budha dan carvaka

42
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Di India ada Sembilan aliran filsafat yang semuanya memiliki konsep yang berbeda dalam mencapai tujuan akhir. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah kelepasan atau kebahagiaan yang tertinggi. Kesembilan aliran filsafat itu dibagi atas dua kelompok yaitu Astika dan Nastika. Kelompok Astika adalah kelompok filsafat yang mengakui kewenangan atau otoritas dari Veda. Sedangkan kelompok Nastika adalah kelompok filsafat yang tidak mengakui kewenangan atau otoritas Veda. Kelompok Astika sering pula disebut kelompok orthodok dan theis, maka dalam hubungannya dengan agama Hindu kelompok Astika diakui sebagai ajaran filsafat Hindu. Akan tetapi, kelompok Nastika atau yang sering disebut dengan kelompok heterodoks dan atheis karena tidak mengakui kewenangan Veda, maka kelompok ini tidak termasuk kedalam sebutan filsafat Hindu. Kelompok filsafat Nastika ini terdiri dari filsafat Carwaka, Budha dan Jaina. Meskipun tergolong satu kelompok, namun ketiga aliran filsafat ini memiliki pandangan yang berbeda – beda dalam ajarannya, ada yang saling sejalan dan ada pula yang bertentangan. Suatu contoh misalnya filsafat Carwaka dan Budha terdapat pandangan – pandangan yang sejalan antara kedua filsafat ini, yaitu sama – sama atheis dan heterodoks. Akan tetapi juga terdapat ajaran – ajaran yang saling bertentangan antara kedua filsafat ini, yaitu filsafat Carwaka menyatakan bahwa tujuan tertinggi hidup adalah 1

Upload: wow1789

Post on 02-Jul-2015

1.280 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUDHA DAN CARVAKA

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Di India ada Sembilan aliran filsafat yang semuanya memiliki konsep yang berbeda

dalam mencapai tujuan akhir. Tujuan akhir yang ingin dicapai ialah kelepasan atau

kebahagiaan yang tertinggi. Kesembilan aliran filsafat itu dibagi atas dua kelompok yaitu

Astika dan Nastika.

Kelompok Astika adalah kelompok filsafat yang mengakui kewenangan atau otoritas

dari Veda. Sedangkan kelompok Nastika adalah kelompok filsafat yang tidak mengakui

kewenangan atau otoritas Veda. Kelompok Astika sering pula disebut kelompok orthodok

dan theis, maka dalam hubungannya dengan agama Hindu kelompok Astika diakui sebagai

ajaran filsafat Hindu. Akan tetapi, kelompok Nastika atau yang sering disebut dengan

kelompok heterodoks dan atheis karena tidak mengakui kewenangan Veda, maka

kelompok ini tidak termasuk kedalam sebutan filsafat Hindu.

Kelompok filsafat Nastika ini terdiri dari filsafat Carwaka, Budha dan Jaina.

Meskipun tergolong satu kelompok, namun ketiga aliran filsafat ini memiliki pandangan

yang berbeda – beda dalam ajarannya, ada yang saling sejalan dan ada pula yang

bertentangan. Suatu contoh misalnya filsafat Carwaka dan Budha terdapat pandangan –

pandangan yang sejalan antara kedua filsafat ini, yaitu sama – sama atheis dan heterodoks.

Akan tetapi juga terdapat ajaran – ajaran yang saling bertentangan antara kedua filsafat ini,

yaitu filsafat Carwaka menyatakan bahwa tujuan tertinggi hidup adalah kenikmatan

indrawi atau dapat dikatakan bersifat materialistis. Sedangkan filsafat Budha justru

sebaliknya, yaitu menyatakan bahwa tujuan tertinggi hidup adalah lepas dari penderitaan

(dukkha) sehingga dapat mencapai Nirvana atau kelepasan. Filsafat Budha melepaskan diri

dari keterikatan atau hal – hal yang berbau materi.

Melihat adanya perbedaan dan persamaan antara ajaran yang terdapat didalam filsafat

Carwaka dan Budha, maka dirasa perlu untuk mencari atau mengkaji perbandingan antara

filsafat Carwaka dan Budha, agar lebih mudah dipahami dan nantinya bermanfaat oleh

semua pihak didalam menjalani kehidupan sehari – hari, karena kita harus pintar didalam

memilih ajaran dari filsafat mana yang perlu untuk dijadikan pedoman didalam menjalani

kehidupan agar nantinya kehidupan yang bahagia secara kekal bisa kita dapatkan.

1

Page 2: BUDHA DAN CARVAKA

2. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tadi,maka kami dapat merumuskan beberapa permasalahan terkait

dengan judul paper ini yaitu “ Perbandingan antara Filsafat Budha dengan Filsafat

Carvaka“. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian Filsafat secara umum?

2. Bagaimanakah ajaran- ajaran yang terkandung didalam Filsafat Budha ?

3. Bagaimanakah ajaran – ajaran yang terkandung didalam Filsafat Carwaka ?

4. Bagaimana perbandingan antara Filsafat Budha dengan Filsafat Carwaka ?

3. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan penulisan paper ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat secara umum.

2. Untuk mengetahui ajaran – ajaran yang terkandung didalam Filsafat Budha.

3. Untuk mengetahui ajaran – ajaran yang terkandung didalam Filsafat Carwaka.

4. Untuk mengetahui perbandingan antara Filsafat Budha dengan Filsafat Carwaka.

5. Untuk menyelesaikan atau memenuhi tugas dari mata kuliah Darsana III.

6. Melatih kemampuan dalam membuat karya ilmiah yang berupa paper.

2

Page 3: BUDHA DAN CARVAKA

4. PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Filsafat

Secara etimologi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani ”philosophia”, Philia

artinya cinta dan Sophia artinya ilmu atau kebijaksanaan,  hikmah, kepandaian ilmu.

Filsafat atau philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada ilmu..

Seiring perkembangan zaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti

”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis, “philosophy”

dalam bahasa Inggris, “philosophia” dalam bahasa Latin, dan “falsafah” dalam bahasa

Arab.

Karena luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka banyak di antara para

filsafat memberikan definisinya secara berbeda-beda. Berikut adalah pengertian filsafat

dari beberapa ahli :

Menurut Plato ( 428 -348 SM ), Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala

yang ada.

Menurut Aristoteles ( (384 – 322 SM), ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran

yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,

politik, dan estetika. ( I Ketut Madja, 2010 : 5 )

Lewis White Beck mendifinisikan filsafat sebagai suatu usaha untuk memikirkan hal-

hal sampai tuntas ( a persistent attempt to think things through ). (I Ketut Madja, 2010

: 4).

Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43SM) , mengemukakan bahwa ilsafat adalah

pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

Dr. M. J. Langeveld, mengungkapkan Pengertian Filsafat sebagai  ilmu kesatuan yang

terdiri atas tiga lingkungan masalah, ” lingkungan masalah keadaan (metafisika

manusia, alam dan seterusnya)’’, ” lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran,

teori pengetahuan, logika)’’, ” lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika

yang bernilai berdasarkan religi)’’ . (pakguruonline.pendidikan.net)

Menurut Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ), filsafat adalah ilmu dari ilmu-ilmu ,

yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang

atau jenis kenyataan. Filsafat mengkaji seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari

kebenaran dari seluruh kenyataan. (pakguruonline.pendidikan.net)

3

Page 4: BUDHA DAN CARVAKA

Menurut Sidi Gazalba, Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk

kebenaran , tentang segala sesuatu yang dimasalahkan, dengan berpikir radikal,

sistematik dan universal. (pakguruonline.pendidikan.net)

Menurut Prof. Dr. Ismaun, M.Pd , Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan

manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis

sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan

menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan dan kearifan atau kebenaran yang

sejati). (blogspot.com)

Menurut E. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat,

mengatakan, filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup

di dalamnya empat persoalan, yaitu, ” apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh

metafisika) ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh etika) ” sampai di

manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi). (blogspot.com)

Menurut F. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI, menyimpulkan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal. (wordpress.com)

Menurut Notonegoro, Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut

intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

(wordpress.com)

Selain itu masih banyak pengertian filsafat- filsafat lainnya seperti berikut :

Filsafat merupakan pengetahuan dari segala sesuatu, tentang sebab yang sedalam-

dalamnya, tercapai dengan budi.

Filsafat adalah ‘ilmu istimewa’ yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak

dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di luar

jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami atau

mendalami secara radikal dan integral serta sistematis hakekat sarwa yang ada, yaitu:

” hakekat Tuhan, ” hakekat alam semesta, dan ” hakekat manusia, serta sikap manusia

sebagai konsekuensi dari paham tersebut. Perlu ditambah bahwa definisi-definisi itu

sebenarnya tidak bertentangan, hanya cara mengesahkannya saja yang berbeda.

4

Page 5: BUDHA DAN CARVAKA

Dari beberapa definisi di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu

yang mengkaji tentang suatu hal secara mendetail atau mendalam dan juga sistematis

untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki.

Ada banyak jenis filsafat yang kita kenal namun dalam hal ini yang akan dibahas

lebih mendetail dalam makalah ini adalah tentang filsafat India khususnya filsafat

carvaka dan filsafat budha. Filsafat India tidak mengajarkan seseorang untuk menguasai

alam, tetapi untuk berteman dengannya. Filsafat India mendidik seseorang agar

mempunyai kearifan lokal dalam menelaah permasalahan hidup. Filsafat India berpangkal

pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni

antara individu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia tidak dialami

sebagai tempat keterasingan, sebagai penjara. Seseorang di India harus belajar bahwa ia

karib dengan semua benda, dengan dunia sekelilingnya, bahwa ia harus menyambut air

yang mengalir dalam sungai, tanah subur yang memberi makanan, dan matahari yang

terbit.

Filsafat adalah intisari dari agama, yang menyatakan prinsip – prinsip dasar atau

ajaran – ajaran yang fundamental, tujuan dan cara pencapainnya ( Sri Swami Sivananda,

2003 : 158 ).

Filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan merupakan satu bagian integral

dari agama. Filsafat juga merupakan pencarian rasional kedalam sifat Kebenaran atau

Realitas, yang juga memberikan pemecahan yang jelas dalam mengemukakan

permasalahan – permasalahan yang lembut dari kehidupan ini, dimana ia juga

menunjukkan jalan untuk mendapatkan pembebasan abadi dari penderitaan akibat

kelahiran dan kematian.

Filsafat bermula dari keperluan praktis umat manusia yang menginginkan untuk

mengetahui masalah – masalah transendental ketika ia berada dalam perenungan tentang

hakekat kehidupan itu sendiri. Ada dorongan dalam dirinya untuk mengetahui rahasia

kematian, rahasia kekekalan, sifat dari jiva ( roh, sang pencipta alam semesta ini. Dalam

hal ini filsafat dapat membantu untuk mengetahui semua permasalahan ini, karena filsafat

merupakan ekspresi diri dari pertumbuhan jiwa manusia, sedangkan para filsuf merupakan

wujud lahiriahnya (I Wayan Maswinara,1998 :1- 2).

5

Page 6: BUDHA DAN CARVAKA

Istilah filsafat untuk pertama kalinya dipakai oleh Phytagoras (582 -496 SM),

dimana dalam bahasa Yunani, Philosophia artinya cinta kebijaksanaan, dan dalam

kepustakaan Veda dikenal dengan nama Darsana ( I Wayan Maswinara 1998 : 2).

4.2 Filsafat Budha

Pada mulanya kata Budha diberikan kepada Sidharta yang karena

kesempurnaannya. Namun kemudian kata Budha dipakai untuk menyatakan ajarannya

atau aliran filsafatnya. Dan dalam perkembangan selanjutnya ajaran Budha berkembang

menjadi suatu agama yang dianut oleh jutaan umat manusia didunia. Oleh karena itulah

maka sebutan Budha dipakai untuk menyatakan Sidharta sebagai tokoh filsafat, agama dan

sekaligus untuk menyatakan ajarannya itu sendiri ( I Gede Sura, 1984 : 105 ).

Kata Budha berasal dari akar kata “Budh” atau “ sadar”, menunjuk pada

seseorang yang telah sadar akan Kebenaran Sejati, adalah gelar yang diberikan kepada

Gautama Sakyamuni, yang mengajarkan doktrin – doktrin agama Budha ( Yayasan

Penerbit Karaniya, 1995 : 37 ). Untuk lebih memahami tentang filsafat Budha, maka akan

dibahas beberapa hal dibawah ini yaitu :

1. Riwayat Hidup Budha Gautama

Pangeran Sidharta dilahirkan sekitar 2500 – 2600 tahun yang lalu, dan umumnya

dianggap pada tahun 563 SM, atau kira – kira pada saat yang sama ketika orang

Babylon menangkapi bangsa Yahudi ( jaman Nebukadnezar ). Orang tua Beliau adalah

Raja Suddhodana dari suku Sakya ( daerah kekuasaan Sakya terletak pada perbatasan

Nepal sekarang ) dan Ratu Mahamaya. Secara singkat, kejadian – kejadian penting

dalam kehidupannya adalah sebagai berikut :

Ketika Mahamaya mengetahui bahwa saat melahirkan hamper tiba, ia pergi ke

Devadaha ( tempat tinggal ayahnya, dekat Kapilavastu, ibukota kerajaan Sakya ) dan

calon Budha itupun dilahirkan di Taman Lumbini. Bayi itu diberi nama Sidharta yang

artinya Pencapaian Sempurna. Gautama adalah nama keluarganya, dan Sakyamuni

atau “ Yang Suci dari Sakya “ adalah gelar yang diberikan kepadanya setelah mencapai

Penerangan Sempurna.

Beliau kemudian diramalkan akan menjadi seorang penguasa dunia atau akan

menjadi orang suci dan guru agung spiritual. Secara wajar, ayah Beliau mengharapkan

6

Page 7: BUDHA DAN CARVAKA

agar yang terjadi pada anaknya adalah ramalan yang pertama, yaitu menjadi penguasa

dunia.

Singkat cerita, diceritakan bahwa pangeran menjadi bosan oleh kesenangan dalam

kehidupan istana yang tiada henti – hentinya, yang sengaja diadakan oleh ayahnya

untuk memisahkannya dengan kehidupan nyata yang menyedihkan di luar tembok

istana. Tujuannya adalah menjadikan Sang Pangeran sebagai pewaris takhta seperti

yang diinginkan oleh ayahanda raja.

Dalam perjalanannya keluar istana, Pangeran untuk pertama kalinya melihat

kesedihan, derita sakit, dan kematian, yang terdapat dalam dunia di luar istana.

Akhirnya Beliau meninggalkan segala miliknya pada usia dua puluh sembilan tahun

dan diam – diam mengucapkan selamat tinggal kepada isteri dan anaknya ketika

mereka tertidur. Beliau pergi ke hutan untuk menemukan Penerangan Sempurna dan

penangkal kesedihan dunia.

Dan akhirnya ketika bermeditasi dibawah pohon Bodhi di Bodhgaya (India

Utara), Pangeran mencapai Penerangan Sempurna setelah enam tahun mencari – cari

tanpa hasil dengan penyiksaan diri yang tak berguna. Maka Beliaupun menjadi Budha,

Yang Sadar Sepenuhnya, dan ajaran- Nya bertahan selama lebih dari dua puluh lima

abad hingga kini dengan jumlah pengikut yang tak terhitung.

Sang Budha mengajarkan Dharma selama empat puluh lima tahun. Beliau wafat

dan mencapai parinirvana di Kusinagara pada tahun 483 SM (dalam usia delapan

puluh tahun ), setelah membawakan perdamaian dan Penerangan Sempurna kepada

semua orang yang sungguh – sungguh mengikuti –Nya.Pada saat menjelang wafat,

murid – murid bahkan binatang – binatang di hutan berkumpul mengelilingi-Nya

(Yayasan Penerbit Karaniya,1995 : 39 – 41 ).

2. Ajaran Budha

Secara keseluruhan filsafat Budha menguraikan dua hal pokok yaitu keadaan di

alam fana dan keadaan di alam akhirat. Yang mana kedua alam itu akan selalu dialami

oleh manusia ( tabiat manusia ).

a. Dharma ( Dhamma )

Dharma adalah doktrin ( ajaran pokok ) Budha. Inti ajaran pokok Budha

disebut Aryasatyani ( Catvari Aryasatyani ) yaitu Empat Kebenaran yang Mulia

yang diajarkan pertama kali oleh Budha di Banares ( I Gede Sura, 1984 : 111).

7

Page 8: BUDHA DAN CARVAKA

Empat Kebenaran Mulia atau Empat Kebenaran Utama inilah isi dari penerangan

yang diterima Gautama ketika bersemedi di bawah pohon Bodhi.

Cattari Ariya Saccani terdiri dari tiga kata yaitu Cattari artinya empat, Ariya

artinya Mulia, sedangkan Saccani artinya Kebenaran atau Kesunyataan. Jadi

Cattari Ariya Saccani artinya Empat Kebenaran Mulia ( Tim Penyusun, 1999 : 5).

Empat Kebenaran Mulia atau Cattari Ariya Saccani ( Catur Arya Satyani ) terdiri

dari Kebenaran Mulia tentang :

a. Dukkha Ariyasacca ( Kebenaran Mulia tentang Dukha )

Kata dukkha berasal dari akar kata “ du” artinya tak menyenangkan,

sulit dipertahankan, sulit dipikul, dan “ kha “ yang artinya kosong. Dengan

demikian secara harfiah , dukkha artinya sesuatu kosong dan tidak

menyenangkan atau sulit dipertahankan. Tetapi banyak penulis Buddhis yang

menerjemahkan “dukkha “ sebagai penderitaan, sehingga banyak orang

berpendapat bahwa ajaran Budha adalah ajaran yang pesimis (Tim Penyusun,

1999 : 11). Padahal kata dukkha mempunyai pengertian filosofis yang

mendalam dan mencakup bidang yang amat luas. Karena segala sesuatu itu

tidak kekal, maka segala sesuatu itu dukkha. Jadi dukkha yang dimaksud dalam

hal ini adalah kelahiran, usia tua, kesakitan, keluh kesah, ratap tangis,

kesedihan, putus asa, berpisah dengan yang dicintai, berkumpul dengan yang

tidak disenangi, dan tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha.

Dukkha adalah kebenaran yang tak dapat dibantah. Inilah fakta kehidupan.

Namun walaupun hidup ini diliputi dengan penderitaan, bukan berarti

kebahagiaan tidak pernah kita alami. Kebahagiaan tetap dapat kita nikmati.

Namun kebahagiaan – kebahagiaan itu terjadinya dengan berbagai macam

syarat, selalu berubah – ubah dan tidak kekal. Kebahagiaan yang tidak dapat

dipertahankan seperti ini, karena pasti akan berubah digolongkan kedalam

dukkha . Dukkha bukan berarti merupakan penderitaan dalam arti kata umum,

akan tetapi segala sesuatu yang tidak kekal adalah dukkha.

b. Dukkhasamudaya Ariyasacca ( Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukha)

Kesunyataan mulia tentang sebab munculnya dukkha ( dukkha

samudaya ariyasacca ) didefinisikan sebagai dukkha disebabkan oleh Tanha

(kehausan atau nafsu keinginan yang tak habis – habisnya yang menghasilkan

8

Page 9: BUDHA DAN CARVAKA

kelangsungan kembali atau kelahiran berulang – ulang kali ( Tim Penyusun,

1999 : 22 ). Kecendrungan Tanha adalah menginginkan sesuatu, setelah

sesuatu ini didapat, maka keinginan baru muncul. Bilamana keinginan baru ini

telah dipenuhi, selanjutnya keinginan lain muncul lagi. Begitu seterusnya,

keinginan kita bermunculan. Tanha dikatakan dapat mengakibatkan kelahiran

berulang – ulang karena pada dasarnya kita berusaha untuk memuaskan

kehausan atau keinginan kita, maka banyak sekali kita melakukan perbuatan

baik atau perbuatan buruk. Karena adanya karma kita, maka kita mendapatkan

akibatnya atau buahnya. Ketika kita menerima akibat atau buah dari karma itu,

kita pun melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk baru.

Bilamana kita tidak berusaha dan tidak berhasil menghentikan dukkha

dalam hidup ini, ini berarti bahwa arus karma akan berlangsung terus. Sehingga

ketika kita meninggal dunia, ini bukan berarti proses kehidupan kita telah

terhenti. Kematian hanya merupakan titik awal dari kelahiran kembali.

Macam - macam Tanha ( kehausan atau nafsu keinginan yang tak

habis – habisnya ) dibagi menjadi tiga yaitu :

1) Kama Tanha

Kama Tanha berasal dari kata ‘kama’ artinya nafsu indera. Sedangkan

tanha artinya keinginan. Jadi Kama Tanha adalah keinginan nafsu indera

atau kehausan pemuasan keinginan nafsu indera. Hal ini terjadi karena

keinginan kita yang tak pernah berhenti untuk memuaskan nafsu melalui

semua indera – indera kita, yaitu mata untuk melihat yang indah, cantik,

ganteng, menarik, menyenangkan atau pergi melihat tontonan – tontonan.

Telinga untuk mendengarkan suara atau bunyi – bunyian yang

menyenangkan, merdu, atau mendengar musik. Hidung untuk membaui

aroma yang harum dan semua bau yang disukai, seperti wangi – wangian.

Lidah untuk mengecap segala makanan dan minuman yang rasanya enak,

sesuai dengan selera. Tubuh ( permukaan badan ) untuk merasakan

sentuhan – sentuhan yang menyenangkan, seperti belaian, usapan. Pikiran

untuk memikirkan ide – ide yang menyenangkan, seperti menghayal,

membayangkan impian, cita – cita, atau ide apapun yang disukai ( Tim

Penyusun, 1999 : 30 ).

Pemuasan nafsu indera inilah yang mengikat atau membelenggu

manusia untuk selalu berusaha memenuhinya dengan cara melakukan

9

Page 10: BUDHA DAN CARVAKA

perbuatan – perbuatan apa saja demi keberhasilan. Perbuatan – perbuatan

ini sebagai karma – karma yang akan menyebabkan pahala maupun akibat

tidak menyenangkan. Karma – karma ini bila belum berhasil pada

kehidupan sekarang akan menyebabkan kelangsungan kehidupan pada

kelahiran yang akan datang dan pada kehidupan yang akan datang kita akan

berbuat lagi sehingga proses berlanjut terus hingga pada kehidupan –

kehidupan yang akan datang pula.

2) Bhava Tanha

Bhava Tanha berasal dari kata ‘ bhava’ yang artinya menjadi dan

‘tanha’ artinya keinginan. Jadi Bhava Tanha adalah keinginan untuk

menjadi atau hidup. Keinginan ini didasarkan pada pandangan tentang

adanya jiwa yang kekal, dengan pengertian bahwa setelah kita mati akan

terlahir kembali dengan jiwa yang sama. Jiwa ini akan tetap ada selamanya.

Pandangan ini disebut sebagai pandangan kekekalan ( Attavada ). Bhava

Tanha berkaitan erat dengan Kama Tanha ( Tim Penyusun, 1999 : 31 ).

3) Vibhava Tanha

Vibhava Tanha berasal dari kata ‘ Vibhava ‘ yang artinya tidak

menjadi dan ‘ Tanha ‘ artinya keinginan. Jadi Vibhava Tanha adalah

keinginan untuk tidak menjadi atau tidak hidup lagi. Dengan kata lain

Vibhava Tanha adalah keinginan untuk memusnahkan diri ( Tim Penyusun,

1999 : 32 ).

Keinginan ini muncul karena seseorang selalu menderita dalam

hidupnya. Ia melihat kehidupan ini dengan pandangan pesimis, karena yang

dialaminya semua membuat ia kecewa, putus asa, kesakitan, tidak puas dan

menderita. Juga ia berpendapat bahwa semua masalah dapat diselesaikan

dengan kematian.

Hal tersebut pada dasarnya bertentangan dengan ajaran Budha

Dharma. Dalam menghadapi penderitaan, kesabaran dan meditasi akan

sangat menolong. Sedangkan usaha memperpendek hidup sebenarnya tidak

mengakhiri penderitaan, karena kehidupan masih akan berlanjut dalam

bentuk lain pada kelahiran – kelahiran mendatang.

10

Page 11: BUDHA DAN CARVAKA

Kemudian muncul dan berkembangnya Tanha karena kesalahan kita

sendiri, yaitu karena kita dikuasai oleh kebodohan ( Avijja atau Avidya ). Jadi

dasar dari perlangsungan hidup ini adalah avidya.

Avidya berarti ketidaktahuan atau kegelapan bathin. Dalam

Paticcasamuppada, avidya merupakan pangkal dari kelahiran kembali.

Ketidaktahuan atau kegelapan bathin yang menyebabkan kita tidak dapat

melihat kebenaran hakiki yang sesuai dengan kesunyataan. Karena keadaan kita

seperti itu, maka akibatnya kita selalu berada didalam lingkaran roda samsara

atau lingkarang kehidupan – kematian yang terus menerus tanpa putus. Pada

dasarnya hamper semua kehidupan kita diliputi oleh Tanha, sedangkan yang

mendasari Tanha adalah Avidya ( Tim Penyusun, 1999 : 29 ).

Dalam Dhammasangani 1061, yang dimaksudkan dengan avidya

adalah :

1) Ketidaktahuan mengenai penderitaan.

2) Ketidaktahuan mengenai sebab penderitaan.

3) Ketidaktahuan mengenai akhir penderitaan.

4) Ketidaktahuan mengenai jalan yang menuju pada akhir penderitaan.

5) Ketidaktahuan mengenai masa lampau.

6) Ketidaktahuan mengenai masa yang akan datang.

7) Ketidaktahuan mengenai masa lampau dan yang akan datang.

8) Ketidaktahuan mengenai Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan.

Jadi, Kesunyataan Mulia tentang sebab munculnya dukkha disebabkan

oleh Tanha, kemudian muncul dan berkembangnya Tanha ini terjadi karena

kita dikuasai oleh kebodohan (avidya ). Selain itu juga dipengaruhi oleh Moha.

Moha berarti kebodohan, kegelapan, atau kurang pengertian. Moha

disebut juga sebagai avidya ( ketidaktahuan ), annana ( tidak berpengetahuan ),

adassana ( tidak melihat ). Moha adalah kesadaran yang berakar atau diliputi

kebodohan, kegelapan, ketidaktahuan, atau kesadaran yang tidak mampu untuk

mengetahui sesuatu dengan sewajarnya. Sebab yang menimbulkan moha

adalah mempertimbangkan sesuatu itu dengan tidak sewajarnya, atau

mempertimbangkan sesuatu itu tidak secara rinci sehingga tidak dapat mengerti

suatu keadaan sebagaimana apa adanya (fakta). Moha adalah kebodohan atau

ketidaktahuan untuk membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang

benar dan apa yang salah.

11

Page 12: BUDHA DAN CARVAKA

Disisi lain, ada wujud penderitaan yang disebabkan oleh kehausan

atau keinginan yang disebut dengan Penderitaan Rantai Bermata Dua Belas

(Pratitya Samutpada atau Paticcasamuppada ) yang terdiri dari :

1) Janamarana ( umur tua dan mati ) disebabkan karena jati.

2) Jati (lahir kembali) disebabkan karena bhawa.

3) Bhawa (keadaan hidup yang lampau) disebabkan karena upadana.

4) Upadana (kelekatan) disebabkan oleh Tanha.

5) Tanha (kehausan) disebabkan oleh wedana.

6) Wedana (emosi) rasa atau renjana disebabkan oleh phassa.

7) Phassa (sentuhan atau kesan pengamatan) disebabkan oleh ayatana.

8) Ayatana (indria dengan sasarannya) disebabkan karena nama- rupa.

9) Nama – rupa ( rokh dan benda) disebabkan oleh winnana.

10) Winnana (kesadaran ) disebabkan oleh karma.

11) Sankhara (karma) bergantung kepada avijja (ketidaktahuan), ( I Gede Sura,

1984 :112 – 113).

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa rantai sebab akibat

penderitaan berpangkal atau bersumber pada Avijja (avidya) yaitu

ketidaktahuan.

Ketidaktahuan dalam hal ini adalah ketidaktahuan yang kosmis yakni

ketidaktahuan tentang hakekat kebenaran alam ini yang meliputi :

a. Alam semesta ini penuh penderitaan (dukkha).

b. Alam semesta ini fana (anicca), alam ini fana dalam arti bahwa tiada

sesuatu yang kekal kecuali pergantian dan aliran sumber hidup (tenaga

hidup yang kekal). Keadaan makhluk di dunia termasuk alamnya tidak

kekal. Ibarat nyala api yang senantiasa memancarkan sinarnya bukanlah

statis, melainkan nyala api yang terlihat itu adalah rangkaian dari nyala api

yang selalu berganti. Jadi pergantianlah yang selalu ada (kekal).

c. Tiada jiwa di alam ini, di alam semesta ini tiadalah sesuatu jiwa makhluk

khususnya manusia tidak berjiwa melainkan manusia itu terdiri dari dua

unsur yaitu :

1. Nama yaitu tabiat manusianya sebagai unsure rokhani yang meliputi

kesdaran, hati, dan budhi.

12

Page 13: BUDHA DAN CARVAKA

2. Rupa merupakan unsur lahiriah yang tampak pada manusia terdiri dari

empat unsur pokok yakni : angin, api, air dan bumi.

Atau dapat pula dikatakan bahwa manusia itu terdiri dari lima unsur

( Panca Khanda) yaitu :

1. Rupa yaitu tubuh atau badan kasar.

2. Wedana yaitu perasaan.

3. Samjna yaitu pengamatan.

4. Samskara yaitu unsur yang kompleks yang dapat menyusun hasil

pengamatan.

5. Wijnana yaitu kesadaran.

Atas dasar uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wedana,

samjna, samkara, dan wijnana termasuk unsur nama.

c. Dukkhanirodha Ariyasacca ( Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Dukha )

Untuk melenyapkan dukkha secara total, kita harus menyingkirkan

akar dukkha yaitu Tanha. Maksudnya bahwa penderitaan atau kesengsaraan itu

dapat dihilangkan dengan jalan menghapuskan nafsu keinginan secara

sempurna dan bukan sekedar mengendalikan melainkan keinginan itu

dipisahkan dari diri sendiri. Jadi bila manusia bebas dari keinginan maka

lenyaplah pula derita itu,

Dukkha disebabkan oleh tanha dan tanha akan terhenti oleh panna

(kebijaksanaan). Tanha dan panna kedua – duanya terdapat di dalam Lima

Khanda (Tim Penyusun, 1999 : 40). Jadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa

bibit atau kekuatan yang menimbulkan dan yang kemudian hal tersebut juga

dapat menghentikannya, kedua – duanya ada didalam Lima Khanda (makhluk).

Lenyapnya dukkha disebut Nirvana (Nibbana). Berhentinya perputaran roda

kehidupan atau kelahiran berulang – ulang berarti dukkha lenyap.

d. Dukkhanirodha Gamini Patipada Ariyasacca (Kebenaran Mulia tentang

Cara atau Jalan Melenyapkan Dukha)

Kesunyataan yang keempat ini dikenal sebagai Ariya Magga, yaitu

jalan untuk mencapai keariyaan dan menjadi ariya punggala (makhluk suci).

Selain dikenal sebagai Ariya Magga, jalan ini juga dikenal sebagai “ Jalan

13

Page 14: BUDHA DAN CARVAKA

Tengah” karena dalam mempraktikan Budha Dharma, Sang Budha

menasehatkan kepada para siswa – Nya untuk mengikuti Jalan Tengah dan

menghindarkan diri dari dua cara ekstrim dan salah yaitu :

1) Mencari kebahagiaan dengan menuruti atau memuaskan nafsu – nafsu

indera.

2) Mencari kebahagiaan dengan menyiksa diri.

Jalan Tengah ini dikenal sebagai Ariya Atthangika Magga (Jalan Ariya

“ Utama atau Mulia” Berunsur Delapan) yaitu sebuah jalan yang terdiri dari

delapan hal yaitu :

1) Samma Ditthi (pandangan benar)

Pandangan benar adalah pengetahuan benar tentang Empat

Kesunyataan Mulia, yaitu pengetahuan benar tentang dukkha, sebab

munculnya dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan melenyapkan dukkha.

2) Samma Sankappa (pikiran benar)

Pikiran benar adalah :

a. Pikiran yang bebas dari keserakahan dan nafsu – nafsu indera, serta

bertujuan untuk terbebas dari lingkaran kelahiran kembali.

b. Pikiran yang bebas dari kebencian dan selalu berpikir untuk

membahagiakan makhluk lain.

c. Pikiran yang bebas dari keinginan untuk mencelakai makhluk lain dan

selalu mengembangkan cinta kasih terhadap makhluk lain.

3) Samma Vacca (ucapan benar)

Ucapan benar adalah ungkapan kata – kata yang benar, beralasan,

berfaedah dan tepat pada waktunya. Dengan kata lain Ucapan benar adalah

bebas dari kata – kata dusta, fitnah, mengadu domba, makian atau kata –

kata kasar dan omong kosong.

4) Samma Kammanta (perbuatan benar)

Perbuatan benar adalah perbuatan – perbuatan yang berguna dan

bermanfaat bagi pembuat dan orang lain, misalnya dengan menolong orang

lain dengan bentuk materi maupun moral atau dengan kata lain berusaha

membahagiakan orang lain. Pantang membunuh, mencuri, berzinah, dan

pantang minum – minuman yang mengakibatkan berkurangnya

kewaspadaan adalah perbuatan benar.

14

Page 15: BUDHA DAN CARVAKA

5) Samma Ajiva (penghidupan benar)

Mata pencaharian atau pekerjaan merupakan hal yang sangat penting

bagi manusia, karena tanpa pekerjaan kita akan mengalami kesulitan dalam

hidup ini. Kita memiliki akal dan kebijaksanaan, dengan kebijaksanaan kita

dapat mengembangkan kemampuan, memperbaiki, membuat sesuatu atau

memilih pekerjaan yang kita inginkan. Memilih pekerjaan yang akan kita

kerjakan adalah penting sekali sebab bila kita salah memilih pekerjaan, kita

akan merasa selalu tidak puas dan menderita.

6) Samma Vayama (usaha benar)

Usaha benar atau semangat untuk maju adalah dasar kemajuan dan

ketenangan. Bagi orang yang selalu sibuk dan bersemangat dalam

pekerjaannya, maka pikirannya selalu dipenuhi dengan pikiran – pikiran

yang berguna. Dengan demikian bagi orang seperti itu, keragu – raguan,

kekhawatiran serta ketakutan tidak ada tempat dalam pikirannya, karena

tidak mungkin dua hal dapat menempati tempat yang sama pada waktu

yang sama, begitu pula sesuatu tidak dapat menempati tempat yang berbeda

pada waktu yang sama, begitu pula tidak akan muncul sekaligus dua pikiran

berbeda dari otak kita.

Dalam Sutta, Usaha Benar diuraikan sebagai berikut :

a) Usaha untuk tidak memunculkan atau membangkitkan pikiran – pikiran

buruk yang belum muncul.

b) Usaha untuk melenyapkan pikiran – pikiran buruk yang telah muncul.

c) Usaha untuk memunculkan atau membangkitkan pikiran – pikiran baik

yang belum muncul.

d) Usaha untuk mengembangkan pikiran – pikiran baik yang telah muncul

agar menjadi kenyataan ( Tim Penyusun,1999 :54 – 55).

7) Samma Sati (perhatian benar)

Ada empat cara perhatian benar yaitu :

a. Kayanupassana satipatthana : perhatian yang didasarkan pada

perenungan terhadap tubuh, misalnya memperhatikan pada pernafasan

(Anapanasati) yaitu perhatian yang ditujukan pada masuk dan

keluarnya nafas.

15

Page 16: BUDHA DAN CARVAKA

b. Vedananupassana satipatthana : perhatian yang disadarkan pada

perenungan terhadap perasaan – perasaan tidak menyenangkan dan

perasaan – perasaan yang menyenangkan yang muncul.

c. Cittanupassana satipatthana : perhatian yang didasarkan pada

perenungan terhadap kesadaran, misalnya memperhatikan kesadaran –

kesadaran yang muncul dan diliputi oleh nafsu, ketidaksenangan atau

marah.

d. Dhammanupassana satipatthana : perhatian yang didasarkan pada

perenungan terhadap objek – objek pikiran, misalnya keinginan untuk

memuaskan nafsu – nafsu indera atau ide apa saja yang muncul.

Empat cara perhatian benar merupakan suatu kesatuan dari perhatian,

bagaikan seekor sapi dengan empat kakinya,empat kakinya adalah empat

cara perhatian benar, sedangkan tubuhnya adalah perhatian itu sendiri (Tim

Penyusun,1999 :56). Untuk mempermudah pelaksanaan, empat cara

perhatian benar tersebut harus dilaksanakan secara berurutan, yaitu mulai

dari cara pertama dan seterusnya secara berurutan.

Tujuan dari perhatian benar ini untuk memperhatikan proses

munculnya dan lenyapnya setiap keadaan, dengan demikian seseorang akan

menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang bersyarat atau berkondisi adalah

kekal, ketidakkekalan ini menyebabkan perubahan yang tidak disukai

(dukkha). Menyadari hal – hal ini maka orang itu berusaha meninggalkan

segala sesuatu yang tidak kekal untuk mencapai kekekalan (nibbana)

dengan melenyapkan semua belenggu.

8) Samma Samadhi (meditasi benar)

Samma Samadi adalah samadhi atau konsentrasi pikiran yang benr

yaitu dengan cara memusatkan pikiran pada objek atau suatu perbuatan

dengan cara yang benar. Samadhi atau konsentrasi pikiran biasanya dikenal

dengan sebutan meditasi.

Jalan mulia berunsur delapan pada hakikatnya merupakan satu jalan lengkap

dengan delapan unsure yang dapat diringkaskan dalam tiga tingkat latihan

(sikkha), yaitu :

16

Page 17: BUDHA DAN CARVAKA

a. Sila sikkha atau latihan moral yang meliputi ucapan benar, perbuatan

benar dan mata pencaharian benar. Secara umum berarti bahwa apapun

yang kita ucapkan atau lakukan dengan cara yang benar, dalam hal ini

termasuk penghidupan kita. Kita harus menolak cara – cara penghidupan

yang salah dan hidup dengan cara yang benar.

b. Citta sikkha atau latihan mental (samadhi), mencakup usaha benar,

perhatian benar dan Samadhi benar. Umumnya dapat dikatakan bahwa

pikiran adalah sesuatu yang teramat penting. Kita harus mempelajari dan

melatih pikiran kita. Sesungguhnya hal ini tidak sukar dilakukan

bilamana kita mau mulai mencoba melatih pikiran kita. Cittha sikkha ada

dua macam yaitu :

a. Samatha Bhavana, yaitu latihan mental atau meditasi ketenangan

bathin, bertujuan untuk mencapai ketenangan batin dan memiliki

abhinna (kemampuan – kemampuan atau kekuatan – kekuatan

bathin).

b. Vipassana Bhavana, yaitu latihan mental atau meditasi

pandangan terang, bertujuan untuk mencapai kesucian bathin.

Meditasi ini dikembangkan dengan melihat segala sesuatu

sebagaimana adanya.

c. Panna sikkha atau latihan kebijaksanaan terdiri dari pandangan benar

dan pikiran benar. Umumnya dikatakan bahwa seseorang itu akan sukses

dalam pengembangan dirinya kalau ia menggunakan kebijaksanaan.

Pikiran benar berarti pertimbangan benar dan pandangan benar yang

mengarah pada keputusan benar. Kita berusaha mendapatkan

kebijaksanaan agar dapat mempertimbangkan sesuatu dengan benar dan

dapat memutuskannya dengan tepat sesuai dengan nalar dan kenyataan.

Untuk mempermudah dalam mengingat mengenai hal tersebut diatas,

maka kami kutipkan penyajiannya dalam bentuk tabel dibawah ini ( Sri

Dhammananda,2005 :113).

Sila Ucapan Benar

Perbuatan benar

Penghidupan Benar

Moralitas

17

Page 18: BUDHA DAN CARVAKA

Samadhi Usaha Benar

Perhatian Benar

Konsentrasi Benar

Latihan Mental

Panna Pandangan Benar

Pikiran Benar

Kebijaksanan

b. Nirvana

Nirvana adalah tahap dimana manusia berhasil mencapai tujuan tertinggi dari

kehidupan. Dia menjadi sadar bahwa kelahiran sudah pada suatu akhir, bahwa

kehidupan tertinggi telah tercapai dan bahwa setelah kehidupan ini tidak ada lagi

kehidupan duniawi di masa depan (Fx.Mudji Sutrisno, SJ,1993 : 99).

Nirvana bukanlah suatu keadaan hampa atau kekosongan atau tujuan dari

eskapisme (aliran yang ingin melarikan diri dari kenyataan) seperti pada banyak

anggapan yang keliru mengenai ajaran Budha. Nirvana bukanlah sesuatu yang

” ada” dan bukan pula hancurnya segala yang ada, ataupun suatu tingkat surgawi.

Nirvana hanyalah lenyapnya kepalsuan ilusi, karena itu nirvana bukanlah suatu

tempat, melainkan suatu tingkat kesadaran (Yayasan Penerbit Karaniya, 1995 : 51).

Suatu keadaan bathin yang bebas dari semua kebodohan atau ketidaktahuan,

keserakahan, keakuan, pemikiran yang dualistis, dan kepercayaan mengenai adanya

suatu pribadi yang kekal, juga bebas dari gagasan materialistis dan keterikatan.

Bila dukkha telah lenyap maka tercapailah Nirvana yang menjadi tujuan

terakhir dari ajaran Budha. Bilamana seseorang telah mencapai Nirvana maka ia

hidup kekal dan abadi dalam kebahagiaan yang kekal, bebas dari kelahiran,

penderitaan, umur tua dan kematian dan bathinnya telah bersih dari lobha, dosa, dan

moha yang menjadi akar dari segala bentuk kejahatan.

3. Implikasi Filsafat Budha

Ajaran Budha sangat sederhana, dimaksudkan bagi orang umum. Ajaran –

ajarannya disampaikan didalam cara yang jelas dan mudah dimengerti sehingga lebih

cepat bisa diterima oleh masyarakat luas. Dalam waktu yang sangat singkat, ajaran –

ajarannya mampu mendapatkan pengikut yang tersebar diseluruh penjuru India,

menggeser dominasi agama Brahmana. Empat Kebenaran Utamanya mempunyai

18

Page 19: BUDHA DAN CARVAKA

implikasi filsafat yang serius. Beberapa doktrinnya lahir dari kebenaran –

kebenarannya itu.

a. Doktrin Karma

Doktrin karma diterima oleh sistem filsafat India, kecuali Carvaka. Kita

melaksanakan kerja untuk mendapatkan kepuasan dan kita lahir lagi untuk

menikmati itu. Tetapi dengan adanya kelahiran berarti ada usia tua, penyakit dan

kematian yang merupakan suatu penderitaan. Jadi memperkuat kecendrungan

untuk lahir berarti memperlama penderitaan. Karma mempresuposisi belenggu dan

belenggu adalah penderitaan.

b. Doktrin tidak ada Atman

Buddha menolak pertanyaan apakah Atman eksis atau tidak diambil oleh

pengikut – pengikutnya sebagai penolakan eksistensinya. Bagi interpretasi ini

doktrin kesementaraan ( momentariness) memberikan dukungan tambahan. Jika

sesuatu itu bersifat sementara, dan jika Atman mempunyai keberadaan, yaitu jika

Atman eksis, lalu ia harus juga bersifat sementara. Menurut Buddha eksistensi

adalah tidak permanen. Semua benda baik mental ataupun fisik bersifat sementara.

Ketidak permanenan merupakan hukum bagi semua eksistensi.

c. Doktrin tidak ada Tuhan

karena eksistensi Atman tidak dapat dibuktikan, kita tidak dapat membuktikan

eksistensi Tuhan. Jika kita mengalisa dunia dan hakekat kemakhlukan kita, kita

tidak menemukan Tuhan di manapun. Tidak juga ia tidak berguna untuk

membicarakan bagaimana dunia diciptakan atau eternal. Kita hanya harus

merialisasikan bahwa dunia merupakan sebuah tempat penderitaan, dan mencoba

lepas dari penderiataan ( I.B Putu Suamba, 2003 : 330).

4. Metafisika Budha

Ajaran – ajaran Budha tercantum dalam Empat Kebenaran Utama (Arya

Satyani). Nampak dari ajaran ini bahwa Budha Gautama sendiri tidak begitu banyak

tertarik dengan masalah – masalah filsafat melainkan kepada masalah – masalah

praktis yang dihadapai umat manusia dan bagaimana penderitaan itu dapat

disingkirkan. Ia memandang bahwa mendiskusikan masalah – masalah metafisika

19

Page 20: BUDHA DAN CARVAKA

membuang – buang waktu saja, sementara manusia merintih dalam penderitaan.

Walaupun demikian Budha tidak bisa secara total menghindari diskusi – diskusi

filsafati. Kita menemukan dari kesusastraan Budha awal teori – teorinya sebagai

berikut ; (a) Semua benda terkondisikan; tidak ada yang mengada dengan dirinya

sendiri. (b) Oleh karena itu semua benda mengalami perubahan karena perubahan

kondisi – kondisi kepada mana ia bergantung; tak ada yang permanen. (c) Oleh karena

itu tidak ada roh, tidak juga ada Tuhan, tidak juga ada zat permanen lainnya. (d)

Namun, kontinyuitas kehidupan sekarang yang melahirkan kehidupan lain melalui

hukum karma, seperti layaknya sebatang pohon menghasilkan biji – biji dan yang

terakhir akan melahirkan yang lain sementara yang pertama sirna.

Budha selalu menghindari pembicaraan – pembicaraan bertopik metafisika seperti

Tuhan, roh, kehidupan setelah kematian dan asal mula atau manifestasi alam semesta.

Dengan jelas ia mengistilahkan masalah – masalah ini sebagai avyaktani (tak

terungkapkan) dan hanya menekankan pada Arya Satyani ( Empat Kebenaran Utama).

Ajaran – ajarannya mengandung benih – benih empirisme, fenomenalisme, positivism,

dan nihilism. Tetapi acuan – acuan tak langsung terhadap metafisika dan khususnya

kebisuannya terhadap pertanyaan – pertanyaan mengenai fenomena – fenomena tak

terjawab mengarahkan pengikutnya untuk memformulasikan berbagai penjelasan dari

ajaran – ajarannya bersifat implisit setelah Budha wafat (I.B. Putu Suamba,2007: 220 –

221).

4.3 Filsafat Carwaka

Carwaka merupakan salah satu sistem filsafat yang tidak mengakui otoritas Veda,

oleh karena itu ia digolongkan kedalam kelompok Nastika ( heterodok). Untuk

mempermudah memahami tentang filsafat Carwaka, maka akan dibahas beberapa hal

dibawah ini yaitu :

1. Arti Carwaka

PT Raju dalam The Philosophical Tradition of India mengatakan Carwaka berasal

dari kata caru yang artinya manis, dan vak yang artinya ujaran. Carwaka berarti lidah

manis, maknanya kenikmatan duniawi yang merupakan tujuan tertinggi hidup. Makna ini

mengindikasikan orang kebanyakan yang secara implisit berarti seseorang yang

20

Page 21: BUDHA DAN CARVAKA

mempunyai selera rendahan. Carwaka disebut juga Lokayata yang artinya seseorang yang

berjalan dijalan keduniawian. Selain itu, Carwaka disebut juga Nastika Siromani artinya

orang yang tidak sopan, nakal, mengandung makna seseorang yang hanya memenuhi

kepuasan duniawi belaka ( I Ketut Madja, 2010 : 52).

2. Faham Carwaka

Carwaka pendirinya ialah Bhagawan Wrhaspati dengan penekanan ajaran pada

aspek material sebagai tujuan hidup tertinggi dan tidak percaya terhadap kehidupan di

akhirat ( I Wayan Sumawa, 1992 : 5 ). Tradisi yang dikembangkan oleh Carwaka adalah

heterodok, atheisme, dan materialisme. Faham Carwaka bersifat atheis karena menurut

pandangan filsafat Carwaka eksistensi Tuhan adalah mitos karena tidak dapat dilihat

langsung melalui kontak indria dengan obyek ( Tuhan ), karena itu dunia ini bukan dari

Tuhan. Bahkan tindakan para pendeta yang menyelesaikan ritual dipandang sebagai hal

yang membodoh – bodohkan masyarakat, dan meletakkan keyakinan kepada eksistensi

Veda diabaikan. Selain itu filsafat Carwaka juga bersifat materialistis yaitu

mementingkan kenikmatan duniawi,sehingga diistilahkan juga sebagai hedonisme India

yang maknanya identik dengan pemenuhan kenikmatan duniawi. Carwaka juga dikatakan

sebagai faham filsafat yang bersifat naturalistis yang artinya pandangan filosofis yang

memberikan peranan yang menentukan bahkan eklusif ( khusus ) kepada alam, posisinya

terhadap roh dan tata adikodrati ( I Ketut Madja, 2010 : 52 – 53 ).

3. Metafisika Carwaka

Dunia material dibentuk oleh empat bhuta ( udara, api, tanah, dan air ),karena

elemen – elemen ini diketahui manusia melalui indria. Alam semesta dan makhluk hidup

pun terbentuk dari elemen – elemen tersebut. Sesuai sifat masing – masing elemen, maka

mereka juga memiliki kesadaran ( I Ketut Madja, 2010 : 53 ).

4. Epistimologi Carwaka

21

Page 22: BUDHA DAN CARVAKA

Kesadaran itu diibaratkan air ludah merah yang terjadi dari hasil gabungan dan

kunyahan terhadap daun sirih, pinang, dan kapur yang sebelumnya memiliki sifatnya

tersendiri. Demikian halnya dengan elemen – elemen tubuh hidup apabila dikombinasikan

bersama – sama dengan suatu cara tertentu menyebabkan munculnya tubuh yang

mempunyai kesadaran. Kesadaran itu bukanlah roh karena tidak ada bukti – bukti ada

sesuatu seperti (atman ) immaterial dalam tubuh hidup, kecuali tubuh yang sadar.

Kesadaran itu akan hilang seiring dengan tubuh yang telah hancur. Ketika manusia

meninggal tidak ada sesuatu apapun tertinggal untuk dinikmati sebagai konsekuensi

tindakan di masa datang. Artinya Carwaka tidak mempercayai adanya kehidupan setelah

kematian. Satu – satunya sumber pengetahuan yang valid menurut Carwaka adalah

persepsi (I Ketut Madja, 2010 : 53 )

4.4 Perbandingan Antara Filsafat Budha dengan Filsafat Carvaka

5. SIMPULAN

22

Page 23: BUDHA DAN CARVAKA

6. LAMPIRAN

6.1 Daftar Pustaka

- Suamba, I.B Putu. 2003. Dasar – dasar Filsafat India. Denpasar : Program Magister

Ilmu Agama dan Kebudayaan UNHI

- Tim Penyusun.1999. Buku Pelajaran Agama Buddha Sekolah Menengah Tingkat

Atas Kelas II. Surabaya : Paramita

- Sri Dhammananda.2005. Keyakinan Umat Budha. Bandung : Yayasan Penerbit

Karaniya

- Sivananda, sri Swami.2003.Intisari Ajaran Hindu. Surabaya : Paramita

- Suamba, I.B Putu. 2007. Siwa-Buddha di Indonesia Ajaran dan Perkembangannya.

Denpasar : Program Magister (S2) Ilmu Agama dan Kebudayaan bekerja sama

dengan Penerbit Widya Dharma

- Suryananda. 1995. Memahami Buddhayana. Bandung : Yayasan Penerbit Karaniya

- Maswinara, I Wayan.1998. Sistem Filsafat Hindu. Surabaya : Paramita

- FX. Mudji Sutrisno, SJ.1993. Buddhisme Pengaruhnya dalam Abad Modern.

Yogyakarta : Penerbit Kanisius

- Sura, I Gede.1984. Tattwa Darsana. Jakarta : Proyek Pembinaan Mutu Pendidikan

Agama Hindu dan Budha Departemen Agama

- Sumawa, I Wayan. 1992. Materi Pokok Darsana.Jakarta : Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha dan Universitas Terbuka

- Madja, I Ketut.2010. Hand Out Mata Kuliah Darsana. Denpasar

23

Page 24: BUDHA DAN CARVAKA

6.2 Struktur Kelompok II

Ketua :

Sekretaris :

Anggota : 1).

2).

3).

4).

5).

6).

7).

8).

9).

10).

24

Page 25: BUDHA DAN CARVAKA

TUGAS PAPERMATA KULIAH DARSANA III

“ PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT BUDHA DENGAN FILSAFAT CARWAKA”

Jurusan Pendidikan Agama HinduProgram Studi Pendidikan Agama Hindu

OLEH KELOMPOK IIKELAS / SEMESTER : A / VI

1. I Made Goda Semara (08.1.1.1.1.2572)

2. I Gusti Putu Pratami Dewi (08.1.1.1.1.2573)

3. I Nyoman Widnyana (08.1.1.1.1.2575)

4. I Wayan Eka Sanjaya (08.1.1.1.1.2576)

5. Ni Komang Kristin Deviana (08.1.1.1.1.2453)

6. Ni Putu Lina Nuryanti (08.1.1.1.1.2580)

7. Ni Komang Asri Wahyuni (08.1.1.1.1.2581)

8. I Putu Wisnu Adi Saputra (08.1.1.1.1.2582)

9. Agung Raka Diva Hartawan (08.1.1.1.1.2583)

10. Ni Wayan Suci Puji Astuti (08.1.1.1.1.2587)

11. Ni Wayan Yudhi Antari (08.1.1.1.1.2588)

12. Ni Luh Susanti (08.1.1.1.1.2589)

FAKULTAS DHARMA ACARYAINSTITUT HINDU DHARMA NEGERI

DENPASAR2011

25

Page 26: BUDHA DAN CARVAKA

KATA PENGANTAR

“ Om Swastyastu “

Om Awignam Astu Nama Sidham

Rasa angayubagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya kami dapat menyelesaikan paper

yang berjudul “ Perbandingan antara Filsafat Budha dengan Filsafat Carwaka “ tepat pada

waktunya.

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Darsana III pada jurusan

Pendidikan Agama Hindu. Kami juga mengharapkan agar paper ini dapat memberikan

informasi serta menambah pengetahuan pembaca tentang hal –hal yang berkaitan dengan

pengertian pengertian filsafat secara umum, ajaran filsafat Budha, ajaran Filsafat Carwaka,

serta perbandingan antara filsafat Budha dengan filsafat Carwaka. Paper ini kami susun

secara sistematis dan berpedoman pada beberapa buku penunjang yang telah ada sebelumnya

yang diperlukan di dalam penyusunan paper ini, sehingga nantinya paper ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Dalam penyusunan paper ini, kami menyadari bahwa paper ini masih jauh dari

sempurna,untuk itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

konstruktif (membangun) dari pembaca,demi kesempurnaan dari paper ini.Dan semoga paper

ini dapat berguna bagi pembaca. Atas segala kritik dan saran – saran dari pembaca,kami

mengucapkan terima kasih.

“Om Shanti Shanti Shanti Om “

Denpasar, 17 Februari 2011

Penulis

26

Page 27: BUDHA DAN CARVAKA

DAFTAR ISI

FRONT COVER…………………………………………………………………………...…i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...….iii

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

27

Page 28: BUDHA DAN CARVAKA

28