buku memori masa tugas sabo 12.06.2015
DESCRIPTION
Balai Sabo (CCBYND)Buku Memori Akhir Tugas Balai Sabo ini merupakan laporan secara umum tentanginformasi, hal-hal yang telah dilaksanakan dalam menjalankan tugas pokok danfungsi sebagaimana yang di amanatkan dalam SK Menteri PU no :21/KPTS/M/2010tentang Organisasi dan Tata Laksana Unit Pelaksana Teknis di lingkunganKementerian Pekerjaan Umum,serta kebijakan untuk melaksanakan ReformasiBirokrasi dan pelaksanaan Sistim Manajemen Mutu (SMM), mendorong Balai Saboharus ikut berubah dengan semangat untuk bekerja lebih baik. Pembenahan asetBMN, pelaporan Sistim Akutansi Keuangan (SAI) serta LAKIP telah dilakukanmenurut ketentuan yang berlaku. Informasi yang diberikan berupa aktifitas BalaiSabo selama Periode Mei 2014 – juni 2015 Kepemimpinan Kepala Pusat LitbangSumber Daya Air.Pada perjalanannya, Balai Sabo merumuskan kembali fokus Penelitian danPengembangan bidang Sabo dengan memperhatikan amanat Undang-undang no 24tahun 2007 tetang Bencana Alam. Berdasarkan peraturan perundang tersebut BalaiSabo menetapkan tema “Mitigasi Bencana Sedimen” dalam rentang waktu 2014 –2019, yang akan si selaraskan dengan Rencana Strategis Puslitbang SumberdayaAir maupun Renstra Badan Litbang PU. Lingkup litbang mitigasi bencana sedimenmeliputi aliran lahar atau debris dan tanah longsor atau lanslide, yang didalampelaksanaannya dikelompokan dalam tiga pilar litbang Sabo yaitu litbang AnalisaResiko – litbang Teknik Pengendalian – libang Peringatan Dini dan Kesiapsiagaan, yang didukung pengembangan peralatan laboratorium dan data base sertaWEB.Pelayanan Balai Sabo kepada masyarakat diwujudkan dalam bentuk tempat rujukanpemangku kepentingan dalam bidang sabo di seluruh Indonesia melalui kegiatanAdvis teknis. Secara regional disekitar gunung Merapi sebagai institusi pengumpaninformasi akan terjadi banjir lahar di Merapi melalui sistim yang peringatan dini.Peralatan Radar hujan akan dapat menginformasikan terjadinya hujan secarakeruangan (spatial ) di wilayah Yogyakarta dan sebagaian Jawa Tengah selatanyang dapat diakses nelalui WEB Sabo.TRANSCRIPT
MEMORI AKHIR TUGAS UNTUK KEPALA PUSLITBANG SDA PERIODE MEI 2014 – JUNI 2015
Disusun Oleh :
BALAI SABO
ii
KATA PENGANTAR
Buku Memori Akhir Tugas Balai Sabo ini merupakan laporan secara umum tentang
informasi, hal-hal yang telah dilaksanakan dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsi sebagaimana yang di amanatkan dalam SK Menteri PU no :21/KPTS/M/2010
tentang Organisasi dan Tata Laksana Unit Pelaksana Teknis di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum,serta kebijakan untuk melaksanakan Reformasi
Birokrasi dan pelaksanaan Sistim Manajemen Mutu (SMM), mendorong Balai Sabo
harus ikut berubah dengan semangat untuk bekerja lebih baik. Pembenahan aset
BMN, pelaporan Sistim Akutansi Keuangan (SAI) serta LAKIP telah dilakukan
menurut ketentuan yang berlaku. Informasi yang diberikan berupa aktifitas Balai
Sabo selama Periode Mei 2014 – juni 2015 Kepemimpinan Kepala Pusat Litbang
Sumber Daya Air.
Pada perjalanannya, Balai Sabo merumuskan kembali fokus Penelitian dan
Pengembangan bidang Sabo dengan memperhatikan amanat Undang-undang no 24
tahun 2007 tetang Bencana Alam. Berdasarkan peraturan perundang tersebut Balai
Sabo menetapkan tema “Mitigasi Bencana Sedimen” dalam rentang waktu 2014 –
2019, yang akan si selaraskan dengan Rencana Strategis Puslitbang Sumberdaya
Air maupun Renstra Badan Litbang PU. Lingkup litbang mitigasi bencana sedimen
meliputi aliran lahar atau debris dan tanah longsor atau lanslide, yang didalam
pelaksanaannya dikelompokan dalam tiga pilar litbang Sabo yaitu litbang Analisa
Resiko – litbang Teknik Pengendalian – libang Peringatan Dini dan Kesiap-
siagaan, yang didukung pengembangan peralatan laboratorium dan data base serta
WEB.
Pelayanan Balai Sabo kepada masyarakat diwujudkan dalam bentuk tempat rujukan
pemangku kepentingan dalam bidang sabo di seluruh Indonesia melalui kegiatan
Advis teknis. Secara regional disekitar gunung Merapi sebagai institusi pengumpan
informasi akan terjadi banjir lahar di Merapi melalui sistim yang peringatan dini.
Peralatan Radar hujan akan dapat menginformasikan terjadinya hujan secara
keruangan (spatial ) di wilayah Yogyakarta dan sebagaian Jawa Tengah selatan
yang dapat diakses nelalui WEB Sabo.
iii
Namun demikian harus diakui bahwa disamping berbagai hal telah dilakukan untuk
menjadi lebih baik pada periode ini, masih banyak hal yang belum berhasil
dilaksanakan dan perlu ditingkatkan dalam suasana kerja kondusif, kerjasama dan
kekeluargaan. Pembangunan renovasi gedung, khususnya renovasi gedung
Laboratorium Sabo guna meningkatkan fungsi laboratorium dan pelayanan, baru
akan dilaksanakan pada tahun 2014 - 2015 dengan penuh kecermatan, terbuka dan
akuntable.
Kerja sama penelitian yang telah dirintis dengan BPPT, akan sangat bermanfaat
bagi kita khususnya para peneliti dalam membuka wawasan dan pengetrapan
teknologi yang terus berkembang. Kolaborasi penelitian Indonesia –Jepang dibidang
“Integrated Study on Mitigation of Multi Modal Disasters Coused by Ejection of
Volcanic Procucts” dalam program SATRAP JICA, akan dimulai pada April 2014.
Kerja sama penelitian ini, pihak Indonesia dibawah koordinasi Direktorat
Volcanology bermitra dengan BMKG, UGM, PUSAIR(Balai Sabo). Para Peneliti
Balai Sabo diharapkan dapat berperan aktif memanfaatkan kerja sama ini.
Yogyakarta, Juni 2015
Kepala Balai Sabo
Achmad Yusuf, ST NIP : 19580317 199103 2 001
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ vi
BAB I BALAI SABO .................................................................................................... 1
1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Balai Sabo ............................................................ 1
1.2 Struktur Organisasi ....................................................................................... 2
1.3 Profil SDM ..................................................................................................... 3
1.4 Keuangan ...................................................................................................... 4
1.5 Pengelolaan Barang Milik Negara ( BMN ) ................................................... 5
1.6 Penerapan Sistim Manajemen Mutu ............................................................. 6
BAB II PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ........................................................... 9
2.1 Fokus Penelitian dan Pengembangan .......................................................... 9
2.2 Produk Penelitian dan Pengembangan ....................................................... 10
2.3 Diklat Teknis ................................................................................................ 15
2.4 Kerjasama ................................................................................................... 15
BAB III PENERAPAN DAN PELAYANAN ................................................................ 17
3.1. Peningkatan Sistem Telemetri Banjir Lahar di Merapi ................................ 17
3.2. Pelayanan Advis Teknis .............................................................................. 19
3.3. Pelayanan Respon Bencana ....................................................................... 25
3.4. Kegiatan Difusi dan Alih Teknologi .............................................................. 28
3.4 Pelayanan Laboratorium ............................................................................. 30
3.5 Tantangaan Kedepan .................................................................................. 32
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur organisasi Balai Sabo ............................................................................ 2
Gambar 2. SDM Menurut Tingkat Pendidikan ....................................................................... 3
Gambar 3. Profil Penganggaran Balai ................................................................................... 4
Gambar 4. Profil Penelitian dan Pengembangan Balai Sabo................................................. 9
Gambar 5. Foto kegiatan survai sumber sedimen .............................................................. 12
Gambar 6. Sabodam Mikro Dieng ....................................................................................... 12
Gambar 7. Contoh Bangunan Sabo yang dimanfaatkan sebagai Pengambilan Air ............. 12
Gambar 8. Expose hasil SIMLAR 1.0 .................................................................................. 13
Gambar 9. CCTV pemantau banjir lahar ............................................................................. 13
Gambar 10. Foto perbaikan Sabodam dengan menambahkan sub subdam di hilirnya ....... 13
Gambar 11. Pengujian kuat tekan beton ............................................................................. 14
Gambar 12. Pengujian slump beton ................................................................................... 14
Gambar 13. Menu Utama Web Sabo .................................................................................. 14
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Anggaran Belanja Berdasarkan Jenis...................................................................... 4
Tabel 2. Detil Penghapusan Barang ...................................................................................... 5
Tabel 3. List Belanja Modal ................................................................................................... 6
BAB I BALAI SABO
Balai Sabo berlokasi di Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang
bersifat mandiri dan melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan atau tugas
teknis penunjang tertentu di bidang penelitian dan pengembangan bidang Sabo.
Institusi ini setingkat eselon III yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air,
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum.
Sabo adalah istilah teknik pengendalian sedimen yang diambil semula bahasa
Jepang yang telah diadopsi secara Internasional. Balai Sabo berdiri merupakan
wadak kerjasama teknik pemerintah Jepang dan Indonesia (Sabo Technecal Centre)
yang telah berlangsung selama kurun waktu 40 tahun dalam bidang
penanggulangan bencana sedimen, baik di daerah vocanik maupun non volcanik di
Indonesia.
1.1 Tugas dan Fungsi
Tugas dan Fungsi Balai Sabo tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 21/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Kementerian Pekerjaan Umum. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud, Balai Sabo menyelanggarakan fungsi :
a. Penyusunan Program;
b. Pelaksanaan Penelitian;
c. Pelaksanaan Pengembangan;
d. Pelaksanaan Penerapan meliputi Perekayasaaan dan Difusi Teknologi;
e. Pelaksanaan Pelayanan Teknis meliputi pengujian dan Pengkajian;
f. Pelaksanaan Alih Teknologi;
g. Penyiapan Standar, Pedoman dan Manual;
h. Penyelenggaraan Laboratorium serta Sertifikasi;
i. Evaluasi dan Pelapooran;
j. Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Barang
Milik Negara; dan
k. Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai serta koordinasi
dengan instansi terkait.
2
1.2 Struktur Organisasi
1.1.1 Struktur Balai Sabo
Sebagaimana tertuang dalam Permen 21/PRT/M/2010 Balai Sabo terdiri dari
Subbag Tata Usaha, Seksi Penelitian dan Pengembangan, Seksi Penerapan
dan Pelayanan, dan Kelompok Jabatan Fungsional (Tertentu).
Untuk meningkatkan pelayanan fungsi dari masing – masing seksi di dukung
oleh beberapa sub seksi atau urusan.
Gambar 1. Struktur organisasi Balai Sabo
Sub Bag. Tata Usaha
Gertudis Rumanti, SST.
Urusan
Kepegawaian
& Admin Umum
Suratmi
Urusan
Keuangan
Widayati
Urusan Rumah
Tangga
Tri Suprapti
Irianingsih
Seksi Penelitian & Pengembangan
Djudi SST., MT.
Seksi Penerapan & Pelayanan
F.Tata Yunita, ST., MT.
Urusan
Pengolah Data & Informasi
Arif Rahmat M., S.Si.
Urusan Monitoring
Evaluasi Pelaporan Santosa Sandy P., ST.
Balai Sabo
Achmad Yusuf, ST.
Urusan
Laboratarium
Akhyar Mushthofa, ST.
Urusan Pelayanan Teknik &
Perekayasaan Dyah Ayu P., ST., M.Eng
Kelompok Jabatan Fungsional
1 Drs. Soewarno (Peneliti Utama, IV/e)
2 Drs. Sutikno, HS., Dip.HE (Peneliti Madya, IV/c)
3 C. Bambang Sukatja, ST., M.Sc. (Peneliti Madya, IV/b)
4 Djudi, SST., MT. (Peneliti Muda, III/c)
5 F. Tata Yunita, ST., MT. (Peneliti Muda, III/c)
6 Jati Iswardoyo, ST., M.Eng (Peneliti Muda, III/c)
7 Dyah Ayu Puspitosari, ST., M.Eng (Peneliti Muda, III/c)
8 Arif Rahmat Mulyana, S.Si., M.Reg.Dev (Peneliti Pertama, III/b)
9 Ardian Alfianto, ST., M.Eng (Peneliti Pertama, III/b)
10 Akhyar Mushthofa ST., M.Eng (Peneliti Pertama, III/b)
11 Santosa Sandy Putra ST., M.Sc. (Peneliti Pertama, III/a)
12 Ir. Chandra Hassan, Dipl.HE., M.Sc. (Peneliti Utama, IV/b)
13 Ir. Sadwandharu, Sp. (Peneliti Madya, IV/c)
3
1.3 Profil SDM dan Keahlian
1.3.1 Kepegawaian
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Balai Sabo, didukung oleh sumber
daya manusia sebanyak 63 orang yang berstatus PNS. dan didukung oleh orang
Non PNS.
Data tahun 2014 menjelaskan total pegawai Balai Sabo adalah 90 orang dengan
jumlah PNS 61 orang dan Non PNS 30 orang (Gambar 2).
Gambar 2. SDM Menurut Tingkat Pendidikan
Peningkatan kemampuan karyawan juga terus ditingkatkan melalui pendidikan
formal dengan menempuh jenjang pendidikan S2 di luar negeri sebanyak 2 orang
dan dalam negeri 1 orang. Selain itu pelatihan ketrampilan teknis untuk para tenaga
pendukung di Laboratorium maupun teknik survey lapangan juga di laksanakan baik
secara “inhouse training” maupun mengirim melalui pelatihan teknis di Puslitbang
SDA maupun di luar Balitbang PU.
4
1.4 Keuangan
Pagu Dipa TA 2014 sebesar Rp 12.086.854.000,- dengan realisasi sebesar Rp
7.917.115.000,- atau 65.5 % hingga bulan September 2014.
Gambar 3. Profil Penganggaran Balai Sabo Tahun 2010 – 2014
Sedangkan total Pagu DIPA Balai Sabo setelah melalui kebijakan, penghematan
dan APBNP bulan April 2015 sebesar Rp. 18.222.334.000,-. Dengan realisasi
sampai dengan bulan Juni sebesar 19.34 % dengan Teknologi sebesar 20.4%.
Komposisi pagu belanja DIPA Balai Sabo pada tahun 2014 dan 2015 adalah
sebagai berikut.
Tabel 1. Anggaran Belanja Berdasarkan Jenis Belanja
Jenis Belanja 2014 2015
Belanja Pegawai 3,835,615 64 5,638,848 30,9
Belanja Barang Operasional 666,024 51,5 2,188,862 12
Belanja Barang Non Operasional 263,318 12,14 7,093,302 38,9
Belanja Modal 508,423 99,8 3.301.332 18,1
Total Realisasi 1,441,600 % 18,222,334 %
5
1.5 Pengelolaan Barang Milik Negara ( BMN )
Pengelolaan Barang Milik Negara Balai Sabo dilaksanakan melalui penataan
inventaris barang dan penghapusan akibat bencana letusan gunung Merapi 2010
dan persiapan penghapusan barang yang telah rusak berat dan atau tidak
difungsikan lagi.
1.5.1.1 Penghapusan Bangunan Milik Negara pada periode Mei 2014 – Juni 2015
adalah sebanyak 3 kali penghapusan dengan total nilai aset sebesar Rp.
76.930.000,-
Tabel 2. Detil Penghapusan Barang
No Nama Barang Nilai (Rp)
1 98 item Barang Perkantoran 9.710.000,-
2 Material Bongkaran hasil renovasi
Gedung Laboratorium 27.250.000,-
3 Kendaraan Jeep Toyota 1986 49.970.000,-
TOTAL 76.930.000
1.5.1.2 Alih kelola aset Barang Milik Negara (BMN)
Alih Kelola Aset Sabo Technical Center (STC) Ditjen Sumber Daya Air ke
Balai Sabo Puslitbang SDA (Balitbang PU) telah berlangsung sejak 2008,
dan telah diadakannya beberapa kali pertemuan, dalam pembahasan
terakhir alih kelola aset tersebut antara Sekretaris Badan Litbang dan
Sekretaris Ditjen SDA adalah sebagai berikut :
a. Seluruh bangunan Indoor Lahar Laboratory, Outdoor Lahar Laboratory
serta gedung Kantor Sabo Tehnical Center (STC) beserta tanahnya
diusulkan dikelola dibawah UPPB UAKP Balai Sabo, Pusat Litbang
Sumber Daya Air.
b. Bangunan Dormitory beserta tanahnya dikelola oleh UPPB Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air.
c. Proses alih kelola aset melibatkan Pusat BMN, Sekretariat Jenderal
dimana telah dibentuk lintas satmikal yang sementara ini masih diolah di
Balitbang dan BMN pusat, hingga bulan Juni 2015 masih belum ada titik
terang.
1.5.1.3 Belanja Barang dan Peralatan
Untuk menunjang kegiatan pelaksanaan pekerjaan di kantor Balai Sabo
pada tahun selama 2014 dan 2015 telah diadakan belanja modal berupa :
Peralatan dan Mesin (Pengolah Data dan Alat Laboratorium), Radar,
Meubeler, buku. Selanjutnya dalam rangka Optimasi Pelayanan
Laboratorium dan Peningkatan kegiatan Gedung Laboratorium dan ruang
kerja peneliti dan perekayasa, dilakukan renovasi gedung. Semua telah
terlaksana dengan penambahan asset.
6
Laboratorium Balai Sabo yang dilaksanakan 2 Tahap (Tahun 2014 dan
Tahun 2015). Rincian Belanja Modal tahun 2014 – 2015 dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 5. List Belanja Modal 2014 - 2015
No Belanja Modal Tahun 2014 (Rp) Tahun 2015 (Rp)
1 Pengadaan suku cadang radar hujan
dan penunjang operasional radar EWR
- 700D
- 1.451.511.000
2 Pengadaan GPS Geodetik, Asesories
dan Peralatan pengujian laboratorium -
686.882.000
3 Renovasi Peningkatan Gedung
laboratorium 1.500.000.000 940.000.000
4 Pengadaan Meubelair - 655.350.000
5 Revitalisasi jaringan LAN dan server - 726.800.000
6 Pengadaan alat olah data 229.373.000 -
7 Pengadaan Alat Laboratorium 490.399.000 -
Total 2.219.772.000 3.301.332.000
1.6 Penerapan Sistim Manajemen Mutu dan Reformasi Birokrasi
Menindak lanjuti Permen Pu No. 4/PRT/M2009 tetang Pelaksanaan Sistim
Manajemen Mutu di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, Balai Sabo, Pusat
Litbang Sumber Daya Air telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu dalam
pelayanan kinerjanya, yaitu penerapan SMM SNI ISO 9001 : 2008 dari Tahun 2011
sampai dengan Tahun 2015 dan SNI ISO 17020-1999 dari Tahun 2012 sampai
dengan tahun 2015 ini.
a. Kebijakan Mutu
Pelaksanaan Sistim Menejemen Mutu ini diturunkan dari Kebijakan Mutu Kementerian Pekerjaan Umum :
“Menjamin ketersediaan infrastruktur yang handal bagi masyarakat
dengan prinsip efektif dan efisien serta melakukan peningkatan mutu
kegiatan secara berkesinambungan “
yang telah ditetapkan dan menjadi acuan untuk semua unit di lingkungan PU
untuk menjabarkan dalam kebijakan mutu yang realistis, terukur dan sesuai
dengan tusi masing – masing.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air menjabarkan dan
menetapkan kebijakan mutu nya sebagai berikut :
“Pusat Litbang Sumberdaya Air berkomitmen untuk senantiasa
menghasilkan produk penelitian dan pengembangan yang bermanfaat ,
Aplikatif, Inovatif dan kompetitif serta berwawasan lingkungan yang
memenuhi standar dan peraturan perundangan yang berlaku untuk
7
memenuhi kepuasan pelanggan melalui Penerapan Sistem Manajemen
Mutu berdasar Permen PU No. 4/PRT/M2009 dan Standar SNI ISO 9001 :
2001 (E) Secara Konsisten”
Yang direvisi pada tahun 2014 menjadi :
“Pimpinan dan seluruh pegawai balai Sabo berkomitmen untuk
menghasilkan IPTEK yang inovatif, kompetitif, baik, cepat, murah dan
layanan inspeksi melalui penerapan Sistem ManajemenMutuberdasarkan
Permen PU No.04/PRT/M/2009, Standar SNI ISO 9001 : 2008 (E), dan
Standar SNI ISO/IEC 17020 : 2012 untuk memenuhi kepuasan pelanggan”
Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu Balai Sabo, menginduk pada Sistem
Manajemen Mutu Pusat Litbang Sumber Daya air. Sehingga Balai Sabo tidak
menetapkan Kebijakan Mutu sendiri.
b. Sasaran Mutu
Puslitbang Sumber Daya Air yang ditetapkan Sasaran Mutu setiap tahunnya,
menjadi acuan bagi semua Balai di bawah Puslitbang SDA yang harus
dilaksanakan dengan tolok ukur sasaran mutunya. Sasaran mutu yang telah
ditetapkan berdasarkan target yang akan dicapai dengan memperhatikan
prinsip SMART yaitu S (Spesific), M (Measurable), A (Achievable), R (Realistic),
T (Timeable).
Sasaran mutu ini harus dievaluasi baik ketercapaiannya maupun
ketidaksiapannya untuk meningkatkan mutu pekerjaan di tahun – tahun
berikutnya.
Balai Sabo menetapkan Sasaran Mutu sebagai acuan dan tolak ukur
keberhasilan di setiap kegiatan. Sasaran Mutu Balai Sabo untuk tahun 2014
adalah :
1. Tercapainya hasil penelitian dan pengembangan berupa model sistem
sebanyak 2 naskah.
2. Tercapainya hasil penelitian dan pengembangan berupa R0-SPM sebanyak 1
naskah.
3. Tercapainya hasil penelitian dan pengembangan berupa teknologi sebanyak
2 naskah.
4. Tercapainya hasil penelitian dan pengembangan berupa naskah ilmiah
sebanyak 3 naskah.
5. Bertambahnya ruang lingkup akreditasi pengujian Laboratorium Balai Sabo,
sebanyak 3 parameter.
6. Terlaksananya keikutsertaan diklat SDM Balai Sabo sebanyak 45 OK (orang
kali).
7. Bertambahnya jumlah pejabat fungsional peneliti di Balai Sabo sebanyak 2
orang.
8. Bertambahnya jumlah calon inspektur Lembaga Inspeksi sebanyak 2 orang.
9. Terwujudnya kontrak kerja antara Satker Balai Sabo dengan Tenaga Bantu.
8
10. Terselenggaranya rapat koordinasi antara satker dengan pelaksana
kegiatan setiap 1 bulan sekali.
11. Terlaksananya evaluasi kinerja narasumber oleh Kasie Litbang dengan
memperhatikan masukan dari evaluator.
12. Terlaksananya perawatan gedung kantor dan sarana/ prasarananya selama
12 bulan.
13. Tersedianya pengadaan kegiatan penyelenggaraan litbang, meliputi alat
laboratorium, alat pengolah data, dan renovasi peningkatan gedung
laboratorium dalam kurun waktu 12 bulan.
Dalam penerapan SMM dilakukan audit internal dari Pusat Litbang Sumber Daya Air dengan intensitas 2 (dua) kali dalam satu tahun anggaran, dengan auditor dari lingkungan Puslitbang SDA secara bersilang antar Balai dan satu kali audit eksternal dengan tujuan pemahaman dan terlaksananya Sistem Majanemen Mutu itu sendiri.
9
BAB II
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
2.1 Fokus Penelitian dan Pengembangan
Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan di Balai Sabo mulai dari tahun
2014 sampai dengan Juni tahun 2015 fokus pada upaya Mitigasi Bencana Sedimen
yang meliputi teknologi penaggulangan gerakan tanah, pengendalian aliran lahar
dan pengembangan teknik peringatan dini bencana banjir sedimen.
Gambar 4 memperlihatkan profil penelitian dan pengembangan Balai Sabo yang
berfokus terhadap upaya Mitigasi Bencana Sedimen.
Gambar 4. Profil Penelitian dan Pengambangan Balai Sabo
10
Progres pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan Balai Sabo sampai
dengan Juni 2015 tiap judul kegiatan secara rinci disajikan data judul kegiatan
penelitian dan pengembangan sebagai berikut :
Tahun 2015 :
a) Pemetaan Daerah Rentan Gerakan Tanah pada hulu DAS Serayu Wilayah
Timur (Hulu Waduk Mrica) fisik 23 %.
b) Kajian Pengendalian Lahar fisik 15 %.
c) Pengembangan Teknologi Radar untuk Mitigasi Bencana fisik 20 %.
d) Penetapan Status Bahaya Banjir Lahar Hujan di Gunung Merapi fisik 23 %.
e) Pengembangan Sistem Pemantauan Banjir Lahar di Daerah Gunung Merapi fisik
15 %.
2.2 Produk Penelitian dan Pengembangan
Hasil dari pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan Balai Sabo tahun
2014 sampai dengan Juni 2015 antara lain :
a) Sabodam Mikro.
Sabodam mikro merupakan struktur bangunan sabodam dengan ukuran kecil
yang dibuat pada alur sungai kecil (cabang sungai) bagian hulu daerah aliran
sungai untuk mengendalikan aliran sedimen awal sebelum masuk ke sungai
utama. Bahan yang digunakan disesuaikan dengan ketersediaan material yang
banyak tersedia di daerah setempat misalnya bambu, batang kayu dan lain-lain
yang mudah didapat di daerah tersebut. Fungsi sabodam mikro ini antara lain
adalah untuk mereduksi aliran sedimen ke hilir dan konservasi tanah.
b) Pedoman Tata Letak Bangunan Sabo
Pedoman ini sedang dalam proses pembahasan dimana tim panitia teknis
beranggapan bahwa pedoman ini masih merupakan bagian dari SNI Tata Cara
Perencanaan Teknis Bangunan Pengendali Sedimen, yang kurang perlu dibuat
pedoman secara tersendiri.
Pedoman ini masih harus memperlihatkan hal-hal khusus yang memerlukan
pengaturan sehingga diperlukannya pedoman ini.
c) Simulasi Lahar (SIMLAR)
11
Simulasi Lahar merupakan software untuk mensimulasikan kejadian banjir
sedimen/debris pada suatu sungai yang memperlihatkan fenomena rayapan
banjir debris dan daerah yang terkena dampak banjir.
d) Pedoman Pemasangan Peralatan Peringatan Dini Banjir Debris
Pedoman ini telah selesai dibahas, namun tim panitia teknis menghendaki
pedoman pemasangan peralatan peringatan dini ini digabung dengan pedoman
sistem peringatan dini banjir debris yang masih dalam taraf pembahasan. Hal ini
mengingat pedoman pemasangan peralatan peringatan dini merupakan bagian
dari pedoman sistem peringatan dini banjir debris.
e) Pedoman Pemeliharaan Bangunan Sabo
Pedoman ini belum dibahas dan masih dalam masa akhir penelitian serta ada
informasi bahwa Direktorat Jenderal Sumber Daya Air juga sedang membuat
pedoman yang sama dalam tahun ini.
f) Pedoman Tata Cara Penerapan Konsep Jangkar pada Perencanaan Bangunan
Sabo
Pedoman ini masih dalam taraf konsep yang belum dibahas dalam panitia
teknis. Namun merupakan awal dari upaya untuk mengembangkan rekayasa
struktur bangunan Sabodam yang selama ini masih mengadopsi teknologi
asing, yang sangat baik untuk pengembangan teknologi pengendalian sedimen
di Indonesia kedepan.
g) Web Sabo
Web Sabo merupakan media informasi tentang Balai Sabo, tugas dan fungsi,
aktifitas serta fasilitas yang ada di dalamnya telah terbangun dan telah
diluncurkan (launcing) pada tahun 2013.
Web Sabo mencakup antara lain : data bangunan Sabodam, data peralatan
observasi hidrologi, data hidrologi, data buku perpustakaan, data laboratorium
Sabo, data asset Balai Sabo, data pegawai Balai sabo, data produk Litbang
Balai Sabo dan lain-lain.
12
Hasil dari pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan Balai Sabo tahun
2014 antara lain :
a) Sabodam Mikro.
Sabodam mikro merupakan struktur bangunan sabodam dengan ukuran kecil
yang dibuat pada alur sungai kecil (cabang sungai) bagian hulu daerah aliran
sungai untuk mengendalikan aliran sedimen awal sebelum masuk ke sungai
utama. Bahan yang digunakan disesuaikan dengan ketersediaan material yang
banyak tersedia di daerah setempat misalnya bambu, batang kayu dan lain-lain
yang mudah didapat di daerah tersebut. Fungsi sabodam mikro ini antara lain
adalah untuk mereduksi aliran sedimen ke hilir dan konservasi tanah.
b) Pedoman Tata Letak Bangunan Sabo
Pedoman ini sedang dalam proses pembahasan dimana tim panitia teknis
beranggapan bahwa pedoman ini masih merupakan bagian dari SNI Tata Cara
Perencanaan Teknis Bangunan Pengendali Sedimen, yang kurang perlu dibuat
pedoman secara tersendiri.
Pedoman ini masih harus memperlihatkan hal-hal khusus yang memerlukan
pengaturan sehingga diperlukannya pedoman ini.
Gambar 6. Sabodam Mikro daerah Dieng
Gambar 5. Foto kegiatan survai sumber sedimen
Gambar 7. Contoh Bangunan Sabo yang dimanfaatkan sebagai
Pengambilan Air
13
c) Simulasi Lahar (SIMLAR)
Simulasi Lahar merupakan software
untuk mensimulasikan kejadian banjir
sedimen/debris pada suatu sungai yang
memperlihatkan fenomena rayapan
banjir debris dan daerah yang terkena
dampak banjir.
d) Pedoman Pemasangan Peralatan Peringatan Dini Banjir Debris
Pedoman ini telah selesai dibahas,
namun tim panitia teknis menghendaki
pedoman pemasangan peralatan
peringatan dini ini digabung dengan
pedoman sistem peringatan dini banjir
debris yang masih dalam taraf
pembahasan. Hal ini mengingat
pedoman pemasangan peralatan
peringatan dini merupakan bagian dari
pedoman sistem peringatan dini banjir
debris.
e) Pedoman Pemeliharaan Bangunan Sabo
pedoman ini dinanti oleh pelaksanaan
di lapangan, guna menyusun kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan Balai Sabo.
Hasil konsep pedoman ini belum
dibahas dan masih dalam masa akhir
penelitian. Pada saat yang sama
Direktorat Jendral Sumber Daya Air
juga sedang membuat pedoman ini
yang perlu diintegrasikan.
Gambar 8. Expose hasil SIMLAR 1.0
Gambar 9. CCTV pemantau banjir lahar
Gambar 10. Foto perbaikan Sabodam dengan menambahkan sub subdam di
hilirnya
14
f) Pedoman Tata Cara Penerapan Konsep Jangkar pada Perencanaan Bangunan
Sabo
Pedoman ini masih dalam taraf konsep yang belum dibahas dalam panitia
teknis. Namun merupakan awal dari upaya untuk mengembangkan rekayasa
struktur bangunan Sabodam yang selama ini masih mengadopsi teknologi
asing, yang sangat baik untuk pengembangan teknologi pengendalian sedimen
di Indonesia kedepan.
g) Akreditasi Laboratorium Sabo
Laboratorium Sabo pada tahun 2012 telah memperoleh sertifikat akreditasi
laboratorium uji lingkup pengujian beton.
h) Web Sabo
Web Sabo merupakan media informasi tentang Balai Sabo, tugas dan fungsi,
aktifitas serta fasilitas yang ada di dalamnya telah terbangun dan telah
diluncurkan (launcing) pada tahun 2013.
Web Sabo mencakup antara lain : data bangunan Sabodam, data peralatan
observasi hidrologi, data hidrologi, data buku perpustakaan, data laboratorium
Sabo, data asset Balai Sabo, data pegawai Balai sabo, data produk Litbang
Balai Sabo dan lain-lain.
Gambar 11. Pengujian kuat tekan beton Gambar 1. Pengujian slump beton
Gambar 2. Menu Utama Web Sabo
15
2.3 Diklat Teknis
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia
(SDM) Teknik Balai Sabo antara lain dilakukan melalui Diklat dan Advis Teknik.
a). Diklat
a. Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama 2 orang.
b. Diklat Penanggulangan Tanah Longsor 1 orang.
c. Diklat Delf 3D 2 orang.
d. Diklat perekayasa tingkat pertama perekayasa 1 orang.
e. Diklat Young Warter Professional Ditjen Sumber daya air 1 orang.
f. Diklat Longsoran dan Gerakan Tanah BBWS Pompengan Jeneberang
1 orang.
g. Diklat NCICD Kemenko Perekonomian 2 orang.
h. Mengikut sertakan personil muda dalam kegiatan advis teknik :
Advis teknik permasalahan kerusakan BPS Kedungringin ,
Sempor, Kab. Kebumen.
Advis teknik longsoran Sijemblung, Kec. Karangkobar, Kab.
Banjarnegara.
Advis teknik penerapan teknosabo untuk pengendalian lahar
Gunung Sinabung.
Advis teknik permasalahan tidak berfungsinya free intake Sungai
Karlutu dengan membangun Sabodam Karlutu kombinasi dengan
intake di Pulau Seram Maluku.
2.4 Kerjasama
Untuk dapat menghasilkan produk litbang yang lebih baik, maka Balai Sabo telah
menjalin kerjasama dengan institusi lain antara lain :
a) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Kerjasama dilakukan antara Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian
Pekerjaan Umum dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
tentang Pengkajian Pengembangan Teknologi dalam Penggunaan Data Hidro-
Meteorologi untuk mendukung Peringatan Dini Banjir dengan surat perjanjian
Nomor : 10/SPK/La/2012 dan Nomor : 64/PKS/BPPT-PU/12/2012.
Kerjasama lebih luas dikembangkan untuk mengolah dan mengembangkan
data radar cuaca yang dimiliki Balai Sabo agar diperoleh hasil yang lebih
berdaya guna dan berhasil guna, serta sharing data peta citra satelit.
b) Balai Pengujian dan informasi Konstruksi (BPIK)
Kerjasama dilakukan dalam upaya untuk mempersiapkan tenaga laboratorium
yang kompeten dan mempersiapkan akreditasi Laboratorium Sabo.
16
c) Universitas Gadjah Mada
Kerjasama dilakukan untuk mengembangkan Simulasi Banjir Lahar dan
pengembangan alat deteksi kecepatan aliran di dalam flume laboratorium.
d) Universitas Pembangunan Nasional
Kerjasama dilakukan untuk mempersiapkan teknisi laboratorium untuk mampu
mengoperasikan dan melaksanakan kegiatan pengeboran tanah dengan bor
mesin.
e) Kerjasama penelitian Indonesia – Jepang dibidang “Intergrated Study on
Mitigation of Multi Modal Disasters Caused by Ejection of Volcanic Procucts”
dalam program SATRAP JICA, akan dimulai pada April 2014. Kerjasama
penelitian ini, pihak indonesia dibawah koordinasi Direktorat Volcanology
bermitra dengan BMKG, UGM, PUSAIR (Balai Sabo).
f) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Kerjasama dilakukan mengenai Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM), Pemagangan, Kerja Praktek, Review Kurikulum, Penelitian Bersama dan
Resource Sharing.
17
BAB III PENERAPAN DAN PELAYANAN
PENGEMBANGAN SEKSI PENERAPAN DAN PELAYANAN
(2014 –SEKARANG)
3.1 PENINGKATAN SISTEM TELEMETRI BANJIR LAHAR DI MERAPI
Sejak tahun 1970an, Balai Sabo memiliki beberapa stasiun pemantauan hidrologi di Merapi, baik berupa stasiun hujan, stasiun tinggi muka air, dan sensor banjir lahar dengan tujuan pengumpulan data untuk kegiatan litbang. Namun, sebagai insitusi pemerintah yang mengelola pemantauan banjir lahar, maka fungsi tersebut berkembang sehingga menjadi sistem telemetri, yaitu sistem pemantauan indikator banjir lahar sekaligus peringatan dini banjir lahar. sistem telemetri prakiraan dan peringatan dini ini digunakan untuk memberikan informasi potensi banjir lahar kepada penduduk di sekitar sungai lahar maupun penduduk yang melakukan aktifitas di badan sungai, seperti pengendara yang melalui oprit bangunan sabo dan jembatan yang melintasi sungai lahar.
Sistem telemetri banjir lahar Merapi mengalami perkembangan dari masa ke masa. Pengembangan terkini terkait peningkatan teknologi dalam sistem telemetri, yaitu penggunaan radar cuaca Doppler dalam sistem telemetri. Radar
18
cuaca ini merupakan pendeteksi awan yang berpotensi hujan dengan indikasi perbedaan warna sebagai representasi ketebalan awan. Diharapkan dengan menggunakan teknologi potensi hujan dengan intensitas tinggi yang berpeluang mengkibatkan banjir dapat dideteksi bahkan sebelum hujan terjadi. Sistem ini masih dikembangkan dan dalam proses kalibrasi hujan melalui kegiatan litbang. Sedangkan pengelolaan dan pengumpulan data Radar dilakukan secara rutin dilakukan oleh Urusan Pelayanan Teknik dan Perekayasaan.
Sehubungan peran Balai Sabo di Yogyakarta sebagai salah satu sumber informasi bencana banjir lahar di Kawasan Merapi, maka dikembangkan juga Sistem Informasi Hujan Yogyakarta dan Jawa Tengah (SI-JAWAH). Sistem ini sudah diluncurkan pada tanggal 16 April 2014 dan dapat diakses melalui alamat website http://sijawah-sabo.pusair-pu.go.id/. Dengan sistem ini diharapkan informasi yang dimiliki Balai Sabo dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat karena dapat diakses dengan mudah, walaupun masih dalam bentuk informasi hujan.
19
3.2 PELAYANAN ADVIS TEKNIS
Berdasarkan arahan Kepala Puslitbang SDA, Dr. Ir. Suprapto, M.Eng, dimana untuk meningkatkan peran Puslitbang SDA di Kementerian Pekerjaan Umum maka Balai-Balai di lingkungkan Puslitbang SDA harus mendukung pekerjaan Ditjen Sumber Daya Air, khususnya dalam mencari solusi-solusi permasalahan pengelolaan SDA, maka sejak tahun 2014 Pelayanan Advis Teknis menjadi salah satu layanan yang menjadi unggulan Balai Sabo. Hal ini terbukti dengan peningkatan secara signifikan layanan advis teknis pada tahun tersebut di banding tahun-tahun sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa pelayanan advis teknis dalam kurun waktu 2014 hingga saat ini:
a) Bencana Banjir Desa Amahusu Dan Nusaniwe,Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, Provinsi Maluku, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2014.
Bencana banjir yang melanda dua desa di Kota Ambon, Provinsi Maluku, tepatnya Desa Amahusu dan Desa Eri di Kecamatan Nusaniwe. Banjir tersebut terjadi pada hari Selasa tanggal 30 Juli 2013.Banjir tersebut membawa material tanah longsor dari daerah perbukitan.Daerah yang terkena dampak banjir meliputi area permukiman di sepanjang bantaran sungai, sedangkan tanah longsor melanda permukiman yang terletak di perbukitan. Bencana tersebut mengakibatkan kerusakan pemukiman dan infrastruktur dengan korban meninggal dunia 9 orang, 2 orang dinyatakan hilang, 24 orang menderita luka dan 371 KK atau 1.703 jiwa mengungsi. Nilai kerugian yang ditaksir sebesar Rp.152,72 milyar.
20
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan dan evaluasi yang telah dilakukan dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Kejadian bencana tanah longsor dan banjir bandang tanggal 30 Juli 2013 terjadi sebagai akibat curah hujan tinggi, kondisi tanah jenuh, tebing sungai tidak stabil, topografi yang curam, jenis tanah yang labil dan pemukiman yang terlalu dekat dengan alur sungai.
2. Mekanisme banjir bandang yang terjadi secara garis besar adalah hujan yang berlangsung lama mengakibatkan tanah jenuh sehingga terjadinya longsor di daerah perbukitan (hulu), material longsor tersebut masuk ke alur sungai dan terbawa aliran ke hilir dan mengendap di daerah pengendapan (pemukiman penduduk).
3. Penanganan tanggap darurat yang telah dilakukan masih berupa penanganan masalah sementara dan setempat, seperti penggunaan bronjong untuk normalisasi alur sungai dan perkuatan tebing serta perbaikan jembatan atau pemasangan jembatan darurat; serta pengamanan pondasi rumah penduduk.
4. Pengendalian banjir bandang belum secara komprehensif (struktur dan non struktur), secara struktur, masih terfokus pada daerah pengendapan sedimen dan belum menyentuh daerah produksi dan transportasi sedimen.
5. Pengendalian banjir bandang di Kota Ambon perlu dilakukan secara komprehensif dari hulu ke hilir, baik struktur dan non struktur. Pengendalian banjir bandang secara nonstruktur yang perlu dilakukan untuk semua lokasi, berupa: Pembuatan peta rawan bencana. Sosialisasi kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi
bencana di wilayahnya termasuk evacuation drill. Perencanaan tata ruang yang berbasis pada potensi bencana sedimen. Penegakan standar konstruksi bangunan rumah dan jembatan yang
berada di kawasan bencana.
6. Untuk detail perencanaan pengendalian banjir bandang di Kota Ambon perlu dilakukan SID agar dapat diketahui klasifikasi karakteristik daerahnya berdasarkan tipe kelerengannya.
21
b) Bencana Banjir Manado, Provinsi Sulawesi Utara, yang dilaksanakan pada bulan April 2014. Bencana banjir yang melanda Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado pada tanggal 15 Januari 2014 terjadi karena meluapnya Sungai Tondano, Sungai Tikala, Sungai Sario, dan Sungai Malalayang. Banjir ini menyebabkan puluhan ribu orang menjadi korban dan puluhan ribu rumah mengalami kerusakan. Selain itu, banjir juga menyebabkan kerusakan pada sarana dan prasarana di wilayah yang terkena bencana.Kerugian akibat banjir ini ditaksir sebesar 1,87 triliun Rupiah. Peningkatan aliran permukaan (runoff) karena terganggunya daur hidrologi seperti hilangnya hutan dan sungai-sungai kecil di sekitar Manado,serta rusaknya daerah resapan akibat maraknya pembangunan kota seperti penggalian bukit untuk reklamasi dan pembukaan kawasan hutan menjadi kawasan hunian baru yang tak diimbangi dengan tata kota dan infrastruktur yang memadahi serta tak optimalnya fungsi drainase kota menyebabkan sejumlah sungai di Manado tak mampu lagi menampung debit banjir. Selain itu banjir di Manado diperparah karena air laut pada saat kejadian sedang pasang.
Berdasarkan hasil kunjungan lapangan dan evaluasi yang telah dilakukan dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Banjir yang terjadi di Manado pada tanggal 15 Januari 2014 dipicu oleh adanya hujan maksimum yang jatuh pada daerah tengah (pada lereng-lereng DAS). Curah hujan yang terjadi di Manado bukan merupakan curah hujan maksimum yang pernah terjadi. Curah hujan ini masih lebih rendah daripada curah hujan pada saat banjir pada tanggal 17 Februari 2013.
2. Bencana banjir dan tanah longsor di Manado pada tanggal 15 Januari 2014 terjadi sebagai akibat hujan lebat, kondisi tanah jenuh sehingga air hujan tidak sempat masuk ke dalam tanah (infiltrasi) melainkan menjadi runoff semua, tebing sungai tidak stabil, jenis tanah yang labil dan pemukiman yang terlalu dekat dengan alur sungai.
3. Dalam rangka pengendalian daya rusak air akibat banjir perlu dilakukan studi secara comprehensive, termasuk penyusunan hazard map sebagai dasar pengelolaan sungai. Pengendalian banjir belum secara
Kawasan terdampak banjir di Kota Manado
22
komprehensif (struktur dan nonstruktur). Secara struktur, masih terfokus pada penanganan daerah hilir melalui flood control countermeasures dan belum menyentuh daerah produksi dan transportasi sedimen.
4. Pengendalian daya rusak air sungai akibatbanjir di Kota Manado perlu dilakukan secara komprehensif mulai dari hulu sampai ke hilir, baik secara struktur dan nonstruktur. Pengendalian banjir secara nonstruktur yang perlu dilakukan untuk semua lokasi, berupa:
Pembuatan peta rawan bencana. Sosialisasi kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi
bencana banjir dan tanah longsor di wilayahnya termasuk evacuation drill. Termasuk sosialisasi terhadap pentingnya memahami garis sempadan sungai,
Perencanaan tata ruang yang berbasis pada potensi bencana banjir. Penegakan standar konstruksi bangunan rumah dan jembatan yang
berada di kawasan bencana.
c) Kajian Kerusakan BPS Kedungwringin Kec. Sempor, Kab. Kebumen,
Provinsi Jawa Tengah, yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2014. Jebolnya BPS Kedungwringin pada tanggal 6 Agustus 2014 pukul 04.00 WIB akan menimbulkan risiko yang bersifat fundamental karena sedimen yang telah tertampung di hulu BPS Kedungwringin sebanyak 30.174 m3 berpotensi terangkut masuk ke dalam Waduk Serbaguna Sempor dan dapat menimbulkan bencana yang jauh lebih besar. Menindaklanjuti hal tersebut, Balai Sabo mengirimkan tim untuk melakukan kegiatan Advis Teknik Kajian Kerusakan BPS Kedungwringin Kec. Sempor, Kab. Kebumen, Provinsi Jawa Tengah pada September 2014 di Sungai Cincingguling / Sungai Sempor berjarak 7 km sebelah utara Kota Gombong bersama BBWS Serayu Opak. Advis teknik dilakukan untuk melakukan perbaikan pengembalikan fungsi utama bangunan BPS Kedungwringin, memberikan pertimbangan kemungkinan pemanfaatan BPS Kedungwringin untuk tujuan lain, memilih bahan bangunan yang tepat untuk perbaikan dengan memperhatikan kondisi lokasi bangunan, dan memberikan pertimbangan teknis strategi upaya pengendalian laju sedimentasi yang berpotensi masuk ke dalam Waduk Sempor. Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain pengumpulan data, meliputi studi pustaka, survei dan observasi lapangan, permohonan data dan diskusi teknis dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, serta wawancara dengan warga setempat. Selanjutnya dilakukan analisis hasil pengumpulan data, meliputi peta dan rekaman observasi lapangan; kerusakan BPS Kedungwringin; dampak akibat jebolnya BPS Kedungwringin; dan rencana perbaikan BPS Kedungwringin.
23
Rekomendasi yang diusulkan Balai Sabo, yaitu: 1. Rehabilitasi BPS Kedungwringin menjadi prioritas untuk segera dilakukan dan
dilaksanakan sebelum musim hujan tiba. Diharapkan semua pihak dapat membantu kelancaran pelaksanaan rehabilitasi tersebut.
2. Penelitian tentang pengaruh gempabumi dan pengaruh ikan sidat terhadap kestabilan bangunan melintang sungai kiranya perlu menjadi bahan pemikiran dalam hal mana selama ini luput dari perhatian banyak pihak.
3. Sosialisasi kepada masyarakat di sekitar lokasi BPS Kedungwringin tentang manfaat bangunan melintang sungai perlu dilakukan secara terus menerus guna menanamkan jiwa handarbeni pada setiap fasilitas umum yang dibangun pemerintah.
d) Evaluasi Desain Sabodam Karlutu, Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah yang dilaksanakan pada bulan Juni 2015.
Way Karlutu merupakan sungai di Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku yang hampir setiap tahun terjadi banjir bandang dengan membawa material sedimen dan balok kayu. Dalam rangka mengendalikan banjir lahar di Way Karlutu, Balai Wilayah Sungai Maluku akan membangun Sabodam Karlutu pada tahun 2015. Untuk menambah manfaat dari bangunan pengendali tersebut, ditambahkan fungsi pengambilan air untuk daerah persawahan di hilir. Kejadian banjir besar di Way Karlutu pada tahun 2012 juga mengakibatkan kerusakan bangunan pengambilan air irigasi yang seharusnya menjadi sumber air untuk pencetakan sawah yang cukup luas (± 500 Ha) yang berada di sebelah kanan dan kiri sungai . Kerusakan bangunan pengambil air irigasi tersebut berdampak pada berkurangnya lahan sawah produktif yang dapat digarap oleh petani transmigran sehingga sebagian dari lahan tersebut dialihkan menjadi ladang jagung dan kebun sayur.
Bangunan
Pengambilan Air
yang rusak
Saluran
Irigasi
24
Berdasarkan hasil kajian dan diskusi, berikut disampaikan beberapa rekomendasi untuk Desain Sabodam Karlutu: 1. Secara teknis tata letak sabodam harus diletakkan pada ruas sungai yang
relatif lurus, alur tidak terlalu lebar dan relatif stabil. Maka lokasi rencana sabodam direkomendasikan berada pada cross section K.20, dengan
pertimbangan berada pada alur sungai asli yang lebih lurus, lebar sungai 30
m dan tinggi tebing 3m. Selain itu, adanya sabodam dapat mengarahkan aliran pada sudetan alur sungai yang direncanakan.
2. Bentuk dan dimensi harus mengikuti SNI 03-2851-2004 antara lain: Kemiringan tubuh maindam dan subdam pada bagian hulu diisyaratkan
1:0,5 dan bagian hilir 1:0,2. Elevasi drip hole dibuat sejajar. Ketebalan lantai kolam olak seragam (sesuai hasil perhitungan) tidak
perlu beda ketebalan seperti pada gambar desain. Bentuk dari tembok tepi harus dapat mengarahkan arus/aliran sungai
pada kolam olak dan dapat terhindar dari terjunan. Penambahan struktur buis beton di kaki subdam untuk gerusan lokal
tidak diperlukan dengan catatan kondisi daya dukung tanah cukup baik, namun jika sebaliknya sturktur tersebut dimungkinkan untuk diterapkan.
3. Mutu bahan harus mengikuti SNI 03-2851-2004 antara lain: Mutu beton bangunan sabo harus menggunakan K-225 dan selimut
beton K-300 dengan tebal 1 m. Desain bangunan sabo tidak memerlukan pembesian tulangan.
4. Desain fungsi penunjang pengambilan air direkomandasikan sebagai berikut: Pengambilan air pada sayap kanan dari bangunan sabo dan dilengkapi
dengan saringan berupa pagar baja profil di depan pintu pengambilan untuk mencegah sedimen berdiameter kasar terangkut ke saluran induk serta batang pohon membentur pintu pengambilan air.
Diperlukan penangkap pasir/kantong lumpur pada pangkal saluran primer untuk mengurangi kecepatan aliran dan memberi kesempatan pada sedimen untuk mengendap. Untuk dapat menampung endapan sedimen, maka dasar bagian saluran kantong lumpur diperdalam atau diperlebar.
5. Pemeliharaan Sungai Karlutu direkomendasikan sebagai berikut: Agar upaya pemeliharaan sungai berupa pelurusan alur sungai (sudetan)
tidak berdampak pada stabilitas aliran dan dasar sungai perlu diterapkan dua unit groundsill di K.13 dan K.8 untuk melandaikan kemiringan dasar sungai yang baru dan mengarahkkan aliran sehingga tetap di tengah alur sungai.
Kondisi pemanfaatan lahan di hulu DAS Karlutu perlu ditinjau lebih lanjut untuk memastikan sumber material angkutan banjir bandang. Apabila teridentifikasi adanya potensi longsor maka sebaiknya dilakukan pengamanan atau upaya penstabilan lereng tersebut. Sedangkan jika dijumpai perubahan fungsi lahan, upaya konservasi berupa pengembalian fungsi lahan hutan juga harus dilakukan.
25
3.3 PELAYANAN RESPON BENCANA Kejadian bencana alam yang terkait hidroklimatoogi makin meningkat beberapa tahun belakangan ini. Menyadari peran Balai Sabo yang unik, khususnya dalam penganggulangan bencana, maka Kepala Puslitbang SDA juga menghimbau adanya upaya respon yang bersifat insiatif dari Balai Sabo, tidak memalui permintaan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, Balai Sabo menanggapi tantangan tersebut dengan mengembangkan Pelayanan Respon Bencana dimulai sejak tahun 2014. Kegiatan respon bencana ini sudah secara nyata diimplementasikan, beberapa dokumentasinya disajikan berikut. a) Tanggap Darurat Bencana Alam akibat Erupsi Gunungapi Sinabung,
yang dilaksanakan pada bulan Mei 2014. Erupsi Gunungapi Sinabung sejak tahun 2010 sampai Mei 2014 menimbulkan dampak primer berupa erupsi dan dampak sekunder, yaitu banjir lahar yang dimungkinkan terjadi pada bulan-bulan basah dan potensi material lahar sekitar 10 juta m3 di lereng gunung, terutama di Sungai Lau Borus. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain: Pengumpulan data, meliputi studi pustaka, survei dan observasi lapangan,
permohonan data dan diskusi teknis dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II, serta wawancara dengan warga setempat.
Analisis hasil pengumpulan data, meliputi analisis topografi, geomorfologi, dan morfologi sungai; analisis peta dan rekaman observasi lapangan; serta analisis struktur torent sabo works untuk penanganan tanggap darurat banjir lahar.
Rekomendasi teknis yang dapat diberikan oleh Balai Sabo, antara lain: 1. Untuk mengendalikan daya rusak banjir lahar perlu studi komprehensif dari
hulu sampai hilir Sungai Lau Borus secara struktur maupun nonstruktur yang dapat dilakukan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
2. Pada tahap tanggap darurat semua sarana dan prasarana ke-PU-an perlu dipulihkan kembali fungsinya.
3. Pembuatan kantong lahar diganti dengan megadyke. 4. Penggunaan sabodam dengan fungsi tambahan sebagai oprit/jembatan
untuk mengganti Jembatan Selandi yang runtuh.
Pergerakan Lidah Lava Gunungapi Sinabung
26
5. Peningkatan kualitas sabodam dengan fungsi groundsill dengan konstruksi beton (covering).
6. Pemeliharaan jalan masuk menuju kawasan terdampak erupsi dan pemeliharaan jembatan agar evakuasi berjalan lancer dan cepat.
7. Jika hasil galian material vulkanik perlu dikumpulkan dalam 1 (satu) lokasi, maka lokasi penimbunan material yang disepakati ada di Jurang Lau Pola-Pola, Dusun Sebintun, Desa Berastepu, Kec. Simpang Empat dapat dilanjutkan.
8. Proteksi di lokasi penimbunan material dipandang belum menjadi prioritas sehingga anggaran yang telah disediakan dapat digunakan untuk menambah konstruksi sabodam di Selandi.
9. Pada tahap tanggap darurat perlu sosialisasi kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bahaya bencana banjir lahar di desa-desa sekitar Sungai Lau Borus.
b) Bencana Longsor Banjarnegara yang terjadi pada tanggal 12 Desember
2014
Tim Balai Sabo melakukan survei lapangan pada tanggal 14 – 15 Desember 2014 untuk melakukan penyelidikan penyebab terjadinya longsor dan melihat sejauhmana potensi longsor pada di daerah tersebut yang sewaktu-waktu dapat terulang lagi. Bencana longsor terjadi di Dusun Jemblung Karangkobar Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah pada hari Jumat tanggal 12 Desember 2014 pukul 17,30 WIB dan berlangsung cukup singkat sekitar 10 menit.Longsoran berasal dari runtuhnya Bukit Tlogolele yang menimbun sekitar 40 rumah milik 54 kepala keluarga yang berlokasi sekitar 500 – 1000 M dari bukit, puluhan kendaraan yang sedang melintas di jalan Karangkobar - Banjarnegara, menutup ruas jalan tersebut sepanjang 1 Km, menimbun sekitar 10 Ha lahan perkebunan warga, memakan korban manusia sekitar 100 orang, serta menimbun sungai kecil yang membelah dusun dan bermuara ke Sungai Tratah Suren yang mengalir di dusun Jemblung.
Berdasarkan hasil survey lapangan, didapatkan estimasi perhitungan luas area terdampak longsor sebesar 18, 55 ha. Estimasi panjang longsoran ke arah barat daya sebesar ± 694,5 m dan estimasi panjang longsoran ke arah utara sebesar 543.7 m.
27
Rencana tindak lanjut yang direkomendasikan antara lain: 1. Memetakan potensi longsor disekitar daerah kejadian. 2. Memetakan kondisi morfologi sungai Tratah Suren dan anak sungai yang
tertimbun longsoran serta memastikan fungsi sungai – sungai tersebut sebelum terjadi longsor.
3. Mengidentifikasi adanya rekahan tanah diatas bukit dan merekomendasikan penutupan rekahan permukaan tanah.
4. Pemasangan Ekstensometer untuk mengetahui terjadinya pergerakan tanah. 5. Pemasangan Tiltmeter untuk mengetahui arah pergerakan tanah. 6. Identifikasi korelasi kejadian longsor dengan fenomena amblasnya bangunan
dan longsor dibeberapa lokasi daerah Karangkobar. c) Banjir di area Gunungapi Merapi yang terjadi pada tanggal 22 April
2015
Kegiatan survei banjir di area Gunungapi Merapi dilaksanakan pada tanggal 23-24 April 2015.Banjir lahar yang terjadi mengakibatkan kerusakan jembatan, perkuatan tebing jebol, serta kerusakan beberapa rumah warga yang berada di bantaran sungai dan kerusakan instalasi air minum PDAM.Akibat dari limpasan banjir masyarakat pada 4 (empat) lokasi, yaitu di Dusun Sayidan, Bintaran Kulon, Prawirodirjan, dan Jalan Lowanu mengungsi ke lokasi yang jauh lebih aman.
Data curah hujan diperoleh dari Balai Sabo menunjukkan bahwa intensitas hujan maksimum di Kali Boyong sebesar 33 mm/jam dan jumlah hujan sebesar 64 mm serta intensitas hujan maksimum di Kali Gendol sebesar 38 mm/jam dan jumlah hujan sebesar 58 mm. Rekomendasi teknis yang dapat diberikan oleh Balai Sabo, antara lain: 1) Perbaikan infrastruktur yang mengalami kerusakan, baik ringan maupun
berat, seperti tanggul, jembatan, gorong-gorong, jalan, maupun infrastruktur lainnya yang berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat oleh instansi terkait (tanggap darurat).
2) Memperkuat sistem peringatan dini (early warning system) yang sudah ada, terutama yang ada pada daerah tengah dan hilir Kali Boyong (Code) yang terdampak paling parah. Jika belum ada, dapat membuat stasiun curah hujan dan tinggi muka air pada daerah tengah dan hilir sungai.
3) Membuat dan mensosialisasikan peta zonasi rawan bencana banjir lahar dan peta evakuasi serta penanda evakuasi pada jalur evakuasi yang telah ditetapkan.
Instalasi air minum
PDAM terputus Perkuatan tebing jebol
28
4) Membuat peraturan/regulasi terkait jarak aman bangunan dari tepi sungai sehingga ada daerah pengaman (buffer area) pada sungai.
5) Memperkuat koordinasi antara instansi terkait, seperti BPBD dengan komunitas masyarakat, seperti Code X serta masyarakat sehingga ketika kejadian banjir terjadi lagi, dapat segera mengamankan masyarakat dari dampak.
3.4 KEGIATAN DIFUSI DAN ALIH TEKNOLOGI Kegiatan ini merupakan kegiatan evaluasi dan monitoring tentang kebermanfaatan penerapan hasil penelitian berupa teknologi yang sudah digunakan dan diterapkan oleh stakeholder. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk sosialisasi hasil penelitian Balai Sabo agar dapat dikenal dan diimplementasikan secara luas. Kegiatan ini baru pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015 ini dan baru berjalan sebagian. Kegiatan yang telah dilaksanan antara lain:
a) Penerapan Teknologi Hasil Litbang Sistem Peringatan Dini Telemetri Seluler Di Jember, Jawa Timur.
Kegiatan monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan pada tanggal 04-07 Mei 2015 dapat diketahui bahwa Sistem Peringatan Dini Telemetri Seluler dapat berfungsi dengan baik dan sudah dimanfaatkan oleh Dinas PU Pengairan Kab. Jember walaupun belum digunakan pada lokasi penelitian di Kali Putih, tetapi di Kali Tanggul. Pemanfaatan di Kali Tanggul yang digunakan adalah sirine manual dan handy talky (HT) untuk peringatan dini banjir yang rutin terjadi setiap tahunnya sedangkan di Kali Putih sejak tahun 2006 belum pernah terjadi banjir yang berpotensi mengancam keselamatan jiwa penduduk maupunharta benda.
b) Penerapan Teknologi Hasil LitbangTeknosabo dalam Pengendalian Daya Rusak Air pada DAS Rawan Aliran Lumpur (Kasus Dataran Tinggi Dieng).
Lokasi penerapan teknologi sabodam mikro yang ditinjau ada dua lokasi, yaitu Desa Sigeblok dan Desa Bakal, Kab. Banjarnegara. Sabodam mikro merupakan
29
teknologi untuk mengurangi laju sedimentasi yang bersumber dari erosi lahan. Secara fisik bak pengukur laju erosi dan sabodam mikro masih dalam kondisi baik dan dimanfaatkan. Selain itu, masyarakat juga mengerti manfaat dari teknologi tersebut. namun untuk pengembangan secara luas oleh masyarakat sendiri belum memungkinkan karena terkendala pembiayaan.
Berdasarkan pertemuan dengan PEMDA dalam hal BAPEDA Kab. Banjarnegara dan masyarakat di lokasi penerapan, diperlukan adanya tindak lanjut sosialisasi agar penerapan teknologi ini dapat diimplementasikan secara luas, khususnya di Kawasan Dieng yang erosi lahannya sangat tinggi.
30
3.5 PELAYANAN PENGUJIAN LABORATORIUM
Laboratorium Sabo telah dinyatakan sebagai Laboratorium Penguji Terakreditasi dengan Nomor LP-591-IDN oleh sidang Pantek KAN tanggal 25 April 2012. Tahun 2013-2014 lingkup akreditasi terus dikembangkan, saat ini sebanyak 19 parameter di bidang beton dan mekanika tanah sudah masuk dalam lingkup akreditasi. Dalam rangka meningkatkan performa layanannya, tahun 2014-2015 dilakukan renovasi gedung laboratorium untuk memenuhi kelayakan fasilitas layanan laboratorium yang lebih baik, meliputi gedung laboratorium
beton dan mekanika tanah. Hal ini sebagai bentuk komitmen Laboratorium Sabo untuk meningkatkan kenyamanan dan kualitas layanan.
Laboratorium Sabo juga mendukung kerjasama penelitian di Balai Sabo dengan pelayanan pengujian dan pemanfaatan fasilitas pengujian, salah satunya memfasilitasi Penelitian Mahasiswa S3 Sorborne university (Perancis) dengan menggunakan Artificial Rainfall.
31
Laboratorium Sabo juga melayani kunjungan dari mahasiswa dan pelajar, dalam hal ini dilakukan upaya edukasi bencana, yaitu penanaman pemahaman yang benar tentang bencana aliran debris dan bagaimana menghadapinya.
Pada tahun 2014 juga, Laboratorium Sabo menyusun Grand Design 2015-2019 sebagai acuan untuk pengembangan lima tahun kedepan. Acuan ini disusun dengan orientasi pengembangan pengujian bidang simulasi banjir debris dan longsor baik fisik maupun non fisik (simulasi komputer).
32
3.6 TANTANGAN DAN HARAPAN MASA MENDATANG
Dalam upaya meningkatkan performa Seksi Penerapan dan Pelayanan di masa mendatang ada beberapa tantangan yang harus dijawab, baik dari internal maupun ekternal Balai Sabo.
Pertama, tantangan terkait pengembangan kompetensi SDM di bidang pelayanan. Upaya pembekalan SDM melalui pelatihan di bidang keteknisan sudah dilakukan dan sejauh ini sudah menunjukan hasil yang baik, tebukti dengan makin baiknya kualitas dari data dan informasi yang dihasilkan oleh Seksi Penerapan dan Pelayanan. Sementara, kompetensi SDM dalam bidang pelayanan belum menjadi perhatian, personil yang berhadapan langsung dengan pelanggan belum berorientasi pada pelanggan. Hal ini penting untuk diperhatikan disamping aspek teknis karena merupakan faktor yang menentukan kepuasan pelanggan.
Kedua, tantangan terkait pengelolaan pelayanan yang dapat berkontribusi terhadap PNBP. Mengingat pengelolaan pelayanan teknis dan laboratorium membutuhkan investasi yang besar, ke depan pelayanan tersebut harus dapat mandiri membiaya kegiatannya sendiri dengan konsep PNBP sehingga tidak membebani APBN.
Ketiga, tantangan terkait manajemen pelayanan dalam Seksi Penerapan dan Pelayanan yang masih berdiri sendiri-sendiri, dimana Laboratorium Sabo dengan SMM SNI ISO/IEC:17025:2008 sedangkan Pelayanan Teknis SMM ISO 9001:2008.
33
DI masa mendatang diharapkan keseluruhan pelayanan dapat dilakukan secara terintegrasi melalui satu pintu untuk efisensi dan efektifitas pelayanan.
Keempat, tantangan terkait adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap persiapan menghadapi persaingan bidang pelayanan jasa. Tantangan ini harus dijawab dengan meningkatkan daya saing SDM dan teknologi yang dimiliki oleh Seksi Penerapan dan Pelayanan sehingga mutu layanan makin terpercaya dan dapat bersaing.
Kelima, tantangan terkait terus meningkatnya frekuensi bencana alam mengakibatkan pelayanan respon bencana harus memiliki SDM yang tangguh, metode dan teknologi yang mampu manghadapi tantangan pada kawasan rawan bencana yang cenderung sulit dijangkau dan memiliki medan yang berat.