buku penuntun praktikum fk 2015
DESCRIPTION
PDU UNSRI 2015TRANSCRIPT
i
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM
FISIOLOGI
Tim Penyusun:
Prof.dr. Hardi Darmawan, MPH,TM&FRSTM,DAFK
dr. Swanny, M.Sc
dr. Abdul Kadir Syarkowi
dr. Herry Asnawi, M.Kes
dr. Irfannuddin, SpKO, M.Pd.Ked
drg. Nursiah Nasution, M.Kes
dr. Minerva Riani Kadir
dr. Budi Santoso, M.Kes
dr. Alfian Hasbi
BAGIAN FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
ii
IDENTITAS
PEMILIK BUKU PRAKTIKUM
NAMA : _________________
NIM : _________________
KELOMPOK : _________________
Foto
4 x 6
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIOLOGI
1. Mahasiswa harus hadir tepat waktu. Bila terlambat tanpa alas an yang jelas, dosen
pembimbing berhak melarang mahasiswa tersebut untuk mengikuti praktikum dan
dianggap alpa.
2. mahasiswa harus mengikuti semua praktikum yang dijadwalkan. Bila tidak hadir
karena sakit (disertai surat keterangan dokter) atau izin khusus, harus melapor kepada
dosen pembimbing untuk diatur waktu penggantian.
3. Bila mahasiswa melakukan praktikum tambahan di luar jadwal yang ditetapkan, maka
semua bahan praktikum dibebankan kepada mahasiswa tersebut.
4. Sebelum praktikum, mahasiswa harus sudah mempelajari teori dan cara kerja
praktikum yang akan dikerjakan. Bila ternyata mahasiswa belum siap, dosen
pembimbing berhak mengeluarkan mahasiswa untuk tidak mengikuti praktikum.
5. Sebelum praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian prapraktikum.
6. Selama mengikuti praktikum, mahasiswa harus menggunakan jas praktikum, tanda
pengenal, dan sandal jepit yang baru dipakai ketika memasuki ruang praktikum.
7. Selama praktikum, mahasiswa dilarang merokok, menyalakan telepon genggam,
bersenda gurau, dan melakukan hal lain yang tidak berhubungan dengan praktikum.
8. Mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan ruang praktikumtanpa izin dari
pembimbing praktikum.
9. Periksa dengan teliti alat yang dipinjam sebelum dipakai. Selama dipakai, alat-alat
tersebut menjadi tanggung jawab kelompok mahasiswa dan bila rusak atau hilang,
harus diganti oleh kelompok mahasiswa paling lambat pada praktikum yang terakhir.
10. Segera setelah praktikum, bersihkan alat-alat, buang sampah pada tempatnya dan
pertanggungjawabkan kepada petugas laboratorium.
11. Setiap selesai praktikum, mahasiswa harus mengikuti ujian pasca praktikum.
iv
DAFTAR ISI
Praktikum I, Cardio vascular load..............................................................................................1
Praktikum II, Mengukur tekanan darah dalam berbagai posisi....................................5
Praktikum III, Kecepatan Reaksi.................................................................................................8
Praktikum IV, Kekuatan dan kelelahan otot..........................................................................10
Praktikum V, Spirometri.................................................................................................................13
1
PRAKTIKUM I
CARDIO VASCULAR LOAD
1. Penlilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja
Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai
Cardiovascular Strain. Salah satu peralatan yang digunakan untuk menghitung denyut nadi
adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Berhubung
alat tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat dengan manual memakai stopwatch dengan
metode 10 denyut (Kilbon, 1992).
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
������ �� = 10 ��������� ����ℎ������ � 60
Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh
cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan,
baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan, 1995).
Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk
mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kerja
yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dengan beban statis
yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan
denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat untuk
menghitung index beban kerja.
Astrand dan Rodall (1997); Rodall (1989), menyatakan bahwa denyut nadi
mempunyai hubungan linear yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan
dalah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan
denyutan para arteri radialis di pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi index beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis
yang didefinisikan oleh GrandJean (1993):
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai;
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja;
c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan cardiac
output dari istirahat sampai kerja maksimum.
2
Manuaba dan van Wonteghen (1996), menentukan klasifikasi beban kerja
berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum karena beban kardivaskular (cardio vascular load = % CVL) yang dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
% ��� = 100 � (����� �� ���� − ����� �� �����ℎ�)����� �� �� � − ����� �� �����ℎ�
Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodall, 1997)
Dari hasil perhitungan % CVL tersedut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai
berikut:
x ≤ 30 % = tidak terjadi kelelahan
30 < x ≤ 60 % = diperlukan perbaikan
60 < x ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat
80 < x ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera
x > 100 % = tidak diperbolehkan beraktifitas
2. Menentukan Waktu Standar dengan Metode Fisiologi
Waktu standar biasanya ditentukan dengan time study, data standar atau
penentuan awal data waktu yang umum, sehingga operator kualitas rata-rata, terlatih, dan
berpengalaman dapat berproduksi pada level setelah 125 % saat intensif diberikan.
Diharapkan sesuai atau lebih cepat dari standar.
Ternyata sebagian operator dapat bekerja dalam perfomans 100 % dengan jauh
lebih mudah daripada pekerja lainnya. Sebagai hasilnya mungkin beberapa orang yang
memiliki performans 150 % - 160 % menggunakan energy expenditure sama dengan orang
yang performans nya 110% - 115%. Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang
spesifik dan jelas definisinya.
Penukuran Fisiologi dapat digunakan untuk membandingkan Cost Energy pada
suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar dengan pekerjaan sama yang tidak standar,
tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. Dr. Luciren Broncha telah
membuat table klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan berat
ringannya pekerjaan.
3
Tabel 1.1 Tabel Klasifikasi Beban Kerja
Work Load Oxygen Consumption
(liter/min)
Energy Expenditure
(Cal/min)
Heart Rate During
Work
(Beats/min)
Light
Moderate
Heavy
Very Heavy
0,5 – 1,0
1,0 – 1,5
1,5 – 2,0
2,0 – 2,5
2,5 – 5,0
5,0 – 7,5
7,5 – 10,0
10,0 – 12,5
60 – 100
100 – 125
125 – 150
150 - 175
2.1. Interpolasi
Contoh: Jika diketahui seseorang yang mempunyai detak jantung 60 detak/menit sama
dengan membutuhkan energy expenditure 2,5 calorie per minute. Maka,
berapakah energy expenditure yang dibutuhkan oleh orang yang mempunyai
detak jantung 77 detak/menit? Hitunglah dengan menggunakan interpolasi!
a. Energy Expenditure
!"#$$!"#%"" = &,(# )&,(#(,"
−17−40 = 2,5 − �−2,5
42,5 = −100 + 40 �
142,5 = 40 �
� = 142,540
� = 3,56
Jadi, energy expenditure yang diperlukan adalah 3,56 calories per menit.
4
b. Oxygen Consumption
!"#$$!"#%"" = ",(# )",(#%,"
−17−40 = 0,5 − �−0,5
8,5 = −20 + 40 �
28,5 = 40 �
� = 28,540
� = 0,71
Jadi, oxygen consumption yang diperlukan adalah 0,71 liter per menit.
3. Target Heart Rate
a. HR (Heart Rate) berkisar sekitar zona THR (Target Heart Rate)� kesehatan
kardiovaskular maksimal.
b. RHR �Resting Heart Rate 63 HR/menit (tempat tidur)
c. Maximal HR = 220 – usia, missal: usia 40 thn. Maka Max HR = 220-40 = 180
d. Reserve HR = Max HR – Rest HR
= 180 – 63 = 117
e. Lower Limit (LL) = (Reserve HR x 0,6) + Rest HR
= (117 x 0,6)+63
= 133
f. Upper Limit (UL) = (Reserve HR x 0,8)+ Rest HR
= (117 x 0,8)+63
= 157
g. Target Heart Rate =
11231& = %44 2%($& =
&5"& = 145
5
PRAKTIKUM II
PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI SECARA TIDAK LANGSUNG
Tujuan
1. Mengukur tekanan darah arteri brachialis melalui auskultasi dan palpasi.
2. Mengukur tekanan arteri brachialis pada berbagai posisi
3. Membandingkan ukuran tekanan darah sebelum dan sesudah kerja otot
Alat dan bahan
1. Sfigmomanometer
2. Stetoskop
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Uraikan perjalanan arteri brakhialis!
2. Apa yang dimaksud tekanan sistolik dan diastolik?
3. Terangkan fase-fase korotkof!
4. Faktor-faktor apa yang menentukan tekanan darah?
Cara memasang manset yang benar:
1. Lengan baju digulung setinggi mungkin sehingga tidak terlilit manset
2. Tepi bawah manset berada pada 2-3 jari di atas fossa cubiti
3. Pipa karet jangan menutupi fossa cubiti
4. Manset diikat dengan cukup ketat
5. Stetoskop diafragma terletak tepat di atas denyut arteri brachialis
A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA BERBAGAI POSISI
Cara Kerja
1. Naracoba berbaring terlentang selama 10 menit.
2. Pasang manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas naracoba.
3. Temukan denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan a. radialis pada pergelangan tangan
melalui palpasi.
4. Sambil meraba a. radialis, pompa manset sampai a. radialis tidak teraba lagi (mencapai
tekanan sistolik). Bila a. radialis tidak teraba, manset terus dipompa sampai 30 mmHg
diatas tekanan sistolik.
5. Letakkan stetoskop di atas denyut a. brachialis.
6. Turunkan tekanan udara dalam manset (buka klep udara) secara perlahan sambil
mendengarkan adanya bunyi pembuluh (penurunan tekanan 2-3 mmHg per 2 denyut)
7. Tentukan kelima fase korotkoff.
8. Ulangi pengukuran (no.4-7) sampai 3 kali untuk mendapat nilai rata-rata, catat
hasilnya. (sebelum mengulang yakinkan bahwa tekanan manset kembali nol).
9. Naracoba duduk, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti prosedur
diatas. (Posisi lengan atas sedikit merapat ke batang tubuh).
6
10. Naracoba berdiri, tunggu 3 menit, lakukan pemeriksaan tekanan darah seperti
prosedur di atas. (Posisi lengan atas sedikit merapat batang tubuh).
11. Bandingkan tekanan darah pada 3 posisi tersebut.
Hasil Percobaan
No. Naracoba Berbaring Duduk Berdiri
Sist Dias Sist Dias Sist Dias 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
B. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SECARA PALPASI
Cara Kerja
1. Naracoba dalam posisi duduk, lengan bawah berpangku di atas paha, pergelangan
supinasi.
2. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dengan auskultasi seperti percobaan A, tentukan
tekanan sistolik dan diastolik.
3. Turunkan tekanan manet sampai posisi nol.
4. Sambil meraba a. brachialis, naikkan tekanan manset sampai denyut a. radialis tidak
teraba. Tekanan terus dinaikkan sampai 30 mmHg diatasnya.
5. Tanpa mengubah letak jari, turunkan tekanan manset sampai denyut a. radialis kembali
teraba. Pada saat a. radialis teraba, manometer Hg menunjukkan tekanan sistolik.
6. Bandingkan tekanan sistolik melalui aukultasi.
Hasil Percobaan
No. Naracoba Auskultasi Palpasi
Sistolik Diatolik Sistolik Diastolik? 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
7
C. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SETELAH AKTIVITAS OTOT
Cara Kerja
1. Ukur tekanan darah sistolik dan diastolik a. brachialis pada posisi duduk seperti
percobaan A
2. Tanpa melepaskan manset, naracoba berlari di tempat dengan 120 lompatan per menit
selama 2 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan ukur tekanan
darah.
3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit sampai tekanan kembali kenilai semula.
Hasil Percobaan
No. Naracoba TD
basal
TD 0” TD 1” TD 2” TD 3” TD 4”
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
8
PRAKTIKUM III
PENILAIAN WAKTU REAKSI
TES MISTAR ( RULER TEST )
Tujuan
Untuk menilai kecepatan reaksi.
Alat
• Mistar dengan skala cm.
• Metronom
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Jelaskan potensial aksi sel peka rangsang?
2. Jelaskan alur saraf motorik dan sensorik dari stimulus/rangsangan sampai terjadi
gerakan?
I. PENILAIAN WAKTU/KECEPATAN REAKSI
Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan
pekerjaan sehari-hari secara efektif dan efisien dalam jangka waktu relatif lama tanpa
menimbulkan kelelahan yang berlebihan. Dalam kebugaran jasmani terdapat istilah Health-
related Fitness dan Skill-related Fitness. Health-related Fitness diartikan sebagai
kemampuan jantung, paru, otot, dan persendian untuk bekerja dengan optimal, meliputi
ketahanan kardiorespirasi, ketahanan otot, kekuatan otot, fleksibilitas, dan komposisi
tubuh. Sedangkan Skill-related Fitness diartikan sebagai keahlian-keahlian yang menunjang
performance seseorang dalam olahraga dan aktivitas fisik lain yaitu antara lain agility
(kelincahan), balance (keseimbangan), coordination (koordinasi), reaction time (kecepatan
reaksi), speed (kecepatan), dan power (kekuatan).
Komponen-komponen kebugaran jasmani tersebut merupakan satu kesatuan dan
memiliki keterikatan yang erat satu sama lain, namun masing-masing komponen memiliki
ciri tersendiri dan fungsinya yang pada akhirnya mempengaruhi kebugaran jasmani
seseorang. Agar seseorang dapat dikatakan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik,
maka status setiap komponen tentu harus baik. Dan seseorang yang memiliki kebugaran
prima perlu melakukan latihan fisik yang melibatkan komponen kebugaran dengan metode
latihan yang benar.
Praktikum ini hanya menjelaskan salah satu pengukuran komponen Skill-related
fitness yaitu waktu/kecepatan reaksi. Kecepatan/waktu reaksi adalah waktu tersingkat
yang dibutuhkan untuk memberi respon setelah menerima suatu rangsangan. Anggota
tubuh yang mempunyai waktu reaksi terbaik adalah ekstremitas, dimana waktu reaksi
gerakan tangan lebih cepat daripada kaki. Sebagai contoh, yaitu kemampuan memukul
shuttle cock sesaat setelah serve pada permainan bulu tangkis memerlukan waktu reaksi
yang cepat.
A. Cara Kerja:
1. Pemeriksa dalam posisi berdiri, memegang mistar dengan satu tangan sebagai
alat ukur kecepatan reaksi pada bagian atas mistar.
2. Tangan dominan naracoba
(pada titik 0) dengan satu tangan.
tangannya dari mistar di titik 0 tersebut (merenggangkan jari jempol dan
telunjuk dengan jarak ±3 cm).
3. Pemeriksa kemudian menjatuhkan mistar tanpa memberitahu
sebelumnya (tanpa aba
4. Catat skala yang tertera pada mistar saat
dijatuhkan pemeriksa.
5. Prosedur tersebut dilakukan sebanyak 3 kali
6. Jika mistar terjatuh, penilaian tidak sah dan tidak perlu diulangi.
B. Penilaian :
Karena adanya pengaruh gaya gravitasi, maka nilai kecepatan reaksi dihitung dengan
rumus:
Keterangan:
t = Kecepatan/ waktu reaksi (millisecond)
d = Jarak pada mistar setelah dijatuhkan (cm)
g = Kecepatan gravitasi (980 cm/sec
X 1000 = Untuk mengubah waktu dari seconds menjadi milisecond
9
dalam posisi berdiri, memegang mistar dengan satu tangan sebagai
alat ukur kecepatan reaksi pada bagian atas mistar.
naracoba diminta memegang mistar pada bagian bawah mistar
(pada titik 0) dengan satu tangan. Selanjutnya subyek diminta melepaskan
tangannya dari mistar di titik 0 tersebut (merenggangkan jari jempol dan
telunjuk dengan jarak ±3 cm).
Pemeriksa kemudian menjatuhkan mistar tanpa memberitahu
tanpa aba-aba). Naracobaberusaha menangkap mistar secepatnya.
Catat skala yang tertera pada mistar saat naracoba menangkap mistar yang
dijatuhkan pemeriksa.
Prosedur tersebut dilakukan sebanyak 3 kali.
Jika mistar terjatuh, penilaian tidak sah dan tidak perlu diulangi.
Karena adanya pengaruh gaya gravitasi, maka nilai kecepatan reaksi dihitung dengan
� = 62�7 1000
= Kecepatan/ waktu reaksi (millisecond)
= Jarak pada mistar setelah dijatuhkan (cm)
= Kecepatan gravitasi (980 cm/sec2)
= Untuk mengubah waktu dari seconds menjadi milisecond
dalam posisi berdiri, memegang mistar dengan satu tangan sebagai
diminta memegang mistar pada bagian bawah mistar
Selanjutnya subyek diminta melepaskan
tangannya dari mistar di titik 0 tersebut (merenggangkan jari jempol dan
Pemeriksa kemudian menjatuhkan mistar tanpa memberitahu naracoba
ngkap mistar secepatnya.
menangkap mistar yang
Karena adanya pengaruh gaya gravitasi, maka nilai kecepatan reaksi dihitung dengan
10
2. PENILAIAN KECEPATAN REAKSI SETELAH AKTIFITAS FISIK
• Cara kerja
1. Setelah penilaian kecepatan reaksi dalam posisi duduk, Naracoba kemudian
berdiri dan melakukan aktifitas fisik
2. Aktifitas fisik berupa berlari di tempat dengan 120 lompatan per menit
selama 5 menit. Segera setelah berlari, naracoba langsung duduk dan nilai
kembali kecepatan reaksi (tanpa aba-aba).
3. Ulangi pengukuran tiap 1 menit.
No. Naracoba t sebelum aktifitas t setelah aktifitas
1 2 3 t 0” t 1” t 2”
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
REACTION TIME RATING
Reaction time Rating Comment
(milliseconds)
0-50 Ultra-fast A clairvoyant catcher… are you cheating?!
50-130 Superb Impressive, do you play computer games?
131-175 Excellent Well done, are you a text messager?
176-200 Good Keep trying, you're not top gun yet!
201-240 Average Not bad – but you’re just Joe Average.
241-250 Fair You’d get faster if it were money instead of a ruler!
251+ Slow …ouch! Did the ruler hit your foot? Keep trying!
11
PRAKTIKUM IV
KEKUATAN DAN KELELAHAN OTOT SYARAF PADA MANUSIA
(AEROBIK ANAEROBIK)
Tujuan
1. Mengamati gambaran otot yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan
kelelahan.
2. Mendemonstrasikan pengaruh gangguan peredaran darah terhadap kerja otot-otot jari.
Alat
1. Handgrip dynamometer
2. Metronom
3. Sfigmomanometer
Sebelum melakukan praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Sebutkan otot-otot (nama latin) yang berperan dalam gerak fleksi jari-jari tangan!
2. Dimana lokasi meraba a. radialis?
3. Terangkan dengan singkat mekanisme terjadinya kontraksi!
4. Sebutkan dan terangkan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP!
5. Apa yang dimaksud dengan iskemik?
6. Apa yang terjadi bila jaringan mengalami iskemik? Mengapa demikian?
A. KONDISI STEADY STATE / PEMULIHAN SEGERA PADA KERJA OTOT FREKUENSI
RENDAH
Cara Kerja:
1. Naracoba meletakkan lengan bawah di atas meja dengan siku fleksi, tangan memegang
bola karet.
2. metronom dipasang dengan ketukan 60x/menit.
3. pada ketukan ke 4 tangan meremas bola karet. Perhatikan angka pada dinamometer
dan catat kemudian kembalikan angka dinamometer ke angka nol. Lakukan meremas
bola karet setiap ketukan ke 4 sebanyak 15 kali.
4. Catat setiap angka pada dinamometer pada tabel dibawah ini, kemudian buat grafiknya.
12
Hasil Percobaan:
No. Remasan ke- Angka padadinamometer
B. PENGARUH GANGGUAN PEREDARAN DARAH TERHADAP KERJA OTOT-OTOT JARI
Cara Kerja:
1. Pasang manset pada lengan kanan naracoba dan letakkan lengan dalam keadaan fleksi di
atas meja, tangan meremas bola karet handgrip dinamometer.
2. Pasang metronom denganketukan 60x/menit.
3. Lakukan sama seperti percobaan A sampai 15x tarikan.
4. Pada tarikan ke-13, lakukan oklusi arteri dengan memompakan manset sampai arteri
radialis tidak teraba lagi. Kemudian kunci klep karet manset.
5. Terus lakukan tarikan dalam keadaan oklusi setiap 4 detik sampai naracoba merasa
tidak sanggup lagi (kelelahan total). Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali
remasan.
6. Setelah tercapai kelelahan total, buka klep karet manset. Dan teruskan remasan bola
karet handgrip dinamometer setiap 4 detik sampai kekuatan naracoba kembali normal.
Catat setiap angka pada dinamometer setiap kali remasan.
7. Buat grafik angka-angka tersebut.
Hasil Percobaan
Remasan ke- Sebelum oklusi Saat oklusi Setelah oklusi
13
Grafik
14
PRAKTIKUM V
SPIROMETRI
Tujuan
Praktikum spirometri bertujuan untuk mendemonstrasikan dan menganalisa kapasitas
pernapasan manusia.
Alat dan Bahan
1. Spirometer Collins
Untuk dapat mengikuti praktikum, peserta harus menjawab pertanyaan berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan spirometri?
2. Sebutkan, terangkan, dan gambaran komponen-komponen kapasitas pernafasan
beserta nilai normanya masing-masing.
Jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tulisan tangan anda di kertas folio dan
serahkan ke pengawas praktikum sebelum praktikum dimulai.
Cara Kerja
1. Bersihkan mulut pipa (mouth piece) spirometri dengan kapas dan alkohol 70 %.
2. Naracoba dalam posisi berdiri, berlatih menghembuskan nafas melalui mulut pipa
beberapa kali dengan hidung di tutup. Perhatikan penunjuk dan skala dan tidak boleh
terlihat oleh naracoba.
3. Mengukur tidak volume (TV). Letakkan jarum penunjuk pada skala 0, naracoba
melakukan inspirasi biasa (tanpa melalui pipa) kemudian ekspirasi biasa melalui mulut
pipa spirometri dengan hidung tertutup. Catat angka jarum penunjuk pada skala, ulangi
percobaan sebanyak 3 kali, catat nilai rata-rata TV.
4. Mengukur expiratory reserve volume (ERV). Letakkan penunjuk pada skala 0, naracoba
melakukan inspirasi normal (tanpa pipa) kemudian melakukan ekspirasi semaksimal
mungkin melalui pipa dengan hidung tertutup. Lakukan 3 kali, catat nilai rata-rata.
5. Mengukur vital capacity (VC). Letakkan penunjuk pada skala 0, naracoba melakukan
inspirasi semaksimal mungkin, kemudian ekspirasi semaksimal mungkin melalui mulut
pipa dengan hidung tertutup. Ekspirasi dilakukan dengan pelan dan tenang. Lakukan 3
kali, catat nilai rata-rata.
6. Lakukan pengukuran VC (no.5) dengan naracoba yang sama pada posisi duduk dan
berbaring.
7. Dari percobaan no.3,4 dan 5, dapat ditentukan nilai inspiratory reserve volume (IRV).
Bagaimana rumusnya, berapa hasil untuk masing-masing narcoba?
8. Tunjuk 1 orang untuk menilai frekuensi pernafasan salah satu naracoba secara diam-
diam. Setelah mendapatkan frekuensi nafas, hitung:
a. Volume respirasi normal selama 1 menit, 1 jam dan 1 hari
b. Hitung jumlah oksigen yang dipakai selama 1 jam dan 1 hari
15
NO. Naracoba Umur JK TV VC FEV ERV IRV Frekuensi
Nafas
Volume
1 menit
Setelah anda selesai melakukan percobaan dan menganalisa hasil pengukuran, maka
Jawablah pertanyaan dibawah ini :
1. Sebutkan dan jelaskan factor- faktor yang mempengaruhi kapasitas pernapasan
seseorang?
2. Apakah ada perbedaan nilai VC pada perubahan posisi ( no.6 ) ? Yang mana nilai VC
yang lebih tinggi? Mengapa demikian?
3. Mengapa percobaan ini tidak dapat mengukur residual volume, functional residual
capacity, dan total lung capacity ?
4. Pada literature, ada ukuran yang disebut forced expiratory volume one second (FEV 1).
Coba jelaskan apa maksudnya? Apa tujuan mengukur FEV1 ? apakah bisa diukur
dengan percobaan ini ? Jelaskan.