buku panduan perda epistema 151215-edit...

164

Upload: vandieu

Post on 05-Mar-2018

217 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 2: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

ADATDI TANGAN

PEMERINTAH DAERAH

Page 3: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 4: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

ADAT DI TANGAN PEMERINTAH DAERAHPANDUAN PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH UNTUK

PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

Myrna A. Safitri

Luluk Uliyah

Epistema Institute

2015

Page 5: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Adat di tangan Pemerintah Daerah: Panduan penyusunan produk hukum daerah untukpengakuan dan perlindungan hak Masyarakat Hukum Adat/ Myrna A. Safitri dan Luluk Uliyah-Ed.rev- Jakarta: Epistema Institute, 2015.

viii, 154 hlm: ill. 16,7 x 23 cm

ISBN: 978-602-1304-03-7

Adat di tangan Pemerintah Daerah: Panduan penyusunan produk hukum daerah untukpengakuan dan perlindungan hak Masyarakat Hukum Adat

© 2015 Epistema Institute

Penulis:

Myrna A. Safitri

Luluk Uliyah

Foto sampul koleksi Luluk Uliyah

Foto-foto isi koleksi Andi Sandhi, Luluk Uliyah dan Myrna A. Safitri

Pracetak: Andi Sandhi

Desain sampul: Doddy Suhartono

Penerbit:

Epistema InstituteJalan Jati Padang Raya No. 25Jakarta 12540Telepon : 021-78832167E-mail : [email protected] : www.epistema.or.id

Edisi Revisi: 2015

Buku panduan ini disusun dengan dukungan dari Rakyat Amerika melalu BadanPembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi buku ini merupakan tanggungjawabEpistema dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau Pemerintah Amerika Serikat.

Epistema adalah mitra USAID/Program Representasi; program tata kelola pemerintahan yangbaik (good governance) berdurasi lima tahun dari USAID. ProRep bertujuan untuk memperbaikirepresentasi di Indonesia dengan meningkatkan inklusifitas and efektivitas dari kelompok daninstitusi yang mengaspirasikan kepentingan publik kepada pemerintah melalui perbaikantransparansi dan efektivitas proses legislasi. ProRep dilaksanakan oleh ChemonicsInternational, bekerja sama dengan Urban Institute, Social Impact dan Kemitraan.

Page 6: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vii

1. PENDAHULUAN 1

2. PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI No. 35/PUU-X/2012 7

3. SIAPA MASYARAKAT HUKUM ADAT 17

4. KERANGKA HUKUM 39

5. KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

PEMERINTAH DAERAH 67

6. PRODUK HUKUM DAERAH UNTUK

PENGAKUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT 77

7. PENUTUP 89

REFERENSI 91

LAMPIRAN-LAMPIRAN CONTOH PERATURAN DAERAH DAN

KEPUTUSAN KEPALA DAERAH 93

Page 7: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 8: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

vii

KATA PENGANTARBuku ini adalah revisi dari buku yang telah kami terbitkan pada Desember2014. Edisi pertama buku ini diterbitkan tepat 585 hari setelah dibacakannyaPutusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 35/PUU-X/2012. Perubahan besardalam konsep hukum, kebijakan dan arah gerakan sosial untuk pengakuan,penghormatan dan perlindungan hak-hak Masyarakat Hukum Adat dibawaoleh Putusan MK ini. Tidak terhitung pertemuan diselenggarakan untukmembahasnya. Riset pun juga banyak dilakukan. Lalu, sejumlah peraturanperundang-undangan dibentuk oleh Pemerintah Pusat untuk menanggapiPutusan ini.

Sayangnya, keriuhan yang berlangsung di panggung nasional itu tidakberbanding lurus dengan fakta di daerah, dan di kampung-kampung. Hinggaawal Desember 2015, belum ada satupun hutan adat atau wilayahMasyarakat Hukum Adat di dalam kawasan hutan yang mendapat pengakuanPemerintah. Penghambatnya adalah ketiadaan produk hukum daerah yangtepat untuk dijadikan dasar mengklaim kembali wilayah adat tersebut.

Kami menyusun buku ini untuk menjadikan wilayah adat itu senyatanyadiakui dan membantu Pemerintah Daerah untuk mewujudkan pengakuantersebut. Apa yang dipaparkan dalam buku ini adalah hasil dari perjalananpanjang kami melakukan advokasi kebijakan yang berbasis pada riset diberbagai lokasi di Indonesia.

Kami berterima kasih kepada kolega yang telah memberikan masukan untukpenyempurnaan buku ini. Demikian pula terima kasih atas masukan dari parapihak lain dalam pelatihan penyusunan Peraturan Daerah untuk pengakuanMasyarakat Hukum Adat yang diselenggarakan oleh Epistema Institute danpelatihan lain yang diselenggarakan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.Kami berharap Buku ini dapat menginspirasi kerja yang lebih konkrit untukmewujudkan pengakuan hukum yang nyata bagi Masyarakat Hukum Adatdan wilayahnya.

Jakarta, 10 Desember 2015

Myrna A. Safitri dan Luluk Uliyah

Page 9: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 10: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

1. PENDAHULUAN

Pasal 18B ayat (2) dan Pasal 28I ayat (3) UUD 1945merupakan pengakuan dan perlindungan ataskeberadaan hutan adat dalam kesatuan denganwilayah hak ulayat suatu masyarakat hukum adat.Hal demikian merupakan konsekuensi pengakuanterhadap hukum adat sebagai “living law” yangsudah berlangsung sejak lama, dan diteruskansampai sekarang. Oleh karena itu, menempatkanhutan adat sebagai bagian dari hutan negaramerupakan pengabaian terhadap hak-hakmasyarakat hukum adat.

Kutipan di atas bersumber dari Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/ PUU-

X/2012. Putusan ini (selanjutnya disebut Putusan MK 35) membuat koreksimendasar terhadap konsep dan praktik penguasaan tanah di Indonesia.Mengapa demikian?

Pertama-tama marilah kita melihat terlebih dahulu UU No. 41 Tahun 1999tentang Kehutanan. Sebelum ada Putusan MK 35 ini, Pasal 1 angka 6 UUKehutanan ini menyatakan bahwa “hutan adat adalah hutan negara yangberada dalam wilayah Masyarakat Hukum Adat”. Tentu saja hal inimenimbulkan ketidakpuasan dari Masyarakat Hukum Adat karena wilayahadat mereka harus menjadi bagian dari hutan negara. Setelah menunggubeberapa lama, akhirnya pada tanggal 19 Maret 2012, wakil dari AliansiMasyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan dua kelompok Masyarakat HukumAdat yakni dari Kenegerian Kuntu di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau danKasepuhan Cisitu di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, mendaftarkanpermohonan kepada Mahkamah Konstitusi untuk melakukan pengujianterhadap beberapa pasal dalam UU No. 41 Tahun 1999. Mahkamah Konstitusipada tanggal 16 Mei 2013 membacakan Putusan MK 35, yang salah satu amaratau putusannya menyatakan bahwa hutan adat bukan lagi hutan negara.

Kedua, ketika Mahkamah Konstitusi menyatakan hutan adat bukan hutannegara, pada saat bersamaan Mahkamah menyatakan bahwa hutan adatadalah bagian dari hutan hak. Dengan demikian maka Mahkamah Konstitusimeluruskan konsep penguasaan tanah di dalam kawasan hutan. Selama ini

Page 11: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

2

Kementerian Kehutanan (sekarang menjadi Kementerian Lingkungan Hidupdan Kehutanan, KLHK) dan Kementerian/Lembaga lain termasuk PemerintahDaerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas daripenguasaan tanah oleh warga negara.

Pemahaman di atas sebenarnya adalah sebuah kesalahkaprahan.1 UU No. 41Tahun 1999 tidak menyatakan demikian. UU Kehutanan ini menganutpandangan bahwa kawasan hutan adalah wilayah yang direncanakanmenjadi hutan tetap, yang di dalamnya terdapat penguasaan negara danwarga negara. Karena hal ini maka kawasan hutan itu meliputi hutan negaradan hutan hak. Hutan hak dimaksud terdiri dari hutan adat dan hutan hakperorangan atau badan hukum.

Setelah keluarnya Putusan MK 35, Pemerintah Pusat menerbitkan sejumlahperaturan perundang-undangan. Di antaranya adalah Peraturan MenteriKehutanan No. P. 62/Menhut-II/2013 yang merupakan perubahan dariPeraturan Menteri Kehutanan No. P. 44/Menhut-II/2012 tentang PengukuhanKawasan Hutan. Selain itu juga ada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan dan Perlindungan MasyarakatHukum Adat. Pada tanggal 17 Oktober 2014, dikeluarkan Peraturan BersamaMenteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum danKepala Badan Pertanahan Nasional tentang Tata Cara PenyelesaianPenguasaan Tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan.2

Jauh sebelum ini, terdapat Peraturan Menteri Agraria/Kepala BadanPertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman PenyelesaianMasalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Peraturan ini dicabut denganPeraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan PertanahanNasional No. 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak Komunal atasTanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yang berada dalam kawasantertentu. Kemudian, beberapa peraturan perundang-undangan nasional lainjuga memerintahkan pengaturan dan penetapan masyarakat hukum adat

1 Salah kaprah adalah kesalahan yang sudah umum dilakukan sehingga banyak orang

tidak lagi merasakannya sebagai sebuah kesalahan (www.kbbi.web.id).

2 Peraturan Nomor 79 Tahun 2014, Nomor PB.3/Menhut-II/2014, Nomor

17/PRT/M/2014, Nomor 8/SKB/X/2014.

Page 12: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

melalui produk hukum daerah. UU No. 23 Tahun 2014 tentang PemerintahanDaerah, misalnya memberikan mandat kepada Pemerintah Provinsi danKabupaten/Kota untuk menetapkan tanah ulayat.

Jelaslah, Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak penting untukimplementasi Putusan MK 35. Namun demikian, banyak Pemerintah Daerahragu terhadap kewenangan ini. Sementara itu, sejumlah peraturan daerahyang ada di berbagai kabupaten pada umumnya bersifat pengaturan danbukan penetapan terhadap Masyarakat Hukum Adat dan wilayahnya.Padahal, KLHK berdasarkan UU No. 41 Tahun 1999 meminta adanyaperaturan daerah yang bersifat penetapan sebagai syarat pengakuan hutanadat.

3

Untuk mendorong percepatan implementasi Putusan MK 35, makapembentukan produk hukum daerah yang baik dan tepat sangat diperlukan.Buku ini membantu eksekutif dan legislatif di daerah untuk menyusunproduk hukum mengenai pengakuan Masyarakat Hukum Adat, hak-hak sertawilayahnya. Bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan? Bagaimanaformat produk hukum yang benar? Bagaimana materi muatan yang tepat

Page 13: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

sesuai dengan keragaman kondisi Masyarakat Hukum Adat di daerah dantidak bertentangan dengan produk hukum nasional?

Kami membagi buku panduan ini ke dalam pokok-pokok bahasan berikut.Setelah bagian pendahuluan, kita masuk ke bagian kedua yang menjelaskansecara ringkas mengenai Putusan MK No. 35/PUU-X/2012. Kemudiandilanjutkan dengan bagian ketiga dimana kita akan menemukanpembahasan mengenai definisi dan konsep Masyarakat Hukum Adat, baikyang terdapat dalam peraturan perundang-undangan ataupun pendapatpara ahli. Pada bagian keempat dibahas mengenai kerangka hukum untukmenyusun produk hukum daerah. Di dalamnya dibahas peraturanperundang-undangan nasional, rancangan undang-undang mengenaiMasyarakat Hukum Adat, beberapa putusan Mahkamah Konstitusi daninstrumen perjanjian internasional mengenai Masyarakat Hukum Adat, baikyang sudah atau belum disetujui atau diadopsi oleh Pemerintah Indonesia.Bagian kelima membahas kewenangan dan tanggung jawab PemerintahDaerah. Bagian keenam menjelaskan bentuk produk hukum daerah yangdapat digunakan, langkah-langkah penyusunan dan contoh formatnya. Bukuini diakhiri dengan bagian penutup yang mengikhtisarkan pokok-pokokbahasan sebelumnya.

Buku ini membantu eksekutif dan legislatif di daerah untuk

menyusun produk hukum yang tepat dan benar untuk pengakuan

Masyarakat Hukum Adat. Bagaimana langkah-langkah yang harus

dilakukan? Bagaimana format produk hukum yang benar? Bagaimana

materi muatan yang tepat sesuai dengan keragaman kondisi Masyarakat

Hukum Adat di daerah dan tidak bertentangan dengan produk hukum

nasional?

4

Page 14: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 15: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 16: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

7

2. PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

No. 35/PUU-X/20123

Putusan MK 35 yang dibacakan pada 16 Mei 2013

merupakan tonggak penting dari perjuanganpanjang Masyarakat Hukum Adat dan kelompokmasyarakat sipil pendukungnya untukmengoreksi kekeliruan UU No. 41 Tahun 1999tentang Kehutanan. Kekeliruan dimaksud secarakhusus berkaitan dengan konsep, kebijakan danpraktik penguasaan tanah dan hutan diIndonesia.

Pasal 1 angka 6 dan sejumlah pasal lain dalam UU No. 41 Tahun 1999merumuskan hutan adat sebagai bagian dari hutan negara. Putusan MK 35menyatakan ketentuan ini diskriminatif terhadap kesatuan MasyarakatHukum Adat. Apa saja hal penting yang terdapat dalam Putusan MK 35 itu,bagaimana tanggapan Pemerintah Pusat dan apa yang penting dilakukanoleh Pemerintah Daerah? Kita akan menemukan jawabannya dalampenjelasan berikut.

Membedah Pokok-pokok Pendapat MK

Pokok-pokok pendapat MK terkait dengan Masyarakat Hukum Adat danhutan adat sebagaimana terdapat pada halaman 166-188 Putusan MK 35adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat Hukum Adat adalah subjek hukum.

Secara jelas MK menyatakan bahwa Masyarakat Hukum Adat adalahpenyandang hak dan kewajiban. Dengan kata lain adalah subjek hukum.

3 Disarikan dari Safitri, M.A., 2014, Kembali ke daerah: Sebuah pendekatan realistik untuk

pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012, makalah disampaikan

dalam diskusi memperingati setahun Putusan MK No. 35/PUU-X/2012,

diselenggarakan oleh Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan sejumlah

organisasi masyarakat sipil di Jakarta, 13 Mei 2014.

Putusan MK No.

35/PUU-X/2012 telah

mengoreksi kekeliruan

konsep hukum,

kebijakan dan praktik

penguasaan tanah di

Indonesia.

Page 17: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

8

Oleh karena itu maka Masyarakat Hukum Adat seharusnya mempunyaikedudukan yang sama dengan subjek hukum lain dalam penguasaantanah. Subjek hukum lain itu misalnya orang perorangan atau badanhukum.

2. UU No. 41 Tahun 1999 telah bersikap diskriminatif terhadap MasyarakatHukum Adat sebagai subjek hukum dengan menempatkan hutan adatsebagai bagian dari hutan negara. MK berpendapat ketentuan-ketentuanterkait hal ini dalam UU No. 41 Tahun 1999 mencerminkan ketidakpastianhukum dan anti keadilan.

3. Terjadi pengabaian negara terhadap Masyarakat Hukum Adat.

Sejalan dengan pokok pikiran MK mengenai diskriminasi yang dilakukanoleh UU No. 41 Tahun 1999 kepada Masyarakat Hukum Adat, MKmenegaskan lagi bahwa penempatan hutan adat sebagai bagian darihutan negara adalah pengabaian hak-hak Masyarakat Hukum Adat.

4. Pengakuan terhadap Masyarakat Hukum Adat dan hutan adat dalamrangka pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Dengan pandangan ini maka MK tidak bermaksud mendukung fahamantroposentrisme dalam pengelolaan hutan adat. Faham inimenempatkan kepentingan manusia menjadi yang utama dalampemanfaatan tanah dan sumber daya alam. MK memandang bahwa

Page 18: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

9

aspek kelestarian hutan tetap menjadi pertimbangan dalam pengelolaanhutan adat.

5. Penguasaan hutan terbagi atas hutan negara dan hutan hak; Di dalamhutan hak terdapat hutan adat dan hutan perorangan/ badan hukum.

Dalam hal ini, MK memberikan kejelasan terhadap konsep penguasaanhutan. Memasukkan hutan adat ke dalam hutan negara merupakanbentuk tumpang tindih penguasaan hutan. MK menyatakan bahwapenguasaan tanah/hutan ada pada perorangan, Masyarakat Hukum Adat(secara kolektif dengan hak ulayat) dan negara. Wewenang negaradibatasi oleh wewenang Masyarakat Hukum Adat. WewenangMasyarakat Hukum Adat dibatasi oleh wewenang perorangan atas tanah.

6. Hutan adat adalah salah satu fungsi wilayah hak ulayat MasyarakatHukum Adat; di wilayah tersebut terdapat fungsi-fungsi penggunaanlahan lainnya.

7. Masyarakat Hukum Adat berkembang secara evolutif.

MK mengikuti pendapat Émile Durkheim pada abad ke 19 mengenaiperkembangan masyarakat. Masyarakat menurut Durkheim (1997)berkembang dari solidaritas mekanis menjadi masyarakat dengansolidaritas organis. Teori sosiologi klasik yang digunakan MK ini mungkintidak sesuai dengan realitas yang ada sekarang. Pemisahan secara tajamantara masyarakat solidaritas mekanis dan solidaritas organis tidak lagidapat ditemukan, demikian pula pada Masyarakat Hukum Adat. Karenaitu, definisi yang realistik terhadap Masyarakat Hukum Adat perludibangun bersama sesuai dengan perkembangan terkini.

8. Hak Masyarakat Hukum Adat untuk menentukan nasib sendiri hanyamungkin dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Tanpa batasan ini maka MK khawatir pelaksanaan hakmenentukan nasib sendiri akan menimbulkan ancaman separatis.

9. Peraturan Daerah (Perda) merupakan pendelegasian wewenangmengatur mengenai Masyarakat Hukum Adat dari Pemerintah Pusat.Pendelegasian ini adalah upaya menjalankan Pasal 18B ayat (2) UUD1945. Pengaturan mengenai Masyarakat Hukum Adat sejatinya dilakukandalam undang-undang, namun untuk menghindari kekosongan hukum

Page 19: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

10

maka MK berpendapat bahwa pengaturan oleh Pemerintah Daerahdibenarkan.

Respon Pemerintah Pusat terkait Putusan MK 35

Bagian ini memuat sejumlah pernyataan politik dan kebijakan yangdikeluarkan Pemerintah Pusat setelah adanya Putusan MK 35. Pemaparansetiap respon dilakukan secara kronologis.

1. Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pembukaanInternational Workshop on Tropical Forest Alliance 2020, 20 Juni 2013.

Setelah panjang lebar menjelaskanstrategi pembangunan yang meliputipro-growth, pro-environment, pro-poordan pro-job, Presiden SBY secarakhusus mengomentari Putusan MK 35dalam kaitan dengan komitmenpemerintahannya untuk menjalankanpembangunan berkelanjutan. Beliaumenyatakan:

“…recently the Indonesian Constitutcustomary forest, or ‘hutan adat’, is noThis decision marks an important stepland and resources rights of adat comcommunities. This will also enabsustainable growth with equity in its for

I am personally committed to initiatinrecognizes the collective ownership oThis is a critical first step in the imConstitutional Court’s decision.”

2. Surat Edaran Menteri Kehutanan No. SE.1

Diterbitkan tepat dua bulan setelah Putuditujukan kepada Gubernur, Bupati/Wamembidangi urusan kehutanan. Surat Eamar putusan dan pendapat MKkonstitusionalitas pasal-pasal dalam UU N

Menurut Mahkamah Konstitusi

Perda merupakan pendelegasian wewenang

mengatur mengenai Masyarakat Hukum

Adat dari Pemerintah Pusat kepada

Pemerintah Daerah.

ional Court has decided thatt part of the state forest zone.towards a full recognition of

munity and forest-dependentle Indonesia’s shift towardests and peatlands sector.

g a process that registers andf adat territories in Indonesia.plementation process of the

/Menhut-II/2013.

san MK 35, Surat Edaran (SE) inilikota dan Kepada Dinas yangdaran ini menjelaskan kembali

dalam perkara pengujiano. 41 Tahun 1999 terkait hutan

Page 20: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

11

adat dan Masyarakat Hukum Adat. Namun, secara eksplisit SE inimenegaskan bahwa hutan adat itu harus ditetapkan oleh MenteriKehutanan, dengan syarat keberadaan Masyarakat Hukum Adat terlebihdahulu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sebelum penetapan iniperlu dilakukan penelitian oleh Tim sebagaimana diatur dalam Pasal 67UU No. 41 Tahun 1999 dan penjelasannya.

3. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 62/Menhut-II/2013 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 44/ Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan.

Peraturan ini secara eksplisit menyatakan tujuannya untuk menjalankanPutusan MK 35. Masyarakat Hukum Adat didefinisikan oleh PeraturanMenteri Kehutanan (Permenhut) ini sebagai sekelompok orang yangterikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatupersekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasarketurunan. Sedangkan wilayah Masyarakat Hukum Adat adalah tempatberlangsungnya hidup dan menyelenggarakan kehidupan MasyarakatHukum Adat yang bersangkutan yang letak dan batasnya jelas sertadikukuhkan dengan Peraturan Daerah.

Hal kontroversial dari Permenhut ini adalah Pasal 24A yang menyatakanpada ayat (3) bahwa jika sebagian atau seluruh wilayah MasyarakatHukum Adat berada dalam kawasan hutan maka wilayah tersebut akandikeluarkan dari kawasan hutan. Kemudian Peraturan ini jugamenyatakan: “Terhadap wilayah Masyarakat Hukum Adat yang beradadalam kawasan hutan sesuai Peraturan Daerah Provinsi atauKabupaten/Kota, maka wilayah Masyarakat Hukum Adat dikeluarkankeberadaannya dari kawasan hutan” (Pasal 57 ayat (2)).

Dengan menyebutkan bahwa wilayah adat yang berada dalam kawasanhutan dikeluarkan dari kawasan hutan maka Peraturan Menteri ini telahbertentangan dengan Putusan MK 35. Putusan MK tidak menyatakanbahwa kawasan hutan hanya berupa hutan negara. Di dalamnya terdapathutan hak yang terdiri dari hutan adat dan hutan perorangan/badanhukum.

Persoalan lain dari Permenhut ini adalah sebagaimana disampaikan olehAliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) yakni pengingkaran terhadapstatus Masyarakat Hukum Adat sebagai subjek hukum. Permenhut ini

Page 21: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

12

membuat definisi mengenai hak-hak pihak ketiga dan inventarisasi danidentifikasi hak-hak pihak ketiga tersebut, tetapi tidak menyebutkan hakMasyarakat Hukum Adat.4

4. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 522/8900/SJ tanggal 20Desember 2013 tentang Pemetaan Sosial Masyarakat Hukum Adat5.

SE ini juga menyatakan diri sebagai pelaksana Putusan MK 35.Menariknya, dengan surat ini Menteri Dalam Negeri mengusulkan definisibaru mengenai tanah ulayat. Tanah adat—yang dipersamakan oleh SE inidengan tanah ulayat—disebutkan sebagai bidang tanah yang di atasnyaterdapat hak ulayat dari suatu Masyarakat Hukum Adat tertentu; tanahulayat termasuk tanah kerajaan, kraton maupun kesultanan (SultanGround).

Dimasukkannya tanah kerajaan ke dalam kategori tanah ulayatmempunyai implikasi serius terhadap cara pandang Menteri DalamNegeri mengenai Masyarakat Hukum Adat. SE ini secara tidak langsungmenyatakan bahwa kesultanan, kerajaan dan sebagainya itu termasuk kedalam kategori Masyarakat Hukum Adat yang memegang hak atas tanahulayat. Tentu saja hal ini meresahkan karena penjelasan Pasal 18 UUD1945 sebelum amandemen, secara tegas menyebutkan adanya duakategori berbeda mengenai pemerintahan asli di Republik Indonesia.Keduanya adalah "Zelfbesturende landschappen" dan“Volksgemeenschappen”. Masyarakat Hukum Adat termasuk ke dalamkategori yang kedua (volksgemeenschappen). Penjelasan Pasal 18 UUD1945 menyebutkan contoh volksgemeenschappen itu adalah nagari diMinangkabau, dusun dan marga di Palembang. Sementara zelfbesturendelandschappen adalah pemerintahan swapraja yaitu suatu pemerintahanpribumi yang memperoleh otonominya karena sejumlah perjanjiandengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

4 Selengkapnya mengenai keberatan AMAN terhadap Permenhut No. P.62/ Menhut-

II/2013 lihat pada tautan ini: http://www.aman.or.id/2014/01/25/ pernyataan-sikap-

aliansi-masyarakat-adat-nusantara-aman-terhadap-peraturan-menteri-kehutanan-

republik-indonesia-nomor-p-62menhut-112013-tentang-perubahan-atas-peraturan-

menteri-kehutanan-nomor-p-4/#.U3ECR4LNcXx.

5 Bagian ini dimuat dalam Editorial Epistema April 2014, lihat www.epistema.or.id.

Page 22: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

13

Desa Adat adalah pilihan.

Masyarakat Hukum Adat dapat memilih

apakah bentuk pemerintahannya akan

dijadikan Desa Adat atau tidak. Jika

berbentuk Dssa Adat maka Pemerintahan

Desa akan menjalankan urusan adat dan

urusan pemerintahan umum.

Di tengah upaya memperjuangkan pengakuan dan perlindunganterhadap Masyarakat Hukum Adat dan wilayah adat, dimana tanah-tanahkomunal yang disebut tanah ulayat itu berada, maka SE Mendagri ini jelassuatu langkah mundur. Surat ini bersifat kontradiktif dengan misiUndang-undang No. 5 Tahun 1960 atau Undang-undang Pokok Agraria(UUPA) untuk membentuk hukum agraria yang bersih dari anasirfeodalisme.

5. UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-undang ini mengatur secarakhusus mengenai Desa Adat.Penetapan Desa Adat dilakukandengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Perdebatan yang muncul terkaitUU ini adalah: apakah lahirnya UU iniakan melemahkan atau menguatkanpengakuan Masyarakat Hukum Adat?Pertanyaan ini muncul karenarumusan pasal-pasal dalam UU No. 6Tahun 2014 ini serta penjelasannyamenimbulkan banyak tafsir.

Sebagai contoh adalah Pasal 97 ayat (1) huruf a yang menyatakan bahwapenetapan Desa Adat dilakukan jika memenuhi salah satu kriteria yakni“kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak tradisionalnya secaranyata masih hidup, baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yangbersifat fungsional”. Di sini kita bisa melihat bahwa kesatuan MasyarakatHukum Adat yang bersifat teritorial, genealogis, dan fungsional dapatmenjadi Desa Adat. Namun, dalam penjelasan umum UU No. 6 Tahun2014 disebutkan bahwa Desa Adat adalah sebuah kesatuan MasyarakatHukum Adat yang secara historis mempunyai batas wilayah dan identitasbudaya yang terbentuk atas dasar teritorial yang berwenang mengaturdan mengurus kepentingan masyarakat Desa berdasarkan hak asal usul.Penjelasan UU No. 6 Tahun 2014 menyatakan tidak mengatur seluruhtipologi Masyarakat Hukum Adat. UU ini hanya mengatur kesatuanMasyarakat Hukum Adat yang merupakan gabungan antara genealogisdan teritorial.

Page 23: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

14

Desa Adat pada prinsipnya sebuah pilihan. Masyarakat Hukum Adatdapat memilih apakah bentuk pemerintahannya akan dijadikan DesaAdat atau tidak. Pasal 106 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 menyatakanbahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan penugasankepada Desa Adat untuk penyelenggaraan Pemerintahan Desa Adat,pelaksanaan Pembangunan Desa Adat, pembinaan kemasyarakatan DesaAdat, dan pemberdayaan masyarakat Desa Adat. Meskipun disebutkanada biaya pada penugasan yang diberikan ini tetapi penugasan inisejatinya penambahan beban kerja bagi Desa Adat. Selain mengurusadat, Desa Adat juga menjalankan tugas-tugas pemerintahan desa padaumumnya.

6. Program Nasional Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adatmelalui Penurunan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan dan LahanGambut (REDD+).

Ditandatangani oleh sembilan Menteri dan Kepala LembagaPemerintahan/Komisi Negara dan disaksikan wakil-wakil organisasiMasyarakat Hukum Adat, Program ini bertujuan untuk menjalankandelapan agenda sebagai berikut:

(1) Mengembangkan kapasitas dan partisipasi Masyarakat Hukum Adatdalam menjalankan program dan kegiatan pemerintah.

(2) Sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perundang-undangan terkaitMasyarakat Hukum Adat.

(3) Adanya peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumpengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat.

(4) Penetapan Peraturan Daerah untuk Masyarakat Hukum Adat.

(5) Penyelesaian konflik.

(6) Pemetaan dan penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan danpemanfaatan tanah untuk rakyat termasuk Masyarakat Hukum Adat.

(7) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan kewenangan berbagaipihak untuk pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adatdi tingkat Pusat dan Daerah.

(8) Mendukung pelaksanaan REDD+ sebagai upaya menjalankanpartisipasi Masyarakat Hukum Adat.

Page 24: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

15

7. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, MenteriPekerjaan Umum dan Kepala Badan Pertanahan Nasional PeraturanNomor 79 Tahun 2014, Nomor PB. 3/Menhut-II/2014, Nomor17/PRT/M/2014, Nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara PenyelesaianPenguasaan Tanah yang berada di dalam Kawasan Hutan.

Peraturan Bersama ini menyediakan prosedur untuk verifikasipenguasaan tanah dalam kawasan hutan, termasuk hak MasyarakatHukum Adat atas wilayah adat yang berada dalam kawasan hutan. Lebihlanjut mengenai isi Peraturan ini dapat dilihat pada bab 4.

8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan PertanahanNasional No. 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan Hak KomunalTanah Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat yang berada di dalamkawasan tertentu

Peraturan ini mencabut Peraturan Menteri Agraria No. 5 Tahun 1999mengenai pengakuan hak ulayat. Di dalam Peraturan Menteri inidiperkenalkan istilah baru yaitu hak komunal. Ini merupakan hak milikbersama atas tanah suatu masyarakat hukum adat atau hak milikbersama atas tanah yang diberikan kepada masyarakat yang beradadalam kawasan hutan atau perkebunan.

Bupati/walikota menetapkan hak komunal. Hak tersebut selanjutnyadidaftarkan kepada Kantor Pertanahan dan diterbitkan sertifikatnya.Sertifikat hak komunal untuk Masyarakat Hukum Adat diterbitkan atasnama anggota Masyarakat Hukum Adat atau kepala adat. Sedangkanbagi masyarakat lainnya, sertifikat itu dapat diterbitkan atas namaanggota masyarakat lain, pengurus koperasi, lembaga desa, ataupimpinan kelompok masyarakat.

9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.32/Menlhk-Setjen/2015 tentang Hutan Hak.

Peraturan Menteri ini mempertegas Putusan Mahkamah Konstitusi No.35/PUU-X/2012 yang menjelaskan bahwa kawasan hutan terdiri darihutan Negara dan hutan hak. Dalam Peraturan ini juga dijelaskan tentangsyarat permohonan penetapan hutan hak, insentif yang diberikan kepadapemangku hutan hak dan kewenangan Pemerintah dan pemerintahdaerah dalam memenuhi hak-hak pemangku hutan hak. Peraturan inimemerintahkan Pemerintah, dalam hal ini Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan, memfasilitasi pemerintah daerah untuk menyusunproduk hukum yang mengakui masyarakat hukum adat atau hak ulayat.

Page 25: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

16

Demikian juga, ia mendorong pentingnya peran pemerintah daerah dankeberadaan peraturan daerah dalam mempercepat pengakuanmasyarakat hukum adat.

Peran Pemerintah Daerah

Ketujuh respon Pemerintah Pusat yang dibahas di atas menunjukan satusimpul yang sama bahwa Pemerintah Daerah dan keberadaan PeraturanDaerah (Perda) memegang peran penting dalam pelaksanaan Putusan MK 35ini. Pemerintah Pusat bahkan Mahkamah Konstitusi telah menyerahkantanggung jawab kepada Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, bekerja didaerah, melakukan pendampingan dan pengawasan kepada PemerintahDaerah adalah hal yang tidak bisa ditunda lagi untuk melaksanakan PutusanMK 35 ini.

Page 26: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 27: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 28: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

19

3. SIAPA MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pada bagian sebelumnya kita telah mengetahui

bahwa pelaksanaan Putusan MK 35 sangatbergantung pada keberadaan Peraturan Daerah(Perda) untuk mengatur dan menetapkanMasyarakat Hukum Adat. Namun, klarifikasitentang siapakah komunitas yang dapatdikategorikan sebagai Masyarakat Hukum Adat disuatu daerah penting dirumuskan. Tanpa adakejelasan tentang subyek pengaturannya, makasuatu peraturan akan kehilangan

kesempurnaannya. Sayangnya, kita masih belum mempunyai kesepakatanyang jelas tentang persoalan ini. Salah satu masalah adalah beragamnyaistilah dan kriteria yang digunakan oleh peraturan perundang-undangan.

UUD 1945 menggunakan istilah Kesatuan Masyarakat Hukum Adat. Pasal 18Bayat (2) menyebutkan: “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjangmasih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”.

Selain itu terdapat pula istilah masyarakat tradisional sebagaimanadisebutkan dalam Pasal 28I ayat (3) UUD 1945: “Identitas budaya dan hakmasyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman danperadaban.” UUD 1945 tidak menjelaskan apakah istilah Kesatuan MasyarakatHukum Adat dan masyarakat tradisional itu adalah konsep yang sama atautidak. Dalam berbagai peraturan perundang-undangan, istilah yangdigunakan pada umumnya adalah Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Adatatau Desa Adat.

Selengkapnya mengenai istilah, definisi dan kriteria pengakuan masyarakat(hukum) adat dalam peraturan perundang-undangan nasional dapat dilihatdalam tabel 1. Pada tabel itu kita dapat mengetahui bahwa beberapaperaturan hanya menyebutkan istilah saja namun tidak menjelaskan definisiMasyarakat Hukum Adat atau Masyarakat Adat. Contohnya adalah UU No. 5Tahun 1960 (dikenal sebagai Undang-Undang Pokok Agraria, UUPA), UU No.

Konsep Masyarakat

Hukum Adat yang khas

penting dirumuskan

karena menunjukkan

subjek pengaturan

sebuah produk hukum

daerah.

Page 29: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

20

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional, UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruangdan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Ada pulaperaturan yang tidak menerangkan definisi tetapi menyebutkan unsur-unsurMasyarakat Hukum Adat, misalnya UU No. 41 Tahun 1999 tentangKehutanan.

Definisi Masyarakat Hukum Adat dapat kita temukan dalam UU No. 27 Tahun2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (telahdiubah dengan UU No. 1 Tahun 2014), UU No. 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan UU No. 21 Tahun2001 tentang Otonomi Khusus Papua. Selain itu ada pula Keputusan PresidenNo. 111 Tahun 1999 yang menyebutkan definisi Komunitas Adat Terpencil.

Meskipun istilah yang digunakan beragam, dalam kenyataannya yangdisebut Masyarakat Hukum Adat atau Masyarakat Adat itu merujuk padakomunitas yang sama. Dalam masyarakat pada umumnya tidak digunakanistilah Masyarakat Hukum Adat atau Masyarakat Adat, melainkan istilah yangmenunjukkan identitas lokal suatu komunitas. Misalnya, Kasepuhan, OrangRimba, Nagari Sijunjung dan sebagainya.

Page 30: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Tabe

l1.I

stila

h,de

finis

i,kr

iteria

dan

peng

atur

ankh

usus

Mas

yara

katH

ukum

Adat

dala

mpe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

anna

sion

al

Pera

tura

nPe

rund

ang-

unda

ngan

Isti

lah

yang

digu

naka

nD

efin

isi

Krit

eria

peng

akua

nM

HA

oleh

nega

ra/p

enga

tura

nkh

usus

MH

A

UU

D19

45Ke

satu

anM

asya

raka

tH

ukum

Ada

tN

egar

am

enga

kuid

anm

engh

orm

atik

esat

uan-

kesa

tuan

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tbes

erta

hak-

hak

trad

isio

naln

yase

panj

ang

mas

ihhi

dup

dan

sesu

aide

ngan

perk

emba

ngan

mas

ya-

raka

tdan

prin

sip

Neg

ara

Kesa

tuan

Repu

blik

Indo

nesi

a,ya

ngdi

atur

dala

mU

ndan

g-U

ndan

g.

Mas

yara

kat

Trad

isio

nal

Iden

titas

buda

yada

nha

km

asya

raka

ttr

adis

io-

nald

ihor

mat

isel

aras

deng

anpe

rkem

bang

anza

man

dan

pera

daba

n.

Pera

tura

npe

rund

ang-

unda

ngan

agra

ria/

sum

berd

aya

alam

UU

No.

5Ta

hun

1960

tent

ang

Pera

tura

nD

asar

Poko

k-Po

kok

Agr

aria

(UU

PA)

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tH

akm

engu

asai

Neg

ara

atas

bum

i,ai

rda

nke

kaya

anal

amya

ngte

rkan

dung

dida

lam

nya

pela

ksan

aann

yada

pat

diku

asak

anke

pada

mas

yara

kat-

mas

yara

kat

huku

mad

at,

seke

dar

dipe

rluk

anda

nti

dak

bert

enta

ngan

deng

anke

pent

inga

nna

sion

al,

men

urut

kete

ntua

n-ke

tent

uan

Pera

tura

nPe

mer

inta

h.

Andi Sandhi
Text Box
21
Page 31: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Hak

Ula

yat

Pela

ksan

aan

hak

ulay

atda

nha

k-ha

kya

ngse

rupa

ituda

rim

asya

raka

t-m

asya

raka

thu

kum

adat

,sep

anja

ngm

enur

utke

nyat

aann

yam

asih

ada,

haru

sse

dem

ikia

nru

pase

hing

gase

suai

deng

anke

pent

inga

nna

sion

alda

nN

egar

a,ya

ngbe

rdas

arka

nat

aspe

rsat

uan

bang

sase

rta

tida

kbo

leh

bert

enta

ngan

deng

anU

ndan

g-un

dang

dan

pera

tura

n-pe

ratu

ran

lain

yang

lebi

hti

nggi

.

UU

No.

41Ta

hun

1999

tent

ang

Kehu

tana

n

Hut

anA

dat

Hut

anad

atad

alah

huta

nya

ngbe

rada

dala

mw

ilaya

hM

asya

raka

tHuk

umA

dat.

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tM

asya

raka

thuk

umad

atdi

akui

kebe

rada

anny

a,jik

am

enur

utke

nyat

aann

yam

emen

uhi

unsu

ran

tara

lain

:

(1)

Mas

yara

katn

yam

asih

dala

mbe

ntuk

pagu

-yu

ban

(rech

tsge

mee

nsch

ap);

(2)

Ada

kele

mba

gaan

dala

mbe

ntuk

pera

ngka

tpe

ngua

saad

atny

a;

(3)

Ada

wila

yah

huku

mad

atya

ngje

las;

(4)

Ada

pran

ata

dan

pera

ngka

thu

kum

,kh

u-su

snya

pera

dila

nad

at,y

ang

mas

ihdi

taat

i;da

n

(5)

Mas

ihm

enga

daka

npe

mun

guta

nha

sil

huta

ndi

wila

yah

huta

nse

kita

rnya

untu

k

Andi Sandhi
Text Box
22
Page 32: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

pem

enuh

anke

butu

han

hidu

pse

hari-

hari.

UU

No.

7Ta

hun

2004

tent

ang

Sum

berD

aya

Air

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tdan

Hak

Ula

yat

Peng

uasa

ansu

mbe

rda

yaai

rdi

sele

ngga

raka

nol

ehPe

mer

inta

hda

n/at

aupe

mer

inta

hda

erah

deng

ante

tap

men

gaku

ihak

ulay

atm

asya

raka

thu

kum

adat

sete

mpa

tda

nha

kya

ngse

rupa

deng

anitu

,se

panj

ang

tida

kbe

rten

tang

ande

ngan

kepe

ntin

gan

nasi

onal

dan

pera

tura

npe

rund

ang-

unda

ngan

.

Hak

ulay

atm

asya

raka

thu

kum

adat

atas

sum

ber

daya

air

teta

pdi

akui

sepa

njan

gKe

nyat

aann

yam

asih

ada

dan

tela

hdi

kuku

h-ka

nde

ngan

pera

tura

nda

erah

sete

mpa

t.

UU

No.

39Ta

hun

2014

tent

ang

Perk

ebun

an

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tM

asya

raka

tH

ukum

Ada

tad

alah

seke

lom

pok

oran

gya

ngse

cara

turu

n-te

mur

unbe

rmuk

imdi

wila

yah

geog

rafi

tert

entu

diN

egar

aKe

satu

anRe

publ

ikIn

done

sia

kare

naik

atan

pada

asal

usul

lelu

hur,

hubu

ngan

yang

kuat

deng

anta

nah,

wila

yah,

sum

ber

daya

alam

,ya

ngm

emili

kipr

anat

ape

mer

inta

han

adat

dan

tata

nan

huku

mad

atdi

wila

yah

adat

nya.

Mas

yara

kat

Huk

umA

dat

dite

tapk

anse

suai

deng

anpe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

an.

UU

No.

1Ta

hun

2014

tent

ang

Peru

baha

nA

tas

UU

Nom

or27

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tM

asya

raka

tH

ukum

Ada

tad

alah

seke

lom

pok

oran

gya

ngse

cara

turu

n-te

mur

unbe

rmuk

imdi

wila

yah

geog

rafis

tert

entu

diN

egar

aKe

satu

anRe

publ

ikIn

done

sia

kare

naad

anya

ikat

anpa

daas

alus

ulle

-

Andi Sandhi
Text Box
23
Page 33: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Tahu

n20

07te

ntan

gPe

ngel

olaa

nW

ilaya

hPe

sisi

rdan

Pula

u-pu

lau

Keci

l

luhu

r,hu

bung

anya

ngku

atde

ngan

tana

h,w

ilaya

h,su

mbe

rda

yaal

am,m

emili

kipr

anat

ape

mer

inta

han

adat

,dan

tata

nan

huku

mad

atdi

wila

yah

adat

nya

sesu

aide

ngan

kete

ntua

npe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

an.

UU

No.

32Ta

hun

2009

tent

ang

Perli

ndun

gan

dan

Peng

elol

aan

Ling

kung

anH

idup

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tM

asya

raka

tH

ukum

Ada

tad

alah

kelo

mpo

km

asya

-ra

kat

yang

seca

ratu

run

tem

urun

berm

ukim

diw

ilaya

hge

ogra

fiste

rten

tuka

rena

adan

yaik

atan

pada

asal

usul

lelu

hur,

adan

yahu

bung

anya

ngku

atde

ngan

lingk

unga

nhi

dup,

sert

aad

anya

sist

emni

lai

yang

men

entu

kan

pran

ata

ekon

omi,

polit

ik,s

osia

l,da

nhu

kum

.

Pera

tura

nM

ente

riA

grar

ia/K

epal

aBP

NN

o.5

Tahu

n19

99te

ntan

gPe

dom

anPe

nyel

esai

anPe

rmas

alah

anH

akU

laya

tMas

yara

kat

Huk

umA

dat

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tM

asya

raka

tH

ukum

Ada

tad

alah

seke

lom

pok

oran

gya

ngte

rikat

oleh

tata

nan

huku

mad

atny

ase

baga

iw

arga

bers

ama

suat

upe

rsek

utua

nhu

kum

kare

nake

sam

aan

tem

pat

tingg

alat

aupu

nat

asda

sar

ke-

turu

nan.

Hak

Ula

yat

Hak

ulay

atda

nya

ngse

rupa

ituda

rim

asya

raka

thu

kum

adat

adal

ahke

wen

anga

nya

ngm

enur

uthu

kum

adat

dipu

nyai

oleh

mas

yara

kat

huku

mad

atte

rten

tuat

asw

ilaya

hte

rten

tuya

ngm

erup

akan

lingk

unga

nhi

dup

para

war

gany

aun

tuk

men

gam

bil

man

faat

dari

sum

ber

daya

alam

,te

rmas

ukta

nah,

dala

mw

ilaya

hte

rseb

ut,

bagi

kela

ngsu

ngan

hidu

pda

nke

hidu

pann

ya,

yang

timbu

lda

rihu

bung

anse

cara

lahi

riah

dan

batin

iah,

turu

n-m

enur

unda

ntid

akte

rput

usan

tara

mas

yara

kat

huku

mad

atte

r-

Hak

ulay

atdi

akui

jika:

(1)

Terd

apat

seke

lom

pok

oran

gya

ngm

asih

mer

asa

terik

atol

ehta

tana

nhu

kum

adat

nya

seba

gaiw

arga

bers

ama

suat

upe

rsek

utua

nhu

kum

tert

entu

,ya

ngm

enga

kui

dan

men

erap

kan

kete

ntua

n-ke

tent

uan

pers

ekut

uan

ters

ebut

dala

mke

hidu

pann

yase

hari-

hari;

(2)

Terd

apat

tana

hul

ayat

tert

entu

yang

Andi Sandhi
Text Box
24
Page 34: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

sebu

tden

gan

wila

yah

yang

bers

angk

utan

.m

enja

dilin

gkun

gan

hidu

ppa

raw

arga

pers

ekut

uan

huku

mte

rseb

utda

nte

mpa

t-ny

am

enga

mbi

lkep

erlu

anhi

dupn

yase

hari-

hari;

dan

(3)

Terd

apat

tata

nan

huku

mad

atm

enge

nai

peng

urus

an,p

engu

asaa

nda

npe

nggu

naan

tana

hul

ayat

yang

berla

kuda

ndi

taat

iole

hpa

raw

arga

pers

ekut

uan

huku

mte

rseb

ut.

Pera

tura

nBe

rsam

aM

ente

riD

alam

Neg

eri,

Men

teri

Kehu

tana

n,M

ente

riPe

kerja

aan

Um

umda

nKe

pala

BPN

Pera

tura

nN

omor

79Ta

hun

2014

,N

omor

PB.3

/Men

hut-

II/20

14,N

omor

17/P

RT/M

/201

4,N

omor

8/SK

B/X/

2014

.

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tPe

ngak

uan

hak

mas

yara

kat

huku

mad

atad

alah

peng

akua

npe

mer

inta

hte

rhad

apke

bera

daan

hak-

hak

mas

yara

kat

huku

mad

atse

panj

ang

pada

keny

ataa

nnya

mas

ihad

a.

Peng

akua

nha

km

asya

raka

thu

kum

adat

dila

ksan

akan

sesu

aide

ngan

kete

ntua

npe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

an.

Hak

Ula

yat

Hak

ulay

atda

nya

ngse

rupa

ituda

rim

asya

raka

thu

kum

adat

adal

ahke

wen

anga

nya

ngm

enur

uthu

kum

adat

dipu

nyai

oleh

mas

yara

kat

huku

mad

atte

rten

tuat

asw

ilaya

hte

rten

tuya

ngm

erup

akan

lingk

unga

nhi

dup

para

war

gany

aun

tuk

men

gam

bil

man

faat

dari

sum

ber

daya

alam

,te

rmas

ukta

nah,

dala

mw

ilaya

hte

rseb

ut,

bagi

kela

ngsu

ngan

hidu

pda

nke

hidu

pann

ya,

yang

timbu

lda

rihu

bung

anse

cara

lahi

riah

dan

batin

iah,

turu

n-m

enur

unda

ntid

akte

rput

usan

tara

mas

yara

kat

huku

mad

atte

rseb

utde

ngan

wila

yah

yang

bers

angk

utan

.

Andi Sandhi
Text Box
25
Page 35: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Oto

nom

idae

rah

dan

desa

UU

23Ta

hun

2014

tent

ang

Pem

erin

taha

nD

aera

h

Des

aA

dat

Des

aad

atat

auya

ngdi

sebu

tde

ngan

nam

ala

in,

adal

ahke

satu

anm

asya

raka

thu

kum

yang

mem

iliki

bata

sw

ilaya

hya

ngbe

rwen

ang

untu

km

enga

tur

dan

men

guru

sU

rusa

nPe

mer

inta

han,

kepe

ntin

g-an

mas

yara

kats

etem

patb

erda

sark

anpr

akar

sam

as-

yara

kat,

hak

asal

usul

,dan

/ata

uha

ktr

adis

iona

lyan

gdi

akui

dan

diho

rmat

ida

lam

sist

empe

mer

inta

han

Neg

ara

Kesa

tuan

Repu

blik

Indo

nesi

a.

UU

No.

6Ta

hun

2014

Des

aA

dat

Des

aA

dat

atau

yang

dise

but

deng

anna

ma

lain

adal

ahke

satu

anm

asya

raka

thu

kum

yang

mem

iliki

bata

sw

ilaya

hya

ngbe

rwen

ang

untu

km

enga

turd

anm

engu

rus

urus

anpe

mer

inta

han,

kepe

ntin

gan

mas

-ya

raka

tse

tem

pat

berd

asar

kan

prak

arsa

mas

yara

kat,

hak

asal

usul

,dan

/ata

uha

ktr

adis

iona

lyan

gdi

akui

dan

diho

rmat

idal

amsy

stem

pem

erin

taha

nN

egar

aKe

satu

anRe

publ

ikIn

done

sia.

Pasa

l97

ayat

(1)m

enye

butk

anpe

neta

pan

desa

adat

haru

sm

emen

uhis

yara

t:

(1)

Kesa

tuan

mas

yara

kat

huku

mad

atbe

sert

aha

ktr

adis

iona

lnya

seca

rany

ata

mas

ihhi

dup,

baik

yang

bers

ifat

terit

oria

l,ge

nea-

logi

s,m

aupu

nya

ngbe

rsifa

tfun

gsio

nal;

(2)

Kesa

tuan

mas

yara

kat

huku

mad

atbe

sert

aha

ktr

adis

iona

lnya

dipa

ndan

gse

suai

deng

anpe

rkem

bang

anm

asya

raka

t;da

n

(3)

Kesa

tuan

mas

yara

kat

huku

mad

atbe

sert

aha

ktr

adis

iona

lnya

sesu

aide

ngan

prin

sip

Neg

ara

Kesa

tuan

Repu

blik

Indo

nesi

a.

Andi Sandhi
Text Box
26
Page 36: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Kesa

tuan

Mas

yara

kat

Huk

umAd

atbe

sert

aha

ktr

adis

iona

lnya

dian

ggap

mas

ihhi

dup

jika

mem

iliki

wila

yah

dan

palin

gku

rang

me-

men

uhi

sala

hsa

tuat

auga

bung

anun

sur

adan

ya:

(1)

Mas

yara

kat

yang

war

gany

am

emili

kipe

-ra

saan

bers

ama

dala

mke

lom

pok;

(2)

Pran

ata

pem

erin

taha

nad

at;

(3)

Har

take

kaya

anda

n/at

aube

nda

adat

;dan

/at

au

(4)

Pera

ngka

tnor

ma

huku

mad

at.

Kesa

tuan

mas

yara

kat

huku

mad

atbe

sert

aha

ktr

adis

iona

lnya

dipa

ndan

gse

suai

deng

anpe

rkem

bang

anm

asya

raka

tapa

bila

:

(1)

Kebe

rada

anny

ate

lah

diak

uibe

rdas

arka

nun

dang

-und

ang

yang

berl

aku

seba

gai

penc

erm

inan

perk

emba

ngan

nila

iya

ngdi

angg

apid

eal

dala

mm

asya

raka

tde

was

ain

i,ba

ikun

dang

-und

ang

yang

bers

ifat

umum

mau

pun

bers

ifats

ekto

ral;

dan

(2)

Subs

tans

iha

ktr

adis

iona

lte

rseb

utdi

akui

dan

diho

rmat

iol

ehw

arga

kesa

tuan

mas

yara

kat

yang

bers

angk

utan

dan

mas

yara

kat

yang

Andi Sandhi
Text Box
27
Page 37: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

lebi

hlu

asse

rta

tida

kbe

rten

tang

ande

ngan

hak

asas

iman

usia

.

Kesa

tuan

mas

yara

kat

huku

mad

atbe

sert

aha

ktr

adis

iona

lnya

sesu

aide

ngan

prin

sip

Neg

ara

Kesa

tuan

Repu

blik

Indo

nesi

aap

abila

kesa

tuan

mas

yara

kat

huku

mad

atte

rseb

uttid

akm

engg

angg

uke

bera

daan

Neg

ara

Kesa

tu-

anRe

publ

ikln

done

sia

seba

gais

ebua

hke

satu

-an

polit

ikda

nke

satu

anhu

kum

yang

:

(1)

Tida

km

enga

ncam

keda

ulat

anda

nin

tegr

itas

Neg

ara

Kesa

tuan

Repu

blik

lndo

nesi

a;da

n

(2)

Subs

tans

ino

rma

huku

mad

atny

ase

suai

dan

tida

kbe

rten

tang

ande

ngan

kete

ntua

npe

ratu

ran

peru

ndan

g-un

dang

an.

Oto

nom

ikhu

sus

UU

No.

18Ta

hun

2001

(Oto

nom

iKh

usus

Ace

h)

Muk

imM

ukim

adal

ahke

satu

anm

asya

raka

thu

kum

dala

mPr

ovin

siN

angg

roe

Aceh

Dar

ussa

lam

yang

terd

iriat

asga

bung

anbe

bera

paga

mpo

ngya

ngm

em-

puny

aiba

tas

wila

yah

tert

entu

dan

hart

ake

kaya

anse

ndiri

,be

rked

uduk

anla

ngsu

ngdi

baw

ahKe

ca-

mat

an/S

agoe

Cut

atau

nam

ala

in,

yang

dipi

mpi

nol

ehIm

umM

ukim

atau

nam

ala

in.

Gam

pong

Gam

pong

atau

nam

ala

inad

alah

kesa

tuan

Andi Sandhi
Text Box
28
Page 38: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

mas

yara

kat

huku

mya

ngm

erup

akan

orga

nisa

sipe

mer

inta

han

tere

ndah

lang

sung

diba

wah

Muk

imat

auna

ma

lain

yang

men

empa

tiw

ilaya

hte

rten

tu,

yang

dipi

mpi

nol

ehKe

uchi

kat

auna

ma

lain

dan

berh

akm

enye

leng

gara

kan

urus

anru

mah

tang

ga-

nya

send

iri.

UU

No.

21Ta

hun

2001

(Oto

nom

iKh

usus

Papu

a)

Mas

yara

katA

dat

War

gam

asya

raka

tas

liPa

pua

yang

hidu

pda

lam

wila

yah

dan

terik

atse

rta

tund

ukke

pada

adat

ter-

tent

ude

ngan

rasa

solid

arita

sya

ngtin

ggid

iant

ara

para

angg

otan

ya.

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tW

arga

mas

yara

kat

asli

Papu

aya

ngse

jak

kela

hira

nnya

hidu

pda

lam

wila

yah

tert

entu

dan

terik

atse

rta

tund

ukke

pada

huku

mad

atte

rten

tude

ngan

rasa

solid

arita

sya

ngtin

ggi

dian

tara

para

angg

otan

ya.

Ora

ngAs

liPa

pua

Ora

ngya

ngbe

rasa

ldar

irum

pun

ras

Mel

anes

iaya

ngte

rdiri

dari

suku

-suk

uas

lidi

Prov

insi

Papu

ada

n/at

auor

ang

yang

dite

rima

dan

diak

uise

baga

ior

ang

asli

Papu

aol

ehm

asya

raka

tada

tPap

ua.

Hak

asas

iman

usia

UU

No.

39Ta

hun

1999

tent

ang

Hak

Asa

siM

anus

ia

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tD

alam

rang

kape

nega

kan

hak

asas

im

anus

ia,

perb

edaa

nda

nke

butu

han

dala

mM

asya

raka

tH

ukum

Ada

thar

usdi

perh

atik

anda

ndi

lindu

ngi

oleh

huku

m,m

asya

raka

t,da

npe

mer

inta

h.

Iden

titas

buda

yaM

asya

raka

tH

ukum

Ada

t,

Andi Sandhi
Text Box
29
Page 39: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

term

asuk

hak

atas

tana

hul

ayat

dilin

dung

i,se

lara

sden

gan

perk

emba

ngan

zam

an.

Pend

idik

an

UU

No.

20Ta

hun

2003

tent

ang

Sist

emPe

ndid

ikan

Nas

iona

l

Mas

yara

katA

dat

War

gane

gara

dida

erah

terp

enci

lat

aute

rbel

akan

gse

rta

mas

yara

kat

adat

yang

ter-

penc

ilbe

rhak

mem

pero

leh

pend

idik

anla

yana

nkh

usus

.

Tran

smig

rasi

UU

No.

29Ta

hun

2009

tent

ang

Peru

baha

nat

asU

UN

o.15

Tahu

n19

97te

ntan

gKe

tran

smig

rasi

an

Ada

t-is

tiada

tPe

mer

inta

hda

n/at

aupe

mer

inta

hda

erah

mem

-be

rikan

info

rmas

im

enge

nai

kete

rsed

iaan

lapa

ngan

kerja

,kes

empa

tan

beru

saha

,tem

pat

tingg

al,k

ondi

sige

ogra

fis,d

anad

atis

tiada

tdi

kaw

asan

tran

smig

rasi

.

Kese

jaht

eraa

nso

sial

Kepu

tusa

nPr

esid

enN

o.N

o.11

1Ta

hun

1999

Kom

unita

sAda

tTe

rpen

cil

(1)

Berb

entu

kko

mun

itas

keci

l,te

rtut

up,

dan

hom

ogen

;

(2)

Pran

ata

sosi

albe

rtum

pupa

dahu

bung

anke

kera

bata

n;

(3)

Pada

umum

nya

terp

enci

lse

cara

geog

rafi

dan

rela

tifsu

litdi

jang

kau;

(4)

Pada

umum

nya

mas

ihhi

dup

deng

ansi

stem

ekon

omis

ubsi

sten

;

Andi Sandhi
Text Box
30
Page 40: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

(5)

Pera

lata

nda

nte

knol

ogin

yase

derh

ana;

(6)

Kete

rgan

tung

anpa

dalin

gkun

gan

hidu

pda

nsu

mbe

rda

yaal

amse

tem

pat

rela

tiftin

ggi;

(7)

Terb

atas

nya

akse

spe

laya

nan

sosi

al,

eko-

nom

i,da

npo

litik

.

Keku

asaa

nke

haki

man

UU

No.

24Ta

hun

2003

tent

ang

Mah

kam

ahKo

nstit

usi

Kesa

tuan

Mas

yara

kat

Huk

umA

dat

Kesa

tuan

Mas

yara

katH

ukum

Ada

tdap

atm

en-

jadi

pem

ohon

(1)

Sepa

njan

gm

asih

hidu

p;

(2)

Sesu

aide

ngan

perk

emba

ngan

mas

ya-

raka

tda

npr

insi

pN

egar

aKe

satu

anRe

publ

ikIn

done

sia

yang

diat

urda

lam

unda

ng-u

ndan

g.

Sum

ber:

Safit

rida

nA

rizon

a,20

13de

ngan

pem

utak

hira

n.

Andi Sandhi
Text Box
31
Page 41: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Jelaslah, bahwa Masyarakat Hukum Adat atau Masyarakat Adat atau DesaAdat itu adalah konsep. Secara sederhana kita dapat menyatakan bahwakonsep merupakan pernyataan abstrak mengenai kenyataan yangdiungkapkan melalui kata atau simbol untuk membangun pengetahuanmengenai realitas tersebut. Untuk menjelaskan bahwa Nagari Sijunjung atauOrang Rimba adalah komunitas yang berbeda dengan komunitas lain makakita perlu memasukkannya ke dalam sebuah konsep yang disebutMasyarakat Hukum Adat atau Masyarakat Adat.

Perdebatan mengenai konsepMasyarakat Hukum Adat di Indo-nesia bermula di masa kolonial.Cornelis van Vollenhoven adalahorang yang secara seriusmengembangkan konsep ter-sebut. Ia adalah ahli hukum tatanegara dan perbandingan hukumyang menjadi guru besar diFakultas Hukum Universitas Leidendi Negeri Belanda.

Sebagai sarjana hukum, fokusutama penelitian van Vollenhovenadalah menemukan karakteristikhukum yang unik dari yang disebut‘hukum’ pribumi. Demikian pula iamempelajari komunitas yangmemproduksi dan menjalankanhukum tersebut. Hukum pribumiitu kemudian dikenal sebagaihukum adat. Seorang etnologBelanda lainnya, Snouck Hurgronje,istilah hukum adat atau disebutnya adlokal di Aceh.

Van Vollenhoven membuat studi perblokal pribumi. Dari perbandingan inlokal itu ke dalam 19 golongan ya

Cornelis van Vollenhoven, perintis studi hukumadat. Sumber: www.wikipedia.com.

32

adalah yang pertama menggunakanat recht ketika menggambarkan hukum

andingan dari beragam hukum-hukumilah ia menggolongkan hukum-hukumng dinamakannya rechtskringen atau

Page 42: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

33

wilayah berlakunya hukum (hukum adat). Metode yang dilakukan vanVollenhoven ini serupa dengan metode yang dilakukan ahli antropologiWilhelm Schmidt yang membuat klasifikasi kebudayaan-kebudayaan di duniake dalam wilayah kebudayaan yang disebutnya Kulturkreise(Koentjaraningrat, 1982:115).

Hukum adat yang terbagi ke dalam 19 golongan itu diampu oleh komunitasyang disebut van Vollenhoven sebagai rechtsgemeenschappen. MasyarakatHukum Adat merupakan terjemahan bebas dari konseprechtsgemeenschappen atau kadang-kadang disebut juga adatrechtgemeenschappen.

Van Vollenhoven sendiri tidak menerangkan lebih jauh tentang apa yangdimaksudkannya dengan rechtsgemeenschappen tersebut. Dalam sebuahkuliahnya pada tahun 1909, misalnya, van Vollenhoven mengatakan bahwapemerintah kolonial Belanda wajib mengakui rechtsgemeenschappen karenaia merefleksikan berbagai komunitas adat yang otonom di Hindia Belanda.Komunitas ini mempunyai beragam bentuk sesuai dengan wilayah hukumadat di mana mereka berada (Burns 2004:13). J.F. Holleman, seorang ahlihukum lain yang mengkompilasi dan menyunting karya-karya vanVollenhoven menyatakan bahwa meski van Vollenhoven tidak menjelaskandengan rinci dan membuat definisi yang ketat tentangrechtsgemeenschappen itu, tetapi jelas apa yang dimaksudkannya daripenggunaan yang konsisten terhadap istilah tersebut. Karena itulahHolleman (1981) mengartikan rechtsgemeenschappen yang dimaksud vanVollenhoven sebagai sebuah unit sosial yang terorganisir dari masyarakatpribumi yang mempunyai pengaturanyang khusus dan otonom terhadapkehidupan masyarakatnya karenaadanya dua faktor: (1) adanyarepresentasi otoritas lokal(kepemimpinan adat) yang khusus; (2)adanya properti komunal, utamanyatanah, yang memungkinkan komunitastersebut menjalankan pengaturannya.

Istilah dan definisi yang beragam

mengenai Masyarakat Hukum Adat

bergantung pada konteks hubungan yang

akan dijelaskan. Pemerintah Daerah perlu

menetapkan terlebih dahulu aspek apa yang

akan diatur dalam produk hukum daerahnya.

Page 43: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

34

Istilah Masyarakat Hukum Adat mewarnai literatur hukum adat Indonesiapasca kemerdekaan dan digunakan oleh beberapa peraturan perundang-undangan seperti halnya UUPA yang diberlakukan pada tahun 1960.

Pada tahun 1980-an muncul istilah lain yakni Masyarakat Adat. Istilah iniumumnya dikembangkan oleh gerakan masyarakat sipil (lembaga swadayamasyarakat) untuk advokasi hak-hak masyarakat atas tanah, kekayaan alamdan identitas lokal. Sebuah definisi mengenai Masyarakat Adat dapat dilihatdari definisi yang digunakan oleh AMAN di bawah ini:

Sekelompok penduduk yang hidup berdasarkan asal usul leluhurdalam suatu wilayah geografis tertentu, memiliki sistem nilai dansosial budaya yang khas, berdaulat atas tanah dan kekayaanalamnya serta mengatur dan mengurus keberlanjutankehidupannya dengan hukum dan kelembagaan adat.6

Definisi tentang Masyarakat Adat atau Masyarakat Hukum Adat di atasberbeda dengan kriteria Komunitas Adat Terpencil yang dikembangkan olehKementerian Sosial. Kriteria ini sama sekali tidak mensyaratkan adanyapenguasaan terhadap suatu wilayah secara turun-temurun. Komunitas AdatTerpencil menurut Keputusan Presiden No. 111 Tahun 1999 tentangPembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil bercirikan:

Berbentuk komunitas kecil, tertutup, dan homogen;

Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan;

Pada umumnya terpencil secara geografi dan relatif sulit dijangkau;

Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi subsisten;

Peralatan dan teknologinya sederhana;

Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alamsetempat relatif tinggi;

Terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi, dan politik.

6 Anggaran Dasar AMAN, Pasal 11 ayat (2).

Page 44: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

35

Tabel 2. Perbedaan Konsep Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat Adat

Elemen Masyarakat Hukum Adat Masyarakat Adat

Penggunaan Digunakan oleh pemerintahkolonial untuk menyebut suatusubjek hukum susunan aslimasyarakat pribumi

Digunakan Lembaga SwadayaMasyarakat untuk menyebutorang-orang kampung yangteguh memegang tradisinamun menjadi korban pem-bangunan Orde Baru

Waktu kemunculan Pada akhir abad XIX dan awalabad XX

Pada dekade 1980-1990-an

Tujuan awal Digunakan oleh sarjana danpenguasa kolonial dalam rangkaindirect rule dan menunjukanbahwa terdapat keunikan padamasyarakat pribumi

Gerakan pengembalian tanahdan perlawanan terhadap dis-kriminasi

Pencetus danpengembang

Dicetuskan oleh sarjana hukumBelanda dan dikembangkan me-lalui penelitian, pengajaran dankebijakan negara pasca kemer-dekaan

Dicetuskan dari gerakan sosialoleh para aktivis dan aka-demisi. Dikembangkan dalamgerakan-gerakan perlawananrakyat

Faktor pembentukdominan

Dibentuk dari hasil-hasil peneliti-an antropologi kolonial

Dibentuk atas inspirasi darigerakan indigenous peoplesinternasional

Sumber: Arizona, 2014.

Peraturan perundang-undangan dan konsep-konsep akademik yang telahkita bahas di atas memuat pengertian berbeda mengenai realitas komunitasyang disebut Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Adat atau Desa Adat. Padatabel 2 kita dapat mengetahui bahwa perbedaan Masyarakat Hukum Adatdan Masyarakat Adat lebih banyak terletak dari asal-mula dan tujuanpenggunaannya. Perbedaan Masyarakat Hukum Adat dan MasyarakatTradisional dalam UUD 1945 terjadi karena perbedaan penekananperlindungannya. Masyarakat Hukum Adat untuk melindungi komunitas danpenguasaan atas tanah dan kekayaan alam, Masyarakat Tradisional untukmelindungi identitas lokal. Demikian pula halnya perbedaan MasyarakatHukum Adat dengan Desa Adat. Desa Adat secara khusus merujuk pada

Page 45: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

36

pemerintahan adat yang dijalankan oleh Masyarakat Hukum Adat. Desa Adatyang disebut dalam UU No. 6 Tahun 2014 adalah penamaan umum ataugenerik yang diberikan undang-undang. Desa Adat ini dapat saja disebutdengan nama-nama lokal yang dikenal masyarakat.

Di antara semua istilah itu, Masyarakat Hukum Adat, jika dikembalikan padakonsep rechtsgemeenschappen, mempunyai cakupan yang lebih luas. BagiPemerintah Daerah yang akan membuat produk hukum daerah perlumenetapkan terlebih dahulu aspek apa yang akan diatur dari komunitas yangdisebut Masyarakat Hukum Adat tersebut.

Page 46: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 47: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 48: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

39

4. KERANGKA HUKUM

Pada bagian ini kita membahas sejumlah peraturan

perundang-undangan dan putusan pengadilan yangpenting dijadikan rujukan untuk membentuk produkhukum daerah yang mengakui dan melindungiMasyarakat Hukum Adat dan hak-haknya.

Peraturan Perundang-undangan Nasional

(1) UUD 1945:

a) Pasal 18 ayat (6:): Pemerintahan daerah berhakmenetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dantugas pembantuan.

b) Pasal 18B ayat (2): Negara mengakui danmenghormati kesatuan-kesatuan masyarakathukum adat beserta hak-hak tradisionalnyasepanjang masih hidup dan sesuai denganperkembangan masyarakat dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalamUndang-Undang.

c) Pasal 28I ayat (3): Identitas budaya dan hakmasyarakat tradisional dihormati selaras denganperkembangan zaman dan peradaban.

Inilah beberapa peraturan

perundang-undangan

sebagai dasar hukum

pengakuan Masyarakat

Hukum Adat:

UUD 1945

TAP MPR No.

IX/MPR/2001

UU No. 5 Tahun 1960

UU No. 7 Tahun 1984

UU No. 5 Tahun 1990

UU No. 5 Tahun 1994

UU No. 39 Tahun 1999

UU No. 41 Tahun 1999

UU No. 20 Tahun 2003

UU No. 26 Tahun 2007

UU No. 32 Tahun 2009

UU No. 11 Tahun 2010

UU No. 11 Tahun 2013

UU No. 6 Tahun 2014

UU No. 23 Tahun 2014

UU No. 39 Tahun 2014

Sejumlah Peraturan

Pemerintah

Page 49: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

40

(2) Ketetapan MPR No. IX/MPR/2001:

Pasal 4: Pembaruan agraria dan pengelolaan sumber daya alamharus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip, a.l.: mengakui,menghormati, dan melindungi hak masyarakat hukum adat dankeragaman budaya bangsa atas sumber daya agraria/sumber dayaalam.

(3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA):

a) Pasal 2 ayat (4): Hak menguasai dari Negara tersebut diataspelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantradan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dantidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurutketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.

b) Pasal 3: Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu darimasyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurutkenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuaidengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan ataspersatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi.

c) Pasal 5: Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruangangkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengankepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuanbangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan denganperaturan perundangan lainnya, segala sesuatu denganmengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.

d) Pasal 22 ayat (1): Terjadinya hak milik menurut hukum adat diaturdengan Peraturan Pemerintah.

(4) Undang-Undang No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan KonvensiMengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita:

Penjelasan Umum: dalam pelaksanaannya, ketentuan dalamKonvensi ini wajib disesuaikan dengan tata kehidupan masyarakatyang meliputi nilai-nilai budaya, adat istiadat serta norma-norma

Page 50: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

41

keagamaan yang masih berlaku dan diikuti secara luas olehmasyarakat Indonesia.

(5) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber DayaAlam Hayati dan Ekosistemnya:

a) Pasal 3: Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnyabertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber dayaalam hayati serta keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebihmendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat danmutu kehidupan manusia.

b) Pasal 37 ayat (1): Peran serta rakyat dalam konservasi sumber dayaalam hayati dan ekosistemnya diarahkan dan digerakkan olehPemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna danberhasil guna.

(6) Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United NationsConvention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsamengenai Keanekaragaman Hayati):

Pasal 4: Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnyamerupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah sertamasyarakat.

(7) Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia:

a) Pasal 6 ayat (1): Dalam rangka penegakan hak asasi manusia,perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat hukum adat harusdiperhatikan dan dilindungi oleh hukum, masyarakat, danpemerintah.

b) Pasal 6 ayat (2): Identitas budaya masyarakat hukum adat, termasukhak atas tanah ulayat dilindungi, selaras dengan perkembanganzaman.

(8) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor41 Tahun 1999 tentang Kehutanan yang telah ditetapkan denganUndang-Undang Nomor 19 Tahun 2004:

Page 51: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

42

a) Pasal 1 ayat (6) sesuai Putusan MK 35: Hutan adat adalah hutan yangberada dalam wilayah masyarakat hukum adat.

b) Pasal 4 ayat (3) sesuai Putusan MK 35 ditafsirkan: Penguasaan hutanoleh Negara tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat,sepanjang masih hidup, sesuai dengan perkembangan masyarakatdan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur denganundang-undang.

c) Pasal 5 ayat (2) sesuai Putusan MK 35: Hutan negara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a, tidak termasuk hutan adat.

d) Pasal 5 ayat (3): Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimanadimaksud pada ayat (1); dan hutan adat ditetapkan sepanjangmenurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutanmasih ada dan diakui keberadaannya.

e) Pasal 67 ayat (1): Masyarakat hukum adat sepanjang menurutkenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya berhak:

i. Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhankebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yangbersangkutan;

ii. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adatyang berlaku dan tidak bertentangan dengan undang-undang;dan

iii. Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka meningkatkankesejahteraannya.

f) Pasal 67 ayat (2): Pengukuhan keberadaan dan hapusnya masyarakathukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan Peraturan Daerah.

(9) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional:

a) Pasal 5 ayat (3): Warga negara di daerah terpencil atau terbelakangserta masyarakat adat yang terpencil berhak memperolehpendidikan layanan khusus.

b) Pasal 32 ayat (2): Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikanbagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat

Page 52: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

43

adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencanasosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

(10) Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang:

a) Penjelasan Umum angka 9 huruf (f): Hak, kewajiban, dan peranmasyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untukmenjamin keterlibatan masyarakat, termasuk masyarakat adatdalam setiap proses penyelenggaraan penataan ruang.

b) Penjelasan Pasal 5 ayat (5): Yang termasuk kawasan strategis darisudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasanadat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasukwarisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia, sepertiKompleks Candi Borobudur dan Kompleks Candi Prambanan.

(11) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup:

a) Pasal 63 ayat (1) huruf t: Dalam perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang antara lainmenetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaanmasyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukumadat yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup.

b) Pasal 63 ayat (2) huruf n: Dalam perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup, Pemerintah Provinsi bertugas dan berwenangantara lain menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuankeberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hakmasyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup pada tingkat provinsi.

c) Pasal 63 ayat (3) huruf k: Dalam perlindungan dan pengelolaanlingkungan hidup, Pemerintah Kabupaten/Kota bertugas danberwenang antara lain melaksanakan kebijakan mengenai tata carapengakuan keberadaan masyarakat hukum adat, kearifan lokal, danhak masyarakat hukum adat yang terkait dengan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Page 53: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

44

(12) Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya:

a) Pasal 13: Kawasan Cagar Budaya hanya dapat dimiliki dan/ataudikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun dimilikioleh masyarakat hukum adat.

b) Pasal 87 ayat (2) Pemanfaatan Cagar Budaya sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan dengan izin Pemerintah atau PemerintahDaerah sesuai dengan peringkat Cagar Budaya dan/atau masyarakathukum adat yang memiliki dan/atau menguasainya.

c) Pasal 97 ayat (3) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh badan pengelola yangdibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakathukum adat.

(13) Undang-Undang No. 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan NagoyaProtocol on Access to Genetic Resources and The Fair and Equitable Sharingof Benefits Arising from Their Utilization to The Convention on BiologicalDiversity (Protokol Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya Genetikdan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dariPemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati):

Protokol Nagoya mengakui bahwa pengetahuan tradisional yangberkaitan dengan sumber daya genetik merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari sumber daya genetik dan secara berkelanjutandiwariskan oleh nenek moyang masyarakat hukum adat dan komunitaslokal kepada generasi berikutnya. Protokol ini mengatur pembagiankeuntungan yang adil dan seimbang dari setiap pemanfaatan terhadapsumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang berkaitandengan sumber daya genetik; pembagian keuntungan, finansialdan/atau non finansial, yang adil dan seimbang dari setiap pemanfaatansumber daya genetik dan pengetahuan tradisional diberikanberdasarkan kesepakatan bersama (Mutually Agreed Terms); akses padasumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang berkaitandengan sumber daya genetik yang dilakukan melalui persetujuan atasdasar informasi awal (Prior Informed Consent/PIC) dari penyedia sumberdaya genetik.

Page 54: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

45

(14) Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa:

a) Desa terdiri dari desa dan desa adat.

b) Pemerintah Daerah menetapkan Desa Adat melalui PeraturanDaerah.

(15) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerahmengatur pembagian wewenang antara Pemerintah Pusat, PemerintahProvinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam hal pengakuan MasyarakatHukum Adat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,penetapan tanah ulayat dan penataan Desa Adat (lihat tabel 7 dalambab 5).

(16) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan:

a) Pasal 12 ayat (1): Dalam hal tanah yang diperlukan untuk usahaperkebunan merupakan Tanah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat,Pelaku Usaha Perkebunan harus melakukan musyawarah denganMasyarakat Hukum Adat Pemegang Hak Ulayat untuk memperolehpersetujuan mengenai penyerahan Tanah dan imbalannya.

b) Pasal 13: Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalamPasal 12 ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

c) Pasal 17 ayat (1): Pejabat yang berwenang dilarang menerbitkan IzinUsaha Perkebunan di atas Tanah Hak Ulayat Masyarakat HukumAdat.

d) Pasal 17 ayat (2): Perkecualian terhadap larangan ini diberikan jikatelah terjadi penyerahan tanah oleh Masyarakat Hukum Adat kepadaPelaku Usaha Perkebunan, disertai dengan imbalannya.

(17) Undang-undang mengenai Pembentukan Provinsi.

(18) Undang-undang mengenai otonomi khusus (untuk produk hukum didaerah berotonomi khusus).

(19) Undang-undang mengenai Pembentukan Kabupaten.

(20) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang PendaftaranTanah.

Page 55: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

46

(21) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang PerencanaanKehutanan.

(22) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang PeraturanPelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Ini yang perlu Anda ketahui tentang

Desa Adat

1. Desa adat diakui oleh UU No. 6 Tahun 2014 dan PP No. 43 Tahun 2014.

2. Desa adat dapat disebut dengan nama-nama lokal seperti nagari, pekon

atau lembang.

3. Desa adat tidak sama dengan desa administratif. Desa adat adalah

bentuk masyarakat hukum adat yang bersifat gabungan genealogis dan

teritorial.

4. Desa adat menjalankan fungsi pemerintahan sesuai dengan adat

ditambah dengan fungsi pemerintahan desa pada umumnya.

5. Desa adat ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota.

6. Desa atau kelurahan dapat berubah status menjadi desa adat; desa adat

dapat berubah status menjadi desa/kelurahan atas prakarsa

masyarakatnya.

7. Desa adat dapat digabungkan atas prakarsa dan kesepakatan antar desa

adat.

8. Penetapan desa adat untuk pertama kali tunduk pada ketentuan Bab

XIII UU No. 6 Tahun 2014. Selanjutnya penetapan desa adat dilakukan

melalui pembentukan desa.

9. Kewenangan desa adat ada yang berasal dari hak asal usul dan ada yang

diperoleh dari Pemerintah/Pemerinta Daerah.

10. Kewenangan yang berasal dari hak asal usul misalnya pengaturan dan

pengurusan ulayat atau wilayah adat; penyelesaian sengketa adat

berdasarkan hukum adat yang selaras dengan prinsip hak asasi manusia

dengan mengutamakan penyelesaian secara musyawarah; atau

penyelenggaraan sidang perdamaian peradilan desa adat sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 56: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

47

(23) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5Tahun 1999 tentang Penyelesaian Masalah Hak Ulayat MasyarakatHukum Adat.

(24) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014 tentangPedoman Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.

(25) Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, MenteriPekerjaaan Umum dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 79Tahun 2014, Nomor PB.3/Menhut-II/2014, Nomor 17/PRT/M/2014,Nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanahyang berada di dalam Kawasan Hutan.

Rancangan Undang-undang tentang Pengakuan dan PerlindunganMasyarakat Hukum Adat

Pada periode 2009-2014, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) berinisiatif merancang Undang-Undang tentang Pengakuan danPerlindungan Masyarakat Hukum Adat (RUU PPHMHA). Rancangan ini sudahdisampaikan kepada Pemerintah. Tanggapan Pemerintah telah diserahkankepada DPR-RI namun tidak sempat dibahas mengingat berakhirnya masatugas DPR-RI.

Berdasarkan Rancangan tanggal 20 Maret 2014, beberapa pokok pengaturanpenting dalam RUU PPHMHA dapat dilihat di bawah ini:

Definisi Masyarakat Hukum Adat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Masyarakat hukum adat adalah sekelompokorang yang secara turun temurun bermukimdi wilayah geografis tertentu di NegaraIndonesia karena adanya ikatan pada asalusul leluhur, hubungan yang kuat dengantanah, wilayah, sumber daya alam, memilikipranata pemerintahan adat, dan tatananhukum adat di wilayah adatnya.

Masyarakat Hukum adat adalah kelompokmasyarakat yang memiliki karakteristiktertentu, hidup secara harmonis sesuaihukum adatnya, memiliki ikatan pada asalusul leluhur atau kesamaan tempat tinggal,terdapat hubungan yang kuat denganlingkungan hidup, serta adanya sistem nilaiyang menentukan pranata ekonomi, politik,sosial, budaya, hukum memiliki danmemanfaatkan satu wilayah tertentu secaraturun temurun.

Page 57: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

48

Definisi Hak Ulayat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Hak ulayat adalah hak komunal masyarakathukum adat untuk memiliki, memanfaatkandan melestarikan tanah adatnya besertasumber daya alam di atasnya sesuai dengantata nilai dan hukum adat yang berlaku sertatidak bertentangan dengan peraturanperundang-undangan.

Definisi Wilayah Adat, Hutan Adat, Tanah Ulayat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Wilayah Adat Wilayah Adat adalah satukesatuan geografis dan sosialyang secara turun temurundihuni dan dikelola olehMasyarakat Hukum Adatsebagai penyangga sumber-sumber penghidupan yangdiwarisi dari leluhurnya ataumelalui kesepakatan denganMasyarakat Hukum Adatlainnya.

Tanah Adat adalah suatuwilayah berupa tanah, air danatau perairan beserta sumberdaya alam yang ada di atasnyadengan batas-batas tertentu,dimiliki, dimanfaatkan, dan di-lestarikan secara turun-temurundan secara berkelanjutan untukmemenuhi kebutuhan hidupmasyarakat, dan atau dihuni,diperoleh melalui pewarisandari leluhur mereka ataugugatan kepemilikan, berupatanah ulayat atau hutan adat.

Hutan Adat Hutan Adat adalah hutan yangberada dalam Tanah Adat, yangdi atasnya terdapat hak ulayat,dikelola bersama-sama secaralestari sesuai dengan fungsikawasan sebagaimana ditetap-kan dalam Rencana Tata RuangWilayah.

Tanah Ulayat Tanah ulayat adalah bidangtanah yang diatasnya ter-dapathak ulayat dari suatuMasyarakat Hukum Adattertentu.

Tanah Ulayat atau penyebutanlain yang dimaknai sama darisuatu Masyarakat Hukum Adattertentu adalah bidang tanahyang diatasnya terdapat hakulayat.

Page 58: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

49

Karakteristik Masyarakat Hukum Adat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Masyarakat Hukum Adat memilikikarakteristik:

a. Sekelompok masyarakat secara turuntemurun;

b. Bermukim di wilayah geografis tertentu;

c. Adanya ikatan pada asal usul leluhur;

d. Adanya hubungan hukum yang kuatdengan tanah, wilayah, sumber daya alam;

e. Memiliki pranata pemerintahan adat; dan

f. Adanya tatanan hukum adat di wilayahadatnya.

Masyarakat Hukum Adat memilikikarakteristik, meliputi:

a. Komunitas tertentu yang hidup dalamkelompok dalam satu bentuk pagu-yuban, memiliki keterikatan karenakesamaan keturunan dan/atau teritorial;

b. Mendiami satu wilayah dengan batas-batas tertentu;

c. Memiliki identitas budaya yang sama;

d. Memiliki kekayaan immaterial berupakearifan lokal, pengetahuan tradisionaldan budaya atau harta kekayaan dan ataubenda adat;

e. Memiliki perangkat kelembagaan adatyang masih diakui dan berfungsi; dan

f. Memiliki tata nilai serta hukum adat yangmemiliki sanksi dan ditaati kelompoknyasebagai pedoman dalam kehidupanmereka.

Tahapan pengakuan Masyarakat Hukum Adat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Pengakuan dan perlindungan hak Masya-rakat Hukum Adat dilakukan dengan cara:

a. Identifikasi Masyarakat Hukum Adat;

b. Verifikasi Masyarakat Hukum; dan

c. Penetapan Masyarakat Hukum Adat.

Pengakuan dan perlindungan hak Masya-rakat Hukum Adat dilakukan dengan cara:

(1) Identifikasi Masyarakat Hukum Adat;

(2) Validasi dan verifikasi Masyarakat HukumAdat; dan

(3) Penetapan Masyarakat Hukum Adat.

Page 59: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

50

Pelaksanaan identifikasi, validasi dan verifikasi serta Penetapan MasyarakatHukum Adat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Identifikasi Masyarakat Hukum Adatdilakukan sendiri oleh Masyarakat HukumAdat dan/atau Pemerintah Daerah.

Identifikasi sendiri Masyarakat Hukum Adatpaling sedikit memuat data dan informasimengenai:

a. Sejarah Masyarakat Hukum Adat

b. Wilayah Adat

c. Hukum Adat

d. Harta kekayaan dan/atau benda-bendaadat, dan

e. Kelembagaan/sistem pemerintahanadat.

Identifikasi Masyarakat Hukum Adatdilakukan sendiri oleh Masyarakat HukumAdat, Pemerintah Daerah dan/atau Peme-rintah bersama kelompok masyarakat.

Dalam hal identifikasi dilakukan olehMasyarakat Hukum Adat, PemerintahDaerah dapat melakukan pendampingan.

Identifikasi paling sedikit memuat data daninformasi mengenai:

a. Sejarah Masyarakat Hukum Adat palingtidak selama 4 (empat) generasi ataulebih;

b. Keberadaan kelompok yang memilikiketerikatan karena kesamaan keturun-an dan atau teritorial;

c. Letak, perkiraan luas, titik koordinat,dan batas-batas alam tanah adat;

d. Tata nilai, kearifan lokal, dan hukumadat yang masih berlaku;

e. Kekayaan baik kekayaan materiil mau-pun immateriil, termasuk pengetahuantradisional dan folklore;

f. Keberadaan pranata pemerintahanadat atau kelembagaan adat yangmasih hidup dan berfungsi;

g. Pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari;

h. Ada atau tidak ada sengketa.

Masyarakat Hukum Adat yang beradadalam satu wilayah Kabupaten menyampai-kan hasil identifikasi dan usulan keberadaandirinya kepada Panitia Masyarakat HukumAdat Kabupaten/Kota.

Masyarakat Hukum Adat yang beradadalam satu wilayah Kabupaten/kotamenyampaikan hasil identifikasi berupausulan pengakuan dan/atau klaimMasyarakat Hukum Adat kepada PanitiaMasyarakat Hukum Adat Kabupaten/Kota.

Page 60: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

51

Masyarakat Hukum Adat yang berada diwilayah paling sedikit 2 (dua) kabupatendalam 1 (satu) Provinsi menyampaikan hasilidentifikasi dirinya kepada Panitia Masya-rakat Hukum Adat Provinsi.

Masyarakat Hukum Adat yang berada diwilayah paling sedikit 2 (dua) kabupaten/kota dalam 1 (satu) Provinsi menyampai-kan hasil identifikasi berupa usulan peng-akuan dan/atau klaim Masyarakat HukumAdat kepada Panitia Masyarakat HukumAdat Provinsi.

Masyarakat Hukum Adat yang berada diminimal 2 (dua) Provinsi menyampaikanhasil identifikasi dirinya kepada PanitiaMasyarakat Hukum Adat Nasional.

Masyarakat Hukum Adat yang berada diminimal 2 (dua) Provinsi menyampaikanhasil identifikasi berupa usulan pengakuandan/atau klaim Masyarakat Hukum Adatkepada Panitia Masyarakat Hukum AdatNasional.

Panitia Masyarakat Hukum AdatKabupaten/Kota melakukan verifikasi ter-hadap usulan keberadaan MasyarakatHukum Adat.

Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsimelakukan verifikasi terhadap usulankeberadaan Masyarakat Hukum Adat yangdisampaikan oleh Masyarakat Hukum Adat.

Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasionalmelakukan verifikasi terhadap usulankeberadaan Masyarakat Hukum Adat yangdisampaikan oleh Masyarakat Hukum Adat.

Validasi dan verifikasi Masyarakat HukumAdat dilakukan oleh Panitia MasyarakatHukum Adat Kabupaten/Kota, PanitiaMasyarakat Hukum Adat Provinsi atauPanitia Masyarakat Hukum Adat Nasionalsesuai kewenangannya.

Validasi meliputi kegiatan pemeriksaanadministrasi atas keabsahan informasi dandata yang digunakan dalam kegiatanidentifikasi.

Verifikasi meliputi kegiatan pemeriksaanfisik lapangan atas kebenaran informasidan data hasil identifikasi termasuksengketa/klaim yang diajukan para pihak,dan melakukan pemetaan tanah adat.

Panitia Masyarakat Hukum AdatKabupaten/Kota, Panitia MasyarakatHukum Adat Provinsi dan PanitiaMasyarakat Hukum Adat Nasional mem-beritahukan dan/atau mengumumkan hasilverifikasi yang telah dilakukan melaluipengumuman di media massa, kantor-kantor Pemerintah, dan sarana publiklainnya.

Deklarasi pengakuan dan perlindunganmasyarakat hukum adat dilaksanakan olehPanitia Nasional.

Penetapan Pengakuan dan PerlindunganMasyarakat Hukum Adat dilakukan olehMenteri yang bertugas dan membidangibidang pemerintahan, yang memuatpengakuan dan perlindungan terhadaptanah adat, hak masyarakat hukum adat,dan kelembagaannya.

Panitia Masyarakat Hukum AdatKabupaten/Kota, Panitia MasyarakatHukum Adat Provinsi, dan Panitia Masya-

Masyarakat dapat mengajukan keberatanterhadap hasil validasi, verifikasi sertadeklarasi.

Page 61: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

52

rakat Hukum Adat Nasional memberikankesempatan kepada pihak lain untukmengajukan keberatan selama 90(sembilan puluh) hari setelah hasil verifikasidiberitahukan dan/atau diumumkan.

Panitia Masyarakat Hukum AdatKabupaten/Kota, Panitia MasyarakatHukum Adat Provinsi dan Panitia Masya-rakat Hukum Adat Nasional melakukanpemeriksaan terhadap pengajuan keberat-an yang dilakukan oleh pihak lain.

Panitia Masyarakat Hukum AdatKabupaten/Kota mengajukan hasil akhirproses verifikasi kepada Bupati.

Panitia Masyarakat Hukum Adat Provinsimengajukan hasil akhir proses verifikasikepada Gubernur.

Panitia Masyarakat Hukum Adat Nasionalmengajukan hasil akhir proses verifikasikepada Presiden

Bupati menetapkan hasil akhir verifikasiMasyarakat Hukum Adat yang disampaikanoleh Panitia Masyarakat Hukum AdatKabupaten/Kota dengan Keputusan Bupati.

Gubernur menetapkan hasil akhir verifikasiMasyarakat Hukum Adat yang disampaikanoleh Panitia Masyarakat Hukum AdatProvinsi dengan Keputusan Gubernur.

Presiden menetapkan hasil verifikasiMasyarakat Hukum Adat yang disampaikanoleh Panitia Masyarakat Hukum AdatNasional dengan Keputusan Presiden.

Masyarakat dapat mengajukan keberatanterhadap Keputusan Bupati, KeputusanGubernur, dan Keputusan Presiden.

Pengajuan keberatan masyarakat dilakukansesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Tata cara validasi, verifikasi dan pengajuankeberatan/sengketa/ klaim hasil validasidan verifikasi diatur dengan PeraturanPemerintah.

Page 62: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

53

Lembaga Adat

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Lembaga Adat bersinergi secara dinamisdalam mendukung upaya pelestarian,pengembangan, dan pemberdayaanMasyarakat Hukum Adat beserta kearifanlokalnya.

Lembaga Adat berfungsi dan berperanmengatur, mengurus, dan menyelesaikanberbagai permasalahan kehidupanMasyarakat Hukum Adat dengan mengacukepada Hukum Adat.

Lembaga Adat dalam melaksanakan fungsidan perannya berkoordinasi denganPemerintah Daerah.

Ketentuan mengenai fungsi dan peranLembaga Adat diatur dengan PeraturanDaerah.

Lembaga adat merupakan pranata adat yangmasih hidup dan berfungsi sesuai kedudukandan perannya, yang dalam pelaksanaannyaberkoordinasi dengan Pemerintah Desa,Pemerintah Kabupaten/ Kota, atauPemerintah Provinsi.

Penyelesaian sengketa

Rumusan DPR-RI Rumusan Pemerintah

Penyelesaian Sengketa Masyarakat HukumAdat dapat diselesaikan melalui lembagaadat dan/atau Peradilan Adat.

Lembaga adat memiliki kewenanganmenyelesaikan sengketa MasyarakatHukum Adat.

Peradilan Adat tidak berwenang mengadilitindak pidana berat dan tindak pidanakhusus.

Peradilan Adat dapat dibentuk olehLembaga Adat secara berjenjang dariKabupaten/Kota sampai dengan tingkatProvinsi.

Penyelesaian sengketa Masyarakat HukumAdat dapat diselesaikan melalui LembagaAdat dan/atau Pengadilan Negeri.

Lembaga Adat menangani sengketa adatyang bukan merupakan tindak pidana.

Pengadilan Negeri menangani sengketaMasyarakat Hukum Adat yang tidak dapatdiselesaikan oleh Lembaga Adat, dansengketa yang merupakan tindak pidana.

Sengketa internal:

Sengketa internal dalam MasyarakatHukum Adat diselesaikan melalui Lembaga

Sengketa internal:

Sengketa internal dalam MasyarakatHukum Adat diselesaikan melalui Lembaga

Page 63: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

54

Adat.

Lembaga Adat mengeluarkan putusanLembaga Adat sebagai hasil penyelesaiansengketa.

Dalam hal terdapat keberatan terhadapputusan Lembaga Adat sengketadiselesaikan melalui Peradilan Adat.

Peradilan adat mengeluarkan putusan yangbersifat final dan mengikat.

Adat.

Lembaga Adat mengeluarkan putusanLembaga Adat sebagai hasil penyelesaiansengketa.

Lembaga Adat dapat melibatkanPemerintahan Desa dalam menyelesaikansengketa di wilayahnya.

Dalam hal sengketa tidak dapatdiselesaikan atau terdapat keberatanterhadap putusan Lembaga Adat, sengketadiselesaikan melalui Pengadilan Negeri.

Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adat:

Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adatdiselesaikan melalui musyawarah antar-Lembaga Adat.

Dalam hal musyawarah antar-LembagaAdat tidak dapat menyelesaikan sengketa,sengketa diselesaikan melalui PeradilanAdat.

Peradilan Adat mengeluarkan putusansebagai hasil penyelesaian sengketa.

Dalam hal terdapat keberatan terhadapputusan peradilan, sengketa dapatdiselesaikan di tingkat Mahkamah Agung.

Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adat:

Sengketa antar-Masyarakat Hukum Adatdiselesaikan melalui musyawarah antar-Lembaga Adat.

Dalam hal musyawarah antar-LembagaAdat tidak dapat menyelesaikan sengketa,sengketa diselesaikan melalui PengadilanNegeri.

Sengketa antara Masyarakat Hukum Adatdan pihak lain:

Sengketa antara Masyarakat Hukum Adatdan pihak lain yang menyangkut hakMasyarakat Hukum Adat diselesaikanmelalui Peradilan Adat.

Peradilan adat mengeluarkan putusansebagai hasil penyelesaian sengketa.

Dalam hal terdapat keberatan terhadapputusan peradilan adat, sengketa dapatdiselesaikan di tingkat Mahkamah Agung.

Sengketa antara Masyarakat Hukum Adatdan pihak lain:

Sengketa antara Masyarakat Hukum Adatdan pihak lain, diutamakan dapatdiselesaikan melalui musyawarah LembagaAdat, pihak lain dan pihak pemerintahan.

Musyawarah Lembaga Adat mengeluarkanputusan penyelesaian sengketa.

Dalam hal terdapat keberatan terhadapputusan Musyawarah Lembaga Adatsengketa diselesaikan di PengadilanNegeri.

Pemeriksaan perkara sengketa MasyarakatHukum Adat dilakukan oleh Majelis Hakim

Page 64: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

55

yang berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiridari 1 (satu) orang Hakim Karier dan 2 (dua)orang Hakim Ad Hoc.

Pengangkatan Hakim Ad Hoc dilakukanoleh Presiden atas usulan Ketua MahkamahAgung Republik Indonesia melaluiKeputusan Presiden.

Dalam mengusulkan Hakim Ad Hoc, KetuaMahkamah Agung wajib mengumumkankepada masyarakat.

Putusan Mahkamah Konstitusi

Terdapat berbagai putusan Mahkamah Konstitusi yang memuat pengakuanterhadap Masyarakat Hukum Adat. Beberapa di antara Putusan itu adalah:

(1) Putusan Nomor 010/PUU-l/2003 perihal Pengujian Undang-UndangNomor 11 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, KabupatenRokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun,Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam.

Amar/pertimbangan hakim:

Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 tidaklah dimaksudkanuntuk dijadikan dasar pembagian wilayah negara melainkan merupakanpenegasan bahwa negara berkewajiban untuk mengakui danmenghormati Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dan hak-haktradisionalnya yang masih hidup dan sesuai dengan perkembanganmasyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diaturdalam undang-undang.

(2) Putusan Nomor 31/PUU-V/2007 perihal Pengujian Undang-UndangNomor 31 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Tual di ProvinsiMaluku.

Amar/pertimbangan hakim:

Tipologi dan tolok ukur kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya sebagaimana diatur dalam Pasal 18B ayat (2) UUD1945 dan Pasal 51 ayat (1) b UU No. 24 Tahun 2003:

Page 65: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

56

Suatu kesatuan Masyarakat Hukum Adat untuk dapat dikatakan secara defacto masih hidup baik yang bersifat teritorial, genealogis, maupun yangbersifat fungsional setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur:

a) Adanya masyarakat yang warganya memiliki perasaan kelompok (in-group feeling);

b) Adanya pranata pemerintahan adat;

c) Adanya harta kekayaan dan/atau benda-benda adat; dan

d) Adanya perangkat norma hukum adat.

Khusus pada kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang bersifat teritorialjuga terdapat unsur adanya wilayah tertentu.

Kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnyadipandang sesuai dengan perkembangan masyarakat apabila kesatuanMasyarakat Hukum Adat tersebut:

a) Keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang yangberlaku sebagai pencerminan perkembangan nilai-nilai yangdianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini, baik undang-undangyang bersifat umum maupun bersifat sektoral, seperti bidang agraria,kehutanan, perikanan, dan lain-lain maupun dalam peraturan daerah;

b) Substansi hak-hak tradisional tersebut diakui dan dihormati olehwarga kesatuan masyarakat yang bersangkutan maupun masyarakatyang lebih luas, serta tidak bertentangan dengan hak-hak asasimanusia.

Kesatuan Masyarakat Hukum Adat beserta hak-hak tradisionalnya sesuaidengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila kesatuanMasyarakat Hukum Adat tersebut tidak mengganggu eksistensi NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagai sebuah kesatuan politik dankesatuan hukum yaitu:

a) Keberadaannya tidak mengancam kedaulatan dan integritas NegaraKesatuan Republik Indonesia;

b) Substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak bertentangandengan peraturan perundang-undangan.

Page 66: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

57

Menurut Mahkamah Konstitusi,Kesatuan Masyarakat Hukum Adat (KMHA)

di Indonesia dibedakan menjadi tiga:

ü KMHA genealogis ditentukan berdasarkan kriteria

hubungan keturunan darah.

ü KMHA teritorial bertumpu pada wilayah tertentu di mana

anggota kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang

bersangkutan hidup secara turun-temurun dan melahirkan

hak ulayat yang meliputi hak atas pemanfaatan tanah, air,

hutan, dan sebagainya.

ü KMHA fungsional didasarkan atas fungsi-fungsi tertentu

yang menyangkut kepentingan bersama yang

mempersatukan Masyarakat Hukum Adat yang

bersangkutan dan tidak tergantung kepada hubungan

darah ataupun wilayah, seperti Subak di Bali.

(3) Putusan Nomor 34/PUU-IX/2011 tentang pengujian UU No. 41 Tahun1999 tentang Kehutanan.

Amar/pertimbangan hakim:

Pasal 4 Ayat (3) UU No. 41 Tahun 1999 dimaknai: “Penguasaan hutan olehNegara tetap wajib melindungi, menghormati, dan memenuhi hakMasyarakat Hukum Adat, sepanjang kenyataannya masih ada dan diakuikeberadaannya, hak masyarakat yang diberikan berdasarkan ketentuanperaturan perundang-undangan, serta tidak bertentangan dengankepentingan nasional”.

(4) Putusan Nomor 35/PUU–X/2012 tentang Pengujian Undang-UndangNomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Amar/pertimbangan hakim:

Masyarakat Hukum Adat adalah subjek hukum.

Hutan berdasarkan statusnya dibedakan menjadi hutan negara danhutan hak. Hutan hak meliputi hutan adat dan hutan hakperseorangan/badan hukum.

Page 67: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

58

Hutan adat bukan hutan negara. Hutan adat adalah hutan yang beradadalam wilayah Masyarakat Hukum Adat.

Instrumen Hukum Internasional

Terdapat sejumlah instrumen hukum internasional yang berkaitan denganpengakuan dan perlindungan pada masyakarat hukum adat. Salah satu yangterkenal adalah Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional (InternationalLabour Organization, ILO) Nomor 169 (selanjutnya disebut Konvensi ILO 169).Konvensi yang dikeluarkan pada tahun 1989 ini berjudul: Conventionconcerning Indigenous and Tribal Peoples in Independent Countries. Dalamdokumen terjemahan Konvensi yang diterbitkan pertama kali pada tahun2007, ILO menyebutkan bahwa padanan kata yang tepat bagi indigenouspeoples dan tribal peoples di Indonesia adalah Masyarakat Hukum Adat. Hal inimerujuk pada istilah yang dipergunakan oleh Komnas HAM dan MahkamahKonstitusi (ILO, 2009:5). Meskipun menggunakan istilah Masyarakat HukumAdat untuk menerjemahkan indigenous peoples dan tribal peoples, ILOmenekankan bahwa definisi mengenai keduanya harus bersumber darimasyarakat itu sendiri. Inilah yang disebut sebagai prinsip self-identificationatau penjatidirian mandiri. Namun, untuk kepentingan praktis, dapat sajadibuatkan kriteria pembeda antara indigenous peoples dan tribal peoples (lihattabel 3).

Tabel 3. Perbedaan kriteria Indigenous Peoples dan Tribal Peoples dalam KonvensiILO 169

Indigenous Peoples Tribal Peoples

Menjalankan kehidupan tradisional. Menjalankan kehidupan tradisional.

Mempunyai kebudayaan dan cara hidupyang berbeda dengan penduduk padaumumnya, misalnya dalam hal menjalan-kan kehidupan, bahasa, dan kebiasaan.

Mempunyai kebudayaan dan cara hidupyang berbeda dengan penduduk padaumumnya, misalnya dalam hal menjalan-kan kehidupan, bahasa, dan kebiasaan.

Mempunyai organisasi sosial dantradisional.

Mempunyai organisasi sosial dantradisional.

Keturunan dari penduduk yang telahmendiami wilayah tertentu pada waktupenaklukan, penjajahan atau penetapanbatas-batas negara nasional.

Sumber: www.ilo.org.

Page 68: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

59

Prinsip-prinsip lain yang penting dari Konvensi ILO 169 ini adalah prinsipnon-diskriminasi, perlakukan khusus, pengakuan pada kebudayaan dankekhasan lainnya, konsultasi dan partisipasi, dan hak menentukan prioritasdalam pembangunan. Secara lengkap mengenai penjabaran prinsip-prinsipini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Prinsip-prinsip utama dalam Konvensi ILO 169

Prinsip Pernyataan dalam Konvensi

Penjatidirian mandiri Pasal 1

Penjatidirian terhadap diri sendiri sebagai Masyarakat HukumAdat adalah kriteria mendasar untuk menetapkan kelompok-kelompok Masyarakat Hukum Adat.

Non-diskriminasi Pasal 3

Masyarakat Hukum Adat berhak menikmati hak-hak merekasebagai manusia dan kebebasan-kebebasan yang bersifatmendasar tanpa halangan atau diskriminasi. Ketentuan-ketentuan Konvensi berlaku tanpa diskriminasi terhadapanggota laki-laki maupun anggota perempuan dariMasyarakat Hukum Adat.

Bentuk paksaan atau ancaman pemaksaan tidak bolehdigunakan untuk melanggar hak-hak sebagai manusia dankebebasan-kebebasan yang bersifat mendasar dariMasyarakat Hukum Adat, termasuk hak-hak yang terkandungdalam Konvensi.

Pasal 4

Dinikmatinya hak-hak umum sebagai warga negara, tanpadiskriminasi, tidak boleh dikorbankan dengan cara apapunoleh upaya-upaya khusus semacam itu.

Pasal 20

Pemerintah harus mencegah diskriminasi antara para pekerjadari Masyarakat Hukum Adat dan para pekerja lainnya.

Perlakukan khusus Pasal 4

Upaya-upaya khusus ditetapkan untuk menjaga danmelindungi keselamatan warga, institusi, harta benda, tenagakerja, budaya dan lingkungan hidup dari Masyarakat HukumAdat.

Upaya-upaya khusus semacam itu tidak boleh bertentangan

Page 69: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

60

dengan harapan-harapan yang dengan bebas dinyatakan dariMasyarakat Hukum Adat yang bersangkutan.

Pengakuan padakebudayaan dankekhasan lainnya

Pasal 5

Nilai-nilai dan praktik-praktik sosial, budaya, agama, danspiritual Masyarakat Hukum Adat diakui dan dilindungi, baiksebagai kelompok maupun sebagai individu.

Keutuhan dari nilai-nilai, praktik-praktik dan institusi-institusidari Masyarakat Hukum Adat dihormati.

Pemerintah menetapkan kebijakan-kebijakan untukmengurangi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh MasyarakatHukum Adat dalam menghadapi kondisi-kondisi baru dalamkehidupan dan pekerjaan, dengan partisipasi dan kerja samadari Masyarakat Hukum Adat yang mengalami kondisi-kondisibaru tersebut.

Pasal 8

Dalam memberlakukan peraturan perundang-undangannasional kepada Masyarakat Hukum Adat, adat-istiadat atauketentuan-ketentuan hukum adat mereka harus diindahkansebagaimana seharusnya.

Masyarakat Hukum Adat berhak untuk tetap mempertahan-kan adat-istiadat dan institusi-institusi mereka sendiri,bilamana adat-istiadat dan institusi-institusi tersebut tidaksejalan dengan hak-hak mendasar yang didefinisikan olehsistem hukum nasional dan hak-hak manusia yang telahdiakui secara internasional. Prosedur-prosedur harusditetapkan, bilamana perlu, untuk memecahkan konflik-konflik yang dapat timbul dalam penerapan prinsip ini.

Konsultasi dan partisipasi Pasal 6

Pemerintah mengkonsultasikan dengan Masyarakat HukumAdat yang bersangkutan, melalui prosedur-prosedursebagaimana seharusnya dan terutama melalui institusi-institusi perwakilan mereka, setiap kali sedang dilakukanpertimbangan terhadap upaya-upaya legislatif atauadministratif yang dapat langsung berpengaruh terhadapmereka.

Pemerintah menetapkan cara-cara yang memungkinkanMasyarakat Hukum Adat untuk dapat secara bebasberpartisipasi di seluruh tingkat pengambilan keputusandalam institusi-institusi pemilihan umum dan administrasidan badan-badan lain yang bertanggung jawab atas

Page 70: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

61

kebijakan-kebijakan dan program-program yang menyangkutkepentingan mereka.

Pemerintah menetapkan cara-cara untuk mengembangkansepenuhnya institusi-institusi dan inisiatif-inisiatif dariMasyarakat Hukum Adat, dan dalam hal-hal yang semestinya,memberikan sumber-sumber daya yang perlu untuk maksudini.

Konsultasi-konsultasi yang dilakukan dalam penerapanKonvensi ini dilakukan dengan itikad baik dan dalam bentukyang tepat dan sesuai dengan keadaan-keadaan yang ada,dengan tujuan agar upaya-upaya yang diusulkanmendapatkan kesepakatan atau izin.

Pasal 13

Pemerintah harus menghormati pentingnya kekhususan nilai-nilai budaya dan spiritual dari Masyarakat Hukum Adat yangmenyangkut hubungan mereka dengan tanah atau wilayahkekuasaan, atau keduanya sebagaimana yang dapatdiberlakukan, yang mereka diami atau apabila tidak, yangmereka gunakan, dan terutama, aspek-aspek kolektif darihubungan ini.

Pengakuan pada wilayahadat dan kekayaan alamdi dalamnya

Pasal 16

Masyarakat Hukum Adat tidak boleh disingkirkan dari tanah-tanah yang mereka tempati.

Bilamana pemindahan Masyarakat Hukum Adat ini ke tempatlain dianggap perlu sebagai suatu langkah pengecualian,pemindahan ke tempat lain tersebut hanya bolehberlangsung apabila mereka dengan kehendak bebas yangmereka miliki menyetujuinya setelah mereka memaklumiakibat-akibatnya.

Bilamana tidak dapat diperoleh persetujuan dari mereka,pemindahan ke tempat lain tersebut hanya bolehberlangsung dengan mengikuti prosedur-prosedursemestinya yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan nasional, termasuk dengan cara mengumpulkanpendapat umum bilamana dipandang tepat atau patutdilakukan, sehingga memberikan kesempatan bagiMasyarakat Hukum Adat yang bersangkutan untuk dapatterwakili kepentingannya secara efektif.

Bilamana mungkin, Masyarakat Hukum Adat ini harusmempunyai hak untuk pulang ke tanah-tanah tradisionalmereka, segera setelah tidak ada lagi alasan untuk

Page 71: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

62

memindahkan mereka ke tempat lain.

Ketika kepulangan seperti itu tidak mungkin, sebagaimanaditetapkan oleh perjanjian atau, dalam hal tidak adanyaperjanjian seperti itu, melalui prosedur-prosedur yang tepat,Masyarakat Hukum Adat ini harus, dalam semua situasi yangmungkin, diberi tanah-tanah yang mutunya dan statushukumnya sekurang-kurangnya sama dengan tanah-tanahyang sebelumnya mereka tempati, yang sesuai untukmemenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka saat ini danperkembangan di masa yang akan datang. BilamanaMasyarakat Hukum Adat yang bersangkutan menyatakanlebih menyukai atau memilih ganti rugi dalam bentuk uangatau barang, mereka harus diberi ganti rugi sesuaipermintaan mereka tersebut di bawah jaminan-jaminan yangtepat dan patut.

Hak menentukan prioritasdalam pembangunan

Pasal 7

Masyarakat Hukum Adat yang bersangkutan berhakmemutuskan prioritas-prioritas mereka sendiri untuk prosespembangunan ketika proses tersebut mempengaruhikehidupan, kepercayaan, institusi-institusi dan kesejahteraanrohani mereka serta tanah-tanah yang mereka diami atauapabila tidak mereka diami, mereka gunakan, dan untukmenjalankan kendali, sedapat mungkin, terhadappembangunan ekonomi, sosial dan budaya mereka sendiri. Disamping itu, mereka berpartisipasi dalam perumusan,implementasi dan evaluasi rencana-rencana dan program-program pembangunan nasional maupun regional yangdapat membuat mereka secara langsung terkena dampaknya.

Sumber: ILO, 2009.

Konvensi ILO 169 ini masih belum diratifikasi ke dalam hukum nasional secararesmi oleh Pemerintah Indonesia. Meskipun demikian, beberapa perjanjianinternasional terkait Masyarakat Hukum Adat telah diratifikasi atauditandatangani oleh Pemerintah Indonesia (lihat tabel 5).

Pada tahun 1994 misalnya, Pemerintah Indonesia meratifikasi Convention onBiological Diversity atau Konvensi Keanekaragaman Hayati melalui UU No. 5Tahun 1994. Dalam Konvensi tersebut disebutkan tanggung jawabpemerintah untuk, sejalan dengan peraturan perundang-undangan nasional:“menghormati, melindungi dan mempertahankan pengetahuan, inovasi-inovasi dan praktek-praktek masyarakat asli dan lokal yang mencerminkan

Page 72: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

63

gaya hidup berciri tradisional, sesuai dengan konservasi dan pemanfaatansecara berkelanjutan keanekaragaman hayati dan memajukan penerapannyasecara lebih luas dengan persetujuan dan keterlibatan pemilik pengetahuaninovasi-inovasi dan praktek-praktek tersebut semacam itu mendorongpembagian yang adil keuntungan yang dihasilkan dari pendayagunaanpengetahuan, inovasi-inovasi dan praktek-praktek semacam itu”.

Pemerintah Indonesia juga meratifikasi konvensi internasional lain terkaitdengan hak asasi manusia, yaitu the International Covenant on Economic,Social and Cultural Rights, dan the International Covenant on Civil and PoliticalRights. Kemudian diratifikasi juga the Convention on the Elimination of AllForms of Racial Discrimination.

Tabel 5. Perjanjian Internasional terkait Masyarakat Hukum Adat yangdiratifikasi/ditandatangani Pemerintah Indonesia

Instrumen Hukum Internasional Ratifikasi/tandatangan

Convention on Biological Diversity UU No. 5 Tahun 1994

ILO Convention No. 111 UU No. 21 Tahun 1999

Convention on the Elimination of All Forms of RacialDiscrimination (CERD)

UU No. 29 Tahun 1999

International Covenant on Economic, Social andCultural Rights (ICESCR)

UU No. 11 Tahun 2005

International Covenant on Civil and Political Rights(ICCPR)

UU No. 12 Tahun 2005

Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources andThe Fair and Equitable Sharing of Benefits Arisingfrom Their Utilization to The Convention OnBiological Diversity

UU No. 11 Tahun 2013

UN Declaration on the Rights of Indigenous Peoples2007

Ditandatangani

Page 73: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

64

Pada tahun 1999, Pemerintah meratifikasi Konvensi ILO 111 yang bertujuanmembatasi diskriminasi dan mempromosikan kesetaraan dalam pekerjaandan jabatan termasuk bagi Masyarakat Hukum Adat.

Sebuah Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai Masyarakat HukumAdat (UN Declaration on the Rights of Indigenous Peoples, UNDRIP) dihasilkanpada tahun 2007. Indonesia adalah salah satu negara yang menandatanganiDeklarasi tersebut. Deklarasi ini bertujuan melindungi hak-hak MasyarakatHukum Adat untuk memelihara dan menguatkan pranata adat, kebudayaandan tradisi mereka dan untuk menikmati pembangunan sesuai dengankebutuhan dan aspirasi mereka.

Perjanjian internasional terbaru yang diratifikasi adalah Protokol Nagoya.Perjanjian ini mengatur mengenai perlindungan hak Masyarakat Hukum Adatuntuk memperoleh pembagian manfaat yang adil dari pemanfaatan sumberdaya genetik dan keanekaragaman hayati serta pengetahuan tradisionalberkaitan dengan pemanfaatan sumber daya tersebut.

Page 74: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 75: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 76: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

67

5. KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

PEMERINTAH DAERAH

Apakah pengaturan dan penetapan Masyarakat Hukum Adat

merupakan kewenangan Pemerintah Daerah

atau Pemerintah Pusat?

Apakah pengaturan dan penetapan itu merupakan

urusan wajib atau urusan pilihan?

Apakah Pemerintah Daerah dapat membuat peraturan untuk

mengatur dan menetapkan Masyarakat Hukum Adat

sebelum ada undang-undang mengenai Masyarakat Hukum Adat?

Pertanyaan-pertanyaan ini kerap disampaikan oleh unsur pemerintahan

daerah ketika menanggapi gagasan pembentukan produk hukum daerahuntuk Masyarakat Hukum Adat. Pada bagian ini kita mendiskusikan dasarhukum untuk kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Daerahmengatur dan menetapkan Masyarakat Hukum Adat.

Kewenangan menurut Konstitusi

UUD 1945 mengatur Masyarakat Hukum Adat dalam tiga aspek:

Aspek penyelenggaraan pemerintahan daerah

Pasal 18B ayat (2):

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakathukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dansesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara KesatuanRepublik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.

Aspek Hak Asasi Manusia

Pasal 28I ayat (3)

Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selarasdengan perkembangan zaman dan peradaban.

Page 77: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

68

Aspek perlindungan dan pengembangan kebudayaan

Pasal 32 Ayat (1):

Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradabandunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara danmengembangkan nilai-nilai budayanya.

Dari ketiga hal tersebut maka kita melihat bahwa pengakuan KesatuanMasyarakat Hukum Adat dan hak-hak tradisional termasuk wilayah dimanahak-hak itu dijalankan merupakan bagian dari tanggung jawab Negaraterhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh sebab itu, sangatberalasan jika kewenangan utama untuk pengaturan dan penetapanMasyarakat Hukum Adat itu ada pada pemerintahan daerah, dalam hal iniKepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Alasan yang lainadalah, kekhasan Masyarakat Hukum Adat di setiap daerah yang berbeda-beda tidak memungkinkan ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan nasional. Sejalan dengan itu, kita juga perlu melihat Pasal 18 ayat(6) UUD 1945 yang menyatakan: “Pemerintahan daerah berhak menetapkanperaturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomidan tugas pembantuan.”

Kewenangan menurut UU Pemerintahan Daerah

UU Pemerintahan Daerah No. 23 Tahun 2014, yang menggantikan UU No. 32Tahun 2004, menetapkan penggolongan urusan pemerintahan menjadi tiga:

1. Urusan Pemerintahan Absolut:

a. Kewenangan mutlak PemerintahPusat.

b. Meliputi enam urusan yaitu politikluar negeri, pertahanan,keamanan, yustisi, moneter danfiskal nasional, dan agama.

2. Urusan Pemerintahan Konkuren:

a. Kewenangan yang dibagi antaraPemerintah Provinsi dan Pemerintah

b. Dasar pelaksanaan otonomi daerah.

Mengakui Masyarakat HukumAdat adalah urusan wajib PemerintahDaerah, terutama terkait urusan di bidangpertanahan, lingkungan hidup danpemberdayaan masyarakat dan desa.

Pemerintah Pusat denganKabupaten/Kota.

Page 78: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

69

c. Urusan Daerah meliputi:

i. Urusan Wajib:

a) Urusan Wajib untuk pelayanan dasar.

b) Urusan Wajib untuk bukan pelayanan dasar.

ii. Urusan Pilihan.

Tabel 6. Urusan Pemerintahan Daerah

Urusan Wajib Urusan Pilihan

Pelayanan Dasar Non-Pelayanan Dasar

Pendidikan;

Kesehatan;

Pekerjaan umum danpenataan ruang;

Perumahan rakyat dankawasan permukiman;

Ketenteraman, ketertibanumum, dan pelindunganmasyarakat; dan sosial.

Tenaga kerja;

Pemberdayaan perempuandan pelindungan anak;

Pangan;

Pertanahan;

Lingkungan hidup;

Administrasi kependudukandan pencatatan sipil;

Pemberdayaan masyarakatdan Desa;

Pengendalian pendudukdan keluarga berencana;

Perhubungan;

Komunikasi daninformatika;

Koperasi, usaha kecil, danmenengah;

Penanaman modal;

Kepemudaan dan olah raga;

Statistik;

Persandian;

Kebudayaan;

Perpustakaan; dan

Kearsipan.

Kelautan dan perikanan;

Pariwisata;

Pertanian;

Kehutanan;

Energi dan sumber dayamineral;

Perdagangan;

Perindustrian; dan

Transmigrasi.

Page 79: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

70

3. Urusan Pemerintahan Umum:

a. Kewenangan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan.

b. Meliputi urusan yang berkaitan dengan pembinaan wawasankebangsaan dan ketahanan nasional, pelestarian Bhinneka TunggalIka serta pemerintahan dan pemeliharaan keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia; pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras,dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal,regional, dan nasional; penanganan konflik sosial; koordinasipelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada di wilayahDaerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk menyelesaikanpermasalahan yang timbul dengan memperhatikan prinsipdemokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan, keistimewaandan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan; pengembangankehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila.

c. Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan kewenangan Daerahdan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.

Kewenangan mengatur dan menetapkan Masyarakat Hukum Adat terdapatdalam urusan wajib bukan pelayanan dasar, khususnya pada bidangpertanahan, lingkungan hidup dan pemberdayaan masyarakat dan desa.Pada tabel 7 dapat dilihat bagaimana pembagian kewenangan PemerintahPusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait denganpenyelenggaraan kewenangan di ketiga bidang yang berkaitan denganMasyarakat Hukum Adat.

Page 80: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

71

Page 81: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

Tabe

l7.P

emba

gian

Kew

enan

gan

Pem

erin

tah

terk

aitu

rusa

nM

asya

raka

tHuk

umA

dat

Bida

ngSu

b-ur

usan

Pem

erin

tah

Pusa

tPe

mer

inta

hPr

ovin

siPe

mer

inta

hKa

bupa

ten/

Kota

Pert

anah

anTa

nah

Ula

yat

Pene

tapa

nta

nah

ulay

atya

nglo

kasi

nya

linta

sD

aera

hka

bupa

ten/

kota

dala

msa

tuD

aera

hpr

ovin

si

Pene

tapa

nta

nah

ulay

atya

nglo

kasi

nya

dala

mD

aera

hka

bupa

ten/

kota

.

Ling

kung

anH

idup

Peng

akua

nke

bera

daan

Mas

yara

kat

Huk

umA

dat

(MH

A),

kear

ifan

loka

ldan

hak

MH

Aya

ngte

rkai

tde

ngan

Perli

ndun

gan

dan

Peng

elol

aan

Ling

-ku

ngan

Hid

up(P

PLH

)

Pe

neta

pan

peng

akua

nM

HA

,ke

arifa

nlo

kal

atau

peng

etah

uan

tra-

disi

onal

dan

hak

MH

Ate

rkai

tde

ngan

PPLH

yang

bera

dadi

2(d

ua)

atau

lebi

hD

aera

hpr

ovin

si.

Pe

ning

kata

nka

pasi

tas

MH

A,

kear

ifan

loka

lat

aupe

nget

ahua

ntr

a-di

sion

alda

nha

kM

HA

terk

ait

deng

anPP

LHya

ngbe

rada

di2

(dua

)at

aule

bih

Dae

rah

prov

insi

.

Pe

neta

pan

peng

akua

nM

HA

,ke

arifa

nlo

kal

atau

peng

e-ta

huan

trad

isio

nal

dan

hak

kear

ifan

loka

lat

aupe

nge-

tahu

antr

adis

iona

lda

nha

kM

HA

terk

ait

deng

anPP

LHya

ngbe

rada

didu

aat

aule

bih

Dae

rah

kabu

pate

n/ko

tada

lam

satu

Dae

rah

prov

insi

.

Pe

ning

kata

nka

pasi

tas

MH

A,

kear

ifan

loka

lat

aupe

nge-

tahu

antr

adis

iona

lda

nha

kke

arifa

nlo

kal

atau

peng

e-ta

huan

trad

isio

nal

dan

hak

MH

Ate

rkai

tde

ngan

PPLH

yang

bera

dadi

dua

atau

lebi

hD

aera

hka

bupa

ten/

kota

dala

msa

tuD

aera

hpr

ovin

si.

Pe

neta

pan

peng

akua

nM

HA

,ke

arifa

nlo

kal

atau

peng

etah

uan

trad

isio

nal

dan

hak

kear

ifan

loka

lat

aupe

nget

ahua

ntr

adis

i-on

alda

nha

kM

HA

terk

ait

deng

anPP

LHya

ngbe

rada

diD

aera

hka

bupa

ten/

kota

.

Pe

ning

kata

nka

pasi

tas

MH

A,

kear

ifan

loka

lat

aupe

nget

ahua

ntr

adis

iona

lda

nha

kke

arifa

nlo

kal

atau

peng

etah

uan

trad

isi-

onal

dan

hak

MH

Ate

rkai

tde

ngan

PPLH

yang

bera

dadi

Dae

rah

Andi Sandhi
Text Box
72
Page 82: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

kabu

pate

n/ko

ta.

Pem

berd

ayaa

nM

asya

raka

tda

nD

esa

Pena

taan

Des

a

Pem

bent

ukan

Des

adi

kaw

asan

yang

bers

ifat

khus

usda

nst

rate

gis

bagi

kepe

ntin

gan

nasi

o-na

l.

Pe

nerb

itan

kode

Des

abe

rdas

arka

nno

mor

re-

gist

rasi

dari

Gub

ernu

rse

baga

iW

akil

Pem

erin

-ta

hPu

sat.

Pene

tapa

nsu

suna

nke

lem

baga

an,

peng

isia

nja

bata

n,da

nm

asa

jaba

tan

kepa

lade

saad

atbe

r-da

sark

anhu

kum

adat

.

Peny

elen

ggar

aan

pena

taan

Des

a.

Sum

ber:

UU

No.

23Ta

hun

2014

.

Andi Sandhi
Text Box
73
Page 83: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

74

Kewenangan menurut Peraturan Perundang-undangan lain

Sejumlah peraturan perundang-undangan juga telah memberikankewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk menerbitkan produk hukumdaerah guna penetapan keberadaan Masyarakat Hukum Adat/Desa Adat danhak ulayatnya.

UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dan peraturan pelaksanaannya yakni PPNo. 43 Tahun 2014 menyebutkan bahwa penetapan Desa Adat itumerupakan kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dan ditetapkanmelalui Peraturan Daerah. Hal ini dikuatkan oleh UU No. 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah (lihat kembali tabel 7).

Secara khusus, kita dapat melihat hal ini termaktub dalam Pasal 29 PP No. 43Tahun 2014 yang menyatakan:

(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan inventarisasi Desa yangada di wilayahnya yang telah mendapatkan kode Desa.

(2) Hasil inventarisasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijadikandasar oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota untuk menetapkan desadan desa adat yang ada di wilayahnya.

(3) Desa dan desa adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkandengan peraturan daerah kabupaten/kota.

Dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan kita juga menemukanbahwa Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk mengukuhkankeberadaan masyarakat hukum adat (lihat Pasal 67 ayat (2) UU tersebut).

Pedoman pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat yangditerbitkan Kementerian Dalam Negeri melalui Peraturan Menteri DalamNegeri (Permendagri) No. 52 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepadaDaerah untuk melakukan identifikasi, verifikasi dan validasi serta penetapanMasyarakat Hukum Adat.

Kewenangan menurut Putusan Mahkamah Konstitusi

Putusan MK 35 sebagaiman telah dibahas pada bab 2 menyatakan bahwauntuk pelaksanaan Pasal 18B ayat (2) seharusnya dilakukan dalam undang-

Page 84: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

75

undang. Namun, untuk mengatasi kekosongan hukum maka pengaturanmelalui Peraturan Daerah dapat dibenarkan.

Page 85: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 86: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

77

6. PRODUK HUKUM DAERAH

UNTUK PENGAKUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Apakah bentuk-bentuk produk hukum daerah?

Apa beda Produk Hukum yang bersifat pengaturan dan penetapan?

Bentuk dan sifat produk hukum daerah apa yang diperlukan

untuk pengakuan Masyarakat Hukum Adat?

Mengenal bentuk produk hukum daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2014 tentang PembentukanProduk Hukum Daerah menyatakan bahwa produk hukum daerah itumeliputi Peraturan Daerah atau nama lainnya, Peraturan Kepala Daerah,Peraturan Bersama Kepala Daerah, Peraturan DPRD dan peraturan yangberbentuk keputusan meliputi Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD,Keputusan Pimpinan DPRD, dan Keputusan Badan Kehormatan DPRD.

Produk hukum daerah ada yang bersifat pengaturan dan ada yang bersifatpenetapan. Produk hukum yang bersifat pengaturan memberikan aturanyang berlaku umum terhadap suatu bidang. Permendagri No. 1 Tahun 2014memberikan contoh produk hukum daerah yang bersifat pengaturan adalahPeraturan Daerah atau Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) atau namalainnya (misalnya Qanun), Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Gubernur atauPeraturan Bupati/Walikota) Peraturan Bersama Kepala Daerah (PeraturanBersama Gubernur atau Peraturan Bersama Bupati/Walikota) atau PeraturanDPRD. Sementara itu produk hukumdaerah yang bersifat penetapan adalahproduk hukum yang bersifat konkrit,individual, final dan berakibat hukum padaseseorang atau badan hukum perdata.Termasuk ke dalam kategori penetapan iniadalah Keputusan Kepala Daerah(Keputusan Gubernur atau KeputusanBupati/Walikota), Keputusan DPRD,Keputusan Pimpinan DPRD, dan KeputusanBadan Kehormatan DPRD.

Produk hukum daerah ada

yang bersifat pengaturan (regeling) dan

ada yang bersifat penetapan

(beschikking). Peraturan Daerah adalah

salah satu contoh produk hukum bersifat

regeling, Keputusan Bupati adalah contoh

peraturan yang bersifat beschikking.

Page 87: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

78

Peraturan Daerah termasuk kelompok produk hukum daerah yang sifatnyamengatur, jika kita lihat dari isinya akan ditemukan tiga jenis PeraturanDaerah. Pertama adalah Peraturan Daerah yang murni bersifat pengaturan.Misalnya Peraturan Daerah tentang tata cara penerbitan izin. Yang keduaadalah Peraturan Daerah yang sifatnya penetapan. Dapat disebutkancontohnya di sini adalah penetapan desa dan penetapan atau kadang-kadang disebut juga pengukuhan Masyarakat Hukum Adat. Yang terakhiradalah Peraturan Daerah yang mengatur struktur organisasi dan tata kerja didaerah.

Page 88: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

79

Bentuk Produk Hukum Daerah(Permendagri No. 1 Tahun 2014)

Pengaturan

• Peraturan Daerah (nama lain)• Perda Provinsi

• Perda Kabupaten/kota

• Peraturan Kepala Daerah

• Peraturan Gubernur

• Peraturan Bupa /walikota

• Peraturan Bersama Kepala Daerah

• Peraturan Bersama Gubernur

• Peraturan Bersama Bupa /Walikota

• Peraturan DPRD

Penetapan

• Keputusan Kepala Daerah• Keputusan DPRD

• Keputusan Pimpinan DPRD

• Keputusan Badan KehormatanDPRD

Produk hukum daerah untuk penetapan Masyarakat Hukum Adat/DesaAdat

Pada bagian sebelumnya kita mengetahui meskipun Peraturan Daerah padaumumnya bersifat pengaturan terdapat pula Perda yang bersifat penetapan.Misalnya Perda tentang pembentukan desa. Hal ini juga berlaku untukundang-undang, seperti halnya undang-undang pembentukan provinsi ataukabupaten/kota. Dengan dasar ini maka penetapan Masyarakat Hukum Adatataupun Desa Adat juga dapat dilakukan dengan Peraturan Daerah.Peraturan Daerah yang bersifat penetapan ini akan memberikan kekuatanhukum yang lebih efektif bagi keberadaan Masyarakat Hukum Adat tertentusebagai subjek hukum dan pengakuan terhadap wilayah adatnya.

Langkah-langkah menyusun Peraturan Daerah

Penyusunan Perda dapat dilakukan melalui dua jalur, yakni melalui prakarsaPemerintah Daerah atau melalui prakarsa DPRD. Langkah-langkahpenyusunan Perda pada kedua jalur ini dijelaskan pada bagian berikut.

Page 89: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

80

Penyusunan Perda melalui prakarsa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota:

1. Rencana penyusunan Perda dimasukkan ke dalam Program LegislasiDaerah (Prolegda) usulan Pemerintah Daerah.

2. Kepala Daerah memerintahkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)terkait menyusun Rancangan Perda (Ranperda) beserta naskahakademiknya.

3. Kepala Daerah membentuk Tim Penyusun Ranperda.

4. Ranperda dan naskah akademik untuk pengakuan Masyarakat HukumAdat sebaiknya dikonsultasikan dengan Masyarakat Hukum Adat danpihak-pihak terkait lain.

5. Ranperda harus mendapat paraf/persetujuan dari Kepala Bagian Hukumdan SKPD terkait.

6. Pimpinan SKPD atau pejabat yang ditunjuk mengajukan Ranperda yangtelah mendapat paraf koordinasi kepada kepala daerah melalui sekretarisdaerah.

7. Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaanterhadap Rancangan Perda yang telah diparaf koordinasi.

8. Jika terdapat perubahan dan/atau penyempurnaan maka SekretarisDaerah mengembalikan Ranperda kepada pimpinan SKPD pemrakarsa.

9. Hasil penyempurnaan Ranperda disampaikan kembali kepada sekretarisdaerah setelah dilakukan paraf koordinasi oleh kepala bagian hukumkabupaten/kota serta pimpinan SKPD terkait.

10. Sekretaris daerah menyampaikan Ranperda kepada kepala daerah.

11. Kepala Daerah menyampaikan Ranperda kepada pimpinan DPRD.

12. Pembahasan Ranperda bersama DPRD.

Penyusunan Perda melalui prakarsa DPRD:

1. Ranperda diajukan oleh anggota DPRD, komisi, gabungan komisi, atauBadan Legislasi Daerah (Balegda).

2. Ranperda disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertaidengan penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik.

3. Pimpinan DPRD menyampaikan Ranperda kepada Balegda untuk

Page 90: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

81

dilakukan pengkajian.

4. Pimpinan DPRD menyampaikan hasil pengkajian Perda oleh Balegdadalam rapat paripurna DPRD.

5. Rapat paripurna DPRD memutuskan usul Ranperda (disetujui, disetujuidengan perubahan, atau ditolak).

6. Jika disetujui, Pimpinan DPRD menugasi komisi, gabungan komisi,Balegda, atau panitia khusus untuk menyempurnakan Ranperda.

7. Penyempurnaan Ranperda disampaikan kepada Pimpinan DPRD.

8. Pimpinan DPRD menyampaikan Ranperda yang telah disempurnakankepada kepala daerah untuk dilakukan pembahasan.

Yang perlu Anda ketahui tentangProlegda

þ Prolegda dapat disusun oleh Pemerintah Daerah atau DPRD;

þ Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu satu tahunberdasarkan skala prioritas pembentukan Ranperda;

þ Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahunsebelum penetapan Ranperda tentang APBD;

þ Penyusunan Prolegda dikoordinasikan oleh Bagian HukumPemkab (Prolegda Pemda) atau oleh Balegda (Prolegda DPRD);

þ Prolegda disepakati Pemda dan DPRD;

þ Di luar Prolegda umum dapat disusun Ranperda untukmelaksanakan peraturan yang lebih tinggi, penataan desa ataunama lain, Perda untuk mengatasi keadaan luar biasa,keadaan konflik, atau Perda untuk keadaan tertentu lainnya.

Page 91: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

82

Produk Hukum Daerah untuk Masyarakat Hukum Adat

Pada umumnya, peraturan perundang-undangan nasional dan PutusanMahkamah Konstitusi mensyaratkan penetapan Masyarakat Hukum Adatdilakukan melalui Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (lihat misalnya UU No.41 Tahun 1999, UU No. 1 Tahun 2014, UU No. 6 Tahun 2014). HanyaPermendagri No. 52 Tahun 2014 yang menyebutkan bentuk hukumpengakuan Masyarakat Hukum Adat itu adalah Keputusan Kepala Daerah.

Karena berbeda-bedanya pengaturan ini maka dalam praktiknya banyakPemerintah Daerah yang bingung. Manakah yang harus diikuti? Apakahketentuan yang menyatakan penetapan Masyarakat Hukum Adat harusmelalui Peraturan Daerah atau cukup dengan Keputusan Kepala Daerah?

Page 92: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

83

Page 93: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

84

Kita mengetahui bahwa sesuai dengan hirarki perundang-undangan,Peraturan Menteri itu berada di bawah undang-undang. Oleh sebab itumateri muatannya sebaiknya tidak bertentangan dengan undang-undang.Dengan argumentasi ini maka pengakuan Masyarakat Hukum Adat sebaiknyadilakukan melalui Peraturan Daerah.

Membentuk Perdamelalui inisia f DPRD

Ranperda olehAnggota DPRD,

Komisi, GabunganKomisi, Balegda

Disampaikan kepadaPimpinan DPRDdisertai Naskah

Akademik

Pimpinan DPRDmenyampaikankepada Balegda

untuk dikaji

Pimpinan DPRDmenyampaikanRanperda dalamRapat Paripurna

Keputusan Paripurna(menyetujui,

menolak,mengubah)

Pembahasan denganKepala Daerah

Meskipun demikian, kita menyadari bahwa proses pembentukan PeraturanDaerah itu memerlukan waktu yang cukup panjang, setidaknyadibandingkan dengan penerbitan Keputusan Kepala Daerah. Oleh sebab itu,sebagai solusi kita dapat membuat Peraturan Daerah yang isinyamenetapkan Masyarakat Hukum Adatsecara umum di Kabupaten/Kota tertentu.Sementara itu kerincian mengenai wilayahadatnya dilakukan melalui KeputusanKepala Daerah. Keberadaan KeputusanKepala Daerah di sini harus dimandatkandengan jelas oleh Peraturan Daerah.Dengan demikian Keputusan ini merupakanpelaksanaan pendelegasian wewenangkepada Kepala Daerah untuk membentuk

Pemerintah Daerah perlu

menyusun definisi dan kriteria

Masyarakat Hukum Adat yang sesuai

dengan kondisi masyarakat di

daerahnya, dengan tetap mengacu pada

peraturan perundang-undangan dan

Putusan Mahkamah Konstitusi.

Page 94: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

85

produk hukum yang diperlukan dalam pengakuan keberadaan MasyarakatHukum Adat dan wilayahnya.

Menyadari bahwa kondisi Masyarakat Hukum Adat di Indonesia ini sangatberagam, kami menganjurkan agar Pemerintah Daerah menyusun definisidan kriteria yang khusus mengenai Masyarakat Hukum Adat di daerahnya.Apa yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan nasional (lihatkembali tabel 1) pada dasarnya adalah acuan yang perlu dikembangkan lebihjauh sesuai dengan kekhasan daerah.

Peraturan Daerah mengenai Masyarakat Hukum Adat perlu meliputipengaturan secara umum mengenai kebijakan pengakuan, penghormatandan perlindungan Masyarakat Hukum Adat, hak-hak dan wilayahnya.7 Selainitu diperlukan pula Peraturan Daerah yang sifatnya menetapkan keberadaanmasyarakat hukum adat dan wilayahnya (selanjutnya disebut PerdaPenetapan).

Ada dua model Perda Penetapanyang dapat digunakan. Pertamaadalah Perda untuk menetapkanMasyarakat Hukum Adat yangkeberadaannya sudah tidakdiperdebatkan lagi di daerah tersebut.Sebagai contoh adalah nagari diSumatera Barat. Tidak ada yangmembantah bahwa nagari adalahsalah satu bentuk Masyarakat Hukum Alain adalah Orang Baduy dan Kasepuhsecara sosial juga diakui sebagai Masyara

Yang kedua adalah Perda untuk Masyarawilayahnya masih memerlukan upaya ledimungkinkan terjadi karena kuran

7 Bagian ini dan seterusnya diringkas dar

Arizona, 2014. Panduan Pelaksanaan Penga

Hutan. Laporan disampaikan kepada Unit

Pengendalian Pembangunan (UKP4), tidak

Perda untuk pengakuan Masyarakat

Hukum Adat sebaiknya memuat pengaturan

tentang kebijakan umum pengakuan,

perlindungan dan penghormatan serta

penetapan MHA dan wilayah adatnya.

dat di daerah tersebut. Contoh yangan di Kabupaten Lebak. Keduanyakat Hukum Adat.

kat Hukum Adat yang keberadaan danbih jauh untuk memverifikasi. Hal inignya bukti kesejarahan, kondisi

i Safitri, Warman, Firdaus, Muhajir dan

kuan dan Pembuktian Hak dalam Kawasan

Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan

diterbitkan.

Page 95: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

86

masyarakat yang relatif heterogen, perpindahan yang dilakukan atauterpaksa dilakukan oleh masyarakat di masa pra kolonial, masa kolonial danpasca kolonial.

Untuk Perda model pertama, kesulitan akan ada pada penetapan wilayahadat. Idealnya, penetapan wilayah adat dilakukan bersamaan denganpenetapan Masyarakat Hukum Adat. Artinya, peta wilayah adat menjadilampiran dari Perda. Tetapi, jika hal ini sulit dilakukan maka penetapanwilayah adat itu dapat dilakukan kemudian melalui Keputusan KepalaDaerah. Syaratnya ketentuan mengenai penetapan melalui Keputusan KepalaDaerah itu dinyatakan dalam Perda. Contoh Rancangan Perda untuk modelini dapat dilihat pada lampiran 1 dan contoh Rancangan Keputusan KepalaDaerah dapat dilihat pada lampiran 2.

Pada Perda model kedua, materi muatan akan lebih banyak mengatur tatacara penetapan masyarakat hukum adat dan wilayah adatnya. Namun, perludisebutkan dalam salah satu ketentuannya bahwa Pemerintah Daerahmengakui keberadaan Masyarakat Hukum Adat di daerah tersebut.Penetapan Masyarakat Hukum Adat itu secara khusus serta wilayah adatnyadilakukan melalui Keputusan Kepala Daerah. Penting disebutkan dalam Perdabahwa penerbitan Keputusan Kepala Daerah itu merupakan pendelegasianwewenang. Contoh Rancangan Perda model ini dapat dilihat pada lampiran 3sedangkan contoh Rancangan Keputusan Kepala Daerah dapat dilihat padalampiran 4.

Page 96: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 97: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 98: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

89

7. PENUTUP

Pemerintah Daerah berwenang membuat produk hukum daerah untuk

mengakui Masyarakat Hukum Adat, hak-hak dan wilayah adatnya. Sejumlahundang-undang dan Putusan Mahkamah Konstitusi memandatkan haltersebut. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkankewenangan Pemerintah Daerah untuk mengakui, menghormati, melindungidan memenuhi hak-hak Masyarakat Hukum Adat adalah urusan wajib yangbukan termasuk pelayanan dasar.

Keragaman kondisi Masyarakat Hukum Adat perlu menjadi perhatian dalampenyusunan produk hukum daerah. Pemerintah Daerah bersama-samadengan Masyarakat Hukum Adat, akademisi dan pendamping masyarakatperlu membahas bersama definisi dan kriteria Masyarakat Hukum Adat yangpaling sesuai dengan kondisi di daerahnya. Berbagai kriteria tentangMasyarakat Hukum Adat yang dikembangkan oleh para ahli sejak masakolonial dan sebagian daripadanya diadopsi oleh peraturan perundang-undangan tidak dimaksudkan untuk menjadi referensi tunggal mengenaikeberadaan Masyarakat Hukum Adat. Bagaimanapun, kondisi MasyarakatHukum Adat di Indonesia sangat beragam. Demikian pula terdapat dinamikaperkembangan masyarakat yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, kriteria yangkhas dan disepakati bersama menjadi kunci untuk membentuk produkhukum daerah yang baik.

Produk hukum daerah yang diperlukan untuk pengakuan yang nyata padaMasyarakat Hukum Adat adalah yang bersifat penetapan. Beberapa modelpengaturan telah disampaikan dalam Buku ini. Model-model ini perluditanggapi sebagai inspirasi untuk menyusun produk hukum daerah. Halpaling penting dalam penyusunan produk hukum ini adalah pelibatanMasyarakat Hukum Adat dan kelompok masyarakat sipil seluas-luasnya.Konsultasi dengan para pihak ini menjadi syarat penting untuk menjadikanproduk hukum yang dihasilkan memperoleh legitimasi.

Produk hukum daerah yang baik adalah peraturan yang memenuhi syaratformal dalam pembentukannya, mengandung materi muatan yang jelas,tegas, mudah dilaksanakan dan berperspektif keadilan, serta dirumuskandalam proses yang partisipatif. Dengan cara itu maka penyusunan produk

Page 99: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

90

hukum daerah untuk pengakuan Masyarakat Hukum Adat dapat menjadisarana mewujudkan negara hukum yang demokratis dan berkeadilan.

Page 100: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

91

REFERENSI

Arizona, Y., 2014, Masyarakat adat, masyarakat hukum adat dan desa adat.Presentasi, Balikpapan 27-28 Maret.

Burns, P. 2004, The Leiden legacy: Concepts of law in Indoneesia. Leiden: KITLV.

Durkheim, E. 1997, The division of labor in society, New York: Free Press.

ELSAM dan LBBT, 1998. Konvensi ILO 169 Mengenai Bangsa Pribumi dan

Masyarakat Adat di Negara-Negara Merdeka. Jakarta: ELSAM.

Holleman, J.F. (ed.), 1981, Van Vollenhoven on Indonesian adat law: Selectionsfrom ‘Het Adatrecht van Nederlands-Indië’ (Volume 1, 1918; Volume II,1931). The Hague: Martinus Nijhoff.

ILO, 2009. K 169, Konvensi Masyarakat Hukum Adat 1989. Cetakan kedua.Jakarta: ILO.

Koentjaraningrat, 1982, Sejarah teori Antropologi I. Jakarta: Penerbit UI,Cetakan kedua.

Safitri, M.A., 2014, Kembali ke daerah: Sebuah pendekatan realistik untukpelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012,makalah disampaikan dalam diskusi memperingati setahun PutusanMK No. 35/PUU-X/2012, diselenggarakan oleh Aliansi MasyarakatAdat Nusantara (AMAN) dan sejumlah organisasi masyarakat sipil diJakarta, 13 Mei.

Safitri, M.A. dan Arizona, Y. 2013. Indigenous peoples in Indonesia:Opportunities and challenges to recognize their rights in law anddevelopment programmes. Laporan disampaikan kepada InternationalLabour Organizations, tidak diterbitkan.

Safitri, M.A., Warman, K. Firdaus, A.Y., Muhajir, M., dan Arizona, Y. 2014.Panduan pelaksanaan pengakuan dan pembuktian hak dalam kawasanhutan. Laporan disampaikan kepada Unit Kerja Presiden BidangPengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), tidakditerbitkan.

Page 101: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas
Page 102: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

93

LAMPIRAN 18

Contoh Perda Pengakuan Masyarakat Hukum Adat untuk Daerah yangMasyarakat Hukum Adat dan wilayah adatnya lebih jelas dan tidakdiperdebatkan lagi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN [NAMA KABUPATEN]

NOMOR [NOMOR PERATURAN] TAHUN [TAHUN PENGUNDANGAN]

TENTANG

MASYARAKAT [sebutkan NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT,misalnya MASYARAKAT KASEPUHAN untuk Kabupaten Lebak, Banten]

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI [NAMA KABUPATEN],

Menimbang : a. bahwa pengakuan dan penghormatan MasyarakatHukum Adat dan hak tradisionalnya merupakanamanat dari Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

b. bahwa keberadaan Masyarakat Hukum Adat [NAMAUMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] diKabupaten [NAMA KABUPATEN] masih ada danmenjadi bagian dari komponen masyarakat yang harusdiakui dan dihormati keberadaannya oleh negara;

8 Lampiran 1 hingga Lampiran 4 bersumber dari: Safitri, Warman, Firdaus, Muhajir dan

Arizona, 2014. Panduan Pelaksanaan Pengakuan dan Pembuktian Hak dalam Kawasan

Hutan. Laporan disampaikan kepada Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan

Pengendalian Pembangunan (UKP4), tidak diterbitkan.

LAMBANG

DAERAH

Page 103: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

94

c. bahwa pengakuan dan penghormatan terhadapMasyarakat Hukum Adat dan hak tradisionalnyaberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan dalam peraturan daerah;

d. bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah KonstitusiPerkara Nomor 35/PUU-X/2012 mengenai PengujianUndang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan, dalam rangka menjamin adanya kepastianhukum yang berkeadilan terhadap Masyarakat HukumAdat dan hak tradisionalnya dapat diatur dalamPeraturan Daerah; dan

e. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b,huruf c dan huruf d, perlu membentuk PeraturanDaerah tentang Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT];

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6); Pasal 18B ayat (2), Pasal 28I ayat (3)Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentangPengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan SegalaBentuk Diskriminasi terhadap Wanita (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29;Tambahan Lembaran Negara 3277);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1990 Nomor 49; Tambahan Lembaran Negara3419);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan United Nations Convention on BiologicalDiversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsamengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara

Page 104: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

95

Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 41; TambahanLembaran Negara 3556);

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HakAsasi Manusia (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 165; Tambahan Lembaran Negara3886);

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 29) yang telahditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4412);

8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan LembaranNegara Nomor 4301);

9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang SumberDaya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 32; Tambahan Lembaran Negara Nomor4377);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124; TambahanLembaran Negara Nomor 4674) sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2013 Nomor 232; Tambahan Lembaran Negara Nomor5475);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara

Page 105: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

96

Nomor 4725);

12. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentangPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4379)sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 2,Tambahan Lembaran Negara Nomor 5490);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara 5059);

14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara5063);

15. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang CagarBudaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara 5168);

16. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentangInformasi Geospasial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 49; Tambahan LembaranNegara Nomor 5214);

17. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentangPenanganan Konflik Sosial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 116; TambahanLembaran Negara Nomor 5315);

18. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentangPengesahan Nagoya Protocol on Access to GeneticResources and The Fair and Equitable Sharing of BenefitsArising from Their Utilization to The Convention onBiological Diversity (Protokol Nagoya tentang Aksespada Sumber Daya Genetik dan PembagianKeuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dariPemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman

Page 106: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

97

Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2013 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara 5412);

19. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentangPencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 130; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5432);

20. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014Nomor 7; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5495);

21. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244; TambahanLembaran Negara Nomor 5587);

22. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentangPerkebunan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 308; Tambahan Lembaran NegaraNomor 5613);

23. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG]Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG] tentangPembentukan [NAMA PROVINSI] (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor [NOMOR LEMBERANNEGARA], Tambahan Lembaran Negara Nomor[NOMOR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA]);

24. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG]Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG] tentangPembentukan [NAMA KABUPATEN] (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor [NOMOR LEMBARANNEGARA], Tambahan Lembaran Negara Nomor[NOMOR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA]);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentangPendaftaran Tanah;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentangPerencanaan Kehutanan;

27. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang Desa;

Page 107: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

98

28. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan PertanahanNasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang PedomanPenyelesaian Permasalahan Tanah Ulayat MasyarakatHukum Adat;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2014tentang Pedoman Pengakuan dan PerlindunganMasyarakat Hukum Adat;

30. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, MenteriKehutanan, Menteri Pekerjaaan Umum dan KepalaBadan Pertanahan Nasional Nomor 79 Tahun 2014,Nomor PB.3/Menhut-II/2014, Nomor 17/PRT/M/2014,Nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata Cara PenyelesaianPenguasaan Tanah yang berada di dalam KawasanHutan;

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [NAMA KABUPATEN]

dan

BUPATI KABUPATEN [NAMA KABUPATEN]

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG MASYARAKAT [NAMAUMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT, misalnyaKASEPUHAN]

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pengakuan adalah pernyataan penerimaan dan pemberian statuskeabsahan oleh Pemerintah Daerah terhadap keberadaan MasyarakatHukum Adat dan hak tradisionalnya sebagai perwujudan konstitutif dari

Page 108: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

99

negara untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasiwarga negara.

2. Perlindungan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerahuntuk melindungi wilayah dan hak-hak Masyarakat Hukum Adat darigangguan yang dilakukan oleh pihak lain.

3. Pemenuhan adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib diberikan olehPemerintah Daerah kepada Masyarakat Hukum Adat dalam rangkamenjamin terpenuhi hak tradisional dan hak lainnya berdasarkan peraturanperundang-undangan.

4. Penetapan wilayah adat adalah pernyataan penerimaan dan pemberianstatus keabsahan oleh Pemerintah Daerah terhadap wilayah adat suatuMasyarakat Hukum Adat.

5. Tentang definisi Masyarakat Hukum Adat yang digunakan. Definisi inihendaknya dibuat sesuai dengan kondisi dari Masyarakat Hukum Adat yangada dalam Kabupaten. Sebagai contoh adalah beberapa pilihan rumusandefinisi di bawah ini:

Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang secaraturun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanyaikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuat denganlingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranataekonomi, politik, sosial, dan hukum; atau

Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang memilikiperasaan sebagai satu kelompok karena ada nilai-nilai yang dirawatsecara bersama-sama, memiliki lembaga adat yang tumbuh secaratradisional, adanya ada harta kekayaan dan/atau benda-benda adat, adanorma hukum adat yang masih berlaku, dan ada wilayah adat tertentu;atau

Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat hukum adat sebagaimanadimaksud dalam peraturan perundang-undangan].

6. Hak ulayat atau disebut dengan nama lainnya (SEBUTKAN NAMA YANGDIKENAL OLEH MASYARAKAT HUKUM ADAT DI KABUPATEN] adalahkewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh Masyarakat HukumAdat [SEBUTKAN NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT, MISALNYAKASEPUHAN UNTUK LEBAK] atas wilayah tertentu yang merupakanlingkungan hidup para warganya untuk mengambil manfaat dari sumberdaya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsunganhidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan

Page 109: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

100

batiniah, turun temurun dan tidak terputus antara Masyarakat Hukum Adattersebut dengan wilayah yang bersangkutan.

7. Hak tradisional adalah hak yang melekat dengan keberadaan MasyarakatHukum Adat.

8. Wilayah adat atau yang dipersamakan dengan wilayah hak ulayat atau[SEBUTAN DALAM BAHASA DAERAH] adalah ruang kehidupan yangmenjadi tempat keberadaan Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKATHUKUM ADAT] yang terdiri dari tanah, air dan sumber daya alam yangterdapat di atasnya, yang penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatannyadilakukan menurut hukum adat.

9. Tanah adat adalah bidang tanah yang terdapat pada wilayah adat yangjenis dan pengaturannya ditentukan berdasarkan hukum adat.

10. [JELASKAN DEFINISI MENGENAI PEMBAGIAN RUANG/TANAH DI DALAMMASYARAKAT HUKUM ADAT. Misalkan pada Masyarakat Kasepuhan dibagike dalam leuweung kolot, leuweng titipan, dan leuweung sampalan. Jelaskandefinisinya satu per satu].

11. Hutan adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah Masyarakat[SEBUTKAN NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT].

12. Hukum adat atau disebut dengan [NAMA HUKUM ADAT PADAMASYARAKAT HUKUM ADAT] adalah seperangkat norma atau aturan yanghidup dan berlaku untuk mengatur hubungan manusia dengan alam danhubungan antar-manusia yang bersumber pada nilai budaya MasyarakatHukum Adat yang diwariskan secara turun temurun yang senantiasa ditaatidan dihormati untuk keadilan dan ketertiban masyarakat dan mempunyaiakibat hukum.

13. Lembaga adat adalah pranata pemerintahan adat yang menyelenggarakanfungsi adat istiadat yang tumbuh dan berkembang secara tradisional yangterdiri dari [SEBUTKAN LEMBAGA-LEMBAGA ADAT YANG TERDAPAT DIDALAM MASYARAKAT HUKUM ADAT] atau disebut dengan nama lain didalam Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

14. [SEBUTAN DARI WARGA MASYARAKAT HUKUM ADAT] adalah wargaMasyarakat Hukum Adat yang terikat pada hukum adat yang berlaku padaMasyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

15. Peta wilayah adat adalah peta tematik dengan skala 1:50.000 yang berisiinformasi mengenai batas luar wilayah adat.

16. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten [NAMA KABUPATEN].

Page 110: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

101

17. Bupati adalah Bupati Kabupaten [NAMA KABUPATEN].

18. Saturan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalahperangkat daerah yang bertanggungjawab atas pelaksanaan urusanpemerintahan di daerah.

19. Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat adalah panitia yangdibentuk dengan Keputusan Bupati untuk melakukan inventarisasi danverifikasi wilayah adat, melakukan penyelesaian keberatan, danmemberikan rekomendasi kepada Bupati untuk menetapkan wilayah adat.

20. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan PemerintahKabupaten [SEBUTKAN NAMA KABUPATEN] yang pengangkatannyaditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II

ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Asas

Asas dari pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan dan hak-hakMasyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] adalah:

a. Pengakuan

b. Keberagaman

c. Keadilan sosial

d. Kepastian hukum

e. Kesetaraan dan non-diskriminasi

f. Keberlanjutan lingkungan

g. Partisipasi

h. Transparansi

Pasal 3

Tujuan

Tujuan dari pengakuan, penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hakMasyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] adalah:

a. Memberikan kepastian hukum mengenai keberadaan, wilayah adat dan

Page 111: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

102

hak Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

b. Melindungi hak dan memperkuat akses Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT] terhadap tanah, air dan sumber dayaalam.

c. Meningkatkan peran serta warga Masyarakat Hukum Adat dalampengambilan keputusan di Lembaga Adat.

d. Mewujudkan pengelolaan wilayah adat secara lestari berdasarkanhukum adat.

e. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT].

f. Mewujudkan kebijakan pembangunan di daerah yang mengakui,menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak Masyarakat [NAMAUMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

g. Mewujudkan penyelesaian sengketa yang berbasis kepada pengakuandan penghormatan terhadap hak Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT] dan hukum adatnya.

Pasal 4

Ruang lingkup

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mencakup pengakuan keberadaan dankedudukan hukum Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT], wilayah adat, kelembagaan adat, pelaksanaan hukum adat, danpemberdayaan Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

BAB III

KEBERADAAN DAN KEDUDUKAN HUKUM MASYARAKAT [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT]

Pasal 5

Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] memenuhi kriteriasebagai berikut:

a. Terdiri dari masyarakat yang warganya memiliki perasaan sebagai satukelompok karena adanya nilai-nilai yang dirawat secara bersama-sama;

b. Memiliki lembaga adat yang tumbuh secara tradisional;

Page 112: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

103

c. Memiliki harta kekayaan dan/atau benda-benda adat;

d. Memiliki norma hukum adat yang masih berlaku; dan

e. Memiliki wilayah adat tertentu.

[Kriteria ini sesuai dengan kriteria yang ditetapkan Mahkamah Konstitusi untukMasyarakat Hukum Adat yang masih hidup; Kriteria dapat disesuaikan dengankondisi di daerah].

Pasal 6

(1) Pemerintah Daerah mengakui dan menghormati Masyarakat [NAMA UMUMDARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] dan hak tradisionalnya.

(2) Pemerintah Daerah melindungi dan memenuhi hak tradisional dan haklainnya dari Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

Pasal 7

(1) Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]berkedudukan sebagai subjek hukum.

(2) Lembaga adat mewakili Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKATHUKUM ADAT] di dalam maupun di luar pengadilan.

Pasal 8

(1) Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] terdiri dari[SEBUTKAN BILA ADA HIERARKI ATAU PEMBAGIAN KLASIFIKASI DI DALAMMASYARAKAT]:

a. …

b. …

c. …

(2) Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMORLAMPIRAN] yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini [HAL INIDICANTUMKAN BILA DIANGGAP PERLU].

Pasal 9

(1) Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] dapatditetapkan sebagai Desa Adat.

(2) Pengaturan mengenai Desa Adat dan Penetapan Masyarakat [NAMA UMUMDARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] sebagai Desa Adat diatur dengan

Page 113: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

104

Peraturan Daerah.

BAB IV

WILAYAH ADAT

Pasal 10

(1) Pemerintah Daerah mengakui wilayah adat Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT] yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Peraturan Daerah ini mendelegasikan kewenangan kepada Bupati untukmenetapkan letak, luas dan batas wilayah adat sebagaimana dimaksud padaayat (1) dalam bentuk Keputusan Bupati.

(3) Wilayah adat Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]terdiri dari [SEBUTKAN JENIS-JENIS PEMBAGIAN WILAYAH ADAT]:

a. …

b. …

c. …

(4) Wilayah adat memiliki batas-batas wilayah tertentu baik batas alam danbatas dengan komunitas lain.

BAB V

HAK MASYARAKAT [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]

Pasal 11

(1) Pemerintah Daerah mengakui, menghormati, melindungi, dan memenuhihak-hak Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]

(2) Hak-hak Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]tersebut pada ayat (1) meliputi:

a. Hak ulayat

b. Hak perorangan warga Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKATHUKUM ADAT] atas tanah dan sumber daya alam

c. Hak memperoleh pembagian manfaat dari sumber daya genetik danpengetahuan tradisional oleh pihak luar

Page 114: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

105

d. Hak atas pembangunan

e. Hak atas spiritualitas dan kebudayaan

f. Hak atas lingkungan hidup

g. Hak untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus

h. Hak untuk mendapatkan layanan kesehatan

i. Hak untuk mendapatkan layanan administrasi kependudukan

j. Hak untuk mengurus diri sendiri

k. Hak untuk menjalankan hukum dan peradilan adat

l. Hak-hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

BAB VI

LEMBAGA ADAT

Pasal 12

(1) Pemerintah Daerah mengakui, melindungi dan memberdayakan lembagaadat yang sudah ada secara turun temurun pada [SEBUTKAN NAMA UMUMMASYARAKAT HUKUM ADAT] menurut hukum adat setempat.

(2) Lembaga adat tersebut pada ayat (1) berkedudukan sebagai pelaksanakewenangan masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]untuk:

a. Mengurus dan mengatur penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatanwilayah adat dan harta kekayaan Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT].

b. Melaksanakan hukum dan peradilan adat.

c. Mewakili Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]dalam melakukan hubungan hukum dengan pihak luar.

(3) Struktur lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantumdalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yang tidak terpisahkan dariPeraturan Daerah ini [BILA DIPERLUKAN BISA DICANTUMKAN STRUKTURLEMBAGA ADAT].

BAB VII

Page 115: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

106

HUKUM ADAT

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah mengakui keberadaan hukum adat yang tumbuh danberkembang dalam Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT].

(2) Pelaksanaan hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemperhatikan prinsip keadilan sosial, kesetaraan gender, hak asasimanusia dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB VIII

TATA CARA PENETAPAN WILAYAH ADAT

Pasal 14

Penetapan wilayah adat Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT] dilakukan melalui:

a. Identifikasi;

b. Verifikasi; dan

c. Penetapan.

Pasal 15

(1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dilakukan olehMasyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] atau olehBupati melalui Camat atau yang disebut dengan nama lain.

(2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap aspek:

a. Sejarah penguasaan wilayah adat;

b. Pembagian ruang di dalam wilayah adat;

c. Batas wilayah adat; dan

d. Aturan mengenai pengelolaan dan perlindungan wilayah adat.

(3) Penyusunan laporan hasil identifikasi yang dilakukan oleh Masyarakat[NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dapat dibantu oleh lembaga swadaya masyarakat atauperguruan tinggi.

(4) Tata cara identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat

Page 116: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

107

(3), tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yang tidakterpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 16

(1) Hasil identifikasi terhadap wilayah adat dilengkapi dengan peta wilayah adatyang memenuhi kaidah kartografis.

(2) Dalam hal peta wilayah adat yang dilakukan atas prakarsa masyarakatsebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) belum memenuhi kaidahkartografis, Camat memfasilitasi agar wilayah adat dapat dipetakan olehSKPD terkait.

(3) Tata cara pemetaan wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yang tidakterpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 17

(1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dan Pasal 16 dilengkapidengan persetujuan tertulis dari komunitas yang berbatasan denganwilayah adat Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]yang akan ditetapkan.

(2) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukandalam bentuk:

a. Surat;

b. Pembubuhan tanda tangan pada laporan hasil identifikasi; atau

c. Bentuk persetujuan tertulis lain.

Pasal 18

(1) Camat melakukan pencatatan hasil identifikasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 15 ayat (1) ke dalam Daftar Inventarisasi Wilayah Adat.

(2) Pencatatan laporan hasil identifikasi disertai dengan permohonanpenetapan wilayah adat oleh Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKATHUKUM ADAT]

(3) Hasil identifikasi yang telah dilakukan pencatatan yang disertai degan suratpermohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikanoleh Camat kepada Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat.

Page 117: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

108

Pasal 19

(1) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat melakukan verifikasiterhadap hasil identifikasi wilayah adat.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentukverifikasi dokumen dan verifikasi lapangan.

(3) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat menyampaikan hasilverifikasi kepada Pemohon.

(4) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat mengumumkan hasilverifikasi selama 60 hari dengan cara:

a. Menyampaikan kepada komunitas yang berbatasan; dan

b. Menempelkan di kantor camat, kantor desa, rumah ibadah dan tempatlainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.

(5) Tata cara verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),dan ayat (4), tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN]yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 20

(1) Komunitas yang berbatasan atau pihak lain yang kepentingannya dirugikandengan pengukuhan wilayah adat dapat mengajukan keberatan kepadaPanitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat.

(2) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat memfasilitasi penyelesaiankeberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 40 hari.

(3) Tata cara penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yangtidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 21

(1) Dalam hal penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20tidak berhasil, Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat menyatakanpenyelesaian keberatan gagal.

(2) Dalam hal penyelesaian keberatan gagal sebagaimana dimaksud pada ayat(1), proses penetapan dihentikan.

(3) Panitia menyampaikan surat pemberitahuan penghentian penetapanwilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Pemohon.

Page 118: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

109

Pasal 22

(1) Dalam hal penyelesaian keberatan gagal sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 ayat (1), Pemohon dan pihak yang mengajukan keberatan dapatmelanjutkan penyelesaian keberatan dengan bantuan pihak ketiga.

(2) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat melanjutkan prosespenetapan wilayah adat setelah penyelesaian sebagaimana dimaksud padaayat (1) berhasil.

Pasal 23

(1) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat menyampaikanrekomendasi kepada Bupati berdasarkan hasil verifikasi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19.

(2) Bupati melakukan penetapan wilayah adat berdasarkan rekomendasi PanitiaInventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat dengan Keputusan Bupati.

(3) Bupati menyerahkan peta wilayah adat kepada Kepala Kantor Pertanahanuntuk dituangkan dalam peta dasar pendaftaran tanah denganmencantumkan suatu tanda kartografi yang sesuai.

Pasal 24

(1) Pemerintah Daerah harus menempatkan wilayah adat sebagai kawasanperdesaan atau kawasan strategis sosial budaya dalam Peraturan Daerahmengenai Perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

(2) Penetapan wilayah adat sebagai kawasan perdesaan atau kawasan strategissosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan denganpersetujuan dari Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT].

BAB IX

PANITIA INVENTARISASI DAN VERIFIKASI WILAYAH ADAT

Pasal 25

Bupati membentuk Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat yangbertugas:

a. melakukan inventarisasi dan verifikasi hasil pemetaan wilayah adat;

b. memfasilitasi pemetaan wilayah adat untuk dilakukan oleh SKPD terkait;

c. memfasilitasi penyelesaian sengketa yang muncul dalam rangka

Page 119: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

110

penetapan wilayah adat; dan

d. memberikan rekomendasi penetapan wilayah adat kepada Bupati.

Pasal 26

(1) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat terdiri dari:

a. Tokoh masyarakat hukum adat;

b. Akademisi dengan latar belakang ilmu hukum, sejarah, dan antropologi;

c. Lembaga Swadaya Masyarakat yang berpengalaman melakukanpemetaan wilayah adat; dan

d. SKPD yang tugasnya berkaitan dengan wilayah adat.

(2) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat berjumlah 9 (sembilan)orang dengan struktur yang ditetapkan oleh Bupati.

(3) Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat dibentuk untuk masa tugas2 (dua) tahun dan dapat dibentuk kembali oleh Bupati.

BAB X

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT]

Pasal 27

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan dukungan fasilitas,sarana dan prasarana serta pendanaan melalui SKPD yang tugasnya terkaitdengan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa dalammelaksanakan pengakuan dan penghormatan terhadap keberadaan danhak Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan pusat informasi dankepustakaan tentang Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKATHUKUM ADAT], lembaga adat, norma-norma adat dan informasi lain yangterkait dengan masyarakat adat melalui SKPD yang tugasnya terkaitdengan pendidikan dan kebudayaan.

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah harus melibatkan Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT], termasuk perempuan, dalam pembentukankebijakan dan perencanaan program pembangunan yang akan

Page 120: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

111

dilaksanakan di wilayah adat.

(2) Pelibatan Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikaninformasi, melakukan konsultasi dan memperoleh persetujuan suka-rela dariMasyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(3) Pemerintah Daerah harus melakukan pencegahan terhadap setiap tindakanyang langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilangnya keutuhan dankeberagaman Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]dan kerusakan wilayah adat.

(4) Pemerintah Daerah harus mencegah setiap bentuk pemindahan Masyarakat[NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] yang berakibat padaterlanggar atau terkuranginya hak-hak Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT].

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah harus memberikan pemberdayaan dan pendampinganhukum kepada Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT] dalam rangka melakukan perlindungan terhadap hak-hak Masyarakat[NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(2) Dalam menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, organisasibantuan hukum dan/atau organisasi masyarakat lain yang memilikikapasitas melakukan pemberdayaan hukum.

(3) Pemerintah Daerah memberikan pendampingan pada Masyarakat [NAMAUMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] yang akan memperoleh kembaliwilayah adatnya dari penguasaan pihak luar.

(4) Pemerintah Daerah harus memfasilitasi dilakukannya inventarisasi,internalisasi, dan revitalisasi hukum adat agar sejalan dengan prinsipkeadilan sosial, kesetaraan gender, hak asasi manusia dan kelestarianlingkungan hidup.

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pendidikan layanankhusus dengan mempertimbangkan kekhasan budaya dan menggunakanbahasa Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(2) Pemerintah Daerah harus menyelengarakan program pelayanan kesehatankhusus yang dapat diakses dengan mudah oleh Masyarakat [NAMA UMUM

Page 121: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

112

DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(3) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pelayananadministrasi kependudukan yang dapat diakses dengan mudah olehMasyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(4) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pengembanganperbekalan kesehatan sesuai dengan kelestarian lingkungan hidup dansosial budaya Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(5) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pelestarian,perlindungan, dan pengembangan pengetahuan tradisional Masyarakat[NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

BAB XI

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 31

(1) Pemerintah Daerah menghormati dan mengakui peradilan adat untukmenyelesaikan sengketa antar-warga Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT] yang terjadi di dalam wilayah adat.

(2) Pemerintah Daerah membantu penyelesaian sengketa antar-Masyarakat[NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] melalui mediasi.

(3) Dalam hal penyelesaian sengketa dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidakberhasil sengketa diselesaikan melalui peradilan umum.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN

Pasal 32

(1) Setiap orang luar yang melakukan kegiatan mengganggu, merusak danmenggunakan wilayah adat tanpa persetujuan dari Masyarakat [NAMAUMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] diancam pidana kurunganpaling lama 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp 50.000.000,00(lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Page 122: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

113

Pasal 33

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerahdiberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikantindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 32.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainyapenyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undangNomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 34

Hak milik atas tanah yang terdapat di dalam wilayah adat sebelum PeraturanDaerah ini berlaku, tetap dilindungi berdasarkan hukum adat dan peraturanperundang-undangan.

Pasal 35

(1) Izin atau hak atas tanah dan air yang berjangka waktu yang terdapat didalam wilayah adat yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku,dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa izin atau hak tersebut.

(2) Dalam hal jangka waktu berlakunya izin atau hak sebagaimana dimaksudpada ayat (1) berakhir, maka Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKATHUKUM ADAT] memperoleh kembali penguasaannya atas wilayah adattersebut.

(3) Izin atau hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau ulangberdasarkan tuntutan yang mendesak dari Masyarakat [NAMA UMUM DARIMASYARAKAT HUKUM ADAT] apabila telah terjadi pelanggaran terhadaphak-hak Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT].

(4) Pemerintah Daerah memberikan pendampingan hukum kepada Masyarakat[NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] dalam melakukanpeninjauan ulang terhadap izin atau hak atas tanah dan air yang melanggarhak-hak Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUM ADAT]sebagai dimaksud pada ayat (3).

(5) Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi kepada Masyarakat [NAMA UMUMDARI MASYARAKAT HUKUM ADAT] untuk menghormati izin atau hak

Page 123: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

114

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 36

(1) Dalam hal sebagian atau seluruh wilayah adat telah ditunjuk atau ditetapkanoleh pemerintah sebagai kawasan hutan, maka wilayah adat tersebut dapatditetapkan sebagai hutan adat.

(2) Dalam hal wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telahdifungsikan oleh Masyarakat [NAMA UMUM DARI MASYARAKAT HUKUMADAT] sebagai pemukiman, fasilitas umum atau fasilitas sosial, maka wilayahadat tersebut dikeluarkan dari kawasan hutan.

Pasal 37

Bupati membentuk Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adat palinglambat enam bulan setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran DaerahKabupaten [NAMA KABUPATEN].

Ditetapkan di [IBU KOTA KABUPATEN]

pada tanggal [TANGGAL, BULAN,TAHUN PENETAPAN]

BUPATI [NAMA KABUPATEN],

tanda tangan

[NAMA BUPATI]

Page 124: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

115

Diundangkan di [IBU KOTA KABUPATEN]

pada tanggal [TANGGAL, BULAN, TAHUN PENGUNDANGAN]

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN [NAMA KABUPATEN],

tanda tangan

[NAMA SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN [NAMA KABUPATEN] TAHUN [TAHUNLEMBARAN DAERAH] NOMOR [NOMOR LEMBARAN DAERAH].

Page 125: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

116

Page 126: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

117

LAMPIRAN 2

Contoh Keputusan Bupati tentang Penetapan Wilayah Adat

KEPUTUSAN BUPATI [NAMA KABUPATEN]

NOMOR:

LAMPIRAN:

TENTANG

PENETAPAN WILAYAH ADAT MASYARAKAT HUKUM ADAT

[SEBUTKAN NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT]

BUPATI [NAMA KABUPATEN],

Menimbang : a. bahwa pengakuan dan penghormatan MasyarakatHukum Adat dan hak tradisionalnya merupakanamanat dari Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa berdasarkan hasil identifikasi dan vertifikasi,Panitia Inventarisasi dan Verifikasi Wilayah Adatmemberikan rekomendasi untuk menetapkanwilayah adat Masyarakat [NAMA MASYARAKATHUKUM ADAT] yang telah memenuhi kriteriauntuk ditetapkan sebagai wilayah adat;

c. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten[NAMA KABUPATEN] Nomor [NOMOR PERDA]Tahun [TAHUN PERDA] tentang [JUDUL PERDA

LAMBANG

NEGARA

Page 127: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

118

YANG MENDELEGASIKAN KEPUTUSAN BUPATI]menentukan bahwa penetapan wilayah adatditetapkan dengan Keputusan Bupati; dan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, huruf b,dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Bupatitentang Penetapan Wilayah Adat [NAMAMASYARAKAT HUKUM ADAT];

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor104, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentangPengesahan Konvensi Mengenai PenghapusanSegala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984Nomor 29; Tambahan Lembaran Negara 3277);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1990 Nomor 49; TambahanLembaran Negara 3419);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan United Nations Convention onBiological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990Nomor 41; Tambahan Lembaran Negara 3556);

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 TentangHak Asasi Manusia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 165; TambahanLembaran Negara 3886);

6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 167, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3888)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Page 128: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

119

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 29) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4412);

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 32; TambahanLembaran Negara Nomor 4377);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4674)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5475);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Nomor 4725);

11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentangPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor4379) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang PerubahanAtas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara

Page 129: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

120

Nomor 5490);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara 5059);

13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara 5063);

14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentangCagar Budaya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 130, TambahanLembaran Negara 5168);

15. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentangInformasi Geospasial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 49; TambahanLembaran Negara Nomor 5214);

16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentangPenanganan Konflik Sosial (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 116;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5315);

17. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentangPengesahan Nagoya Protocol on Access to GeneticResources and The Fair and Equitable Sharing ofBenefits Arising from Their Utilization to TheConvention on Biological Diversity (Protokol Nagoyatentang Akses pada Sumber Daya Genetik danPembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbangyang Timbul dari Pemanfaatannya atas KonvensiKeanekaragaman Hayati) (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2013 Nomor 73,Tambahan Lembaran Negara 5412);

18. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentangPencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 130; Tambahan Lembaran Negara Nomor5432);

Page 130: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

121

19. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentangDesa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 7; Tambahan Lembaran NegaraNomor 5495);

20. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 244; TambahanLembaran Negara Nomor 5587);

21. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentangPerkebunan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 308; Tambahan LembaranNegara Nomor 5613);

22. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG] Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG]tentang Pembentukan [NAMA PROVINSI](Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor[NOMOR LEMBARAN NEGARA], TambahanLembaran Negara Nomor [NOMOR TAMBAHANLEMBARAN NEGARA]);

23. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG] Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG]tentang Pembentukan [NAMA KABUPATEN](Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor[NOMOR LEMBARAN NEGARA], TambahanLembaran Negara Nomor [NOMOR TAMBAHANLEMBARAN NEGARA]);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997tentang Pendaftaran Tanah;

25. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004tentang Perencanaan Kehutanan;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

27. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BadanPertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentangPedoman Penyelesaian Permasalahan TanahUlayat Masyarakat Hukum Adat;

Page 131: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

122

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun2014 tentang Pedoman Pengakuan danPerlindungan Masyarakat Hukum Adat;

29. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, MenteriKehutanan, Menteri Pekerjaaan Umum dan KepalaBadan Pertanahan Nasional Nomor 79 Tahun 2014,Nomor PB.3/Menhut-II/2014, Nomor 17/PRT/M/2014, Nomor 8/SKB/X/2014 tentang Tata CaraPenyelesaian Penguasaan Tanah yang berada didalam Kawasan Hutan;

30. Peraturan Daerah Nomor (SEBUTKAN PERATURANDAERAH YANG MENDELEGASIKAN KEWENANGAN);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

KESATU : Menetapkan wilayah adat seluas (SEBUTKAN LUASAN) yangberada di Kecamatan (SEBUTKAN NAMA-NAMAKECAMATAN) sebagai wilayah adat Masyarakat (SEBUTKANNAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT)

KEDUA : Wilayah adat Masyarakat [SEBUTKAN NAMA MASYARAKATHUKUM ADAT] memiliki batas-batas:

I. Batas Alam

A. Utara

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

B. Timur

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

Atau sebutkan batas alam lain

C. Selatan

Page 132: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

123

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

D. Barat

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

II. Batas Administratif

A. Utara

Desa [NAMA DESA]

B. Timur

Desa [NAMA DESA]

C. Selatan

Desa [NAMA DESA]

D. Barat

Desa [NAMA DESA]

KETIGA : Peta wilayah adat [NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT]sebagaimana terlampir merupakan satu kesatuan yangtidak terpisah dengan Keputusan ini.

KEEMPAT : Pengelolaan wilayah adat diselenggarakan berdasarkanhukum adat Masyarakat [NAMA MASYARAKAT HUKUMADAT] dengan memperhatikan prinsip keadilan sosial,kesetaraan gender, hak asasi manusia dan kelestarianlingkungan hidup.

KELIMA : Lembaga adat, berdasarkan hasil musyawarah denganwarga Masyarakat Hukum Adat, mewakili Masyarakat[NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT] dalam melakukanhubungan hukum dengan pihak luar berkaitan denganpemanfaatan dan perlindungan wilayah adat.

KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Page 133: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

124

Ditetapkan di [IBUKOTA KABUPATEN]

pada tanggal .............................

BUPATI,

[NAMA BUPATI]

Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:

1. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta;

2. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia diJakarta;

3. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan NasionalRepublik Indonesia di Jakarta;

4. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiRepublik Indonesia di Jakarta;

5. Gubernur [NAMA PROVINSI] di [IBUKOTA PROVINSI];

6. Ketua DPRD Kabupaten [NAMA KABUPATEN];

7. Kepala SKPD dalam Kabupaten [NAMA KABUPATEN];

8. Yang bersangkutan.

Page 134: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

125

LAMPIRAN 3

Contoh Perda Pengaturan dan Penetapan Kesatuan Masyarakat Hukum Adatyang masih memerlukan verifikasi lebih lanjut dan kondisinya beragam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN [NAMA KABUPATEN]

NOMOR [NOMOR PERATURAN] TAHUN [TAHUN PENGUNDANGAN]

TENTANG

MASYARAKAT HUKUM ADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI [NAMA KABUPATEN],

Menimbang : a. bahwa pengakuan dan penghormatanMasyarakat Hukum Adat dan hak tradisionalnyamerupakan amanat dari Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa keberadaan Masyarakat Hukum Adat diKabupaten [NAMA KABUPATEN] masih ada danmenjadi bagian dari komponen masyarakat yangharus diakui dan dihormati keberadaannya olehnegara;

c. bahwa pengakuan dan penghormatan terhadapMasyarakat Hukum Adat dan hak tradisionalnyaberdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan dalam peraturan daerah;

d. bahwa berdasarkan Putusan MahkamahKonstitusi Perkara Nomor 35/PUU-X/2012

LAMBANG

DAERAH

Page 135: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

126

mengenai Pengujian Undang-Undang Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan, dalam rangkamenjamin adanya kepastian hukum yangberkeadilan terhadap Masyarakat Hukum Adatdan hak tradisionalnya dapat diatur dalamPeraturan Daerah; dan

e. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, hurufb, huruf c, dan huruf d perlu membentukPeraturan Daerah tentang Masyarakat HukumAdat;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6); Pasal 18B ayat (2), Pasal 28I ayat(3) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor104, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2043);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentangPengesahan Konvensi Mengenai PenghapusanSegala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1984 Nomor 29; Tambahan Lembaran Negara3277);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1990 Nomor 49; TambahanLembaran Negara 3419);

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan United Nations Convention onBiological Diversity (Konvensi PerserikatanBangsa-bangsa mengenai KeanekaragamanHayati) (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1990 Nomor 41; Tambahan LembaranNegara 3556);

Page 136: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

127

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 TentangHak Asasi Manusia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 165; TambahanLembaran Negara 3886);

7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 167, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor3888) sebagaimana telah diubah denganPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor29) yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor86, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4412);

8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

9. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 32; TambahanLembaran Negara Nomor 4377);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4674)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor232; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5475);

11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Page 137: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

128

Lembaran Negara Nomor 4725);

12. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentangPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulauKecil (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2007 Nomor 84, Tambahan LembaranNegara Nomor 4379) sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor 27 Tahun 2007 tentang PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 2,Tambahan Lembaran Negara Nomor 5490);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan LingkunganHidup (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara 5059);

14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 144, TambahanLembaran Negara 5063);

15. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentangCagar Budaya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 130, TambahanLembaran Negara 5168);

16. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentangInformasi Geospasial (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 49;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5214);

17. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentangPenanganan Konflik Sosial (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 116;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5315);

18. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentangPengesahan Nagoya Protocol on Access to GeneticResources and The Fair and Equitable Sharing ofBenefits Arising from Their Utilization to TheConvention on Biological Diversity (Protokol

Page 138: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

129

Nagoya tentang Akses pada Sumber DayaGenetik dan Pembagian Keuntungan yang Adildan Seimbang yang Timbul dariPemanfaatannya atas KonvensiKeanekaragaman Hayati) (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2013 Nomor 73,Tambahan Lembaran Negara 5412);

19. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentangPencegahan dan Pemberantasan PerusakanHutan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2013 Nomor 130; Tambahan LembaranNegara Nomor 5432);

20. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentangDesa (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 7; Tambahan LembaranNegara Nomor 5495);

21. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

22. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentangPerkebunan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 308; TambahanLembaran Negara Nomor 5613);

23. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG] Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG]tentang Pembentukan [NAMA PROVINSI](Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor[NOMOR LEMBARAN NEGARA], TambahanLembaran Negara Nomor [NOMOR TAMBAHANLEMBARAN NEGARA]);

24. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG] Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG]tentang Pembentukan [NAMA KABUPATEN](Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor[NOMOR LEMBARAN NEGARA], TambahanLembaran Negara Nomor [NOMOR TAMBAHANLEMBARAN NEGARA]);

Page 139: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

130

25. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997tentang Pendaftaran Tanah;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004tentang Perencanaan Kehutanan;

27. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

28. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BadanPertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999tentang Pedoman Penyelesaian PermasalahanTanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat;

29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52Tahun 2014 tentang Pedoman Pengakuan danPerlindungan Masyarakat Hukum Adat;

30. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri,Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaaan Umumdan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor79 Tahun 2014, Nomor PB.3/Menhut-II/2014,Nomor 17/PRT/M/2014, Nomor 8/SKB/X/2014tentang Tata Cara Penyelesaian PenguasaanTanah yang berada di dalam Kawasan Hutan;

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH [NAMA KABUPATEN]

dan

BUPATI KABUPATEN [NAMA KABUPATEN]

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG MASYARAKAT HUKUMADAT

Page 140: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

131

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pengukuhan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan olehPemerintah Daerah dalam melakukan penetapan untuk mengakui danmenghormati keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan wilayahadatnya.

2. Perlindungan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerahuntuk melindungi wilayah dan hak Masyarakat Hukum Adat darigangguan yang dilakukan oleh pihak lain.

3. Pemenuhan adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib diberikan olehPemerintah Daerah kepada Masyarakat Hukum Adat dalam rangkamenjamin terpenuhi hak tradisional dan hak lainnya berdasarkanperaturan perundang-undangan.

4. [Definisi Masyarakat Hukum Adat yang digunakan. Definisi inihendaknya dibuat sesuai dengan kondisi dari Masyarakat Hukum Adatyang ada dalam Kabupaten. Sebagai contoh adalah beberapa pilihanrumusan definisi di bawah ini:

Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok masyarakat yang secaraturun-temurun bermukim di wilayah geografis tertentu karenaadanya ikatan pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang kuatdengan lingkungan hidup, serta adanya sistem nilai yangmenentukan pranata ekonomi, politik, sosial, dan hukum; atau

Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang yang memilikiperasaan sebagai satu kelompok karena adanya nilai-nilai yangdirawat secara bersama-sama, memiliki lembaga adat yang tumbuhsecara tradisional, adanya ada harta kekayaan dan/atau benda-benda adat, ada norma hukum adat yang masih berlaku, dan adawilayah adat tertentu; atau

Masyarakat Hukum Adat adalah masyarakat hukum adatsebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan].

5. Hak ulayat atau disebut dengan nama lainnya adalah kewenangan yangmenurut hukum adat dipunyai oleh Masyarakat Hukum Adat tertentuatas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganyauntuk mengambil manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah,

Page 141: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

132

dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya,yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah, turun temurundan tidak terputus antara Masyarakat Hukum Adat tersebut denganwilayah yang bersangkutan.

6. Hak tradisional adalah hak yang melekat dengan keberadaanMasyarakat Hukum Adat.

7. Wilayah adat yang dipersamakan dengan wilayah hak ulayat atau yangdisebut dengan nama lainnya adalah ruang kehidupan yang menjaditempat keberadaan Masyarakat Hukum Adat yang terdiri dari tanah, airdan sumber daya alam yang terdapat di atasnya, yang penguasaan,pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan menurut hukum adat.

8. Tanah adat adalah bidang tanah yang terdapat pada wilayah adat yangjenis dan pengaturannya ditentukan berdasarkan hukum adat.

9. Hutan adat adalah hutan yang berada di dalam wilayah MasyarakatHukum Adat.

10. Hukum adat adalah seperangkat norma yang hidup dan berlaku untukmengatur hubungan manusia dengan alam dan hubungan antar-manusia yang bersumber pada nilai budaya Masyarakat Hukum Adatyang diwariskan secara turun temurun yang senantiasa ditaati dandihormati untuk keadilan dan ketertiban masyarakat dan mempunyaiakibat hukum.

11. Lembaga adat adalah pranata pemerintahan adat yangmenyelenggarakan fungsi adat istiadat yang tumbuh dan berkembangsecara tradisional.

12. Peta wilayah adat adalah peta tematik dengan skala 1:50.000 yang berisiinformasi mengenai batas luar wilayah adat.

13. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten [NAMA KABUPATEN].

14. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalahperangkat daerah yang bertanggungjawab atas pelaksanaan urusanpemerintahan di daerah.

15. Panitia Masyarakat Hukum Adat adalah panitia yang dibentuk denganKeputusan Bupati untuk melakukan verifikasi terhadap hasil identifikasiMasyarakat Hukum Adat, penyelesaian keberatan, dan memberikanrekomendasi kepada Bupati untuk menetapkan Masyarakat HukumAdat.

16. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkunganpemerintah Kabupaten [NAMA KABUPATEN] yang pengangkatannya

Page 142: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

133

ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II

ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2

Asas

Pengaturan masyarakat hukum adat dan hak tradisionalnya berasaskan:

a. Pengakuan;

b. Bhinneka tunggal ika;

c. Keadilan sosial;

d. Kepastian hukum;

e. Kesetaraan dan non-diskriminasi;

f. Keberlanjutan lingkungan;

g. Partisipasi; dan

h. Transparansi.

Pasal 3

Tujuan

Tujuan pengaturan Masyarakat Hukum Adat dan hak tradisionalnya adalah:

a. Mengakui dan menghormati keberadaan Masyarakat Hukum Adat danhak tradisionalnya;

b. Memberikan kepastian hukum mengenai keberadaan, wilayah dan hak-hak Masyarakat Hukum Adat;

c. Melindungi hak dan memperkuat akses Masyarakat Hukum Adatterhadap tanah dan kekayaan alam;

d. Mewujudkan perlindungan terhadap perempuan, anak-anak dankelompok rentan lainnya di dalam Masyarakat Hukum Adat;

e. Mewujudkan kebijakan pembangunan daerah yang mengakui,menghormati, melindungi dan memenuhi hak tradisional dan haklainnya dari Masyarakat Hukum Adat; dan

f. Mewujudkan penyelesaian sengketa yang berbasis Masyarakat Hukum

Page 143: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

134

Adat.

Pasal 4

Ruang lingkup

Ruang lingkup Peraturan Daerah ini mencakup pengukuhan Masyarakat HukumAdat dan wilayah adat, pengakuan lembaga adat, hukum adat, pemberdayaanmasyarakat hukum adat, serta perlindungan hak tradisional dan hak lainnya.

BAB III

KEBERADAAN DAN KEDUDUKAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pasal 5

(1) Pemerintah Daerah mengakui dan menghormati Masyarakat Hukum Adatdan hak tradisionalnya.

(2) Pemerintah Daerah melindungi dan memenuhi hak tradisional dan haklainnya dari masyarakat hukum adat.

(3) Pemerintah Daerah melakukan pengukuhan terhadap Masyarakat HukumAdat dan hak tradisionalnya.

Pasal 69

Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 adalahmasyarakat yang terbentuk atas dasar genealogis, territorial, maupun fungsionaldan memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Masyarakat dengan ikatan kesejarahan yang sama dan warganya memilikiperasaan bersama dalam kelompok;

b. Memiliki wilayah tertentu;

c. Memiliki lembaga adat; dan

d. Memiliki perangkat norma hukum adat.

Pasal 7

(1) Masyarakat Hukum Adat berkedudukan sebagai subyek hukum.

(2) Lembaga adat mewakili Masyarakat Hukum Adat di dalam maupun di luar

9 Dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah.

Page 144: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

135

pengadilan.

Pasal 8

(1) Masyarakat Hukum Adat yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapatditetapkan sebagai Desa Adat.

(2) Pengaturan mengenai Desa Adat dan penetapan Masyarakat Hukum Adatsebagai Desa Adat diatur dengan Peraturan Daerah.

BAB IV

WILAYAH ADAT

Pasal 9

(1) Wilayah adat memiliki batas tertentu baik batas alam maupun batas dengankomunitas lain.

(2) Batas yang lebih rinci mengenai wilayah adat dipetakan atas prakarsaMasyarakat Hukum Adat atau oleh SKPD terkait bersama-sama denganMasyarakat Hukum Adat.

(3) Dalam hal wilayah adat berbatasan dengan komunitas lain, maka hasilpemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkanpersetujuan dari komunitas yang berbatasan dengan wilayah adat yangakan ditetapkan.

(4) Dalam hal peta wilayah adat yang dilakukan atas prakarsa masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (2) belum memenuhi kaidah kartografis,Camat memfasilitasi agar wilayah adat bisa dipetakan oleh SKPD terkait.

(5) Tata cara pemetaan wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yang tidakterpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 10

(1) Penetapan wilayah adat dilakukan sebagai bagian dari pengukuhanMasyarakat Hukum Adat.

(2) Hasil pemetaan wilayah adat dijadikan sebagai lampiran dalam KeputusanBupati mengenai penetapan Masyarakat Hukum Adat.

(3) Bupati menyerahkan peta wilayah adat kepada Kepala Kantor Pertanahanuntuk dituangkan dalam peta dasar pendaftaran tanah dengan

Page 145: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

136

mencantumkan suatu tanda kartografi yang sesuai.

Pasal 11

(1) Pemerintah Daerah harus menempatkan wilayah adat sebagai kawasanperdesaan atau kawasan strategis sosial budaya dalam perubahanPeraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

(2) Penetapan wilayah adat sebagai kawasan perdesaan atau kawasan strategissosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan denganpersetujuan dari Masyarakat Hukum Adat.

BAB V

HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pasal 12

(1) Pemerintah Daerah mengakui, menghormati, melindungi, dan memenuhihak tradisional dan hak lainnya dari Masyarakat Hukum Adat.

(2) Hak masyarakat hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Hak ulayat;

b. Hak perorangan warga Masyarakat Hukum Adat atas tanah dansumber daya alam;

c. Hak memperoleh pembagian manfaat dari sumber daya genetik danpengetahuan tradisional oleh pihak luar;

d. Hak atas pembangunan;

e. Hak atas spiritualitas dan kebudayaan;

f. Hak atas lingkungan hidup;

g. Hak untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus;

h. Hak untuk mendapatkan layanan kesehatan;

i. Hak untuk mendapatkan layanan administrasi kependudukan;

j. Hak untuk mengurus diri sendiri;

k. Hak untuk menjalankan hukum dan peradilan adat; dan

l. Hak-hak lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

Page 146: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

137

BAB VI

LEMBAGA ADAT

Pasal 13

(1) Pemerintah Daerah mengakui, menghormati, dan memberdayakan lembagaadat yang sudah ada secara turun temurun pada Masyarakat Hukum Adat.

(2) Lembaga adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan sebagaipelaksana kewenangan Masyarakat Hukum Adat untuk:

a. Mengurus dan mengatur penguasaan, pengelolaan dan pemanfaatanwilayah adat;

b. Melaksanakan hukum dan peradilan adat; dan

c. Mewakili Masyarakat Hukum Adat dalam melakukan hubungan hukumdengan pihak luar.

BAB VII

HUKUM ADAT

Pasal 14

(1) Pemerintah Daerah mengakui keberadaan hukum adat yang tumbuh danberkembang dalam Masyarakat Hukum Adat.

(2) Pelaksanaan hukum adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harusmemperhatikan prinsip keadilan sosial, kesetaraan gender, hak asasimanusia dan pengelolaan lingkungan hidup yang lestari.

BAB VIII

PENGUKUHAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pasal 15

Pengukuhan Masyarakat Hukum Adat dilakukan melalui:

a. Identifikasi;

Page 147: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

138

b. Verifikasi; dan

c. Penetapan.

Pasal 16

(1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a dilakukan olehMasyarakat Hukum Adat atau oleh Bupati melalui Camat atau yang disebutdengan nama lain.

(2) Identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap aspek:

a. ikatan sosial;

b. kesejarahan;

c. wilayah adat;

d. hukum adat; dan

e. kelembagaan adat.

(3) Penyusunan laporan hasil identifikasi yang dilakukan oleh MasyarakatHukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu olehlembaga swadaya masyarakat atau perguruan tinggi.

(4) Tata cara identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat(3), tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yang tidakterpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 17

(1) Identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilengkapi denganpersetujuan tertulis dari komunitas yang berbatasan dengan MasyarakatHukum Adat yang akan dikukuhkan.

(2) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukandalam bentuk:

a. Surat;

b. Pembubuhan tanda tangan pada laporan hasil identifikasi; atau

c. Bentuk persetujuan tertulis lain

Pasal 18

(1) Camat melakukan pencatatan hasil identifikasi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 16 ayat (1) ke dalam Daftar Identifikasi Masyarakat HukumAdat.

(2) Pencatatan laporan hasil identifikasi disertai dengan permohonan

Page 148: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

139

pengukuhan Masyarakat Hukum Adat.

(3) Hasil identifikasi yang telah dilakukan pencatatan yang disertai degan suratpermohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)disampaikan oleh Camat kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 19

(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat melakukan verifikasi terhadap hasilidentifikasi Masyarakat Hukum Adat.

(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentukverifikasi dokumen dan verifikasi lapangan.

(3) Panitia Masyarakat Hukum Adat menyampaikan hasil verifikasi kepadaPemohon.

(4) Panitia Masyarakat Hukum Adat mengumumkan hasil verifikasi selama 60hari dengan cara:

a. Menyampaikan kepada komunitas yang berbatasan; dan

b. Menempelkan di kantor camat, kantor desa, rumah ibadah dan tempatlainnya yang mudah diakses oleh masyarakat.

(5) Tata cara verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3),dan ayat (4), tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN]yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 20

(1) Komunitas yang berbatasan atau pihak lain yang kepentingannya dirugikandengan pengukuhan Masyarakat Hukum adat dapat mengajukankeberatan kepada Panitia Masyarakat Hukum Adat.

(2) Panitia Masyarakat Hukum Adat memfasilitasi penyelesaian keberatansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam waktu 40 hari.

(3) Tata cara penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) danayat (2) tercantum dalam Lampiran [SEBUTKAN NOMOR LAMPIRAN] yangtidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 21

(1) Dalam hal penyelesaian keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20tidak berhasil, Panitia Masyarakat Hukum Adat menyatakan penyelesaiankeberatan gagal.

(2) Dalam hal penyelesaian keberatan gagal sebagaimana dimaksud pada ayat

Page 149: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

140

(1), proses pengukuhan Masyarakat Hukum Adat dihentikan.

(3) Panitia menyampaikan surat pemberitahuan penghentian pengukuhanMasyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepadaPemohon.

Pasal 22

(1) Dalam hal penyelesaian keberatan gagal sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 ayat (1), Pemohon dan pihak yang mengajukan keberatan dapatmelanjutkan penyelesaian keberatan dengan bantuan pihak ketiga.

(2) Panitia melanjutkan proses pengukuhan Masyarakat Hukum Adat setelahpenyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhasil.

Pasal 23

(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat menyampaikan rekomendasi kepadaBupati berdasarkan hasil verifikasi.

(2) Bupati melakukan penetapan Masyarakat Hukum Adat berdasarkanrekomendasi Panitia Masyarakat Hukum Adat dengan Keputusan Bupati.

(3) Kewenangan Bupati untuk menetapkan Masyarakat Hukum Adatsebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pendelegasiankewenangan yang diberikan oleh Peraturan Daerah ini.

BAB IX

PANITIA MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pasal 24

Bupati membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat yang bertugas:

a. Melakukan verifikasi laporan hasil identifikasi masyarakat hukum adat;

b. Memfasilitasi penyelesaian sengketa yang muncul dalam rangkapengukuhan masyarakat hukum adat; dan

c. Memberikan rekomendasi penetapan masyarakat hukum adat.

Pasal 25

(1) Panitia Masyarakat Hukum Adat terdiri dari:

a. Tokoh masyarakat hukum adat

b. Akademisi dengan latar belakang ilmu hukum, sejarah, dan antropologi.

Page 150: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

141

c. Lembaga Swadaya Masyarakat yang berpengalaman melakukanpendampingan masyarakat hukum adat atau pemetaan wilayah adat

d. SKPD yang tugasnya berkaitan dengan masyarakat hukum adat

(2) Panitia Masyarakat Hukum Adat berjumlah 9 (sembilan) orang denganstruktur yang ditetapkan oleh Bupati.

(3) Panitia Masyarakat Hukum Adat dibentuk untuk masa tugas 2 (dua) tahundan dapat dibentuk kembali oleh Bupati.

(4) Bupati membentuk Panitia Masyarakat Hukum Adat paling lambat enambulan setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan.

BAB X

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Pasal 26

(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan dukungan fasilitas,sarana dan prasarana serta pendanaan melalui SKPD yang tugasnya terkaitdengan pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa dalammelaksanakan pengakuan dan penghormatan terhadap Masyarakat HukumAdat dan hak tradisionalnya.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan pusat informasi dankepustakaan tentang Masyarakat Hukum Adat, lembaga adat, norma-norma adat dan informasi lain yang terkait dengan Masyarakat Hukum Adatmelalui SKPD yang tugasnya terkait dengan pendidikan dan kebudayaan.

Pasal 27

(1) Pemerintah Daerah harus melibatkan Masyarakat Hukum Adat, termasukperempuan, dalam pembentukan kebijakan dan perencanaan programpembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah adat.

(2) Pelibatan Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan memberikan informasi, melakukan konsultasi danmemperoleh persetujuan suka-rela dari Masyarakat Hukum Adat.

(3) Pemerintah Daerah harus melakukan pencegahan terhadap setiap tindakanyang langsung atau tidak langsung mengakibatkan hilangnya keutuhandan keberagaman Masyarakat Hukum Adat dan kerusakan wilayah adat.

(4) Pemerintah Daerah harus mencegah setiap bentuk pemindahanMasyarakat Hukum Adat yang berakibat pada terlanggar atau

Page 151: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

142

terkuranginya hak-hak Masyarakat Hukum Adat.

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah harus memberikan pemberdayaan dan pendampinganhukum kepada Masyarakat Hukum Adat dalam rangka melakukanperlindungan terhadap hak-hak Masyarakat Hukum Adat.

(2) Dalam menjalankan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi, organisasibantuan hukum dan/atau organisasi masyarakat lain yang memilikikapasitas melakukan pemberdayaan hukum.

(3) Pemerintah Daerah memberikan pendampingan pada Masyarakat HukumAdat yang akan memperoleh kembali wilayah adatnya dari penguasaanpihak luar.

(4) Pemerintah Daerah harus memfasilitasi dilakukannya inventarisasi,internalisasi, dan revitalisasi hukum adat agar sejalan dengan prinsipkeadilan sosial, kesetaraan gender, hak asasi manusia dan kelestarianlingkungan hidup.

Pasal 29

(1) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pendidikan layanankhusus dengan mempertimbangkan kekhasan budaya dan menggunakanbahasa Masyarakat Hukum Adat.

(2) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pelayanan kesehatankhusus yang dapat diakses dengan mudah oleh Masyarakat Hukum Adat.

(3) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pelayananadministrasi kependudukan yang dapat diakses dengan mudah olehMasyarakat Hukum Adat.

(4) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pengembanganperbekalan kesehatan sesuai dengan kelestarian lingkungan hidup dansosial budaya Masyarakat Hukum Adat.

(5) Pemerintah Daerah harus menyelenggarakan program pelestarian,perlindungan, dan pengembangan pengetahuan tradisional MasyarakatHukum Adat.

Page 152: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

143

BAB XI

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah menghormati dan mengakui mekanisme penyelesaiansengketa Masyarakat Hukum Adat menurut hukum adat setempat.

(2) Pemerintah Daerah memfasilitasi penyelesaian sengketa yang terjadi antar-Masyarakat Hukum Adat.

(3) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upayapenyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakantidak berhasil oleh lembaga adat.

(4) Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upayapenyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakantidak berhasil oleh Pemerintah Daerah.

BAB XII

KETENTUAN PIDANA DAN PENYIDIKAN

Pasal 31

(1) Setiap orang luar yang melakukan kegiatan mengganggu, merusak danmenggunakan wilayah adat tanpa persetujuan dari masyarakat hukum adatdiancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan denda palingbanyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

Pasal 32

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerahdiberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikantindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 31.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainyapenyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada PenuntutUmum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undangNomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Page 153: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

144

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 33

Hak milik atas tanah yang terdapat di dalam wilayah adat sebelum PeraturanDaerah ini berlaku, tetap dilindungi berdasarkan hukum adat dan peraturanperundang-undangan.

Pasal 34

(1) Izin atau hak atas tanah yang berjangka waktu yang terdapat di dalamwilayah adat yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku,dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa izin atau hak atas tanahtersebut.

(2) Dalam hal jangka waktu berlakunya izin atau hak atas tanah sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berakhir, maka Masyarakat Hukum Adatmemperoleh kembali penguasaannya atas tanah tersebut.

(3) Pemberi izin atau pemberi hak dapat memperpanjang izin atau hak atastanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah mendapatkanpersetujuan dari masyarakat hukum adat.

(4) Izin atau hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjauulang berdasarkan tuntutan yang mendesak dari kesatuan masyarakathukum adat apabila telah terjadi pelanggaran terhadap hak masyarakathukum adat.

Pasal 35

(1) Dalam hal sebagian atau seluruh wilayah adat telah ditunjuk atau ditetapkanoleh pemerintah sebagai kawasan hutan, maka wilayah tersebut ditetapkansebagai hutan adat.

(2) Dalam hal wilayah adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telahdifungsikan oleh kesatuan masyarakat hukum adat sebagai pemukiman,fasilitas umum atau fasilitas sosial, maka wilayah tersebut dikeluarkan darikawasan hutan.

Page 154: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

145

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran DaerahKabupaten [NAMA KABUPATEN].

Ditetapkan di [NAMA IBU KOTA KABUPATEN]

pada tanggal [TANGGAL, BULAN, TAHUNPENGESAHAN]

BUPATI [NAMA KABUPATEN],

Tanda tangan

[NAMA BUPATI]

Diundangkan di [NAMA IBU KOTA KABUPATEN]

pada tanggal [TANGGAL, BULAN, TAHUN PENGUNDANGAN]

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN [NAMA KABUPATEN],

Tanda tangan

[NAMA SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN [NAMA KABUPATEN] TAHUN [TAHUNLEMBARAN DAERAH] NOMOR [NOMOR LEMBARAN DAERAH].

Page 155: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

146

Page 156: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

147

LAMPIRAN 4

Contoh Keputusan Bupati untuk Pengukuhan Masyarakat Hukum Adatberserta dengan wilayah adatnya

KEPUTUSAN BUPATI [NAMA KABUPATEN]

NOMOR:

LAMPIRAN:

TENTANG

PENGUKUHAN MASYARAKAT [SEBUTKAN NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT]SEBAGAI KESATUAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

BUPATI [NAMA KABUPATEN],

Menimbang : a. bahwa pengakuan dan penghormatanMasyarakat Hukum Adat dan hak tradisionalnyamerupakan amanat dari Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. bahwa Panitia Masyarakat Hukum Adat telahmelakukan verifikasi dan memberikanrekomendasi untuk pengukuhan keberadaanKesatuan Masyarakat Hukum Adat [NAMAMASYARAKAT HUKUM ADAT] yang telahmemenuhi kriteria untuk dikukuhkan sebagaiKesatuan Masyarakat Hukum Adat serta masihmemegang teguh tradisi dan nilai-nilai adat

LAMBANG

NEGARA

Page 157: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

148

istiadat;

c. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten[NAMA KABUPATEN] Nomor [NOMOR PERDA]Tahun [TAHUN PERDA] tentang [JUDUL PERDAYANG MENDELEGASIKAN KEPUTUSAN BUPATI]menentukan bahwa pengukuhan KesatuanMasyarakat Hukum Adat ditetapkan denganKeputusan Bupati; dan

d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, hurufb, dan huruf c, perlu menetapkan KeputusanBupati tentang Pengukuhan Kesatuan MasyarakatHukum Adat [NAMA MASYARAKAT HUKUMADAT];

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentangPeraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor104, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 2043);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentangPengesahan Konvensi Mengenai PenghapusanSegala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1984 Nomor 29; Tambahan Lembaran Negara3277);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1990 Nomor 49; TambahanLembaran Negara 3419);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentangPengesahan United Nations Convention onBiological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1990 Nomor 41; Tambahan Lembaran Negara3556);

Page 158: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

149

5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 TentangHak Asasi Manusia (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 165; TambahanLembaran Negara 3886);

6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1999 Nomor 167, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3888)sebagaimana telah diubah dengan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 29) yang telah ditetapkandengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4412);

7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

8. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 32; TambahanLembaran Negara Nomor 4377);

9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124;Tambahan Lembaran Negara Nomor 4674)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5475);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 68, TambahanLembaran Negara Nomor 4725);

Page 159: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

150

11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentangPengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4379) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 27Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisirdan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 2, TambahanLembaran Negara Nomor 5490);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara5059);

13. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara 5063);

14. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentangCagar Budaya (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 130, TambahanLembaran Negara 5168);

15. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentangInformasi Geospasial (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 49; TambahanLembaran Negara Nomor 5214);

16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentangPenanganan Konflik Sosial (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 116;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5315);

17. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentangPengesahan Nagoya Protocol on Access to GeneticResources and The Fair and Equitable Sharing ofBenefits Arising from Their Utilization to TheConvention on Biological Diversity (ProtokolNagoya tentang Akses pada Sumber Daya

Page 160: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

151

Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adildan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannyaatas Konvensi Keanekaragaman Hayati)(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2013 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara5412);

18. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentangPencegahan dan Pemberantasan PerusakanHutan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2013 Nomor 130; Tambahan LembaranNegara Nomor 5432);

19. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentangDesa (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 7; Tambahan LembaranNegara Nomor 5495);

20. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244;Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

21. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentangPerkebunan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2014 Nomor 308; TambahanLembaran Negara Nomor 5613);

22. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG] Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG]tentang Pembentukan [NAMA PROVINSI](Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor[NOMOR LEMBARAN NEGARA], TambahanLembaran Negara Nomor [NOMOR TAMBAHANLEMBARAN NEGARA]);

23. Undang-undang Nomor [NOMOR UNDANG-UNDANG] Tahun [TAHUN UNDANG-UNDANG]tentang Pembentukan [NAMA KABUPATEN](Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor[NOMOR LEMBARAN NEGARA], TambahanLembaran Negara Nomor [NOMOR TAMBAHANLEMBARAN NEGARA]);

Page 161: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

152

24. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997tentang Pendaftaran Tanah;

25. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004tentang Perencanaan Kehutanan;

26. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

27. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BadanPertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999tentang Pedoman Penyelesaian PermasalahanTanah Ulayat Masyarakat Hukum Adat;

28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun2014 tentang Pedoman Pengakuan danPerlindungan Masyarakat Hukum Adat;

29. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri,Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaaan Umumdan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 79Tahun 2014, Nomor PB.3/Menhut-II/2014, Nomor17/PRT/M/2014, Nomor 8/SKB/X/2014 tentangTata Cara Penyelesaian Penguasaan Tanah yangberada di dalam Kawasan Hutan;

30. Peraturan Daerah Nomor (SEBUTKAN PERATURANDAERAH YANG MENDELEGASIKANKEWENANGAN);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

KESATU : Menetapkan Masyarakat [NAMA MASYARAKAT HUKUMADAT] sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat.

KEDUA : Kesatuan Masyarakat Hukum Adat [NAMA MASYARAKATHUKUM ADAT] memiliki wilayah adat dengan batas-batas:

I. Batas Alam

A. Utara

Page 162: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

153

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

B. Timur

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

C. SelatanSungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

D. Barat

Sungai [NAMA SUNGAI]

Bukit [NAMA BUKIT]

atau sebutkan batas alam lain

II. Batas Administratif

A. Utara

Desa [NAMA DESA]

B. Timur

Desa [NAMA DESA]

C. Selatan

Desa [NAMA DESA]

D. Barat

Desa [NAMA DESA]

KETIGA : Peta wilayah adat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat[NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT] sebagaimanaterlampir merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahdengan Keputusan ini.

KEEMPAT : Pengelolaan wilayah adat dan penyelesaian sengketayang terjadi antar-warga masyarakat diselenggarakanberdasarkan hukum adat Kesatuan Masyarakat Hukum

Page 163: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas

154

Adat [NAMA MASYARAKAT HUKUM ADAT] denganmemperhatikan prinsip keadilan sosial, kesetaraan gender,hak asasi manusia dan kelestarian lingkungan hidup.

KELIMA : Lembaga adat, berdasarkan hasil musyawarah denganwarga Masyarakat Hukum Adat, mewakili KesatuanMasyarakat Hukum Adat [NAMA MASYARAKAT HUKUMADAT] dalam melakukan hubungan hukum dengan pihakluar.

KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di [IBUKOTA KABUPATEN]

pada tanggal .............................

BUPATI,

[NAMA BUPATI]

Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.:

1. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta;

2. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia diJakarta;

3. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan NasionalRepublik Indonesia di Jakarta;

4. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan TransmigrasiRepublik Indonesia di Jakarta;

5. Gubernur [NAMA PROVINSI] di [IBUKOTA PROVINSI];

6. Ketua DPRD Kabupaten [NAMA KABUPATEN];

7. Kepala SKPD dalam Kabupaten [NAMA KABUPATEN];

8. Yang bersangkutan.

Page 164: Buku Panduan Perda Epistema 151215-edit Andiepistema.or.id/download/Adat_di_tangan_pemerintah_daerah-Edisi... · Daerah meyakini bahwa kawasan hutan itu adalah kawasan yang bebas