555_hasil audit bpk soal proyek hambalang

Upload: zanmatto22

Post on 10-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Auditing

TRANSCRIPT

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    1/93

    Daftar Tabel

    Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011 .................. 6

    Tabel 2 Kronologis Pembangunan P3SON Hambalang sesuai Surat Kepala Biro Keuangan

    dan Rumah Tangga Kemenpora Nomor 278.A/B.II.SESKEMENPORA/7/2011 ................... 31

    Tabel 3 Rincian Pengembalian Dana dari PT AK ke KSO AW .............................................. 77

    Tabel 4 Rincian Pengembalian Dana dari PT Wika ................................................................ 77

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    2/93

    1

    BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

    REPUBLIK INDONESIA

    BAGIAN I

    SIMPULAN

    Berdasarkan UndangUndang (UU) No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

    (BPK) dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

    Negara, serta memperhatikan Surat Permintaan DPR RI Nomor PW.01/10954/DPR RI/XII/2011

    tanggal 16 Desember 2011 perihal audit investigasi terhadap pelaksanaan pembangunan Pusat

    Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON), BPK telah melaksanakan

    pemeriksaan atas pembangunan P3SON yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan Citeureup

    Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2010 dan 2011 pada Kementerian Pemuda dan Olah Raga

    (Kemenpora) dan instansi terkait lainnya di Jakarta dan Bogor.

    Berdasarkan pemeriksaan tersebut, BPK menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap

    peraturan perundangan dan atau penyalahgunaan wewenang dalam proses persetujuan kontrak tahun

    jamak, dalam proses pelelangan, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan dalam proses pencairan uang

    muka, yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON. Indikasi penyimpangan

    dan atau penyalahgunaan wewenang tersebut mengakibatkan timbulnya indikasi kerugian negara

    sekurang-kurangnya sebesar Rp243,66 Milyar dengan penjelasan singkat sebagai berikut:

    1. Permohonan untuk memperoleh persetujuan kontrak tahun jamak tidak memenuhi persyaratan

    yaitu sebagai berikut:

    a. Surat permohonan persetujuan kontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan ditandatangani

    oleh pihak yang tidak berwenang, yaitu Ses Kemenpora tanpa memperoleh pendelegasian

    wewenang dari Menpora.b. Pendapat teknis kelayakan kontrak tahun jamak yang dimaksudkan dalam PMK

    56/PMK.02/2010 tanggal 2 Maret 2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak

    Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, ditandatangani oleh Pejabat yang

    tidak berwenang yaitu Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan

    Umum, bukan oleh Menteri Pekerjaan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri

    Pekerjaan Umum No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan

    Bangunan Gedung Negara.

    c.

    Tidak seluruh unit bangunan yang hendak dibangun secara teknis harus dilaksanakan lebih

    dari satu tahun anggaran.

    http://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdf
  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    3/93

    2

    d. Kemenpora memanipulasi data dalam pengajuan revisi RKA-KL TA 2010 sebagai salah satu

    syarat persetujuan revisi RKA-KL TA 2010 oleh Kementerian Keuangan. Data keluaran

    (output) yang dinyatakan naik dari 108.553 m2menjadi 100.398 m

    2, pada kenyataan nya turun

    dari 108.553 m2menjadi 100.398 m2.

    e.

    Revisi RKA-KL Kemenpora TA 2010 sebagai salah satu syarat persetujuan kontrak tahun

    jamak belum ditandatangani oleh Dirjen Anggaran, pada saat persetujuan kontrak tahun

    jamak diberikan oleh Menteri Keuangan.

    f. Pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora 2010 oleh

    Menteri Keuangan tidak memiliki dasar hukum yang jelas.

    2. Dalam proses pelelangan, terdapat indikasi penyimpangan dan atau penyalahgunaan wewenang

    sebagai berikut:

    a.

    Penetapan pemenang lelang pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang dengan

    nilai Rp1,2 Triliun yang seharusnya ditetapkan oleh Menpora, ditetapkan oleh pihak yang

    tidak berwenang yaitu Ses Kemenpora, tanpa memperoleh pendelegasian wewenang dari

    Menpora.

    b. Proses evaluasi prakualifikasi dan teknis terhadap penawaran calon kontraktor peserta lelang

    pekerjaan konstruksi proyek pembangunan P3SON tidak dilakukan oleh Panitia Pengadaan,

    melainkan oleh rekanan yang akan dimenangkan.

    c. Proses pelelangan pekerjaan konstruksi pembangunan P3SON Hambalang yang pada

    akhirnya memenangkan KSO AW dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    1) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen

    prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen penawaran

    dari rekanan yang lain. Standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari KSO AW

    menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2 T, sedangkan standar penilaian untuk

    mengevaluasi penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp262

    M.

    2) Mengumumkan lelang dengan memberikan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap

    yaitu mengubah informasi mengenai nilai pekerjaan yang hendak dilelang dengan cara

    memberikan surat pemberitahuan yang tidak dipublikasikan secara transparan.

    3) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak seharusnya digunakan untuk

    mengevaluasi Kemampuan Dasar (KD) peserta lelang sehingga dapat memenangkan

    KSO AW.

    3. Pencairan anggaran tahun 2010 dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM)

    oleh RI (Kabag Keuangan Kemenpora) meskipun Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan bukti

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    4/93

    3

    pertanggungjawaban belum ditandatangani dan diuji oleh pejabat yang berwenang yaitu Har

    selaku Penguji SPP dan Su selaku Bendahara.

    Selain itu, terdapat indikasi penyimpangan lain yang ditemukan, namun tidak langsung

    mengakibatkan terjadinya indikasi kerugian negara, yaitu sebagai berikut:

    1. Izin penetapan lokasi, izin site plan, dan IMB atas proyek pembangunan P3SON Hambalang

    diberikan oleh Pemkab Bogor meskipun Kemenpora belum/tidak melakukan studi Amdal

    terhadap proyek pembangunan P3SON Hambalang dimaksud.

    2. Penandatanganan Surat Keputusan Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2

    di

    Desa Hambalang Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor oleh Kepala BPN, didukung dengan

    dokumen yang tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat pelepasan hak dari Probosutedjo selaku

    bekas pemegang hak yang diduga palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Sesmenpora yang menyatakan

    bahwa pada pengadaan lahan P3SON Hambalang dimaksud tidak terjadi kerugian negara

    berdasarkan LHP BPK RI adalah tidak sesuai kenyataan. LHP BPK yang menjadi rujukan Ses

    Kemenpora tidak mencakup pemeriksaan atas proses pembebasan lahan P3SON Hambalang.

    3. Penetapan RKA-KL Kemenpora tahun 2011 oleh Kementerian Keuangan, untuk pekerjaan

    konstruksi P3SON Hambalang sudah dilakukan oleh Dirjen Anggaran meskipun persyaratan

    berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang ada adalah

    untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan kontrak tahun jamak belum

    disetujui.

    4.

    Kontraktor utama P3SON Hambalang yaitu KSO AW mensubkontrakkan pekerjaan utama yang

    seharusnya dikerjakan sendiri sesuai dengan ketentuan dalam Keppres 80 tahun 2003 pasal 32 (3),

    kepada perusahaan lain.

    Uraian selengkapnya mengenai temuan pemeriksaan tersebut disajikan pada Bagian III.B

    Laporan Hasil Pemeriksaan ini.

    BPK menyarankan kepada institusi penegakan hukum terkait, dalam hal ini kepada Komisi

    Pemberantasan Korupsi, untuk menindaklanjuti sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

    Jakarta, 30 Oktober 2012

    Badan Pemeriksa Keuangan

    Republik Indonesia

    Penanggung Jawab Pemeriksaan

    J. Widodo H. Mumpuni

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    5/93

    4

    BAGIAN II

    UMUM

    1. Dasar Penugasan Pemeriksaan

    a.

    UUD 1945 Pasal 23 E, Pasal 23 F dan Pasal 23 G UUD 1945

    b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

    Jawab Keuangan Negara

    c. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan

    serta memperhatikan Surat Permintaan DPR RI Nomor PW.01/10954/DPR RI/XII/2011 tanggal

    16 Desember 2011 perihal audit investigasi terhadap pelaksanaan pembangunan P3SON.

    2. Tujuan Pemeriksaan

    Pemeriksaan inivestigatif ini bertujuan untuk mengungkap adanya indikasi kerugian negara

    dan/atau unsur pidana dalam pembangunan P3SON Hambalang, sesuai pasal 13 UU No. 15

    Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

    3. Ruang Lingkup Pemeriksaan

    a. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap seluruh kegiatan mencakup penyiapan lahan, proses

    perencanaan anggaran, perencanaan pekerjaan, dan pelaksanaan pekerjaan yang terkait

    proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON)

    Hambalang Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Kemenpora.

    Pemeriksaan ini tidak mencakup pemeriksaan atas perencanaan, pelaksanaan, dan

    pertanggungjawaban kegiatan pengadaan peralatan untuk P3SON yang direncanakan bernilai

    Rp1,4T sesuai surat Ses Kemenpora kepada Menteri Keuangan Nomor

    1887.A/SESKEMENPORA/6/2010 tanggal 28 Juni 2010 perihal persetujuan kontrak tahun

    jamak. Pemeriksaan ini juga tidak mencakup aliran dana yang melalui rekening-rekening PT

    AK, PT WK, DK-I AK, dan DBG WK yang tidak terkait langsung dengan penerimaan dan

    penggunaan uang muka proyek dengan cut offpemeriksaan sampai dengan 30 Oktober 2012.

    4.

    Standar Pemeriksaan

    a. Peraturan BPK RI No. 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

    b. Keputusan BPK RI No. 17/K/I-XIII.2/12/2008 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan

    Investigatif Atas Indikasi Tindak Pidana Korupsi Yang Mengakibatkan Kerugian

    Negara/Daerah.

    5. Data Objek/Kegiatan yang Diperiksa

    Proyek pembangunan P3SON Kemenpora yang berlokasi di Desa Hambalang Kecamatan

    Citeureup Kabupaten Bogor didukung dengan alokasi anggaran Kemenpora sebesar

    Rp1.196.676.000.000 dengan rincian sebagai berikut:

    http://c/Users/Lukman%20Hakim/AppData/Local/Microsoft/Windows/Temporary%20Internet%20Files/Content.Outlook/FSFOUFSM/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamakhttp://c/Users/Lukman%20Hakim/AppData/Local/Microsoft/Windows/Temporary%20Internet%20Files/Content.Outlook/FSFOUFSM/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamakhttp://c/Users/Lukman%20Hakim/AppData/Local/Microsoft/Windows/Temporary%20Internet%20Files/Content.Outlook/FSFOUFSM/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamakhttp://c/Users/Lukman%20Hakim/AppData/Local/Microsoft/Windows/Temporary%20Internet%20Files/Content.Outlook/FSFOUFSM/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak
  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    6/93

    5

    a. DIPA Revisi tahun 2010 nomor 0001/092-01.1/-/2010 tanggal 23 Juli 2010 sebesar

    Rp275.000.000.000 untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional

    (PPPON) Hambalang seluas 108.533 m2 dengan kode anggaran 10.10.05.0024.00165

    (program peningkatan sarana dan prasarana olahraga sub kegiatan pembangunan gedung

    pendidikan).

    b. DIPA Revisi tahun 2011 nomor 0015/092-01.1.01/00/2011 tanggal 14 Juli 2011 sebesar

    Rp400.000.000.000 untuk lanjutan pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran

    092.01.07.3824.03.013.012 (program pembinaan dan pengembangan olah raga kegiatan

    peningkatan prasarana dan sarana keolahragaansub kegiatan penyediaan sarana olah raga).

    c. DIPA tahun 2012 nomor 0015/092-01.1.01/00/2012 tanggal 9 Des 2011 sebesar

    Rp521.676.000.000 untuk pembangunan P3SON Hambalang dengan kode anggaran

    092.01.06.3824.002.006.040 (program kepemudaan dan keolahragaan - kegiatan peningkatan

    prasarana dan sarana keolahragaansub kegiatan penyediaan sarana olah raga).

    Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai kontrak pekerjaan perencanaan, konstruksi, dan

    manajemen konstruksi sebagai berikut:

    a. Kontrak konsultan perencanaan tahun 2010 dengan rekanan PT YK yaitu nomor

    027.A/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp5.825.820.000. Kontrak

    ini diaddendum dengan kontrak nomor 035.A/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Des 2010

    senilai Rp5.825.820.000.

    b.

    Kontrak konsultan perencanaan tahun 2011 dengan rekanan PT YK yaitu nomor

    67.A/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp8.593.200.000.

    c. Kontrak induk pekerjaan konstruksi dengan rekanan KSO AW yaitu Nomor Kontrak

    3894/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember 2010 senilai Rp1.077.921.000.000.

    Kontrak induk ini dirinci ke dalam beberapa kontrak anak yang terpisah yaitu:

    (1) Kontrak anak tahun 2010 nomor 3895/Seskemenpora/BP/10/2010 tanggal 10 Desember

    2010 senilai Rp246.238.455.479.

    (2) Kontrak anak tahun 2011 nomor 0513.A/Seskemenpora/BP/12/2010 tanggal 29 Des 2010

    senilai Rp507.405.139.999. Kontrak ini diaddendum dengan kontrak nomor

    185.8/Sekemenpora/D.5/10/2011 tanggal 04 Oktober 2011 menjadi senilai

    Rp508.397.273.332.

    (3) Per Juli 2012 kontrak anak tahun 2012 belum dibuat.

    d. Kontrak manajemen konstruksi tahun 2010 dengan rekanan PT CCM yaitu nomor

    027.B/SPK/PPK/P3SON/8/2010 tanggal 30 Agustus 2010 senilai Rp4.888.345.000. Kontrak

    ini diaddendum dengan kontrak nomor 035.B/SPK/PPK/P3SON/12/2010 tanggal 9 Des 2010

    menjadi senilai Rp1.000.000.000.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    7/93

    6

    e. Kontrak manajemen konstruksi tahun 2011 dengan rekanan PT CCM yaitu nomor

    067.B/SPK/PPK/P3SON/1/2011 tanggal 14 Januari 2011 senilai Rp8.119.595.000.

    Sampai dengan Juli 2012, total realisasi pembayaran kepada konsultan perencana, kontraktor

    konstruksi, dan konsultan manajemen konstruksi adalah sebesar Rp471.707.439.659 dengan

    rincian pada Tabel 1.

    Tabel 1 Realisasi Pembayaran Proyek P3SON Hambalang Tahun 2010 dan 2011

    No Uraian Nilai SPM (Rp) Nilai SP2D (Rp) Penerima

    Tahun 2010

    1 Pekerjaan jasa Konsultan Perencana 5.825.820.000 5.084.357.000 PT YK

    2 Pembayaran uang muka pekerjaan konstruksi 214.840.100.000 189.449.906.363 KSO AW

    3 Pembayaran pelaks anaan kons truksi 31.398.355.479 27.687.640.740 KSO AW

    4 Pekerjaan jas a Manajemen Kons truks i 1.000.000.000 872.727.273 PT CCM

    Jumlah tahun 2010 253.064.275.479 223.094.631.376

    Tahun 2011

    1 Pekerjaan jasa Konsultan Perencana 8.593.200.000 7.499.520.000 PT YK

    2 Pembayaran termijn pekerjaan fis ik 267.783.868.438 236.136.683.987 KSO AW

    3 Pekerjaan jas a Manajemen Kons truks i 5.702.359.091 4.976.604.296 PT CCM

    Jumlah tahun 2011 282.079.427.529 248.612.808.283

    Total tahun 2010 dan 2011 535.143.703.008 471.707.439.659

    Keterangan: Tahun 2012 belum ada pembayaran.

    Realisasi belanja dengan mata anggaran 53 (Belanja Modal) total sebesar Rp471.707.439.659

    tersebut telah diakui sebagai aset Kemenpora dan dicatat dalam Laporan Keuangan Kemenpora tahun

    2010 dan 2011 sebagai akun Konstruksi Dalam Pengerjaan.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    8/93

    7

    BAGIAN III

    URAIAN HASIL PEMERIKSAAN

    A. Dasar Hukum Kegiatan/Obyek yang Diperiksa

    Peraturan perundangan dan dasar hukum yang berlaku untuk kegiatan proyek

    pembangunan P3SON ini adalah sebagai berikut:

    1. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

    2. UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

    3. UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

    4. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

    5. PP No. 40 tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah

    6. PP No. 29 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

    7.

    Perpres 65 tahun 2006 tanggal 6 Juni 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

    Pembangunan untuk Kepentingan Umum

    8. Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

    9. Peraturan Menteri Keuangan No. 56/2010 tentang Tata Cara Pengajuan Persetujuan Kontrak

    Tahun Jamak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

    10.Peraturan Menteri Keuangan 69/2010 yang diubah dan diganti dengan PMK 180/2010 tentang

    Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010

    11.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis

    Pembangunan Bangunan Gedung Negara

    12.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 43/PRT/M/2007 tentang Standar dan Pedoman

    Pengadaan Jasa Konstruksi

    13.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.14 Tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan

    Hidup Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan

    Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup

    14.Perda Kabupaten Bogor No. 17 tahun 2000 tentang RT RW Kab. Bogor

    B. Materi Temuan

    1. Jenis Penyimpangan

    a) Penyimpangan dalam pemberian izin lokasi, site plan, dan Izin Mendirikan

    Bangunan sebagai berikut:

    1) Bupati Bogor (RY) menandatangani site plan meskipun persyaratan pemberian izin

    yang diatur dalam Peraturan Bupati Bogor Nomor 30 tahun 2009 tanggal 17 Juni

    2009 tentang Pedoman Pengesahan masterplan, site plan dan Peta Situasi berupa

    pelaksanaan studi Amdal tidak dipenuhi oleh Kemenpora selaku pemohon. Hal inimelanggar pasal 22 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    http://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdf
  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    9/93

    8

    Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa setiap kegiatan yang berdampak penting

    terhadap lingkungan wajib memiliki Amdal.

    2) Kepala Badan Perizinan Terpadu Kab Bogor (SS) menerbitkan IMB untuk proyek

    pembangunan P3SON Hambalang, meskipun Kemenpora belum melakukan studi

    Amdal atas proyek tersebut. Hal ini melanggar ketentuan dalam Perda Kab Bogor

    Nomor 12 tahun 2009 tanggal 10 Agustus 2010 tentang Bangunan Gedung pasal 25

    yang menyatakan bahwa persyaratan tata bangunan meliputi adanya pengendalian

    dampak lingkungan.

    3) DN selaku rekanan PT CKS tidak melaksanakan pekerjaan berupa studi Amdal

    meskipun telah menerima pembayaran.

    b) Penyimpangan Dalam Penerbitan SK Hak Pakai dan Sertipikat Hak Pakai atas

    Tanah Hambalang sebagai berikut:

    1) Kepala BPN (JW) menandatangani SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas

    312.448 m2

    dengan didukung dokumen yang tidak sesuai kenyataan berupa: (i) surat

    pelepasan hak dari Probosutedjo selaku pemegang hak sebelumnya yang diduga

    palsu; dan (ii) Surat Pernyataan Ses Kemenpora yang menyatakan bahwa pada

    pengadaan lahan dimaksud tidak terjadi kerugian negara berdasarkan LHP BPK RI

    adalah tidak sesuai kenyataan. Pernyataan bahwa dalam pengadaan lahan dimaksud

    tidak terjadi kerugian negara, ternyata tidak pernah dimuat dalam LHP BPK RI

    dimaksud.

    2) Kabag Persuratan dan Kearsipan BPN (LAW) atas perintah Sestama BPN (MM)

    menyerahkan SK Hak Pakai bagi Kemenpora atas tanah seluas 312.448 m2

    kepada

    Anggota DPR-RI (IM) tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora selaku pemohon. Hal

    ini melanggar prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005

    yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun 2010 yang

    menyatakan bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon

    atau kuasa yang ditunjuknya.

    c) Penyimpangan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak sebagai berikut:

    1) Ses Kemenpora (WM) mengajukan surat permohonan persetujuan kontrak tahun

    jamak dengan mengatasnamakan Menpora tanpa memperoleh pelimpahan wewenang

    dari Menpora.

    2) Ses Kemenpora (WM) bersama Kepala Biro Perencanaan Kemenpora/PPK (DK)

    menyajikan data dan dokumen yang tidak benar sebagai syarat kelengkapan

    persetujuan kontrak tahun jamak dan revisi RKA-KL tahun 2010 yaitu sebagai

    berikut:

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    10/93

    9

    (a) Menafsirkan secara sepihak pernyataan Direktur PBL Kementerian PU bahwa

    pembangunan tersebut dapat dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran untuk

    beberapabangunan yang pelaksanaan konstruksi fisiknya diperkirakan lebih dari

    12 bulan. Tanpa konfirmasi kepada Kementerian PU, Ses Kemenpora

    menafsirkan bahwa yang dimaksud pernyataan tersebut adalah seluruh

    pembangunan fisik gedung dan lapangan serta infrastruktur dilaksanakan melalui

    satu kontrak tahun jamak.

    (b) Dalam rangka revisi RKA-KL, menyajikan data volume keluaran yang tidak

    sesungguhnya yaitu yang seharusnya volume yang akan dibangun turun dari

    semula 108.553 m2 menjadi 100.398 m2, tetapi justru menyajikan volume itu

    seolah-olah naikdari semula 108.553 m2menjadi 121.097 m

    2.

    3)

    Direktur Jenderal Anggaran (AR) setelah melalui proses berjenjang dari Kasie II E-4(RH), Kasubdit II E (S) dan Direktur II (DPH) memberikan masukan, data dan

    informasi yang tidak benar kepada pejabat di atasnya dalam proses pemberian

    dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora tahun 2010

    dan dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak. Pemberian masukan dilakukan

    dengan cara menyampaikan Nota Dinas. Nota Dinas tersebut berisi antara lain:

    Mengingat permohonan persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract)

    tersebut telah dilengkapidata pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran

    pelaksanaan pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan)yunior maupun senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat

    dipertimbangkan untuk disetujui. Mengingat revisi perubahan volume kegiatan

    diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena pertimbangan KDB

    dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak, maka dispensasi

    waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.

    Nota Dinas dengan isi yang sama juga disampaikan secara berjenjang dari Kasubdit II

    E kepada Direktur Anggaran II, dari Direktur Anggaran II kepada Dirjen Anggaran

    dan dari Dirjen Anggaran kepada Menteri Keuangan.

    4) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang,

    mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran,menyetujui

    pemberian dispensasi keterlambatan pengajuan usulan revisi RKA-KL Kemenpora

    2010, meskipun Pasal 20 (1) PMK 180/2010 tentang Tata Cara Revisi Anggaran

    Tahun 2010 menetapkan bahwa Batas akhir penerimaan usul revisi anggaran untuk

    APBN TA 2010 ditetapkan tanggal 15 Oktober 2010 untuk revisi anggaran pada

    DJA.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    11/93

    10

    Sebagai syarat pengajuanpersetujuankontrak tahun jamak kepada Menteri Keuangan,

    RKA KL P3SON harus diubah untuk menunjukkan adanya kegiatan lebih dari satu

    tahun anggaran. Atas dasar itu, Ses Kemenpora harus mengajukan usulan perubahan

    RKAKL. Namun karena batas waktu pengajuan revisi telah dilampaui, maka Ses

    Kemenpora meminta dispensasi keterlambatan pengajuan revisi RKA KL dimaksud

    pada tanggal 16 November 2010. Menteri Keuangan menyetujui permintaan

    dispensasi ini pada tanggal 1 Desember 2010 dengan disposisi Selesaikan pada

    surat usulan dimaksud.

    Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui hal tersebut setelah mendapat masukan

    secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan Dirjen Anggaran

    berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: Mengingat revisi perubahan volume

    kegiatan diakibatkan adanya perubahan perencanaan sehingga (karena

    pertimbangan KDB dan GSB) berhubungan dengan persetujuan kontrak tahun jamak,

    maka dispensasi waktu revisi dapat dipertimbangkan untuk disetujui.

    5) Menteri Keuangan (ADWM) setelah melalui proses penelaahan secara berjenjang,

    mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E, Direktur II dan Dirjen Anggaran, menyetujui

    kontrak tahun jamak meskipun persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 5, dan Pasal

    12 PMK 56/2010 tidak terpenuhi.

    Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak meskipun

    permohonan persetujuan kontrak tahun jamak ditandatangani oleh WM selakuSes

    Kemenpora dengan mengatasnamakan Menpora tanpa ada pendelegasian

    wewenang dari Menpora.

    Menteri Keuangan (ADWM) tidak mengetahui dan tidak membaca surat

    permohonan persetujuan kontrak tahun jamak yang diajukan Kemenpora karena

    surat tersebut didisposisi oleh Sekjen Kementerian Keuangan (MPN) langsung

    kepada Dirjen Anggaran.

    Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak tahun jamak yang diajukan

    Kemenpora meskipun: (i) tidak memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 5

    (2) PMK 56/2010 yaitu adanya rekomendasi dari instansi teknis fungsional yang

    menyatakan kelayakan atas kontrak tahun jamak yang akan dilakukan; (ii) tidak

    memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun 2007 pada BAB

    III.A.1.f yang mensyaratkan bahwa Pembangunan Gedung Negara yang

    pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu

    tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program dan

    pembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah

    memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum.

    http://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Surat%20Sesmenpora%20No.1887.A-SESMENPORA-6-2010%20ttg%20Permohonan%20Persetujuan%20Kontrak%20Tahun%20Jamak/152446.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/RKA-KL%20Kemenpora%20APBN-P%20Tahun%202010.JPG
  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    12/93

    11

    Untuk memenuhi persyaratan tersebut, yang ada hanyalah pendapat teknis yang

    ditandatangani oleh pejabat yang tidak berwenang yaitu Direktur Penataan

    Bangunan dan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Sesuai dengan

    ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum45/PRT/M/2007

    pejabat yang berwenang memberikan Pendapat Teknis adalah Menteri Pekerjaan

    Umum.

    Pada tanggal 1 Desember 2010, Menteri Keuangan (ADWM) menyetujui kontrak

    tahun jamak yang diajukan Kemenpora sebelum memastikan bahwa persyaratan

    revisi RKA-KL sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 12 (2) PMK 56/2010 dan

    sejalan dengan pasal 14 UU No. 17/2003, telah terpenuhi.

    Revisi RKA-KL yang menunjukkan bahwa pekerjaan yang diajukan akan dibiayai

    lebih dari 1 (satu) tahun anggaran baru disetujui oleh Dirjen Anggaran padatanggal 6 Desember 2010.

    Menteri Keuangan (ADWM) memberikan persetujuan kontrak tahun jamak setelah

    mendapat masukan secara berjenjang dari Kasubdit II E, Direktur Anggaran II, dan

    Dirjen Anggaran, berupa Nota Dinas yang berisi antara lain: Mengingat permohonan

    persetujuan Kontrak Tahun Jamak (multiyears contract) tersebut telah dilengkapi

    data pendukung dan dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan

    pembangunan P3SON dalam rangka pembinaan atlit (olahragawan) yunior maupun

    senior, maka persetujuan kontrak tahun jamak dapat dipertimbangkan untuk

    disetujui.

    6) Dirjen Anggaran (AR) dengan mengatasnamakan Menteri Keuangan setelah melalui

    proses penelaahan secara berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E dan

    Direktur II, menetapkan Surat Penetapan Rencana Kerja Anggaran

    Kementerian/Lembaga (SP-RKAKL) Kemenpora tahun 2011 pada tanggal 25

    November 2010 yang di dalamnya memuat kegiatan pembangunan P3SON dalam

    skema tahun jamak. Padahal pada saat itu, persetujuan Menteri Keuangan bahwapembangunan P3SON dapat dilaksanakan dalam kontrak tahun jamak belum ada.

    Selain itu Dirjen Anggaran (AR) juga setelah melalui proses penelaahan secara

    berjenjang, mulai dari Kasie II E-4, Kasubdit II E dan Direktur II menyetujui revisi

    RKA-KL Kemenpora 2010, meskipun surat usulan revisi RKA-KL dari WM selaku

    Ses Kemenpora mencantumkan volume keluaran yang seolah-olah naik dari semula

    108.533 m2 menjadi 121.097 m

    2. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa secara

    substansial volume keluaran yang dimaksud surat Ses Kemenpora tersebut justru

    turun dari semula108.533 m2menjadi 100.398 m2.

    http://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Ver2%20Surat%20Seskemenpora%20No.3608.A-SESKEMENPORA-11-2010%20ttg%20Dispensasi%20Pengajuan%20Revisi/DSCN1653.JPGhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdf
  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    13/93

    12

    Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Pasal 7 butir (1) huruf c PMK 180/2010

    tentang Tata Cara Revisi Anggaran Tahun 2010 bahwa revisi anggaran tidak boleh

    mengurangi volume keluaran (output) Kegiatan Prioritas Nasional atau Prioritas

    Kementerian Negara/Lembaga.

    7)

    Direktur PBL Kementerian PU (GH) menerbitkan Pendapat Teknis pembangunan

    P3SON Hambalang dengan pelaksanaan pembangunan lebih dari satu tahun anggaran

    pada tanggal 22 Oktober 2010, yang tidak menjadi kewenangannya dan tidak pernah

    ada pelimpahan wewenang dari Menteri PU.

    Hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 tahun

    2007pada BAB III.A.1.f yang menyatakan bahwa Pembangunan Gedung Negara

    yang pelaksanaan pembangunannya akan dilaksanakan terus menerus lebih dari satu

    tahun anggaran sebagai kontrak tahun jamak (multiyears contract), program danpembiayaannya harus mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan setelah

    memperoleh Pendapat Teknis dari Menteri Pekerjaan Umum.

    8) Direktur PBL (GH) menyampaikan kepada Kepala Biro Perencanaan Kemenpora

    (DK) pada tanggal 23 November 2010 berupa analisa perhitungan biaya

    pembangunan P3SON Hambalang yang rekap-nya sebesar Rp1.129 Miliar telah

    diparaf oleh Pengelola Teknis (DP). Perhitungan analisa biaya tersebut diminta oleh

    DK dalam rangka menanggapi Surat Dirjen Anggaran tanggal 15 November 2010

    yang antara lain menyampaikan bahwa dalam rangka persetujuan kontrak tahun

    jamak dibutuhkan antara lain analisa biaya komponen terhadap bangunan yang

    mengalami perubahan dari instansi teknis fungsional. Perhitungan analisa biaya

    pembangunan konstruksi P3SON Hambalang sebesar Rp1.129 Miliar ternyata disusun

    oleh KS dari PT AK yang tidak mengikuti standar harga satuan tertinggi per m2

    bangunan gedung negara sesuai Keputusan Bupati Bogor yang berlaku, tetapi dengan

    terlebih dahulu menambahkan inflasi sebesar 2,95%.

    Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No45/PRT/M/2007 tahun 2010, yaitu:

    (a) Pada BAB III, Bagian A angka 1 huruf e : Penyusunan pembiayaan bangunan

    gedung Negara didasarkan pada standar harga per-m2tertinggi bangunan gedung

    negara yang berlaku. Untuk penyusunan program dan pembiayaan pembangunan

    bangunan gedung Negara yang belum ada standar harganya atau memerlukan

    penilaian khusus, harus dikonsultasikan kepada Instansi teknis setempat.

    (b) Pada BAB IV, Bagian B : Standar harga satuan tertinggi pembangunan gedung

    Negara ditetapkan secara berkala untuk setiap kabupaten/kota oleh

    Bupati/Walikota setempat, khusus untuk Provinsi DKI ditetapkan oleh Gubernur.

    http://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdfhttp://c/Documents%20and%20Settings/J.%20Widodo%20H.%20Mumpuni/Local%20Settings/temp/Permen%20PU%2045.pdf
  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    14/93

    13

    d) Penyimpangan dalam proses persetujuan RKA-KL tahun 2011 yaitu Dirjen

    Anggaran (AR) menetapkan RKA-KL APBN Murni Kemenpora tahun 2011 untuk

    proyek P3SON meskipun tidak memenuhi persyaratan.

    Dalam APBN Murni tahun 2011 proyek P3SON Hambalang mendapatkan alokasi sebesar

    Rp500 Miliar yang terdiri dari Rp400 Miliar untuk pekerjaan konstruksi dan Rp100

    Miliar untuk pengadaan peralatan. SP-RKAKL tahun 2011 menetapkan bahwa alokasi

    anggaran untuk pengadaan peralatan sebesar Rp100 Miliar tersebut diblokir oleh Ditjen

    Anggaran, sedangkan pekerjaan konstruksi sebesar Rp400 Miliar tidak diblokir, padahal

    dokumen pendukung berupa Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran Biaya

    (RAB) yang ada adalah untuk skema pembiayaan tahun jamak, sementara itu persetujuan

    kontrak tahun jamak belum disetujui. Hal ini melanggar ketentuan yang diatur dalam

    PMK nomor 104/PMK.02/2010 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

    TA 2011.

    e) Penyimpangan dalam proses pelelangan perencanaan konstruksi, pelelangan

    pekerjaan konstruksi dan pelelangan manajemen konstruksi yaitu Panitia

    Pengadaan Barang dan Jasa Kemenpora (WiM dkk) bersama-sama dengan staf

    perusahaan calon rekanan mengatur pelelangan dengan cara sebagai berikut:

    1) Lelang Perencanaan Konstruksi

    (a) Pada penilaian faktor kesesuaian pengalaman pekerjaan tenaga ahli terdapat

    ketidaksesuaian antara pengalaman pekerjaan yang diajukan dengan pekerjaan

    yang akan dilaksanakan.

    (b) Penghitungan jumlah tahun pengalaman tenaga ahli tidak akurat dan tumpang

    tindih.

    2) Lelang Konstruksi

    (a) Menggunakan standar penilaian yang berbeda dalam mengevaluasi dokumen

    prakualifikasi antara dokumen penawaran dari KSO AW dengan dokumen

    penawaran dari rekanan yang lain.

    Standar penilaian untuk mengevaluasi penawaran dari KSO AW

    menggunakan nilai pekerjaan sebesar Rp1,2T, sedangkan standar penilaian untuk

    mengevaluasi penawaran dari rekanan lain menggunakan nilai pekerjaan sebesar

    Rp262M. Evaluasi Tim BPK terhadap kertas kerja Panitia Pengadaan

    menyangkut penilaian dokumen prakualifikasi peserta lelang menunjukkan

    bahwa seluruh peserta prakualifikasi semestinya tidak dapat dinyatakan lulus

    prakualifikasi sehingga pelelangan seharusnya diulang. Hasil evaluasi adalah

    sebagai berikut: (rincian terlampir Lampiran 1)

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    15/93

    14

    (1) KSO AW seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point68,42

    (lebih kecil dari Passing Grade 75) dan aspek Kemampuan Dasar (KD)

    yang diperkenankan adalah sebesar Rp880.590.000.000 (lebih rendah dari

    ambang batas Rp1,2T).

    (2)

    PT JK seharusnya gugur karena aspek KD yang diperkenankan adalah

    sebesar Rp947.922.889.372 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T) dan

    aspek Personil mendapat nilai 4 (lebih rendah dari ambang batas 5).

    (3) PT NK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 69,35

    (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang

    diperkenankan adalah sebesar Rp192.200.900.000 (lebih rendah dari

    ambang batas Rp1,2T) dan aspek Sisa Kemampuan Keuangan (SKK) adalah

    sebesar Rp405.005.989.172 (lebih rendah dari ambang batas Rp960 Miliar).

    (4)

    PT HK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,32

    (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang

    diperkenankan adalah sebesar Rp168.321.694.000 (lebih rendah dari

    ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,27 (lebih

    rendah dari ambang batas 30).

    (5) PT WK seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point 64,25

    (lebih kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang

    diperkenankan adalah sebesar Rp354.514.000.000 (lebih rendah dari

    ambang batas Rp1,2T) dan aspek Pengalaman mendapat nilai 28,81 (lebih

    rendah dari ambang batas 30).

    (6) KSO IL seharusnya gugur karena mendapat nilai total merit point52 (lebih

    kecil dari Passing Grade 75). Selain itu aspek KD yang diperkenankan

    adalah sebesar Rp518.761.000.000 (lebih rendah dari ambang batas Rp1,2T)

    dan aspek Personil mendapat nilai 3,75 (lebih rendah dari ambang batas 5).

    (b) Mengumumkan lelang dengan informasi yang tidak benar dan tidak lengkap.

    Dalam pengumuman pelelangan yang dimuat dalam Koran Tempo tanggal 18

    Agustus 2010, Panitia menyatakan bahwa nilai pagu anggaran untuk pekerjaan

    yang hendak dilelang adalah sebesar Rp262.784.797.000. Disebutkan pula bahwa

    anggaran sedang dalam proses persetujuan kontrak tahun jamak dari Kementerian

    Keuangan. Pada saat yang bersamaan, Kemenpora sedang mengajukan

    persetujuan kontrak tahun jamak dengan nilai pekerjaan sebesar

    Rp1.129.296.256.000.

    Setelah mendapatkan konsep dari WiM selaku Ketua Panitia Pengadaan, DKselaku PPK secara sepihak lalu menandatangani surat pemberitahuan nomor

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    16/93

    15

    No.01-SP-PPK-8-2010 yang ditujukan kepada calon penyedia jasa pemborongan.

    Isinya menginformasikan bahwa nilai pekerjaan yang saat ini sedang diajukan

    persetujuan kontrak tahun jamak adalah sebesar Rp1,2T. Namun, surat

    pemberitahuan tersebut hanya disampaikan kepada sebagian peserta yang telah

    mengambil dokumen lelang. Adapun PT DGI dan KSO IL tidak menerima

    pemberitahuan tersebut sehingga memasukkan penawaran dengan asumsi nilai

    pekerjaan sebesar Rp262M.

    Hal tersebut melanggar ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 Pasal 4 huruf h

    dan Penjelasannya pada Lampiran Bab II, Point A.1.a.2), Point A.1.a.3).b yang

    menetapkan bahwa panitia/pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas

    tentang adanya pelelangan umum yang memuat di antaranya perkiraan nilai

    pekerjaan.

    (c) Menggunakan nilai paket pekerjaan yang tidak disepakati untuk mengevaluasi

    Kemampuan Dasar (KD) Peserta Lelang.

    Sesuai ketentuan dalam PP No. 29 tahun 2000 Pasal 14 ayat (1), (2) dan (3),

    Keppres 80 tahun 2003 Lampiran 1 Bab II.A.1.b : (1).j), dan Permen PU No 43

    Tahun 2007 pada L3, penilaian KD = 2 NPt (nilai pengalaman tertinggi). Untuk

    perusahaan yang menjalin kerja sama operasi, NPt yang dipakai adalah NPt dari

    perusahaan yang menjadi Lead-firm. Peserta dianggap lulus jika memiliki KD

    lebih besar atau sama dengan nilai pekerjaan/kontrak yang hendak dilelang.

    Panitia meluluskan KSO AW karena dianggap memenuhi syarat nilai KD. Untuk

    mengevaluasi KSO AW, Panitia menetapkan nilai kontrak yang hendak dilelang

    adalah Rp1,2 T. Sedangkan untuk peserta lainnya, Panitia menetapkan nilai

    kontrak yang hendak dilelang adalah Rp262 M.

    Untuk menaikan nilai KD KSO AW, Panitia menggabungkan 2 proyek

    terbesar yang pernah dikerjakan oleh PT AK yaitu proyek pembangunan stadion

    Surabaya Barat (Rp440M) dan proyek pembangunan jembatan Suramadu

    (Rp443M) sehingga total NPt-nya menjadi sebesar Rp883M (=Rp440M +

    Rp443M). Dengan demikian, nilai KD = 2 x Rp883 = Rp1,7T atau melebihi

    ambang batas Rp1,2T.

    Seharusnya Panitia hanya menghitung satu proyek saja yang sesuai dengan

    bidang pekerjaan sejenis, sehingga maksimal NPt-nya adalah Rp440M, dan score

    KD-nya = 2xRp440M = Rp880M.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    17/93

    16

    3) Lelang Manajemen Konstruksi

    (a) Menyusunkan dokumen penawaran perusahaan pendamping dan memasukkannya

    untuk mengikuti pelelangan.

    (b) Menggunakan nama-nama tenaga ahli dengan bukti dokumen SKA yang tidak

    benar.

    f) Penyimpangan dalam penetapan pemenang lelang konstruksi yaitu Ses Kemenpora

    (WM) telah melampaui wewenangnya dengan menetapkan pemenang lelang untuk

    pekerjaan bernilai di atas Rp 50 Miliar tanpa memperoleh pelimpahan wewenang

    dari Menpora sebagai pejabat yang berwenang menetapkan.

    Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 26 bahwa pejabat yang

    berwenang menetapkan penyedia barang/jasa adalah Menteri untuk pengadaan

    barang/jasa yang dibiayai dari APBN yang bernilai di atas Rp 50 Miliar.

    g) Penyimpangan dalam proses pembayaran dan pencairan uang muka yaitu RI selaku

    Kabag Keuangan Kemenpora tetap menyusun dan menandatangani SPM,

    meskipun Pejabat Penguji Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dan Bendahara

    belum menandatangani dokumen SPP dari PPK yang berarti belum menguji

    kelengkapan dan kebenaran tagihan sesuai tugasnya. SPM itu bersama dengan

    Surat Pertanggungjawaban Belanja dari WM selaku Ses Kemenpora diajukan ke

    KPPN untuk penerbitan SP2D.

    h) Penyimpangan dalam hal pelaksanaan pekerjaan konstruksi berupa rekanan KSO

    AW mensubkontrakkan sebagian pekerjaan utamanya kepada perusahaan lain

    yaitu di antaranya kepada PT DC dan PT GDM.

    Hal tersebut melanggar ketentuan dalam Keppres 80/2003 pasal 32 (3) bahwa Penyedia

    barang/jasa dilarang mengalihkan tanggung jawab seluruh pekerjaan utama dengan

    mensubkontrakkan kepada pihak lain. Juga pasal 32 (4) bahwa Penyedia barang/jasa

    dilarang mengalihkan tanggung jawab sebagian pekerjaan utama dengan

    mensubkontrakkan kepada pihak lain dengan cara dan alasan apapun, kecuali disub-

    kontrakkan kepada penyedia barang/jasa spesialis.

    2. Fakta dan Proses Kejadian

    Proyek Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional

    (P3SON) Kementerian Pemuda dan Olahraga yang berlokasi di Desa Hambalang, Kecamatan

    Citeureup, Kabupaten Bogor merupakan proyek yang telah direncanakan untuk dibangun sejak

    tahun 2004 pada saat fungsi pembinaan olahraga nasional masih berada pada Ditjen Olahraga

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    18/93

    17

    Departemen Pendidikan Nasional. Pada awal perencanaannya proyek ini hanya dimaksudkan

    sebagai kamp latihan olahraga bagi para pelajar berskala nasional.

    Setelah terhenti pembangunannya pada tahun 2006 karena permasalahan status tanah,

    proyek ini dilanjutkan kembali pada tahun 2010 setelah Kemenpora memperoleh alokasi APBN

    2010 untuk pembangunan Pusat Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional (PPPON) di desa

    Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Memperhatikan adanya alokasi anggaran

    untuk PPPON ini, Menpora mengembangkan ide pembangunan Sekolah Olahraga Nasional yang

    diintegrasikan dengan Pusdiklat Olahraga. Sehingga pada Januari 2010 Biro Perencanaan

    Kemenpora menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Pembangunan P3SON Bukit Hambalang.

    Menurut Kerangka Acuan Kerja tersebut, tujuan pembangunan ini di antaranya adalah

    untuk mengintegrasikan sekolah olahraga dan Pusat Pelatihan atlet elit nasional ke dalam satu

    sistem manajemen sehingga program penerapan iptek olahraga relatif dapat dikontrol.

    Proyek ini direncanakan akan dibangun di wilayah perbukitan Desa Hambalang

    Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor di atas lahan seluas 32 ha dan diperkirakan akan

    memakan waktu selama 3 tahun yang dimulai pada 2010 dengan estimasi biaya sebesar Rp1,1

    Triliun.

    Secara garis besar, proses pembangunan P3SON ini berlangsung melalui beberapa

    tahapan kegiatan yaitu:

    1. Pemilihan lokasi dan pengurusan izin pembangunan

    2. Perencanaan anggaran

    3.

    Pemilihan rekanan pelaksana

    4. Pelaksanaan pekerjaan dan pembayaran

    Secara terinci, proses kejadian dan fakta yang terjadi adalah sebagai berikut:

    a. Pemilihan lahan dan status kepemilikan tanah

    Bermula dari rencana Ditjen Olahraga Depdiknas untuk membangun Pusat Pendidikan

    Pelatihan Olahraga Pelajar Tingkat Nasional (National Training Camp Sport Center), pada

    tahun 2004 dibentuk tim verifikasi yang bertugas mencari lahan yang representatif untuk

    merealisasikan rencana tersebut. Hasil tim verifikasi ini menjadi bahan Rapim Ditjen

    Olahraga Depdiknas untuk memilih lokasi yang dianggap paling cocok bagi pembangunan

    pusat olah raga tersebut.

    Untuk mencari lokasi yang dikehendaki, tim verifikasi yang diketuai oleh DK

    menyepakati kriteria pemilihan lokasi yaitu: (i) kesesuaian RUTR dengan lokasi; (ii) luas

    lahan lebih dari 20 ha; (iii) jarak tidak lebih dari 70 km dari Jakarta dan dapat ditempuh

    kurang dari 1 jam; (iv) topografi tanah memiliki kemiringan maksimal 15%; (v) kenyamanan

    lingkungan udara; (vi) kondisi lahan bukan lahan produktif; (vii) status tanah; dan (viii) hargatanah per meter/segi tidak lebih dari Rp30.000.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    19/93

    18

    Dari lima lokasi yang disurvei yaitu: Karawang, Hambalang, Cariu, Cibinong, dan

    Cikarang, pada Mei 2004 tim verifikasi memberikan penilaian tertinggi pada lokasi desa

    Hambalang Citeureup Bogor dengan nilai maksimal yaitu memenuhi semua kriteria penilaian

    tersebut di atas, sehingga lokasi tersebut dipilih untuk dibangun.

    Selanjutnya, menindaklanjuti pemilihan lokasi tersebut, TCM selaku Dirjen Olah Raga

    Depdiknas mengajukan permohonan penetapan lokasi Diklat Olahraga Pelajar Nasional

    kepada Bupati Bogor. Bupati Bogor menyetujui dengan mengeluarkan Keputusan Bupati

    Bogor nomor 591/244/Kpes/Huk/2004 tanggal 19 Juli 2004. Sambil menunggu ijin penetapan

    lokasi dari Bupati Bogor tesebut, pada 14 Mei 2004, TCM selaku Dirjen Olahraga telah

    menunjuk pihak ketiga yaitu PT. LKJ untuk melaksanakan pematangan lahan dan pembuatan

    sertipikat tanah dengan kontrak No.364/KTR/P3oP/2004 dengan jangka waktu pelaksanaan

    sampai dengan 9 November 2004 senilai Rp4.359.521.320.

    Namun demikian, pada saat itu lokasi tersebut termasuk ke dalam zona kerentanan

    gerakan tanah menengah tinggi sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan Pusat

    Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM. Sesuai dengan

    sifat batuannya, PVMBG menyarankan untuk tidak mendirikan bangunan di lokasi tersebut

    karena memiliki risiko bawaan yang tinggi bagi terjadinya bencana alam berupa gerakan

    tanah.

    Selain itu, status tanah di lokasi dimaksud masih belum jelas, meskipun telah dikuasai

    sejak pelepasan/pengoperan hak garapan dari para penggarap kepada Ditjen Olahraga setelah

    realisasi pembayaran uang kerohiman kepada para penggarap sesuai Berita Acara Serah

    Terima Pelepasan/Pengoperan Hak Garapan tertanggal 19 September 2004. Sejak itulah area

    tanah tersebut diakui sebagai aset Ditjen Olahraga dan kemudian pada tanggal 18 Oktober

    2005 diserahterimakan kepada organisasi baru yaitu Kementerian Negara Pemuda dan

    Olahraga (Kemenpora) setelah Ditjen Olahraga berubah menjadi Kemenpora.

    Lokasi tersebut semula termasuk ke dalam area perkebunan Ciderati seluas 7.050.550

    m2 yang Hak Guna Usaha (HGU)-nya dipegang oleh PT BE berdasarkan SK Mendagri

    No.1/HGU/DA/77 tanggal 25 Januari 1977 dan berakhir pada 31 Desember 2002. Sesuai

    ketentuan PP 40/1996 tentang HGU, HGB, dan Hak Pakai atas Tanah pasal 17(2) bahwa

    dengan berakhirnya HGU tersebut, maka bidang tanah dimaksud menjadi berstatus Tanah

    Negara sampai dimohonkan kembali perpanjangan jangka waktu HGU dimaksud. PT BE

    mengajukan perpanjangan jangka waktu HGU pada tanggal 22 Maret 2000 namun mendapat

    perpanjangan jangka waktu HGU dari Kepala BPN pada tanggal 1 Juni 2006 hanya untuk

    area seluas 6.578.315 m2 tidak termasuk area tanah yang direncanakan akan dibangun diklat

    olahraga pelajar nasional oleh Ditjen Olahraga/Kemenpora seluas 327.810 m2.

    Setelah menguasai secara fisik dan membayar uang kerohiman kepada penggarap,Kemenpora perlu mendapatkan legalitas formal penguasaan tanah di area tersebut. Untuk itu,

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    20/93

    19

    Kemenpora mengajukan permohonan pensertipikatan tanah tersebut kepada Kepala Kantor

    Pertanahan Kab Bogor dengan suratnya nomor B/0227/BU.Setmenpora/II/2006 tanggal 8

    Februari 2006. Menanggapi permohonan tersebut dan setelah Kemenpora melunasi biaya

    pengukuran tanah, pada tanggal 7 September 2006 Kantor Pertanahan Kab. Bogor mengukur

    kembali area tanah tersebut dan menerbitkan peta Bidang dengan no. 3059/2006 yang

    menyebutkan luas tanah adalah 312.448 m2. Dengan mendasarkan pada hasil pengukuran ini,

    selanjutnya BT selaku kuasa Kemenpora mengajukan secara resmi permohonan Hak Pakai

    kepada Kepala Kanwil BPN Jawa Barat melalui Kepala Kantah Kab. Bogor pada tanggal 22

    September 2006.

    Meskipun telah ada kesepakatan pada rapat tanggal 28 Januari 2007 antara pihak

    Kemenpora dengan BPN mengenai pertimbangan untuk memberikan suatu hak atas tanah

    kepada Kemenpora bagi kepentingan Pembangunan Pusat Pembinaan dan Pengembangan

    Prestasi Olahraga Nasional (PPPPON), namun kesepakatan ini tidak segera terealisasi. BPN

    masih mempermasalahkan adanya pelanggaran oleh Kemenpora karena mengadakan tanah

    tanpa melalui Panitia Pengadaan Tanah sesuai ketentuan dalam Keppres 55 tahun 2003

    tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

    Padahal pada saat itu telah berlaku ketentuan dalam Perpres 65 tahun 2006 tanggal 6 Juni

    2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

    yang mencabut ketentuan dalam Keppres 55/2003 tersebut. Perpres 65/2006 tidak lagi

    memasukkan sarana olah raga sebagai domain pembangunan untuk kepentingan umum.

    Selama tahun 2007 tidak ada perkembangan yang berarti dalam hal pengurusan

    sertipikat Hak Pakai yang telah dimohonkan pihak Kemenpora. Pihak BPN Pusat tetap tidak

    memproses permohonan hak dari Kemenpora tersebut dengan dalih Kemenpora belum

    menyelesaikan pelepasan hak dari PT BE selaku bekas pemegang hak sebelumnya.

    Sedangkan pihak Kemenpora berpendapat bahwa tidak ada lagi hubungan antara tanah yang

    dimohon untuk P3SON dimaksud dengan HGU PT BE, sesuai surat Ses Kemenpora No.

    0298.1/Ses Kemenpora/2/2007 tanggal 27 Pebruari 2007 kepada Deputi Bidang Hak Tanah

    dan Pendaftaran Tanah BPN.

    Pada 2 Juni 2008, dalam rangka menyelesaikan status kepemilikan lahan di desa

    Hambalang, WM selaku Ses Kemenpora membentuk kelompok kerja yang disebut Panitia

    Peningkatan Status Kepemilikan Tanah P3SON di desa Hambalang dan menunjuk DK selaku

    Ketua. Pokja ini bertugas: (i) melakukan pengkajian, koordinasi dan kegiatan lain dalam

    rangka pengurusan dan penyelesaian status kepemilikan lahan di Desa Hambalang; dan (ii)

    menjalankan langkah-langkah lain yang dianggap perlu dan tidak bertentangan dengan

    peraturan perundangan yang berlaku.

    Pembentukan pokja tersebut belum membuahkan hasil dalam mengupayakan akselerasipenerbitan hak atas tanah Hambalang. Upaya tersebut dilanjutkan dengan penunjukan

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    21/93

    20

    personil tertentu yang dianggap mampu melakukan pendekatan kepada pemegang hak

    sebelumnya dalam hal ini Pro selaku pemilik PT BE. Berikutnya, dalam tahun 2009 dicoba

    diadakan pertemuan-pertemuan informal dengan Pro maupun bersurat kepada yang

    bersangkutan dan kepada Direksi PT BE untuk memperoleh surat pelepasan hak dari PT BE

    selaku pemegang hak tanah sebelumnya seperti yang dipersyaratkan oleh BPN, di antaranya

    mengirimkan surat-surat berikut:

    Menerbitkan Surat Karo Umum Kemenpora No. 0453/Setmenpora/BU/2/2009 tanggal 16

    Februari 2009 kepada Pro mengenai permintaan pertemuan sehubungan keinginan

    Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (AD) untuk bertemu Pro.

    Menerbitkan Surat Ses Kemenpora No.0476/Ses Kemenpora/2/2009 tanggal 17 Februari

    2009 kepada Pro mengenai permintaan menerbitkan surat pernyataan pelepasan hak atas

    tanah seluas 312.448 m2 yang akan digunakan sebagai persyaratan agar BPN dapat

    menerbitkan sertipikat.

    Menerbitkan Surat Ses Kemenpora No.1408/Ses Kemenpora/4/2009 tanggal 28 April

    2009 kepada Direksi PT BE mengenai permintaan menerbitkan surat pernyataan

    pelepasan hak atas tanah seluas 312.448 m2 yang akan digunakan sebagai persyaratan

    agar BPN dapat menerbitkan sertipikat.

    Selain itu upaya juga dilakukan oleh AD selaku Menpora dengan berkunjung secara

    langsung untuk bertemu dengan Kepala BPN dalam rangka memperoleh penjelasan mengenai

    proses permohonan sertipikat tanah Hambalang yaitu pada tanggal 10 Mei 2006 dan 6 April

    2009.

    Secara simultan dari sisi BPN RI, pemberian Hak Pakai atas lahan tersebut sudah mulai

    diproses oleh BPN sejak pengajuan permohonan oleh Kemenpora tanggal 22 September

    2006. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005 tentang Standar Prosedur

    Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) Pemberian Hak Pakai bahwa layanan ini

    seharusnya dapat diselesaikan dalam waktu 45 hari kerja jika seluruh syaratnya terpenuhi.

    SPOPP tersebut menetapkan bahwa persyaratan yang harus dipenuhi bagi instansi pemerintah

    untuk memperoleh Hak Pakai adalah:

    Surat rekomendasi dari instansi induk yang mengajukan permohonan

    Foto kopi identitas pemohon atau kuasanya

    Surat Kuasa jika dikuasakan

    Data fisik yaitu surat ukur/peta bidang

    Data yuridis di antaranya: surat-surat bukti perolehan tanah (misalnya sertipikat, girik,

    surat kapling, surat penunjukan kapling, surat pelepasan hak), surat pernyataan asset yang

    menerangkan pencantuman dalam daftar inventaris, secara fisik telah dikuasai sejak

    kapan, tidak sengketa, bukan tanah pihak lain.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    22/93

    21

    Untuk memproses permohonan Hak Pakai tersebut, jajaran Deputi Bidang Hak Tanah

    dan Pendaftaran Tanah (HTPT) BPN telah melakukan kajian dan penelitian terhadap proses

    pemberian Hak Pakai dan telah melaporkan kepada Kepala BPN melalui nota dinas nomor

    20/ND/D.I/I/2007 tanggal 22 Januari 2007. Nota dinas itu pada intinya berisi bahwa agar

    permohonan tersebut dapat dipenuhi, masih diperlukan syarat-syarat:

    a. Penyelesaian perolehan hak dari PT BE selaku pemegang HGU sebelumnya;

    b. Pelaksanaan pengoperan hak garapan agar dilaksanakan sesuai ketentuan perundangan

    agar tidak terjadi cacat hukum dan tidak menjadi temuan oleh pihak pemeriksa;

    c. Penjelasan mengenai luas tanah yang akan dipergunakan;

    d. Menunggu selesainya proses perkara di PTUN Jakarta.

    Dari ke-empat syarat tersebut, syarat ke-tiga dan empat telah dapat diselesaikan

    sehingga tinggal syarat pertama yaitu penyelesaian perolehan hak dari pemegang hak

    sebelumnya dan syarat kedua yaitu tidak ada permasalahan dengan pemeriksa. Selanjutnya

    JW selaku Kepala BPN tetap menghendaki agar kedua syarat tersebut dipenuhi.

    Oleh karena itu, pihak BPN dalam hal ini Deputi II beserta jajarannya terus menunggu

    sampai syarat tersebut terpenuhi. Selama proses pemenuhan syarat tersebut, BPN membuat

    Risalah Pengolahan Data (RPD) sebagai bentuk telaahan staf dalam rangka pemberian Hak

    Pakai dimaksud. Sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 8 tahun 2009 tanggal 26

    Februari 2009 tentang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan di Lingkungan BPN RI, RPD

    ini adalah salah satu bentuk naskah dinas berupa Telaahan Staf yang dimaksudkan sebagai

    risalah telaah akhir yang disajikan oleh jajaran staf BPN RI yang menjadi dasar bagi Kepala

    BPN RI dalam menetapkan hak tertentu atas tanah bagi suatu subyek hak yang memenuhi

    syarat dan aturan hukum. RPD ini adalah dokumen resmi yang menyertai dokumen resmi

    pertanahan lainnya dan disimpan bersama dokumen hak atas tanah lainnya. RPD ini

    dipertanggungjawabkan kebenarannya oleh seluruh jajaran staf Kepala BPN RI baik secara

    hukum, administrasi, maupun secara fisik.

    Dalam rangka penelaahan kelengkapan syarat pemberian Hak Pakai atas tanah yang

    diajukan Kemenpora tersebut, Deputi Kepala BPN Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah

    (HTPT) telah menyelesaikan telaahannya dalam bentuk RPD lalu mengajukan kepada Kepala

    BPN RI dengan Nota dinas nomor 449/ND/DII/VIII/09 tanggal 31 Agustus 2009 yang

    ditandatangani oleh BE selaku Deputi Bidang HTPT. Pada saat itu, Deputi II Bidang HTPT

    telah menyelesaikan RPD yang pada tanggal 28 Agustus 2009 telah ditandatangani bersama

    oleh BE selaku Deputi HTPT, BS selaku DirekturPengaturan dan Pengadaan Tanah

    Pemerintah, MW selaku Kasubdit Penetapan Hak Tanah, S selaku Plh. Kasie Penetapan Hak

    Wil II, dan EW selaku staf pengolah data. Namun setiap halamannya telah pula diparaf hanya

    oleh S selaku Plh. Kasie Penetapan Hak Wil II.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    23/93

    22

    Berdasarkan RPD tersebut, jajaran staf Deputi II menyatakan bahwa Kepala BPN RI

    dapat menandatangani konsep SK Penetapan Hak Atas Tanah menjadi SK Penetapan Hak

    Atas Tanah. Di samping itu, seluruh jajaran staf telah mempertimbangkan segala aspek

    pertanahan lainnya yang diperlukan dalam penetapan hak atas tanah.

    Setelah membaca nota dinas dan RPD dari Deputi II BPN bertanggal 31 Agustus 2009

    tersebut, JW sempat menandatangani SK Hak Pakai atas nama Kemenpora yang diajukan.

    Namun JW menerangkan bahwa SK tersebut dibatalkan kembali olehnya setelah mendengar

    saran lisan dari BE yang baru saja purna tugas sebagai Deputi II BPN bahwa akan menjadi

    lebih sempurna dan lebih baik jika ditambahkan satu data yuridis berupa Surat Pernyataan

    Pelepasan Hak dari PT BE sebagai bekas pemegang HGU untuk tanah dimaksud.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa setelah penyelesaian dan penyampaian RPD

    tanggal 28 Agustus 2009 tersebut, masih terdapat beberapa koreksi yang bersifat redaksional

    maupun substansial. Setelah mengalami beberapa koreksi redaksional oleh Biro TU Pimpinan

    BPN (TUPP), RPD bersama konsep SK Penetapan Hak diajukan ke meja Kepala BPN, lalu

    pada tanggal 13 Oktober 2009 mendapatkan catatan dari Kepala BPN untuk ditanggapi oleh

    Deputi II. Untuk menjawab catatan ini, MM selaku Plt. Deputi II (Deputi II definitif telah

    pensiun TMT 1 September 2009) mengirimkan nota dinas nomor 501/ND/DII/XI/09 tanggal

    6 November 2009.

    Penjelasan Deputi II tersebut kurang memuaskan Kepala BPN sehingga JW selaku

    Kepala BPN RI kembali memberikan disposisi pada tanggal 10 November 2009 yang

    berbunyi: sebelum tt, saya perlu diskusi dulu dengan Plt D-II.

    Meskipun MM tidak datang berdiskusi seperti permintaan JW, JW tidak

    menindaklanjuti disposisinya itu dan tetap menunggu pemenuhan persyaratan berupa surat

    pernyataan pelepasan hak dari bekas pemegang hak sebelumnya. Namun demikian, oleh staf

    tata usaha disposisi Kepala BPN tersebut bersama dengan warkah lengkap tetap disampaikan

    kepada Deputi II untuk ditindaklanjuti. Kemudian pada tanggal 15 Desember 2009, MM

    selaku Plt. Deputi II mengirimkan disposisi kepada Kepala BPN yaitu: Yth. Bapak Ka BPN

    RI: Dh, dilaporkan, maka dengan dasar kepemilikan kantor Menpora terhadap tanah

    (terlampir) sudah dapat diproses. Terima kasih.

    Lembar disposisi tersebut diberi tanda OK dan paraf, namun JW selaku Kepala BPN

    menyatakan tidak pernah melihat disposisi ini dan tidak mengenal tulisan tangan OK dan

    paraf yang ada.

    Selanjutnya, kepada BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah

    BPN RI pada tanggal 17 Desember 2009 utusan Kemenpora menyerahkan dokumen asli Surat

    Pernyataan H. Probosutedjo bertanggal 22 November 2009 untuk melengkapi syarat

    penetapan hak. Dan untuk menyertakan dokumen tersebut ke dalam RPD, pada tanggal 21Desember 2009 dengan nota dinas nomor 334/ND/DPPTP/XII/2009 BS meminta kembali

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    24/93

    23

    berkas RPD yang sudah berada di meja Karo TUPP BPN RI untuk dikoreksi. Dengan adanya

    dokumen tersebut, BS selaku Direktur memerintahkan kepada MW selaku Kasubdit dan S

    selaku Kasie untuk menyisipkan ke dalam uraian RPD tanpa memperbarui tanda tangan

    penyusun dan penanggungjawab RPD. S melanjutkan perintah tersebut kepada EW selaku

    staf penyusun RPD.

    RPD yang telah disisipi dengan dokumen baru tersebut, diajukan kembali kepada

    Kepala BPN RI dengan nota dinas Plt Deputi II nomor 01/ND/DII/I/2010 tanggal 04 Januari

    2010 dengan menambahkan satu butir penjelasan yaitu: sehubungan dengan penjelasan

    tersebut angka 5 di atas, telah ada Surat Pernyataan dari H. Probosutedjo, Komisaris Utama

    PT BE selaku bekas pemegang Hak Guna Usaha Nomor 1/Hambalang yang menyatakan

    tidak keberatan apabila Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Negara Pemuda

    dan Olahraga menjadikan lahan tersebut untuk sarana dan prasarana olahraga dan tidak

    akan melakukan tuntutan/gugatan ke pengadilan di kemudian hari.

    Menindaklanjuti nota dinas tersebut, JW selaku Kepala BPN menandatangani SK Hak

    Pakai pada tanggal 6 Januari 2010. JW menerangkan bahwa adanya Surat Pernyataan H.

    Probosutedjo tanggal 22 November 2009 tersebut dapat dipandang sebagai bentuk

    penyelesaian perolehan hak dari bekas pemegang hak. Karena itu, JW menandatangani SK

    Hak Pakai dimaksud. Pada saat menandatangani SK Hak Pakai tersebut, JW selaku Kepala

    BPN menyatakan tidak yakin apakah melihat asli dokumen Surat Pernyataan H. Probosutedjo

    yang selama ini ditunggu. JW hanya melihat uraian dalam RPD dan nota dinas bahwa surat

    tersebut telah ada.

    Hasil analisis terhadap RPD Nomor 03/PHT/Dit.PPTP/VIII/2009 tanggal 28 Agustus

    2009 menunjukkan bahwa beberapa fakta hukum yang dijadikan sebagai pertimbangan oleh

    BPN dalam rangka pemberian Hak Pakai tersebut tidak sesuai kenyataan yang sebenarnya

    yaitu sebagai berikut:

    Poin VII.9.d. menyatakan bahwa sesuai hasil audit BPK RI yang menegaskan tidak ada

    unsur kerugian negara dalam proses perolehan tanah aset Menpora atas tanah seluas

    312.448 m2 yang terletak di Desa Hambalang Kec Citeureup Kab Bogor.

    Yang dimaksud hasil audit BPK RI dalam pernyataan itu adalah LHP nomor

    18/HP/XVI/03/2009 tanggal 17 Maret 2009 atas Program Pembinaan dan

    Pemasyarakatan Olahraga dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga serta

    BA 69 TA 2007 dan 2008 sebagaimana yang disebut dalam RPD poin VI.1.b.8).d.

    LHP tersebut menyajikan temuan pemeriksaan atas program kegiatan Kemenpora yang

    dilaksanakan dalam periode TA 2007-2008, sedangkan pengadaan tanah dimaksud telah

    dilakukan pada tahun 2004. Dengan demikian LHP tersebut tidak relevan dengan kondisi

    pengadaan tanah dimaksud.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    25/93

    24

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pernyataan poin VII.9.d. tersebut adalah hasil

    rapat koordinasi membahas permohonan Hak Pakai atas nama Kemenpora di kantor BPN

    RI yang diprakarsai oleh Deputi II BPN RI dan dihadiri oleh unsur Kemenpora serta

    auditor BPK RI pada tanggal 14 Juli 2009. Undangan resmi rapat tersebut yang

    dikeluarkan oleh BE selaku Deputi II nomor 2521/002-300/VII/2009 tanggal 2 Juli 2009

    tidak menyebutkan mengundang unsur BPK RI untuk hadir dalam rapat. Adapun

    kehadiran staf auditor BPK RI dalam rapat tersebut bukan atas perintah resmi BPK RI

    dan tidak merepresentasikan pendapat BPK RI.

    Poin VII.9.e. menyatakan bahwa secara materiil telah ada kesepakatan lisan yang

    disampaikan oleh Ibu Rita selaku Direktur Utama PT BE sebagaimana diuraikan dalam

    surat Seskemenpora tanggal 18 September 2009 nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009

    dan surat pernyataan Ses Kemenpora tanggal 18 September 2009 nomor 2917.B/Ses

    Kemenpora/8/2009.

    Bahwa tidak pernah ada surat bernomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan

    2917.B/Ses Kemenpora/8/2009 yang bertanggal 18 September 2009. Yang ada adalah

    surat bernomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009

    bertanggal 18 Agustus 2009, yang tidak menyebutkan adanya kesepakatan lisan tersebut.

    Poin VI.1.b.8). menyebutkan bahwa sebagai tindak lanjut angka 5) di atas Ses

    Kemenpora dengan Surat Pernyataan tanggal 18 Agustus 2009 Nomor 2917.B/Ses

    Kemenpora/8/2009 menyatakan:

    a. Tanah tersebut sudah dikuasai secara fisik sejak tahun 2004 sampai sekarang ini

    b. Sudah tercatat sebagai aset Kemenpora Nomor 2531/BU.Set.Menpora/X/2005

    tanggal 18 Oktober 2005.

    c. Tidak ada sengketa/perkara dengan pihak manapun.

    d. Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan BPK RI Tahun 2009 tanggal 17 Maret 2009

    nomor 18/HP/XVI/03/2009 atas Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga

    dan Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga serta BA 69 TA 2007

    dan 2008, tidak ada temuan mengenai pengadaan tanah seluas 312.448 m2 di Desa

    Hambalang Kec Citeureup Kab Bogor.

    e. Kami telah 2 kali mengirim surat permohonan pelepasan Hak Atas Tanah kepada

    Bapak Pro dan Direksi PT BE, namun sampai saat ini belum mendapatkan

    tanggapan sebagaimana diharapkan, berdasarkan informasi yang diterima, pimpinan

    PT BE menyatakan bahwa tanah tersebut bukan tanah mereka lagi, tetapi sudah

    menjadi tanah Negara.

    Bahwa terdapat 3 (tiga) lembar Surat Pernyataan yang ditandatangani Ses Kemenpora

    bertanggal 18 Agustus 2009 yaitu 1 (satu) lembar Surat Pernyataan Ses Kemenpora

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    26/93

    25

    tertanggal 18 Agustus 2009 nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 dan 2 (dua) lembar

    Surat Pernyataan nomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009.

    Surat Pernyataan nomor 2917.A/Ses Kemenpora/8/2009 tertanggal 18 Agustus 2009

    dikirimkan secara resmi ke BPN melalui loket Bagian Persuratan dan diterima pada

    tanggal 20 Agustus 2009.

    Adapun mengenai Surat Pernyataan bernomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009

    tertanggal 18 Agustus 2009, terdapat dua surat bernomor sama dengan isi surat berbeda.

    Surat Pernyataan nomor 2917.B/Ses Kemenpora/8/2009 yang pertama dikirim ke BPN

    dengan cara dibawa langsung oleh PM yang pada waktu itu menjabat sebagai Karo

    Umum Kemenpora dan disampaikan langsung kepada MW selaku Kasubdit Penetapan

    Hak Tanah di kantor BPN Pusat. Surat yang ditandatangani WM selaku Semenpora

    dengan dilengkapi materai cukup ini berisi pernyataan sebagaimana poin a, b dan c

    tersebut di atas. Setelah surat tersebut disampaikan, MW memberikan petunjuk agar isi

    surat pernyataan tersebut diperbaiki dengan mencantumkan hasil pemeriksaan BPK dan

    pernyataan dari PT BE. PM kemudian memperbaiki surat tersebut dengan menambahkan

    poin d dan e tersebut di atas dan mengirimkan kembali ke MW. Surat Pernyataan yang

    kedua ini tidak lagi menggunakan materai sebagaimana Surat Pernyataan yang pertama.

    Poin VI.1.b.9). dan poin VII.8. menyebutkan bahwa ..telah ada Surat Pernyataan

    Komisaris Utama PT BE (Pro) yang menyatakan tidak keberatan apabila Kemenpora

    mengelola lahan tersebut untuk kepentingan sarana dan prasarana olahraga dan tidak

    akan melakukan gugatan ke pengadilan.

    Bahwa yang dimaksud dengan Surat Pernyataan Komisaris Utama PT BE (Pro)

    tersebut adalah surat pernyataan tertanggal 22 November 2009 yang bertanda tangan H.

    Probosutedjo di atas kertas bermeterai cukup.

    Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa untuk area tanah yang telah dikeluarkan dari

    HGU PT BE, Pro menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mendapatkan penggantian

    apapun dan tidak pernah memberikan pelepasan hak kepada siapapun. Selain itu,

    berkenaan dengan surat pernyataan bertanda tangan dirinya tanggal 22 November 2009

    tersebut, Pro menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah dihubungi oleh utusan

    Kemenpora dan tidak pernah menandatangani surat tersebut. Yang bersangkutan tidak

    tahu tanda tangan yang tertera di surat tersebut itu tanda tangan siapa.

    Surat Pernyataan tersebut diterima langsung oleh Swi (staf Direktur Pengaturan dan

    Pengadaan Tanah Pemerintah BPN RI) pada tanggal 17 Desember 2009 tanpa melalui

    bagian persuratan BPN RI. Swi menyatakan bahwa pada hari diterimanya surat tersebut,

    BS selaku Direktur Pengaturan dan Pengadaan Tanah Pemerintah BPN RI

    memerintahkannya melalui telepon untuk menerima secara langsung dokumen asli suratpernyataan yang akan diantar oleh utusan Kemenpora. Dan setelah Swi menerima, lalu

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    27/93

    26

    yang bersangkutan meletakkan surat tersebut di meja kerja BS. Namun yang

    bersangkutan tidak ingat nama orang yang mengantarkan surat tersebut ke kantor BPN.

    Selanjutnya setelah lengkap, berkas warkah pemberian hak tersebut diserahkan oleh

    Deputi II selaku pemroses berkas dengan nota dinas kepada Kepala BPN tanggal 4

    Januari 2010 dan diterima oleh YA selaku Kasubbag TU Kepala BPN untuk permintaan

    tanda tangan Kepala BPN. Setelah SK Hak ditandatangani Kepala BPN, selanjutnya SK

    Hak tersebut beserta berkas lengkap diserahkan oleh Kasubbag TU Kepala BPN kepada

    LAW selaku Kepala Bagian Persuratan pada tanggal 6 Januari 2010 untuk diberi nomor,

    didistribusikan dan diarsipkan. Sejak penerimaan berkas tanggal 6 Januari 2010 tersebut,

    sampai dengan dikeluarkan pada tanggal 20 Desember 2011 untuk keperluan scanning

    dokumen, tidak ada peminjaman berkas oleh pihak lain, yang berarti berkas tidak pernah

    keluar dari tempat penyimpanan yang dikuasai Bagian Persuratan BPN. Pada saat

    pertama kali dibuka, dokumen berupa Surat Pernyataan H. Probosutedjo tertanggal 22

    November 2009 tersebut sudah dalam bentuk kertas fax yang difotokopi dan tidak ada

    dokumen asli.

    Dalam keputusan tentang Hak Pakai sesuai Surat Keputusan nomor 1/HP/BPN RI/2010

    tanggal 06 Januari 2010 tentang pemberian Hak Pakai atas nama Kemenpora atas tanah di

    Kab Bogor Jawa Barat, Kepala BPN melampirkan pernyataan pelepasan hak garapan dari

    para penggarap, namun tidak mencantumkan Surat Pernyataan H. Probosutedjo tanggal 22

    November 2009 tersebut sebagai salah satu pertimbangan atas terbitnya surat keputusan

    tersebut.

    Setelah SK Hak Pakai ditandatangani Kepala BPN, sesuai prosedur yang diatur dalam

    Keputusan Kepala BPN No. 1 tahun 2005 yang telah diperbarui dengan Peraturan Kepala

    BPN No. 1 tahun 2010 bahwa SK tersebut hanya dapat diserahkan kepada instansi pemohon

    atau kuasa yang ditunjuknya. Namun faktanya SK tersebut oleh LAW atas perintah MM

    diserahkan kepada IM pada tanggal 6 Januari 2010 tanpa ada surat kuasa dari Kemenpora.

    Sebelumnya, IM pernah menghubungi MM via telepon untuk meminta bantuan agar SK Hak

    Pakai dapat segera jadi dan MM menjanjikan akan membantu. Pada hari penandatanganan SK

    Hak tanggal 6 Januari 2010 tersebut, pagi hari MM menghubungi IM via telepon mengatakan

    bahwa SK Hak sudah ditandatangani Kepala BPN, lalu sore harinya IM datang untuk

    mengambil SK Hak tersebut.

    Selanjutnya berdasarkan surat keputusan tersebut, Kepala Kantor Pertanahan Kab

    Bogor menerbitkan tanda bukti hak atas tanah berupa Sertipikat Hak Pakai Nomor 60 pada

    tanggal 20 Januari 2010.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    28/93

    27

    b. Perizinan dari Pemerintah Daerah

    1) Izin Lokasi

    Setelah lokasi desa Hambalang dipilih, pada tanggal 10 Mei 2004 TCM selaku Dirjen

    Olahraga Depdiknas mengirim surat kepada Bupati Bogor No. 0514 A/OR/2004 tentang

    rencana pembangunan Gedung Diklat Olahraga Pelajar Nasional. Surat tersebut meminta

    Bupati Bogor untuk membantu penyelesaian penerbitan izin penetapan lokasi, penyelesaian

    proses berbagai perizinan termasuk pertanahan dan dukungan infrastruktur serta dukungan

    fasilitas lainnya.

    Tim Pertimbangan Pemberian Izin Lokasi dan atau penetapan Lokasi di Kabupaten

    Bogor pada tanggal 15 Juli 2004 membuat Berita Acara Rapat Pembahasan Izin/Penetapan

    Lokasi yang dimohon oleh Dirjen Olahraga Depdiknas yang ditandatangani oleh AS selaku

    Plh. Sekretaris Daerah Kab.Bogor. Kesimpulan rapat tersebut adalah bahwa permohonan

    lokasi Diklat Pengembangan Atlet Nasional Ditjen Olahraga Depdiknas dapat

    dipertimbangkan dengan syarat:

    Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai Perda No.17/2000 diberikan 20%

    Perolehan hak atas tanah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku.

    Rapat tersebut tidak mempertimbangkan kondisi lokasi yang dimohon yang berada

    dalam zona rawan bencana sesuai dengan hasil penelitian dan pemantauan yang dilakukan

    Badan Geologi Kementerian ESDM dalam hal ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana

    Geologi (PVMBG). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wilayah tersebut merupakan

    zona kerentanan gerakan tanah menengah tinggi. Artinya, pada zona itu sering terjadi gerakan

    tanah. Sejak 1996 secara berkala, pihak PVMBG telah menerbitkan Peta Zona Kerentanan

    Gerakan Tanah. Peta tersebut terus diperbarui dan terakhir tahun 2009 peta menyebutkan

    bahwa wilayah Hambalang Bogor termasuk dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah

    tinggi, artinya pada daerah ini gerakan tanah sering terjadi terutama dipicu oleh curah hujan

    yang tinggi, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

    Kondisi yang rentan gerakan tanah tersebut telah terbukti dengan terjadinya bencana

    gerakan tanah di antaranya yang terjadi pada 30 Januari 2002 yaitu di kampung Tajur Tapos

    desa Hambalang Kabupaten Bogor. Menurut laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah yang

    diterbitkan oleh PVMBG nomor 388/42.02/DGV/2002 tanggal 21 Februari 2002, penyebab

    gerakan tanah tersebut adalah adanya perbedaan sifat fisik batuan dasar pembentuk lereng

    antara breksi tufa setengah lapuk yang meluluskan air terletak di atas batu lempung yang

    kedap air dan mudah lunak bila jenuh air. Hal ini akan menyebabkan air permukaan mudah

    meresap ke dalam lapisan tanah/batuan melalui pori-pori antar butir tanah kemudian tertahan

    pada lapisan lempung di bawahnya, sehingga permukaan batu lempung akan menjadi lunak

    dan licin. Akibatnya breksi tufabeserta tanah pelapukannya yang terletak di bagian atas akanmudah bergerak dengan bidang lincir permukaan batu lempung.

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    29/93

    28

    Dalam laporan tanggal 21 Februari 2002 itu pula, mengingat kawasan tersebut

    termasuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi, PVMBG telah

    mengusulkan saran penanggulangan agar bencana tak terulang yaitu:

    Relokasi rumah-rumah yang terletak di daerah yang telah bergerak ke lokasi yang lebih

    aman.

    Mengosongkan rumah-rumah yang telah rusak berat dan pada saat pemeriksaan masih

    dihuni.

    Mengatur kembali penggunaan lahan di daerah yang telah bergerak agar areal persawahan

    diganti dengan lahan pertanian yang tidak membutuhkan banyak air.

    Pada bulan November-Desember 2011 terjadi lagi gerakan tanah di lokasi desa

    Hambalang. Dengan adanya bencana tersebut, PVMBG menerbitkan laporan singkat dengan

    surat yang ditujukan kepada Kepala BNPB, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Bogor

    bernomor 1384/45/BGL.V.2012 tanggal 7 Juni 2012. Dalam laporan tersebut, PVMBG

    menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya bencana tersebut adalah:

    Sifat fisik batu lempung (sweeling clay) yang mudah mengembang bila terkena air.

    Adanya air permukaan yang mengalir bebas di permukaan dan meresap ke dalam tanah,

    hingga menjenuhkan lapisan batu lempung menjadi mengembang dan menjadi bubur.

    Adanya penggalian pada lereng bagian bawah yang terjal (>800) dan memotong lapisan

    lempung mengembang, sehingga lapisan batu lempung dan lapisan batuan vulkanik di

    atasnya bergerak ke bawah.

    Hasil penelitian PVMBG terhadap kondisi lapisan tanah di wilayah tersebut menunjukkan

    bahwa:

    Lapisan atas berupa lapisan batuan vulkanik lapuk yang kurang kompak;

    Bagian bawah berupa lapisan batu lempung yang bersifat mengembang (swelling clay);

    Terdapat akumulasi air yang cukup banyak di atas lapisan batu lempung;

    Pada lapisan batu lempung di beberapa tempat terindikasi adanya

    pembuburan/penggemburan tanah/lempung.

    Menurut Risalah hasil rapat pembahasan, diketahui ada perwakilan dari 10 instansi

    terkait yang hadir dan memberikan usulan/pertimbangan yaitu:

    Bappeda Kab. Bogor (JP)

    Kantah Kab. Bogor (WH)

    Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kab. Bogor (MNS dan HJCh)

    Dinas Pertanian Kab. Bogor (NGR)

    Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bogor (MY )

    Dinas Cipta Karya Kab. Bogor (Jay)

    Bagian Hukum (Gu)

    Bagian Pemerintahan Umum (YS )

  • 5/20/2018 555_Hasil Audit BPK Soal Proyek Hambalang

    30/93

    29

    Camat Citeureup (AchK)

    Dinas Kehutanan dan Perkebunan (tidak ada nama namun ada tanda tangannya)

    Pada tanggal 16 Juli 2004, Kepala Bappeda Kab. Bogor (MRM) membuat nota dinas

    Nomor 591/27/Sarpraswil-Bap/04 kepada Bupati Bogor melalui Sekda Kab. Bogor perihal

    permohonan penetapan lokasi untuk pembangunan Gedung Diklat Olahraga Pelajar di Desa

    Hambalang Kec. Citeureup yang menyatakan bahwa:

    Berdasarkan Perda Kab. Bogor No. 17 tahun 2000 tentang RTRW Kab. Bogor, lokasi

    yang dimohon termasuk dalam dominasi peruntukan pertanian lahan kering, di lokasi

    tersebut dimungkinkan adanya pembangunan diklat olahraga dengan luas tutupan

    bangunan (KDB) maksimal 20%.

    Mempertimbangkan Persetujuan DPRD Kab.Bogor No.170/53-DPRD tanggal 24 Mei

    2004 yang pada prinsipnya menyetujui rencana pembangunan gedu