMETRI

Tujuan

Praktikum spirometri bertujuan untuk mendemonstrasikan dan menganalisa kapasitas

pernapasan manusia.

Alat dan Bahan

1. Spirometer Collins

Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan spirometri?

2. Sebutkan, terangkan, dan gambaran komponen-komponen kapasitas pernafasan

beserta nilai normanya masing-masing.

Jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan tangan anda di kertas folio dan

serahkan ke pengawas praktikum sebelum praktikum dimulai.

Cara Kerja

1. Bersihkan mulut pipa (mouth piece) spirometri dengan kapas dan alkohol 70 %.

2. Naracoba dalam posisi berdiri, berlatih menghembuskan nafas melalui mulut pipa

beberapa kali dengan hidung di tutup. Perhatikan penunjuk dan skala dan tidak boleh

terlihat oleh naracoba.

3. Mengukur tidak volume (TV). Letakkan jarum penunjuk pada skala 0, naracoba

melakukan inspirasi biasa (tanpa melalui pipa) kemudian ekspirasi biasa melalui mulut

pipa spirometri dengan hidung tertutup. Catat angka jarum penunjuk pada skala, ulangi

percobaan sebanyak 3 kali, catat nilai rata-rata TV.

4. Mengukur expiratory reserve volume (ERV). Letakkan penunjuk pada skala 0, naracoba

melakukan inspirasi normal (tanpa pipa) kemudian melakukan ekspirasi semaksimal

mungkin melalui pipa dengan hidung tertutup. Lakukan 3 kali, catat nilai rata-rata.

5. Mengukur vital capacity (VC). Letakkan penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan

inspirasi semaksimal mungkin, kemudian ekspirasi semaksimal mungkin melalui mulut

pipa dengan hidung tertutup. Ekspirasi dilakukan dengan pelan dan tenang. Lakukan 3

kali, catat nilai rata-rata.

6. Lakukan pengukuran VC (no.5) dengan naracoba yang sama pada posisi duduk dan

berbaring.

7. Dari percobaan no.3,4 dan 5, dapat ditentukan nilai inspiratory reserve volume (IRV).

Bagaimana rumusnya, berapa hasil untuk masing-masing narcoba?

8. Tunjuk 1 orang untuk menilai frekuensi pernafasan salah satu naracoba secara diam-

diam. Setelah mendapatkan frekuensi nafas, hitung:

a. Volume respirasi normal selama 1 menit, 1 jam dan 1 hari

b. Hitung jumlah oksigen yang dipakai selama 1 jam dan 1 hari

Page 19: Buku Penuntun Praktikum Fk 2015

15

NO. Naracoba Umur JK TV VC FEV ERV IRV Frekuensi

Nafas

Volume

1 menit

Setelah anda selesai melakukan percobaan dan menganalisa hasil pengukuran, maka

Jawablah pertanyaan dibawah ini :

1. Sebutkan dan jelaskan factor- faktor yang mempengaruhi kapasitas pernapasan

seseorang?

2. Apakah ada perbedaan nilai VC pada perubahan posisi ( no.6 ) ? Yang mana nilai VC

yang lebih tinggi? Mengapa demikian?

3. Mengapa percobaan ini tidak dapat mengukur residual volume, functional residual

capacity, dan total lung capacity ?

4. Pada literature, ada ukuran yang disebut forced expiratory volume one second (FEV 1).

Coba jelaskan apa maksudnya? Apa tujuan mengukur FEV1 ? apakah bisa diukur

dengan percobaan ini ? Jelaskan.