buku paikem - rahayu - muhibin -2009

88
0 Bahan Pelatihan PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) Oleh : Dr. Muhibbin Syah, M.Ed. Dr. Hj. Rahayu Kariadinata, M.Pd. PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU(PLPG)

Upload: leonard-agustinus

Post on 14-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

hebat

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

0

Bahan Pelatihan

PEMBELAJARAN AKTIF, INOVATIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM)

Oleh :

Dr. Muhibbin Syah, M.Ed.Dr. Hj. Rahayu Kariadinata, M.Pd.

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU(PLPG)

RAYON FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2009

Page 2: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

1

1. KONSEP DASAR PAIKEM

1.1 Pengertian PAIKEM

PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran

Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Selanjutnya, PAIKEM dapat didefinisikan sebagai:

pendekatan mengajar (approach to teaching) yang

digunakan bersama metode tertentu dan pelbagai media

pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian

rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan. Dengan demikian, para siswa

merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan

keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga

memungkinkan siwa melakukan kegiatan yang beragam

untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan

keterampilannya sendiri dalam arti tidak semata-mata

“disuapi” guru. Di antara metode-metode mengajar yang

amat mungkin digunakan untuk mengimple- mentasikan

PAIKEM, ialah: 1) metode ceramah plus, 2) metode diskusi;

3) metode demonstrasi; 4) metode role-play; dan 5) metode

simulasi.

1.2 Peralihan yang mendasari PAIKEM

PAIKEM dikembangkan berdasarkan beberapa

perubahan/peralihan:

Page 3: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

2

a. Peralihan dari belajar perorangan (individual learning)

ke belajar bersama (cooperative learning);

(individual learning) (cooperative learning)

b. Peralihan dari belajar dengan cara menghafal (rote

learning) ke belajar untuk memahami (learning for

understanding);

c. Peralihan dari teori pemindahan pengetahuan

(knowledge-transmitted) ke bentuk interaktif,

keterampilan proses dan pemecahan masalah;

d. Peralihan paradigma dari guru mengajar ke siswa

belajar;

e. Beralihnya bentuk evaluasi tradisional ke bentuk

authentic assessment seperti portofolio, proyek,

laporan siswa, atau penampilan siswa (Shadiq dalam

Setiawan, 2004)

Dasar peralihan tersebut di atas sesuai dengan PP No.

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal

19, ayat (1) yang berbunyi:

Page 4: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

3

“ Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpar- tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

1.3 Karakteristik PAIKEM

a. Berpusat pada siswa (student-centered );

Suasana Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Depdiknas, 2005)

Berpusat pada siswa :o Guru sebagai fasilitator, bukan

penceramah;o Fokus pembelajaran pada siswa

bukan pada guru;o Siswa belajar secara aktif;o Siswa mengontrol proses

belajar dan menghasilkan karyanya sendiri, tidak hanya mengutip dari guru.

Page 5: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

4

b. Belajar yang menyenangkan (joyfull

learning);

c. Belajar yang berorientasi pada tercapainya

kemampuan tertentu (competency-based

learning);

d. Belajar secara tuntas (mastery learning);

e. Belajar secara berkesinambungan

(continuous learning);

f. Belajar sesuai dengan ke-kini-an dan ke-

disini-an (contextual learning).

Sementara itu, pembelajaran saat ini masih lebih

cenderung berpusat pada guru.

Suasana pembelajaran yang berpusat pada guru

(Depdiknas, 2005)

Page 6: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

5

1.4. Arti Penting PAIKEM

Mengapa pendekatan PAIKEM perlu diterapkan?

Sekurang-kurangnya ada dua alasan perlunya pendekatan

PAIKEM diterapkan di sekolah/madrasah kita, yakni:

a) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru

sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama

ini kita lebih banyak mengenal pendekatan

pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif

(monologis), sementara para siswanya pasif,

sehingga pembelajaran menjemukan, tidak menarik,

tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang

menakutkan siswa.

b) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat

kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara

secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam

proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik

juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan

Berpusat pada guru :o Pengajaran bersifat tradisional

dan siswa pasif;o Penyampaian melalui ceramah

tanpa modifikasi;o Guru menentukan secara

mutlak materi yang ia ajarkan dan cara siswa mendapatkan informasi mengenai materi yang mereka pelajari.

Page 7: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

6

sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat

bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat

meningkat.

PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang

menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan

gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang

telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun

makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme

yang berorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah

dan langsung juga menjadi landasan PAIKEM, sehingga

dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif

sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar

mereka.

2. HAL-HAL PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN PAIKEM

Dalam melaksanakan PAIKEM, guru perlu memper-

hatikan beberapa hal sebagai berikut:

2.1. Memahami sifat yang dimiliki siswa

Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin

tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini.

Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya

sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan

pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar

menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua

Page 8: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

7

potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang

diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang

disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan

agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan

pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi

siswa.

2.2 Memahami perkembangan kecerdasan siswa

Menurut Jean Piaget dalam Syah (2008: 29-

33), perkembangan kecerdasan akal/perkembangan

kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap,

yakni: Sensory-motor (Sensori-motor/0-2 tahun) Pre-

operational (Pra-operasional / 2-7 tahun) Concrete-

operational (Konkret-operasional / 7-11tahun) Formal-

operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas).

Selama kurun waktu pendidikan dasar dan

menengah, siswa mengalami tahap Concrete-

operational dan Formal-operational.

Dalam periode konkret-operasional yang

berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak

memeroleh tambahan kemampuan yang disebut

system of operations (satuan langkah berpikir).

Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah

bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan

Page 9: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

8

idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem

pemikirannya sendiri.

Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif

tahap Formal-operational seorang remaja telah

memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara

serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan

kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis;

2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.

Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan

dasar), seorang remaja akan mampu berpikir

hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya

dalam hal pemecahan masalah dengan

menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan

lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan

kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak,

remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-

materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid,

ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya

dengan luas dan mendalam.

Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar

telah memiliki kedewasaan berpikir, dapat

dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran

hipotesisnya sewaktu mendengar pernyataan

seorang kawannya, seperti: "Kemarin seorang

penggali peninggalan purbakala menemukan

Page 10: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

9

kerangka manusia berkepala domba dan berkaki

empat yang telah berusia sejuta tahun". Apa yang

salah dalam pernyataan ini? Remaja pelajar tadi,

setelah berpikir sejenak dengan serta-merta

berkomentar: "Omong kosong!" Ungkapan "omong

kosong" ini merupakan hasil berpikir hipotetis remaja

pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia

berkepala domba dan berkaki empat betapapun

tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali

benda purbakala itu (Syah, 2008: 33).

2.3 Mengenal siswa secara perorangan

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang

bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam

PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus

tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam

kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama,

melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya.

Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan

untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor

sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia

mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga

belajar siswa tersebut menjadi optimal.

2.4 Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar

Page 11: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

10

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami

bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain.

Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian

belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,

siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok.

Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas

dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk

seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan

bertukar pikiran. Namun demikian, siswa perlu juga

menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat

individunya berkembang.

2.5 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan

masalah karena dalam belajar sesungguhnya kita

menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk

menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif

pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari

rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri

anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah

mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan

tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan

memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat

analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-kata

Page 12: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

11

”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi

jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata

yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”.

2.6 Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik

Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat

disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya

dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil

pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa

untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi

siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja

perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat

berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi,

karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan

pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik,

dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena

dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.

2. 7 Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan

sumber yang sarat dengan bahan belajar siswa. Lingkungan

dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian

(sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber

belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar.

Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus

di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang

Page 13: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

12

kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan

lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan

seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat,

merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,

membuat tulisan, dan membuat gambar / diagram.

2.8 Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar

Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi

interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik (feedback)

dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk

interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya

lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan

siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus

secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya

diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru

harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan

memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan

dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi

pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

2.9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental

Banyak guru yang cepat merasa puas saat

menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak, apalagi

Page 14: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

13

jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk

berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti

ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya,

karena aktif secara mental (mentally active) lebih berarti

daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya,

mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan

gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat

berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan

tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan,

dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru

hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut,

baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu

sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan

dengan prinsip PAIKEM.

3. PENJABARAN PAIKEM

3.1. Pembelajaran Aktif

Secara harfiah active artinya: ”in the habit of doing

things, energetic” (Hornby, 1994:12), artinya terbiasa berbuat

segala hal dengan menggunakan segala daya.

Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang

memerlukan keaktifan semua siswa dan guru secara fisik,

mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif

bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan

Page 15: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

14

yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga

belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun

pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong

untuk bertanggung jawab terhaap proses belajarnya sendiri.

Dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

tentang sunnatullah atas alam semesta misalnya, siswa

dapat melakukan pengamatan tentang fenomena alam.

Siswa mengamati matahari bersinar di siang hari dan

berjalan pada porosnya, terbit di ufuk timur dan terbenam di

ufuk barat, bulan bersinar di malam hari dan beredar pada

porosnya. Siswa mengamati bintang-bintang berkelip di

malam hari dengan jarak yang sangat jauh dari bumi. Siswa

mengamati adanya laki-laki dan perempuan, adanya siang

dan malam, dan adanya panas dan dingin. Semua ini

merupakan sunnatullah. Dengan adanya sunnatullah,

manusia akan dapat mendorong dirinya untuk melakukan

penelitian terhadap benda-benda ciptaan Allah. Sehingga

secara fisik semua indera aktif terlibat, berpikir,

menganalisis, dan menyimpulkan bahwa semua benda dan

fenomena itu terjadi karena kehendak Allah SWT.

Menurut Taslimuharrom (2008) sebuah proses

belajar dikatakan aktif (active learning) apabila mengandung:

1) Keterlekatan pada tugas (Commitment)

Dalam hal ini, materi, metode, dan strategi pembelajaran

hendaknya bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai

Page 16: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

15

dengan kebutuhan siswa (relevant), dan bersifat/memiliki

keterkaitan dengan kepentingan pribadi (personal);

2) Tanggung jawab (Responsibility)

Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan

wewenang kepada siswa untuk berpikir kritis secara

bertanggung jawab, sedangkan guru lebih banyak

mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta

memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk

mengambil keputusan sendiri.

3) Motivasi (Motivation)

Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan

motivasi intrinsic siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan

keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang

dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Dalam

perspektif psikologi kognitif, motivasi yang lebih signifikan

bagi siswa adalah motivasi intrinsik (bukan ekstrinsik)

karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung

pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan

mencapai prestasi dan memiliki pengetahuan dan

keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi

pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng diban-

dingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan

keharusan dari orangtua dan guru. Motivasi belajar siswa

akan meningkat apabila ditunjang oleh pendekatan yang

lebih berpusat pada siswa (student centered learning).

Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan

Page 17: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

16

dan memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya

menyuapi murid, juga tidak seperti orang yang

menuangkan air ke dalam ember.

Alhasil, di satu sisi guru aktif:

memberikan umpan balik;

mengajukan pertanyaan yang menantang; dan

mendiskusikan gagasan siswa.

Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal:

bertanya / meminta penjelasan;

mengemukakan gagasan; dan

mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya

sendiri.

3.2 Pembelajaran Inovatif

McLeod (1989:520) mengartikan inovasi

sebagai: “something newly introduced such as

method or device”. Berdasarkan takrif ini, segala

aspek (metode, bahan, perangkat dan sebagainya)

dipandang baru atau bersifat inovatif apabila metode

dan sebagainya itu berbeda atau belum dilaksanakan

oleh seorang guru meskipun semua itu bukan barang

baru bagi guru lain.

Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan fungsi

otak kiri dan kanan apabila dilakukan dengan cara meng-

Page 18: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

17

integrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis

teknologi baru/maju ke dalam proses pembelajaran tersebut.

Sehingga, terjadi proses renovasi mental, di antaranya

membangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan bahan

pelajaran, software multimedia, dan microsoft power point

merupakan salah satu alternatif.

Pelajaran bahasa Inggris di sekolah dan

madrasah misalnya, tidak perlu memakai materi asli

yang cenderung sekuler. Bahasa Inggris untuk MTs

bisa dikembangkan sendiri, misalnya dengan

menggunakan wacana-wacana ke-Islam-an tentang

salat, puasa, zakat/sedekah, dan pergi haji.

Penggunaan wacana-wacana khas ini tidak berarti

harus mengabaikan wacana-wacana umum yang

lazim misalnya tentang interpersonal interaction,

tentang daily life dan tentang hospitality.

Namun, wacana-wacana umum itu disajikan

secara inovatif dalam arti menggunakan metode dan

bahan serta kosa kata yang berbeda dan dapat

dipandang Islami. Ketika menjelaskan struktur

kalimat the simple present tense yang menceritakan

kegiatan sehari-hari/kebiasaan misalnya, seorang

guru bahasa Inggris bisa menggunakan contoh

kalimat: “I do the Jumah prayer in the grand mosque

every Friday” (Setiap hari Jumat saya salat Jumat di

Page 19: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

18

masjid agung) atau “Laila always helps her mother in

the kitchen after praying the maghrib” (Setelah salat

magrib, Laila selalu membantu ibunya di dapur), dan

sebagainya. Kalimat seperti ini tidak hanya Islami,

tetapi juga bersifat inovatif dan lebih bermanfaat

daripada kalimat yang bunyinya sekedar “Birds fly in

the sky” (Burung-burung terbang di angkasa) apalagi

kalimat yang berbunyi “John goes to the beach with

Jane every Sunday” (Setiap hari Ahad John pergi ke

pantai bersama Jane). Cobalah Anda pikirkan, apa

signifikansi kedua kalimat tadi? Tidak ada, karena

semua orang sudah tahu setiap burung kalau terbang

pasti di angkasa, dan kebiasaan John ke pantai

berduaan dengan Jane itu tidak Islami bahkan tidak

Indonesiani.

Membangun sebuah pembelajaran inovatif bisa

dilakukan dengan cara-cara yang di antaranya menampung

setiap karakteristik siswa dan mengukur kemampuan/daya

serap setiap siswa. Sebagian siswa ada yang

berkemampuan dalam menyerap ilmu dan keterampilan

dengan menggunakan daya visual (penglihatan) dan auditory

(pendengaran), sedang sebagian lainnya menyerap ilmu dan

keterampilan secara kinestetik (rangsangan/gerakan otot dan

raga). Dalam hal ini, penggunaan alat/perlengkapan (tools)

dan metode yang relevan dan alat bantu langsung dalam

Page 20: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

19

proses pembelajaran merupakan kebutuhan dalam memba-

ngun proses pembelajaran inovatif.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak inovatif dalam hal:

menggunakan bahan/materi baru yang bermanfaat

dan bermartabat;

menerapkan pelbagai pendekatan pembelajaran

dengan gaya baru;

memodifikasi pendekatan pembelajaran konvensional

menjadi pendekatan inovatif yang sesuai dengan

keadaan siswa, sekolah dan lingkungan;

melibatkan perangkat teknologi pembelajaran.

Di sisi lain, siswa pun bertindak inovatif dalam arti:

merngikuti pembelajaran inoavtif dengan aturan yang

berlaku;

berupaya mencari bahan/materi sendiri dari sumber-

sumber yang relevan;

menggunakan perangkat tekonologi maju dalam

proses belajar.

Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran yang

inovatif diperlukan adanya beraneka ragam strategi

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai bidang

studi. Adapun ragam strategi pembelajaran yang dapat

Page 21: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

20

diterapkan dalam pembelajaran inovatif (Sukestyarno : 2007)

meliputi:

1) Examples non-examples, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai

dengan tujuan pembelajaran;

b. Guru menempelkan gambar di papan atau

ditayangkan melalui power point;

c. Guru memberikan petunjuk dan peluang kepada

siswa untuk memperhatikan / menganalisis

gambar ;

d. Kelompok yang terdiri atas 2-3 siswa melakukan

diskusi dan analisis mengenai bagian yang

merupakan contoh dan bukan contoh, lalu

mencatat hasilnya;

e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan

hasil diskusinya;

f. Guru mengomentari dan memberi penjelasan

mengenai materi sesuai dengan sesuai tujuan

yang ingin dicapai;

g. Simpulan.

2) Numbered heads togetherNumbered heads together,, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

Page 22: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

21

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap

siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor;

b. Guru memberi tugas dan masing-masing

kelompok mengerjakannya;

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar

dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakannya/mengetahui jawabannya;

d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan

nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama

mereka;

e. Tanggapan dari teman yang lain ditampung,

kemudian guru menunjuk nomor yang lain;

f. Simpulan.

3) Cooperative script, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Guru membagi siswa ke dalam sejumlah pasangan;

b. Guru membagikan wacana/materi dan siswa

membaca dan membuat ringkasannya;

c. Guru dan siswa menetapkan siswa yang pertama

berperan sebagai pembicara dan siswa-siswa lain

yang berperan sebagai pendengar;

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap

mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam

ringkasannya.

Page 23: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

22

Sementara itu, para siswa pendengar: 1)

menyimak/mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok

yang kurang lengkap; 2) membantu mengingat /

menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan

materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

Bertukar peran, semula sebagai pembicara

ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya;

Simpulan dibuat oleh siswa bersama guru;

Penutup

4) Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Siswa dibagi ke dalam sejumlah kelompok, dan

setiap siswa anggota kelompok mendapat

nomor;

b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa

berdasarkan nomor terhadap tugas yang

berangkai misalnya: siswa No.1 bertugas

mencatat soal, siswa No. 2 mengerjakan soal,

dan siswa No. 3 melaporkan hasil pekerjaan

dan seterusnya;

c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama

antar-kelompok. Siswa disuruh keluar dari

kelompoknya dan bergabung bersama

beberapa siswa yang bernomor sama dari

kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa

Page 24: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

23

dengan tugas yang sama bisa saling

membantu atau mencocokkan hasil kerja sama

mereka;

d. Melaporkan hasil dan tanggapan dari

kelompok yang lain;

e. Simpulan.

5) Student teams-achievement divisions (STAD), dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri

atas 4-5 orang secara heterogen (campuran

menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll);

b. Guru menyajikan pelajaran;

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk

dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

Anggota yang sudah paham dapat menjelaskan

kepada anggota lainnya sampai semua anggota

dalam kelompok itu paham;

d. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada

seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis para

siswa tidak diperbolehkan saling membantu;

e. Memberi evaluasi;

f. Simpulan.

6) Jigsaw (Model Tim Ahli), dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

Page 25: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

24

a. Siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim yang

terdiri atas 4 siswa;

b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang

berbeda;

c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang

ditugaskan;

d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah

mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu

dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan subbab mereka;

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap

anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian

mengajar teman satu tim mereka tentang subbab

yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya

mendengarkan dengan sungguh-sungguh;

f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;

g. Guru memberi evaluasi;

h. Penutup.

7) Problem-based instructions7) Problem-based instructions (PBI), (PBI), dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai

dan menyebutkan sarana atau alat pendukung

yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat

dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih;

Page 26: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

25

b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhu-

bungan dengan masalah tersebut (menetapkan

topik, tugas, jadual, dll.) ;

c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masa-

lah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan

masalah ;

d. Guru membantu siswa dalam merencanakan

karya yang sesuai seperti laporan dan membantu

mereka berbagi tugas dengan temannya ;

e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

(TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan

khususnya dalam proses pembelajaran. Komunikasi sebagai

media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-

media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail,

dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan

melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan

menggunakan media-media tersebut.

Page 27: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

26

Guru dapat memberikan layanan tanpa harus

berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa

dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari

berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya

dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang

paling mutakhir adalah berkembangnya “cyber teaching”

atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang

dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang

makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model

pembelajaran dengan menggunakan media teknologi

komunikasi dan informasi khususnya internet.

Penggunaan komputer dalam pendidikan dapat

menggabungkan unsur inovasi, kreativitas dan hiburan,

menjadikan peserta didik memiliki rasa senang, tidak jenuh

menerima pelajaran dan memudahkan tenaga pendidik

dalam mempersiapkan materi pembelajaran. Apabila media

teknologi ini tersedia, maka dengan mudah siswa dapat

memfokuskan pengambilan keputusan, refleksi, penalaran,

dan problem solving. Hal ini akan mendorong daya pikir kritis

siswa dan berkeasi dengan bebas. Dengan memanfaatkan

kemajuan teknologi, proses belajar untuk menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi semakin cepat dan hemat waktu

dan prosesnya pun akan semakin individual sesuai dengan

kebutuhan setiap siswa tetapi sekaligus massal. (Centron,

dalam Supriadi, 2002:4)

Page 28: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

27

Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam dunia

pendidikan teknologi komputer dianggap sebagai revolusi

ketiga. Revolusi pertama ditandai dengan ditemukannya

teknologi pencetakan buku. Revolusi kedua ditandai dengan

munculnya konsep perpustakaan dan teknologi komputer

yang dikembangkan pada awal tahun 1950-an yang telah

memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan manusia

(Heinich, 1996)

Kemajuan teknologi komputer membawa perubahan

besar dalam dunia pendidikan, tatkala inovasi dalam

perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)

mulai tumbuh, dilakukan usaha-usaha untuk menerapkan

hasil-hasil inovasi teknologi tersebut dalam pendidikan

umumnya dan kegiatan pembelajaran khususnya yang

dikenal dengan pembelajaran dengan bantuan komputer

(Computer-Assited Learning / Instruction, disingkat CAL/CAI)

dimana belajar siswa tidak lagi hanya mengandalkan tatap

muka dengan guru, meskipun siapapun mengakui bahwa

bahwa peran guru dalam pendidikan tak tergantikan oleh

komputer (Supriadi, 2002 : 1 )

Alternatif CAI diimplementasikan dengan penggunaan

komputer secara langsung dengan siswa untuk

menyampaikan isi pelajaran, memberikan latihan dan

mengukur kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor

yang menggantikan guru di dalam kelas. Bentuk CAI

bermacam-macam bergantung pada kecakapan pendesain

Page 29: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

28

dan pengembang pembelajaran. Di antaranya ada yang

berbentuk permainan (games) untuk mengajarkan konsep-

konsep abstrak yang dikonkretkan dalam bentuk visual dan

audio yang dianimasikan.

Ditinjau dari tujuan kognitif, komputer dapat mengajar-

kan konsep-konsep aturan, prinsip, langkah-langkah, proses,

dan kalkulasi yang kompleks. Komputer juga dapat

menjelaskan konsep tersebut dengan dengan sederhana

dengan penggabungan visual dan audio yang dianimasikan.

Sehingga cocok untuk kegiatan pembelajaran mandiri.

Ditinjau dari tujuan psikomotor, melalui pembelajaran yang

dikemas dalam bentuk games dan simulasi sangat bagus

digunakan untuk menciptakan kondisi dunia kerja. Beberapa

contoh program antara lain; simulasi pendaratan pesawat,

simulasi perang dalam medan yang paling berat dan

sebagainya, dan tujuan afektif. Bila program didesain secara

tepat dengan memberikan potongan clip suara atau video

yang isinya menggugah perasaan, pembelajaran

sikap/afektif pun dapat dilakukan mengunakan media

komputer. Selain itu banyak keuntungan yang diperoleh,

karena komputer memiliki banyak keistimewaan diantaranya

(Dubin dan Clements dalam Munir, 2001:10) :

a. Adanya hubungan interaktif yang menyebabkan

terwujudnya hubungan antara rangsangan dengan

respons, juga dapat menumbuhkan inspirasi dan

meningkatkan minat;

Page 30: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

29

b. Terjadinya pengulangan. Komputer memberi fasilitas

bagi pengguna untuk mengulang bila diperlukan, juga

untuk memperkuat proses belajar dan memperbaiki

ingatan. Hal ini memerlukan kebebasan kreativitas

dari para siswa;

c. Umpan balik. Komputer membantu siswa memeroleh

umpan balik (feed back) terhadap pelajaran secara

leluasa dan dapat memacu motivasi siswa.

Proses pembelajaran yang berbasis teknologi

komputer multimedia atau perangkat elektronik (e-learning),

dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa model

sesuai dengan kemampuan sekolah dalam penyediaan

sarana perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

(software)

Menurut Nuruddin (Suhada,2003), terdapat beberapa

model pembelajaran yang dapat digunakan dengan

menggunakan e-learning, (dalam hal ini multimedia), yakni:

model selektif, model sequential, dan model laboratorium.

Berikut uraian rinci mengenal model-model tersebut.

1) Model Selektif

Apabila perangkat komputer yang tersedia di sekolah

sangat minim, model selektif menjadi alternatif bagi guru

untuk melaksanakan pembelajaran. Dengan menggunakan

komputer dan LCD, guru secara demonstratif menyampaikan

materi ajar yang telah dibuat dalam bentuk CD interaktif.

Page 31: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

30

Jika ada lebih dari satu komputer, siswa diberi

peluang untuk mendapatkan pengalaman “hand on”,

mengoperasikan sendiri, bahan ajar langsung diakses dan

ditampilkan dari CD interaktif, selain itu dapat melalui situs-

situs (web page) mata pelajaran, referensi lain seperti buku

atau bahan lain yang mendukung proses pembelajaran.

Gambaran model selektif tersaji pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Model Selektif

b) Model Sequential

Apabila perangkat komputer yang tersedia di sekolah

cukup banyak, namun belum memungkinkan seluruh siswa

menggunakan komputer yang ada, maka hal tersebut dapat

diatur untuk setiap dua atau tiga siswa dapat mengakses

komputernya masing-masing bahan ajar matematika yang

telah diinstal pada server.

Page 32: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

31

Dalam model ini para siswa secara bergantian

mendapat kesempatan menggunakan komputer untuk

mengeksplorasi informasi yang dilakukan secara berurutan.

Pembelajaran dilakukan secara berurutan (sequensial), yaitu

e-learning (multimedia), buku, tatap muka di kelas, diskusi

kelompok, diskusi kelas. Gambaran model sequential tersaji

pada Gambar 2 ini.

Gambar 2. Model Sequentialc) Model Laboratorium

Model pembelajaran laboratorium adalah model

pembelajaran e-learning yang paling ideal dimana setiap

siswa dapat menggunakan perangkat komputer untuk

mengakses materi ajar. Gambaran model laboartorium

tersaji pada Gambar 3 ini.

1. TAHAP PENYAJIAN MATERI

3. TAHAP PELAKSANAAN TES INDIVIDU

4. TAHAP PENGHARGAAN KELOMPOK

S T A D(Student Teams – Achievement Divisions)

1. TAHAP PENYAJIAN MATERI 2. TAHAP KEGIATAN KELOMPOK

Page 33: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

32

Gambar 3 . Model Laboratorium

Pengembangan pembelajaran berbasis teknologi

multimedia dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Guru membuat bahan ajar berkolaborasi dengan ahli

media, selanjutnya ahli media membuatnya dalam

bentuk CD pembelajaran interaktif.

b. Materi ajar tersebut selanjutnya di up-load pada

server, kemudian diakses oleh guru dan siswa. Dalam

materi tersebut tercantum referensi yang dapat

ditelusuri secara online.

c. Sistem pembelajaran ini dibangun dengan

kemungkinan selalu dapat diperbaharui serta

disesuaikan dengan kondisi sekolah.

3.3 Pembelajaran Kreatif

Kreatif (creative) berarti menggunakan hasil ciptaan /

kreasi baru atau yang berbeda dengan sebelumnya.

Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak

Page 34: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

33

sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum.

Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku,

namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif.

Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan

kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran

di kelas termasuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga

dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang

beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan

siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.

Alhasil, di satu sisi guru bertindak kreatif dalam arti:

mengembangkan kegiatan pembelajaran yang

beragam;

membuat alat bantu belajar yang berguna meskipun

sederhana;

Di sisi lain, siswa pun kreatif dalam hal:

merancang / membuat sesuatu;

menulis/mengarang.

3.4 Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif (effective /

berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal mencapai

kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu,

yang juga penting adalah banyaknya pengalaman dan hal

Page 35: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

34

baru yang “didapat“ siswa. Guru pun diharapkan memeroleh

“pengalaman baru” sebagai hasil interaksi dua arah dengan

siswanya.

Untuk mengetahui keefektifan sebuah proses

pembelajaran, maka pada setiap akhir pembelajaran perlu

dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dimaksud di sini bukan

sekedar tes untuk siswa, tetapi semacam refleksi,

perenungan yang dilakukan oleh guru dan siswa, serta

didukung oleh data catatan guru. Hal ini sejalan dengan

kebijakan penilian berbasis kelas atau penilaian authentic

yang lebih menekan- kan pada penilaian proses selain

penilaian hasil belajar (Warta MBS UNICEF : 2006)

Alhasil, di satu sisi guru menjadi pengajar yang

efektif, karena:

menguasai materi yang diajarkan;

mengajar dan mengarahkan dengan memberi contoh;

menghargai siswa dan memotivasi siswa;

memahami tujuan pembelajaran;

mengajarkan keterampilan pemecahan masalah;

menggunakan metode yang bervariasi;

mengembangkan pengetahuan pribadi dengan

banyak membaca;

mengajarkan cara mempelajari sesuatu;

melaksanakan penilian yang tepat dan benar.

Page 36: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

35

Di sisi lain, siswa menjadi pembelajar yang efektif

dalam arti:

menguasai pengetahuan dan keterampilan atau

kompetensi yang diperlukan;

mendapat pengalaman baru yang berharga.

3.5 Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu

dipahami secara luas, bukan hanya berarti selalu diselingi

dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang

meriah. Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembela-

jaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman,

aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung

unsur inner motivation, yaitu dorongan keingintahuan yang

disertai upaya mencari tahu sesuatu.

Selain itu pembelajaran perlu memberikan tantangan

kepada siswa untuk berpikir, mencoba dan belajar lebih

lanjut, penuh dengan percaya diri dan mandiri untuk

mengembangkan potensi diri secara optimal. Dengan

demikian, diharapkan kelak siswa menjadi manusia yang

berkarakter penuh percaya diri, menjadi dirinya sendiri dan

mempunyai kemampuan yang kompetitif (berdaya saing).

Adapun ciri-ciri pokok pembelajaran yang

menyenangkan, ialah:

adanya lingkungan yang rileks, menyenangkan,

tidak membuat tegang (stress), aman, menarik, dan

Page 37: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

36

tidak membuat siswa ragu melakukan sesuatu

meskipun keliru untuk mencapai keberhasilan yang

tinggi;

terjaminnya ketersediaan materi pelajaran dan

metode yang relevan;

terlibatnya semua indera dan aktivitas otak kiri

dan kanan;

adanya situasi belajar yang menantang

(challenging) bagi peserta didik untuk berpikir jauh ke

depan dan mengeksplorasi materi yang sedang

dipelajari;

adanya situasi belajar emosional yang positif

ketika para siswa belajar bersama, dan ketika ada

humor, dorongan semangat, waktu istirahat, dan

dukungan yang enthusiast.

Alhasil, dalam pembelajaran yang menyenangkan guru tidak

membuat siswa:

takut salah dan dihukum;

takut ditertawakan teman-teman;

takut dianggap sepele oleh guru atau teman.

Di sisi lain, pembelajaran yang menyenangkan dapat

membuat siswa:

berani bertanya;

berani mencoba/berbuat;

berani mengemukakan pendapat/gagasan;

berani mempertanyakan gagasan orang lain.

Page 38: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

37

4. CONTOH SITUASI PAIKEM

Berikut ini beberapa gambaran situasi PAIKEM.

Contoh ruang kelas yang menunjukkan ciri-ciri PAIKEM

4.1 Pada pembelajaran konvensional meja dan kursi

diatur menghadap ke papan tulis dan siswa duduk

berjajar, namun tidak demikian pada PAIKEM. Meja

dan kursi diatur sedemikian rupa sehingga dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja

dalam kelompok-kelompok.

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran PAIKEM

Page 39: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

38

4.2 Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang

mengembangkan pemahaman dan kemampuan

mereka dengan penekanan pada belajar dengan cara

berbuat (learning by doing).

Belajar dengan cara berbuat/melakukan sesuatu/ learning by doing (Depdiknas (2005)

4.3 Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai

cara menggunakan lingkungan sebagai sumber

belajar untuk membuat pembelajaran menarik dan

menyenangkan.

Page 40: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

39

Siswa menggunakan alat bantu dan lingkungan sebagai sumber belajar (Depdiknas, 2005)

4.4 Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku

dan bahan belajar yang menarik dan menyediakan

”pojok baca”.

Pajangan

hasil karya untuk menghargai siswa dan menarik minat baca (Depdiknas, 2005)

4.5 Guru menerapkan cara mengajar yang lebih

kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar

kelompok yang mengoptimalkan tanggung jawab

seluruh anggota kelompok dalam berpartisipasi dan

memberikan kontribusi positif.

Page 41: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

40

Kegiatan siswa bervariasi yakni: kerja kelompok, kerja berpasangan, kerja perorangan, dan kegiatan belajar di

kelas (Depdiknas, 2005)4.6 Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya

sendiri dalam pemecahan masalah dan untuk

mengungkapkan gagasannya, serta melibatkan

mereka dalam lingkungan sekolahnya.

Page 42: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

41

Guru mendorong siswa dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2005)

5. ALTERNATIF CARA PENERAPAN PAIKEM

Cara melaksanakan PAIKEM mencakup berbagai

kegiatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Pada

saat yang sama, kemampuan yang seyogianya dikuasai guru

untuk menciptakan keadaan sebaik-baiknya harus

ditunjukkan. Berikut ini disajikan tabel beberapa contoh

kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru yang

bersesuaian.

Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran

Guru merancang dan mengelolala kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk

Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran yang beragam, misalnya Percobaan

Page 43: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

42

berperan aktif dalam pembelajaran

Diskusi kelompok Memecahkan masalah Mencari informasi Menulis laporan/cerita/puisi Berkunjung ke luar kelas

Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam

Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya : Alat yang tersedia atau yang

dibuat sendiri Gambar Studi kasus Nara sumber Lingkungan

Guru memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilannya

Siswa : Melakukan percobaan,

pengamatan, atau wawancara Mengumpulkan data/jawaban dan

mengolahnya sendiri Menarik simpulan Memecahkan masalah, mencari

rumusan sendiri Menulis laporan/hasil karya lain

dengan kata-kata sendiriGuru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan

Melalui : Diskusi Lebih banyak pertanyaan

terbuka Hasil karya yang merupakan

pemikiran siswa sendiri

Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa sendiri

Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)

Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut

Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan

Guru mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari

Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri

Siswa menerapkan hal yang

Page 44: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

43

dipelajari dalam kegiatan sehari-hari

Menilai kegiatan pembelajaran dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus

Guru memantau kerja siswa Guru memberikan umpan balik

6. ALTERNATIF CONTOH DESAIN PAIKEM

6.1 Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam Topik : Bahaya Minuman Keras (Khamr)

Berikut ini akan diuraikan contoh rancangan (design)

pendekatan PAIKEM untuk proses pembelajaran tentang

bahaya minuman keras (khamr) dalam Pendidikan Agama

Islam dengan mengguunakan metode Ceramah Plus Role

Playing (bermain peran).

6.1.1 Metode dan Tahapan

Metode yang digunakan ialah metode ceramah

(teacher talk) yang dipadukan dengan metode bermain peran

(role-playing). Bermain peran pada prinsipnya dapat

berfungsi sebagai: 1) prosedur bimbingan dan penyuluhan

yang bersifat edukatif; 2) prosedur terapi kejiwaan dan

penyuluhan.

Pada prinsipnya, pendekatan PAIKEM dengan meng-

gunakan metode Ceramah Plus (+ bermain peran) merupa-

kan upaya pemecahan masalah khususnya yang bertalian

Page 45: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

44

dengan kehidupan sosial melalui peragaan tindakan. Proses

pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui tahapan-

tahapan:

1) identifikasi/pengenalan masalah;

2) uraian masalah;

3) pemeranan/peragaan tindakan; dan diakhiri dengan

4) diskusi dan evaluasi.

6.1.2 Langkah-langkah

Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam

melaksanakan metode bermain peran yang dipadukan

dengan metode ceramah. Langkah-langkah ini, menurut

Shatel & Shaftel dalam Syah (2008, 196-198), secara

ringkas sebagai berikut.

Pertama, memotivasi kelompok-kelompok siswa yakni

kelompok pemegang peran/pemain dan kelompok

penonton/pengamat. Dalam merangsang minat siswa

terhadap kegiatan bermain peran, guru perlu menawarkan

masalah yang baik. Masalah-masalah yang baik harus

memiliki kriteria sebagai berikut:

1) masalah-masalah itu aktual;

2) masalah itu berkaitan dengan kehidupan siswa;

3) masalah itu merangsang rasa ingin tahu (curiosity)

siswa;

Page 46: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

45

4) masalah itu bersifat problematik dan memungkinkan

terpakainya berbagai alternatif pemecahan.

Perhatikanlah uraian seorang guru agama mengenai

bahaya minuman keras yang telah menimbulkan kerusuhan

antar-remaja termasuk Badu, seorang pelajar SMA tempat

guru tersebut mengajar !. Dalam Syah (2008, 196)

diikisahkannya bahwa:

Badu pada mulanya adalah seorang anak yang baik dan rajin beribadah. Dulu ia tinggal bersama ibunya yang telah menjanda di sebuah rumah dekat mesjid. Setelah ibunya meninggal, ia diajak pindah ke rumah pamannya di kota, di sebuah lingkungan kumuh yang jauh dari mesjid. Anak-anak muda di sekitar lingkungan itu senang bergerombol di mulut-mulut gang sambil menenggak minuman keras dan berteriak-teriak. Sayang, Badu yang baik itu pun terpengaruh dan menyukai minuman keras pula, lalu bergabung bersama anak-anak berandal tetangganya itu. Kini Badu harus meringkuk dalam tahanan polisi karena telah melukai seseorang ketika dia mabuk dan terlibat dalam aksi tawuran antarkelompok remaja kota itu.

Setelah masalah bahaya minuman keras yang

mencelakakan Badu tadi diidentifikasi secara rinci,

selanjutnya guru menetapkan peran-peran tertentu yang

dapat dimainkan siswa. Dalam hal ini guru tak perlu terpaku

dengan kisah yang telah ia ceritakan. Artinya, bagian-

bagian masalah yang perlu diperankan oleh para siswa

bisa sama atau berbeda dari kisah tragis tadi. Namun

apapun dan bagaimanapun peran yang dimainkan oleh para

Page 47: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

46

siswa pada prinsipnya harus bermuara pada pencarian

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. “Mengapa minuman keras itu diharamkan?”

2. "Bagaimana sebaiknya Badu berbuat?"

3."Bagaimana sebaiknya saya berbuat?"

dan pertanyaan-pertanyaan lain yang relevan dan dapat

mendorong aktivitas berpikir siswa.

Kedua, memilih pemeran (pemegang peranan/aktor).

Pada tahap kedua ini, bersama-sama para siswa, guru

mendiskusikan gambaran karakter-karakter yang akan

diperankan. Seusai karakter-karakter ini disepakati, selanjut-

nya guru menawarkan peran-peran itu kepada siswa yang

layak. Dalam hal ini guru dapat juga menggunakan jasa satu

atau dua orang siswa yang dianggap cakap untuk memilih

siswa-siswa yang pantas menjadi aktor "X", aktor "Y", dan

seterusnya.

Ketiga, mempersiapkan pengamat. Dalam

melangsungkan model bermain peran diperlukan adanya

pengamat yang diambil dari kalangan siswa sendiri.

Pengamat ini sebaiknya terlibat dalam cerita yang

dimainkan. Agar seorang pengamat merasa terlibat, ia perlu

diberi penjelasan mengenai tugas-tugasnya. Tugas-tugas ini

meliputi:

1) menilai tingkat kecocokan peran yang dimainkan dengan

masalah yang sesungguhnya;

Page 48: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

47

2) menilai tingkat keefektifan perilaku yang ditunjukkan

pemeran;

3) menilai tingkat penghayatan pemeran terhadap tokoh

(peran yang dimainkan).

Keempat, mempersiapkan tahapan peranan. Dalam

bermain peran tidak diperlukan adanya dialog-dialog khusus

seperti dalam sinetron, sebab yang dibutuhkan para siswa

aktor itu adalah dorongan untuk berbicara dan bertindak

secara kreatif dan spontan. Walaupun begitu, garis besar

adegan yang akan dimainkan perlu disusun secara tertulis.

Selanjutnya, sebagai pendukung suksesnya permainan,

lokasi tempat bermain peran seperti ruang kelas, aula, atau

lapangan terbuka perlu dilengkapi dengan sarana-sarana

yang dibutuhkan oleh cerita yang hendak dimainkan.

Kelima, pemeranan. Setelah segala sesuatunya siap,

mulailah para aktor memainkan peran masing-masing secara

spontan sesuai dengan garis-garis besar dan tahapan-

tahapan yang telah ditentukan. Berapa lama sebuah role

playing harus dimainkan? Jawabannya bergantung pada

tingkat kompleksitas situasi masalah yang diperankan.

Keenam, diskusi dan evaluasi. Seusai semua peran

dimainkan, diskusi dan evaluasi perlu diadakan. Dalam hal

ini guru bersama para aktor dan pengamat hendaknya

melakukan pertukaran pikiran dalam rangka menilai bagian-

bagian peran tertentu yang belum dimainkan secara

sempurna.

Page 49: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

48

Ketujuh, pengulangan pemeranan. Dari diskusi dan

evaluasi tadi biasanya akan muncul gagasan baru mengenai

alternatif-alternatif lain pemeranan. Alternatif-alternatif ini

kemudian digunakan untuk memainkan lagi topik cerita

bermain peran secara lebih baik. Dalam pengulangan peran

dimungkinkan berubahnya sebuah karakter peran yang

berakibat berubahnya peran-peran lainnya. Kejadian seperti

ini bukan masalah, karena dalam kehidupan sehari-hari hal-

hal yang sama (perubahan itu) juga biasa terjadi di tengah-

tengah masyarakat.

Kedelapan, diskusi dan evaluasi ulang. Tahapan ini

dimaksudkan untuk mengkaji kembali hasil pemeranan ulang

pada langkah ketujuh tadi. Diskusi dan evaluasi pada tahap

ini berlangsung seperti diskusi dan evaluasi pada tahap

keenam. Namun, dari diskusi dan evaluasi ulangan ini

diharapkan akan muncul strategi-strategi pemecahan

masalah yang lebih inovatif dan kreatif. Dari diskusi dan

evaluasi ulangan ini juga diharapkan timbul kesepakatan

yang bulat mengenai strategi tertentu untuk memecahkan

masalah yang tertuang dalam permainan peran.

Kesembilan, membagi pengalaman dan menarik

generalisasi. Tahapan terakhir ini dilaksanakan untuk

menarik faidah pokok yang terkandung dalam bermain

peran, yakni membantu para siswa memeroleh pengalaman-

pengalaman baru yang berharga melalui aktivitas interaksi

dengan orang lain.

Page 50: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

49

Pada tahap ini siswa diharapkan saling

mengemukakan pengalaman hidupnya bersama orang lain,

umpamanya orangtua dan tetangga di sekitarnya. Mungkin

pengalaman-pengalaman yang beraneka ragam itu dalam

banyak segi tertentu terdapat kesamaan yang dapat diambil

sebagai standar generalisasi (pematokan prinsip yang

berlaku umum). Generalisasi, tentu tak harus menjadi

sesuatu yang berharga pasti, sebab hubungan antar

manusia juga tak dapat dirumuskan dalam formula yang 100

% pasti.

6.2 Mata pelajaran : ......................... Topik : Tsunami

6.2.1 Langkah-langkah

Urutan langkah pembelajaran dengan topik tsunami

tersebut diatur sebagai berikut.

a) Guru menyiapkan pengorganisasian kelas seperti

pengaturan bangku-bangku untuk pembelajaran

kelompok.

b) Guru menyiapkan bahan stimulus, misalnya: gambar-

gambar, video tentang tsunami, lembar kerja dan bahan

bahan bacaan.

c) Guru menerapkan kegiatan Kooperatif Tipe Jigsaw /

Kelompok Ahli (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and

Page 51: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

50

Snapp, 1978). Kegiatan kooperatif tipe Jigsaw didesain

untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri, juga terhadap pembelajaran

orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi juga siap memberikan dan mengajarkan

materi tersebut kepada anggota kelompoknya. Dengan

demikian, “para siswa saling bergantung satu sama lain

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk

mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2002).

Sejumlah anggota tertentu dari tim-tim yang berbeda

bertemu untuk mendiskusikan (tim ahli) topik, mereka

saling membantu dalam melaksanakan pembahasan

topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.

Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok

asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya

tentang materi yang telah mereka pelajari bersama dalam

pertemuan tim ahli itu. Pada model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa

yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal,

dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok

asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok

ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota

kelompok asal yang berbeda yang ditugasi mempelajari

dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-

tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk

Page 52: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

51

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Hubungan antara kelompok asal dengan kelompok ahli

digambarkan berikut ini:

d) Siswa duduk dalam kelompok. Jumlah siswa dalam

kelompok bergantung pada jumlah siswa di kelas.

Idealnya, setiap kelompok terdiri atas 4 - 6 orang dengan

kemampuan yang heterogen/beraneka ragam (Arends,

1997).

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar. 4. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

6.2.2 Tahap Pendahuluan

a) Guru memulai pelajaran dengan mengatakan: ”Saya

akan menunjukkan beberapa gambar dan video.

Perhatikan baik-baik dan tuliskan hal-hal apa yang

Page 53: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

52

kamu ketahui mengenai peristiwa ini! Bagaiamana

perasaanmu?” (pertanyaan terbuka);

b) Guru menunjukkan gambar-gambar, dan video-clip

bencana tsunami. Peserta membuat catatan secara

individual mengenai gambar gambar dan clip video

bencana tsunami. Peserta secara individual membuat

catatan catatan tentang gambaryang ditayangkan.

Gambar-gambar kejadian Tsunami

6.2.3 Tahap Pembagian Tugas

a) Tiap siswa dalam kelompok diberi

bagian materi yang berbeda;

b) Tiap siswa dalam kelompok diberi bagian materi yang

ditugaskan;

c) Pembagian tugas berdasarkan kelompok sebagaima-

na yang tampak pada gambar di bawah ini.

Page 54: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

53

Kelompok A

Kelompok B

Kelompok C

Kelompok Asal

Kelompok D

Kelompok E

Kelompok F

Topik : Tsunami

Sub-topik :

1) Pengertian tsunami;

2) Penyebab terjadinya tsunami ;

3) Data kejadian tsunami di Indonesia; dan

4) Tindakan saat terjadi tsunami.

6.2.4 Tahap Kegiatan Kelompok

a) Anggota dari kelompok yang berbeda yang telah

mempelajari bagian materi/sub-bab yang sama

B1, B2, B3, B4

C1, C2, C3, C4

A1, A2, A3, A4

D1, D2, D3, D4

E1, E2, E3, E4

F1, F2, F3, F4

Page 55: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

54

bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk

mendiskusikan bagian materi/sub-bab mereka;

b) Kelompok ahli yang anggota-anggotanya terdiri atas

A1, B1, C1, D1, E1, dan F1 akan membahas tentang

sub-topik ke-1 yakni pengertian tsunami (Apakah

tsunami itu?). Sementara itu, kelompok ahli yang

anggota-anggotanya terdiri atas A2, B2, C2, D2, E2,

dan F2 membahas sub-topik ke-2 yakni penyebab

terjadinya tsunami, dan seterusnya. Agar lebih jelas,

perhatikanlah bagan di bawah ini !

Membahas Sub-topik 1

Membahas Sub-topik 2

Membahas Sub-topik 3

Membahas Sub-topik 4

A2, B2, C2, D2, E2, F2

A3, B3, C3, D3, E3, F3

A1, B1, C1, D1, E1, F1

A4, B4, C4, D4, E4, F4

Page 56: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

55

Diskusi Kelompok Ahli

Selanjutnya, perhatikanlah gambar di bawah ini!

Gambar 5. Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw

Setelah selesai diskusi kelompok ahli usai, setiap anggota

dari kelompok ahli tersebut kembali ke kelompok asalnya.

Lalu, mereka berperan sebagai tutor sebaya yang secara

bergantian mengajarkan materi-materi yang telah mereka

kuasai kepada para anggota kelompok asal.

Kegiatan Tutor Sebaya

(Kembali ke Kelompok Asal)

A1, A2, A3, A4

B1, B2, B3, B4

C1, C2, C3, C4

D1, D2, D3, D4

Kelompok Asal

A

Kelompok Asal

B

Kelompok Asal

C

Kelompok Asal

D

Kelompok Asal

E

Kelompok Asal

F

Kelompok Ahli

1

Kelompok Ahli

2

Kelompok Ahli

3

Kelompok Ahli

4

Page 57: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

56

Seusai berdiskusi dalam kelompok ahli dan kelompok

asal, sebagian siswa, dengan cara diundi melakukan

presentasi/penyajian hasil diskusi kelompok yang telah

dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi mengenai

materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

6.2.5 Tahap Pelaksanaan Tes Individu

Setelah materi dipelajari dan dibahas secara kelom-

pok, siswa diberi tes dengan tujuan untuk mengetahui sejauh

mana keberhasilan belajar yang telah dicapainya. Siswa

bekerja sendiri dalam tes, tidak diperkenankan bekerja sama

6.2.6 Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Tahap ini dilakukan di luar jam pelajaran. Dalam tahap

ini diperlukan adanya skor awal siswa (skor yang akan

dijadikan acuan pada penentuan kemampuan akademis).

Skor awal ini dapat berupa nilai yang diperoleh dari

pemberian tes terlebih dahulu, misalnya berupa tes

pemahaman (materi yang sudah dipelajari sebelumnya).

Penilaian kelompok berdasarkan skor

perkembangan individu, sedangkan skor

E1, E2, E3, E4

F1, F2, F3, F4

Page 58: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

57

perkembangan tersebut tidak didasarkan pada skor

mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh

skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap

siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum

pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok.

Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya

didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor

awal mereka.

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan

selisih perolehan skor awal dengan skor tes individu (tes

akhir/quiz). Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki

kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan

terhadap skor maksimal bagi kelompoknya. Selanjutnya

pemberian skor perkembangan individu tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Pemberian Skor Perkembangan Individu (Slavin, 1995:80)

Skor Tes Individu (Quiz)Nilai

Perkembangan

Lebih dari 10 poin ( 10) di bawah skor awal

10 poin hingga 1 poin (10-1) di bawah skor

awal

5

10

Page 59: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

58

Skor awal sampai 10 poin (=10) di atasnya

Lebih dari 10 poin ( 10) di atas skor awal

20

30

4.2.7 Tahap Penghargaan Kelompok

Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan

penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh

kenaikan skor dalam tes individu. Kenaikan skor dihitung

dari selisih antara skor dasar dengan skor tes individual.

Menghitung skor yang didapat masing-masing kelompok

dengan cara menjumlahkan skor yang didapat siswa di

dalam kelompok tersebut kemudian dihitung rata-ratanya.

Selanjutnya berdasarkan skor rata-rata tersebut ditentukan

penghargaan masing-masing kelompok.

Berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang

diperoleh, ditetapkan tiga peringkat penghargaan kelompok,

yaitu :

a) Kelompok dengan rata-rata skor 15, diberi

penghargaan sebagai kelompok Good Team ;

b) Kelompok dengan rata-rata skor 20, diberi

penghargaan sebagai kelompok Great Team;

c) Kelompok dengan rata-rata skor 25, diberi

penghargaan sebagai kelompok Super Team.

Jika x menyatakan rata-rata skor kelompok maka x

15

Page 60: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

59

Dari klasifikasi penghargaan tersebut, terlihat bahwa

Super Team akan diberikan kepada kelompok yang meraih

nilai tertinggi.

Penghargaan tersebut diberikan guru pada pertemuan

berikutnya (di awal pertemuan), penghargaan dalam bentuk

sertifikat, buku atau alat-alat tulis lainnya yang disediakan

pihak sekolah. Uraian rinci mengenai perhitungan skor

kelompok didasarkan pada nilai tiap skor perkembangan

individu, tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Perhitungan Skor Kelompok

Nama Kel

Nama Siswa/

Peringkat

Skor Awal

Skor (Quiz)

Nilai Perkembangan

Individu

Skor Kelompok

PenghargaanKelompok

A

A-1 / 1A-2 / 16A-3 / 17A-4 / 32

87736549

83756755

10202020

70/4=17,5 Good Team

B

B-1 / 2B-2 / 15B-3 / 18B-4 / 31

83716352

84746665

20202030

90/4=22,5 Great Team

C

C-1 / 3C-2 / 17C-3 /19C-4 / 33

82706247

89817060

20302030

100/4=25 Super Team

Anggota kelompok pada periode tertentu dapat

diputar, sehingga dalam satu satuan waktu

pembelajaran anggota kelompok dapat diputar 2-3

Page 61: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

60

kali putaran. Hal ini dimaksudkan untuk

meningkatkan dinamika kelompok di antara anggota

kelompok dalam kelompok tersebut. Di akhir tatap

muka guru memberikan kesimpulan terhadap materi

yang telah dibahas pada pertemuan itu, sehingga

terdapat kesamaan pemahaman pada semua siswa.

Semoga bermanfaat! Amin!

Page 62: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

61

DAFTAR PUSTAKA

Arends,S. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill.

Depdiknas. 2005. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidik- an Anak. Program Manajemen Berbasis Sekolah. Ja- karta: Ditjen Dikdasmen–Depdiknas.

_________. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Heinich, R., dkk. 1996. Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Lie, A. 2002. Cooperative Learning : Mempraktikkan Co-operative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Munir. 2001. Aplikasi Teknologi Multimedia dalam Proses Belajar Mengajar. Mimbar Pendidikan, 3 (21).

Petty, Geoff. 2004. Teaching Today: A Practical Guide. 3rd

edition. Cheltenham U.K.: Nelson Thomes Ltd.

Setiawan. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur Pengem- bang Matematika SMA Jenjang Dasar. Di PPPG Mate- matika Yogyakarta pada tanggal 6 – 19 Agustus 2004.

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Second Edition. Boston:Allyin and Bacon.

Sternberg, Robert J. 2006. Cognitive Psychology. 4th editon. Belmont CA, USA: Thomson Higher Education.

Suhada, B. 2003. Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Media Interaktif CD GCSE Biologi Kelas 2 SMU Negeri 1 Bandung sebagai Computer

Page 63: Buku Paikem - Rahayu - Muhibin -2009

62

Based Learning dalam Rangka Antisipasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Proceedings The 6th

National Seminar on Science and Mathematics Education, The rule of IT/ICT in Supporting the Implementation of Competency-Based Curriculum. JICA-IMSTEP.

Supriadi, D. 2002. Internet Masuk Sekolah : Pemberdayaan Guru dan Siswa dalam Era Sekolah Berbasis E-Learning Makalah disajikan dalam seminar “Implementasi E-Learning untuk Sekolah Menengah.” Diselenggarakan oleh Telkom Learning / Sinapsis Indonesia, Oktober 2002 . Bandung: PT Telkom.

Syah, Muhibbin. 2006. Islamic English: A Competency-based Reading Comprehension. Cetakan ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

____________. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan ke-14 (Edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

____________. 2008. Psikologi Belajar. Cetakan ke-8. Jakarta: PT Rajawali Pers.

Taslimuharrom. 2008. Metodologi PAKEM. Artikel Pendidikan [On-line] htttp://id.wordpress.com/tag/artikel-pendidikan / di akses tanggal 15 April 2008.

Warta MBS UNICEF. 2006. Paket Pelatihan Program Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas

msyah-rahayu10-08-2009