buku mikon 1_a4
TRANSCRIPT
1
SISTEM BILANGAN, KODE DAN ANTARMUKA MIKROMPUTER
Sebelum mulai mempelajari mikrokontroler, mikroprosesor, dan mikrokomputer
perlu mengingat kembali beberapa konsep dasar seperti sistem bilangan, kode, dan
piranti display dan power driver yang umum digunakan dalam antarmuka
mikrokomputer.
TUJUAN
Setelah mengikuti bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
o Mengkonversikan antar kode bilangan berikut: biner, hexadesimal dan BCD.
o Menjelaskan istilah-istilah bit, nibble, byte, word, most significant bit (MSB), dan
least significant bit (LSB).
o Menentukan karakter alphanumeric yang diperlukan dengan menggunakan tabel
kode american standard code for information interchange (ASCII).
o Melakukan penjumlahan dan pengurangan untuk bilangan biner, hexadesimal,
(binary coded desimal) BCD dan kode Gray.
o Menjelaskan cara kerja seven segment, dan piranti digital dalam rangkaian
antarmuka mikrokomputer.
o Menjelaskan cara kerja piranti antarmuka mikrokomputer yang berfungsi sebagi
power driver seperti: elektro mekanik relay, solid state relay, power transistor dan
power MOSFET.
1
SISTEM BILANGAN DAN KODE
1.1 Bilangan desimal
Untuk memahami struktur sistem bilangan biner, pertama-tama adalah
mengingat kembali pada sistem desimal atau sistem bilangan dasar sepuluh. Gambar 1.1
menunjukkan bilangan desimal dengan nilai pada masing-masing digit diekpresikan
dalam perpangkatan 10. Digit bilangan desimal 5346,72 dapat dijelaskan terdiri atas 5
ribuan, 3 ratusan, 4 puluhan, 6 satuan, 7 persepuluh, dan 2 perseratus. Jumlah simbol
bilangan untuk setiap bilangan dasar sama dengan bilangan dasar itu. Pada sistem
bilangan desimal terdiri atas 10 simbol yaitu 0 sampai 9. Jika hitungan setiap digit
melampaui nilai simbol tertingginya maka akan terjadi carry 1 dan ditambahkan pada
posisi digit di depannya dan digit lainnya kembali ke nol. Contoh kongkritnya adalah
odometer mobil.
5 3 4 6 . 7 2 103 102 101 100 . 10-1 10-2
Gambar 1.1 Nilai setiap digit dalam desimal
Sistem bilangan dapat dibuat menggunakan beberapa bilangan dasar, tetapi
beberapa bilangan dasar itu lebih berguna dibanding lainnya. Sulit untuk membuat
rangkaian elektronik yang dapat menyimpan dan memanipulasi 10 tingkatan tegangan
yang berbeda tetapi lebih mudah jika membuat rangkaian elektronik untuk mengurus 2
tingkatan. Oleh karena itu digunakanlah sistem bilangan biner atau bilangan dasar 2.
1.2 Sistem Bilangan Biner
Gambar 1.2 menunjukkan nilai masing-masing digit bilangan biner. Setiap
bilangan merepresentasikan perpangkatan 2. Sebuah digit biner biasa disebut bit. Digit
di sebelah kanan titik biner menyatakan pecahan dan digunakan untuk menyatakan
bilangan yang kurang dari satu. Sistem biner menggunakan dua simbol, nol (0) dan satu
(1). Oleh karena itu dalam sistem biner hitungannya 0, 1, 10, 11, 100,101, 110, 111,
1000 dan seterusnya. Setiap bit mempunyai bobot sendiri-sendiri seperti diperlihatkan
dalam Gambar 1.2.
Sistem biner sering juga disebut binary word atau word saja. Sekumpulan
bilangan biner tertentu juga mempunyai nama khusus. Binary word 4-bit disebut nibble
2
dan binary word 8-bit disebut byte. Binar word 16-bit sering direferensikan sebagai
word dan binary word 32-bit direferensikan sebagai double word. Bit yang paling kanan
biasa disebut least-significant bit (LSB) dan bit yang paling kiri biasa disebut most-
significant bit (MSB).
1 0 1 1 0 . 1 1
27 26 25 24 23 22 21 20 2-1 2-2 128 64 32 16 8 4 2 1 1/2 ¼
Gambar 1.2 Nilai setiap digit dalam biner
Untuk mengkonversikan bilangan biner ke bilangan ekivalen desimal kalikan
setiap digit dengan nilai desimal dari setiap digit itu dan jumlahkan. Sebagai contoh
bilangan biner 101, dapat dinyatakan : (1 x 22) + (0x21) + (1x20) atau 4 + 0 + 1 = 5
desimal. Untuk bilangan biner 10110.11 didapat :
= (1 x 24) + (0x23) + (1 x 22) + (1x21) + (0x20) + (1 x 2-1) + (1x2-2)
= 16 + 0 + 4 + 2 + 0 + 0,5 + 0,25
= 22,75 desimal.
Dalam mengkonversi bilangan desimal ke biner terdapat dua metode. Metode
pertama dan paling mudah yaitu kebalikan dari konversi biner ke desimal seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.3.
25 24 23 22 21 20
32 16 8 4 2 1 21 21 5 5 1 1
2110 = 0 1 0 1 0 1 Posisi digit
Gambar 1.3 Konversi desimal ke biner dengan nilai posisi setiap bit
Sebagai contoh mengkonversikan bilangan desimal 21. Pertama kurangkan dengan nilai
terbesar dari kepangkatan 2 yang mendekati 21. Untuk bilangan 21 nilai kepangkatan 2
terbesar adalah 16 atau 24. Kurangi 21 dengan 16 sisanya 5, simpan 1 pada posisi digit
24 dan perhatikan apakah sisanya sama dengan kepangkatan 2 di bawahnya. Dengan 23
adalah 8, maka 8 lebih besar dari 5 oleh karena itu letakan 0 pada posisi digit ini dan
coba untuk kepangkatan berikutnya. Dalam kasus ini kepangkatan berikutnya adalah 22 3
atau 4 dan 4 lebih kecil dari 5 untuk itu simpan 1 pada posisi digit 22. Kurangkan 5
dengan 4 sisa 1. Selanjutnya bandingkan nilai sisa dengan kelipatan berikutnya lagi
yaitu 21 atau 2 karena lebih kecil maka simpan 0 pada posisi digit 21. Karena posisi
digit terahkir 20 maka simpan 1 pada posisi digit 20.
Metode kedua ditunjukkan oleh Gambar 1.4, yaitu membagi bilangan desimal
dengan 2 dan menuliskan hasil bagi dan sisanya. Setiap hasil baginya dibagi lagi dengan
dua sampai hasil baginya mencapai nol. Pada kolom sisa (R) merupakan bilangan
ekivalen binernya. Angka paling bawah pada kolom sisa merupakan bit MSB dan
angka paling atas merupakan bit LSB dari bilangan ekivalen binernya. Untuk pengujian
dapat dilakukan dengan mengalikan setiap bit dengan kepangkatan 2 yang bersesuaian
dengan posisi digit binernya dan menjumlahkan hasil kalinya. Berikut ini contoh untuk
227 desimal akan diubah menjadi biner dan sebaliknya.
227 = 1332113 = 562
28 = 142 56 = 282
14 = 72 7 = 32 3 = 12 1 = 02
R 1 x 1 = 1R 1 x 2 = 2R 0 x 4 = 0R 0 x 8 = 0R 0 x 16 = 0R 1 x 32 = 32R 1 x 64 = 64R 1 x128 =128
227 Periksa
LSB digit
MSB digit
Jadi 227 10 = 11100011 2
Gambar 1.4 Konversi biner dengan cara pembagian dua
Untuk bilangan desimal pecahan, proses konversinya dengan cara mengalikan
bilangan desimal itu dengan 2 seperti ditunjukkan pada gambar 1.5. Pada proses
konversi pecahan, jika hasil kali digit dibelakang koma tidak mencapai harga nol, untuk
itu lakukan perkalian sesuai dengan jumlah digit yang diperlukan. Kebetulan dalam
contoh ini setelah tiga kali perkalian, hasil dibelakang koma sama dengan 00, artinya
bilangan tersebut hanya 3 bit dibelakang koma yaitu 101.
4
2 x .625 = 1 .25
2 x .250 = 0 .50
2 x .500 = 1 .00
MSD
LSD
1 x .5 = 0.5
0 x.25 = 0.0
1 x.125= 0,125
0.625
Periksa
Gambar 1.5 Konversi desimal ke biner untuk pecahan desimal
Secara umum sistem mikroprosesor yang pernah ada lebar datanya mulai dari 4
bit, 8 bit, 16 bit, 32 bit, dan 64 bit. Untuk mikroprosesor tersebut lebih logis jika
memakai sebuah kode yang terdiri atas grup-grup bilangan biner empat digit. Kode
tersebut dapat dinyatakan dengan bilangan dasar-16 atau hexadesimal, Gambar 1.6
memperlihatkan nilai setiap digit untuk hexadesimal, dan bilangan tersebut sering
disebut hexa. Karena merupakan bilangan dasar-16 dan terdiri dari 16 simbol seperti
ditunjukkan dalam Tabel 1.1. Pada Tabel tersebut untuk bilangan 10-15 menggunakan
simbol A - F.
163 162 161 160 . 16-1 16-2 16-3 4096 256 16 1 1/16 1/256 1/4096
Gambar 1.6 Nilai setiap posisi untuk bilangan hexadesimal
Seperti telah disebutkan di atas tiap digit hexa sama dengan 4 digit biner. Untuk
mengkonversi bilangan biner 11010110 ke hexa, tandai setiap 4 bit dimulai dari bit
paling kanan. Selanjutnya untuk setiap 4 bitnya tulis dengan simbol hexa. Kelompok
0110 sama dengan 6 dan kelompok 1101 sama dengan 13 atau D hexa. Jadi 11010110
biner sama dengan D6 hexa atau D6H.
Jika ingin mengkonversi sebuah data dari desimal ke hexadesimal caranya
diperlihatkan pada Gambar 1.7. Pada gambar tersebut bilangan 227 desimal setelah
dikonversi ke hexadesimal menjadi E3h. Langkah mendapatkan bilangan itu dimulai
dari 227 dibagi 16 dan bilangan yang terdekat adalah 14 dimana sisa hasil baginya
adalah 3. Selanjutnya karena 14 itu lebih kecil dari 16 artinya bilangan itu merupakan
hasil konversi desimal ke hexadesimal. 5
Tabel 1.1 Desimal terhadap hexadesimal
Desimal Hexa Desimal Hexa
0 0 8 8 1 1 9 9 2 2 10 A 3 3 11 B 4 4 12 C 5 5 13 D 6 6 14 E 7 7 15 F
227 = 1416 14 = 016
R 3 x 1 = 1R E x 16 =226
227 Periksa
LSB digit
MSB digit
Jadi 227 10 = E3 16
Gambar 1.7 Konversi desimal ke heksadesimal
1.3 Kode BCD
Dalam aplikasi seperti pada frekuensi counter, volt meter digital, atau kalkulator,
dimana outputnya diperagakan dalam desimal, seringkali digunakan binary-coded
decimal atau BCD. Keuntungan dari BCD pada aplikasi tersebut adalah informasi setiap
digit desimal berisikan 4 bit binary word. Seperti terlihat pada Tabel 1-2, kode BCD
menggunakan 10 bilangan pertama dari kode biner standard untuk bilangan BCD 0
sampai 9. Kode hexa A sampai F bukan merupakan kode BCD. Setiap digit desimal
dinyatakan secara individu dengan ekivalen biner 4-bit seperti diilustrasikan pada
Gambar 1-8.
5 2 9 Desimal
0101 0010 1001 BCD
Gambar 1-8 Konversi desimal ke BCD
6
1.4 Kode Gray
Kode Gray merupakan kode biner penting lainnya yang sering digunakan pada
data encoding shaft position suatu mesin, seperti pada mesin bubut yang dikontrol
komputer. Kode ini mempunyai kombinasi kemungkinan yang sama dengan kode biner
standar. Tabel 1.2 menunjukkan hubungan bilangan desimal, biner hexadesimal, BCD
dan kode gray.
Tabel 1.2 Kode-kode bilangan
SISTEM
DESIMAL BINER HEXA- DESIMAL
BCD 8421
KODE GRAY
0 0000 0 0000 0000 1 0001 1 0001 0001 2 0010 2 0010 0011 3 0011 3 0011 0010
4 0100 4 0100 0110 5 0101 5 0101 0111 6 0110 6 0110 0101 7 0111 7 0111 0100
8 1000 8 1000 1100 9 1001 9 1001 1101 10 1010 A 0001 0000 1111 11 1011 B 0001 0001 1110
12 1100 C 0001 0010 1010 13 1101 D 0001 0011 1011 14 1110 E 0001 0100 1001 15 1111 F 0001 0101 1000
1.5 Kode ASCII
Kode ASCII merupakan kode yang digunakan dalam sistem komputer untuk
komunikasi antar mikrokomputer dengan perangkat output seperti printer atau monitor.
Kode ASCII hanya menggunakan data 7 bit. Dengan 7 bit dapat dikodekan 128
karakter yang meliputi huruf besar, huruf kecil, angka, tanda baca dan karakter kontrol.
Tabel 1.3 memperlihatkan kode ASCII.
Jika diperlukan untuk pengujian paritas maka dapat menggunakan bit ke 7
(MSB). Sebagai contoh, kode biner 1100 0100 merupakan kode ASCII untuk huruf D 7
besar dengan paritas ganjil. Kode huruf D dari tabel ASCII adalah 100 (kolom huruf D)
0100 (baris huruf D).
Tabel 1.3 Kode ASCII
7 0 0 0 0 1 1 1 1 Bit 6 0 0 1 1 0 0 1 1
4 3 2 1 5 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 NUL DLE SP 0 @ P \ p 0 0 0 1 SOH DC1 ! 1 A Q a q 0 0 1 0 STX DC2 “ 2 B R b r 0 0 1 1 ETX DC3 # 3 C S c s 0 1 0 0 EOT DC4 $ 4 D T d t 0 1 0 1 ENQ NAK % 5 E U e u 0 1 1 0 ACK SYN & 6 F V f v 0 1 1 1 BEL ETB ‘ 7 G W g w 1 0 0 0 BS CAN ( 8 H X h x 1 0 0 1 HT EM ) 9 I Y i y 1 0 1 0 LF SUB * : J Z j z 1 0 1 1 VT ESC + ; K [ k { 1 1 0 0 FF FS , < L \ l | 1 1 0 1 CR GS - = M ] m } 1 1 1 0 SO RS . > N ∧ n ˜ 1 1 1 1 SI US / ? O _ o DEL
Dalam kode ASCII selain karakter standar seperti huruf dan angka terdapat
sekelompok kode yang termasuk dalam karakter kontrol. Karakter kontrol ini meliputi:
- Kontrol perangkat secara phisik (BEL, BS, HT, LF, CR, dan lainnya)
- Kontrol komunikasi secara logik (SOH, STX, ETX, EQT, ENQ dan lainnya)
- Kontrol komunikasi secara phisik (NUL, DEL CAN, dan lainnya)
- Pemisah informasi (FS, GS, RS, US)
- Kontrol kode ekstensi (SI, SO dan ESC)
Karakter kontrol tersebut berguna dalam menginisiasi, memodifikasi, atau
memberhentikan suatu aksi yang dapat berpengaruh kepada perekaman, pemrosesan,
pengiriman, dan interprestasi data.
8
1.6 Kode Peraga 7-segmen
Semenjak peraga 7-segment seperti yang ditunjukkan Gambar 1.8a digunakan
mulai dari kalkulator sampai pada pompa pengisian bensin, peraga jenis sangat dikenal
oleh masyarakat. Peraga jenis ini kode segmennya ditunjukkan pada Tabel 1.4. Pada
tabel tersebut logik 1 menandakan segmen menyala (ON), dan ini hanya berlaku untuk
7-segmen dengan katoda bersama Gambar 1.8b. Jika yang digunakan 7-segmen dengan
anoda bersama Gambar 1.8c maka segment akan menyala jika diberikan logik 0, untuk
itu diharuskan membalikkan semua nilai pada tabel tersebut.
Tabel 1.4 Data untuk seven segment katoda bersama
Segmen D7 D6 D5 D4 D3 D2 D1 D0 Angka
p g f e d c b a
Kode 7-segment dalam heksa
0 0 0 1 1 1 1 1 1 3F 1 0 0 0 0 0 1 1 0 06 2 0 1 0 1 1 0 1 1 5B 3 0 1 0 0 1 1 1 1 4F 4 0 1 1 0 0 1 1 0 66 5 0 1 1 0 1 1 0 1 6D 6 0 1 1 1 1 1 0 1 7D 7 0 0 0 0 0 1 1 1 07 8 0 1 1 1 1 1 1 1 7F 9 0 1 1 0 1 1 1 1 6F A 0 1 1 1 0 1 1 1 77 B 0 1 1 1 1 1 0 0 3C C 0 0 1 1 1 0 0 1 29 D 0 1 0 1 1 1 1 0 3E E 0 1 1 1 1 0 0 1 79 F 0 1 1 1 0 0 0 1 71
Dalam Tabel 1.4 susunan masing-masing segmen dihubungkan berturut-turut
mulai dari segmen a sebagai LSB dan segmen p sebagai MSB. Sebagai contoh untuk
menampilkan angka 0 pada seven segmen katoda bersama, maka kode heksanya adalah
3FH. Untuk seven segmen anoda bersama komplemenkan data 3FH setiap bitnya, dan
hasil komplemennya adalah C0H.
9
Peraga 7-segmen diproduksi dalam dua jenis bahan yaitu light emitting diode
(LED) dan liquid crystal display (LCD). Kelebihan peraga jenis LED adalah setiap
segmennya membangkitkan cahaya, jadi cocok untuk peragaan ditempat terang atau
gelap. Hal ini berbeda dengan peraga jenis LCD yang perlu justru perlu penerangan
terutama pada kondisi gelap.
a
ce
f g
d
b
dp
(a)
a fedcb dpg
(b) a fedcb dpg
+V
(c)
Gambar 1.8 Peraga LED 7-segmen. (a) Keterangan segmen. (b) Skematik katoda bersama. (c) Skematik anoda bersama.
PIRANTI ANTARMUKA DIGITAL
1.7 Elektromekanik Relay
Sistem mikrokomputer umumnya tidak dapat dihubugkan langsung dengan
perangkat luar (peripheral) karena terdapat perbedaan diantaranya level tegangan, arus
atau bentuknya masih analog. Sebagai contoh apabila ingin menghubungkan sistem
mikrokomputer dengan motor DC 24V, maka untuk keperluan ini dapat digunakan
perangkat penghubung (driver) seperti relay elektro mekanis (EM), dan power
transistor/MOSFET.
Relay EM merupakan komponen yang fleksibel karena dapat menghubungkan
mikrokomputer dengan berbagai jenis beban (tegangan DC atau AC). Gambar 1.9
memperlihatkan antarmuka mikrokomputer dengan motor DC 24V menggunakan relay
EM. Transistor (Q) dalam rangkaian tersebut berfungsi sebagai saklar elektronik. Bila
pada base-nya diberikan logika 1 (+5V), transistor akan saturasi (kolektor-emiter
terhubung) akibatnya coil relay (Re) akan teraliri arus dan timbul medan magnet
sehingga kontak relay akan terhubung. Sebaliknya, jika base-nya diberikan logika 0
(0V) transistor itu menjadi cut-off oleh karena itu (kolektor-emiter terbuka) tidak ada
aliran arus yang melalui coil. Relay EM disebut juga magnetic coupler atau magnetic 10
isolator yang artinya antara motor DC dang rangkain transistor berkut
mikrokomputernya terisolasi sehingga bila trejadi hubung singkat atau atau arus bocor
tidak akan masuk ke sistem mikrokomputer. Untuk melindungi transistor dari tegangan
balik saat transistor OFF dipasangkan dioda D1 atau biasa disebut clamp dioda.
Kelemahan elektromekanik relay adalah terjadi spark (bunga api) pada kontaknya,
bila itu terjadi dan berulang untuk beberapa waktu tertentu maka kontak relay tersebut
akan terbakar dan menyebabkan kontak itu tidak tersambung.
Gambar 1.9 Antarmuka relay elektromekanik
Untuk memilih transistor yang digunakan dalam rangkaian ini perlu diketahui
terlebih dahulu resistansi koil relay. Misalkan resitansi koil itu adalah 50 ohm, tegangan
kerja 5V maka arus koilnya adalah 100 mA. Untuk keamanan dan kehandalan sistem,
harus dipilih transistor yang mempunyai minimal arus kolektor 200 mA dan tegangan
kolektor emiter (VCE) 48V. Misalkan dipilih transistor yang mempunyai spesifikasi arus
kolektor 200 mA dan hFE-nya 200. Dengan mengasumsikan tegangan dari
mikrokomputer saat berlogik satu adalah 5 volt, maka R1-nya dapat dicari
menggunakan persamaan berikut ini:
IBVBER −
=51 ; dengan IB = IC / hFE dan VBE = 0,7 volt
Dari rumus di atas nilai R1 adalah 8600 ohm atau dipilih 8200 ohm.
1.8 Power Transistor/MOSFET
Piranti lain yang termasuk dalam power driver yang umum digunakan dalam
antarmuka mikrokontroler/mikrokomputer adalah power transistor atau MOSFET.
11
1.9 Solid State Relay
Piranti sejenis yang berfungsi seperti relay tetapi tidak menimbulkan spark adalah
solid state relay (SSR). SSR bekerja hanya untuk mengontrol beban bertegangan bolak-
balik. Kelebihan komponen ini antara lain tidak ada bouncing, operasinya cepat (kurang
dari 1 mikro detik), masukan kontrol logiknya kompatibel dengan level TTL. Diagram
blok SSR diperlihatkan dalam Gambar 1.11, perangkat ini terdiri atas rangkaian
masukan kontrol logik, opto isolator, zero crossing detector, dan power TRIAC.
Dalam Gambar 1.10 terdapat rangkaian snubber yang berfungsi untuk menekan
transien frekuensi tinggi yang sewaktu-wakatu bisa terjadi pada jalur jala-jala listrik.
Transien ini bila dibiarkan dapat membuat TRIAC rusak atau membuat TRIAC menjadi
konduksi. Opto isolator digunakan untuk mengisolasi antara rangkaian kontrol dengan
rangkaian yang dikontrol. Untuk melindungi masukannya dari tegangan berlebihan atau
tegangan mundur digunakan komponen D1 dan Q1.
Prinsip kerja rangkaian tersebut yaitu bila diberikan logik 1 pada input AND gate,
akan menyebabkan IRED dan SBS pada MOC3011 aktif sehingga TRIAC terpicu dan
menyebakan komponen ini konduksi.
Power transistor atau MOSFET dapat bekerja sebagai saklar elektronik yang bekerja
pada tegangan searah. Kelebihan kedua jenis piranti ini adalah tidak menimbulkan
bunga api dan responnya jauh lebih cepat dibandingkan elektro mekanik relay. Gambar
1.10 memperlihat kedua jenis power driver aktif tinggi. Untuk keamanan sistem
mikrokomputer dari tegangan lebih atau hubung singkat saat power driver tersebut
mengalami kerusakan, sebaiknya menggunakan optocoupler.
12
a. Power Transistor NPN b. Power MOSFET-N
Gambar 1.10 Transistor dan MOSFET sebagai saklar elektronik
13
Gambar 1.11 Rangkaian dasar solid state relay
SOAL-SOAL LATIHAN 1. Konversikan bilangan desimal berikut ini ke biner a. 72, b. 76, c. 500 2. Konversikan bilangan biner berikut ini ke desimal a. 1011, b. 11010001 c. 1110111001011001 3. Konversikan ke hexadesimal a. 53 desimal b. 756 desimal c. 01101100010 biner d. 11000010111 biner 4. Konversikan ke desimal a. D3H b. 3FEH c. 44H 5. Konversikan ke BCD a. 86 desimal b. 62 desimal c 33 desimal 6. Tuliskan dalam biner kode ASCII untuk huruf L dan CR (enter) ? 7. Jelaskan pemakaian parity jika digunakan untuk mengoreksi transfer data ? 8. Jumlahkan ! a. 100112 dan 10112 dalam biner b. 3710 dan 2510 dalam BCD c. 4AH dan 77H 9. Tuliskan tabel kode seven segmen anoda bersama untuk angka 0 sampai 9 ! 10. Sebutkan kelebihan dan kelemahan elektro mekanik relay ! 11. Jelaskan prinsip kerja solid state relay dan mengapa hanya diperbolehkan untuk
beban tegangan bolak balik ? 12. Jelaskan fungsi rangkaian snubber yang dipasang pada solid state relay dan efek
apakah yang akan terjadi jika tidak memakai rangkaian ini ! 13. Bila sebuah motor DC bertegangan 48V, ingin dikendalikan melalui
mikrokomputer, gambarkan skematik yang anda maksud ? 14. Jelaskan fungsi diode clamp ? 15. Jelaskan perbedaan cara kerja antara power transistor dan power MOSFET !
14