buku audit proyek

3
Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah dengan Peraturan Kepala BPKP Nomor : PER-362/K/D4/2012 tanggal 9 April 2012 telah menerbitkan sebuah PEDOMAN PROBITY AUDIT PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGI APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP). Penerbitan pedoman Probity Audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tersebut dimaksudkan sebagai panduan bagi APIP Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah serta lnstansi Lainnya dalam melakukan penilaian (independen) untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip dan etika pengadaan serta memenuhi ketentuan perun.dangan yang berlaku. Pengertian Probity dan Probity Audit Probity diartikan sebagai integritas (integrity), kebenaran (uprightness), dan kejujuran (honesty). Konsep probity tidak hanya digunakan untuk mencegah terjadinya korupsi atau ketidakjujuran tetapi juga untuk memastikan bahwa proses penyelenggaraan kegiatan sektor publik, seperti proses pengadaan barang/jasa, penjualan aset, dan pemberian sponsor/hibah dilaksanakan secara wajar, obyektif, transparan, dan akuntabel. Terkait dengan proses pengadaan barang/jasa, dan mengacu pada pengertian di atas, probity diartikan sebagai ’good process’ yaitu proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan prinsip- prinsip penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran untuk memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku. Berdasarkan pengertian dimaksud, probity audit dapat didefinisikan sebagai kegiatan penilaian (independen) untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran dan memenuhi ketentuan perundangan berlaku yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas penggunaan dana sektor publik. Hal mendasari diterbitkannya pedoman probity audit yaitu untuk mendorong peran dan fungsi APIP dalam Prevent, Deter dan Detect sebagai Early Warning System atas proses pengadaan barang dan jasa; serta dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara melalui pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Dalam pasal 116 Pasal 116 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Kementerian/ Lembaga/ Institusi dan Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kabupaten/Kota diwajibkan melakukan pengawasanterhadap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Unit Layanan Pengadaan (ULP), termasuk pengawasan mengenai pelaksanaan swakelola dan penggunaan produksi dalam negeri. Pengawasan dilakukan antara lain membuat sistem pengawasan intern atas pengadaan barang/jasa termasuk menugaskan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) untuk melakukan audit pengadaan barang/jasa.

Upload: saputra-patwast

Post on 20-Jan-2016

861 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

audit proyek

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Audit Proyek

Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah

Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah dengan Peraturan Kepala

BPKP Nomor : PER-362/K/D4/2012 tanggal 9 April 2012 telah menerbitkan sebuah PEDOMAN

PROBITY AUDIT PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGI APARAT

PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP). Penerbitan pedoman Probity Audit Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah tersebut dimaksudkan sebagai panduan bagi APIP Kementerian,

Lembaga, dan Pemerintah Daerah serta lnstansi Lainnya dalam melakukan penilaian

(independen) untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan

secara konsisten sesuai dengan prinsip dan etika pengadaan serta memenuhi ketentuan

perun.dangan yang berlaku.

Pengertian Probity dan Probity Audit

‘Probity diartikan sebagai integritas (integrity), kebenaran (uprightness), dan kejujuran

(honesty). Konsep probity tidak hanya digunakan untuk mencegah terjadinya korupsi atau

ketidakjujuran tetapi juga untuk memastikan bahwa proses penyelenggaraan kegiatan sektor

publik, seperti proses pengadaan barang/jasa, penjualan aset, dan pemberian

sponsor/hibah dilaksanakan secara wajar, obyektif, transparan, dan akuntabel.

Terkait dengan proses pengadaan barang/jasa, dan mengacu pada pengertian di atas, probity

diartikan sebagai ’good process’ yaitu proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan prinsip-

prinsip penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran untuk memenuhi ketentuan perundangan

yang berlaku.

Berdasarkan pengertian dimaksud, probity audit dapat didefinisikan sebagai kegiatan penilaian

(independen) untuk memastikan bahwa proses pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan

secara konsisten sesuai dengan prinsip penegakan integritas, kebenaran, dan kejujuran dan

memenuhi ketentuan perundangan berlaku yang bertujuan meningkatkan akuntabilitas

penggunaan dana sektor publik.

Hal mendasari diterbitkannya pedoman probity audit yaitu untuk mendorong peran dan fungsi

APIP dalam Prevent, Deter dan Detect sebagai Early Warning System atas proses pengadaan

barang dan jasa; serta dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara

melalui pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

Dalam pasal 116 Pasal 116 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Kementerian/ Lembaga/

Institusi dan Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kabupaten/Kota diwajibkan melakukan

pengawasanterhadap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Unit Layanan Pengadaan (ULP),

termasuk pengawasan mengenai pelaksanaan swakelola dan penggunaan produksi dalam

negeri. Pengawasan dilakukan antara lain membuat sistem pengawasan intern atas pengadaan

barang/jasa termasuk menugaskan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) untuk

melakukan audit pengadaan barang/jasa.

Page 2: Buku Audit Proyek

Ketentuan mengenai APIPdiatur pula pada pasal 1 butir 11 Perpres Nomor 54 Tahun 2010,

bahwa APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi,

pemantauan dan kegiatan pengawasan lainterhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi

organisasi (K/L/D/I).

Kedua ketentuan tersebut sejalan dengan ketentuan pasal 47 dan 48 Peraturan Pemerintah

Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah bahwa APIP harus

melakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah

termasuk akuntabilitas keuangan negara.

Lebih lanjut, pengawasan intern adalah “seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi

organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwakegiatan telah

dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkansecara efektif dan efisien untuk

kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik”.

Salah satu upaya untuk meningkatkan peran APIP dalam melakukan pengawasan adalah

melaksanakan audit selama proses pengadaan barang/jasa berlangsung (real time) yang

disebut probity audit.

BPKP sebagai lembaga yang ditugaskan melakukan pembinaan terselenggaranya

pemerintahan yang baik (good governance) sebagaimana diatur dalam pasal 59 Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, melalui terlaksananya sistem pengendalian intern dalam

proses pengadaan barang/jasa, dengan menyediakan pedoman audit pengadaan barang/jasa

dengan judul “Manual Probity Audit Pengadaan Barang dan Jasa” sesuai dengan Peraturan

Kepala BPKP Nomor: PER-362/K/D4/2012 tanggal 9 April 2012 tentang Pedoman Probity Audit

Pengadaan Barang dan Jasa Bagi APIP.

Tujuan dan Peruntukan Pedoman Probity Audit

Tujuan manual audit ini adalah untuk meningkatkan integritas pelayanan publik melalui efektifitas

hasil audit atas proses pengadaan barang/jasa yang berdasarkan pada peraturan dan prosedur

pengadaan barang/jasa. Hal ini akan memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan efisiensi

dan efektifitas pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara nasional untuk mewujudkan

transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang/jasa.

Dampak yang dihasilkan dari proses pengadaan barang/jasa yang memenuhi prinsip-prinsip

probity yaitu:

1) Menghindari konflik dan permasalahan.

2) Menghindari praktek korupsi.

3) Meningkatkan integritas sektor publik melalui perubahan perilaku dan perubahan organisasi.

4) Memberi keyakinan kepada masyarakat bahwa penyelenggaraan kegiatan sektor publik telah

dilakukan melalui proses yang berintegritas dan dapat dipercaya.

5) Memberikan keyakinan secara objektif dan independen atas kejujuran (probity) proses

pengadaan barang/jasa.

6) Meminimalkan potensi adanya litigasi (permasalahan hukum)

Page 3: Buku Audit Proyek

Output dan Outcome yang Diharapkan dari Pelaksanaan Audit

Output

Laporan Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa yang menyajikan informasi mengenai simpulan

dan pendapat berdasarkan hasil penilaian atas proses pengadaan barang/jasa yang diaudit,

dikaitkan dengan prinsip-prinsif efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak

diskriminatif, dan akuntabel.

Outcome

dimanfaatkannya laporan hasil audit untuk pengambilan keputusan oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah dan Direksi BI/ BHMN/ BUMN/ BUMD/Badan Usaha Lainnya dalam rangka

memperbaiki perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pengadaan barang/jasa

agar lebih efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan

akuntabel.