budidaya adas

9
1 I. PENDAHULUAN Pengembangan tanaman obat di Indonesia memiliki arti penting dan strategis. Nilai ekonomis tanaman obat, termasuk rimpang-rimpangan, di dalam negeri relatif tinggi dan menunjukkan kecenderungan meningkat dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan obat berbasis bahan baku alami, termasuk semakin maraknya penggalian potensi bahan obat dari tanaman baru, seperti tanaman adas. Adas disamping dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal juga dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri yang menjanjikan yaitu melalui produksi biji. Disamping mengekspor, Indonesia juga mengimpor beberapa jenis minyak atsiri yang sebagian besar dapat dihasilkan di Indonesia. Pada tahun 2007, Indonesia mengekspor minyak atsiri senilai US $ 101,14 juta dan mengimpor minyak atsiri senilai US $ 381,94 juta (Ditjen IKM dalam Gunawan, 2009). Oleh sebab itu pengembangan minyak atsiri Indonesia ditujukan untuk meningkatkan ekspor dan substitusi impor, sehingga dapat menyediakan bahan baku untuk industri dalam negeri yang berarti juga dapat menghemat devisa. Impor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat baik nilai maupun jenisnya. Besarnya nilai impor minyak atsiri serta pesatnya perkembangan usaha industri di dalam negeri memberi petunjuk bahwa potensi pasar di dalam negeri cukup besar dan semakin berkembang. Dengan demikian dari segi kebutuhan dalam negeri saja peluang pengembangan minyak atsiri Indonesia cukup terbuka. Dari segi potensi sumberdaya, bahan tanaman penghasil minyak- minyak atsiri tersebut cukup tersedia dan dapat tumbuh dengan mudah di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan adas yaitu belum dibudidayakan secara khusus dalam skala luas dan kurangnya informasi mengenai teknologi budidaya adas. Selama ini adas hanya ditanam sebagai tanaman sela bahkan sebagai tanaman pagar dengan luasan yang kecil dan tanpa dilakukan pemeliharaan seperti pemupukan dan pemberian air yang teratur. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA ADAS ( Foeniculum vulgare Mill. ) Oleh : Zaki Ismail Fahmi ( Calon PBT BBP2TP Surabaya )

Upload: gulumu

Post on 02-Aug-2015

140 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: Budidaya Adas

1

I. PENDAHULUAN

Pengembangan tanaman obat di Indonesia memiliki arti penting dan strategis.Nilai ekonomis tanaman obat, termasuk rimpang-rimpangan, di dalam negerirelatif tinggi dan menunjukkan kecenderungan meningkat dengan semakintingginya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan obat berbasis bahan bakualami, termasuk semakin maraknya penggalian potensi bahan obat dari tanamanbaru, seperti tanaman adas.

Adas disamping dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal juga dimanfaatkansebagai penghasil minyak atsiri yang menjanjikan yaitu melalui produksi biji.Disamping mengekspor, Indonesia juga mengimpor beberapa jenis minyak atsiriyang sebagian besar dapat dihasilkan di Indonesia. Pada tahun 2007, Indonesiamengekspor minyak atsiri senilai US $ 101,14 juta dan mengimpor minyak atsirisenilai US $ 381,94 juta (Ditjen IKM dalam Gunawan, 2009). Oleh sebab itupengembangan minyak atsiri Indonesia ditujukan untuk meningkatkan ekspordan substitusi impor, sehingga dapat menyediakan bahan baku untuk industridalam negeri yang berarti juga dapat menghemat devisa.

Impor minyak atsiri dari tahun ke tahun terus meningkat baik nilai maupunjenisnya. Besarnya nilai impor minyak atsiri serta pesatnya perkembangan usahaindustri di dalam negeri memberi petunjuk bahwa potensi pasar di dalam negericukup besar dan semakin berkembang. Dengan demikian dari segi kebutuhandalam negeri saja peluang pengembangan minyak atsiri Indonesia cukupterbuka. Dari segi potensi sumberdaya, bahan tanaman penghasil minyak-minyak atsiri tersebut cukup tersedia dan dapat tumbuh dengan mudah diIndonesia.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan adas yaitu belum dibudidayakansecara khusus dalam skala luas dan kurangnya informasi mengenai teknologibudidaya adas. Selama ini adas hanya ditanam sebagai tanaman sela bahkansebagai tanaman pagar dengan luasan yang kecil dan tanpa dilakukanpemeliharaan seperti pemupukan dan pemberian air yang teratur.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

BUDIDAYA ADAS

( Foeniculum vulgare Mill. )

Oleh : Zaki Ismail Fahmi

( Calon PBT BBP2TP Surabaya )

Page 2: Budidaya Adas

2

Melihat kegunaannya yang beragam dan kebutuhan dalam negeri yang belumterpenuhi maka tanaman ini cukup potensial untuk dikembangkan. Untukmendukung pengembangan tanaman adas perlu diketahui informasi tentangtanaman adas mulai dari kegunaan, syarat tumbuh, penanganan benih danteknik budidayanya.

II. TANAMAN ADAS

a) Adas dalam berbagai bahasa

Hades (Sunda); adas londa, adas landi (Jawa); adhas (Madura); adas (Bali);wala wunga (Sumba); das pedas (Aceh); adas pedas (Melayu); adeh, manih(Minangkabau); paapang, paampas (Manado); popoas (Alfuru); denggu-denggu (Gorontalo); papaato (Buol); porotomo (Baree); kumpasi (SangirTalaud); adasa, rempasu (Makasar); adase (Bugis); hsiao hui (China); phongkaree, mellet karee (Thailand); jintan manis (Malaysia); barisaunf, madhurika(India./Pakistan.); fennel, common fennel, sweet fennel, fenkel, spigel(Inggris) (Anonim1, 2009).

b) Botani

Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill.) adalah tanaman herba tahunandari familii Umbelliferae dan genus Foeniculum. Tanaman ini berasal dariEropa Selatan dan daerah Mediterania, yang kemudian menyebar cukup luasdi berbagai negara seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian, dan termasuknegara Indonesia.

1. PerakaranAkar tanaman adas merupakan akar tunggang yang berwarna putih.Perakaran dalam, dapat mencapai 3 meter di bawah permukaan tanah.

2. BatangTanaman dicirikan dengan habitus herba atau perdu tahunan, tinggitanaman dapat mencapai 1 - 2 m dengan percabangan monopodial,batang berlubang, beralur, beruas dan berwarna hijau keputihan. Bilabatang memar mengeluarkan bau wangi.

Tanaman Adas Fase Vegetatif Tanaman Adas Fase Generatif

Page 3: Budidaya Adas

3

3. DaunLetak daun berselang-seling, daun tumbuh sehingga 40 cm panjang,berbentuk pita, dengan segmen terakhir dalam bentuk rambut, kira-kiraselebar 0,5 mm (daun majemuk, menyirip ganda, bentuk jarum, ujung danpangkal runcing, tepi rata berseludang warna putih, seludang berselaput,panjang 30-50 cm, lebar 15-25 cm, panjang pelepah 5-7 cm hijau mudadan hijau).

4. BungaBunga yang dihasilkan di ujung tangkai (ujung batang) adalah bungapayung majemuk yang berdiameter 5 hingga 15cm, panjang gagangbunga 2-5 mm, kelopak bentuk tabung hijau, daun mahkota lima,kuning).Setiap bagian umbel mempunyai 20-50 kuntum bunga kuning yang amatkecil pada pedikel-pedikel yang pendek.

5. BijiBuahnya adalah biji kering dengan panjang 4 - 9 mm (literatur lain 6-10mm), lebar 3-4 mm, masih muda berwarna biru kehijauan setelah tua hijaukecoklatan atau coklat kekuningan sampai sepenuhnya coklat, denganlebar separuh panjangnya, dan mempunyai alur, bentuk lonjong, beraromakuat dan manis. Warna buah berbeda-beda tergantung negara asal. Bijiyang dikeringkan dikenali sebagai biji adas. (Bermawi, et al., 2002).

c) Jenis-Jenis Adas

Berdasarkan literature yang dikeluarkan oleh Perkumpumpulan TanamanHerbal Amerika, genus Foeniculum mempunyai 4 subspesies yaitu :

1. Foeniculum vulgare subsp. vulgare (adas, adas manis, adas liar)

Tanaman berbulu besar dengan batang kokoh tumbuh sampai 2 mtingginya. Daun menyirip, segmen 1-5 cm, berbentuk seperti benangberwarna hijau tua. Gagang bunga diameter 1-2 mm melintang danberwarna kuning cerah. Panjang buah 4 mm, bujur-bulat telur, pipih,berwarna kehijauan atau abu-abu.

2. Foeniculum vulgare subsp. vulgare var. azoricum (adas Florence, adasumbi, finocchio, anis)

Biji Tanaman Adas

Page 4: Budidaya Adas

4

Mirip varietas dulce, tanaman memiliki daun basal lebih pendek yangsangat bengkak pada bagian dasar, membentuk semacam umbi palsuukuran apel besar, sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan.

3. Foeniculum vulgare subsp. vulgare var. dulce (adas manis, adas Roman)

Bentuk tanaman ini jika bibit berasal benih memiliki struktur yang samaseperti Adas liar tetapi buah umumnya lebih besar. Hal ini mudahdibedakan dari Adas liar dimana aroma adas manis var dulce lebih kuatdan dapat dirasakan melalui daun dan buahnya.

4. Foeniculum vulgare subsp. piperitum (adas lada liar)

Carosella (Var. piperatum) merupakan tanaman lebih besar dari adas liaratau manis, dengan seludang daun sangat panjang yang menyelimutitangkai bunga.

Sumber :Anonim2, 2005.

Penelitian mengenai karakterisasi tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill.)dilakukan di Manoko, Jawa Barat. Penelitian bertujuan untuk mengetahuikarakter morfologi dan mutu 2 tipe adas yaitu :

1. Tipe adas asal Cepogo (Jawa Tengah). Tipe Cepogo memiliki rata-ratatinggi tanaman, jumlah batang, jumlah tandan bunga per batang danproduksi buah kering per rumpun yang lebih banyak dibandingkan tipemanoko yaitu berturut-turut 151.67 cm, 51.25, 29.54 cm dan 123.7 gram(data panen tahun ke-2)

2. Tipe asal Manoko (Jawa Barat). Tipe Manoko memiliki jumlah ruas, jumlahindividu bunga per tandan dan diameter tandan bunga yang lebih besardibanding tipe Cepogo yaitu berturut-turut 18.30, 36.59 dan 12.37 cm

Parameter yang diamati meliputi karakter morfologi, agronomi serta mutubuah dan sifat fisika dan kimia minyaknya. Tidak ditemukan perbedaan dalamkarakter morfologi batang, daun, bunga dan buah namun ditemukanperbedaan dalam beberapa karakter agronomi yang diamati (Bermawi, et al.,2002).

d) Kandungan Minyak Atsiri

Penelitian mengenai kandungan minyak atsiri adas di Indonesia menyatakanbiji adas yang berasal dari Boyolali, Cipanas, dan Bintang memilikikandungan minyak yang berbeda-beda. Kandungan minyak tertinggidihasilkan dari biji adas yang berasal dari daerah Bintang yaitu sebesar 6,15%. Bahan dasar dan fraksinasi dalam ketel penyulingan meningkatkankandungan minyak. Namun perlakuan tersebut memberikan efek lebih kecilterhadap karakteristik minyak. Panen tertinggi dari produksi minyak dihasilkansebesar 4,21 % dengan kandungan anethol sebesar 26,17 % (Taurin, et al.,1989).

Page 5: Budidaya Adas

5

Tabel 1. Kadar Minyak Atsiri, Anethol, Fenchone Dan Estragol Pada Beberapa JenisAdas dari Beberapa Lokasi yang Berbeda

Jenis/tempat asalKadar

minyak(g/100 ml) Anethol (%)Fenchone

(%) Estragol (%)

Adas (F. vulgare) Cipanas, JawaBarat

3,83 43,3 33,3 15,3

Adas (F. vulgare) Lembang ,Jawa Barat

3,23 28,3 28,9 16,9

Adas jamu (F. vulgare) JawaTengah

4,39 44,5 16,9 22,7

Adas (F. dulce) dari pedagang 2,23 73,0 2,0 0,96

Anis (Star anis) dari pedagang 13,97 82,8 - 0,96Sumber: Risfaheri dan Makmun (1999) dalam Rusmin dan Melati 2007

Kandungan minyak atsiri yang paling utama dari varietas dulce mengandunganethol (50 - 80%), limonene (5%), fenchone (5%), estragol (methyl-chavicol),safrol, alpha-pinene (0,5%), camphene, beta-pinene, beta-myrcene dan p-cymen. Sebalik-nya varietas vulgare tidak dibudi-dayakan, kadang-kadangmengandung lebih banyak minyak atsiri, tetapi karena dicirikan oleh fenchoneyang pahit (12 - 22%) sehingga harganya lebih murah dari varietas dulce.

Literatur lain menyatakan analisis biji adas menunjukkan kelembaban sebesar6,3%, protein 9,5%, lemak 10%, mineral 13,4%, serat 18,5% dan karbohidrat42,3%. Mineral dan vitamin terdiri dari kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium,tiamin, riboflavin, niacin dan vitamin C. nilai kalori sebesar 370 kal. Hasilminyak (2,5 - 5%) bervariasi menurut varietas dan asal tanaman adas dankonsentrasi tertinggi minyak adas berkisar antara 2 - 7% ditemukan dalambiji. Minyak atsiri adas adalah campuran dari paling tidak satu lusin kimiayang berbeda dan bahan utama adalah: anethole (40 - 70%), fenchone (1 -20%) dan estragole (2 - 9%), senyawa lainnya (pinene, chavicole,dipentena,limenene dll) yang hadir dalam konsentrasi biasanya kurang dari1% ( Kaur dan Aurora, 2010).

e) Syarat Tumbuh

Tanaman adas dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi (10 -1.800 m dari pemukaan laut). Di pulau Jawa adas ditanam pada daerahdengan ketinggian 1.600 - 2.400 m dpl. Adas memerlukan cuaca sejuk dancerah (150C - 200C) untuk menunjang pertumbuhannya, dengan curah hujansekitar 2500 mm/tahun. Adas banyak ditemukan di tepi sungai, danau atautanggul daerah pembuangan. Adas merupakan tanaman khas di palungsungai. Adas akan tumbuh baik pada tanah berlempung, tanah yang cukupsubur dan berdrainase baik, berpasir atau liat berpasir dan berkapur denganpH 6,5 - 8,0 (Rusmin dan Melati, 2007).

Tanaman adas membutuhkan sinar matahari penuh, toleran terhadap kondisitanah yang beragam diantaranya tanah asam, tanah kering dan

Page 6: Budidaya Adas

6

membutuhkan pengaturan drainase yang baik. Derajat keasaman yangdiperlukan yaitu pH 4.8 - 8.2 (Anonim3, 2011).

III. BUDIDAYA TANAMAN ADAS

Bahan Tanaman

Tanaman adas diperbanyak secara generatif dengan benih dan dapatmenggunakan bahan vegetatif yaitu memisahkan anakan. Benih dipanendari buah yang sudah masak dengan kriteria berwarna hijau terang(masak fisiologis). Anakan adas bisa dipisahkan dari rumpun yang telahcukup tua, yang langsung dipindahkan ke lokasi penanaman baru. Benihyang berasal dari anakan akan cepat tumbuh, membentuk rumpun barudan menghasilkan daun serta biji. Kelemahan benih dari pemisahananakan tidak dapat diperoleh dalam jumlah banyak secara masal.Tanaman dari famili Umbelliferrae seperti ketumbar, adas biasanyamempunyai daya berkecambah yang rendah (dibawah 70 %). Untukmeningkatkan persentase berkecambah diperlukan perlakuan (treatment)terhadap benih sebelum ditanam di antaranya perendaman dalam airselama 24 jam, perendaman dalam larutan PEG dan KNO3. Kebutuhanbibit/ha adalah sebanyak 0.5 - 1 kg (disemaikan terlebih dahulu) dan 4 - 6kg apabila ditanam langsung di lapang (Rusmin dan Melati, 2007).

Teknologi Budi Daya

Pengolahan lahan dimulai dari pembersihan lahan dari gulma,pencangkulan dan penggarpuan yang dilanjutkan dengan pembuangansisa-sisa akar tanaman lain. Selanjutnya dilakukan pembuatan lubangtanam dengan jarak tanam yang biasa digunakan yaitu (0,5 - 1) x 1 m,literature lain menyatakan jarak tanam adas sekitar 40 X 60 cm denganpopulasi per hektar 400 rumpun. Lubang tanam yang telah disiapkankemudian diisi dengan pupuk kandang sebanyak lebih kurang 100g/lubang.

Jarak tanam yang lebih lebar menghasilkan tanaman adas lebih tinggi.Senyawa pembungaan per tanaman meningkat dikarenakan jarak antaratanaman meningkat. Hasil biji per tanaman lebih besar dalam jarak yanglebih luas. Di sisi lain, jarak tanam sedang (30 cm) menghasilkan produksibenih yang lebih tinggi dan kandungan minyak per hektar yang lebihtinggi. Penanaman tanaman lebih awal menghasilkan tanaman lebihtinggi, dengan senyawa pembungaan yang lebih tinggi pula. Persentaseminyak tidak terpengaruh, sementara hasil biji yang lebih tinggi danminyak secara signifikan diperoleh (Abdalah et al, 1978).

Penanaman dilakukan pada permulaan musim hujan, dimana setiaplubang tanam ditanam 1 bibit. Adas selain dibudidayakan secaramonokultur juga dapat ditanam di lahan-lahan terbuka yang belumdimanfaatkan, di pematang kebun atau di pinggir jalan (tumpang sari

Page 7: Budidaya Adas

7

dengan tanaman lain). Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangangulma, pemupukan, penyiraman, dan pemberantasan hama dan penyakit.

Penanaman adas sebaiknya tidak berdekatan dengan tanaman kacang-kacangan, jintan, ketumbar, tomat, dan kohlrabi. Hal ini akanmenyebabkan allelopaty antara tanaman adas dengan tanaman-tanamantersebut (Gallaghers, 2011).

Pemupukan tanaman adas perlu mempertimbangkan jumlah hara makroyang terangkut lewat panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkathasil buah kering 600-900 kg/ha/tahun, hara makro N, P, K dan Ca yangterangkut masing-masing adalah 18,31-27,46 kg N, 6,59-9,88 kg P2O5,16,85-25,27 kg K2O dan 9,99-14,99 kg CaO. Untuk pembentukan seluruhbagian vebetatif tanaman dengan bobot panen basah 900 g/tanamandiperlukan masing-masing 56,68 kg N, 11,73 kg P2O5, 63,32 kg K2O dan30 kg CaO/Ha. Tanaman adas sangat respon terhadap pemupukan N, Pdan K. Untuk mendapatkan hasil panen sebesar 113 kg/ha di Indiamembutuhkan 27 kg N, 5 kg P dan 17,5 kg K/ha. Sedangkan di Indonesiauntuk mendapatkan hasil panen basah sebesar 900 g/tanamandibutuhkan 56,68 kg N, 11,73 kg P dan 30 kg CaO/ha. (Rivaled danSudiarto, 1998 dalam Hasanah, 2004).

Pemupukan Nitrogen memberikan hasil yang lebih tinggi dalam produksibunga dan meningkatkan prosentase minyak, hasil panen biji dan hasilminyak sesuai dengan peningkatan dosis (Abdallah, et al., 1978).

Bantain dan Cung (1994) menyatakan bahwa cara pemberian pupuk Ndan pengairan perlu memperhatkan stadia pertumbuhan tanaman.Pengairan diberikan bila evaporimeter menunjukkan defisit 30-40 mm.hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman adas responsiveterhadap perlakuan irigasi. Tanaman adas juga sangat respon denganirigasi. Pemberian irigasi diperhitungkan dengan stadia per-tumbuhantanaman, pengairan di-berikan apabila eoeporimeter menunjukkan defisit30 - 40 mm. Irigasi yang teratur akan meningkatkan hasil dan mutu buah,interval pemberian tergantung pada tipe tanah dan kultivarnya.

Dua jenis mikoriza arbuskular (MA) yaitu jamur Glomus macrocarpum danGlomus fasciculatum meningkatkan secara signifikan dalam pertumbuhandan konsentrasi minyak atsiri Foeniculum vulgare Mill. Namun, inokulasiMA pada tanaman bersama dengan pemupukan fosfor secara signifikanmeningkatkan pertumbuhan, serapan P dan kandungan minyak atsiritanaman dibandingkan dengan salah satu dari komponen diterapkansecara terpisah. Di antara dua inokulan jamur, G. fasciculatummenunjukkan hasil pertumbuhan tertinggi pada kedua tingkat fosfor yangdigunakan dengan nilai sampai 78% dalam peningkatan konsentrasiminyak atsiri dari biji adas atas kontrol (tanpa mikoriza). Karakterisasiminyak atsiri dengan kromatografi gas cair menunjukkan bahwa tingkatanethol nyata ditingkatkan oleh mikoriza(Kapoor, et al., 2004).

Page 8: Budidaya Adas

8

Panen dan pasca panen

Tanaman adas mulai dipanen pada umur 8 bulan setelah tanam yang ditandaidengan warna buah hijau keabu-abuan sampai kehitaman dan cukup kerasapabila dipijit. Jika bibit tanaman berasal dari pemisahan anakan akanmenghasilkan buah yang lebih cepat dibanding dari biji. Buah adasmatangnya tidak serempak, sehingga panennya membutuhkan waktu yangcukup lama (4 bulan) dengan 15 kali pemetikan dalam interval waktu 1 - 2minggu. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik karangan buah yangtelah masak, buah yang masih muda ditinggalkan untuk periode panenberikutnya.

Buah hasil panen dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air mencapai12 - 14%. Buah yang telah dikeringkan kemudian dibersihkan dari kotorantanaman. Pengemasan dilakukan dalam kantong-kantong plastik yang bersihdan disimpan dalam gudang.

Perubahan komposisi kimia minyak adas yang disebabkan oleh perlakuanpenyimpanan dengan analisis GCMS (Gas Chromatography MassSpectrometri), pada minyak adas yang telah disimpan selama 3 bulanmenunjukkan bahwa komponen utamanya yaitu transanethol mengalamioksidasi dan reduksi menjadi p-anisaldehid, anis keton dan senyawa benzilmetilketon. Perubahan komposisi kimia minyak adas tersebut diperkirakankarena pengaruh cahaya dan oksigen yang terdapat di udara. Wadah simpanyang digunakan untuk menyimpan minyak adas tersebut adalah botol yangbening (transparan), yang sebaiknya digunakan botol yang gelap. (Rusmindan Melati, 2007).

IV. PENUTUP Tanaman adas termasuk tanaman yang memiliki tingkat penyebaran yang

tinggi (tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia), dapat tumbuh daridataran rendah sampai dataran tinggi dan berbagai tipe tanah.

Perlunya pengembangan usaha tanaman adas dalam skala lebih luasdikarenakan kebutuhan dalam negeri akan minyak atsiri yang masih besardan peluang ekspor yang masih terbuka lebar.

Tanaman adas memiliki kegunaan yang beragam disamping sebagaitanaman obat, bahan makanan, juga dimanfaatkan sebagai penghasilminyak atsiri yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Pengembangan teknologi budidaya adas masih sangat diperlukan untukmeningkatkan produksi dan kualitas biji adas, hal ini untuk memenuhikebutuhan dalam negeri yang masih tinggi akan minyak atsiri khususnyaadas.

Page 9: Budidaya Adas

9

DAFTAR PUSTAKA

Abdallah N, El-Gengaihi S, Sedrak E, 1978. The Effect Of Fertilizer Treatments On Yield OfSeed And Volatile Oil Of Fennel (Foeniculum vulgare Mill.). Pharmazie 33(9), 607-8

Anonim1, 2009. Manfaat Tanaman Adas “Foeniculum vulgare Mill”. http://e-reunian.blogspot.com/. Diakses tanggal 18 Januari 2011.

Anonim2, 2005. Fennel. http://www.herbsociety.org. Diakses tanggal 18 Januari 2011.

Anonim3. 2011. Fennel.http://www.gardening.cornell.edu/homegardening/scene994c.html.Diakses tanggal 18 Januari 2011.

Bautain, M and B. Chung, 1994. Effect of Irigation and Nitrogen on The Yield Components ofFennel (Foeniculum vulgare Mill.) Ausy J, Exp Agric 34 : 845-849.

Bermawie Nurliani, Nur Ajijah dan Otih Rostiana, 2002. Karakterisasi Morfologi Dan MutuAdas (Foeniculum Vulgare Mill.), Buletin Tanaman Rempah dan Obat,Vol. XIII,No.2.

Galaghers, John. An Herbal Cultivation Guide. http://www.learningherbs.com. Diaksestanggal 18 Januari 2011.

Gunawan, Wien. 2009. Kualitas Dan Nilai Minyak Atsiri, Implikasi Pada PengembanganTurunannya, Seminar Nasional dengan tema: Kimia Bervisi SETS (Science,Environment, Technology, Society) Kontribusi Bagi Kemajuan Pendidikan danIndustri. Semarang, Maret, 21.

Hasanah, Maharani, 2004. Perkembangan Teknologi Budi Daya Adas (Foeniculum vulgareMill.). Jurnal Litbang Pertanian 23 (4).

Kapoor R, Giri B, Mukerji KG, 2004. Improved Growth and Essential Oil Yield and Quality inFoeniculum vulgare Mill On Mycorrhizal Inoculation Supplemented With P-Fertilizer. Bioresour Technol. 93(3), 307-11.

El-Gengaihi S, Abdallah N. (1978) "The Effect of Date of Sowing and Plant Spacing on Yieldof Seed and Volatile Oil of Fennel (Foeniculum vulgare Mill.)." Pharmazie 33(9),605-6.

Kaur Gurinder Jeet dan Daljit Singh Arora, 2010. Bioactive Potential of Anethum graveolens,Foeniculum vulgare and Trachyspermum ammi Belonging to the FamilyUmbelliferae. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 4(2), pp. 087-094.

Rusmin Devi dan Melati, 2007. Adas Tanaman Yang Berpotensi Dikembangkan SebagaiBahan Obat Alami. Warta Puslitbangbun, Vol.13 No. 2.

Taurin E., Rusli S. & Mapiliandari , 1989. Distillation of Fennel Oil. Agris Centre Record. noID930001.