buku ajar

153
BAB III BURSA VALAS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS VALAS A. PENGERTIAN VALAS (FOREX / FOREIGN CURRENCY) Valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia. Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. hard currency pada umumnya berasal dari Negara-negara industry maju, seperti USD, JPY, DEM, GBP, FRF, AUD, dan SFR. Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya. Soft currency ini pada umumnya berasal dari Negara-negara yang sedang berkembang seperti rupiah – Indonesia, peso – Filipina, bath – Thailand, dan rupee – India. Total valas yang demikian oleh pemerintah dan swasta dari suatu Negara disebut juga sebagai cadangan devisa. Cadangan

Upload: ayurahaweman91

Post on 21-Nov-2015

137 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

BAB IIIBURSA VALAS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS VALAS

A. PENGERTIAN VALAS (FOREX / FOREIGN CURRENCY)Valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia.Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. hard currency pada umumnya berasal dari Negara-negara industry maju, seperti USD, JPY, DEM, GBP, FRF, AUD, dan SFR.Sedangkan soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya. Soft currency ini pada umumnya berasal dari Negara-negara yang sedang berkembang seperti rupiah Indonesia, peso Filipina, bath Thailand, dan rupee India.Total valas yang demikian oleh pemerintah dan swasta dari suatu Negara disebut juga sebagai cadangan devisa. Cadangan tersebut dapat diketahui dari posisi balance of payment (BOP) atau neraca pembayaran internasionalnya. Makin banyak devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu Negara berarti makin besar kemampuan Negara tersebut dalam melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang Negara tersebut.Cadangan devisa suatu Negara biasanya dikelompokan atas :1. Cadangan devisa resmi atau official forex reserve, yaitu cadangan devisa milik Negara yang dikelola, dikuasai, diurus dan ditatausahakan oleh Bank Sentral atau Bank Indonesia;2. Cadangan devisa nasional atau country forex reserve, yaitu seluruh devisa yang dimiliki oleh perorangan, badan atau lembaga, terutama perbankanyang secara moneter merupakan kekayaan nasional (termasuk milik bank umum nasional)

B. MEKANISME BURSA VALASBursa atau pasar valas diartikan sebagai suatu tempat atau system dimana perorangan, perusahaan, dan bank dapat melakukan transaksi keuangan internasional dengan jalan melakukan pembelian atau permintaan (demand) dan penjualan atau penawaran (supply) atas valas (forex).Gambaran tentang terjadi permintaan atau pembelian dan penawaran atau penjualan valas tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.Gambar 3.1Mekanisme Bursa Valas

Keterangan :M A= Importir mesin di JakartaX B= Eksportir mesin di New YorkM C= Importir garmen di New YorkX D= Eksportir garmen di JakartaB.I.= Bank IndonesiaB.S. = Bank SentralEFGH= Bursa / pasar valasSeorang importer A di Jakarta ingin mengimpor mesin dari seorang eksportir B di New York seharga USD 10.000. karena pembayaran harus dilakukan dalam USD maka importer A di Jakarta sebagai nasabah dating ke bank devisa, misalnya Bank BNI, untuk membeli / meminta USD dengan menjual / menawar rupiah (IDR)Tiga prinsip pokok dalam bursa valas adalah sebagai berikut.1. Pengertian kurs jual dan beli selalu dilihat dari sisi atau pihak bank atau money changer atau pedagang valas.2. Kurs jual selalu lebih tinggi dari kurs beli atau sebaliknya kurs beli selalu lebih rendah dari kurs jual.3. Kurs jual / beli dari mata uang (valas) lawannya. Dengan kata lain, kurs jual / beli USD adalah sama dengan kurs beli / jual IDR.Dalam hal ini diartikan dengan bank devisa adalah bank umum pemerintah dan swasta yang diizinkan oleh pemerintah untuk menjual, membeli dan menyimpan serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran internasional / luar negeri. Bila kurs atau forex rate yang berlaku pada waktu itu sebesar Rp. 8.000,- / USD, maka untuk mendapatkan USD 10.000 importir A membayar rupiah sebanyak USD 10.000 X Rp. 8.000,- / USD = Rp. 80.000.000,00Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi bursa valas adalah sebagai berikut.1. Menyelenggarakan transaksi pembayaran internasional2. Menyediakan fasilitas kredit jangka pendek untuk pembayaran internasional3. Menyediakan fasilitas hedging, yaitu tindakan pengusaha atau pedagang valas untuk menghindari resiko kerugian atas fluktuasi kurs valas.Kurs yang berlaku di atas disebut sebagai kurs jual atau selling rate atau asking rate untuk USD, yaitu Rp. 8.000,- per USD, yang akan sama dengan kurs beli atau buying rate atau bid rate untuk rupiah, yaitu USD 1/8.000 atau USD 0,000125 per IDR. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa penentuan kurs jual dan kurs beli akan selalu akan selalu dilihat dari sisi bank. Dalam hal bank BNI memerlukan jumlah valas yang banyak untuk memenuhi permintaan nasabahnya, maka bank BNI dapat menghubungi bank devisa lain atau bank Indonesia (Bank Sentral) untuk membeli valas atau USD.Sebaliknya, eksportir Garmen D di Jakarta, setelah menerima pembayaran dari importer C di New York tentu akan menjual USD yang diterimanya kepada bank dimana dia menjadi nasabah, musalnya bank BCA, untuk mendapatkan nilai lawannya dalam rupiah yang akan digunakannya untuk membayar berbagai pengeluarannya di dalam negeri, seperti membayar gaji karyawan, pajak, dan sebagainya. Dalam hal bank BCA mempunyai banyak valas (USD), maka dia dapat menjual atau menawarkannya kepada bank devisa lain Bank Indonesia (Bank Sentral) untuk mendapat rupiah.BUYING / BID RATEDalam hal ini kurs yang berlaku disebut sebagai kurs beli atau buying rate atau bid rate untuk USD, yaitu Rp.7.000,- per USD, yang akan sama dengan kurs jual atau selling rate atau asking rate untuk rupiah, yaitu USD 1/7.000 atau USD 0,0001428 per IDR.Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Kurs jual USD = Kurs beli IDR atau Rp. 8.000,- / USD = USD 0,000125/Rp. Kurs jual IDR = Kurs beli USD atau USD 0,0001428/Rp = Rp.7.000,-/USD Kurs jual USD > kurs beli USD atau Rp.8.000,-/USD>Rp.7.000,- / USD Kurs jual Rp > kurs beli Rp atau USD 0,0001428 / Rp > USD 0,000125 / Rp.SPREADSpread adalah selisih antara kurs jual dan kurs beli valas. Dalam hal ini, kurs jual suatu mata uang akan selalu lebih tinggi dari kurs belinya. Hal ini disebabkan pihak bank selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan dari selisih penjualan dengan pembelian atau yang juga dikenal sebagai biaya transaksi. System penulisan yang menyatakan harga atau nilai suatu valas yang dinyatakan dalam valas lainnya disebut sebagai forex quotationFOREX QUOTATIONDi bursa valas dikenal dua macam forex quotation, yaitu direct quotation dan indirect quotation.DIRECT QUOTATIONDirect quotation adalah sistem yang menyatakan nilai mata uang suatu Negara (domestic currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk 1 (satu) unit valas (foreign currency). Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai domestic currency di depan dan unit foreign currency-nya di belakang.INDIRECT QUOTATIONIndirect quotation adalah system yang menyatakan nilai valas (foreign currency) yang diperlukan atau diperoleh untuk 1 (satu) unit domestic currency. Penulisannya dilakukan dengan menempatkan nilai foreign currency di depan dan unit domestic currency di belakang.

Tabel 3.1Direct and Indirect QuotationJakartaDirect QuotationIndirect Quotation

1 / 7 / 1998Rp. 12.000,00 / USDRp. 80,00 / JPYRp. 8.000,00 / DEMRp. 8.500,00 / SGDRp. 3.400,00 / MYRUSD 0,0000833 / Rp JPY 0,0125 / RpDEM 0,000125 / RpSGR 0,0001176 / RpMYR 0,0002941 / Rp

Kurs valas atau forex rate untuk semua mata uang, terkecuali JPY dan ITL, biasanya ditulis dengan system empat decimal atau empat angka di belakang koma (0,0001) yang biasanya disebut satu point. Pip merujuk kepada angka kelima di belakang koma (0,00001). Untuk USD / JPY point merujuk angka decimal keenam dan angka decimal ketujuh untuk USD / ITL

C. SPOT RATE DAN SPOT MARKETSpot market adalah bursa valas dimana dilakukan transaksi jual dan beli valas dengan kurs spot dengan cara immediate delivery atau dalam jangka waktu 2 x 24 jam. Spot market diartikan sebagai suatu bursa valas setempat, misalnya di Jakarta, Tokyo, New York, Paris, Hong Kong, Singapura, dan di tempat lain, dimana berlaku Spot rate, yaitu kurs valas yang berlaku di tempat tersebut untuk jangka waktu maksimum 2 x 24 jam (t + 1) atau (t + 2).Misalnya, pada tanggal 1 Agustus 1998 seorang pengusaha di Jakarta memerlukan valas sebanyak USD 10,000 untuk membekali anaknya yang akan berangkan sekolah ke luar negeri. Untuk mendapatkan USD 10,000 tersebut maka pengusaha tersebut menghubungi dank devisa atau money changer dan menanyakan spot rate atau kurs jual USD pada tanggal tersebut, misalnya Rp. 12.000,-/USD. Bila terdapat kesepakatan tentang spot rate tersebut maka pengusaha akan menyerahkan uang sejumlah: USD 10.000 x Rp. 12.000,-/USD = Rp.120.000.000,00 dan bank devisa/money changer harus menyerahkan valas sebanyak USD 10,000 pada tanggal 1 Agustus 1998 (t + 1) atau selambat-lambatnya pada tanggal 3 Agustus 1998 (Max 2 x 24 jam atas (t + 2)).Pada umumnya international spot transaction interbank market untuk USD dapat berlangsung dengan cara (online and realtime) karena diselenggarakan atau diselesaikan dengan system computer yang dikenal sebagai CHPS (Clearing House Interbank Payments System) yang dioperasikan oleh New York Clearing House AssociationDari daftar spot rate di atas dapat pula dihitung spot cross rate atau kurs silang yang berlaku di Jakarta pada tanggal 1 Agustus 1998, misalnya sebagai berikut. Spot cross rate untuk JPY / USD untuk kurs notes = JPY / Rp x Rp/USD = JPY 1/Rp.80,-xRp.12.000,-/USD 1 = JPY 150 / USD 1.Perhitungan cross rate ini umumnya digunakan oleh pada arbitrager atau pedagang valas untuk melakukan internationalARBITRAGEtriangular arbitrage, yaitu tindakan untuk mencari keuntungan atas perbedaan spot rate yang terjadi di tiga bursa valas yang berbeda.

D. FORWARD RATE DAN FORWARD MARKETForward market adalah bursa valas di ana dilakukan transaksi penjualan dan pembelian valas dengan kurs forward, yaitu kurs yang ditetapkan sekarang atau saat ini, tetapi diberlakukan untuk waktu yang akan dating (future periode) antara lebih dari 2 x 24 jam hingga biasanya 1 tahun atau 12 bulan.Forward rate dan Forward market ini timbul karena adanya ketidakpastian dan fluktuasi kurs valas, terutama semenjak berlakunya system kurs mengambang (floating rate system) setelah dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus DEKRIT NIXON1971 yang antara lain menyatakan bahwa nilai mata uang USD15 8 1971tidak dikaitkan lagi dengan emas. Sebelumnya berdasarkan persetujuan Bretton Woods tahun 1944, sestem moneterSMIinternasional (SMI) didasarkan pada system kurs tetap atau fixed exchange rate dimana USD convertible atau dapat ditukar dan dijamin sepenuhnya dengan emas dengan ketentuan USD 35 ekuivalen dengan satu ounce emas.Semenjak diberlakukannya system kurs mengambang atau floating rate system tersebut maka banyak perusahaan dan perbankan, termasuk maka banyak perusahaan dan perbankan, termasuk badan usaha pemerintah, yang menggunakan kurs forward market untuk mengadakan forward contract guna melindungi transaksi keuangan dan perdagangan inteernasionalnya dari resiko kerugian serta para pedagang valas yang melakukan spekulasi untuk tujuan mencari keuntungan dari fluktuasi forex rate. Sebagai ilustrasi dari forward contract ini dapat dilihat dari contoh berikut.Sebuah perusahaan Indonesia memerlukan dana untuk membayar kontrak pembelian bahan baku dari Singapura senilai SGD 1.000.000 dalam jangka waktum90 hari atau 3 bulan. Spot rate pada saat ini, tanggal 1 Agustus 1998, adalah Rp.8.500,00 / SGD. Karena fluktuasi kurs yang tidak menentu dan diperkirakan SGD akan apresiasi terhadap IDR, maka pimpinan perusahaan melakukan Forward contract dengan bank atau money dealer dengan kurs Forward untuk 90 hari Rp.9.000,-/SGD. Pada waktu jatuh tempo, tanggal 1 November 1998 (setelah 90 hari), maka pimpinan perusahaan akan memperoleh dana sebesar SGD 1.000.000 dengan membayar sebesar SGD 1.000.000 x Rp.9.000,-/SGD = Rp. 9.000.000.000.Pembayaran ini dilakukan dengan forward premium sebesar =

Perhitungan forward premium ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.x100Keterangan :FR = Forward rateSR = Spot raten = hari untuk 360 / n, ataun = bulan untuk 12 / nBerdasarkan rumus di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut.a. Bila FR > SR atau valas yang di- forward kontrakan mengalami apresiasi, maka perhitungan di atas akan menghasilkan bilangan positif. Berarti forward contract valas tersebut dilakukan dengan forward premium (FP)b. Bila FR < SR atau valas yang di- forward kontrakan mengalami depresiasi, maka perhitungan dengan rumus di atas akan menghasilkan bilangan negative. Berarti forward contract valas tersebut dilakukan dengan forward discount (fd).Perhitungan forward premium / discount ini diperlukan oleh para pengusaha atau pedagang valas untuk mengantisipasi resiko kerugian atau untuk berspekulasi dengan membandingkannya dengan tingkat bunga atau resiko yang harus ditanggung jika tidak melakukan forward contract.

E. HEDGING DAN FOREX EXPOSUREKebijakan pengusaha untuk melakukan forward contract ini merupakan salah stu cara hedging, yaitu tindakan pengusaha untuk menghindari resiko kerugian sebagai akibat fluktuasi kurs valas (forex rate) yang disebut sebagai forex exposure.Secara financial, forex exposure atau pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap transaksi (ekspor dan impor) yang dilakukan oleh perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut.1. Transaction exposure, yaitu resiko pengaruh fluktuasi valas terhadap future cash transaction2. Economic / operating exposure, yaitu resiko pengaruh fluktuasi kurs valas terhadap present value dari future cash flows suatu perusahaan.TRANSLATION/ 3. Transaction / Accounting exposure, yaitu resiko pengaruh ACCOUNTINGfluktuasi kurs valas terhadap consolidated financial statement perusahaan.Pada umumnya setiap perusahaan yang melakukan transaksi internasional tertentu akan mempunyai receivable / penerimaan dan / atau payable dalam suatu valas, maka yang perlu diperhatikan adalah fluktuasi (apresiasi / depresiasi) valas tersebut seperti pada matriks di bawah ini.Tabel 3.2Matriks Hedging ValasHedgingValas (Forex)

Apresiasi (FR > SR)Depresiasi (FR < SR)

Receivable (Inflows)(-)Tidak perlu(+)Perlu

Payable(Outflows)(+)Perlu(-)Tidak perlu

Dari matriks di atas dapat dikemukakan beberapa catatan penting sebagai berikut.1. Bila perusahaan memiliki receivable dalam suatu valas yang akan apresiasi (FR > SR) maka tidak perlu dilakukan hedging. Sebaliknya, jika valas tersebut depresiasi (FR < SR) maka perlu dilakukan hedging.2. Bila perusahaan memiliki payable dalam suatu valas yang akan apresiasi (FR >SR) maka perlu dilakukan hedging. Sebaliknya, jika valas tersebut deprisiasi (FR < SR) maka tidak perlu melakukan hedging.Jika perusahaan mempunyai receivable dan payable dalam valas yang sama dengan nilai atau jumlah yang sama, maka tidak perlu dilakukan hedging. Akan tetapi, kalau receivable dan payable dalam valas yang sama tersebut tidak sama besar / nilainya, maka yang di-hedging cukup sebesar selisihnya saja.Beberapa teknik currency hedging untuk mengantisipasi forex exposure adalah sebagai berikut.1. Money market hedge2. Forward market hedge3. Futures market hedge4. Option market hedge5. Currency range agreement yang meliputi hal-hal berikut.a. Neutral zoneb. Sharing zonec. Renegotiation zone

F. CURRENCY FUTURES MARKETCurrency future market (CFM) merupakan slah satu bentuk bursa valas. Di CFM dilakukan kontrak yang sering digunakan oleh para pengusaha atau arbitrager (pedagang valas) untuk meng-cover atau melindungi posisi forex-nya atau untuk berspekulasi mencari keuntungan terhadap fluktuasi forex rate.CMF berawal dari lahirnya commodity futures exchange untuk memenuhi kebutuhan petani, konsumen, dan pedagang produk pertanian (agriculture) pada tahun1919 di Chicago Merchantile Exchange (CME).Kemudian pada tahun 1972 CME mendirikan International Monetary Market (IMM) yang memungkinkan perdagangan jangka pendek dari securities (surat berharga), emas dan forex.Dalam Currency futures market (CFM), kontrak perdagangan valas atau currency futures contract (CFM) dilakukan dengan standar volumetertentu sebagaimana tercantum pada tabel 3.3 di bawah ini.Tabel 3.3Mata Uang Aasing yang Diperdagangkan di IMMNoCurrencyUnit per IMM Contract

1.2.3.4.5.6.7.AUD\GBPCADFRFDEMJPYCHF100,000,-62,500,-100,000,-250,000,-125,000,-12,500,000,-125,000,-

Transaksi perdagangan CFC dilakukan secara face to face di trading floor yang disiapkan oleh IMM melalui broker yang berbeda dengan forward contrack yang dinegosiasikan melalui telepon. Tanggal jatuh tempo currency futures contract selalu pada setiap hari Rabu ke-3pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember.Sebagai ilustrasi dari penggunaan CFM bagi seorang pengusaha untuk melindungi atau mempertahankan posisi forex-nya dapat dilihat pada contoh di bawah ini.Sebuah perusahaan Amerika pada tanggal 2 Januari memerlukan dana sebesar DEM 575,000 untuk 40 hari kemudian atau pada tanggal 11 Februari. Dalam hal ini perusahaan tersebut dapat mempengaruhi forex position-nya antara lain dengan jalan berikut:1. Melakukan currencu futures contract2. Melakukan forward contractJika pilihan pertama yang dilakukan, yaitu memilih currencu futures contract maka akan terjadi hal-hal berikut :a. Pilihan IMM contract yang paling dekat waktunya adalah Rabu ke-3 bulan Maretb. Untuk keperluan dana tersebut perusahaan akan memilih dua kemungkinan pemilihan CFM, yaitu:1. Membeli 4x DEM futures contract, yaitu 4 x DEM 125,000=DEM 500,000 atau2. Membeli 5xDEM futures contract, yaitu 5 x DEM 125,000=DEM 625,000.Dengan cara ini, pengusaha tersebut akan mendapat kepastian dan terhindar dari kemungkinan resiko kerugian akibat apresiasi DEM yang tinggi. Jika pilihan kedua yang dilakukan maka perusahaan akan melakukan forward contract yang sesuai dengan kebutuhannya sebesar DEM 575,000 untuk jangka waktu 40 hari, sehingga mendapat kepastian dan terhindar dari kemungkinan resiko kerugian akibat apresiasi DEM yang tinggi.Catatan :Secara normal harga futures currency akan sama dengan forward rate untuk valas tertentu. Akan tetapi, bila terjadi asumsi berikut: Price futures currency GBP = USD 1,50 / GBP Forward rate GBP = USD 1,48 / GBP.Maka dalam hal ini perusahaan dapat melakukan pembelian GBP dengan forward contract dan pada saat yang bersamaanmelakukan penjualan dengan currency future forward. Dengan cara ini perusahaan akan mendapatkan keuntungan sebesar USD 0.02 per GBP. Akan tetapi, tindakan ini menyebabkan turunnya harga futures currency.

Selain digunakan untuk melindungi perusahaan dari resiko kerugian, CMF juga digunakan oleh para arbitrager atau speculator untuk mencari keuntungan dengan memperhatikan futures currency movement. Jika speculator memperkirakan suatu valas akan apresiasi, maka tentu dia akan membuat futures contract untuk specific settlement date sehingga dia dapat membeli sesuai dengan rate tertentu. Jika ternyata pada waktunya jatuh tempo spot rate lebih tinggi dari pada future contract-nya, maka speculator akan mendapat keuntungan dari selisih kurs antara spot rate dan futures contract rate-nya.Sebaliknya, jika speculator mengadakan selling futures contract dengan perkiraan bahwa suatu valas akan depresiasi, maka dia mengharapkan akan mendapat keuntungan dari selisih pemberian valasnya dengan spot rate yang relative murah terhadap kontrak penjualan valasnya dengan kurs yang relative lebih tinggi. Secara ringkas tindakan speculator untuk memperoleh keuntungan dapat digambarkan sebagai berikut :Gambar 3.2Spekulasi CFM

Spekulasi CFMDEM 125,000

Perkiraan Realisasi S RDepresiasi (USD 0.50 / DEM)Perkiraan Realisasi S RApresiasi (USD 0,56 / DEM)

CFCKontrak Jual Harga Tinggi(USD 0,52 / DEM)CFCKontrak Beli Harga Rendah(USD 0,53 / DEM)

Kontrak Jual > Pembelian SRKeuntungan(125.000 x 0,02)Kontrak Beli < Penjualan SRKeuntungan(125.000 x 0,03)

G. CURRENCY OPTION MARKETCurrency Option Market (COM) merupakan suatu alternative lain bagi pengusaha dan pedagang valas atau speculator untuk melakukan kontrak sehingga memperoleh hak untuk membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang dapat dibatalkan (not obligation) atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka waktu atau tanggal expired tertentu.Tabel 3.4Premium for GBP Option on April 8,1991 (USD centsper Unit)Exercise (Strike) Price(1)Call OptionsPut Options

April(2)May(3)June(4)April(5May(6)June(7)

$ 1.7750$ 1.8000$ 1.85001.38c .61c .24c-1.79c.91c3.64c--1.65c3.00c-3.68c-8.15c4.75c-9.68c

Sumber : J. Madura, International Financial Management (1992 : 130)Pada tabel 3.4 di atas dapat dilihat beberapa informasi tentang currency option GBP pada tanggal 8 April 1991.1. Pada kolom pertama terdapat daftar nilai ecxercise atau strike price GBP option, baik untuk call maupun put.2. Pada kolom kedua, ketiga dan keempat dicantumkan premium atau option cost per unit masing-masing bulan April, Mei dan Juni dalam USD cents unttuk GBP call options.Misalnya, untuk strike/exercise price $ 1.8500 dengan settlement date bulan april dikenakan premium sebesar USD 24c untuk GBP call option. Berdasarkan ketentuan, standar unit kontrak untuk currency option adalah sebesar dari standar currency futures sehingga satuan standar option contract untuk GBP = x 62,500 unit = 31,250 unit. Dengan demikian biaya premium yang harus dibayar untuk satu standar GBP call option contract untuk bulan April = 31,250 unit x USD 91c = USD 284.37.3. Pada kolom ke lima, keenam, dan ketujuh dicantumkan premium atau option cost per unit, masing-masing bulan April, Mei dan Juni untuk GBP pu option.Misalnya, untuk strike/exercise price $1.7750 dengan settlement date bulan April dikenakan premium sebesar USD 1.65c untuk GBP put option. Dengan demikian, biaya premium yang harus dibayar untuk satu standar GBP put option untuk bulan April = 31,250 x USD 1.65c = USD 515.25.Call option ini dapat dan bias digunakan oleh perusahaan untuk mengcover open option daripayable. Misalnya, sebuah perusahaan Amerika akan ikut tender sebuah proyek di Jerman dengan nilai DEM 625.000 dalam tiga bulan yang akan datang. Dalam hal ini, karena perusahaan Amerika tersebut akan memerkulan dana sebesar DEM 625.000, maka dapat dilakukan kontrak untuk DEM call option dengan asumsi sebagai berikut: Exercise / Strike Price= USD 0.50 / DEM Call option premium= USD 0.02 / unit Future spot rate= USD 0.53 / DEMMenurut ketentuan, standar unit kontrak currency option adalah sebesar dari currency future untuk DEM, yaitu x 125.000 = 62.500 unit DEM. Sehingga, untuk mengcover DEM 625.000 akan diperlukan 10 option contract.Berdasarkan asumsi dan ketentuan di atas, dana yang harus disediakan oleh perusahaan pada saat settlement date untuk mengcover open positionnya sebanyak DEM 625.000 tersebut adalah sebagai berikut. Strike price= DEM 625.000 X USD 0.50= USD 312.500 Biaya premium= 10 x 62.500 x USD 0.02= USD 12.500 Total dana yang diperlukan= USD 325.000Apabila asumsi future spot rate di atas menjadi kenyataan dan perusahaan tidak mengcover open positionnya dengan membeli DEM call option, maka perusahaan harus membayar sebanyak = DEM 625.000 x USD 0.53 / DEM = USD 331.250.Currency option juga dapat digunakan oleh speculator untuk mencari keuntungan. Misalnya, seorang speculator mempunyai informasi sebagai berikut. Call option premium per tanggal 1 Mei = $ 0.01 / CHF Strike price = $ 0.44 / CHF Option expire date pada bulan September.Bila pada bulan Agustus ternyata spot rate = $ 0.49 / CHF, maka speculator akan merealisasikan currency call option contractnya dengan mendapat keuntungan sebesar 62.500 x ($ 0.49 - $ 0.44 + $ 0.01) = $ 2,500Put Option dapat dan biasanya digunakan oleh perusahaan untuk menghindari resiko kerugian atau mengcover open position dari receivable.Misalkan, suatu perusahaan USA mempunyai receivable sebesar GBP 31,250 yang akan jatuh tempo dalam waktu 3 bulan dengan asumsi berikut.Strike price : USD 1.40 / GBPPremium pot option: USD 0.016 / unitFuture spot rate 3 bulam: USD 1.30 / GBPKarena GBP diperkirakan akan mengalami depresiasi, maka perusahaan USA tersebut akan menutup kontrak put option untuk melindungi open positionnya atau resiko kerugian yang akan timbul dengan perhitungan sebagai berikut. Setelah jatuh tempo, hasil penjualan adalah sebagai berikut.Strike price= 31,250 x USD 1.40= USD 43,750Biaya premium= 31,250 x USD 0,016= USD 500Net income dengan put option contract= USD 43,250Bila tidak silakukan put option contract, maka pada saat jatuh tempo atau exprired date, perusahaan akan menerima hanya sebanyak= 31,250 x USD 1.30= USD 40,625Resiko kerugian yang dapat dihindari atau Keuntungan= USD 2,625Langkah yang sama juga dapat dilakukan oleh para speculator untuk mencari keuntungan dengan menggunakan currency put option contract.Dalam hal ini, BEP untuk put option akan tercapai bilaFSR= SP POPFSR= Future spot rateSP= Strike pricePOP= Put option premiumSeorang speculator yang mengalami fluktuasi kurs vala yang tidak menentu karena dapat mengalami apresiasi ataupun depresiasi akan melakukan sekaligus call (kontrak membeli) dan put option (kontrak menjual) yang disebut sebagai straddle. Sepintas straddle ini tampaknya tidak mungkin dilakukan karena:1. Call option mengharapkan apresiasi valas, dan2. Put option mengharapkan depresiasi valas.Namun, straddle dapat dilakukan oleh seorang speculator jika tingkat apresiasi atau depresiasi valas tersebut lebih tinggi daripada total biaya premium yang dikeluarkan untuk menutup kontrak call option dan put option.

Contoh :Strike price: $ 1.50 / GBPCall option premium: $ 0.03 / unitPut option premium: $ 0.02 / unitTotal option premium: $ 0.05 / unitDalam hal ini straddle dapat dilakukan dan menguntungkan dalam hal sebagai berikut.a. Bila kurs GBP spresiasi menjadi $ 1.56 / GBP, maka speculator akan merealisasikan call option contractnya dan membiarkan put option contract-nya expired. Dengan cara ini speculator akan mendapat keuntungan sebesar $ 0.01 / GBP, sedangkan penjualan di bursa valas dinilai $ 1.56 / GBP, sedangkan pembeliannya berdasarkan nilai call option contract-nya hanya sebewsar $ 1.55/ GBP, yaitu strike price + total biaya premiumnya ($ 1.50 - $ 0.05).b. Sebaliknya, bila kurs GBP depresiasi menjadi $ 1.44/ GBP, maka speculator akan merealisasikan put option contractnya dan memberikan call option contractnya expired. Dengan cara ini speculator akan mendapat keuntungan sebesar $ 0.01 / GBP karena pembeliannya di pasar valas hanya $ 1.44 / GBP, sedangkan penjualannhya berdasarkan put option contractnya sebesar $ 1.45 / GBP, yaitu strike price total biaya premiumnya ($ 1.50 - $ 0.05).

H. EUROCURRENCY MARKETEurocurrency market adalah pasar uang internasional yang kemudian dikenal sebagai Eurodollar market yang mulai tumbuh dan berkembang sejak awal tahun 1960. Pasar uang ini sebenarnya dimulai dari simpanan emas Uni Soviet dalam bentuk deposito dolar di bank-bank Inggris untuk membiayai impor gandumnya dari USA.Pasar ini makin tumbuh dan berkembang karena USD banyak digunakan sebagai alat transaksi perdagangan maupun keuangan internasional, terutama di Eropa. USD yang banyak beredar tersebut ditempatkan dalam bentuk deposito di bank-bank di luar Amerika, terutama di Eropa yang kemudian disebut Eurodollars (Roland Marin, 1985 : 785). Pelaku utama dalam Eurocurrency/ Eurodollar ini adalah bank-bank besar yang dikenal sebagai Eurobanks yang menerima deposito dan memberikan pinjaman dalam berbagai currency.Beberapa factor yang menyebabkan tumbuh dan berkembangnya Eurodollar ini antara lain sebagai berikut.1. Adanya peraturan pemerintah USA tahun 1968 yang membatasi pinjaman luar negeri oleh bank-bank USA sehingga cabang MNC USA hanya dapat meminjam USD di bank-bank Eropa.2. Tidak adana ketentuan reserve requirement untuk deposito Eurodollar3. Adanya pembatasan tingkat bungan tertinggi (ceiling rate) dari deposito bada bank-bank USA sehingga mendorong transfer USD ke Eurodollars market yang pada waktu itu belum ada pembatasan.4. Hal ini mendorong berkurangnya spread antara kewajiban membayar bunga deposito dan hasil yang diperoleh dari kredit oleh bank-bank Eropa, namun tetap memperoleh keuntungan yang wajar.Interest RateUSA Bank Loan6%Eurobanks Loan5%Eurodollars Deposit4%USA Bank Deposit3%0% Spread (5 % - 4 %) < (6 % - 3 %)Adanya tingkat bungan pinjaman (loan) yang relative lebih rendah di Eurobanks (5%) dibandingkan dengan di USA banks (6%) di satu pihak dan tingkat bunga deposito yang relative lebih tinggi di eurobanks (4%) dibandingkan dengan di USA Banks (3%) di pihak lain yang telah mendorong makin berkembangnya Eurodollars market.Basic interest untuk Eurodollars loans biasanya dikaitkan dikaitkan dengan London Interbank Offer Rate (LIBOR), yaitu rate atau tingkat bunga pinjaman yang berlaku antar bank di London yang dijadikan patokan atau dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar uang internasional. Biasanya, jika pinjaman untuk perusahaan/bank dari Negara dunia ketiga akan dikenakan tingkat bungan yang lebih tinggi, misalnya LIBOR + 1 % atau +1.5%, tergantung dari tingkat resiko dan jangka waktu pinjamnya.Disamping LIBOR, di wilayah Asia juga dikenal SIBOR atau Singapore Interbank Offer Rate, yaitu tingkat bunga pinjaman yang berlaku antarbank di Singapura, sedangkan di Jakarta saat ini juga mulai dikenal dengan JIBOR atau Jakarta Interbank Offer Rate, yaitu tingkat bunga pinjaman antarbank di Jakarta.Proses recycling Eurodollars dan Petrodollars inilah yang makin mendorong tumbuh dan berkembangnya Eurocurrency/Eurodollar market sehingga sekarang menjadi sumber dana utama bagi Multinational corporation (MNC) dan Negara sedang berkembang (NSB), termasuk Indonesia.Recycling Eurodollars tersebut dapat dilihat seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.4Recycling Eurodollars

OPEC MINYAKUNI SOVIETEMAS

INTERESTVS DEPOSITINTERESTVS DEPOSIT

EUROCURRENCY/ EURODOLLARS MARKET

INTERESTVS LOANSINTERESTVS LOANS

NSB

MNC

Secara luar Eurocurrency market dapat juga diartikan dan meliputi bank-bank di Asia yang menerima deposito dalam foreign currency, terutama USD, yang kemudian dikenal sebagai Asian dollars Market. Asian dollars market ini dapat tumbuh dan berkembang karena tuntutan usaha dan melayani kebutuhan yang makin meningkat dari dunia bisnis di Asia akan USD sebagai alat transaksi keuangan ataupun perdagangan internasional.Beberapa factor lain yang mendorong tumbuh dan berkembangnya Asian dollars market ini, terutama di Hong Kong dan Singapura, antara lain hal-hal berikut.a. Pada tahun 1968 pemerintah Singapura menghapus pajak bunga sebesar 40 % untuk nonresident deposite.b. Pada tahun 1973 Pemerintah Singapura mengurangi Tax on bank profit on Asian dollars offshore loans dani 40% menjadi hanya 10%.Sumber atau supplier utama dari Asian dollara market ini adalah financial institution, MNC, dan government agencies yang kelebihan cash-dollars, sedangkan pinjaman utama adalah perusahaan-perusahaan industry atau manufacturing yang memerlukan pendanaan untuk pengembangan usahanya, terutama di kawasan Asia.Euro adalah nama mata uang Eropean Union yang telah bergabung atau berintegrasi menjadi EMU (European Monetary Union) yang mulai berlaku sejak 1 1 1999 untuk transaksi yang dilakukan melalui perbankan. Pada saat ini baru ada 11 negara European Union, yaitu Austria, Belgia, Finlandia, Prancis, Jerman, Irlandia, Italia, Luksenburg, Belanda, Portugal, dan Spanyol yang bergabung menggunakan Euro, sedangkan 4 negara lain yaitu Denmark, Yunani, Swedia, dan Inggris belum bergabung menggunakan euro.

I. BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS VALASSalah satu cirri era glogabilsasi yang menonjol saat ini adalah adanya arus uang dan modal dalam bentuk valas atau foreign currency antara berbagai pusat keuangan di berbagai Negara yang makin besar dan cepat, seakan-akan mengalir tanpa mengenal kewarganegaraan pemiliknya dan tanpa batas wilayah (borderless). Aliran valas yang besar dan cepat untuk memenuhi tuntutan perdagangan, investasi dan spekulasi dari suatu tempat yang surplus ke tempat yang deficit dapat terjadi karena adanya beberapa factor atau kondisi yang berbeda sehingga berpengaruh dan menimbulkan perbedaan kurs valas (forex rate) di masing-masing tempat. Beberapa factor atau kondisi tersebut antara lain:Jika keempat factor tersebut di atas diuraiakan lebih lanjut, maka akan diperoleh rincian tujuh factor yang saling berkaitan dan mempengaruhi kurs valas. Kurs valas atau forex rate akan ditentukan oleh mekanisme perubahan permintaan (demand) dan penawaran (supply valas) foreign currency.Mekanisme secara langsung sebagai berikut.1. Penawaran atau supply akan ditentukan oleh:a. Ekspor barang dan jasa yang akan menghasilkan valas atau forexb. Impor modal (capital import) dan transport valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri.2. Permintaan atau demand valas akan ditentukan oleh:a. Impor barang dan jasa yang memerlukan valas atau forexb. Ekspor modal (capital export) dan transfer valas lainnya dari dalam ke luar negeri.Sedangkan secara tidak langsung penawaran (supply) dan permintaan (demand) valas akan dipengaruhi oleh:1. Posisi BOT dan BOB2. Tingkat inflasi (PPP Theory)3. Tingkat bungan (IRP Theory)4. Tingkat income5. Peraturan dan kebijakan pemerintah6. Spekulasi / ekspetasi / isu / rumor.Sesuai dengan teori mekanisme pasar, maka setiap perubahan permintaan dan penawaran valas yang terjadi di bursa valas tentu akan mengubah harga atau nilai valas tersebut yang ditunjukkan oleh kurs valas seperti tergambar pada grafik 3.1 di bawah ini.

Dari grafik di atas dapat diketahui hal-hal barikut.a. Bila ekspor barang / jasa (Xbj) dan capital import (Cm) naik maka penawaran valas (Sfc) akan bertambah dan bila permintaan valas (Dfc) tetap tidak berubah maka akan terjadi perubahan atau penurunan kurs valas (depresiasi), sedangkan rupiah atau domestic currency akan apresiasi dari Rp. 8.000,-/USD menjadi Rp.7.000,-/USDb. Bila import barang / jasa (Mbj) dan capital export (Cx) naik maka permintaan valas (Dfc) akan bertambah dan bila penawaran valas (Sfc) tetap tidak berubah maka akan terjadi perubahan atau kenaikan kurs valas (apresiasi), sedangkan rupiah atau domestic currency akan depresiasi dari Rp.8.000,-/USD menjadi Rp.9.000,-/USD.

BAB IVHUBUNGAN ANTARA KURS VALAS DENGAN TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT BUNGA

A. INTEREST RATE PARTY THEORY (IRP THEORY)IRP adalah salah satu teori yang paling dikenal dalam keuangan internasional yang menerangkan bagaimana hubungan antara bursa valas (forex market) dan money market (pasar uang internasional). Teori IRP menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga (sekuritas) pada international money market akan cenderung sama dengan forward rate premium ataupun discount. Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat ditentukan berapa perubahan kurs forward atau forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate (SR) bila terdapat perbedaan tingkat bunga antara home country dan foreign country.Dengan demikian, seorang pemilik dana akan dapat menetukan dalam mata uang apa dananya akan diinvestasikan, yaitu dengan membandingkan besarnya perbedaan tingkat bunga antara dua Negara (home dan foreign country) dengan perbedaan antara FR dan SR yang ditentukan oleh forward rate premium/discount.Hubungan antara forward premium/discount dari suatu valas dengan tingkat bunga dari pasar uang (money market) tersebut, menurut teori IRP dapat ditentukan dengan formula berikut.

An = (Ah/SR)(1 + if) FR

An= Amount atau jumlah uang dalam negeri (domestic currency) yang akan diterima pada akhir periode suatu deposito / invetasiAh=Amount dalam jumlah uang dalam negeri (domestic currency) yang diinvestasikan atau didepositokan.if=Interest rate atau tingkat bunga foreign depositeSR=Spot rateFR=Forward rateKarena besarnya FR = SR (1 + p), dimana p = forward rate premium atau discount, maka rumus di atas dapat ditulis menjadi sebagai berikut.An = (Ah / SR) (1 + if) [SR (1 + p)]An = Ah (1 + if) (1 + p)Menurut formula umum, rate of return (ROR) yang akan diperoleh dari investasi atau deposito yang dilakukan di luar negeeri (rf) adalah sebagai berikut ini.

rf = (1+if) (1 + p) - 1Secara teoritis seorang investor akan menginvestasikan atau mendepositokan dana dalam valas apabila rate of return (rf) luar negeri sama minimal atau lebih tinggi daripada tingkat bunga dalam negeri atau home country interest (ih). Dengan kata lain dapat dirumuskan menjadi if ih. Bila if disubtitusikan dengan ih pada persamaan di atas, maka akan diperoleh angka berikut.(1 + if)(1 + p) 1 = ih(1 + if)(1 + p) = (1 + ih)

1

Dari perhitungan forward premium/discount di atas, dapat disimpulkan hal-hal berikut. ih > if maka kaan diperoleh p > 0 atau positif dan ini berarti forward rate premium dan FR > SR. ih < if maka akan diperoleh p < 0 atau negative dan ini berarti forward rate discount dan FR < SR.Misalnya tingkat bunga per tahun FRF = 6% dan USD = 5%. Jika USD sebagai home currency maka dapat dihitung sebagai berikut. - 1 + -0.0094 = - 0.94%p = -0,94% < 0 atau negative, berarti FR discount.Bila SR = $ 0.20 / FRF, maka FR = SR (1 + p).FR = $ 2.20 (1 0,0094) = $ 0.198 / FRF, maka FR < SR atau dengan kata lainnFRF depresiasi terhadap USD.Contoh lain misalnya tingkat bunga per tahun untuk IDR = 15 % dan USD = 6%.Jadi IDR sebagai home currency, maka dapat dihitung sebagai berikut.

p = 8,49% > 0 atau postif, berarti FR premium.Bila SR = Rp. 8.000,-/$, maka FR = SR (1 + p).FR = Rp.8.000,- (1 + 0.849) = Rp.8.679,20 berarti FR > SR atau dengan kata lain USD apresiasi terhadap IDR.

Kesimpulan:a. menurut teori IRP, terjadinya depresiasi FRF (foreign currency) terehadap USD (domestic currency) adalah karena di pasar uang tingkat bunga FRF (6%) lebih tinggi 1% daripada tingkat bunga USD (5%) sehingga banyak investor member sekuritas FRF dengan mengharapkan keuntungan dari selisih tingkat bunga tersebut. Akan tetapi, karena banyaknya valas FRF yang akan diterima setahun kemudian menyebabkan nilai forward rate FRF depresioasi terhadap USD sebesar 0.94% atau mendekati 1% (6% - 5%).b. Sebaliknya, menurut IRP trerjadinya apresiasi USD (foreign currency) terhadap IDR (domestic currency) adalah karena tingkat bunga sekuritas rupiah (15%) lebih tinggi 9% daripada tingkat bunga USD (6%) sehingga banyak investor membeli sekuritas IDR dengan mengharapkan keuntungan dari selisih tingkat bunga tersebut. Akan tetapi, karena banyaknya IDR yang akan diterima setahun kemudian menyebabkan nilai forward rate IDR depresiasi sebesar 8.49% atau mendekati 9%. Artinya, apabila selisih tingkat bunga tersebut positif untuk home interest (ih > if), maka forward rate domestic currency akan depresiasi atau forward rate domestic currency akan apresiasi. Sebaliknya, apabila selisih tingkat bunga tersebut negative untuk home interest (ih < if), maka forward rate domestic currency akan apresiasi atau forward rate foreign currency akan depresiasi.Untuk lebih jelasnya teori IRP ini dapat juga dianalisis dengan menggunakan grafik di bawah ini.

Keterangan :Sumbu horizontal menunjukkan forward premium / discount. Sumbu vertical menunjukan selisih ih if. Titik A menunjukan dimana ih if = - 2% (negative) dan forward rate juga menunjukkan discount 2% Tutik B menunjukan dimana ih if = - 4% (negatif) dan forward rate juga menunjukan discount 4% Tutik C menunjukan dimana ih if = 3% (positif) dan forward rate juga menunjukan premium 3% Tutik D menunjukan dimana ih if = 5% (positif) dan forward rate juga menunjukan premium 5% Setiap titik berada pada garis diagonal (di mana selisih ih if = forward premium / discount) dikatakan bahwa titik titik tersebut berada pada IRP line. Titik X menunjukkan dimana selisih ih if = - 3 (negatif) dan forward rate menunjukan discount hanya -1 (negatif) sehingga tidak berada pada IRP line. Hal ini menunjukkan foreign investor covered interest arbitrage (CIA), yaitu memperoleh kelebihan sebesar 3% dari foreign deposit, sedangkan foreign currency hanya depresiasi 1% Titik Y menunjukkan dimana ih if = 5 (positif) dan forward rate 2 (positif) sehingga tidak berada pada IRP line. Hal ini memungkinkan domestic investor untuk mencari keuntungan sebesar 3%, yaitu memperoleh kelebihan tingkat bunga 5% dan domestic currency hanya depresiasi 2%.

B. PURCHASING POWER PARITY THEORY (PPP THEORY)Salah satu factor yang mempengaruhi kurs valas adalah perbedaan tingkat inflasi antara beberapa Negara. Pengaruh tingkat inflasi terhadap kurs valas ini dapat dijelaskan berdasarkan teori purchasing power parity atau teori paritas daya beli atau keseimbangan atau kesamaan daya beli yang diperkenalkan oleh Gustav Cassel setelah perang dunia I.Penjelasan teori ini didasarkan pada the law of one price. Yaitu hokum yang menyatakan bahwa harha produk (LOP) yang sama di dua Negara yang berada akan sama pula bila dinilai dalam mata uang yang sama.Teori ini dikenal dengan teori purchasing power parity (PPP) absolute. Misalnya, harga 1kg buah apel USA pada dua tempat sebagai berikut.

Ini berarti bahwa harga 1kg apel USA = Rp.8.000,- = $ 1Dengan demikian, kurs valas Rp/$ berdasarkan paritas daya beli dari masing-masing mata uang adalah sebesar Rp.8.000,-/$. Naumn, dalam kenyataannya sering terbukti bahwa forex rate yang diperhitungkan berdasarkan teori PPP absolute tersebuttidak sesuai dengan kurs valas yang ditetapkan oleh pemerintah.Dalam hal demikian, terjadi apa yang dikenal sebagai overvaluation atau undervaluation, seperti ditunjukkan dalam grafik di bawah ini.

Keterangan:Q $ = Kuantitas USSDS $ = Supply USDD $ = Demand USD

Berdasarkan teori PP absolute kurs valas adalah Rp.8.000,- / $. Namun, apabila pemerintah menetapkan atau mempertahankan kurs valas sebesar Rp.7.000,-/$ maka dikatakan nilai rupiah overvaluation, sedangkan USD undervaluation . Sebaliknya, apabila pemerintah menetapkan atau mempertahankan kurs valas sebesarRp.9.00,-/$ maka dikatakan nilai rupiah undervaluation, sedangkan USD overvaluation. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilaian overvaluation ataupun undervaluation suatu mata uang harus dilihat dari aspek domestic currency (Rp) maupun foreign currency (USD).Akan tetapi, teori PPP absolute ini tidak realistis karena tidak memperhitungkan biaya transport, tariff dan kuota. Pleh karena itu, muncul teori PPP relative yang menyatakan bahwa harga suatu produk yang sama akan tetap berbeda karena ketidaksempurnaan pasar yang disebabkan oleh factor biaya transport, tariff dan kuota di atas.Menurut teori PPP relative, kurs valas akan berubah untuk dapat mempertahankan purchasing power. Perubahan forex rate tersebut dapat dihitung sebagai berikut.Misalkan :Price indeks home country = PhInflation rate home country = IhPrice indeks foreign country = PfInflation indeks foreign country = IfDengan demikian, jika ada inflasi, maka harga barang di masing-masing Negara menjadi senagai berikut.Home country = Ph (1 + Ih)Foreign country = Pf (1 + If) (1 + ef)Berdasrkan the law of one price, maka ef dapat dihitung seperti di bawah ini.New price indeks foreign country = New price indeks home country Pf (1 + If) (1 + ef) = Ph (1 + Ih)

Karena indeks harga Ph dan Pf diasumsikan dari semula di kedua kuota adalah sama atau Ph= Pf, maka Ef menjadi seperti berikut ini.

Karena ef dinyatakan sebagai presentase perubahan kurs valas, maka berdasarkan teori PPP, formula di atas menujukkan bagaimana hubungan antara tingkat inflasi di kedua kota / Negara dengan kurs valas.Dari formula di atas dapat dikemukakan catatan penting berikut. Jika Ih > If, maka ef > 0 (positif) sehingga kurs valas akan apresiasi. Sebaliknya, jika Ih < If, maka ef < 0 (negatif) sehingga kurs val;as akan depresiasi.Contoh 1 :Tingkat inflasi Indonesia = 9 % per tahunTingkat inflasi USA = 3% per tahunSpot rate tanggal 1 / 1 / 1998 = Rp.8.000,- per tahunMaka, berdasarkan teori PPP, akan dapat diperkirakan perubahan forex rate dan forward rate untuk satu tahun kemudian, yaitu sebagai berikut.

= 1.058 1 = 0.058 = 5.8%Ini berarti bahwa USD akan apresiasi terhadap Rp sebesar 5.8% per tahun. Dengan demikian, dapat dihitung perkiraan forward rate pada tanggal 1 / 1 / 1997, yaitu Rp.8.000,-(1 + 5.8 %) = Rp.8.464,-

Contoh 2:Tingkat inflasi USA : 3% per tahunTingkat inflasi Jepang : !% per tahun.Spot rate tanggal 1 / 1 / 1996 = Y 100 / $Maka, berdasarkan teori PPP, akan dapat diperkirakan perubahan kurs valas dan forward rate untuk satu tahun kemudian, yaitu seperti di bawah ini.

= 0,98058 1 = -0.01942 = - 1,94%Ini berarti bahwa USD akan depresiasi terdapat JPY sebesar 1,94% per tahun. Dengan demikian, dapat dihitung perkiraan forward rate pada tanggal 1 / 1 / 1991, yaitu JPY 100 (1 1,94%) = JPY 98.06 / $.

Secara cepat dan ringkas sebenarnya dapat dihitung perkiraan apresiasi USD terhadap rupiah, yaitu dengan menghitung selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan USA dengan rumus : ef = Ih If = 9% - 3% = 6%. Angka ini mendekati angka perhitungan degan menggunakan rumus berdasarkan teori PPP di atas, yaitu 5.8%. Demikian pula depresiasi USD diperkirakan sebesar ef = Ih If = 1% - 3% = -2%. Angka ini mendekati perhitungan yang menggunakan rumus berdasakan teori PPP, yaitu 1.94%.Berdasarkan uraian di atas, dengan menggunakan teori PPP dapat diperoleh suatu formula yang dapat digunakan untuk memperkirakan forex rate yang akan dating atau yang dikenal sebagai forward rate.

Sedangkan perhitungan dengan versi formula yang lebih sederhana adalah FR = SR [1 + (Ih - If)].Berdasarkan rumus ini maka perhitungan FR untuk kedua contoh di atas menjadi sebagai berikut.Untuk lebih jelasnya, teori PPP ini dapat juga dianalisis dengan menggunakan grafik, seperti contoh di bawah ini.

Keterangan :Sumbu vertical menunjukkan Ih If.Sumbu horizontal menunjukkan % perubahan spot rate. Titik A menunjukkan dimana Ih If = 5% (positif) dan sebagai antisipasi, maka foreign currency spot rate apresiasi 5%. Titik B menunjukkan dimana Ih If = - 3% (negatif) dan sebagai antisipasi, maka foreign currency spot rate depresiasi 3%. Dalam hal ini, sesuai dengan teori PPP relative, maka perbedaan tingkat inflasi antara kedua Negara cenderung akan diimbangi (offset) dengan perubahan yang berlawanan dengan currency spot rate. Artinya, apabila inflasi dalam negeri lebih tinggi daripada inflasi luar negei atau Ih > If, maka foreign currency akan apresiasi dan domestic currency akan depresiasi. Sebaliknya, bila Ih < If, maka foreign currency akan depresiasi dan domestic currency apresiasi.Apabila presentase selisih (Ih - If) menunjukkan angka presentase yang relative sama, tetapi dengan perubahan yang berlawanan (apresiasi dan depresiasi) pada foreign currency spot rate, maka dikatakan titik A dan B tersebut berada pada garis diagonal PPP line. Titik C menunjukkan dimana Ih If = 3%, sedangkan forex rate hanya apresiasi 2%. Dengan demikian, terjadi purchasing power disparity atau disparitas daya beli, dimana daya beli konsumen dalam negeri terhadap barang import relative lebih menguntungkan daripada terhadap barang dalam negeri. Akan tetapi, disparitas ini hanya berlaku untuk jangka pendek.Karena dengan banyaknya pemasukan barang impor, maka nilai foreign currency akan bergerak naik (apresiasi) mendekati PPP line. Titik D menunjukkan dimana Ih If = - 5%, sedangkan forex rate hanya depresiasi 2%. Dengan demikian, terjadi pula disparitas daya beli, dimana daya beli konsumen dalam negeri terhadap barang impor kurang menguntungan sehingga impor menurun dan pada gilirannya akan menyebabkan makin meningkatnya depresiasi foreign currency sehingga mencapai PPP line. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk titik titik yang berada di atas PPP line akan menunjukkan bahwa daya beli konsumen dalam negeri relative lebih meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan apresiasi foreign currency makin tinggi yang akhirnya mencapai PPP line. Sebaliknya, utuk titik-titik yang berada di bawah PPP line akan menunjukkan bahwa daya beli konsumen dalam negeri relative kurang menguntungkan sehingga impor barang dari luar akan menurun yang pada gilirannya akan mengakibatkan depresiasi foreign currency makin tinggi yang akhirnya mencapai PPP line juga.

C. INTERNATIONAL FISHER EFFECT THEORYTeori penting lainnya Manajemen Keuangan Internasiona adalah international fisher effect (IFE) theory. Ekonom Irving Fisher menyatakan tingkat bunga nominal (i) di setiap Negara akan sama dengan real rate of return (r) ditambah dengan tingkat inflasi (I) yang diharapkan atau dapat dirumuskan I = r + I.Menurut teori IFE, tingkat bunga di dua Negara yang berbeda, misalnya Amerika dan Jepang, dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkat inflasi yang diharapkan (expected inflation) sebagaimana rumus di bawah ini. Tingkat bunga di USA = I ($) = r ($) + I ($) Tingkat bunga di Jepang = I (Y) = r (Y) + I (Y)Teori IFE pada dasarnya hamper sama dengan teori IRP yang menggunakan perbedaan tingkat bunga untuk menerangkan mengapa terjadi perubahan kurs valas. Akan tetapi, teori IFE ini erat kaitannya dengan teori PPP karena tingkat bunga sangat erat kaitannya dengan tingkat inflasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perbedaan tingkat bunga yang terjadi antara beberapa Negara disebabkan oleh perbedaan tingkat inflasi.Akhirnya perlu digarisbawahi, relative tingginya tingkat inflasi di Indonesia (sekitar 8%) dibandingkan dengan di luar negeri seberti di USA (Sekitar 3%) merupakan penyebab utama dari terjadinya depresiasi rupiah terhadap USD yang mencapai sekitar 5% per tahun.Teori IFE yang menerangkan hubungan antara persentase perubahan spot rate (SR) dengan perbedaan tingkat bunga (i) pasar uang di berbagai Negara menyatakan bahwa: SR akan berubah dengan persentase yang sama tetapi dengan arah berlawanan dengan perbedaan atau selisih tingkat bunga antara kedua Negara.

Keterangan :SR1= Spot rate periode pertamaSR2= Spot rate periode keduai ($)= Tingkat bunga USDi (Y)= Tingkat bunga JPYSelanjutnya, menurut teori IFE, actual of effective return (r) dari investasi pada pasar surat berharga di pasar uang (financial market) luar negeri tergantung pada foreign interest (if) dan presentase perubahan nilai forex rate (ef).Dengan demikian, effective return di pasar uang atau bank luar negeri dapat dirumuskan sebagai berikut. r = (1 + if)(1 + ef) 1

Menurut teori IFE, effective return pada home investment / deposit (ih) pada dasarnya secara rata-rata akan sama dengan effective return pada foreign investment / deposit (r) sehingga menjadi seperti di bawah ini. r = ih

Karena r = ih, maka persamaan di atas menjadi berikut ini.(1 + if)(1 + ef) 1 = ih(1 + if)(1 + ef) = (1 + ih)

Dari formula di atas dapat disimpulakn sebagai berikut. Bila ih > if, maka ef > 0 (positif) sehingga foreign currency akan apresiasi. Apresiasi ini akan menaikan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari luar negeri. Sebaliknya, bila ih < if, maka ef < 0 (negatif) sehingga foreign currency akan depresiasi. Depresiasi ini akan menurunkan foreign return atau hasil penerimaan investor home country dari investasi luar negeri.Contoh :Effective return home investment = ih = 11 %.Interest rate foreign deposit = if = 12 %.Agar effective return dari kedua investasi ini sama bagi investor domestic, maka presentase peerubahan foreign currency akan mencapai sebesar.

Ini berarti forex rate akan depresiasi sebesar 0.89% untuk dapat membuat effective return dari foreign deposit = 11 % dilihat dari sisi investor dalam negeri.Untuk lebih jelasnya, teori IFE ini dapat juga dianalisis dengan menggunakan grafik seperti contoh di bawah ini.

Keterangan :Sumbu vertical menunjukkan selisih ih if.Sumbu horizontal menunjukkan presentase perubahan spot rate. Titik A menunjukkan dimana ih if = 2% (positif) dan sebagai antisipasi maka foreign currency rate apresiasi juga 2%. Titik B menunjukkan di mana ih if = -3% (negatif) dan sebagai antisipasi maka foreign currency spot rate depresiasi juga sebesar 3%. Semua titik yang berada pada garis AB disebut berada pada IFE line di mana selisih tingkat bungan (ih - if) akan sama dengan tingkat perubahan currency spot rate (apresiasi atau depresiasi). Titik titik yang berada di bawah IFE line merupakan titik titik yang menunjukkan tingkat return / hasil maksimal untuk investasi di luar negeri, misalnya titik E dimana tingkat bunga di luar negeri lebih tinggi 2% dibandingkan tingkat bunga di dalam negeri dan di tambah lagi dengan apresiasi valas sebesar 3%. Kombinasi antara tingkat bunga yang tinggi dan ditambah dengan apresiasi valas menyebabkan hasil investasi di luar negeri akan lebih tinggi daripada investasi di dalam negeri. Sedangkan titik-titik yang berada di atas IFE line merupakan titik-titik yang menunjukkan tingkat return / hasil yang rendah dimana investasi di luar negeri dibandingkan dengan investasi di dalam negeri. Misalnya titik C dimana tingkat bunga di luar negeri lebih tinggi 3%. Akan tetapi, valas mengalami depresiasi sebesar 5% sehingga secara total investasi di luar negeri akan mengalami kerugian sebesar 2%. Bahkan untuk titik D, kerugian investor akan lebih besar lagi karena tingkat bunga di luar negeri lebih rendah 2% dan hasil valas juga mengalami depresiasi sebesar 4% sehingga secara total investasi di luar negeri akan mengalami return lebih rendah dari pada di dalam negeri.

Dari analisis grafik di atas dapat dikemukakan beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan oleh investor jangka pendek dalam negeri, yaitu sebagai berikut.1. Investasi di luar negeri akan menguntungkan unttuk titik-titik yang berada di bawah IFE line apabila terjadi hal-hal berikut.2. Investasi di luar negeri akan merugikan (untuk titik-titik yang berada di atas IFE line) apabila terjadi hal-hal berikut.3. Dari penelitian yang dilakukan oleh Madura dan Nosari (1992) SERTA Thomas (1985), Ternyata teori IFE tidak selalu tepat atau dibuktikan kebenarannya karena adanya factor-faktor lain, selain dari inflasi. Dengan kata lain, perubahan kurs valas tidak akan selalu sesuai dengan perbedaan tingkat inflasi. Beberapa factor lain tersebut, misalnya control pemerintah, posisi BOP, money supply, dan pertumbuhan GDP.D. INTERNATIONAL PARITY CONDITIONSejak berlakunya system nilai tukar mengambang (floating rate system), maka tidak ada satu pun dari ketiga teori keuangan internasional di atas (IRP, PPP dan IFE) yang dapat digunakan untuk meramalkan atau meng-forecast kurs valas dalam setiap kondisi. Namun, masih tetap terdapat suatu hubungan ekonomi tertentu (certain basic economic relation) yang disebut sebagai parity conditions yang dapat membantu untuk menerangkan perubahan atau pergerakan kurs valas sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1Forex Fluctuation

FR as an Unbiased Predictor (E)Forecast Changein SR ( +4%)

PPA (A)

IFE(C)FP on FR (+ 4%)Forecast the different in Rate of Inflation

Difference in nominal interest Rate (-4%)

Fisher Effect (B)IRP (D)

Keterangan :1. Exchange Rate:a. Current spot rate = SR1 = Y 156 / $b. FR tahun= Y 150 / $c.Expected spot rate = SR2= Y 150 / $d.Forward premium on Yen=

e.Forecast change in SR=

2. Forward rate inflastiona.Japan: 3%b.USA: 7%c.Difference: -4%3. Interest on 1 year securitya.Japan: 6%b.USA: 10%c.Difference: -4%

Dari analisis parity condition di atas dapat dikemukakan beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan oleh para inverstor ataupun speculator yang ingin memperoleh keuntungan dari investasi jangka pendeknya, yaitu sebagai berikut.1. Berusaha untuk melakukan investasi atau memiliki piutang dalam valas yang tingkat bunganya relative tinggi dan cenderung akan apresiasi.2. Sebaliknya menerima investasi atau meminjam atau memiliki utang dalam valas yang tingkat relative bunganya rendah dan cenderung akan depresiasi.Akhirnya, dari analisis parity condition ini dapat diketahui mengapa tingkat bunga bank saat sebelum krisis moneter pada akhir Juli 1997 pada umumnya relative tinggi di Indonesia, yaitu sekitar 15% untuk tabungan atau deposito dan lebih dari 20% untuk kredit. Jawabnya adalah karena bank harus mengantisipasi tingkat inflasi yang relative tinggi sekitar 8% dan depresiasi rupiah sekitar 5% per tahun. Dengan demikian, untuk meng-cover-nya, tentu disatu pihak bank harus menetapkan tingkat bunga tabungan atau deposito yang relatif tinggi untuk dapat menarik dana masyarakat dan di lain pihak tingkat bunga kredit yang relative tinggi juga untuk membayar biaya bunga, overhead cost, dan margin keuntungan yang diinginkannya.Hal inilah antara lain menyebabkan pemerintahan selalu berusaha untuk menurunkan dan mengendalikan tingkat inflasi yang rendah atau sati digit agar tingkat bunga bank-bank dapat diturunkan sehingga pada gilirannya akan mendorong investasi yang akhirnya akan bermuara kepada pertumbuhan ekonomi nasional.

BAB VPENGERTIAN, KEGUNAAN, STRUKUTUR, DAN POSISI BALANCE OF PAYMENT

A. PENGERTIAN BALANCE OF PAYMENT (BOP)Menurut Balance of payment manual (BPM) yang diterbitkan oleh IMF (1993), defenisi balance of payment (BOP) adalah sebagai berikut.A statement that systematically, for specific time period, the economic transaction of an economic with the rest of the world. Transaction, for the most part between residents and nonresident, consist of those involving goods, service and income;those involving financial claim on asset and liabilities to, the rest of the world; and those (such gift) classified as transfers, which involve offsetting entries to ballancein an accounting sense one set transaction.Secara umum defenisi BOP di atas dapat diartikan sebagai berikut.Balance of payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang / jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu Negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun.Dari defenisi di atas dapat dikemukakan bahwa BOP merupakan suatu catatan sistematis yang disusun berdasarkan satu system akutansi yang dikenal sebagai double-entry bookkeeping sehingga setiap transaksi internasional yangterjadi akan tercatat dua kali, yaitu sebagai transaksi kredit dan sebagai transaksi debit.Sebagai contoh, misalnya sebuah perusahaan Indonesia mengekspor barang dengan kredit tiga bulan senilai USD 1.000. karena ekspor tersebut dilakukan dengan kredit tiga bulan, maka pembayaran yang belum diterima tersebut dianggap sebagai suatu arus modal keluar untuk jangka pendek atau a short-term capital outflow senilai USD 1.000.Dengan demikian transaksi inteernasional di atas akan tercatat sebagai berikut.TransaksiKredit (+)Debit (-)

Ekspor barang ke luar jangka pendekUSD 1.000USD 1.000

Overall balanceUSD 1.000USD 1.000

Dengan system double-entry bookkeeping, maka BOP secara overall akan selalu dalam posisi balance, tetapi dapat memiliki cadangan devisa positif atau negative.Berdasarkan konvensi yang biasa digunakan dalam system double-entry bookkeeping, transaksi yang biasa tercatat dalam BOP terdiri atas hal-hal berikut.1. Crtedit entires (transaksi kredit)a. Export of goods and service (ekspor barang dan jasa)b. Income receivable (penerimaan dari hasil evaluasi)c. Offset to real or financial resources received (transfers)d. Increases in liabilitiese. Decreases in financial assets2. Debit entires (transaksi debit)a. import of goods and service (impor barang dan jasa)b. Income payable (pembayaran atas hasil evaluasi)c. Offset to real or financial resources provide (transfers)d. Decreases in liabilitiese. Increases in financial assetsSelanjutnya transaksi kredit dan debit tersebut menurut sifatnya dapat dibagi atas hal-hal berikut.1. Transaksi otonom (autonomous transaction), yaitu transaksi yang timbul atas inisiatif pihak tertentu dan bukan sebagai reaksi atau akibat adanya transaksi lain yang tercatat pada current account dan long-term capital account, misalnya ekspor dan impor barang atau modal dalam jangka panjang untuk mencari keuntungan.2. Transaksi kompensasi (induced / compensatory transaction), yaitu transaksi yang timbul sebagai akibat atau kompensasi dari adanya transaksi lain. Transaksi ini disebut juga sebagai transaksi pelengkap, misalnya pemasukan modal jangka pendek dan impor / ekspor emas.Dengan demikian, transaksi kredit dapat terdiri atas hal-hal berikut.a. Transaksi kredit otonom (credit autonomus transaction atau CAT)1. Ekspor barang dan jasa2. Impor modal jangka panjang untuk PMA / direct investmentb. Transaksi debit otonom (debit autonomus transaction atau DAT)1. Impor barang dan jasa2. Ekspor modal jangka panjang, misalnya direct investment di luar negeri.

B. KEGUNAAN BOPSecara umum sebagai suatu neraca, BOP berguna sebagai berikut.1. Untuk membukukan seluruh transaksi ekonomi internasional yang terjadi antara penduduk dalam negeri dan penduduk luar negeri.2. Untuk menngetahui struktur dan komposisi transaksi ekonomi internasional suatu Negara3. Untuk mengetahui mitra utama suatu Negara dalam hubungan ekonomi internasional4. Mengetahui posisi keuangan internasional suatu Negara.5. Sebagai alat suatu indicator yang akan dipertimbangkan oleh IMF atau Negara donor untuk memberikan bantuan keuangan, terutama Negara yang mengalami kesulitan BOP.6. Sebagai salah satu indicator fundamental ekonomi suatu Negara selain tingkat inflasi, pertumbuhan GDP, dan sebagainya.

C. STRUKTUR DAN POSISI BOPBerdasarkan Balance of Payment Manual (IMF, 1993) dan Balance of Payment Textbook (IMF, 1996;30-38), komponen standar dari BOP adalah sebagai berikut.I. Current account (neraca transaksi berjalan)A. Goods and service (barang dan jasa)1. Goods (barang)2. Service (jasa)a. Transportationb. Travel B. Income (pendapatan)1. Conpensation of employes2. Investment incomea. Direct investmentb. Portfolio investmentc. Others

C. Current transfer1. General government2. Workers remittances II. Capital and financial accountA. Capital account1. Capital transfer2. Acquisition/disposal of non-produced, non financial assetsB. Financia account 1. Direct investment2. Portfolio investment3. Other investment4. Reserve assetsBerdasarkan standar yang ditetapkan oleh IMF tersebut, setiap Negara menyusun BOP-nya masing-masing dengan berbagai variasi, tetapi dengan prinsip dasar yang sama, yaitu double-entry bookkeping, sehingga BOP secara total akan selalu balance atau overall balance akan sama dengan nol.Berdasarkan prinsip tersebut di atas, berikut ini dapat dilihat struktur BOP Indonesia berdasarkan publikasi dari Departemen Keuangan Desember 1997 dan Laporan Tahunan Bank Indonesia 1997/98.Tabel 5.1Balance of Payment Indonesia (Miliar USD)NoKomponen96/9797/98

I

II

III

IVVCurrent account (1 + 2 + 3)(Neraca transaksi berjalan / NTB)1. Balance of trade (BOP) atau neraca perdagangan:a. Export commodity (ekspor barang)b. Import commodity (impor barang)2. Service account (neraca jasa)3. Unilateral account (impor barang)Capital account (neraca modal)1. Capital importa. Pemerintah (Pinjaman CGI dan lain-lain)b. Swasta (PMA)2. Capital exporta. Pemerintah (cicilan pokok pinjaman)b. Swasta Perubahan cadangan devisa = dR(change of forex reserve = I + II)Error and omission (selish perhitungan)Monetaru account (neraca lalu-lintas moneter)

Overall balance-8,1

6,252,0-45,8-14,30,012,7

5,313,5

-6,10,04,6-0,73,9

0,0-2,5

12,956,1-43,2-15,40,0-4,7

8,51,8

-4,1-10,9-7,2-2,810,0

0,0

Sumber :1. Departemen Keuangan, Desember 1997.2. Bank Indonesia, Laporan Tahunan 1997 / 98

Dari data di atas dapat dikemukakan beberapa catatan sebagai berikut.1. Current account (neraca transaksi berjalan) a. Current account terdiri atas balance of trade (BOP), service account, dan unilateral account.b. Transaksi ekspor pada current account dicatat sebagai transaksi kredit atau positif karena menghasilkan devisa.c. Transaksi impor pada current account dicatat sebagai transaksi debit atau negative karena mengeluarkan devisa.2. Balance of trade (neraca perdagangan)Dalam neraca ini dicatat seluruh transaksi ekspor dan impor barang atau visible dan tangible goods dengan ketentuan berikut.a. Ekspor barang dicatat sebagai transaksi kredit atau positifb. Impor barang dicatat sebagai transaksi debit atau negatif3. Service account (neraca jasa)a. Transaksi yang dimasukkan ke service account adalah seluruh transaksi ekpor dan impor jasa atau invisible atau intangible goods yang meliputi hal-hal berikut.1. Pembayaran bunga2. Biaya transportasi3. Biaya asuransi4. Remittance (jasa TKI/TKW/TKA, fee/royalty teknologi dan konsultasi, dan lain-lain)5. Tourism b. Service account atau neraca jasa Indonesia hingga saat ini selalu tercatat dalam posisi negative atau debit karena transaksi impor lebih besar daripada transaksi ekspor, khususnya untuk pembayaran bunga, biaya transportasi, biaya asuransi dan remittance. Satu-satunya transaksi jasa yang positif adalah jasa dari tourisme karena lebih banyak turis asing yang datang ke Indonesia daripada turis Indonesia yang ke luar negeri.c. Posisi negative atau deficit dari service account ini juga mencerminkan masih relative rendahnya kualitas SDM Indonesia sebagai penghasil jasa, walaupun secara kuantitatif lebih banyak TKI/TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri (tetapi dengan penghasilan yang lebih rendah dibandingkan TKA [tenaga keeja asing] yang bekerja di Indonesia dengan bayaran yang lebih tinggi). Dengan demikian, salah satu usaha untuk memperbaiki posisi service account dan BOP Indonesia adalah dengan jalan meningkatkan kualitas SDM-nya.4. Unilateral account (neraca transaksi sepihak)Neraca ini merupakan transaksi sepihak yang umumnya terdiri atas bantuan social atau grant yang diterima atau diberikan dari/ke luar negeri, tanpa kewajiban untuk membayar kembali.5. Capital account (neraca modal)a. Capital account ini terdiri atas ekspor dan impor modal, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.b. Penjumlahan saldo current account + saldo transaksi impor / ekspor modal jangka panjang (direct investment and long-term capital lainnya) disebut sebagai basic balance (D. Salvatore, 1993 : 449)c. Berlawanan dengan pencatatan pada current account, maka dalam capital account berlaku ketentuan berikut. Transaksi impor modal dicatat sebagai transaksi kredit atau positif. Transaksi ekspor modal dicatat sebagai transaksi debit atau negatif.6. Reserve account (perubahan cadangan devisa)a. Reserve account adalah neraca yang menunjukkan perubahan cadangan atau saldo devisa yang diperoleh dari tahun yang bersangkutan dari hasil penjualan saldo current account dan saldo capital account.b. Perubahan cadangan devisa atau saldo devisa (dR) dari tahun yang bersangkutan ini pada dasarnya sudah menunjukkan posisi keuangan suatu Negara berdasarkan transaksi yang tercatat pada current account dan capital account.c. Jika saldo reserve account menunjukkan angka positif (dR > 0), maka dapat dikatakan bahwa posisi BOP dalam keadaan surplus dan sebaliknya, bila menunjukkan angka negative (dR < 0) dikatakan bahwa BOP dalam keadaan deficit.d. Secara skematis, posisi BOP suatu Negara dapat diringkas sebagai berikut.

Gambar 5.1Skema Posisi BOP

POSIS BOP

dR =CR.ACC. + CAP.ACC >< 0

dR = 0(BOP disequilibrium)dR = 0(BOP equilibrium)

dR > 0(BOP surplus)dR < 0(BOP Defisit)

Keterangan :BOP EQUILIBRIUMBOP dikatakan dalam posisi equilibrium bila terjadi hal-hal berikut.1. dR = 02. Pos-pos dalam BOP dapat bertahan cukup lama, tanpa campur tangan pemerintah, yang dilakukan melalui kebijakan berupa keputusan pemerintah dan dekrit yang dapat mempengaruhi arus transaksi ekonomi dan keuangan internasional.BOP DISEQUILIBRIUMBOP dikatakan dalam posisi disequilibrium bila terjadi hal-hal berikut.1. dR 0dR < 0 : BOP defisitdR > 0 : BOP surplus2. CAT DAT Dalam hal ini, menentukan posisi BOP yang deficit atau surplus adalah dengan meperhatikan arus transaksi otonom (autonomus transaction) sebagai berikut.BOP dikatakan dalam posisi defisit bila transaksi kredit otonom (credit autonomus transaction) lebih kecil dari pada transaksi debit otonom (debit autonomus transaction) atau CAT < DATBOP dikatakan dalam posisi surplus bila transaksi kredit otonom (credit autonomus transaction) lebih besar dari pada transaksi debit otonom (debit autonomus transaction) atau CAT > DATDisequilibrium menurut penyebabnya dapat digolongkan sebagai berikut.1. Disequilibrium seasonal atau musiman yang berlangsung singkat dan mudah diatasi dan biasanya terjadi pada periode tertentu, misalnya hari lebaran/Natal, musim dingin/panas, dan lain-lain. Disequilibrium ini biasanya akan berakhir dengan sendirinya setelah melewati periodenya.2. Disequilibrium cyclical atau siklus, yaitu Disequilibrium yang terjadi karena adanya gelombang konjungtur dalam perekonomian sebagai akibat perubahan harga, tingkat produksi, tingkat employment, baik di dalam / luar negeri. Disequilibrium ini dapat diatasi oleh pemerintah dengan menjalankan berbagai kebijakan moneter dan atau fiscal.3. Disequilibrium structural, yaitu Disequilibrium yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan demand dan supply dalam perdagangan dan keuangan internasional sebagai akibat dari perubahan proses produksi karena kemajuan teknologi, perubahan aliran modal jangka panjang, perubahan institusi, dan lain-lain. Untuk mengatasi ini diperlukan kebijakan ekonomi makro yang komprehensif dan jangka panjang. Misalnya, untuk mengatasi defisit neraca jasa atau service account Indonesia yang sebenarnyaa merupakan pencerminan dari relative rendahnya kualitas SDM Indonesia diperlukan suatu perencanaan ekonomi dan nonekonomi yang komprehensif dan berjangka panjang.4. Disequilibrium spekulasi, Disequilibrium yang terjadi karena adanya aliran modal yang terjadi karena unsure-unsur spekulasi seperti yang terjadi di Indonesia sejak krisis moneter Juli 1997. Untuk mengatasinya antara lain dilakukan peniadaan unsure-unsur spekulasi untuk menjalankan berbagai kebijakan yang menumbuhkan kepercayaan masyarakat.7. Error dan omission (selisih perhitungan)Error dan omission adalah selisih yang belum dapat diperhitungkan yang diperoleh dari penjumlahan antara reserve account (dR) dan saldo devisa yang terdapat pada monetary account yang dicatat oleh bank sentral.Error adalah selisih yang terjadi karena adanya kesalahan pencatatan atau kesalahan perhitungan, sedangkan omission adalah selisih karena adanya perdagangan atau transaksi penyeludupan atau perdagangan obat bius yang pasti tidak tercatat.8. Monetary account (neraca lalu-lintas moneter)a. Monetaru account merupakan saldo devisa yang dicatat berdasarkan transaksi arus devisa yang masuk dan keluar suatu Negara.b. Karena BOP secara keseluruhan harus dalam posisi balance atau dengan kata lain overall balance = 0, maka pencatatan posisi saldo pada monetary account ini mempunyai tanda yang berlawanan dengan posisi saldo reserve account (dR), yaitu sebagai berikut.1. Bila posisi saldo reserve account mempunyai tanda positif, maka posisi saldo monetary account mempunyai tanda negative. Sebaliknya, bila posisi saldo reserve account mempunyai tanda negative, maka posisi saldo monetary account mempunyai tanda positif.2. Tanda negative berarti surplus dan tanda positif berarti defisit.

BAB VIMEKANISME ADJUSTMENT POSISI BALANCE OF PAYMENT

Posisi BOP yang ideal untuk suatu negara adalah bila beberapa pada posisi surplus atau equilibrium yang nilai valasnya relative tinggi, sedangkan posisi yang dianggap kurang baik an selalu diusahakan untuk diperbaiki melalui mekanisme adjustment BOP adalah posisi BOP yang deficit dan nilai valas yang relative rendah.Mekanisme adjustment atau penyesuaian BOP yang defisit dapat dilakukan melalui beberapa cara yang secara teoritis akan tergantung pada system kurs valas yang digunakan oleh masing-masing Negara.

A. MEKANISME ADJUSTMENT DENGAN SISTEM KURS TETAPDengan sistem kurs tetap, nilai suatu mata uang ditentukan berdasarkan gold axchange standard sesuai dengan bretton woods system. Dalam hal ini, mekanisme adjustment pada BOP dapat terjadi melalui mekanisme otomatif berdasarkan teori David Hume tentang price-specie-flow mechanism sebagai berikut.1. Bila BOP defisit berarti X < M atau M > X.2. Karena masih berlaku nilai kurs tetap atau gol exchange standard, maka akibatnya jumlah emas atau logam mulia (LM) akan makin menurun karena banyak dikirim ke luar negeri.3. Karena emas masih digunakan sebagai likuiditas atau alat pembayaran, sedangkan jumlahnya makin menurun (emas /LM), maka money supply (Ms) di dalam negeri makin berkurang.4. Karena money supply makin berkurang, maka harga-harga di dalam Negara akan menurun pula.5. Menurunnya harga (price) dalam negeri, khususnya terhadap harga barang ekspor (Px), akan menyebabkan jumlah ekspor (Qx) akan naik.6. Di lain pihak, berkurangnya money supply di dalam negeri akan menyebabkan barang impor (Pm) di mata konsumen dalam Negari akan menjadi lebih mahal sehingga jumlah impor (Qm) akan turun.7. Karena jumlah ekspor (Qx) naik dan di lain pihak jumlah impor (Qm) turun, maka melalui mekanisme ini akhirnya jumlah ekspor (Qx) akan menjadi sama atau bahkan lebih besar daripada jumlah impor (Qm) atau Qx Qm.Secara skematis, mekanisme tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 6.1Mekanisme Adjustment BOP dengan Sistem Kurs Tetap

Emas (Logam Mulia) turunBOP Defisit = X < M

Harga DN turunPx turun

Money supply turun

Pm naik

Qx = Qm (BOP Equlilibrium)Qm turun

Qx Qm

Qx naik

Qx > Qm (BOP surplus)

Akan tetapi, mekanisme otomatis untuk penyeimbangan (adjusment) BOP ini tidak dapat terjadi lagi karena pada umumnya system kurs tetap yang digunakan standar emas ini tidak berlaku lagi sejenak Dekrit Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971.

B. MEKANISME ADJUSTMENT DENGAN SISTEM KURS MENGAMBANG\Proses penyeimbangan disequilibrium atau defisit / surplus BOP, khususnya BOP di Negara yang menganut system kurs mengambang dengan pengendalian pemerintah (managed float), dapat dilakukan dengan menjalankan kebijakan perubahan kurs yang disebut devaluasi atau revaluasi / upvaluasi.Devaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uangnya (domestic currency) terhadap nilai mata uang asing (foreign currency) yang bertujuan (dalam jangka waktu relative pendek) untuk hal-hal sebagai berikut.1. Mendorong ekspor dan membatasi impor sehingga diharapkan dapat memperbaiki posisi BOP atau BOT menjadi equilibrium atau mendekati equilibrium.2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.3. Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas menjadi relative stabil.Revaluasi / upvaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uangnya (domestic currency) terhadap nilai mata uang asing (foreign currency) yang dilakukan karena perekonomiannya sudah mendekati atau mencapai full employed atau terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalam jangka pendek bertujuan untuk mengurangi aggregate demand dan inflasi.Selama berlakunya Bretton Woods System, kebijakan devaluasi dan revaluasi ini jarang sekali dilakukan oleh Negara anggota IMF karena merupakan tindakan yang tidak popular. Di satu pihak, Negara yang defisit biasanya menolak melakukan devaluasi karena akan menunjukkan kelemahannya, sedangkan di lain pihak, Negara yang surplus ingin terus mengakumulasi internasional reserve-nya.Oleh karena itu, selama berlakunya Bretton Woods System (1950 - 1971) hanya tercatat beberapa Negara industry yang melakukannya, yaitu sebagai berikut.1. Devaluasia. Inggris, tahun 1967.b. Prancis, tahun 1957 dan 1969.2. Revaluasi a. Jerman (Barat), tahun 1961 dan 1969.

C. KEBIJAKAN DEVALUASIPada umumnya kebijakan devaluasi relative lebih banyak digunakan oleh Negara-negara sedang berkembang dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari IMF. Salah satu contohnya adalah devaluasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia sebanyak empat kali yang dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 6.1Tingkat Devaluasi Rupiah terhadap USDTgl / TahunKurs LamaKurs BaruTk. Devaluasi

23 / 8 197115 / 11 197830 / 3 198312 / 9 1986 Rp.378 / USDRp.415 / USDRp.720,50 / USDRp.1.134 / USDRp.415 / USDRp.625 / USDRp.970 / USDRp.1.644 / USD10 %50 %35 %45 %

IMF biasanya akan memberikan persetujuan kepada Negara anggotanya yang mengalami defisit BOP yang berat untuk melakukan kebijakan devaluasi guna memperbaiki posisi BOP dan menjaga stabilitas nilai tukar mata uangnya.Secara teoritis, efektifitas kebijakan devaluasi akan tergantung pada hal-hal sebagai berikut.1. Elastisitas permintaan barang ekspor (ED)2. Elastisitas permintaan barang impor (ES)Menurut Marshall Lerner condition, suatu kebijakan devaluasi akan dapat memperbaiki posisi BOP bila dipenuhi syarat sebagai berikut.1. Devaluasi akan dapat memperbaiki BOP bila ed + Es > 12. Devaluasi tidak akan dapat memperbaiki BOP bila ed + Es = 13. Devaluasi justru akan memperburuk BOP bila ed + Es < 1Sebagai ilustrasi tentang efektifitas kebijakan devaluasi terhadap posaisi BOP tau BOT dengan memperhatikan Marshall Lerner condition dapat dilihat pada contoh tiga perhitungan hipotesis di bawah ini.1. Hipotesis I (Ed + Es > 1)Misalkan di Indonesia diketahui data dan informasi perdagangan dan keuangan internasional sebagai berikut.Kurs USD 1 = Rp.1000,-Elastisitas permintaan barang ekspor = Ed = 2Elastisitas permintaan barang impor = Es = 0.Ed + Es = 2 + 0 = 2 > 1Pemerintah melakukan devaluasi sebesar 20% yang berarti kurs USD berubah menjadi USD 1 = Rp.1.200,-a. Posisi BOT sebelum devaluasi adalah sebagai berikut.Ekspor karetImpor Radio

1.0 kg x $ 1 = $ 1.000atau Rp.1.000.000,-100 unit x $ 11 = $ 1.100Atau Rp.1.100.000,-

b. Posisi BOT sesudah devaluasi 20% adalah sebagai berikut.Sesuai dengan rumus elastisitas, maka akan terjadi hal berikut.

%dQx= Presentase perubahan kuantitas ekspor%dPx= Presentase perubahan harga ekspor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%. Dengan demikian, % dQx = 2 x 20% = 40%Kuantitas ekspor naik dengan % dQx = 40% sehingga menjadi sebesar 1.400 kg karet.Sesuai dengan rumus elastisitas, maka Dan % dQm = 0.dPm.% dQm= Presentase perubahan kuantitas impor% dPm = Presentase perubahan harga impor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.Dengan demikian, % dQm = 0 x 20% = 0Ini berarti kuantitas impor radio setelah devaluasi tetap atau tidak berubah = 100 unit radio.Kurs setelah devaluasi 20% menjadi USD 1 = Rp.1.200,-Sebelum devaluasi USD 1 = Rp.1.000 = 1 kg karet.Setelah devaluasi USD 1 = Rp.1.200 = 1,2 kg karet.Ini berarti setelah devaluasi ahrga 1 kg karet = USD 1 / 1,2 = USD 0,83.Ekspor karetImpor Radio

1.0400 kg x $ 0,83 = $ 1.162atau Rp.1.394.400,-100 unit x $ 11 = $ 1.100Atau Rp.1.320.000,-

X = $ 1.162 > $ 1.100 = MAtau X = Rp.1.394.400,- > Rp.1.320.000,-= MPosisi BOT surplus = $ 62.1. Hipotesis II (Ed + Es = 1)Misalkan di Indonesia diketahui data dan informasi perdagangan dan keuangan internasional sebagai berikut.Kurs USD 1 = Rp.1000,-

Elastisitas permintaan barang ekspor = Ed =Elastisitas permintaan barang impor = Es =

Pemerintah melakukan devaluasi sebesar 20% yang berarti kurs USD berubah menjadi USD 1 = Rp.1.200,-a. Posisi BOP sebelum devaluasi adalah sebagai berikut.Ekspor karetImpor Radio

1.000 kg x $ 1 = $ 1.000atau Rp.1.000.000,-100 unit x $ 11 = $ 1.100Atau Rp.1.100.000,-

X = $ 1.000 < $ 1.100 = MPosisi BOT defisit = $ 100.b. Posisi BOT sesudah devaluasi 20% adalah sebagai berikut.Sesuai dengan rumus elastisitas,

%dQx= Presentase perubahan kuantitas ekspor%dPx= Presentase perubahan harga ekspor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.Dengan demikian, % dQx = 3/4 x 20% = 15%Kuantitas ekspor naik dengan % dQx = 15% sehingga menjadi sebesar 1.150 kg karet.Sesuai dengan rumus elastisitas, maka

% dQm= Presentase perubahan kuantitas impor% dPm = Presentase perubahan harga impor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.Dengan demikian, % dQm = 1/4 x 20% = 5%Kuantitas impor naik dengan % dQm = 5% sehingga menjadi 105 unit radioKurs setelah devaluasi 20% menjadi USD 1 = Rp.1.200,-.Kuantitas ekspor menjadi % dQ = 15% sehingga menjadi sebesar 1.150 kg.Sebelum devaluasi USD 1 = Rp.1.000 = 1 kg karet.Setelah devaluasi USD 1 = Rp.1.200 = 1,2 kg karet.Ini berarti setelah devaluasi harga 1 kg karet = USD 1 / 1,2 = USD 0,83.Ekspor karetImpor Radio

1.150 kg x $ 0,83 = $ 954,50atau Rp.1.145.400,-100 unit x $ 11 = $ 1.155Atau Rp.1.386.000,-

X = $ 954,50 > $ 1.155 = MAtau X = Rp.1.145.400,- > Rp.1.386.000,-= MPosisi BOT tetap defisit.

2. Hipotesis III (Ed + Es < 1)Misalkan di Indonesia diketahui data dan informasi perdagangan dan keuangan internasional sebagai berikut.Kurs USD 1 = Rp.1.000,-Elastisitas permintaan barang ekspor = Ed =Elastisitas permintaan barang impor = Es =

Pemerintah melakukan devaluasi sebesar 20% yang berarti kurs USD berubah menjadi USD 1 = Rp.1.200,-a. Posisi BOP sebelum devaluasi adalah sebagai berikut.Ekspor karetImpor Radio

1.000 kg x $ 1 = $ 1.000atau Rp.1.000.000,-100 unit x $ 11 = $ 1.100Atau Rp.1.100.000,-

X = $ 1.000 < $ 1.100 = MPosisi BOT defisit = $ 100.b. Posisi BOT sesudah devaluasi 20% adalah sebagai berikut.Sesuai dengan rumus elastisitas,

%dQx= Presentase perubahan kuantitas ekspor%dPx= Presentase perubahan harga ekspor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.Dengan demikian, % dQx = 1/2 x 20% = 10%Kuantitas ekspor naik dengan % dQx = 10% sehingga menjadi sebesar 1.100 kg karet.Sesuai dengan rumus elastisitas, maka

% dQm= Presentase perubahan kuantitas impor% dPm = Presentase perubahan harga impor = Tingkat devaluasi, yaitu sebesar 20%.Dengan demikian, % dQm = 1/4 x 20% = 5%Kuantitas impor naik dengan % dQm = 5% sehingga menjadi 105 unit radioKurs setelah devaluasi 20% menjadi USD 1 = Rp.1.200,-.Kuantitas ekspor menjadi % dQ = 10% sehingga menjadi sebesar 1.100 kg.Sebelum devaluasi USD 1 = Rp.1.000 = 1 kg karet.Setelah devaluasi USD 1 = Rp.1.200 = 1,2 kg karet.Ini berarti setelah devaluasi harga 1 kg karet = USD 1 / 1,2 = USD 0,83.Ekspor karetImpor Radio

1.100 kg x $ 0,83 = $ 913atau Rp.1.096.600,-105 unit x $ 11 = $ 1.155Atau Rp.1.386.000,-

X = $ 913 > $ 1.155 = MAtau X = Rp.1.145.400,- > Rp.1.386.000,-= MPosisi BOT tetap defisit = $ 242.Secara ringkas pengaruh devaluasi terhadap posisi BOT berdasarkan Marshall Lerner condition di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.1. Hipotesis I (Ed + Es > 1)Ed + Es = 2 + 0 = 2 > 1.% Dp (Rp)% dQHasil

Ekspor ImporTetap+ 20%+ 40%TetapPenerimaan + 40%Pengeluaran + 20%

Posisi BOTPerbaikan + 20%

2. Hipotesis II (Ed + Es = 1)Ed + Es = 3/4 + 1/4 = 1% Dp (Rp)% dQHasil

Ekspor ImporTetap+ 20%+ 15%-5%Penerimaan + 15%Pengeluaran + 15%

Posisi BOTPerbaikan 0%

3. Hipotesis III (Ed + Es < 1)Ed + Es = 1/2 + 1/4 = < 1.% Dp (Rp)% dQHasil

Ekspor ImporTetap+ 20%+ 10%- 5%Penerimaan + 10%Pengeluaran + 15%

Posisi BOTMemburuk + 5%

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas kebijakan devaluasi akan sangat tergantung pada elastisitas permintaan barang ekspor dan impor. Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik 6.1 berikut.

Keterangan :Posisi defisit pada grafik A dan grafik B adalah sama, yaitu sebesar FG = MN. Pada grafik A dimana kurva demand dan supply bersifat elastic, ternyata posisi defisit sebesar FG dapat ditutup dengan devaluasi sebesar Pop1. Pada grafik B di mana kurva demand dan supply inelastic, ternyata posisi defisit sebesar M dapat ditutup dengan devaluasi sebesar EoE1.Sebagai kesimpulan dari kedua grafik di atas dapat dikemukakan catatan berikut.a. Sejalan dengan Marshall-Lerner condition, ternyata devaluasi akan lebih efektif bila permintaan ekspor dan impor bersifat elastis.b. Dengan kata lain, pada grafik A yang elastic, ternyata hanya diperlukan devaluasi yang lebih kecil, yaitu hanya sebesar PoP 1, sedangkan pada grafik B yang inelastis, ternyata diperlukan devaluasi yang lebih besar, yaitu EoE 1.

Keterangan :1. Kebijakan devaluasi biasanya dalam jangka pendek justru akan memperberat defisit current account.2. Hal ini dapat terjadi karena perubahan kuantitas ekspor dan impor sebagai akibat perubahan harga yang disebabkan oleh devaluasi memerlukan waktu untuk penyesuaian.3. Biasanya dalam waktu singkat justru penerimaan devisa ekspor relative akan lebih cepat menurun karena adanya penyesuaian-penyesuaian harga barang ekspor di dalam negeri sehingga ekspor memjadi tertunda dan diperlukan kontrak baru, sedanngkan pengeluaran devisa untuk impor menurun lebih lambat karena harga barang impor di luar negeri dalam valas tidak akan berubah.4. Biasanya setelah periode tertentu (satu hingga tiga bulan penyesuaian harga ekspor dan impor), kurva J akan mulai menaik dan ini berarti devaluasi akan memperbaiki posisi current account.

BEBERAPA EFEK DEVALUASI1. Efek Jangka Pendeka. Efek kenaikan harga dalam negeri.b. Karena harga naik, maka konsumsi dapat menurun.c. Turunya konsumsi dapat menyebabkan lesunya aktivitas ekonomi yang dapat menjurus kepada deflasi dan akhirnya dapat mengakibatkan resesi ekonomi.d. Terjadinya pergeseran pengeluaran (expenditure switching) dari konsumsi produk luar negeri kepada konsumsi produk dalam negeri.2. Efek Jangka Menengaha. Dapat trerjadi perbaikan posisi BOT dan BOP melalui mekanisme elastisitas permintaan ekspor dan impor sesuai dengan Marshall Lerner condition.b. Dapat terjadi perbaikan posisi BOP melalui mekanisme moneter dengan skema sebagai berikut.

Gambar 6.2Mekanisme Moneter dan Devaluasi

Devaluasi

Ekspor naikHarga DN naik

Demand for money naik

Devisa naik

Impor modal naik

Posisi BOP membaik

3. Efek Jangka PanjangKarena adanya perubahan harga produk dan terjadinya pergeseran pengeluaran konsumen dalam jangka pendek serta adanya peningkatan aliran modal / devisa yang masuk dalam jangka menengah, maka dalam jangka panjang dapat terjadi pergeseran produksi (production switching), baik yang menyangkut tradeable goods maupun nontradeable goods, sehingga akhirnya akan mengubah struktur ekonomi nasional.Debt service ratio (DSR) adalah suatu indicator yang digunakan untuk mengevaluasi posisi keuangan internasional dan mengukur kemampuan suatu Negara untuk membayar pinjaman luar negeridengan menghitung perbandingan antara jumlah cicilan utang pokok (CHP) ditambah dengan bunga (B) yang harus dibayar dibandingkan dengan nilai ekspor total (Xt).DSR biasa ditulis dengan rumus berikut.

Misalnya, DSR Indonesia pada tahun 1996 = 34%. Ini berarti seperti berikut.

Dengan kata lain, untuk setiap ekspor sebesar 100%, maka 34% digunakan untuk membayar cicilan utang pokok + bunga.Berdasarkan rumus DSR di atas, maka dapat disimpulakn senagai berikut.1. Semakin rendah angka DSR suatu Negara berarti semakin baik posisinya karena semakin tinggi kemampuannya untuk membayar utang luar negerinya.2. Sebaliknya, semakin tinggi DSR suatu Negara berarti semakin buruk posisinya karena semakin rendah kemampuannya untuk membayar utang luar negerinya.Untuk dapat memperkecil DSR suatu Negara, maka perlu dilakukan berbagai usaha berikut.1. Meningkatkan ekspor2. Mempercepat pembayaran utang luar negeri, khususnya utang yang berbunga tinggi.3. Mengurangi pinjaman luar negeri.Di samping DSR, indicator lain juga dapat digunakan untuk mengukur debt service capacity (DSC). Debt service to capital inflow (DSCI) menghitung atau membandingkan antara debt service dan jumlah aliran modal masuk dari luar negeri (capital inflow).Beberapa indicator utang Indonesia hingga akhir Juli 1999 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6.2Indikator Utang IndonesiaNoRasioKondisi IndonesiaKondisi Normal

1.2.3.Utang terhadap GDPUtang terhadap EksporDSR147,5 %375,3 %52 %80 %220 %20 %

Jumlah utang Indonesia hingga akhir Juli 1999 akan mencapai USD 180 miliar yang terdiri atas utang lama USD 137 miliar ditambah utang baru USD 43 miliar.

BAB VIISUMBER DAN METODE PEMBIAYAAN INTERNASIONAL

Setiap transaksi ekonomi dan keuangan internasional, terutama yang meliputi perdagangan (ekspor dan impor barang ataupun jasa) dan investasi (ekspor dan impor modal), biasanya selalu diikuti dengan masalah (1) sember dan metode pembiayaan dan (2) system pembayaran internasional.Pada umumnya sumber-sumber pembiayaan dalam transaksi ekonomi internasional terdiri atas sebagai berikut.a. Sumber dana sendiri dari pembeli / importirb. Sumber dana berupa kredit dari penjualan / eksportir c. Sumber dana dari pihak ketiga, terutama dari lembaga keuangan bank dan nonbank.Sumber dana tersebut di atas pada umumnya disalurkan melalui metode pembiayaan berikut. Account receivable financing Bankers acceptances Short term bank loan Counter trade Factoring Forfeiting Leasing

A. ACCOUNT RECEIVABLE FINANCINGAccount receivable financing adalah suatu metode pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada eksportir berdasarkan credit-worthiness yang diberikan oleh eksportir kepada pembeli / importinya.Pembayaran yang dilakukan oleh importer di luar negeri langsung ditransfer ke dalam Account receivable financing. Dalam hal ini importer gagal membayar dalam alas an