buku mola telapak · pdf filenyanyian suara jangkrik kian redup ... (baik untuk ikan konsumsi...

56

Upload: dangkhanh

Post on 01-Feb-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

22222

Ucapan Terimakasih :TELAPAK menghaturkan penghargaan dan terimakasihkepada organisasi dan pribadi-pribadi di bawah ini atasbantuan dan waktunya untuk bekerjasama dan berdiskusidalam pengembangan substansi laporan ini danmenyatakan bahwa isi laporan ini adalah merupakantanggung jawab Telapak :

Yascita, YARI Kendari, YBN-Bali, Lakpesdam Makassar,FDC - IPB, Departemen Kelautan dan Perikanan, DinasKelautan dan Perikanan Sultra, YLL Medan, HIVLAK-Tual, Asprida-Ruteng, I Wayan Patut, Masyarakat BajoIndah-Kendari, Masyarakat Les � Bali, Masyarakat Kep.Sembilan � Sulsel, Masyarakat Wakatobi Sultra,Masyarakat Kukusan - Labuan Bajo, masyarakatkepulauan Seribu, Jaring PELA, INCoM serta PT BahteraLEStari.

Telapak juga mengucapkan terima kasih kepadakelompok masyarakat, LSM, dan pribadi-pribadi yangselama ini telah bekerja sama dengan TELAPAK dalamisu penangkapan ikan yang merusak dan terumbu karangyang tidak bisa kami sebutkan satu persatu di buku ini.

Juga kepada The David and Lucille Packard Foundationserta Rockefeller Brothers Fund selaku penyumbang danapada Program Monitoring Laut (ProMOLA) TELAPAKyang memungkinkan buku ini bisa diterbitkan.

Foto Cover dan Back Cover© TelapakFotograferHapsoro, M. Imran Amin, M. Taufik Wahab, Ramadian B., Ridzki R SigitDesainTELAPAK dan Matoa Creative DesignPenterjemahA. Ruwindrijarto dan Azyana SunkarEditor dalam bahasa IndonesiaArifuddin, Hapsoro dan Ridzki R. SigitPenulisM. Imran Amin, M. Taufik Wahab, Nanang Sujana

33333

Daftar Isi

Terumbu Karang yangMenjanjikan

Ancaman KehancuranTerumbu Karang

Laut Pulau Dewata yangBeracun

Bajo Indah, Kemiskinan yangMembawa Bencana

Racun di Laut Timur

Ponggawa, Juragan dan Sawidi Pulau Sembilan

Keadilan antar Generasi danantar Unsur Alam

Telapak dan KebijakanPengelolaan Wilayah Pesisirdan Laut

9

11

14

21

27

32

39

46

© Telapak

Mutiara yang Tertimbun

Kala mentari merah di ufuk timurNyanyian suara jangkrik kian redupAnak-anak pulau siap mengayuh bahteraMenyusuri pesisir, merajut riak gelombang

Kepingan-kepingan terumbu karangBeralaskan butir-butir pasir kuningBerselimutkan hamparan padang lamunBertiarakan aneka warna-warni makhluk laut

............................

I Wayan Patut(nelayan Pulau Serangan Bali)

Fotografer : M. Imran Amin/TelapakLokasi di Pantai Losari, Makassar - Sulawesi Selatan

Pengantar

Jika anda bisa meluangkan waktu beberapa hari di sekitar pulau Bokori -Kendari misalnya, maka andaakan tidak asing lagi mendengar suara dentuman bom yang dilakukan oleh sebagian masyarakat

sekitarnya untuk mencari ikan setiap harinya. Atau mungkin anda ingin meluangkan waktu untukberkunjung ke daerah karang di beberapa perairan bagian Timur Indonesia maka anda tidak akan asing

lagi melihat beberapa perahu dengan kompresor menyuplai udara untuk beberapa penyelam dibawahnya yang sedang asik menyemprotkan larutan kimia pada ikan-ikan yang bersembunyi di sela-selakarang. Dua contoh di atas memberikan gambaran bahwa kegiatan penangkapan ikan denga cara-carayang merusak masih terus berlangsung dengan amannya, dan aktivitas yang sama tidak hanya terjadi didua daerah tersebut, bahkan dari data yang dikumpulkan menunjukkan lebih dari 50% produksi ikankarang kita (baik untuk ikan konsumsi maupun ikan hias) dihasilkan dari cara tangkap yang merusak

tersebut. Padahal sudah 5 dekade sejak pertama kali penangkapan ikan yang merusak merasuk kekehidupan sehari-hari masyarakat perikanan kita, namun sampai saat ini permasalahan ini masih saja

berlanjut bahkan cenderung meningkat intensitasnya.

Selain kerusakan terhadap habitat ikan, praktek-praktek seperti ini juga menjadi lahan KKN yang basahbagi beberapa oknum aparat penegak hukum kita. Sudah bukan cerita rahasia di kalangan para

nelayan, bobroknya mental aparat kita menjadi salah satu faktor pendorong makin sulitnya masalah inidiselesaikan. Operasi-operasi pengawasan dan penangkapan yang dilakukan oleh oknum aparat hanya

dijadikan alat untuk memeras para nelayan pelaku, yang justru tidak memberikan kejeraan tetapi justrumenyuburkan kegiatan terlarang tersebut karena para pelaku merasa dengan membayar kepada petugas

semua urusan akan selesai.

Di lain pihak kondisi terumbu karang yang menjadi habitat dari ikan-ikan karang tersebut semakin harisemakin memprihatinkan. Di beberapa daerah hasil tangkapan nelayan juga semakin menipis,

kemiskinan makin merajalela. Anak-anak semakin banyak yang putus sekolah. Apakah hal seperti iniharus dibiarkan terus menerus?

Dari beberapa tempat dampingan yang dilakukan oleh Telapak dan mitranya menunjukkan bahwaupaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan penangkapan ikan yang merusak ini tidak

menyentuh pada akar permasalahannya, malah sebaliknya makin memberikan peluang-peluang baruuntuk makin memperbesar aktifitasnya. Penegakkan hukum yang dilakukan hanya melihat para pelakusebagai sumber duit yang cukup menjanjikan. Kalaupun ada penangkapan pada akhirnya sangat sedikityang berakhir di meja hijau. Sedangkan di sisi lain, sebagian para nelayan pelaku merasa tidak punya

alternatif lain yang bisa diandalkan untuk menghidupi keluarganya. Yang mereka butuhkan padadasarnya adalah kesempatan untuk mendapatkan alternatif tersebut dengan menempatkan mereka

sebagai objek yang harus dirubah bukan sebagai objek penghasil duit ataupun sebagai obyek yang harusdimusnahkan. Dengan sistim yang ada, penjara bukanlah solusi utama penyelesaian masalah ini,

pendekatan dan pendampingan dengan memberikan mereka kesempatan untuk berubah adalah sebuahjalan terbaik menyelesaikan masalah ini.

Buku ini berisi pembelajaran dari perjalanan Telapak selama tahun 1999 � 2004 dalam melakukanpendataan dan membangun proses belajar bersama dengan para nelayan pelaku penangkapan ikan

yang merusak di beberapa daerah di Indonesia.

Bogor, Juni 2004

M. Imran Amin Koordinator ProgramProMOLA - TELAPAK

66666

P enangkapan ikan yang merusak di Indonesiamenjadi akar permasalahan kerusakan ekosistemterumbu karang di perairan Indonesia.

Ada lima ancaman utama terhadap terumbu karangyang disebabkan oleh perbuatan manusia, yaitu :penangkapan ikan dengan menggunakan bahanberacun, penangkapan ikan dengan bahan peledak,pengambilan batu karang, sedimentasi danpencemaran, serta penangkapan ikan secaraberlebihan meskipun tidak secara langsung merusakterumbu karang.1

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia denganpanjang garis pantai lebih dari 95.000 km, serta lebih dari 17.000pulau. Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan mencapai51.000 km2. Angka ini belum mencakup terumbu karang diwilayah terpencil yang belum dipetakan atau yang berada diperairan agak dalam. Bila estimasi ini akurat, maka 51% terumbukarang di Asia Tenggara, dan 18% terumbu karang dunia berada diperairan Indonesia. 2

Indonesia bagian barat memiliki ekosistem terumbu karang yangpaling besar mendapat tekanan akibat aktifitas manusia jikadibandingkan dengan ekosistem terumbu karang di bagian timurwilayah Indonesia. Survey antara tahun 1990 � 1998,menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang semakin membaikdari bagian barat menuju bagian timur Indonesia. Terumbu dibagian barat Indonesia dengan kondisi yang baik atau sangat baik(tutupan karang hidup lebih dari 50%), hanya sekitar 23%,sedangkan di bagian timur Indonesia sekitar 45%.3

Kerugian secara ekonomi akibat penangkapan ikan denganmenggunakan bahan peledak dua puluh tahun ke depan kuranglebih US $ 570 juta dan kerugian secara ekonomi akibatpenangkapan ikan dengan menggunakan potasium sianidadiperkirakan mencapai US $ 46 juta.4 Telapak bekerjasama denganlembaga mitra di beberapa daerah, telah melakukan investigasi dilapangan, dan banyak ditemukannya metode tangkap denganmenggunakan racun sianida dan penangkapan ikan denganmenggunakan bom. Selain melakukan investigasi Telapak bersamamasyarakat lokal mencoba mencari solusi alat tangkap alternatifyang lebih ramah lingkungan.

© Telapak

77777

© Telapak

88888

99999

Terumbu karang telah lamadimanfaatkan oleh masyarakat nelayandi Indonesia. Pemanfaatan sumberdaya

laut ini tentu saja bukan tanpa alasan. Para ahlimenyatakan bahwa setiap kilometer persegiterumbu karang mampu menghasilkan 20.000� 35.000 ton ikan per tahun. Jumlah inidiperkirakan dapat menghidupi sejumlah 400-700 orang.5 Khusus di Indonesia, terumbukarang yang ada diperkirakan bernilai US $5,800 per hektarnya.6

Di negara-negara tropis seperti di Indonesia, ekosistemterumbu karang terkait erat dengan sumberdaya laut secaraumum. Ekosistem ini secara tidak langsung bermanfaatsebagai penahan abrasi pantai serta menjadi habitat bagiberbagai jenis biota laut. Terumbu karang dipergunakansebagai tempat memijah (spawning ground), tempatmengasuh individu muda (nursery ground), serta tempatmencari makan (feeding ground) bagi berbagai jenis biota lautyang bernilai ekonomi penting. Hasil laut juga merupakansumber protein hewani yang banyak dikonsumsi olehmasyarakat Indonesia.

Bagi Indonesia, terumbu karang adalah sumber devisanegara yang potensial melalui ekspor ikan konsumsi, ikanhias, kulit kerang, rumput laut, obyek wisata bahari, danbahan-bahan obat-obatan. Nilai ekonomi total terumbukarang Indonesia mencapai US $ 466 juta. Khusus untukikan hias yang dihasilkan dari ekosistem terumbu karangIndonesia, ternyata nilainya mencapai US $ 32 juta pertahunnya.5

Terumbu KarangYang Menjanjikan

© Telapak

1010101010

© Telapak

1111111111

Di balik peluang dan harapan yangmenjanjikan dari terumbu karangIndonesia, ternyata ancaman serius juga

sedang mengancam kelestariannya.Pengambilan ikan dengan cara merusak adalahsalah satu contoh ancaman serius tersebut.Proses penangkapan ikan dengan racun sianidaberulang kali ke koloni karang terbukti telahmengakibatkan terjadinya kematian karang. 2

Pada sisi lain aktivitas penggunaan racun dalammenangkap ikan ini terkait erat dengan kehidupan nelayanpesisir Indonesia yang miskin. Keinginan untukmendapatkan ikan dalam jumlah besar dan menambahpenghasilan keluarga merupakan alasan-alasan mengapamereka mengambil jalan pintas dengan menggunakan racun.Telah terjadi perubahan sistem penangkapan ikan padamasyarakat nelayan di beberapa tempat di Indonesia.Mereka yang dahulunya biasa menangkap ikan dengan cara-cara yang ramah lingkungan kini menjadi para pelakupenangkapan ikan yang merusak.

AncamanKehancuranTerumbu Karang

© Telapak

1212121212

Di Indonesia, penangkapan ikan dengan menggunakan racun sianida telah dikenalsebagai salah satu cara penangkapan ikan karang sejak awal tahun 1980-an. Ketika itunelayan-nelayan Filipina mulai merambah perairan Indonesia untuk mencari ikan hias lautyang sudah sulit ditemukan di negara mereka. Mereka mengawali operasinya di perairanSulawesi Utara dengan cara memperkenalkan dan mengajarkan penggunaan racun sianidakepada para nelayan tradisional kita. Dari Sulawesi Utara cara penangkapan yang merusakini mulai menyebar ke daerah lain di Indonesia seiring dengan makin menipisnya stokikan yang tersedia dan meningkatnya permintaan pasar internasional, terutama dari Eropadan Amerika. Bahkan di akhir tahun 1980-an, teknik penangkapan ikan ini juga mulaidipraktekkan untuk jenis-jenis ikan konsumsi karena makin meningkatnya permintaandari Cina dan Taiwan.

Perkembangan Penangkapan Ikandengan Sianida di Indonesia

Penangkapan ikan karang dengan bahan beracun sudah dikenal cukup lama.Jenis-jenis racun yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan karang antaralain: insektisida organo-phospat, quinaldine, ichtyocide rotenone dan sianida.7

Sodium sianida �salah satu senyawa sianida yang digunakan� merupakanracun berbentuk seperti garam dimana pemakaiannya dapat ditemukan hampir diseluruh dunia, khususnya dalam kegiatan fumigating (pengasapan), elektroplating danmining (pertambangan). Penyalahgunaan bahan ini dalam bidang perikanan dimulaisekitar awal tahun 1960-an di Filipina, dimana ketika itu permintaan akan ikan hiasseperti di pasaran Eropa dan Amerika meningkat.7

Diantara bahan-bahan kimia beracun, sianida merupakan bahan yang palingpopuler digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan karang hidup. Bahan kimiaberacun ini cukup dilarutkan dengan air laut dan kemudian dimasukkan ke dalamsebuah botol plastik penyemprot. Pada saat ikan berada di dalam lubang (liang)diantara karang atau cabang karang, racun sianida disemprotkan pada hewan-hewantarget. Larutan sianida ini memiliki efek pembiusan yang cepat yang mengakibatkanikan kehilangan keseimbangan dan berenang keluar dari liang-liangpersembunyiannya dalam keadaan mabuk, sehingga mudah tertangkap.8

Penggunaan sianida pada penangkapan ikan mampu menimbulkan kerusakansistem enzim tubuh yang berfungsi untuk metabolisme oksigen (cytochrome oxidase)dan kerusakan fungsi psikologi ikan dan invertebrata. Sianida juga dapatmenghancurkan jaringan hati, limpa, jantung, serta otak dari ikan.9 Penangkapanikan dengan sianida dipercaya telah meningkatkan tingkat kematian pada lebih dari80% ikan hias yang diekspor ke negara lain.

Mengenal Racun Sianida

1313131313

Bahan beracun ini ternyata sangat mudah didapatkan oleh para nelayantradisional. Tak perlu mencarinya di toko-toko bahan kimia, di toko kelontong punkadang-kadang kita dapat menjumpainya. Harga rata-rata racun sianida di daerahpenangkapan, hanya berkisar antara Rp 40.000 � Rp 50.000 per kilogramnya.Berdasarkan data hasil investigasi Telapak selama1998-2002 , setidaknya dijumpai sekitar 80%produk ikan hias dan 50% ikan konsumsi hasilpenangkapan tersebut mengalami kematian saatdi dalam penampungan maupun dalamperjalanan (transportasi). Selain dampaklangsung terhadap ikan-ikan target, sianida yangdisemprotkan juga memberikan dampak sangatburuk bagi ekosistem dimana ikan tersebuthidup. Anak-anak ikan serta biota kecil lainnyaikut mati akibat terkena racun.

Terumbu karang yang menjadi tempat hidupnyaakan memutih dengan cepat dan selanjutnya mati.Kematian karang racun sianida sangat berbedadengan kematian yang terjadi akibat perubahansuhu air yang drastis. Satu kali semprotan sianida(sekitar 20 cc) dapat mematikan terumbu karangseluas 5 x 5 m2 dalam waktu 3-6 bulan.10

© Telapak

© Telapak - FDC

Peta Sebaran Penangkapan IkanMenggunakan Sianida di Indonesia

LautLautLautLautLautPulau Pulau Pulau Pulau Pulau DDDDDewataewataewataewataewata

yang Beracun

Fotografer : YBN & TelapakLokasi di Pantai Les - Bali

Bali adalah sebuah nama yang sangat dikenal bagi industri wisatadi dalam dan luar negeri. Pulau ini bahkan sampai disebut-sebut sebagai Pulau Dewata karena keindahan alam dan

keunikan tradisi budayanya. Akibat kemasyhurannya, adalah hal yanglazim kemudian bila Bali jauh lebih dikenal di dunia internasionaldibandingkan negara Indonesia sendiri. Namun Telapak bersama LSMsetempat justru menemukan hal lain yang dapat merusak citra baikPulau Bali di masa depan. Banyaknya wisatawan dan relatif baiknyaaksesibilitas di pulau ini ternyata masih belum sepenuhnya mampumelawan arus perusakan terumbu karang di perairan sekitarnya. Baliternyata menjadi daerah penghasil ikan hias dan ikan konsumsi yangcukup terkenal.

1616161616Fotografer : M. Taufik Wahab/TelapakLokasi di Pantai Les - Bali

1717171717

Besarnya permintaan akan produk ikan hias ini dari luarnegeri ternyata telah mendorong terjadinya praktek-praktekpenangkapan dengan cara pembiusan. Pembiusan dengan racunsianida ini telah diperkenalkan oleh nelayan asal Banyuwangi diJawa Timur pada awal tahun 1980-an. Selain memperkenalkancara penangkapan dengan racun sianida, pada beberapa daerah diBali beberapa nelayan Banyuwangi ini juga menjadi pelakuperusakan karang dengan sianida seperti halnya nelayan Maduradan Lombok. Nelayan Bali yang dulunya tidak pernahmenggunakan cara-cara merusak, saat itu mulai mencobamenggunakannya. Beberapa daerah di Kabupaten Buleleng,seperti di kawasan perairan yang dekat dengan Taman NasionalBali Barat serta Kecamatan Tejakula adalah contoh daerahdimana racun sianida akhirnya digunakan dalam pengumpulanhasil laut karena permintaan pasar yang tinggi.

© Telapak

1818181818

Kemudahan akses transportasi dengantersedianya bandara internasional ternyatajuga turut mendorong besarnya permintaanakan ikan hias dan ikan konsumsi daripulau ini. Bali juga menjadi pintu keluaryang cukup dikenal bagi produk-produkikan hias dan konsumsi dari beberapadaerah lain di Indonesia timur untukkepentingan ekspor. Hal ini terbuktidengan meningkatnya jumlah eksportirikan konsumsi dan ikan hias yang ada diBali. Hingga awal tahun 2000, setidaknyaterdapat 50 - 60 eksportir resmi atau puntidak resmi di Bali. Padahal sepuluh tahunsebelumnya pulau ini hanya memiliki limaeksportir (Dinas Perikanan dan KarantinaBali).

Aktivitas penangkapan ikan denganmenggunakan racun sianida juga terjadi dikawasan perairan dalam lingkup kawasan

konservasi. Perairan di Taman NasionalBali Barat di ujung barat pulau ini bahkanjuga dikenal sebagai daerah tempatberoperasinya penambangan karang danpenggunaan bahan peledak (bom) ikan.Dari pantauan Telapak bersama mitralokalnya (1999 - 2000), setidaknya aktivitaspenggunaan racun sianida dilakukan dibeberapa desa nelayan di sekitar tamannasional. Desa Gilimanuk, TelukBanyuwedang, Teluk Terima, TelukLumpur dan Pemuteran adalah desa-desayang selama ini telah dikenal sebagai desa-desa nelayan pengguna sianida.

Racun sianida yang mereka pergunakandapat dengan mudah diperoleh di toko-toko bahan bangunan di kota terdekat(Singaraja). Maraknya penggunaan racunini di daerah tersebut juga dapat denganmudah diidentifikasi dari banyaknya

© Telapak

1919191919

jumlah pengumpul ikanhidup untuk keperluankonsumsi dan ikan hias. DiDesa Gilimanuk sajasetidaknya telahteridentifikasi 30 orangpengumpul dan DesaSumber Kima bahkanmemiliki 50-70 orangpengumpul. Sebagian besarhasil laut yang berasal daridesa-desa ini kemudiandibawa ke Denpasar danBanyuwangi untukkepentingan ekspor.

Khusus di wilayahKabupaten Buleleng,praktek-praktekpenangkapan ikan dengancara merusak sepertipenggunaan bom dan racunsianida ternyata jugamampu membuatmasyarakat nelayantradisional meninggalkanaturan adatnya. Doronganpermintaan pasar untukproduk-produk ikan hiasdan ikan konsumsi telahmembuat masyarakatnelayan tradisional di sanaberalih ke cara penangkapan yang merusak.Padahal wilayah ini pernah dikenal sebagaiwilayah yang sangat kuat memegang aturanadat yang menganggap wilayah laut adalah�tempat suci� yang tidak boleh dirusak.Hal ini setidaknya telah terjadi diKecamatan Gerokgak, KecamatanBuleleng, dan Kecamatan Tejakula.Bahkan para pengusaha ikan di sanamampu memberikan kemudahan-kemudahan alat tangkap dan alat selamdasar kepada para nelayan. Dengankemudahan ini maka para pengusaha pun

mampu menekan harga beli ikannya. DiKecamatan Tejakula, diketahui bahwa ikanhias dan ikan konsumsi hidup dibelidengan harga Rp 500.00 � Rp 2.000.00per ekornya.

Sedikit berbeda dengan wilayahKabupaten Buleleng, pola penangkapanikan di Kabupaten Karangasem telahberubah, sekalipun masih menggunakancara-cara merusak. Bila sebelumnyaterdapat penggunaan bom sebagai alattangkap, maka kini para nelayan telahberalih ke penggunaan sianida.

© Telapak - FDC

Fotografer : M. Imran Amin/TelapakLokasi di Bajo Indah - Sulawesi Tenggara

Bajo IndahBajo IndahBajo IndahBajo IndahBajo Indah,,,,,kemiskinan yang membawa bencana

Bajo Indah adalah nama dari sebuahdesa di pesisir Sulawesi Tenggara. Letaknyaberada di wilayah Kecamatan Soropia,Kabupaten Kendari. Desa ini dikenalsebagai salah satu desa miskin di propinsiSulawesi Tenggara. Penduduknya yangsebagian besar berasal dari Suku Bajomenggantungkan hidupnya sebagai buruhnelayan dan nelayan pengumpul.

Menurut sejarahnya, desa ini adalahsebuah desa baru yang dipindahkan olehPemerintah Daerah setempat dari tempatasalnya di Pulau Bokori �sebuah pulaukecil di Teluk Kendari. Kepindahanpenduduk Pulau Bokori ke desa baru inicukup kontroversial, karena pulau tersebutdialih-fungsikan sebagai lokasi wisata pulau.Sebagai nelayan tradisional, penduduk

... masyarakat Bajo Indah melakukan segalamacam cara untuk keluar dari deraan

kemiskinan. Salah satu cara yang ditempuholeh mereka adalah menggunakan cara

tangkap dengan racun sianida ...

Fotografer : M. Taufik Wahab/TelapakLokasi di Bajo Indah - Sulawesi Tenggara

2424242424

setempat yang tadinya tinggal di pulautersebut dengan terpaksa akhirnya tidakbisa memanfaatkan sumberdaya alam lautdi sekitarnya. Terpuruk dalam kemiskinanadalah gambaran akhir dari kepindahanpenduduk tersebut. Kondisi ini akhirnyamembuat masyarakat Bajo Indahmelakukan segala macam cara untuk keluardari deraan kemiskinan. Salah satu carayang ditempuh oleh mereka adalahmenggunakan cara tangkap dengan racunsianida.

Penangkapan ikan dengan racun sianidasebenarnya telah dikenal oleh nelayansetempat sejak tahun 1991. Perkenalanmereka dengan racun ini mereka alami saatbeberapa dari mereka menjadi pekerja dikapal penangkap ikan hidup dariHongkong. Setelah kapal-kapal Hongkongtidak beroperasi lagi di perairan Kendari,maka cara ini kemudian diteruskan oleh

masyarakat yang pernah bekerja di kapaltersebut. Cara-cara merusak ini masihberlangsung hingga sekarang. Akibat carapenangkapan ini sudah tentu kondisiterumbu karang di perairan sekitar TelukKendari sudah semakin rusak. Jikadibandingkan dengan saat pertama kali carapenangkapan itu dilakukan, maka kinimereka semakin sulit untuk memperolehikan di perairan terdekat.

Kini para nelayan pengguna racunsianida semakin memperluas arealpencarian mereka. Bahkan bebarapa darimereka ada yang sampai mencari ikanpada jarak yang sangat jauh hingga keperairan Wakatobi di ujung tenggaraSulawesi atau ke perairan Banggai diSulawesi Tengah. Demi perolehan ikankarang, para nelayan ini harusmenghabiskan waktu dua hari sampaiseminggu lamanya.

© Telapak - FDCLokasi di Taman Nasional Pulau Seribu

2525252525

© Telapak - FDC

Fotografer : Ridzki R. Sigit/TelapakLokasi di Pulau Sembilan - Sulawesi Selatan

di laut TimurRacun

Perairan timur Indonesia selama ini dikenal sebagai surga bagi ikan. KepulauanMaluku dikenal sebagai daerah dengan cerita-cerita melimpahnya hasil laut. Tidakhanya hasil perikanan, daerah kepulauan dengan laut birunya ini bahkan telah

menjadi daerah wisata bahari yang terkenal sejak dulu di Indonesia. Bekerja sama denganLSM lokal dan masyarakat nelayan di Maluku, Telapak telah melakukan sejumlahinvestigasi mengenai penggunaan sianida dalam penangkapan ikan di sana. Beberapapulau di Kawasan Maluku Tenggara kini disebut sebagai Maluku Tenggara Barat menjadidaerah yang dikunjungi Telapak. Daerah kepulauan dengan setidaknya terdiri atas 24pulau tersebut selama ini dikenal sebagai penghasil ikan dan hasil laut lain di Maluku.Diantara pulau-pulau tersebut, Telapak bersama sebuah LSM lokal di Tual telahmemusatkan kegiatan investigasi dan monitoring di Kepulauan Kei, serta Pulau Luang diujung barat daya Maluku Tenggara.

2828282828

Tingginya keanekaragaman hayati lautdengan pulau-pulau karang di MalukuTenggara telah menjadi daerah potensialbagi investor lokal hingga manca negara.Kehadiran berbagai perusahaan perikananbesar di Maluku Tenggara danberoperasinya kapal-kapal penangkap ikanasing adalah hal yang umum dijumpai.Sayang, kemudian bahwa kehadiran parainvestor tersebut berdampak negatif padakelestarian laut dan perekonomianmasyarakat nelayan tradisional. Sebagianbesar perusahaan yang beroperasi di sanaternyata menerapkan cara penangkapan

ikan dan hasil laut yang tidak ramahlingkungan. Pukat harimau (trawl), bomdan racun sianida yang mereka gunakansebagai alat bantu tangkap beroperasi diwilayah adat masyarakat nelayantradisional. Bagi mereka, penggunaanracun sianida telah berdampak langsungpada penurunan kualitas dan kuantitashasil laut, seperti rusaknya terumbukarang serta matinya rumput laut dankerang-kerangan. Padahal bagi merekahasil laut tidaklah selalu berupa ikan,terutama bagi sebagian besar kaumperempuan di sana.

Kepulauan Kei,perlawanan masyarakat

terhadap racun sianidaDi Kepulauan Kei, praktek penggunaan

sianida diduga berawal dari kehadiranPT. Mina Sanega pada tahun 1990 yangkemudian diikuti oleh pengusaha-pengusahalokal hingga kini. Sebenarnya, praktek

tersebut pernah menjadi isu besar akibatpenolakan masyarakat dan LSM melaluiinstitusi-institusi adat sehingga mendapatperhatian dari pemerintah daerah setempat.Sayangnya isu perusakan laut oleh racun

© Telapak

2929292929

sianida ini akhirnya harustertutup oleh kejadiankerusuhan massal pada akhirMaret 1999.Di Pulau Dulla Laut atau jugadikenal dengan nama Duroa,praktek penangkapan ikandengan racun sianida ternyatatelah berdampak pada konflikhorizontal diantara nelayantradisional. Penurunan hasillaut akibat penggunaan bahanberacun ini telah mendorongadanya perluasan arealtangkapan masyarakat hingga wilayahpetuanan1 masyarakat nelayan lainnya.Berdasarkan pengakuan dari para nelayansetempat yang pernah menggunakan caramerusak ini, mereka sampai harus diusiratau ditangkap oleh kelompok masyarakatlain yang dilanggar wilayah petuanannya.

Upaya penanggulangan aktivitaspenangkapan ikan yang merusak ini telahdilakukan oleh Pemerintah Daerah

setempat. Operasi-operasi penertiban yangdilakukan bersama aparat keamanan cukupgencar dilakukan di kawasan tersebut.Sayangnya operasi penertiban tersebut jarangsekali yang ditindaklanjuti dengan upayapenyelesaian kasus hukumnya. Pada tingkatlapangan sendiri, para penyelam penggunaracun sianida pun telah mulai mengganticara penyelamannya untuk menghindarioperasi penertiban yang dilakukan. Mereka

yang dulunyamenggunakan kompresorsebagai alat bantupernafasan saatmenyelam, kini telahmerubah caranya denganmenggunakan teknikpenyelaman tradisional(tanpa kompresor). Caraini terutama dilakukanpada areal-arealpenangkapan yang masihbisa dijangkau denganmenyelam tanpa alatbantu pernafasan.

Di pulau yangbersebelahan denganDulla Laut, yaitu Pulau

1 Petuanan adalah wilayah pengelolaan sumberdaya alam yang dikuasai oleh adat setempat. Wilayah inimeliputi daratan dan laut.

© Telapak

© Telapak - FDC

3030303030

Perlengkapan dalam Penangkapan Ikandengan Racun Sianida

Nelayan memperoleh sianida dengan cara membeli atau disediakan oleh pemodal.Sebagian besar racun tersebut berbentuk tablet. Tablet sianida tersebut kemudiandilarutkan dengan air laut setelah terlebih dahulu dihancurkan menjadi serbuk. Serbukini kemudian dimasukkan ke dalam wadah (jerigen kecil) yang berisi air laut denganvolume tertentu. Cairan ini selanjutnya dimasukkan dalam botol penyemprot yang akandibawa penyelam untuk menangkap ikan.

Secara umum, nelayan tradisional yang menangkap ikan dengan mempergunakansianida selalu menggunakan:! Alat selam sederhana yang terdiri atas: masker selam, pemberat tubuh yang

dilingkarkan di pinggang, dan terkadang juga menggunakan kaki katak (fin).! Alat bantu pernafasan berupa: regulator selam, selang pernafasan (dapat mencapai

panjang 40 m), dan kompresor yang ditempatkan di atas perahu atau kapal.! Alat tangkap yang terdiri atas: botol penyemprot sianida, serok atau tangguk ikan,

dan ember bertutup atau keranjang sebagai tempat penampung ikan selamapenyelaman.

! Tempat penampungan ikan sementara di perahu atau kapal penangkap.

Kei Kecil, aktivitas penangkapan ikandengan sianida ternyata juga telah mulaiberubah. Bila dulu para penangkapdapat beroperasi di siang hari, kinimereka telah merubah polanya menjadipenangkapan malam hari denganbantuan speed boat, kompresor dansenter bawah laut. Para penyelam

malam ini diduga bekerja pada seorangtoke ikan hidup yang bernama HansSitaneli. Perubahan pola tangkap inididuga disebabkan oleh mulai tingginyakesadaran perlindungan wilayah terumbukarang dari masyarakat setempat denganmenerapkan sasi2 dengan kontrol danpengawasan yang ketat.

3030303030

© Telapak - FDCLokasi di Taman Nasional Pulau Seribu

3131313131

Pulau Luang, pulau bersejarah yang terusak

Pulau Luang adalah sebuah pulau kecilyang berada di ujung barat daya kawasanMaluku Tenggara. Letaknya yang sangatjauh dari pusat pemerintahan membuatpulau Luang dan pulau-pulau kecil lain disekitarnya nyaris luput dari pengawasan.Padahal gugusan pulau-pulau di barat lauttersebut adalah pulau-pulau yang memilikikelimpahan hasil laut tertinggi di kawasanMaluku Tenggara. Maka wajarlah jika diPulau Luang saja telah pernah menjadidaerah operasi dari dua perusahanperikanan yang menampung ikan-ikan hasilpenangkapan dengan racun sianida. Salahsatu dari kedua perusahaan tersebut bahkanada yang pernah berubah nama, sekalipunpengendali operasinya masih sama.

Dua perusahaan perikanan yang pernahberoperasi di Pulau Luang tersebut adalahPT Dinamika Bahari Sejahtera (DBS) danCV Sari Manis. Kedua perusahaantersebut pada akhirnya harus hengkang dariPulau Luang karena tekanan dari berbagaipihak. Secara umum kedua perusahaantersebut berkonflik dengan masyarakatsetempat, sekalipun pada awal masuknyamereka telah menggunakan aparat desa dantetua adat setempat. Kerusakan terumbukarang yang menjadi areal penangkapanikan nelayan tradisional dan janjipembangunan infrastruktur desa yang tidakterpenuhi telah mendorong adanya upayaperlawanan dari masyarakat besertasejumlah LSM dan mahasiswa asal PulauLuang untuk mengusir kedua perusahaantersebut. Sekalipun CV Sari Manis telahberupaya mengubah namanya menjadiCV Rimraya Indah namun dampak yang

telah ditimbulkan tidak menghentikangerakan perlawanan di tingkat masyarakat.Perusahaan baru ini pun akhirnya harusangkat kaki dari Pulau Luang.

Kini, pengusahaan ikan hidup di PulauLuang digantikan oleh seorang pengusahalokal bernama Jack Miru. Ia adalah seorangputra daerah dari pulau tersebut yangdalam usaha bisnisnya bekerja sama denganpengusaha ikan dari Tual bernama RikyTamnge. Berdasarkan pengakuan darimasyarakat setempat, pengusaha lokal inimenawarkan harga yang lebih tinggidibanding tiga perusahaan terdahulu.Sekalipun demikian, kondisi ini belumtentu bisa dianggap sebagai sebuah upayaperbaikan. Hingga saat ini cukup sulituntuk dapat memilah-milah apakah sebuahusaha ikan hidup menggunakan racunsianida atau tidak. Dengan demikian upayamonitoring dan pengawasan terhadapusaha ini juga masih diperlukan, mengingatkawasan perairan di wilayah ini sangatrentan terhadap usaha-usaha perikanan yangmerusak.

1 Sasi adalah aturan adat di daerah Maluku yang mengatur pola dan tata cara pengelolaan sumberdaya alam,terutama hasil laut utama dan kelapa. Sasi ini dilengkapi juga dengan sanksi-sanksi bila ada yang melanggaraturan tersebut.

© Telapak

Ponggawa,Juragan dan Sawi diPulau Sembilan

Ponggawa,Juragan dan Sawi diPulau Sembilan

... menjumpai adanya keterkaitan antara praktek penggunaan racunsianida dengan struktur sosial di sana. Secara umum, struktur sosial diKepulauan Sembilan terdiri atas posisi Ponggawa, Juragan dan Sawi ...

Fotografer : Ridzki R. Sigit/TelapakLokasi di Pulau Sembilan - Sulawesi Selatan

Fotografer : M. Imran Amin/TelapakLokasi di Gugusan terumbu karang Kepulauan Wakatobi - Sulawesi Tenggara

3636363636

Di perairan barat daya Sulawesi Selatan, terdapat gugusan pulau-pulau kecil dikenal dengan nama Pulau Sembilan. Sesuaidengan namanya yang diadopsi dari logat masyarakat Bugis,

gugusan pulau tersebut terdiri atas sembilan buah pulau-pulau kecil.3

Dengan karakteristiknya yang khas, kawasan perairan di gugusan pulau inidikenal sebagai kawasan dengan potensi sumberdaya laut yang tinggi.Gugusan Pulau Sembilan memiliki hamparan terumbu karang yangcukup luas. Sangatlah wajar jika pada akhirnya kawasan ini juga menjadisalah satu sentra produksi ikan karang, teripang dan udang lobster.

3 Kepulauan Pulau Sembilan terdiri atas pulau Pulau Katindoang, Pulau Larea-rea, Pulau La Poi-Poi, PulauKanalo, Pulau Batanglampe, Pulau Kodingare, Pulau Kambuno, Pulau Leang-leang, dan Pulau Burung Loe.

Bersama sebuah LSMlokal di Makassar, Telapaktelah melakukan sejumlahkegiatan pemantauan atasaktivitas penggunaan racunsianida dalam penangkapanikan di gugusan PulauSembilan. Kegiatan

pemantauan dipusatkanpada sebuah pulau yangmenjadi ibukota kelurahandi kepulauan tersebut, yaituPulau Kambuno. Pulau initerletak di tengah-tengahgugusan kepulauantersebut.

Sebagian besarmasyarakat KepulauanSembilan menggantungkanhidupnya dari aktivitaspemanfaatan sumberdayalaut. Khusus di PulauKambuno, sebagian besarnelayan setempat telah lama

Ponggawa, Juragan dan SawiPonggawa adalah pemilik modal dalam usaha ikan di Kambuno. Ia menjadi penyediamodal, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penangkapan ikan. Ia jugamenyediakan peralatan pengepakan ikan (packaging) serta perlengkapan pendukunglainnya termasuk penampungan ikan (karamba).Juragan adalah sebutan untuk kapten kapal penangkap ikan. Ia bertanggungjawabpenuh atas kapal untuk membawa para nelayan mencapai lokasi target dan membawapulang hasil tangkapan ke penampungan. Setelah tiba di penampungan, juragan jugaberperan dalam melakukan pencatatan atas hasil tangkapan.Sawi adalah sebutan untuk nelayan penangkap (buruh nelayan). Pada umumnya parasawi ini juga berperan sebagai tim penyelam. Dalam sebuah perahu penangkap, sawiyang bekerja dapat berjumlah 4 -5 orang. Dari keseluruhan hasil tangkapan, biasanyaterdapat mekanisme sederhana dalam pembagian keuntungannya kelak. Pembagiankeuntungan tersebut adalah sebagai berikut:! 25% nilai hasil tangkapan akan diperuntukkan bagi pemilik modal sebagai

pengganti biaya operasional.! 75% nilai hasil tangkapan selanjutnya akan dibagi tiga bagian untuk ponggawa,

juragan dan sawi.

3737373737

menggunakan teknikpenangkapan ikandengan cara penyelaman.Teknik penyelaman iniadalah teknik yangseringkali digunakanuntuk menangkap ikankarang. Seperti jugatemuan-temuan Telapakmengenai praktekpenggunaan sianida ditempat lain, maka teknikpenyelaman di Kambunoini pun terkait eratdengan penggunaan racunsianida untuk menangkapikan karang. Masyarakatnelayan setempat di PulauKambuno, Telapak bersamamitra LSM lokalmenjumpai adanyaketerkaitan antara praktekpenggunaan racun sianidadengan struktur sosial disana. Secara umum,struktur sosial diKepulauan Sembilan terdiriatas posisi Ponggawa,Juragan, dan Sawi. Dariketiga posisi strukturaltersebut, Ponggawa

memegang peranan pentingdalam setiap kegiatanpenangkapan ikan diKambuno. Ponggawa lahyang menjadi pemodal padakegiatan-kegiatanpenangkapan ikan, sepertiperahu/kapal, kompresor,alat selam dan modaloperasional penangkapan.Sedangkan posisi Juragandan Sawi tergolong posisiyang lebih rendah karenamereka hanya berperansebagai operator lapangan.Juragan adalah nakhoda

kapal dan Sawi adalahpekerja kapal/penyelam.

Bila ditilik dari sisikeuntungan yang diperoleh,secara sederhana bisadipastikan bahwa Ponggawamenarik keuntungan yangterbesar. Sawi hanyamemperoleh bagian terkecildari usaha penangkapanikan tersebut. Sawi bahkanseringkali harusmenanggung dampaklangsung dari upayapenangkapan ikan ini. Padaumumnya para sawi terjerathutang yang berkepanjangandari Ponggawa danmemperoleh resikopenyelaman secara langsung.Berdasarkan informasi yangdikumpulkan oleh Telapakdan mitra LSM lokal,diketahui setidaknya telahada 200 orang sawipenyelam yang terganggukesehatannya akibatmelakukan penyelamandengan kompresor.

3737373737

© Telapak

© TelapakFoto korban penyelam kompresor

...... seluruh kegiatan dilakukan sebagai terjemahansederhana dari visi Telapak untuk mewujudkan

pengelolaan sumberdaya alam hayati yang berkeadilan.

Fotografer : M. Taufik Wahab/TelapakLokasi di Pantai Les - Bali

Keadilan antarGenerasi dan antarUnsur Alam

Keadilan antarGenerasi dan antarUnsur Alam

4040404040

Setumpuk permasalahan turunnya kualitas ekosistem terumbukarang Indonesia beserta dampak langsung yang ditimbulkanpada kehidupan nelayan tradisional ini mendorong Telapak untuk

berusaha mengupayakan perbaikan. Sebagai sebuah organisasi lingkungannon-pemerintah, semenjak didirikannya Telapak telah melakukan berbagaiupaya perbaikan di lawas pesisir dan kelautan Indonesia. Telapak memulaiupaya perbaikan ini dari kegiatan pemantauan praktek penggunaan racunsianida di beberapa kawasan laut di Indonesia sejak tahun 1998. Kegiatanpemantauan tersebut dilakukan melalui kerja sama pemantauan bersamasejumlah LSM lokal di Indonesia. Pada prakteknya di lapangan, Telapakmenggunakan metode investigasi dalam pemantauan kegiatan-kegiatanpenggunaan racun sianida tersebut. Inisiatif pemantuan yangdikembangkan Telapak ini pada akhirnya berbuah menjadi sebuah jaringankerjasama LSM untuk pesisir dan laut (Jaring PELA). Sementara ituTelapak sendiri juga mengembangkan sebuah program pemantauan praktekpenangkapan ikan dengan cara merusak (destructive fishing) yang dikenaldengan istilah ProMOLA (Program Monitoring Laut).

Fotografer : M. Imran Amin/TelapakLokasi di Pulau Sembilan - Sulawesi Selatan

4141414141

Pada taraf lanjut, masih bersama LSM lokal di berbagaitempat, Telapak juga melakukan serangkaian kegiatanpendampingan nelayan tradisional pengguna racun sianida.Kegiatan pendampingan ini dilakukan sebagai bagian dari inisatifTelapak untuk memastikan terjadinya perbaikan cara tangkapdari tingkat paling bawah. Telapak juga melakukan fasilitasiterjadinya peluang pasar untuk hasil tangkapan yang bebassianida dan sejumlah pelatihan bagi nelayan tradisional. Telapakberkeyakinan bahwa perubahan tersebut hanya dapat terjadi jikanelayan tradisional yang selama ini menjadi pelaku lapangandalam praktek penangkapan ikan dengan cara merusak menjadiagen utama perubahan yang dimaksud.

Berikut adalah beberapa kegiatan utama yang dilakukan olehTelapak pada kerangka perubahan tersebut. Seluruh kegiatantersebut dilakukan sebagai terjemahan sederhana dari visiTelapak untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alamhayati yang berkeadilan. Adil antar generasi dan antar unsuralam.

Ikan Hias yang (akhirnya)Terbebas dari Sianida di Desa Les

Bersama dengan Yayasan Bahtera Nusantara (YBN), Telapaktelah melakukan hampir seluruh rangkaian kegiatan dalam upayaperbaikan pengelolaan persisir dan laut di Desa Les, KecamatanTejakula-Bali. Pada awalnya Telapak bersama YBN melakukankegiatan pemantauan ataspraktek penggunaan sianidadalam penangkapan ikan hiaskarang di sana. Pada tahapselanjutnya, melalui polapendekatan kemasyarakatanakhirnya Telapak/YBNmelakukan sejumlah kegiatanpendampingan nelayantradisional di sana untukmerubah cara tangkapmereka. Beberapa kegiatanlapangan yang selanjutnyadilakukan adalah pelatihancara tangkap bebas sianida,penanganan ikan hias hasiltangkapan dan fasilitasipemasaran produk ikan hiastersebut.

© Telapak

4242424242

Pada tahun 2001, nelayantradisional setempatbersepakat untukmembentuk sebuahkelompok nelayan bebassianida dengan nama MinaBhakti Soansari. Untukmemperbaiki kondisiekosistem terumbu karangyang telah rusak sebelumnya,Telapak/YBN memfasilitasikegiatan transplantasi karangbersama kelompok nelayantersebut. Kini, Mina BhaktiSoansari bahkan telahmengembangkan sebuahkegiatan ekoturisme yangbekerjasama dengan sebuahperusahaan wisata selam(dive operator) di Denpasar.Lebih jauh, kelompoknelayan ini jugamengembangkan pemasaranproduk ikan hias bebassianida secara mandiri

... nelayantradisionalsetempatbersepakat untukmembentuksebuah kelompoknelayan bebassianida dengannama Mina BhaktiSoansari ...

dengan mendirikan sebuahperusahaan eksportir ikanhias bernama PT. BahteraLEStari. Perusahan ini padaakhirnya telah berhasilmelakukan eksporperdananya di tahun 2003.

Dengan kemajuan yangterjadi di Les tersebut,menyebabkan masyarakatnelayan setempat mulaidikenal di berbagaikalangan, baik di sektorswasta, pemerintah daerahdan pusat, bahkan hinggalembaga internasional.Kemajuan ini tentu sajatidak serta merta menjadisebuah ujung akhir darikesuksesan. Kekuatanmasyarakat setempatmenjadi syarat utama agarposisi tawar masyarakatdalam menghadapi segalahal introduksi baru dari

luar semakin berimbang.Banyaknya tawaran-tawaranbaru yang datang dari luarmembutuhkan kemampuankhusus dari masyarakat agartidak mudah terbawa arusyang tidak sesuai dengankeinginan dan cita-cita darimasyarakat itu sendiri.

MenujuPengelolaanLaut danPesisirTerpadu diKep. Sembilan

© Telapak

4343434343

Seperti halnya daerah lain,Telapak mulai mengenalwilayah Kepulauan Sembilanmelalui kegiatan pemantauanpraktek penangkapan ikandengan racun sianida.Bekerjasama dengan BLPMLakpesdam, sebuah LSMlokal di Makassar, Telapakselanjutnya melakukankegiatan pendampingan danpengorganisasian nelayantradisional pengguna sianidadi sana.

Lakpesdam jugamemfasilitasi kegiatankunjungan para nelayantradisional dari Desa Les diBali ke wilayah kepulauanini. Kunjungan nelayan inidimaksudkan untukmenyediakan media berbagipengalaman sesama nelayanyang pernah menjadipengguna racun sianida.Dengan kunjungan inidiharapkan ada pembelajaranbersama diantara nelayan

tradisional tentang untungrugi penangkapan ikandengan menggunakan racunsianida. Peluang kerja samadiantara mereka di kemudianhari juga dimungkinkan darikunjungan ini. Dengandemikian setidaknya adaupaya bersama untuk meraihkemandirian dalammengelola sumberdaya laut.

Kegiatan lain yang jugadilakukan oleh Telapak/Lakpesdam di kepulauan iniadalah pelatihan carapenangkapan ikan yangramah lingkungan. Kegiatanpelatihan yang dimulai padabulan Desember 2003 laluternyata memperolehtanggapan yang sangat positifdari masyarakat setempat.

Setelah kegiatanpengorganisasian, kunjungannelayan, dan pelatihan caratangkap ramah lingkungan,Lakpesdam juga sedangmemfasilitasi kegiatantransplantasi karang olehnelayan setempat untukkeperluan perbaikanekosistem terumbu karang.Perbaikan terumbu karang iniselanjutnya akan diikutidengan kegiatan fasilitasipengelolaan terintegrasiwilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Integrated Coastaland Small Island Management)yang melibatkan semua pihakdi wilayah kepulauanSembilan yang difasilitasioleh Telapak, Lakpesdam danINCoM.

© Telapak

© Telapak

Profil PT. Bahtera LEStariPT Bahtera LEStari merupakan keberhasilan dari insiatif kolaborasi antara : Yayasan Bahtera Nusantara,

sebuah LSM yang berbasis di Denpasar- Bali yang dimulai sejak tahun 1999, PROMOLA, sebuah jaringankerja LSM untuk isu destructive fishing di Indonesia yang dikoordinir oleh Telapak, sebuah LSM yang berbasisdi Bogor sejak 1998, serta �Coral Reef Restoration and Establishment of Sustainable, Community-basedOrnamental Fish Business� yang didukung GEF-SGP, sejak Juni 2002, untuk melakukan intervensi dalampengelolaan industri ikan hias di Indonesia.

PT. Bahtera LEStari memadukan beberapa tujuan dan kepentingan stakeholder industri ikan hias denganperhatian utamanya untuk memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan masyarakat Desa Les yang terlibat dalamindustri ikan hias, yang hingga saat ini terwakili oleh kelompok nelayan ikan hias Mina Bhakti Soansari. Tujuandari PT Bahtera LEStari sejalan dengan tujuan dari kelompok nelayan tersebut yakni :1. Memperbaiki kesejahteraan nelayan ikan hias setempat2. Menyediakan sebuah dasar yang legal bagi bisnis ikan hias masyarakat, dan3. Menjaga kelestarian ekosistem laut khususnya terumbu karang.

PT Bahtera LEStari mempunyai kedudukan yang unik karena memberikan suasana yang mendukungtercapainya sebuah partisipasi penuh dari para stakeholder penting di antara masyarakat nelayan denganpara pemimpin lokal di Desa Les. Pembentukan perusahaan ini dilakukan melalui beberapa pertemuan dankerja-kerja sosial antara anggota kelompok nelayan, pengumpul (juragan), ketua-ketua adat, pemimpin lokal,administrasi desa, aktivis LSM, pakar serta konsultan bisnis. Dari pertemuan rutin, tercapai kesepakatan untukmendirikan sebuah perusahaan eksportir ikan hias, aturan kepemilikan perusahaan, serta rencana bisnisperusahaan. Selanjutnya proses legalisasi dilakukan pada bulan Desember 2002 dihadapan notaris John K.Mulya di Denpasar (No. Akta Notaris : 105, tanggal 19 Desember 2002). Perusahaan ini juga selanjutnyadilengkapi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP: 02.217.737.2-903.000) pada tanggal 27 Januari 2003.

PT Bahtera LEStari mempunyai tiga jalur usaha yakni; eksportir ikan hias, marine ekoturisme, dan konsultanmanajemen pengelolaan pesisir dan laut. Ketiga bidang tersebut dibuat berdasarkan kekuatan yang dimilikioleh perusahaan untuk melakukan kegiatan pengelolaan pesisir dan laut, dengan menonjolkan kelebihannyasebagai perusahaan yang berbasiskan kepada masyarakat lokal.

Usaha Ikan HiasNelayan ikan hias di desa Les merupakan penghasil ikan hias yang posisinya sangat penting di Indonesia.

Sedikitnya terdapat 30 perusahan eksportir ikan hias yang berada di Bali dan kesemuanya tergantung padasuplai ikan dari lebih 100 nelayan ikan hias yang ada di desa Les. Hal ini menunjukkan salah satu kekuatandari posisi PT Bahtera LEStari dalam kapasitas produksinya. Nelayan ikan hias desa Les mencari ikan hias didaerah perairan mereka dan juga di daerah lain seperti Sulawesi, Lombok, Bima dan Flores. Keberagamantempat pengambilan ini akan menjamin PT Bahtera LEStari mempunyai akses pada beragam jenis ikan hiasyang merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan eksportir ikan hias. PT Bahtera LEStarisaat ini juga sedang dalam proses pengembangan jaringan kepada para nelayan ikan hias dari daerah laindengan mengambil replikasi model yang telah dikembangkan di desa Les. Pendekatan yang sangat elegandari perusahaan ini akan menjamin keberlangsungan suplai ikan dari daerah-daerah lain yang telahdikembangkan untuk mensuplai ikan kepada perusahaan, jika nelayan Les karena beberapa alasan tidak bisamensuplai ikan-ikan tersebut. Pada semua daerah pengambilan, PT Bahtera LEStari mengembangkan sebuahsistem pengelolaan kawasan yang berbasis masyarakat, diantara beberapa hal yang dikembangkan yaituwilayah boleh menangkap, wilayah perlindungan/tidak boleh menangkap dan wilayah rehabilitasi. Sejalandengan model ini monitoring dan penegakan kebijakan lokal dipadukan dalam sistem yang dikembangkan olehperusahaan ini untuk menjamin agar ikan-ikan yang diperdagangkan dihasilkan dari ekosistem terumbu karangyang sehat dan yang lebih baik. PT Bahtera LEStari adalah yang pertama, dan sejauh ini belum ada yang

4444444444

mengikuti, menjadi sebuah perusahaan pengekspor ikan hias yang bebas dari sianida (racun penangkap ikanhias). Tujuan dari misi ini adalah untuk menghasilkan produk yang ramah lingkungan, menjamin ikan-ikanyang berasal dari daerah-daerah yang terkelola dengan baik serta untuk menjamin penanganan ikan sesuaidengan standar internasional. PT Bahtera LEStari mencapai tujuan ini setelah hampir 2 tahun melakukanpenelitian, perencanaan, pelatihan, dan pengembangan bisnis. Inisiatif ini diambil dengan memperhatikankenyataan bahwa praktek penangkapan ikan hias dengan sianida masih menjadi cara umum yang dipakai diIndonesia maupun beberapa daerah lain di Asia-Pasifik, yang jelas-jelas sangat berdampak kepada degradasilingkungan. Sistem yang dikembangkan oleh inisiator PT Bahtera LEStari ini tidak hanya memberikansumbangan terhadap pengurangan tekanan kepada ekosistem laut tetapi juga terbukti memberikan hasil yanglebih baik secara ekonomi.

Fotografer : Ridzki R. Sigit/TelapakLokasi di Teluk Kendari - Sulawesi Tenggara

&telapakKebijakanPengelolaan WilayahPesisir dan Laut

Foto-foto © Telapak

... dengan terbentuknya organisasi-organisasi nelayan yangkuat, diharapkan akan terjadi proses perluasan partisipasinelayan dalam kebijakan pesisir dan laut di tingkat lokalmaupun nasional ...

Fotografer : M. Imran Amin/TelapakLokasi di Kepulauan Rinca - Flores

4848484848

Perubahan Kebijakan Pesisir dan Laut

Sejak awal berdirinya, Telapak telahsecara aktif melakukan upaya-upayamenuju terciptanya pengelolaan

sumberdaya laut yang berkeadilan.Ketidakadilan pengelolaan sumberdaya lautdi Indonesia terjadi karena belum adanyakebijakan yang terintegrasi dan dibangundari proses-proses pelibatan semua pihakterkait khususnya masyarakat lokal yangtergantung langsung dengan keberadaansumberdaya tersebut. Kebijakan yang adahanya mementingkan pendapatan besarkepada kelompok-kelompok tertentu.Di negara ini tidak dijumpai adanya satukebijakan payung yang menjadi acuanuntuk pengelolaan di wilayah pesisir danlaut. Akibatnya kegiatan eksploitasisumberdaya laut berjalan sangat intensiftanpa adanya ukuran pengelolaan yang adil

dan berkelanjutan. Hal inilah yang sejaklama telah mendapat perhatian besar danfokus perjuangan advokasi Telapak untukmelakukan perubahan terhadap produk-produk kebijakan yang ada.

Bersama dengan pemerintah danbeberapa LSM di Indonesia, Telapakmenggulirkan sebuah wacana untukterbangunnya sistem pemerintahan yangmenempatkan isu-isu kelautan sebagai isuyang krusial. Adanya sebuah departemenkhusus yang mengurusi masalah kelautandan perikanan adalah salah satu usulankonkritnya. Ketika Abdurrahman Wahid(Gus Dur) menjadi sebagai PresidenRepublik Indonesia, akhirnya guliranwacana tersebut mulai disikapi olehPemerintah dengan dibentuknyaDepartemen Kelautan dan Perikanan (DKP).

© Telapak

4949494949

Kemauan politik Pemerintah ini di satusisi merupakan sebuah titik cerah, namuntentu saja hal ini masih belum dapatberarti apa-apa tanpa adanya penerjemahandalam produk perundang-undangan.Dalam kerangka mengawal proses inilahTelapak kemudian melakukanpendampingan pada departemen baru ini.Pengawalan proses ini dilakukan dengankesadaran penuh untuk menghindarkanproduk-produk kebijakan yang dihasilkantidak menyimpang dari tujuan pengelolaan

sumberdaya alam hayati yang berkeadilan.Terhindar dari penyalahgunaan danpenyimpangan atas isi dan prosespenyusunan perundangan terhadapaspirasi masyarakat. Untuk upaya iniTelapak bekerja sama dengan jaringanLSM untuk kelautan (Jaring PELA) danAliansi Masyarakat Adat Nusantara(AMAN) untuk mengembangkan proseskonsultasi publik atas produkperundangan yang dihasilkan di setiappropinsi di Indonesia.

... Bersama denganpemerintah dan beberapaLSM di Indonesia, Telapakmenggulirkan sebuahwacana untukterbangunnya sistempemerintahan yangmenempatkan isu-isukelautan sebagai isu yangkrusial ...

© Telapak

© Telapak

5050505050

Pengembangan CBCRM-ICM di IndonesiaPengelolaan sumberdaya pesisir berbasis

masyarakat (Community-Based CoastalResources Management CBCRM) danpengelolaan pesisir terpadu (IntegratedCoastal Management ICM) telahdipromosikan sebagai pilihan terbaikuntuk menangani masalah-masalah yangterjadi di wilayah pesisir. Salah satukegiatan yang dibutuhkan dalam kerangkaCBCRM-ICM ini adalah serangkaianpelatihan untuk mengimplementasikannyadi lapangan.

Berdasarkan hal ini, sejak tahun 1999,Telapak bekerja sama dengan beberapapihak baik dari instansi pemerintah (DKPdan Bappedal), perguruan tinggi (PKSPL-IPB) dan LSM (Jaring PELA, PUTER,TNC, Terangi, dan Yayasan Pesut) mulai

mengembangkan sebuah programpelatihan mengenai ICM kepada parapihak terkait di beberapa daerah agarmemahami bagaimana pengelolaan yangterintegrasi tersebut dilakukan. Pelatihanini melibatkan masyarakat sebagai bagiandari perencanaan dan pelaksanaannya.Hingga saat ini program ini telahmenyelenggarakan 5 kali pelatihan yangdilanjutkan dengan pembuatan rencanasingkat tentang pengelolaan pesisir danlaut di setiap daerah. Beberapa daerahyang telah mendapat kegiatan pelatihan iniadalah Kabupaten Sumenep, KecamatanPulau Sembilan di Sulawesi Selatan,Kecamatan Tejakula di Bali, KecamatanPenajam di Kaltim dan KecamatanBojonegoro di Banten.

5050505050

© Telapak

5151515151

Salah satu kegiatanyang dibutuhkandalam kerangkaCBCRM-ICM iniadalah serangkaianpelatihan untukmengimplementasi-kannya di lapangan.

Menimba pengalamandalam kedekatan dengankomunitas nelayan padaisu pesisir dan kelautanmembawa Telapak padasebuah keinginan untukberbuat lebih dalammemfasilitasi ruangpartisipasi publik pada isutersebut. Dalam kurunwaktu 3 tahun terakhir inimulai mengupayakan danmengembangkanterwujudnya sebuahgerakan nelayan untukmemperjuangkan nasib dankepentingan mereka. Halini didasari ataspemahaman bahwaperubahan nasib nelayanhanya dapat diperjuangkan

jika masyarakat nelayan itusendiri mampu berjuangdan tidak hanyabergantung padaperjuangan pihak lain.Upaya ini dilakukan olehTelapak melalui berbagaikegiatan baik melaluiprogram internal maupunmelalui jaringan yang ada,seperti Jaring PELA danIndonesian People�sForum (IPF). Denganterbentuknya organisasi-organisasi nelayan yangkuat, maka diharapkanakan terjadi prosesperluasan partisipasinelayan dalam kebijakanpesisir dan laut di tingkatlokal maupun nasional.

© Telapak

Perluasan Partisipasi Nelayan dalamKebijakan Laut dan Pesisir

© Telapak

© Telapak

© Telapak

© Telapak

© Telapak

© Telapak

© Telapak

© Telapak

© Telapak