budaya banyumas sebagai sumber belajar ips di …/budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan,...

142
BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI SMP KABUPATEN BANYUMAS T E S I S Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Amin Hidayat S 860908027 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: vonga

Post on 03-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

BUDAYA BANYUMAS

SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

DI SMP KABUPATEN BANYUMAS

T E S I S Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Amin Hidayat

S 860908027

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

ii

BUDAYA BANYUMAS

SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

DI SMP KABUPATEN BANYUMAS

Disusun oleh :

Amin Hidayat

S 860908027

Telah disetujui oleh tim pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Warto, M. Hum. _______________ ___________

NIP. 131633898

Pembimbing II Prof. Dr. Herman J. Waluyo _______________ ___________

NIP. 130692078

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah,

Dr. Warto, M. Hum.

NIP. 131633898

Page 3: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

iii

BUDAYA BANYUMAS

SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

DI SMP KABUPATEN BANYUMAS

Disusun oleh :

Amin Hidayat

S 860908027

Telah disetujui dan disyahkan oleh tim penguji

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Ketua : Dr. Suyatno Kartodirjo ...................... ...................

Sekretaris : Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum ...................... ...................

Pembimbing/ Anggota penguji :

Pembimbing I Dr. Warto, M. Hum. …………….. ………. ….

Pembimbing II Prof. Dr. Herman J. Waluyo ...................... ...................

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Sejarah, : Dr. Warto, M. Hum. ...................... ...............

NIP. 131633898

Direktur PPs UNS : Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. …………….. …………

NIP. 131472192

Page 4: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

iv

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Amin Hidayat

NIM : S 860908027

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul ;

”Budaya Banyumas Sebagai Sumber Belajar IPS di SMP Kabupaten

Banyumas” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Banyumas, 30 Nopember 2009

Yang membuat pernyataan,

Amin Hidayat

Page 5: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

v

KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulisan tesis ini

dapat terselesaikan sesuai rencana. Hal ini tidak terlepas dari bimbingan, dorongan

dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dengan setulus-

tulusnya kepada yang terhormat :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberi kesempatan

untuk menyelesaikan studi di program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan arahan dan kesempatan menyelesaikan studi di program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Warto, M. Hum., selaku ketua Prodi Pendidikan Sejarah PPs UNS Surakarta,

dan juga sebagai dosen pembimbing untuk penyusunan tesis ini, yang telah

banyak memberikan ruang diskusi, arahan dan masukan dalam penyelesaian

makalah ini.

4. Dra. Sutiyah, M.Pd., M.Hum., selaku sekretaris Prodi Pendidikan Sejarah PPs

UNS Surakarta, yang leluasa membuka diri untuk berdiskusi dan memberi

dorongan tanpa pamrih.

5. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, selaku dosen pembimbing, yang dengan santai

namun serius mencermati dan mengoreksi konsep tesis ini.

Page 6: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

vi

6. Dr. Tanto Sukardi, M. Hum., Drs. Sugeng Priyadi, M. Hum, Bambang S.

Poerwoko, Bapak Sopani dan informan lainnya yang tidak memungkinkan untuk

dapat disebut satu-persatu.

7. Kepala sekolah dan guru IPS pada SMPN 1 Ajibarang, SMPN 2 Purwokerto,

SMPN 1 Sumpyuh dan SMPN 2 Cilongok, yang dengan terbuka digunakan dan

membantu pengumpulan data.

8. Ketua dan pengurus MGMP IPS Kabupaten Banyumas yang dengan senang hati

membantu penjaringan data untuk guru IPS.

9. Istri tercinta, Miladiyah Susanti dan anak tersayang, Rizqi Larasati yang dengan

semangat memberi dorongan untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini.

10. Semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.

Penyusunan tesis ini telah dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan

kemampuan maksimal. Namun demikian, mungkin tanpa disadari terdapat

kekurangan, untuk itu mohon saran dan kritik membangun. Akhirnya, dengan penuh

harap semoga tesis ini memiliki manfaat.

Banyumas, 30 Nopember 2009

Amin Hidayat

Page 7: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

PENGESAHAN TESIS ..................................................................................... iii

PERNYATAAN TESIS ..................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

ABSTRAK ........................................................................................................ xii

ABTRACT ........................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………... 5

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 5

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR ................................. 8

A. Kajian Teori …………………………………………………… 8

1. Pengertian Kebudayaan ......……………………………..... 8

2. Kebudayaan Daerah .....………………………………....... 14

3. Culture Area .................................................…………........ 19

4. Hakikat Sumber Belajar ....................................................... 21

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ………………....... 24

B. Penelitian yang Relevan ………………………………………. 28

C. Kerangka Pikir ………………………………………………… 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………… 33

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………… 33

Page 8: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

viii

B. Jenis dan Strategi Penelitian ………………………………….. 33

1. Jenis Penelitian………………………………………………. 33

2. Srategi Penelitian……………………………………………. 35

C. Jenis Informasi ……………………………………………….. 36

D. Sumber Data ………………………………………………….. 37

E. Teknik Cuplikan (Sampling) ………………………………… 39

F. Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 39

G. Validitas Data …………………………………………………. 42

H. Teknik Analisis Data ………………………………………….. 44

1. Reduksi Data............................................................................. 44

2. Sajian Data................................................................................ 45

3. Penarikan Kesimpulan/Verivikasi........................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 48

A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 48

1. Deskripsi Latar ……...………………………………………..... 48

a. Kondisi Geokultural ................................................................. 48

b. Kebudayaan Banyumas ………………………….………… 52

c. Sumber Belajar IPS di SMP Kabupaten Banyumas…………. 52

2. Sajian Data ……………………………………………………. 97

a. Pemahaman Guru IPS SMP di Kabupaten Banyumas Terhadap

Budaya Banyumas ………………………………………… 97

b. Jenis-jenis Budaya Banyumas Yang Dapat Dijadikan Sumber

Belajar IPS ........................................................................ 99

c. Strategi Pembelajaran yang dapat Digunakan Oleh Guru

dalam Memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai Sumber

Belajar IPS ………………………………………………... 100

B. Pokok-pokok Temuan ………………………………………… . 104

C. Pembahasan ……………………………………………………. 106

Page 9: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

ix

1. Pemahaman Guru IPS SMP di Kabupaten Banyumas Terhadap

Budaya Banyumas ..................................................................... 106

2. Jenis-jenis Budaya Banyumas yang Dapat Dijadikan Sumber

Belajar IPS ………………………………………………….. 110

3. Alternatif Strategi Pembelajaran yang dapat Digunakan Guru dalam

Memanfaatkan Budaya Banyumas Sebagai Sumber Relajar IPS 119

BAB V : PENUTUP ..................................................................................... 123

A. Kesimpulan .............................................................................. 123

B. Implikasi .................................................................................. 124

C. Saran ........................................................................................ 126

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 128

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses pembinaan guna mengantarkan peserta didik

menemukan kediriannya. Artinya, pendidikan dimaksudkan untuk membentuk diri

seseorang dalam hal ini siswa, agar menjadi manusia dewasa dan matang. Baik

sebagai pribadi maupun anggota masyarakat.

Page 10: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

x

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab I Ketentuan Umum, pasal 1 butir 1, menyebutkan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pada Bab II : Dasar, Fungsi dan Tujuan, yang pada pasal 2 disebutkan bahwa

Pendidikan nasional berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedangkan tujuannya

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab

Pada Bab III tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan pasal 4 butir 1 dikatakan

bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural dan kemajemukan bangsa (Wiji Suwarno, 2006: 32).

Tujuan pembelajaran IPS bersifat linier atau sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk membentuk peserta didik

menjadi warga negara yang baik, mampu membangun kemampuan berpikir,

mengenal dan mampu melestarikan kebudayaan bangsanya. Secara khusus tujuan

pembelajaran IPS menyangkut tiga hal, yaitu: penyampaian pengetahuan,

Page 11: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xi

pembentukan nilai dan sikap, serta melatih ketrampilan (Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama, 2004:24-25). Hal ini menunjukkan arah dan tujuan pembelajaran

IPS sangat luas dan komprehensif, yang menekankan pada aspek kebudayaan

sebagai sumber belajar

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bagian integral dari

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di jenjang SMP. Di dalam pedoman

penyusunan dan pengembangan KTSP, jelas tergambar besarnya potensi

pemanfaatan lingkungan dan budaya lokal sebagai salah satu sumber belajar maupun

sarana penunjang (instrumen) bagi tercapainya tujuan pembelajaran, khususnya mata

pelajaran IPS secara menyeluruh (Masnur Muslich, 2007:11). Proses pembelajaran

IPS saat ini mengedepankan prinsip PAIKEM. Yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif,

Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (Sugiyanto, 2007:2-3). Selain itu, pembelajaran

harus memiliki muatan konsep kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yang

meliputi nilai-nilai yang dipromosikan oleh sekolah, penekanan yang diberikan oleh

guru, derajat antusiasme guru, iklim fisik dan sosial sekolah (Oliver, 1982:7). Karena

itu jelas dibutuhkan guru dengan dasar kemampuan yang memadai, baik dalam

menentukan teknik dan strategi mengajar maupun menyeleksi materi ajar. Artinya,

pengampu harus benar-benar mampu memilah dan memilih topik-topik permasalahan

dalam masyarakat lingkungannya yang dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran.

Tentu saja disertai dengan strategi yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan sesuai

dengan indikator-indikator Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi (SK)

IPS secara optimal.

Page 12: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xii

Kebudayaan lokal sebagai sumber belajar merupakan wujud penyajian kondisi

riil masyarakat sekitar peserta didik sebagai materi belajar di sekolah . Hal ini sejalan

dengan paradigma baru dalam strategi pembelajaran yang disebut Contextual

Teaching and Learning (CTL). Strategi ini menekankan adanya upaya mengaitkan

kondisi yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran

(Direktorat PLP, 2003:1). Kekuatan simbol-simbol dalam kebudayaan akan

menumbuhkan daya tangkap dan daya tanggap yang kuat atas diri peserta didik. Ia

akan memperoleh peluang untuk mengintegrasikan segenap pengalaman cipta-rasa-

karsanya. Ini berarti mengembangkan daya hayat secara luwes dan serasi (Suryanto

Sastroatmodjo, 2006:13).

Fuad Hassan menyatakan, pemerintah berkomitmen memajukan kebudayaan

nasional Indonesia sebagaimana termaktub dalam batang tubuh UUD 1945 (1989:17).

Pengembangan kebudayaan nasional Indonesia harus meliputi pengakuan dan

pengukuhan kebudayaan daerah. Dalam hal ini tentunya termasuk budaya daerah

Banyumas. Primordialisme sebenarnya juga merupakan salah satu unit-historis yang

harus diakui eksistensinya. Primordialisme Banyumas jelas menunjukkan adanya

kelampauan bersama yang telah dilalui dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena

itu, Budaya Banyumas perlu diposisikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan

budaya nasional. (Sugeng Priyadi, 2009:2). Dengan demikian jelas bahwa penyajian

Budaya Banyumas sebagai sumber pembelajaran mata pelajaran IPS di tingkat SMP

di Kabupaten Banyumas dapat mendukung upaya optimalisasi pencapaian tujuan

pembelajaran IPS secara menyeluruh.

Page 13: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xiii

Mencermati berbagai paradigma, ketentuan, dan tujuan pendidikan tersebut,

perlu kiranya guru mata pelajaran IPS jenjang SMP di Kabupaten Banyumas

memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian

guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan pembelajaran, melainkan untuk

mewujudkan potensi pribadi peserta didik secara optimal. Dengan demikian proses

pembelajaran yang maksimal menjadi mutlak dilakukan. Guru harus mampu

menyusun skenario pembelajaran sedemikian rupa, sehingga dalam prosesnya

mampu membawa peserta didik pada pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Berdasar kenyataan seperti itulah, penelitian ini dilakukan. Dalam

pelaksanaannya, penelitian difokuskan pada upaya menemukan unsur-unsur Budaya

Banyumas yang relevan sebagai materi pembelajaran IPS di tingkat SMP di

lingkungan Kabupaten Banyumas, baik sebagai materi pengayaan maupun instrumen

pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Pada dasarnya penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan tentang

kepatutan dan relevansi Budaya Banyumas untuk diangkat menjadi salah satu sumber

belajar dalam pembelajaran mata pelajaran IPS di tingkat SMP di lingkungan

Kabupaten Banyumas. Secara lebih terperinci pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab itu dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana pemahaman guru pengampu mata pelajaran IPS tingkat SMP di

lingkungan Kabupaten Banyumas terhadap Budaya Banyumas?

Page 14: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xiv

2. Jenis-jenis Budaya Banyumas manakah yang dapat dijadikan sebagai sumber

belajar mata pelajaran IPS di tingkat SMP di lingkungan Kabupaten Banyumas?

3. Strategi pembelajaran semacam apa yang dapat digunakan oleh guru dalam

memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengungkap hal-hal

sebagai berikut.

1. Mengungkap pemahaman guru IPS tingkat SMP di lingkungan Kabupaten

Banyumas terhadap Budaya Banyumas.

2. Mendeskripsikan jenis-jenis Budaya Banyumas yang dapat dijadikan sebagai

sumber belajar mata pelajaran IPS di tingkat SMP di lingkungan Kabupaten

Banyumas.

3. Mengungkap berbagai alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru

dalam memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar mata pelajaran

IPS di tingkat SMP di lingkungan Kabupaten Banyumas.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang Budaya Banyumas yang

dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS pada SMP di Kabupaten

Banyumas. Adapun hasilnya diharapkan bermanfaat bagi upaya optimalisasi

Page 15: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xv

pencapaian tujuan pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran IPS. Secara terperinci

manfaatnya diuraikan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian dapat memberikan sumbangan terhadap teori pembelajaran

yang berkaitan dengan potensi lokal, dalam hal ini Budaya Banyumas sebagai

sumber belajar dalam pembelajaran IPS tingkat SMP di Kabupaten Banyumas.

Diharapkan pula dapat memberikan sumbangan bagi upaya pelestarian Budaya

Banyumas. Hasil Penelitian juga diharapkan turut memperkaya khasanah ilmu,

khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran IPS di tingkat SMP di Kabupaten

Banyumas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Guru IPS tingkat SMP di

Kabupaten Banyumas sebagai model atau acuan dalam menyusun program

pembelajaran IPS dan pelaksanaannya di sekolah agar lebih kontekstual dan

bermakna. Dengan demikian, pembelajaran IPS akan mengarah pada prinsip

PAIKEM.

b. Bagi Pengelola Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh

Kepala Sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas untuk

memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar dalam pembelajaran

IPS tingkat SMP di lingkungannya. Pelestrian Budaya Banyumas sebagai local

Page 16: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xvi

genius akan lebih sustainable jika berbasis pada kekuatan dalam, kekuatan

lokal dan kekuatan swadaya, termasuk keterlibatan para pemegang kebijakan

dunia pendidikan di lingkungan setempat.

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kebudayaan

Budaya secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu bentuk pranata

kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya. Baik berupa karya seni, adat-

istiadat, kepercayaan, situs-situs sejarah, struktur sosiologi, ekologi, topografi,

Page 17: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xvii

maupun geologinya. Pada hakikatnya budaya tersebut telah mendarah daging,

hingga semestinya tak terpisahkan dari kehidupan seluruh masyarakat di

lingkungannya.

David Kaplan dan Robert A. Manners (2002:103-104) berpendapat,

ekologi budaya mendapat inspirasi dari wawasan jangka panjang tentang

manusia, yang melihat manusia sebagai hasil unik suatu evolusi biologis.

Keunikannya, manusia mampu menyelaraskan diri atau menundukkan

lingkungannya dengan cara-cara sangat berbeda dari cara-cara makhluk lain yang

lebih rendah (infrahuman). Pada tingkat infrahuman spesies melakukan adaptasi

terhadap lingkungan antara lain dengan proses belajar yang bersifat intraspesifik

dan nonkumulatif. Akan tetapi dalam jangka panjang adaptasi mereka dalam

lingkungan itu sangat bergantung pada proses pergantian unsur-unsur genetis dan

mekanisme seleksi alamiah. Semua bentuk infrahuman beradaptasi dengan

lingkungannya sebagai wujud adanya. Manusia makin memodifikasi dan

mengadaptasi lingkungannya terhadap diri manusia sendiri. Hal ini dapat

dilakukan manusia karena adanya unsur sarana yang disebut budaya atau kultur.

Budaya mencakup pengertian yang luas, karena menyangkut keseluruhan

hasil unsuritas manusia yang kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang

saling berhubungan sehingga membentuk suatu sistem. Artinya, kebudayaan

merupakan suatu kesatuan organis dari rangkaian gejala, wujud, dan unsur-unsur

yang berkaitan satu dengan yang lain, (Tri Widiarto, 2007:10).

Page 18: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xviii

Dua ahli antropologi A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn telah

mengumpulkan kurang lebih 160 definisi tentang kebudayaan yang dibuat oleh

ahli-ahli antropologi, sosiologi, sejarah dan ilmu sosial yang lain termasuk dari

para ahli filsafat. Dari sekian banyak definisi, terlihat kecenderungan anggapan

bahwa gagasan-gagasan, simbol-simbol dan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan,

(Budiono Herusatoto, 1991: 8-9).

Djoko Widagdo (2008:19) mengutip pendapat beberapa ahli tentang

pengertian kebudayaan. Di antaranya pernyataan R. Linton dalam buku ”The

Cultural background of personality”, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari

tingkah laku dan hasil laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung serta

diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu. Pakar lain, C. Klukhohn dan W.H.

Kelly merumuskan kebudayaan sebagasi hasil tanya jawab dengan para ahli

antropologi, sejarah, hukum, psychologi yang implisit, explisit, rasional, irasional

terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman yang potensial bagi tingkah laku

manusia. Sedangkan menurut Melville J. Herskovits, antropolog Amerika,

kebudayaan adalah ”Man made part of the environment”, kebudayaan bagian dari

lingkungan buatan manusia. Disebutkan pula pendapat, Dawson dalam buku ”Age

of the Gods”, bahwa kebudayaan adalah cara hidup bersama (culture is common

way of life). Demikian pula dengan sosok J.P.H Dryvendak yang mengatakan

bahwa kebudayaan adalah suatu kumpulan dari cetusan jiwa manusia sebagai

yang beraneka ragam berlaku dalam suatu masyarakat tertentu.

Page 19: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xix

Secara etimologi, istilah budaya berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah,

bentuk jamaknya buddhi, artinya akal. Pada diri manusia terdapat unsur-unsur

potensi budaya yaitu cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah kemampuan akal pikiran

yang menimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia selalu memiliki

keinginan untuk mengetahui rahasia-rahasia alam dan kehidupan. Dengan akal,

pikiran dan nalar, manusia selalu mencari, menyelidiki dan menemukan sesuatu

yang baru serta mampu menciptakan karya-karya besar. Rasa, artinya dengan

panca inderanya manusia mengembangkan rasa keindahan atau estetika, dan

melahirkan karya-karya kesenian. Sedangkan karsa, atau kehendak berarti

manusia selalu menghendaki untuk menyempurnakan hidupnya, merindukan

kemuliaan hidup, mencapai kesusilaan, budi pekerti luhur dan selalu mencari

perlindungan dari Sang Pencipta, (Koentjaraningrat, 2002:9).

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya

tersusun dalam kehidupan masyarakat, (Djoko Widagdho, 2008:21). Secara

teperinci dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia,

meliputi :

1) Kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda

ciptaan manusia, misalnya alat-alat perlengkapan hidup.

2) Kebudayaan nonmaterial (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak

dapat dilihat dan diraba, misalnya religi, bahasa dan ilmu pengetahuan.

Page 20: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xx

b. Kebudayaan tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya

mungkin diperoleh dengan cara belajar.

c. Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa

masyarakat akan sukar bagi manusia untuk membentuk kebudayaan.

Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia baik secara individual

maupun masyarakat, dapat mempertahankan kehidupannya.

d. Kebudayaan adalah kebudayaan manusia, hampir semua tindakan manusia

adalah kebudayaan.

Adapun fungsi kebudayaan secara sederhana dibedakan menjadi tiga, (Tri

Widiarto, 2007: 36), yaitu:

a. Melindungi diri terhadap alam. Dari fungsi ini kemudian tampak hasilnya dari

karya-karya berupa alat-alat dan teknologi guna memenuhi kebutuhan

manusia.

b. Mengatur hubungan antarmanusia. Wujudnya berupa hukum adat, norma-

norma atau kaidah yang meski tidak tertulis menjadi pedoman tingkah laku

setiap anggota masyarakat dalam berinteraksi dengan kelompoknya. Fungsi

ini pula yang akhirnya melahirkan pola-pola perikelakuan (pattern of

behavior) para anggota kelompok.

c. Sebagai wadah segenap perasaan manusia. Fungsi inilah yang kemudian

memunculkan produk budaya berupa hasil-hasil seni; seni musik, seni suara,

seni tari, seni lukis, seni pahat, seni ukir, dan lain-lain.

Page 21: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxi

Sedangkan wujud kebudayaan ada tiga, (Koentjaraningrat, 2000:186),

yaitu:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai,

norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ini berada pada alam pikiran

dari warga masyarakat atau dapat pula berupa tulisan-tulisan, karangan-

karangan warga masyarakat yang bersangkutan.

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa sistim sosial dalam

masyarakat yang bersangkutan.

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Ini berupa

kebudayaan fisik yang berbentuk nyata, merupakan hasil karya masyarakat

yang bersangkutan.

Berdasar klasifikasi tersebut jelas bahwa wujud pertama dan wujud kedua

merupakan buah akal dan budi manusia. Sedangkan wujud yang ketiga adalah

buah karya manusia.

Kuntowijoyo (2006:42) menyoroti adanya dualisme budaya. Yaitu budaya

desa dengan budaya kota, dan disparitas budaya antara yang mampu dengan yang

tidak mampu. Sejalan dengan itu, Mudji Sutrisno (tanpa tahun:109) menyatakan

bahwa rasionalitas, subjektivitas dan libertas (kebebasan) merupakan penemuan

kesadaran manusia untuk merajut kebudayaan menjadi peradaban. Selanjutnya

David Kaplan (2002:82) menyatakan, suatu institusi atau kegiatan budaya

Page 22: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxii

dikatakan fungsional manakala memberikan andil bagi adaptasi atau penyesuaian

sistem tertentu dan disfungsional apabila melemahkan adaptasi.

Definisi-definisi dan pemahaman tentang kebudayaan tersebut sepintas

terlihat berbeda. Namun jika dicermati, semuanya mengakui adanya ciptaan

manusia, meliputi perilaku dan hasil kelakuan manusia, diatur oleh tata kelakuan

melaui proses belajar, dan semuanya tersusun dalam masyarakat.

Secara umum masyarakat mengartikan kebudayaan sebagai the general

body of the arts. Bagian-bagiannya meliputi seni sastra, seni musik, seni pahat,

seni rupa, pengetahuan filsafat atau bagian-bagian yang indah dari kehidupan.

Dapat disimpulkan, kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk mencapai

kesempurnaan hidup, baik yang konkret maupun abstrak.

Ada tiga karakteristik penting dari kebudayaan menurut Dr. Alo Liliweri,

M.S., (2007: 57) dan ini sejalan dengan tafsir kebudayaan yang diuraikan Geertz

(1992: 21), yaitu :

a. Kebudayaan itu dapat dipelajari.

Kebudayaan itu dapat dipelajari karena interaksi antarmanusia ditentukan oleh

penggunaan simbol, bahasa verbal maupun nonverbal. Tradisi budaya, nilai-

nilai, kepercayaan dan standar perilaku semuanya diciptakan oleh kreasi

manusia dan bukan sekedar diwarisi secara instink, melainkan melalui proses

pendidikan dengan cara-cara tertentu menurut kebudayaan.

b. Kebudayaan dipertukarkan.

Page 23: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxiii

Istilah pertukaran, merujuk pada kebiasaan individu atau kelompok untuk

menunjukkan kualitas kelompok budayanya. Dalam interaksi dan pergaulan

antarmanusia setiap orang mewakili kelompoknya lalu menunjukkan

kelebihan-kelebihan budayanya dan membiarkan orang lain untuk

mempelajarinya. Proses pertukaran budaya, terutama budaya material,

dilakukan melalui mekanisme ‘belajar budaya’.

c. Kebudayaan Tumbuh dan Berkembang.

Setiap kebudayaan terus ditumbuhkembangkan oleh para pemilik

kebudayaannya. Oleh karena itu ada yang mengatakan bahwa kebudayaan itu

terus mengalami perubahan.

Implikasi karakteristik kebudayaan sebagai hal yang dapat dipelajari,

dapat ditukar dan dapat berubah itu terjadi hanya jika ada jaringan interaksi

antarmanusia dalam bentuk komunikasi antar pribadi maupun antar kelompok

budaya yang terus meluas, (Alo Liliweri, 2007:59).

2. Kebudayaan Daerah

Berbicara tentang kebudayaan daerah di Indonesia bukan hal mudah.

Terdapat ribuan wujud kebudayaan di negeri yang terdiri atas deretan pulau besar

dan kecil yang membentang dari Sabang sampai P. Rote. Jumlah kebudayaan

daerah di seluruh bangsa ini paling tidak sebanding dengan jumlah suku bangsa

dengan latar belakang sejarah masing-masing. Keberagaman kebudayaan di

daerah merupakan akibat dari suatu pengalaman historis yang berbeda-beda.

Page 24: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxiv

Sedikit mengungkap tentang latar belakang keragaman kebudayaan di

wilayah Indonesia, Koentjaraningrat (1988:1) menguraikannya dengan

mengaitkan sejarah terbentuknya kepulauan nusantara. Konon, manusia

Indonesia tertua sudah ada sejak lebih dari satu juta tahun lalu, saat dataran Sunda

masih merupakan daratan dan Asia Tenggara bagian benua dan bagian kepulauan

masih menyatu. Fosil manusia tertua itu kemudian dikenal dengan

Pithecanthropus Erectus, yang diyakini berevolusi menjadi Homo Soloensis.

Fosilnya antara lain ditemukan di Lembah Bengawan Solo. Puluhan ribu tahun

kemudian, baru berevolusi lagi menjadi manusia dengan ciri-ciri seperti manusia

sekarang. Fosilnya ditemukan di Distrik Wajak dan dikenal dengan Homo

Wajakensis, yang ciri-cirinya memiliki banyak persamaan dengan fosil nenek

moyang penduduk asli Australia sebelum dikuasai oleh orang-orang Eropa.

Sedangkan wilayah Indonesia pada awalnya merupakan dua dataran yang

amat luas di antara Benua Asia dan Australia, dengan deretan gunung berapi yang

membentang dari Pegunungan Himalaya ke tenggara lalu ke timur, ke utara di

dalam laut di antara kedua dataran tersebut. Kedua dataran itu disebut dengan

Dataran Sunda yang merupakan ekstensi Benua Asia, dan Dataran Sahul yang

dianggap sebagai ekstensi Benua Australia ke utara.

Saat zaman es akhir (Kala Gracial Wurn) lapisan es di kutub utara dan

selatan meleleh sehingga permukaan laut lebih tinggi. Kedua dataran tersebut

tenggelam. Yang tinggal hanya deretan pegunungan di atasnya yang kemudian

Page 25: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxv

membentuk kepulauan yang sekarang disebut gugusan kepulauan Indonesia dan

Filipina.

Sebagai daerah kepulauan yang diapit Benua Asia dan Australia, iklimnya

sangat ditentukan oleh angin musim. Hal ini mempengaruhi banyak sedikitnya

curah hujan dan kesuburan tanah di masing-masing wilayah. Pengaruh

sedimentasi vulkanik muda dari gunung-gunung berapi juga sangat berpengaruh

terhadap kesuburan tanah. Semakin subur suatu wilayah, semakin padat

penduduknya, hingga berpotensi menjadi tempat berkembangnya suatu

kebudayaan, (Koentjaraningrat, 1988:2-3).

Hal lain yang mempengaruhi terbentuknya suatu kebudayaan di berbagai

wilayah masih menurut Koentjaraningrat (1988:3-20), adalah berbagai peristiwa

pada zaman prehistori, yaitu:

a. Persebaran manusia dengan ciri-ciri Austro Melanesoid yang membawa

kebiasaan hidup di muara sungai, hidup dari usaha menangkap ikan, berburu,

dan meramu tumbuh-tumbuhan dan akar. Seperti masyarakat di Irian.

b. Pengaruh ciri-ciri Mongoloid yang mengembangkan kebudayaan berburu

dengan busur panah bercorak Toala. Seperti di Sulawesi.

c. Persebaran bangsa-bangsa pembawa kebudayaan Neolitik. Mereka ini telah

mengenal cocok tanam tanpa irigasi. Mereka juga membawa bahasa Proto

Austronesia yang menyebar dari Cina Selatan ke selatan hingga Semenanjung

Melayu, Sumatra, Jawa dan lain-lain kepulauan Indonesia bagian barat,

Page 26: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxvi

Kalimantan Barat, NTT, Flores, Sulawesi, hingga Filipina. Kebudayaan ini

tidak pernah sampai ke bagian timur Indonesia.

d. Persebaran pengaruh kepandaian membuat benda-benda perunggu, yang

konon berawal dari Vietnam Utara.

Senada dengan pendapat Koentjaraningrat, Edi Sedyawati (2006:328)

menyatakan, di dalam masing-masing kesatuan masyarakat yang membentuk

bangsa, baik berskala kecil ataupun besar, terjadi proses pembentukan dan

perkembangan budaya yang berfungsi sebagai penanda jati diri bangsa tersebut.

Di Indonesia, proses demikian itu telah terjadi sejak zaman prasejarah, di berbagai

kawasan dalam wilayah Indonesia.

Lebih lanjut dikatakan bahwa kehidupan pada masa prasejarah dalam

satuan-satuan kemasyarakatan yang relatif terpisah satu sama lain telah

memberikan peluang besar untuk tumbuhnya kebudayaan dengan ciri-ciri

khasnya masing-masing. Keunikan budaya masing-masing tersebut mendapat

momentum untuk pemantapan ketika masyarakat yang bersangkutan telah

menginjak pada kehidupan menetap. Dengan perkembangan ini, jati diri budaya

masing-masing ditandai kekhasan yang lebih rumit pula, menyangkut berbagai

komponen kebudayaannya.

Selama abad-abad histori, kebudayan di Indonesia masih mendapatkan

pengaruh besar, yaitu;

a. Pengaruh Kebudayaan Hindu yang memperkenalkan konsep tentang susunan

negara yang hierarkis, yang menganggap raja adalah keturunan dewa sehingga

Page 27: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxvii

harus diagungkan. Konsep ini terutama berkembang di negara-negara

(kerajaan waktu itu) pedalaman yang ekonominya berdasarkan sistem

pertanian dengan irigasi sawah. Sedangkan negara (kerajaan) yang

berdasarkan pada perdagangan maritim tidak mengikuti konsep ini, seperti

Kutai dan Sriwijaya. Pengaruh Hindu juga masuk ke wilayah Jawa, dengan

negara terbesarnya Majapahit.

b. Pengaruh Kebudayaan Islam. Pengaruh ini berasal dari Parsi dan Gujarat di

India Selatan, yang banyak mengandung unsur-unsur mistik. Masuk melalui

Sumatera, menyebar ke Jawa dan Pantai Kalimantan.

c. Pengaruh Kebudayaan Eropa yang bermula dari aktivitas perdagangan orang

Portugis pada paruh pertama abad ke-16, setelah Portugal tahun 1511

menaklukkan pelabuhan Malaka sebagai pintu gerbang masuk wilayah

nusantara. Wujud konkretnya terutama adalah agama Katholik dan Kristen

Protestan.

Secara lebih sederhana, faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan

kebudayaan suatu kelompok adalah latar belakang kelompok tersebut, yang

meliputi; sejarah, ras, suku bangsa, letak geografis, tingkat pendidikan, dan

tingkat ekonomi, (Tri Widiarto, 2007:33). Alan R. Beals, George and Louise

Spindler (1973:290) menyatakan bahwa sistem budaya pada suatu daerah

kebudayaan mengalami perubahan secara efektif ketika terjadi proses difusi,

inovasi dan akulturasi.

Page 28: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxviii

Koentjaraningrat (1988:33), menyatakan bahwa kebudayaan daerah dapat

diklasifikasikan menurut beberapa ciri atau tipe masyarakatnya, yaitu;

a. Tipe masyarakat dengan mata pencaharian berkebun yang masih sederhana.

b. Tipe masyarakat pedesaan dengan pekerjaan bercocok tanam tanpa irigasi.

c. Tipe masyarakat pedesaan yang bercocok tanam di sawah dengan irigasi.

d. Tipe masyarakat perkotaan yang menjadi pusat pemerintahan, dan

e. Tipe masyarakat daerah metropolitan.

Dengan demikian, kebudayaan daerah dapat diartikan sebagai suatu

bentuk kebudayaan yang didukung oleh masyarakat suatu daerah tertentu, di

mana kebudayaan itu ada dan berkembang. Hal ini senada dengan pendapat

Soekmono (1988:11) yang menyatakan bahwa tidak akan ada kebudayaan, jika

tidak ada pendukungnya, yakni manusia di daerah itu sendiri.

3. Culture Area

Suatu daerah kebudayaan (culture area) merupakan suatu penggabungan /

penggolongan dari suku-suku bangsa dalam masing-masing kebudayaan yang

beraneka warna, tetapi memiliki beberapa unsur dan ciri-ciri mencolok yang

serupa, (Koentjaraningrat, 1979:271). Suatu culture area menggolongkan ke

dalam satu golongan beberapa puluh kebudayaan yang satu dengan lainnya

berbeda, berdasarkan atas persamaan dari sejumlah ciri-ciri mencolok

kebudayaan-kebudayaan yang bersangkutan. Baik ciri-ciri berupa unsur

kebudayaan fisik (seperti alat-alat bertani, transportasi, senjata, bentuk ornamen,

Page 29: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxix

dan lain-lain) maupun unsur kebudayaan yang abstrak (adat-istiadat, cara berpikir,

upacara keagamaan, dan lain-lain).

Culture area Jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur Pulau Jawa.

Termasuk di antaranya Banyumas, Kedu, Madiun, Malang, dan Kediri, dengan

pusatnya di daerah bekas kerajaan Mataram sebelum terpecah (1755) yaitu

Yogyakarta dan Surakarta, (Koentjaraningrat, 1988:329). Oleh karena itu, meski

di lingkungan tersebut terdapat berbagai variasi dan perbedaan yang bersifat

lokal akibat perubahan sistem budaya, namun dalam beberapa unsur kebudayaan,

jika dicermati tetap menunjukkan satu pola atau satu sistem kebudayaan yang

sama.

Kebudayaan Jawa, Sunda, dan Bali pada dasarnya merupakan tipe

kebudayaan pada masyarakat pedesaan dengan pekerjaan bercocok tanam di

sawah dengan padi sebagai diferensiasi dan stratifikasi sosial yang agak

kompleks. Masyarakat kota yang menjadi arah orientasinya mewujudkan suatu

peradaban bekas kerajaan pertanian bercampur dangan kepegawaian yang dibawa

oleh sistem pemerintah kolonial, beserta semua pengaruh kebudayaan asing yang

dialami. Pandangan hidup orang Jawa disebut kejawen, dalam bahasa Inggris

disebut Javaneseness, Javanism. Sebagai suatu sistem, pemikiran javanism adalah

lengkap pada dirinya, berisikan kosmologi, mitologi, dan seperangkat konsepsi.

Yaitu suatu sistem gagasan mengenai sifat dasar manusia dan masyarakat, yang

pada gilirannya menerangkan etika, tradisi, dan gaya hidup Jawa, (Rini Fidiyani,

2008:44).

Page 30: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxx

Banyumas, baik secara geografis, kultural maupun etnis, termasuk dalam

wilayah kebudayaan Jawa. Menurut Lombard, di tanah Jawa dapat dibedakan

menjadi lima wilayah pokok, dan Banyumas termasuk wilayah pokok daerah

lembah sungai Serayu, merupakan salah satu daerah tempat berkembangnya

kegiatan kecil yang sibuk bersamaan dengan daerah Purbalingga, Cilacap dan

Purwokerto. Lebih lanjut Lombard menyatakan bahwa pada abad ke-16 dan ke-17

daerah itu berfungsi sebagai persinggahan Islam di antara Demak dan bagian

timur Tanah Pasundan. Bagi mereka yang datang dari barat, daerah itu merupakan

serambi dunia Jawa, (Lombard, 2005:33).

4. Hakikat Sumber Belajar

Sekolah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pelayanan kepada

para siswa agar dapat mencapai dan menguasai semua kompetensi. Dengan

tercapainya secara tuntas sejumlah kompetensi tersebut maka bisa dikatakan

bahwa sekolah sudah mampu menjalankan tugas dan fungsinya. Sekolah juga

mempunyai peranan untuk melestarikan budaya lokal, yang dapat pula dijadikan

sebagai sumber belajar bagi siswanya agar lebih mendorong siswa lebih aktif

belajar, dan mengenal budaya daerahnya.

Belajar bukan sekedar menghafal dan mengingat, sebab belajar merupakan

proses yang salah satu indikatornya harus ada perubahan pada diri orang yang

belajar, (Nana Sujana, 2008:22). Sedangkan menurut Slameto belajar merupakan

proses usaha yang dilakukan individu untuk mempunyai perubahan yang baru

sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan, (Slameto, 2003:2). Guru bukan

Page 31: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxi

satu-satunya sumber belajar. Sumber belajar dapat dikembangkan secara kreatif

sesuai dengan kemampuannya oleh pendidik dan peserta didik.

Sumber belajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan

bahan atau situasi yang memungkinkan siswa belajar secara individual. Sumber

adalah asal yang mendukung terjadinya belajar, termasuk sistem pelayanan, bahan

pembelajaran dan lingkungan. Sedangkan belajar adalah proses yang komplek

yang tejadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih

bayi sampai ke liang lahat, (Arief S. Sadiman, 1996:1).

Sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru

guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya, (Nana Sujana,

2001:77). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa sumber belajar terdapat di berbagai

tempat, yang berwujud manusia, lingkungan, sarana, fasilitas dan aktivitas yang

bermanfaat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar .

Sumber belajar pada hakikatnya adalah semua sumber yang terdiri dari

pesan, manusia, material (media software), peralatan (hardware), teknik (metode)

dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-

sama (kombinasi) untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran, (AECT, 1977:8).

Dalam perkembangannya, sumber belajar merupakan bahan atau materi untuk

menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar,

sebab pada hakekatnya belajar adalah untuk mendapatkan hal-hal baru atau

perubahan, (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:48). Lebih spesifik

Sri Anitah (2008:5-6), menyatakan bahwa sumber belajar diartikan sebagai segala

Page 32: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxii

sesuatu yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar. Sumber

belajar dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :

a. Sumber belajar yang dirancang (resources by design), sumber belajar yang

sengaja direncanakan untuk keperluan pembelajaran. Sumber belajar yang

termasuk kategori ini adalah buku teks, modul, brosur, ensiklopedia, film,

video, tape, slide, film strips, OHP dan LCD.

b. Sumber belajar yang dimanfaatkan ( resources by utilization), yaitu segala

sesuatu yang sudah tergelar di sekitar kita, misalnya : pasar, toko, museum,

tokoh masyarakat, peninggalan sejarah dan gedung lembaga negara.

Berbagai sumber yang tersedia bagi pengajaran dapat dikelompokkan ke

dalam sejumlah kategori. Sedangkan yang paling bermanfaat bagi pendidikan

menurut Jerold E Kemp (1994:187) adalah:

a. Sumber yang nyata, berupa narasumber, benda, alat, model, atau tiruan benda

asli.

b. Bahan takterproyeksikan (dwimatra), yang dapat berupa lembaran kertas

bercetak, papan tulis, diagram, foto, bagan, grafik, dan lain-lain.

c. Rekaman suara.

d. Gambar diam yang diproyeksikan, dapat berupa; slide, carikan film, program

komputer, dan lain-lain.

e. Gambar bergerak yang diproyeksikan.

f. Kombinasi media.

Page 33: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxiii

Pemahaman terhadap sumber belajar sangat penting bagi pengguna,

karena tidak semua yang ada di sekitar sekolah dan lingkungan siswa dapat

dikategorikan sebagai sumber belajar. Pemilihan sumber belajar yang tepat dapat

mendorong proses pembelajaran menjadi lebih hidup atau aktif, kreatif, efektif,

inovatif dan menyenangkan. Konsep pembelajaran seperti inilah yang sering

disebut sebagai pembelajaran PAIKEM.

Adapun beberapa kriteria dalam memilih dan menetapkan sumber belajar

antara lain bahwa sumber tersebut harus dapat:

a. Memberi dorongan kepada siswa dengan menarik perhatian dan merangsang

minat mereka terhadap pelajaran.

b. Melibatkan siswa secara langsung dan bermakna dalam memperoleh

pengalaman belajar.

c. Memberikan saham dalam membentuk sikap dan mengembangkan apresiasi

siswa.

d. Menjelaskan dan mengilustrasikan bahan ajar pengetahuan dan ketrampilan

kinerja.

e. Memberikan kesempatan untuk melakukan swaanalisis dalam kinerja dan

tingkah laku perseorangan, (Jerrold E Kemp, 1994:187).

5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS )

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan istilah yang diadopsi dari

Amerika Serikat yang sejatinya dinamakan Social Studies. Dilihat dari

muatannya, IPS dapat diartikan sebagai mata pelajaran tentang penelaahan

Page 34: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxiv

masyarakat, baik yang terdapat di sekelilingnya maupun di negeri lain, masa

sekarang maupun masa lampau.

IPS adalah mata pelajaran hasil fusi atau peleburan dari sejumlah disiplin

ilmu sosial, seperti sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, tata negara

dan psikologi sosial. IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang

disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD dan SMP, (Nasution, 1987:3).

Penyederhanaan ini memiliki makna :

a. Menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di

perguruan tinggi menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berpikir

siswa setingkat SD dan SMP.

b. Mempertautkan dan memadukan bahan berasal dari aneka cabang ilmu sosial

dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi bahan pelajaran yang mudah

dicerna.

Pembelajaran IPS menurut pendapat Daldjoeni (1992:27) memiliki lima

tujuan, yaitu :

a. IPS mempersiapkan siswa untuk studi lanjut di bidang ilmu sosial. Jika nanti

masuk SMA dan perguruan tinggi, akan disajikan secara parsial antara

ekonomi, sejarah, geografi, antropologi dan sosiologi.

b. IPS bertujuan untuk mendidik warga negara yang baik. Karena itu mata

pelajaran yang disajikan ditempatkan dalam konteks budaya melalui

pengolahan secara ilmiah dan psikologis yang tepat.

Page 35: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxv

c. IPS yang mempelajari closed area, yaitu masalah-masalah sosial yang

pantang dibahas di muka umum, bahannya berbagai pengetahuan ekonomi

sampai politik, dari sosial sampai kultural untuk melatih siswa berpikir

demokratis.

d. Membina warga negara Indonesia atas dasar moral Pancasila dan UUD 1945,

serta sikap sosial rasional dalam kehidupan.

Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004:7) menyatakan bahwa

Pengetahuan Sosial (sekarang IPS), di Indonesia diberikan di sekolah dan

memiliki tujuan untuk mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang

baik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan menitikberatkan pada

pengembangan individu yang dapat memahami masalah-masalah dalam

lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan sosial yang membahas interaksi

antar manusia, dan lingkungan alam yang membahas interaksi antar manusia

dengan lingkungannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat. Selain itu anak didik diharapkan dapat berpikir kritis dan kreatif,

dapat melanjutkan serta mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa.

Dengan demikian IPS merupakan mata pelajaran yang menelaah masalah-

masalah dalam masyarakat yang muncul seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan komunikasi. Bahan kajian IPS lebih menekankan

pada masalah-masalah sosial budaya yang terdapat di masyarakat dan

lingkungannya maupun yang ada di negara lain pada masa lampau, masa sekarang

Page 36: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxvi

serta mengantisipasi perubahan sosial budaya beserta pengaruhnya terhadap

kelangsungan hidup manusia di masa yang akan datang.

Mata pelajaran IPS senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi sehingga materi pelajaran juga mengalami perubahan. Hal ini dapat

terlihat dalam perkembangan kurikulum sampai detik ini yaitu KTSP. Fungsi IPS

dalam KTSP adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan

sosial peserta didik agar dapat direfleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa

dan negara Indonesia.

Dalam Kurikulum (KTSP) SMP yang berlaku saat ini, mata pelajaran IPS

tidak secara tegas membedakan materi geografi, sejarah, ekonomi maupun

sosiologi seperti sebelumnya. Meski demikian Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) menunjukkan adanya muatan materi-materi tersebut

secara jelas. Selain itu, SK dan KD juga menunjukkan ruang bagi masuknya

potensi lokal dalam rangka pencapaian tujuannya. Adapun gambaran lengkap

tentang SK dan KD yang berpotensi dimasuki muatan lokal secara tersebut,

lengkap disajikan pada bagian lampiran.

Proses pembelajaran IPS yang materinya terdiri atas berbagai disiplin ilmu

tersebut memerlukan berbagai alternatif pendekatan. Seperti pendekatan

lingkungan yang semakin meluas, pendekatan pemecahan masalah yang aktual,

serta pendekatan partisipasi sosial. Juga dikenal adanya pendekatan monodisiplin

atau sering disebut juga pendekatan struktural, pendekatan interdisipliner yaitu

memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial yang dapat didekati dari

Page 37: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxvii

berbagai disiplin keilmuan sosial dan pendekatan terpadu atau integrated

approach, (Direktorat PLP, 2004:18-20).

Pembelajaran sejarah sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran IPS

harus mampu mengkaji realitas sosial yang ada. Karena itu, proses

pembelajarannya perlu berorientasi pada masalah (problem oriented), terutama

berkaitan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Hal ini didasari

atas pemikiran bahwa semua kejadian yang terdapat dalam peristiwa sejarah

mengandung pelajaran penting dan bermanfaat. Dengan demikian makna belajar

sejarah bukan hanya untuk mengetahui rentetan peristiwa masa lampau, namun

yang lebih penting adalah agar generasi yang hidup sekarang dapat mengambil

hikmah kearifan kesadaran sejarah, (Sukardi, 2009:4).

Kearifan, menurut Pitoyo Amrih (2008:24) adalah sebuah kemauan untuk

melihat hukum alam yang diciptakan Sang Khaliq. Manusia memang diciptakan

memiliki akal dan hasrat, juga dibekali sebuah keistimewaan oleh Sang pencipta

untuk bebas menentukan pilihan. Akan tetapi apapun pilihan manusia, harus

selalu tunduk aturan main hukum alam-Nya. Sebuah kebebasan menentukan

pilihan, tetapi yang selaras dengan aturan main-Nya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang upaya mengangkat potensi kedaerahan menjadi materi

pelajaran IPS telah pernah dilakukan. Di antaranya oleh Neneng Dewi Setyowati

dengan judul penelitian: Fungsionalisasi Benda Cagar Budaya Sebagai Sumber

Page 38: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxviii

Belajar dan Peningkatan Kesadaran Sejarah Bangsa Siswa Sekolah Menengah

Umum Kabupaten Boyolali.

Penelitian tersebut merupakan tesis Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta, tahun 2004. Tujuan penelitian itu untuk mengungkap

masalah pokok tentang benda cagar budaya di Kabupaten Boyolali yang dapat

berfungsi sebagai sumber belajar serta kebermanfaatannya bagi siswa SMU di

Kabupaten Boyolali. Penelitian itu juga mengungkap berbagai kemungkinan agar

cagar budaya diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan

sebagai sarana peningkatan kesadaran sejarah.

Relevansi penelitian tersebut adalah pada kajiannya yang mengambil

fokus warisan budaya lokal sebagai sumber belajar. Akan tetapi, orientasi

penelitian hanya mengungkap masalah pokok benda cagar budaya yang terdapat

di Kabupaten Boyolali yang dapat berfungsi sebagai sumber belajar sebagai guna

peningkatan kesadaran sejarah. Dengan demikian, cagar budaya tersebut

digunakan hanya sebagai penunjang atau sarana pengajaran, bukan sebagai

substansi materi pengayaan.

Penelitian lain yang senada adalah tesis karya Hadiyah berjudul:

Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Negeri Kleco II Surakarta, berupa.

tesis Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana UNS tahun 2004.

Relevansi penelitian menyoroti berbagai faktor yang dekat dengan diri

siswa untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar pembelajaran IPS. Faktor

Page 39: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xxxix

tersebut hanya sebatas pada potensi lingkungan sekolah yang berwujud

(kebudayaan material), seperti perpustakaan, musium dan cagar budaya seperti

keraton. Pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar diasumsikan

dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep IPS yang dalam

hal ini cenderung hanya menitikberatkan pada aspek kognitif. Selanjutnya

diharapkan akan tumbuh kesadaran dalam diri siswa untuk ikut melestarikan

benda-benda bersejarah dan akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran

IPS di kelas.

C. Kerangka Pikir

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) IPS di tingkat SMP

memberikan ruangan yang cukup bagi masuknya budaya lokal sebagai sumber

belajar. Memang tidak secara jelas dan tegas pernyataan itu dirumuskan, namum

rumusan standard kompetensi maupun kompetensi dasar menyiratkan hal

tersebut.

Ruang tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk

melakukan inovasi dengan menyeleksi materi-materi budaya lokal dalam hal ini

Budaya Banyumas, sehingga layak disajikan sebagai sumber belajar IPS. Dengan

demikian, apa yang digariskan KTSP IPS tetap dapat tercapai, sedangkan siswa

terkonsep untuk lebih mengenal budaya daerahnya sebagai bagian dari keragaman

budaya nusantara. Pada akhirnya mereka akan bisa menjadi orang-orang yang

Page 40: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xl

mumpuni ilmu pengetahuannya, tanpa harus kehilangan jati diri sebagai Bangsa

Indonesia.

Budaya lokal seperti Budaya Banyumas bagi masyarakatnya, merupakan

warisan leluhur dengan nilai historis, estetika, dan etika, yang mencerminkan

pribadi masyarakat itu sendiri. Namun seperti budaya-budaya lokal lainnya,

Budaya Banyumas pun mulai ditinggalkan pemiliknya. Kalaupun masih, warisan

luhur itu ’hanya’ berada di tangan segelintir orang yang sudah ’uzur’.

Mengingat kompleks dan luasnya materi pelajaran IPS yang ditetapkan

dan harus dicapai siswa dalam KTSP tingkat SMP, tidak mungkin menyajikan

mentah-mentah budaya lokal tersebut secara utuh. Perlu dilakukan seleksi

terhadap jenis-jenis budaya lokal (dalam konteks penelitian ini adalah

Kebudayaan Banyumas) yang memenuhi kriteria, dan tujuan dalam KTSP yang

dikembangkan sekolah. Materi yang telah terpilih masih perlu dikemas secara

baik dengan strategi dan teknik penyampaian, sehingga dapat lebih efektif dan

bermanfaat.

Terdapat banyak unsur maupun wujud kebudayaan lokal, termasuk

Budaya Banyumas yang tumbuh dan tetap dikembangkan masyarakat pemiliknya.

Walau demikan tidak semuanya langsung dapat diterapkan sebagai sumber belajar

IPS. Selain tidak semua sesuai dengan ketentuan dalam KTSP, tidak semua guru

memahaminya. Oleh karena itu, diperlukan suatu acuan berupa kriteria tertentu

yang dapat digunakan guru dalam menyeleksi jenis-jenis budaya lokal sehingga

layak menjadi sumber belajar IPS.

Page 41: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xli

Dari dasar pemikiran itulah, penelitian ini dilakukan. Agar lebih jelas,

kerangka pikir dapat dicermati pada skema berikut .

Gambar : 1

Gambar : 1

Kerangka Pikir

Sumber Belajar IPS

Budaya Banyumas

Seleksi Materi yang Relevan

Teknik/ Cara Pemanfaatan

Pemahaman Guru IPS

Pembelajaran IPS

Page 42: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xlii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Banyumas, dengan objek

penelitian sekolah SMP dan cagar budaya. Sekolah yang dipilih adalah SMP N I

Ajibarang, dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut telah melaksanakan kegiatan

out door activity ke cagar budaya di lingkungan Kabupaten Banyumas dalam

pembelajaran IPS. Sedangkan cagar budaya yang diteliti meliputi; Masjid Saka

Tunggal di Wangon, Makam Dawuhan di Banyumas, dan Pendopo si Panji di

Purwokerto.

Penelitian dilaksanakan selama delapan bulan, dari April 2009 sampai dengan

Nopember 2009. Waktu tersebut digunakan untuk observasi awal, penyusunan

proposal, seminar proposal, pengumpulan data, analisis data, penyusunan draf

laporan. Tindak lanjut bulan berikut adalah bimbingan/ konsultasi dan finalisasi

penyusunan laporan.

B. Jenis dan Strategi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif, mengingat

penekanannya pada upaya untuk mengungkap unsur-unsur budaya lokal dalam

hal ini Budaya Banyumas yang relevan dijadikan sumber belajar, baik sebagai

Page 43: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xliii

materi maupun sarana pendukung pembelajaran IPS pada siswa tingkat SMP di

wilayah Kabupaten Banyumas.

Sifat penelitian kualitatif selalu menyajikan temuan dalam bentuk

deskripsi terperinci, lengkap, dan mendalam mengenai suatu proses mengapa dan

bagaimana sesuatu terjadi, (Sutopo, 2006:139). Tujuan utama penelitian kualitatif

deskriptif adalah menggambarkan sifat suatu keadaan yang berjalan pada saat

penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

Tujuan lainnya untuk melukiskan kondisi yang ada pada situasi tertentu saat

penelitian dilakukan. Kondisi dimaksud adalah pemanfaatan budaya Banyumas di

lingkungan sekolah sebagai sumber belajar mata pelajaran IPS di SMP Negeri di

kawasan Banyumas. Satu hal yang khas adalah bahwa penelitian tidak bermaksud

menguji hipotesis.

Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari manusia dan perilakunya yang

dapat diobservasi. Penelitian kualitatif sebagai salah satu jenis penelitian yang

berkembang secara pesat, merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan

sosial secara mendasar. Hasilnya sangat ditentukan oleh observasi pada manusia

dalam latar sendiri dan saat berinteraksi dengan orang lain, baik dalam bahasa

maupun peristilahannya.

Sutopo (2006:136) secara tegas mengatakan bahwa penelitian kualitatif

akan mampu mengungkap berbagai informasi berkualitas dengan deskripsi teliti

dan penuh nuansa yang lebih berharga dari sekedar statemen kuantitatif maupun

Page 44: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xliv

frekuensi dalam bentuk angka. Dijelaskan pula bahwa salah satu kriteria utama

penelitian kualitatif adalah peran peneliti sebagai instrumen utama (human

instrument).

2. Strategi Penelitian

Penelitian kualitatif mengenal adanya jenis penelitian yang berupa studi

kasus tunggal dan studi kasus ganda. Secara lebih khusus, baik studi kasus

tunggal atau pun studi kasus ganda juga dibedakan adanya jenis penelitian yang

sifatnya terpancang dan tidak terpancang (penjelajahan). Suatu penelitian disebut

sebagai studi kasus tunggal, bilamana penelitian itu terarah pada sasaran dengan

satu karakteristik. Meskipun penelitian dilakukan dibeberapa lokasi, kalau sasaran

studi tersebut memiliki karakteristik yang sama atau seragam, maka penelitian

tersebut tetap merupakan studi kasus tunggal, (Sutopo, 2006:140). Dengan

demikian penelitian yang terarah pada sasaran dengan karakteristik lebih dari satu

dinamakan studi kasus ganda.

Robert K. Yin (2008:18) mendefinisikan, tentang studi kasus adalah suatu

inquiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata,

bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas dan

dimana multisumber bukti dimanfaatkan. Sedangkan menurut Sutopo (2006:139)

penelitian yang sifatnya terpancang (embedded research) adalah penelitian yang

sudah terarah pada batasan atau fokus tertentu yang dijadikan sasaran dalam

penelitian, sebaliknya penelitian yang tidak terfokus pada batasan tertentu

dikategorikan studi kasus tidak terpancang (penjelajahan/ grounded research)

Page 45: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xlv

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dimana

peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya

dari kasus tersebut untuk mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi dari

masalah yang diteliti. Kategori penelitian ini merupakan studi kasus tunggal dan

terpancang, strategi yang digunakan difokuskan pada satu karakteristik dan satu

permasalahan penelitian. Alasan menggunakan terpancang karena penelitian ini

sudah mengarah pada tujuan yang berkaitan dengan fokus permasalahannya.

Namun meskipun fokus penelitian sudah terarah, berdasarkan karakteristik

metodologi penelitian kualitatif khususnya yang berkaitan dengan disain yang

lentur dan terbuka, dan proses analisisnya yang bersifat induktif, penelitian ini

tidak mengembangkan hipotesis.

C. Jenis Informasi

Penelitian ini menghimpun berbagai jenis informasi yang digali dan

dikumpulkan dari berbagai sumber data. Perinciannya dapat diklasifikasikan sebagai

berikut.

1. Informasi tentang jenis Budaya Banyumas di Kabupaten Banyumas yang dapat

berfungsi sebagai sumber belajar IPS.

2. Informasi tentang pemahaman dan kemampuan guru mata pelajaran IPS tingkat

SMP di Kabupaten Banyumas untuk menjadikan Budaya Banyumas sebagai

sumber belajar sesuai dengan SK/KD IPS.

Page 46: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xlvi

3. Informasi tentang strategi pemanfaatan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar

IPS yang relevan bagi siswa tingkat SMP di Kabupaten Banyumas.

D. Sumber Data

Lofland dan Hoflan sebagaimana dikutip Lexy J. Moloeng (2008:157)

mengatakan, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata

dan tindakan orang-orang yang diamanati atau diwawancarai merupakan sumber data

utama. Selanjutnya sumber data utama tersebut dicatat melalui catatan tertulis atau

melalui perekaman video / audio tape, pengambilan foto maupun film.

Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber

dan cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah

(natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan

berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan, dan lain-lain. Dilihat dari

sumber datanya, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber

sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

Sedangkan bila dilihat dari segi cara, atau teknik pengumpulan data, maka dapat

dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner

(angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya, (Sugiyono, 2009: 224-225).

Page 47: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xlvii

Sumber data dipilih berdasarkan jenis informasi yang ingin didapat

berdasarkan arahan beragam hal yang terdapat dalam rumusan masalah. Sebaiknya

sumber data dirumuskan secara rinci yang berkaitan dengan jenisnya, apa dan siapa

yang secara langsung berkaitan dengan jenis informasi atau data yang akan digali,

(Sutopo.2006:180).

Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan atau nara sumber, terutama dari para pemerhati sejarah dan Budaya

Banyumas, tokoh adat dan Budaya Banyumas, sebagian besar guru pengampu

mata pelajaran IPS SMP di Kabupaten Banyumas. Selain itu, yang menjadi

informan adalah pelaku seni seperti dalang wayang purwa, tari, begalan, ebeg

serta beberapa juru kunci penjaga situs sejarah di Banyumas seperti juru kunci

Masjid Saka Tunggal di Cikakak dan Pendopo Si Panji di Purwokerto.

2. Dokumen/arsip berupa sumber-sumber pustaka atau literatur tentang Profil

Banyumas, Babad Banyumas, Sejarah Banyumas, tradisi dan seni Banyumas,

buklet atau catatan mengenai cagar budaya yang ada di Banyumas, KTSP mata

pelajaran IPS untuk SMP, dan catatan prestasi atau kegiatan siswa yang berkaitan

dengan Budaya Banyumas.

3. Tempat cagar budaya, terfokus pada tempat peninggalan sejarah yang ada di

Kabupaten Banyumas seperti Masjid Saka Tunggal di Cikakak, Makam Dawuhan

dan Pendopo Si Panji di Purwokerto.

Page 48: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xlviii

E. Teknik Cuplikan ( Sampling )

Cuplikan berkaitan dengan pemilihan dan pembatasan jumlah serta jenis dari

sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan

teknik cuplikan purposive sampling dan time sampling.

1. Purposive Sampling

Teknik sampling dengan purposive sampling memiliki kecenderungan

peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan

masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang mantap, (Sutopo, 2006:64). Tipe cuplikan ini sering digunakan dalam ilmu

sosial berdasarkan asumsi dan penilaian subjektif dari peneliti yang menganggap

bahwa orang yang menjadi sampel penelitian dapat mewakili suatu populasi.

2. Time Sampling

Cuplikan waktu ini berkaitan dengan waktu yang dipilih dan dipandang

tepat untuk mengumpulkan informasi sesuai dengan jenis informasi yang

diperlukan, berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Waktu yang dipilih oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah pada saat objek penelitian aktif melakukan

pekerjaan. Pada jadwal penelitian, waktu pengumpulan data lapangan pada bulan

Oktober dan Nopember, atau pada masa pertama tahun pelajaran 2009/ 2010.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan sangat tergantung dari jenis

datanya. Bila sumber datanya berupa manusia atau informan, jelas teknik

Page 49: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xlix

pengumpulan datanya berupa wawancara. Bila tempat, benda atau peristiwa menjadi

sumber datanya, maka digunakan teknik observasi. Demikian pula bila sumber

datanya berupa arsip atau dokumen tertulis, maka diperlukan kajian isi atau content

analysis, (Sutopo, 2006:181).

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik guna mengumpulkan data.

1. Wawancara Mendalam ( in-depth interviewing)

Data dari informan dikumpulkan melalui wawancara. Mengingat

penelitian ini berupa penelitian lapangan, jenis wawancara yang dilakukan tidak

terstruktur dan mendalam seperti yang telah sering digunakan dalam penelitian

kualitatif. Jenis data diharapkan terjaring melalui teknik ini berupa informasi

tentang sejarah Banyumas, tradisi dan seni Banyumas, masalah pemahaman guru

IPS dan kemampuannya dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai

SK/KD.

Menurut H.B. Sutopo (2006:68), tujuan utama melakukan wawancara

adalah agar bisa menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks

mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi,

tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, untuk merekonstruksi

beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan

memproyeksikan hal-hal itu yang dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di

masa yang akan datang.

Dipilihnya wawancara mendalam dalam penelitian ini karena sifatnya

lentur dan terbuka, dalam suasana keakraban, sehingga lebih mudah mendapatkan

Page 50: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

l

informasi yang lebih mendalam. Apalagi wawancara yang tidak dilakukan secara

formal ini dapat dilakukan berulang kali, sehingga informasinya pun semakin

teperinci dan lengkakp sesuai dengan keperluan penelitian.

2. Observasi

Pernyataan Spradley yang dikutip H.B. Sutopo (2006:75), menyebutkan

bahwa pelaksanaan teknik observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu tak berperan

sama sekali, dan observasi berperan.

Seorang peneliti yang melakukan wawancara mendalam, secara tidak

langsung juga melakukan observasi atau pengamatan, terutama pada pribadi

narasumber dan lingkungan tempat wawancara. Gambaran lengkap tentang

karakteristik dan latar belakang narasumber yang didapat selama observasi, akan

berpengaruh pada kualitas informasi yang disampaikannya.

Penelitian ini juga menggunakan teknik observasi langsung. Data yang

diperoleh berupa gambaran konkret tentang situs-situs budaya di Kabupaten

Banyumas. Selain itu juga untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi sekolah-

sekolah SMP di Kabupaten Banyumas, proses pembelajaran IPS sesuai SK/KD

di SMP, penggunaan sarana dan prasarana di sekolah, serta ketersediaan literatur

tentang Budaya Banyumas.

Observasi yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah observasi

langsung bersifat aktif. Artinya, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan

sebenarnya. tidak hanya berperan sebagai penonton. Objek diamati langsung dan

Page 51: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

li

teliti, baik secara formal (kegiatan pembelajaran IPS), maupun tidak formal

(kunjungan ke cagar budaya Banyumas).

3. Content Analysis

Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data penting dalam

penelitian kualitatif. Terutama bila sasarannya mengarah pada latar belakang atau

berbagai peristiwa masa lampau yang berkaitan dengan kondisi atau peristiwa

masa kini yang sedang diteliti. Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari

yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap dan kompleks dan bahkan

berupa benda-benda lain peninggalan masa lampau, (Sutopo, 2006:80-81).

Dokumen yang di analisis dalam penelitian ini meliputi; literatur tentang

Babad Banyumas, Profil Banyumas, Cagar Budaya di Banyumas, sistem religi,

seni dan tradisi Banyumas serta dokumen Kurikulum KTSP.

G. Validitas Data

Data yang telah berhasil digali di lapangan dikumpulkan dan dicatat dalam

kegiatan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kedalaman, kemantapan, dan

kebenaran data. Oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan

cara-cara yang tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya,

(Sutopo, 2006:91).

Untuk memperoleh kemantapan data dalam penelitian ini dilakukan teknik

trianggulasi. Pada dasarnya teknik trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola

pikir fenomenologi yang bersifat multi perspektif. Artinya untuk menarik simpulan

Page 52: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lii

yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Misalnya dalam memandang

suatu benda bila hanya menggunakan satu perspektif maka hanya akan melihat satu

bentuk. Jika benda itu dilihat dari beberapa perspektif yang berbeda maka dari setiap

hasil pandangan akan menemukan bentuk yang berbeda dengan bentuk yang

dihasilkan dari pandangan lain. Dari beragam bentuk yang diperoleh seseorang akan

memiliki data yang lebih lengkap, mantap dan mendalam.

Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan

validitas data dalam penelitian kualitatif, (Sutopo, 2006:92). Penelitian ini

menggunakan teknik trianggulasi sumber / data dan trianggulasi metode.

1. Trianggulasi Sumber/Data

Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data,

menggunakan beragam sumber data. Data yang sama atau sejenis akan lebih

mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber berbeda.

2. Trianggulasi Metode

Teknik ini dilakukan dalam proses pengumpulan data. Pengumpulan data

penelitian yaitu tentang budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS, dilakukan

dengan menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Data hasil wawancara

ditrianggulasikan dengan data yang terkumpul melalui teknik observasi maupun

analisis dokumen dan arsip. Dengan teknik trianggulasi tersebut akan diperoleh

data yang lebih valid.

Page 53: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

liii

H. Teknik Analisis Data

Setelah pengumpulan data selesai, dilakukan proses pembahasan untuk

menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian

data. Sedangkan proses analisis data sudah dilakukan sejak awal, bersamaan dengan

pengumpulan data penelitian. Selanjutnya, data yang diperoleh dikomparasikan

secara interaktif antara reduksi data dan sajian data, guna memperoleh suatu simpulan

hasil penelitian. Proses seperti ini dikenal dengan model jalinan atau analisis

interaktif.

Dalam model analisis interaktif terdapat tiga komponen pokok, yaitu; reduksi

data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan

abstraksi data kasar, yang ada dalam catatan lapangan. Proses ini berlangsung

terus selama pelaksanaan penelitian.

Reduksi data sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan tentang

kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan, dan teknik pengumpulan data yang akan digunakan. Pada saat

pengumpulan data belangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat

singkatan, pemberian kode, memusatkan tema, membuat batasan, dan menulis

memo. Proses reduksi ini terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian

selesai.

Page 54: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

liv

2. Sajian Data

Sajian data adalah suatu rakitan organisasi atau kumpulan informasi tentang

Budaya Banyumas dan pengembangan pembelajaran mata pelajaran IPS di SMP

di Kabupaten Banyumas, yang memungkinkan simpulan penelitian data

dilakukan. Sajian ini meliputi gambaran/skema, jaringan kerja kegiatan, dan tabel.

Kesemuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur dan menyeluruh

sehingga mudah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Sejak awal pengumpulan data, peneliti sudah memahami apa arti dari

temuan-temuan dengan melakukan pencatatan terhadap pernyataan-pernyataan,

pola-pola, dan konfigurasi yang mungkin, arahan sebab-akibat dan berbagai

proposisi. Pemahaman tersebut diverifikasi agar cukup mantap sehingga benar-

benar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Ketika simpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan data

dalam reduksi atau sajian data, peneliti kembali melakukan pengumpulan data

yang sudah terfokus. Kegitan ini dimaksudkan untuk mencari data pendukung

dari simpulan yang telah dikembangkan.

Dalam konteks ini, proses penelitian selalu berlangsung dalam bentuk

siklus yang oleh H.B. Sutopo (2006:120) digambarkan sebagai berikut :

Page 55: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lv

( 1 ) ( 2 )

( 3 )

Gambar : 2

Model Analisis Interaktif

Secara teperinci berbagai langkah yang ditempuh peneliti dalam menerapkan

analisis interaktif adalah sebagai berikut :

1. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melalui berbagai sumber, begitu

data diperoleh tanpa menunggu data selanjutnya langsung menganalisis data

tersebut. Selanjutnya disusul analisis data setiap kali data lain diperoleh. Dari data

tersebut, kemudian diolah dan disusun pengertian secara singkat dengan

memahami arti setiap peristiwa, yang disebut reduksi data.

Pengumpulan

data

Sajian data

Penarikan simpulan/ verifikasi

Reduksi data

Page 56: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lvi

2. Peneliti membuat sajian data berupa cerita sistematis dengan komponen dan

peralatan yang mendukung.

3. Peneliti mulai menarik simpulan dengan verifikasinya berdasarkan semua hal

yang ada dalam reduksi data dan sajian data.

4. Seandainya hasil simpulan dirasa kurang mantap, maka peneliti mencari data lagi

dalam fieldnote.

5. Peneliti mengumpulkan data ulang, terutama data yang dianggap kurang memadai

atau meragukan.

6. Pengumpulan data, reduksi data, sajian data serta verifikasi atau penarikan

simpulan dilakukan secara bersambung dan berlanjut sampai diperoleh simpulan

yang mantap.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Latar

a. Kondisi Geokultural

Banyumas adalah kawasan yang berada di wilayah Jawa Tengah

bagian barat. Penduduknya sebagian besar merupakan Suku Jawa, yang secara

Page 57: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lvii

turun-temurun mendiami wilayah bagian tengah dan timur Pulau Jawa, dan

menggunakan bahasa Jawa dengan beragam dialek dalam kehidupan seharí-

harinya. Koentjaraningrat yang mengutip pendapat Kodiran menyebut

wilayah Banyumas merupakan daerah kejawen bersama dengan Kedu,

Yogyakarta, Surakarta dan Madiun. Wilayah di luar itu disebut Pesisir dan

Ujung Timur, (Koentjaraningrat, 1990:329).

Secara geografis, Banyumas terletak di sebelah selatan lereng Gunung

Slamet. Batas-batas wilayah Kabupaten Banyumas di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Tegal, Brebes, dan Kabupaten Pemalang. Di

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap. Sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Cilacap. Sedangkan di

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, dan

Kebumen, (Badan Arsip Informasi dan Kehumasan dengan Badan Pusat

Statistik Kab. Banyumas, 2002:2).

Sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Banyumas

memiliki luas wilayah 132.759 ha atau 1.327,59 km2 setara dengan 4,08 %

dari luas propinsi, memiliki 27 kecamatan, 229 desa dan 29 kelurahan. Secara

umum wilayah ini memiliki tingkat curah hujan tinggi, sehingga kondisi lahan

cukup subur untuk dijadikan areal pertanian, terutama padi. Bahkan dapat

dikatakan Banyumas sebagai salah satu daerah lumbung padi bagi Propinsi

Jawa Tengah, (Koderi, 1991:1).

Page 58: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lviii

Jumlah penduduk Banyumas pada akhir tahun 2004 berdasarkan hasil

sensus penduduk tahun 2005 tercatat sebesar 1.538.285 jiwa (pertumbuhan

menurun 0,15 % dibanding tahun 2003), dengan kepadatan penduduk

mencapai 1.159 jiwa/km2. Jumlah rumah tangga pada akhir tahun 2004

sebesar 409.631, dengan rata-rata jiwa per rumah tangga sekitar tiga sampai

empat jiwa. Dari jumlah tersebut sebagian besar menempati daerah pedesaan

yang bertumpu pada sektor pertanian sebagai roda penggerak perekonomian.

Dengan demikian, wilayah Banyumas merupakan salah satu daerah agraris,

(http://geminastiti. blogspot. com/2007/10/pengembangan-kemitraan-

peternakan.html, diakses tanggal 10 April 2009).

Secara antropologis historis, Banyumas memiliki kedudukan yang

unik dalam kerangka Kebudayaan Jawa. Secara antropologis berada antara

dua kebudayaan besar di Pulau Jawa, yaitu Kebudayaan Jawa yang berpusat

di Surakarta/Yogyakarta, dan Kebudayaan Sunda. Sedangkan secara historis

berada di antara dua wilayah kerajaan besar, yakni di bagian timur merupakan

wilayah paling barat dari Kerajaan Majapahit, dan bagian barat merupakan

wilayah kekuasaan paling timur dari Kerajaan Pajajaran. Letak wilayah yang

terlalu jauh dari pusat Kebudayaan Jawa (Surakarta/Yogyakarta)

memungkinkan Banyumas memiliki sikap dan karakter yang berbeda dengan

Orang Jawa pada umumnya, (Rini Fidiyani, 2008:2).

Secara historis sosiologis, wilayah Banyumas bagian barat merupakan

daerah perbatasan yang masyarakatnya memiliki hubungan persaudaraan

Page 59: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lix

dengan Kraton Pakuan Parahiyangan (Pajajaran). Menurut Budiono

Herusatoto (2008:15), hubungan ini terjalin sejak zaman Kadipaten

Pasirluhur. Sedangkan wilayah bagian timur memiliki hubungan historis

dengan Kebudayaan Jawa, mengingat latar belakangnya sebagai wilayah

mancanegara dari kraton-kraton di Jawa sejak Kerajaan Majapahit, Pajang,

Mataram, Kartasura, Surakarta, sampai Jogjakarta.

Koentjaraningratpun menyebutkan bahwa Banyumas merupakan salah

satu dari tujuh wilayah kebudayaan Jawa (Koentjaraningrat, 1994:25-29).

Disebutkan bahwa wilayah Kebudayaan Banyumas itu meliputi eks

Karesidenan Banyumas yang terdiri atas empat kabupaten. Yaitu; Kabupaten

Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara.

Pada umumnya masyarakat Banyumas menyebut dirinya Wong

Banyumas. Namun menurut Drs. Sugeng Priyadi, M. Hum, pakar naskah

kuno dan pengkaji Babad Banyumas dari Universitas Muhammadiyah

Purwokerto, Wong Banyumas adalah pembauran antara dua kelompok

masyarakat dari kerajaan yang berdampingan, yaitu Pakuan

Parahiyangan/Pajajaran dan Pasirluhur/Galuh). Pembauran ini akhirnya

membentuk satu komunitas baru, sebagai suatu keluarga besar yang hidup

rukun dan berkesinambungan, baik dalam sejarah maupun kehidupan sosial-

budaya yang khas, (wawancara tanggal 28 Oktober 2009). Dijelaskan pula

bahwa dinasti Banyumas adalah keturunan dinasti lokal Pasir dan Wirasaba

dengan Pajajaran dan Majapahit. Teks Babad Banyumas melegitimasikan

Page 60: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lx

nenek moyang Wong Banyumas berasal dari dua kerajaan yang berwibawa di

Pulau Jawa, yaitu Pajajaran dan Majapahit, (Sugeng Priyadi dan Suwarno,

2004:4).

Salah satu ciri utama Wong Banyumas terlihat pada bahasa ibu. Jika

mereka berbicara terdengar cowag (keras nada suaranya), gemluthuk

(bergelutuk karena bunyi-bunyi yang muncul terkesan serba berat) kalau

berbincang seperti tergesa atau cepat menanggapi. Logat bahasanya kenthel,

luged, mbleketaket (kental, mengasyikkan) enak didengar oleh komunitas

masyarakat pemiliknya sesama daerah, tetapi kadang membuat orang dari

wilayah lain tersenyum dan kesulitan memahami maknanya.

Daerah persebaran Bahasa Jawa dialek Banyumasan jauh berbeda

dengan luas wilayah administratif pemerintahan. Perkembangannya pun maju

searah dengan kemajuan zaman. Daerah persebaran yang saat ini masih

menggunakan bahasa Jawa dialek Banyumasan adalah Kebumen,

Banjarnegara, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Pemalang, Tegal, Brebes, dan

Pesisir Cirebon bagian timur, (Budiono Herusatoto, 2008:20).

b. Kebudayaan Banyumas

Kebudayaan Banyumas merupakan salah satu kebudayaan daerah

yang berkembang di wilayah Banyumas, yang menjadi lambang identitas

daerah. Dapat pula diartikan sebagai segala bentuk warisan lokal yang

dimiliki masyarakat Banyumas, baik yang berwujud (konkret) maupun tak

berwujud (abstrak).

Page 61: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxi

Berbicara tentang sejarah budaya Banyumas berarti membahas

perkembangan warisan budaya, berupa kebudayaan tradisional yang didukung

oleh masyarakat Banyumas. Masyarakat dengan penuh kreatifitas menata

unsur-unsur budaya itu menjadi sesuatu yang harmonis dan khas. Pola

kebudayaan yang telah berurat berakar pada pendukungnya ini diwariskan

dari generasi ke generasi.

Unsur-unsur Budaya Banyumas yang menonjol adalah; sistem sosial,

religi, bahasa, seni, sejarah, dan adat istiadat. Warisan lokal ini perlu

dilestarikan karena memiliki nilai-nilai moral, ideologi, sosiologi, dan politik

yang tinggi bagi pemiliknya. Selain itu jika dikembangkan bisa menjadi aset

pendapatan daerah yang cukup potensial.

Penelitian terhadap Budaya Banyumas menunjukkan bahwa para

Bupati Banyumas merupakan client dari patron raja-raja Jawa, (Sugeng

Priyadi dan Suwarno, 2004:7). Karena itu, pola relasi sosial masyarakat

Banyumas pun menunjukkan aspek paternalistik dan egaliter yang menonjol.

Budaya paternalistik menunjukkan bahwa hubungan antara patron (bapak

dari anak-anaknya) dengan masyarakat tidak ada jarak yang terlalu lebar.

Contohnya hubungan bapak dan anak seringkali diperlihatkan dalam

pergaulan yang dekat. Anak atau anak muda menyebut ayahnya atau orang

yang lebih tua dengan sebutan ma, rama, atau ramane. Menurut Koderi

(1991:150-152) orang Banyumas memiliki ungkapan anak polah bapa

kepradhah, sebagai bentuk tanggung jawab yang besar seorang patron

Page 62: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxii

terhadap perilaku anak-anaknya. Ungkapan dikempit diindhit, dikukup diraup,

menunjukkan bahwa seorang patron harus dekat dengan rakyatnya dan tidak

pilih kasih (emban cindhe emban siladan).

Budaya egaliter menjelaskan adanya hubungan yang sepadan antara

patron dengan rakyat, misalnya ungkapan ngisor galeng, nduwur galeng.

Ungkapan tersebut merupakan sikap yang tidak membeda-bedakan antara

dirinya sebagai seorang patron dengan rakyatnya. Bahkan ungkapan angger

agi dudu, aja kaya dadi; angger agi dadi, aja kaya dudu, menunjukkan

kerendahan hati orang Banyumas, (Sugeng Priyadi, 2009:3).

Cablaka atau blakasuta (kebiasaan berbicara dan berbuat spontan apa

adanya) yang berkedudukan sebagai sistem nilai budaya dalam kerangka

kebudayaan Banyumas, memberikan contoh suatu masyarakat yang

demokratis, egaliter, terus-terang, dan terbuka dalam berhubungan dengan

masyarakat lain. Keterbukaan itu dapat dilihat dari kemauan dan kemampuan

untuk menerima kebudayaan lain. Dalam hal ini kebudayaan Sunda.

Banyumas sebagai daerah periphery mempunyai dua ciri kebudayaan, yaitu

Jawa dan Sunda. Kebudayaan Jawa yang mendapat pengaruh Majapahit,

tecermin pada dialek bahasa Banyumasan, yang lebih dekat dengan bahasa

Jawa Kuna. Dengan demikian dialek bahasa Banyumasan itu lebih tua

daripada bahasa Jawa baku, yaitu Sala dan Jogja. Bahasa kuna tidak mengenal

strata bahasa yang meliputi ngoko, krama dan krama inggil. Bahasa Jawa

dialek Banyumasan lekat dengan kecablakaan atau sangat terbuka dan apa

Page 63: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxiii

adanya, karena bahasa tersebut mencerminkan keegaliteran manusia

Banyumas, (Sugeng Priyadi, 2009:4).

Wilayah Banyumas dahulu merupakan daerah mancanegara dari

kerajaan-kerajaan Jawa; sejak Majapahit, Demak, Pajang, Mataram, Kartasura

hingga Kasunanan Surakarta. Setelah peristiwa perang Jawa atau Perang

Diponegoro (1825-1830), Banyumas yang saat itu merupakan kadipaten,

dilepas dari kekuasaan Kasunanan Surakarta dan menjadi wilayah kekuasaan

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda sejak tahun 1830, (Warwin R. Sudarmo

dan Bambang S. Purwoko, 2009:149-157).

Pemerintah kolonial kemudian memecah bekas Kadipaten Banyumas

menjadi dua kabupaten; yaitu Banyumas dan Ajibarang. Keduanya

dipersiapkan untuk menjadi wilayah karesidenan, bersama dengan tiga

kabupaten lainnya yaitu; Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap. Berdasar

Memori Residen Banyumas (M Zandweld) tanggal 4 Juli 1922 segera

dibangun sarana irigasi dan transportasi baik jalan, jembatan dan rel kereta

api penghubung antarkabupaten dalam karesidenan Banyumas, (Badan

Penelitian dan Pengembangan Telematika dan Arsip Daerah, 2005:2-3).

Bupati II Ajibarang yang bernama Mertadiredja II, memindahkan

ibukota kabupaten dari Ajibarang ke Purwokerto, dan berganti nama menjadi

Kabupaten Purwokerto. Selanjutnya, ketika resmi menjadi karesidenan,

wilayah Banyumas terdiri atas lima kabupaten yaitu; Purbalingga,

Banjarnegara, Banyumas, Cilacap, dan Purwokerto, (M. Koderi, 1991:5).

Page 64: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxiv

Pada tahun 1935, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menghapus

Kabupaten Purwokerto, kemudian menggabungkannya dengan Kabupaten

Banyumas. Terhitung sejak tanggal 1 Januari 1936, karesidenan Banyumas

terdiri dari empat kabupaten, yaitu Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan

Banjarnegara, (Budiono Herusatoto, 2008:14).

Status Banyumas sebagai wilayah karesidenan kemudian dihapus pada

masa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Orde Baru). Sejak

itu, keempat kabupaten tersebut secara administratif langsung berada di

bawah kewenangan Gubernur Propinsi Jawa Tengah, dengan status sebagai

daerah Pembantu Gubernur Jawa Tengah wilayah Banyumas.

Menurut riwayat, nama Banyumas diberikan oleh Jaka Kaiman yang

juga dikenal dengan sebutan Adipati Mrapat dan kemudian bergelar Adipati

Wargo Utomo II. Nama itu diberikan saat sedang membangun pusat

pemerintahan di daerah hutan Mangli, (Koderi, 1991:3). Konon ketika tengah

sibuk bekerja, tiba-tiba ada sebatang kayu besar bernama pohon Kayu Mas,

hanyut di sungai Serayu, dan berhenti dekat lokasi pembangunan. Adipati

Mrapat yang memimpin pembangunan tertarik untuk mengambil batang kayu

tersebut dan dijadikan salah satu saka guru atau tiang utama bangunan.

Karena kayu itu namanya Kayu Mas, dan hanyut terbawa banyu (air), maka

pusat pemerintahan yang baru dibangun itu kemudian diberi nama Banyumas,

(Adisarwono dan Bambang S. Purwoko, 1992:52). Namun secara resmi

Page 65: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxv

Kabupaten Banyumas didirikan oleh Adipati Wargo Utomo II pada hari Jumat

Kliwon, tanggal 6 April 1582 M, (Warsito dkk, 2004:3).

Adapun beberapa versi tentang sejarah Banyumas dapat diungkap dan

disajikan secara ringkas meliputi babad atau cerita rakyat yang diyakini

memiliki fakta, disusun secara kronologis adalah sebagai berikut.

1) Sejarah Banyumas Prakolonial

Budiono Herusatoto (2008:31-49) mendeskripsikan sejarah Banyumas

prakolonial dalam kronologi dan pembabakan sebagai berikut :

a) Babad Pasir Luhur Zaman Hindu

Babad Pasir Luhur merupakan awal dari percaturan sejarah

lokal dan menjadi sumber legalitas dari para elit penguasa di wilayah

barat daya Jawa bagian tengah, yang kini bernama Banyumas. Babad

Pasir Luhur menuturkan kisah dari zaman Kerajaan Pakuan

Parahiyangan (Pajajaran) di Jawa Barat bagian timur sejak

pemerintahan Sri Prabu Langgawesi Dewa Niskala (1466-1474),

yang kemudian dilanjutkan oleh puteranya Sri Prabu Linggawastu

Ratu Purana Jaya Dewata (1474-1513).

Sri Prabu Linggawastu memiliki empat putera, yaitu :

(1) Raden Harya Banyak Catra.

(2) Raden Harya Banyak Blabur.

(3) Raden Harya Banyak Ngampar.

(4) Dewi Rena Pamekas.

Page 66: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxvi

Cerita Kamandaka (Lutung Kasarung atau Banyak Catra)

merupakan identitas penting sebagai alat penelusur silsilah Pasir

(yang merupakan salah satu wilayah di bagian barat Purwokerto)

dengan Pajajaran. Menurut silsilah Babad Pasir, yang menjadi

Adipati Pasir Luhur hanya sampai pada keturunan keenam, yang

dimulai dari Adipati Banyak Catra (Kamandaka), Adipati Banyak

Wirata, Adipati Banyak Rama, Adipati Banyak Kesumba, Adipati

Banyak Belanak dan Banyak Thole. Setelah masa penyebaran Islam,

pada generasi kelima (Banyak Belanak), Pasir Luhur berada di

bawah pengaruh Demak. Dengan demikian babakan zaman Hindu

dan kekuasaan Kerajaan Majapahit berakhir dan memasuki zaman

pra-Islam.

Pasir Luhur yang notabene Islam saat itu, membantu dalam

penyebaran Islam dan pembangunan Masjid Demak. Karena jasanya

yang dianggap cukup besar, Banyak Belanak diberi gelar Pangeran

Senapati Mangkubumi I oleh Sultan Demak.

b) Babad Wirasaba I Zaman Hindu

Babad Wirasaba menceritakan asal-usul Jaka Katuhu dan

Raden Paguwon (Adipati Wirahudaya) yang saat itu menjadi Adipati I

di Kadipaten Wirasaba I (abad ke-15). Wilayah Kadipaten Wirasaba I

saat itu merupakan bagian wilayah Kerajaan Majapahit II (1429-1522),

tepatnya pada masa pemerintahan Prabu Kertabumi-Brawijaya V

Page 67: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxvii

(1468-1478). Sampai saat wafatnya Adipati Wirahudaya, Kadipaten

Wirasaba I merupakan kadipaten yang tentram dan makmur.

Ketika Adipati Anom Wirautama menjabat Adipati II,

Kadipaten Wirasaba I itu, wilayahnya hingga batas Gunung Sindoro-

Sumbing. Kadipaten Ageng Wirasaba selalu ambal-tinambal

(berganti-ganti), dipimpin oleh putera, wayah, buyut, canggah, wareng

(lima keturunan trah Wirautama I), yaitu Adipati Wirasaba III, Raden

Jaka Hurang, bergelar Adipati Wirautama II, Adipati Wirasaba IV,

Raden Jaka Surawin bergelar Adipati Wirautama III, Adipati Wirasaba

V, Raden Jaka Tambangan bergelar Kiai Raden Adipati Surautama,

dan Adipati Wirasaba VI, Raden Jaka Suwarga, bergelar Kiai Adipati

Wargautama I.

c) Babad Pasirbatang Zaman Islam

Setelah zaman Hindu berakhir (keturunan kedelapan trah

Kamandaka, Adipati Banyak Belanak), Pasir Luhur berada di bawah

kekuasaan Demak. Didampingi Pangeran Makedum Wali dari Demak,

Banyak Belanak berhasil mengembangkan agama Islam sampai ke

Tanah Pasundan (Parahiyangan). Rakyat di daerah Kelundhung

Bentar, Endralaya, Batulaya, Timbanganten, Ukur, dan Cibalunggung

berhasil di Islamkan.

Page 68: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxviii

Setelah zaman Adipati Banyak Belanak, trah Kamandaka lenyap

akibat ulah putranya sendiri, Raden Arya Banyak Thole yang

membangkang dan murtad kembali memeluk Hindu. Ia membunuh

ayahnya sendiri dengan cara dikubur hidup-hidup saat tengah sakit.

Karena alasan itu, Kadipaten Pasirbatang diserbu pasukan Demak, dan

ia melarikan diri.

Patih dari Adipati Banyak Belanak dan sempat juga menjadi

Patih dari Adipati Banyak Thole, yang bernama Banyak Geleh alias

Patih Wirakencana, diberi kekuasaan penuh untuk mewakili Sultan

Demak, menggantikan jabatan sebagai Adipati Pasir. Sejak itulah

dalem Kadipaten Pasirluhur pindah dan nama wilayahnya disebut

Kadipaten Pasirbatang. Praktis garis keturunan/silsilah keluarga

kerajaan pun berganti, dan dimulai dari Adipati Wirakencana tersebut.

d) Babad Wirasaba II Zaman Islam

Pada zaman Kraton Pajang abad ke-16 (1546-1586), tepat

setelah masuknya era Islam, yang menjadi Adipati Wirasaba adalah

Kiai Adipati Wargautama. Ia memiliki lima putera; Raden Ayu

Kartimah, Ngabehi Wargawijaya, Ngabehi Wirakusuma, Ngabehi

Wirayuda, dan Raden Rara Sukartiyah. Disebutkan, Raden Ayu

Kartimah dikawinkan dengan Raden Jaka Kaiman yang berasal dari

trah keturunan Kadipaten Pasirbatang, dari silsilah Pangeran Senapati

Page 69: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxix

Mangkubumi II (Adipati Arya Wirakencana) yang diangkat anak dan

juga sebagai murid dari Ki Tolih.

Sejak tahun 1582, Jaka Kaiman (Adipati Wargautama II)

menggantikan Kiai Adipati Wargautama. Ia membagi Kadipaten

Wirasaba II menjadi empat wilayah. Selanjutnya keempat wilayah

tersebut diberikan kepada saudara-saudara iparnya (putera Adipati

Wargautama I), sedangkan ia sendiri ditetapkan oleh Sultan

Hadiwijaya sebagai Wedana Bupati yang menkoordinir keempat

wilayah itu. Karena tindakannya membagi wilayah kadipaten menjadi

empat wilayah itu pula, ia kemudian diberi gelar sebagai Adipati

Mrapat, oleh rakyat. Artinya, orang yang membagi menjadi empat.

Empat wilayah pembagian dari kadipaten Wirasaba II adalah :

(1) Daerah Wirasaba, utara sungai Serayu-Pegunungan Perahu

(Sokaraja Lor, Wirasaba, Kali Merawu) diserahkan kepada

Ngabehi Wargawijaya, yang kemudian dibangun menjadi

Kabupaten Purbalingga.

(2) Daerah Merden, asal kata wedhen, mredhen; pesisir laut (Kali

Citanduy, Pegunungan Kendeng, pesisir Laut Kidul) diserahkan

kepada Ngabehi Wirakusuma, yang kemudian dibangun menjadi

Kabupaten Cilacap.

Page 70: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxx

(3) Wilayah Banjar Pertambakan (kali Merawu, dataran tinggi Dieng,

pegunungan Kendheng) diserahkan kepada Ngabehi Wirayuda,

yang kemudian dibangun menjadi Kabupaten Banjarnegara.

(4) Sedangkan Adipati Wargautama II mendapatkan wilayah Kejawar

(selatan pegunungan Perahu, Ajibarang, Wangon, Sampang,

Tambak, Kali Bodo) yang kemudian dibangun menjadi Kabupaten

Banyumas. Adipati wargautama II kemudian membangun ibu kota

kabupaten di sebelah barat Kejawar.

2) Sejarah Banyumas Masa Kolonial

a) Banyumas Zaman VOC

Pada masa Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645)

kabupaten-kabupaten di wilayah barat dijadikan sebagai lumbung

(gudang logistik). Daerah-daerah penghasil padi itu terbentang dari

Nusawungu sampai Kawunganten yang cukup banyak menghasilkan

padi guna memenuhi kebutuhan pangan prajurit Mataram yang

melakukan penyerbuan ke pusat kekuasaan Kompeni Belanda (VOC)

di Batavia, (Budiono Herusatoto, 2008:65).

Disebutkan pula bahwa Kabupaten Banyumas dipimpin oleh

Bupati Banyumas IV, Mertayuda (putera Mertasura/Janah II) ikut

serta dalam perjuangan Sultan Agung melawan VOC, yaitu ketika

melakukan penyerbuan ke Benteng Belanda pada tahun 1628 dan

1629. Atas peranan pentingnya itu, Mertayuda diberi gelar

Page 71: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxi

Tumenggung. Sejak itulah sejarah Banyumas muncul dalam kerangka

sejarah Jawa.

b) Banyumas Zaman Kolonial Belanda

Kekuasaan Belanda di Banyumas merupakan imbas dari

Perang Diponegoro. Ketika berkecamuk perang tersebut antara tahun

1825 sampai 1830, seorang lurah prajurit bernama Singadipa, Wedana

Ajibarang, menjadi andalan Pangeran Diponegoro. Perjuangan

heroiknya adalah saat berhasil menghancurkan benteng Margalayu

milik Belanda di daerah Karangbolong, dengan mengerahkan kekuatan

600 prajurit (Tim DHC BPP-JSN 45 Banyumas, 2004:2-3).

Perang Diponegoro berakhir pada tahun 1830. Menurut

Purnawan Basundoro (2009:4), ketika perlawanan Pangeran

Diponegoro bisa dipadamkan (dengan tipu muslihat Belanda), Belanda

menderita kerugian yang amat besar. Dari segi finansial mereka telah

menanggung beban untuk biaya perang sebesar 30.000.000 Gulden,

belum termasuk biaya khusus untuk keperluan militer mereka yang

berjumlah tidak kurang dari 2.000.000 Gulden. Jumlah korban jiwa

selama peperangan tersebut juga luar biasa banyak. Tidak kurang dari

8.000 serdadu berkebangsaan Eropa serta tidak kurang dari 7.000

serdadu pribumi tewas. Kurang lebih 200.000 rakyat Jawa juga tewas,

yang menyebabkan penduduk Yogyakarta menyusut separuh seusai

peperangan tersebut.

Page 72: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxii

Dengan pertimbangan itu, Belanda beranggapan bahwa segala

biaya dan kerugian yang dikeluarkan oleh Belanda juga menjadi

tanggung jawab kedua kerajaan yang dibelanya. Belanda tidak mau

begitu saja melepaskan Surakarta dari persoalan ini, walaupun

sebenarnya urusan pemberontakan Pangeran Diponegoro adalah

persoalan antara Kerajaan Yogyakarta dengan Belanda.

Kerugian sangat besar yang diderita oleh Belanda hampir

seluruhnya dibebankan kepada pihak kerajaan. Sedangkan kerajaan

sendiri tidak memiliki uang untuk menebus kerugian Belanda tersebut.

Sebagai gantinya, Belanda minta sebagian wilayah yang menjadi

kekuasaan kerajaan. Yaitu wilayah mancanegara barat terdiri atas

Banyumas, Bagelen, dan wilayah mancanegara timur yang mencakup

Kediri, Madiun.

Sebagai langkah awal dalam rangka pengambilalihan wilayah

mancanegara, pemerintah kolonial Belanda membentuk komisi urusan

tanah-tanah kerajaan (Commisie ter Regeling der Zaken) di Surakarta.

Sebagian wilayah Kerajaan Surakarta akan ikut diambil alih oleh

Belanda, walaupun sebenarnya Pangeran Diponegoro berasal dari

Kerajaan Yogyakarta. Alasannya, selama berlangsung perang

Diponegoro terpaksa mereka juga harus melindungi Kerajaan

Surakarta.

Page 73: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxiii

Pada tangal 24 Mei 1830, sebelum diperoleh kesepakatan

mengenai pengambilalihan tanah-tanah mancanegara tersebut, salah

seorang anggota komisi, J.J. Sevenhoven, secara sepihak menunjuk

Residen Pekalongan M.H. Hallewijn mempersiapkan penyelenggaraan

pemerintahan sipil di Banyumas dan distrik-distrik di sekitarnya.

Ketika Hallewijn tiba di Banyumas pada tanggal 13 Juni 1830, kepala

perwakilan sementara pemerintahan Belanda di Banyumas, Borger,

yang merupakan anak buah Residen Tegal van Poel, tidak mau

mengadakan serah terima jabatan dengan alasan tidak mendapat

perintah dari atasannya. Walaupun demikian ia tetap mau menjalankan

setiap perintah dari penguasa yang baru.

Di Banyumas, persiapan pengambilalihan pemerintahan

berlangsung terus tanpa seijin Susuhunan di Surakarta. Pada tanggal

15 Juni 1830, Hallewijn minta kepada seluruh bupati di wilayah

Banyumas untuk menyerahkan piagam pengangkatannya sebagai

bupati dari Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Baru pada tanggal 22

Juni 1830, pemerintah kolonial Belanda mengadakan perjanjian

dengan raja di Surakarta. Dengan perjanjian ini maka secara resmi

wilayah mancanegara barat diserahkan kepada pemerintah kolonial

Belanda.

Pemerintah kolonial Belanda tampaknya masih cukup baik hati

kepada Kerajaan Surakarta dan Yogyakarta, dengan memberikan

Page 74: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxiv

kompensasi atas diambilnya daerah mancanegara. Kompensasi bagi

pengambilalihan wilayah Banyumas sebesar 90.000 Gulden. Uang

tersebut diberikan kepada Kerajaan Surakarta sebesar 80.000 Gulden

dan kepada Kerajaan Yogyakarta sebesar 10.000 Gulden. Sejak saat

itu, wilayah Banyumas berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda

(http://basundoro.blog.unair.ac.id/2009/01/31/sisi-terang-

kolonialisme-belanda-di-banyumas/).

Sedangkan unsur-unsur Budaya Banyumas yang masih terpelihara

antara lain:

1) Bawor, Simbol Wong Banyumas

Di kalangan masyarakat Banyumas, tokoh Bawor dalam

pewayangan menjadi ikon penting. Penetapan secara tidak tertulis ini

bermula dari ide Bambang S Purwoko, salah satu tokoh pemerhati

kebudayaan Banyumas pada tahun 1987, dan direstui Bupati Banyumas

kala itu, Djoko Soedantoko. Hal ini terungkap dari wawancara yang

dilakukan dengan Bambang S Purwoko tanggal 18 November 2009.

Tokoh Bawor dalam pakem pedalangan Layang Purwacarita yang

menjadi pedoman dasar cerita (pakem) pedalangan gagrag (gaya, model)

Banyumasan, diceritakan sebagai buah ciptaan dari bayang-bayang Semar,

bukan anak keturunan Semar. Konon, Bawor diciptakan oleh Sang Hyang

Tunggal dari bayang-bayang Semar untuk menjadi teman seperjalanan

menuju tempat tugasnya di ngarcapada (alam dunia versi wayang).

Page 75: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxv

Secara etimologis, ‘Bawor’ berasal dari bahasa Kawi yaitu ‘Ba’

artinya ‘sunar’ (cahaya atau sinar) dan ‘Wor’ artinya awor (campur).

Artinya campuran dari cahaya terang dan gelap. Cahaya terang yang

terhalang oleh suatu benda sehingga bercampur dengan cahaya gelap dan

memunculkan bentuk berupa bayang-bayang, (Budiono Herusatoto,

2008:198).

Bentuk tubuh Bawor mirip dengan bentuk tubuh Semar yang

nyaris bulat (tambun). Kepala Bawor berambut bkoak, jidat nonong, perut

bulat berpusar bodong, suaranya besar dan berat, namun dalam setiap

penampilannya selalu menjadi tokoh yang dihormati dan pendapatnya

dipercaya oleh adik-adiknya; Gareng dan Petruk.

Secara umum menurut budayawan Ahmad Tohari, (Rini Fidiyani,

2008:88) yang menjadi ciri khas lageyan (pola tingkah) Bawor

menggambarkan watak :

a) Sabar lan narima. Meski dalam cerita sosok ini sering menjadi bahan

tertawaan karena wujud fisiknya yang jelek dan suara khasnya, sering

disepelekan orang lain, ia digambarkan tetap sabar tak pernah marah.

Bahkan dengan keluguannya, ia selalu memberikan ide-ide cemerlang

dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

b) Berjiwa ksatria. Sosok ini dikenal selalu berbicara jujur, toleran,

rukun, suka membantu orang lain, dan selalu mendahulukan

kepentingan bersama.

Page 76: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxvi

c) Cancudan dan ringan tangan. Bawor digambarkan sebagai sosok yang

rajin dan cekatan dalam setiap tindakannya.

d) Cablaka, lahir batinnya terbuka terhadap pertimbangan yang matang

dari apa yang diucapkannya secara spontan dengan bahasa yang lugas

tanpa tedeng aling-aling atau basa-basi.

Orang Banyumas mengaku dirinya seperti Bawor karena filosofi

sifat dan sikapnya tersebut. Hal ini antara lain terbentuk oleh faktor adoh

ratu cedhek watu (jauh dari raja dan hanya dekat dengan batu). Artinya,

jauh dari tata pergaulan kraton, hanya dekat dengan kehidupan alam yang

keras. Bicaranya saja dengan bahasa Jawa kluthuk (bersahaja, asli kuno),

sing pating mblekuthuk (saling menimpali adu keras seperti suara air

mendidih). Lageyane, anggeren kumpul toli bleketupuk (kebiasaannya bila

sudah berkumpul sesama wong Banyumasan lalu asyik berbicara dengan

akrab sehingga tidak ingat sekitarnya). Bila sudah seperti itu, tentu tidak

ada lagi unggah-ungguh (sikap sopan santun) yang sesuai dengan tata

krama.

Bawor yang dijadikan teladan bagi wong Banyumas dan

menjadi simbol masyarakat digambarkan sebagai sosok dengan sifat

sabar, rajin, jujur, dan ksatria. Terlepas dari sifat buruknya yang

meminta-minta (clamit), sifat bersahaja semacam itulah yang

menjadi cerminan wong Banyumas.

Page 77: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxvii

Dr. Tanto Sukardi, M. Hum, dosen sejarah lokal UMP tidak

setuju bila tokoh Bawor dianggap sebagai simbol wong Banyumas.

Sifat buruk clamit itulah yang menurutnya tidak sesuai dengan sifat

dasar masyarakat Banyumas (hasil wawancara tanggal 28 Oktober

2009). Senada dengan itu, Subur Widadi yang adalah seorang dalang

juga menolak penokohan Bawor sebagai simbul masyarakat

Banyumas. Menurutnya, yang tepat dijadikan simbol adalah tokoh

Bima, yang dikenal gagah berani dan bersifat ksatria, (Rini Fidayani,

2008: 89-90). Meski demikian, tokoh Bawor tetap dianggap sebagai

ikon Wong Banyumas sampai saat ini.

2) Upacara Adat Banyumas

Masyarakat Jawa termasuk Banyumas, dikenal sebagai

masyarakat yang gemar melakukan selametan. Semacam tradisi

makan bersama keluarga dan masyarakat sekitar dalam rangka hajat

tertentu, dengan jenis hidangan tertentu pula sesuai hajat yang

diinginkan. Jika diterjemahkan, berbagai bentuk slametan itu

dimaksudkan untuk memohon dihindarkan dari berbagai gangguan

dalam menjalani suatu fase kehidupan. Juga dapat dimaknai sebagai

tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan

kemudahan yang telah diberikan. Menurut M. Koderi, (1991:114-

131), biasanya selamatan semacam ini muncul pada upacara adat

Page 78: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxviii

yang berhubungan dengan lingkaran hidup, yaitu; kelahiran, kitanan,

pernikahan, dan kematian.

a) Upacara Kelahiran

Beberapa tradisi dilakukan masyarakat dalam menyambut

kelahiran seorang anak manusia. Upacara selamatan pra-

kelahiran pun digelar dengan berbagai harapan positif terhadap

bayi yang hendak lahir. Biasanya upacara itu berupa kenduri,

semacam acara makan bersama masyarakat sekitar dengan

hidangan tertentu sesuai usia janin dalam kandungan. Ketika

janin masih berusia tiga bulan dalam kandungan, diadakan

selamatan jenang bening, bubur sumsum, dan nasi punar. Lalu

ketika janin berusia empat bulan, dilakukan selamatan dengan

sebutan ngupati. Wujudnya berupa ketupat, gudeg, nasi pecel,

tumpeng, enten-enten dan ketan. Lalu pada masa kehamilan

tujuh bulan, ada selamatan lagi yang disebut mitoni atau

ningkebi dengan upacaranya disebut tingkeban. Bahkan ketika

usia kehamilan mencapai sembilan bulan ada selamatan lagi

yang disebut mrocoti. Makanan atau masakan yang diperlukan

antara lain: jenang procot, kupat, nasi golong, bulus angrem,

dhawet, dan lain-lain.

Perubahan mencolok terjadi pada proses kelahiran bayi.

Jika dahulu peran dukun bayi sangat dominan dalam membantu

Page 79: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxix

kelahiran, kini perannya digantikan oleh tenaga medis; bidan dan

dokter kandungan. Meski begitu di beberapa wilayah pinggiran,

keberadaan dukun bayi masih dibutuhkan masyarakat. Terutama

untuk melakukan perawatan berupa pijat urut bayi pada minggu-

minggu awal kelahiran.

Satu tradisi khas Banyumas yang masih terpelihara

hingga kini berkaitan dengan kelahiran bayi adalah penyimpanan

ari-ari atau tali pusat bayi yang tidak dikubur sebagaimana di

daerah lain. Setelah dipotong, baik dengan alat tradisional berupa

welat (bilah bambu yang ditipiskan sedemikian rupa hingga

menjadi tajam seperti pisau) yang telah dibaluti kunyit, maupun

pisau dan gunting, tali pusat itu dimasukkan ke dalam kendhil

(periuk dari tanah) yang masih baru. Kemudian ditutup dengan

daun pisang raja, ditaburi kembang telon (kantil, mawar, melati),

minyak wangi, garam, jarum, benang, gereh pethek (sejenis ikan

asin) dua ikat sirih keris dan jambe serta kemiri. Juga disertakan

kertas bertuliskan huruf abjad Arab, Latin dan Jawa. Baru di

atasnya ditutup dengan cobek dari tanah. Selanjutnya, kendhil

tersebut dihanyutkan di sungai, dengan maksud agar kelak anak

tersebut gemar merantau. Ada pula yang digantung di laur

rumah, agar kelak anaknya sendiri yang menghanyutkan. Namun

juga ada yang ditanam (dikubur) oleh ayahnya sendiri. Saat

Page 80: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxx

menanamnya pun mengikuti aturan, harus berpakaian rapi, ari-ari

digendong dengan selendang dan dipayungi. Setiap hari

kelahirannya (weton) ari-ari ditaburi bunga telon.

Saat sisa usus bayi yang melekat pada pusar mengering

dan lepas, sering disebut puput puser. Menurut adat, bila bayi

laki-laki, lubang pusernya disumbat dengan dua buah mrica agar

kelak menjadi lelaki sejati. Bila bayinya perempuan, lubang

pusar disumbat dengan ketumbar. Sore harinya biasanya

diadakan upacara selamatan dengan hidangan terdiri dari nasi

dan janganan (sayuran), jenang merah putih, baro-baro dan jajan

pasar. Sedangkan sesajinya berupa golong lima yaitu ikan,

padupan, bunga cempaka dan uang logam, ditempatkan di takir

(daun pisang dibentuk bundar).

b) Upacara Sepitan/ Sunatan/ Khitanan

Anak laki-laki yang menginjak usia sekitar 12 -14

tahun, biasanya dikhitan sebagai tanda sudah baliq. Upacara

sunatan biasanya dilakukan dengan memasang tarub, disaksikan

oleh para famili, tetangga dan warga desa lainnya. Dahulu yang

menyunat anak dilakukan oleh dukun sepit. Biasanya sunatan

pada pagi hari (subuh). Sebelumnya anak yang mau disunat

disuruh berendam selama kurang lebih satu jam agar darahnya

tidak banyak keluar. Apalagi jaman dahulu, pengobatan masih

Page 81: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxi

sangat sederhana. Alat yang digunakan si dukun dahulu dari

welad (sembilu), kemudian menggunakan pisau kecil atau

pemes.

Anak yang baru dikhitan, biasanya tidak boleh banyak

bergerak dan tidak mandi cukup disekah (diusap pakai lap

basah), agar bagian luka yang disunat tidak kena air, sehingga

cepat sembuh. Anak yang bersangkutan juga harus menjalani

puasa ngasrep (makanan tanpa garam, gula, dan cabai).

Pantangan itu bertujuan agar darah tidak keluar dari luka, dan

cepat kering.

Anak-anak yang disunat biasanya mendapat hadiah dari

sanak famili ataupun para undangan dan teman sebaya. Hari-hari

penyelenggaraan sunatan bagi si anak biasanya dilakukan dengan

memilih hari baik, bukan hari pantangan. Demikian pula dengan

pemilihan bulan yang didasarkan pada perhitungan tertentu

sehingga dianggap baik untuk melaksanakan hajatan. Bulan yang

dianggap baik untuk mengadakan hajatan pada umumnya adalah

bulan Besar (Dulhijjah), Mulud (Rabi’ulawal), Jumadilakhir,

Rajab dan Ruwah (Sya’ban).

c) Upacara Perkawinan

Hal-hal penting dalam tata urutan upacara perkawinan

menurut tata urutan Jawa sebagai berikut :

Page 82: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxii

Utusan, merupakan proses penyelidikan dengn menanyakan

status si gadis. Yang menjalankan tugas ini dinamakan

congkokog.

Melamar, pembicaraan resmi yang disampaikan utusan orang tua

pihak laki-laki dengan maksud melamar di rumah orang tua si

gadis.

Srah-srahan atau bawa besanan, yaitu menyerahkan uba rampe

(barang-barang) kepada keluarga calon penganten wanita oleh

keluarga calon penganten pria. Biasanya dilakukan dua atau tiga

hari sebelum hari perkawinan.

Siraman, yaitu upacara memandikan calon penganten wanita.

Upacara ini biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah

berlangsung. Waktunya menjelang tengah hari atau sekitar jam

sebelas siang. Tujuan siraman untuk menyucikan secara jasmani

dan rohani karena pada hari berikutnya calon mempelai akan

melaksanakan salah satu tugas suci dalam hidup di dunia, yaitu

palakrama, akad nikah (Suwarna Pringgawidagda, 2003:1).

Rias Pengantin, yaitu merias kedua calon pengantin sebelum

upacara panggih atau sebelum upacara akad nikah. Tugas merias

dilakukan oleh ahli perias pengantin wanita yang sering disebut

dukun penganten. Busana yang digunakan pengantin putri

biasanya berupa kain batik, stagen, rimong cinde, baju kebaya,

Page 83: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxiii

dan selop. Busana dan perlengkapan pengantin pria yaitu kemeja

putih lengan panjang, kain jarit (bebed), stagen, sabuk bora,

epek timang, rompi, dasi kupu-kupu, jas bukak warna hitam,

selop dan blangkon nodang Banyumasan.

Upacara Akad Nikah, merupakan inti dari semua rangkaian

upacara perkawinan. Akad nikah yang menentukan sah tidaknya

suatu perkawinan, biasanya dilakukan dengan mengundang

penghulu. Umumnya pelaksanaan akad nikah (ijab qabul)

bersamaan dengan upacara adat perkawinan, dan acara pesta

walimahan. Dalam upacara panggih, setelah ijab qabul,

diteruskan dengan: memutus benang lawe, menginjak telur,

tuntunan, menanam (nandur), rebutan panggang, suap-suapan,

sungkeman, dan diakhiri acara makan untuk para tamu atau

undangan, (Thomas Wiyasa Bratawidjaja, 2000: 38).

d) Upacara Kematian

Tata upacara kematian di daerah Banyumas nampak

adanya akulturasi kebudayaan zaman animisme, Hindu-Buddha

dengan Islam. Pengaruh pra-Islam cukup kuat pada tradisi ini.

Jika menurut tuntunan agama Islam yang dijalankan oleh

mayoritas masyarakat perawatan jenazah terdiri atas empat hal

pokok, yaitu; memandikan, mengafani, menyolatkan, dan

menguburkan, dalam praktiknya masih ada prosesi lain yang

Page 84: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxiv

dilaksanakan. Yaitu menaburkan kembang setaman, beras

kuning, dan uang logam di sepanjang perjalanan jenazah dari

kediaman sampai ke makam. Sebagian kembang disebar di atas

gundukan pemakamannya. Kelapa muda yang telah dipotong

salah satu ujungnya sampai berlobang, diletakkan dekat nisan.

Ada pula yang memberi sesaji dengan membakar kemenyan dan

air dalam kendi di atas gundukan tanahnya.

Tradisi lain yang juga masih dilestarikan dalam rangka

upacara kematian ini adalah kenduri nyusur tanah, semacam

acara pembacaan mantra yang dilanjutkan dengan sesaji pada

malam harinya. Kenduri juga diadakan pada hari ke-3, ke-7, ke-

40 dan hari ke-100, bahkan hari ke-1000 dari hari kematian,

karena menurut kepercayaan, pada hari-hari tersebut arwah orang

yang sudah meninggal masih berada di sekitar rumah.

Ketika Islam masuk adat tersebut dibiarkan tetap

berjalan, tetapi isi dan tata caranya dimasuki ajaran agama Islam.

Seperti mantra-mantra diganti dengan doa dan tahlilan atau

bacaan Al-Qur’an. Sampai saat ini, tradisi dengan nuansa Islam

tersebut masih berjalan.

Bertakziah atau melayat adalah berkunjung ke tempat

keluarga yang terkena musibah kematian. Maksudnya untuk

Page 85: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxv

membantu atau meringankan beban penderitaan keluarga yang

ditinggalkan.

3) Kesenian Banyumas

a) Ebeg

Ebeg adalah salah satu bentuk tarian rakyat yang

berkembang di daerah Banyumas. Di tempat lain, kesenian ini

dikenal dengan nama Jaran Kepang, Kuda Lumping, atau Jathilan.

Walaupun namanya tidak sama, namun dilihat dari gerak tari,

adanya segmen intrance (kerasukan) pada para pemain maupun

penonton, dan peralatannya, pada dasarnya sama.

Sejarah pertunjukan ebeg menurut M. Koderi (1991:70),

lahir di tengah-tengah rakyat pedesaan, di luar tembok istana.

Masyarakat Banyumas berpendapat bahwa ebeg dahulunya

merupakan tarian sakral yang biasa diikutsertakan dalam upacara

keagamaan. Umurnya sudah sangat tua. Tidak ada literatur atau

catatan pasti mengenai lahirnya ebeg. Perkembangannya sejak

sekitar abad ke -19 sampai sesudah kemerdekaan mulai dibumbui

dengan unsur-unsur magis. Pemain dibuat kerasukan (kesurupan)

oleh pemimpin atau komandannya yang sekaligus bertindak

sebagai pawang.

Setiap regu ebeg senantiasa terdiri dari dua kelompok

dengan dua orang komandan. Komandan yang satu menaiki kuda

Page 86: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxvi

kepang berwarna putih, dan yang lainnya menaiki kuda kepang

hitam. Yang putih menunjukkan pemimpin menuju kebenaran

sejati, sedangkan yang hitam menunjukkan pemimpin kejahatan.

Pada trik-trik tertentu dalam permainan kedua pemimpin itu

bertemu dan tampak saling menggelengkan kepala. Hal ini

merupakan simbolisasi bahwa antara kebenaran dan kejahatan tak

dapat bertemu. Kemudian mundur beberapa langkah, maju lagi

sesaat ketemu menggelengkan kepala begitulah seterusnya dengan

gerak-gerak yang lain.

Ebeg dipentaskan di tempat yang luas seperti; pelataran,

lapangan, atau halaman rumah, karena melibatkan cukup banyak

pemain. Bahkan tak jarang penontonnya pun terbawa memasuki

alam permainan, hingga tanpa sadar ikut menari dan mengalami

kerasukan. Waktu permainan biasanya pada siang hari, dengan

durasi antara satu hingga empat jam. Jumlah penari inti biasanya

delapan orang, dua orang berperan sebagai Penthul – Tembem,

satu orang sebagai pemimpin, dan tujuh orang sebagai penabuh

gamelan. Jadi satu grup bisa beranggotakan 16 orang atau lebih.

Ciri-ciri ebeg antara lain :

(1) Pemainnya memakai mekutho (semacam mahkota yang terbuat

dari kain).

(2) Pakaian para pemainnya relatif lebih tertutup.

Page 87: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxvii

(3) Irama yang mengiringi permainan merupakan lagu-lagu

Banyumasan. Seperti; ricik-ricik, gudril, eling-eling, lung

gadhung dan blendong.

Kuda ebeg terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk

menyerupai kuda, diberi warna hitam atau putih dan diberi

lonceng. Karena itulah, di daerah lain kesenian ini dikenal dengan

nama Jaran Kepang yang artinya kuda dari kepang (anyaman

bambu).

Penarinya memakai celana yang dilapisi kain batik, tetapi

sebatas lutut. Mekutha (mahkota) di kepala, dan sumping di

telinga. Kedua tangan dan kaki memakai gelang yang diberi

kerincingan. Biasanya pemain mengenakan kacamata hitam. Ada

dua orang yang memakai topeng, yang biasa disebut Penthul dan

Tembem. Fungsi keduanya adalah sebagai pelawak. Peralatan

instrumen yang digunakan yaitu: gendang, gong bumbung, saron,

kenong dan trompet.

b) Lengger

Secara umum, seni lengger atau ronggeng merupakan

tarian yang diiringi dengan tembang (nyanyian) dan instrumen

gamelan. Yang khas, tariannya tidak diiringi dengan gamelan,

Page 88: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxviii

tetapi dengan calung, yaitu alat musik yang seluruhnya terbuat dari

bambu wulung, baik gambang, saron, gong maupun suling. Baik

untuk irama ‘laras pelog’ paupun ‘laras slendro’-nya, (Koderi,

1991:61). Satu-satunya alat yang bukan bambu adalah kendhang

(gendang) yang tetap dibuat dari kayu dan kulit sapi.

Lengger sering diasumsikan sebagai tarian rakyat kecil

yang terlalu vulgar, cenderung porno. Hal ini disebabkan

banyaknya gerakan bodor (pelucu/pelawak) yang memancing

birahi, sehingga sering mengundang amor (cinta

rahasia/perselingkuhan). Kesan yang menimbulkan image yang

salah ini sudah terlanjur melekat di hati masyarakat. Tetapi

sebenarnya dulu lengger justru merupakan seni tari tingkat atas.

Pernyataan Koentjaraningrat yang dikutip Budiono Herusatoto

(2008:218), menyebutkan bahwa kesenian tayub bukan hanya

sebagai kesenian rakyat, melainkan juga seni pertunjukkan di

kalangan priayi dan bahkan di kalangan kraton Jawa.

Buku History of Java, karya Thomas Stamford Raffles

menyebutkan bahwa hampir semua daerah di pulau Jawa memiliki

jenis tarian ini. Hal ini dibuktikan dengan nama-nama dari masing-

masing daerah yang menamakan jenis tarian ini dengan istilah

gandrung, ronggeng, tledhek/ledhek, tandhak, tayub, lengger dan

ronggeng, (Budiono Herusatoto, 2008:217).

Page 89: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

lxxxix

Dalam Serat Sastramiruda dan Serat Centini disebutkan

pula bahwa tayub sudah ada pada zaman Majapahit sampai

Demak. Bahkan pada zaman Mataram, Panembahan Senopati

mengutus putrinya, Rara Pambayun menjadi penari tayub guna

memikat dan mengalahkan Ki Ageng Mangir yang membangkang

dan tidak mengakui kekuasaan Mataram, (Budiono Herusatoto,

2008:217).

c) Begalan

Istilah begalan, berasal dari kata begal, artinya perampok.

Istilah begalan dalam tradisi Banyumas menurut Supriyadi

(1993:6) bukan berarti merampas barang orang lain, melainkan

menjaga keselamatan apabila nanti ada roh-roh jahat datang

mengganggu. Begalan diartikan dengan ucapan kebegalan

sambekalanipun, maksudnya dijauhkan dari segala mara bahaya.

Tradisi ini dilaksanakan sebagai syarat atau krenah/ pengruwat

guna menghindari segala kekuatan-kekuatan gaib yang

mengancam keselamatan kedua mempelai.

Tradisi begalan dilaksanakan apabila seseorang

mempunyai hajat mengawinkan anak sulung dengan anak sulung,

anak bungsu dengan anak sulung, atau anak bungsu dengan anak

bungsu. Perkawinan semacam itu dalam tradisi Banyumas

merupakan suatu pantangan. Oleh karenanya jika perkawinan tetap

Page 90: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xc

akan dilangsungkan, perlu diadakan begalan guna menyingkirkan

segala bentuk gangguan yang mungkin terjadi. Begalan biasanya

dilakukan pada siang atau sore hari, (Koderi, 1991:55).

Sebenarnya seni begalan pada zaman dahulu diadakan oleh

para demang, yang kekuasaannya kala itu adalah mutlak

selayaknya raja. Setiap perintahnya harus segera dilaksanakan.

Karena itu, rakyat beranggapan bahwa seni begalan merupakan

warisan dari para leluhur Banyumas yang tidak boleh ditinggalkan.

Bahkan karena sangat taatnya, seseorang yang sebenarnya tidak

mampu, memaksakan diri dengan berbagai cara untuk bisa

melaksanakannya. Fungsinya pun bergeser dari sekedar upacara

dalam rangka memohon keselamatan (ruwatan) menjadi sarana

untuk memperolah kebanggaan dan dan pujian.

Pertunjukkan begalan tidak memerlukan tempat yang

khusus atau mewah. Tidak perlu mendirikan panggung, cukup di

halaman rumah, tanpa dekor. Tata pakaian dan tata rias sangat

sederhana. Pakaian cukup baju koko hitam, celana komprang

hitam, stagen dan sabuk, kain atau sarung, sampur dan iket wulung

(hitam). Sedang perlengkapan yang dipergunakan yaitu wlira dan

brenong kepang. Wlira yaitu alat yang berwujud pedang kayu dan

dipergunakan sebagai pemukul. Panjang wlira satu meter, tebal

dua centimeter dan lebar empat centimeter. Bahan yang

Page 91: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xci

dipergunakan dari ruyung atau pohon pinang. Pembawa wlira

adalah si begal dari pihak mempelai wanita dengan nama

Suradenta. Pengantar mempelai laki-laki yang membawa

peralatan-peralatan brenong kepang bernama Surantani atau

Jurutani, (Supriyadi,1993:10-12)

Brenong kepang berupa sepikul alat-alat dapur. Masing-

masing alat-alat dapur itu memiliki makna kias tersendiri. Adapun

macam-macam alat dapur tersebut yaitu wangkring atau pikulan,

ian dan ilir, cething, kukusan, kalo, tampah, sorok, centong, irus,

siwur, kendil, pala pendem, pala gumantung, dan seikat padi.

Kebiasaan orang Banyumas, sebelum pertunjukkan dimulai

didahului dengan mengadakan (menyajikan) sesajen dengan

membakar kemenyan disertai pembacaan mantra-mantra. Maksud

sesajen itu supaya selama hajat dilaksanakan dan waktu mempelai

disandingkan terhindar dari berbagai gangguan. Macam-macam

sesajian ini biasanya diletakkan di tempat yang tidak terjangkau

oleh pengunjung atau tamu. Sering ditempatkan di bagian dapur

atau dekat mempelai disandingkan.

Jalannya pertunjukkan, kedua penari Suradenta dan

Surantani dengan membawa peralatannya masuk sambil menari ke

tempat pentas diiringi gendhing ricik-ricik. Setelah gending suwuk

(berhenti), salah satu penari, biasanya Suradenta, memperkenalkan

Page 92: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xcii

diri, menceritakan maksud dan tujuannya mengadakan begalan.

Penari berdialog menanyakan nama dan maksudnya, lalu minta

gendhing Gunungsari. Di sinilah Surantani menjelaskan panjang

lebar sanepa (makna kias) dari semua isi brenong kepang. Intinya

berisi nasehat untuk mempelai berdua dalam membangun rumah

tangganya agar nantinya langgeng terhindar dari berbagai cobaan

hingga kakek-kakek nenek-nenek.

Saat terjadi pertengkaran mulut, diiringi gendhing Pisang

Balik. Pada waktu gendhing suwuk, pertengkaran berbuntut

perkelahian diiringi gendhing Renggong Kulon. Perkelahian

diakhiri dengan pemecahan kendil yang berisi beras kuning,

pertanda rejeki bagi mempelai kelak akan senantiasa melimpah,

kemudian isi brenong kepang diperebutkan oleh penonton. Mereka

meyakini, bila mendapat barang dari brenong kepang akan

mendapat sawab (berkah). Alunan gendhing Eling-eling

Banyumasan mengakhiri opera begalan ini, (Wawancara tanggal

21 Nopember 2009 dengan Dibyo Suwignyo, pelaku Suradenta

pada tradisi begalan di Notog, Banyumas).

Tampak jelas seni begalan di Banyumas memiliki

kekhasan tersendiri. Bahkan upacara seperti ini tidak dijumpai di

daerah lain yang biasanya melakukan ruwatan dengan

pertunjukkan wayang.

Page 93: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xciii

d) Wayang Kulit ’gagrag’ Banyumas

Wayang purwa (kulit) seperti bentuknya yang sekarang

adalah hasil rekonstruksi/ciptaan Walisanga yang telah melalui

proses penyempurnaan dari bentuk aslinya. Wayang purwo kuno

sudah ada sejak zaman Mataram kuno, seperti yang tertera pada

relief-relief candi di Jawa Tengah dan candi-candi Jawa Timur

zaman Majapahit.

Secara etimologi, kata ’wayang’ berasal dari kata ’ayang-

ayang’ (bayang-bayang) atau ’wewayangan’ (bayangan) yang

berwujud dan berwarna hitam/gelap. Wujud tersebut terbentuk dari

bayangan benda yang terkena sinar/cahaya lampu blencong.

Wayang hanyalah sebagai lambang atau simbol dari hidup dan

kehidupan manusia. Wayang dibuat oleh manusia yang

difungsikan sebagai alat untuk menggambarkan watak dan sifat

manusia dalam kehidupan. Wayang dapat pula menjadi alat untuk

retrospeksi dan introspeksi diri.

Ciri utama gambaran watak wayang purwa terlihat pada

warna cat muka/wajah tokoh-tokoh wayang yang bersangkutan,

(Soekatno, tanpa tahun:29). Adapun warna-warna wajah tokoh-

tokoh wayang tersebut meliputi:

(1) Warna merah menggambarkan watak angkara murka atau

dalam bahasa Jawa dur angkara. ’Dur’ berasal dari kata

Page 94: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xciv

’drusila’/ ’dursila’ (jahat, buruk, bodoh) dan ’angkara’ (loba,

tamak, pemarah).

(2) Warna hitam menggambarkan watak ksatria. ’Ksatria’ artinya

bersifat jujur, berani karena benar, bertekat besar untuk

menegakkan kebenaran, dan pemaaf.

(3) Warna kuning emas menggambarkan watak mulia, budi pekerti

halus, penyayang kepada sesama makhluk Tuhan.

(4) Warna putih menggambarkan kesuciah hati, pikiran jernih, dan

bijaksana, yang dimiliki tokoh tersebut.

(5) Warna kelabu/abu-abu menggambarkan watak slewuh (dari

kata mengsle lan owah). ’Mengsle’ (menyimpang) dan ’owah’

(gampang berubah-ubah) berarti ’setengah-setengah’. Setengah

putih dan setengah hitam berarti abu-abu diartikan sok pintar,

berlagak suci, suka mencela, penakut dan tidak percaya diri.

Ciri lainnya dari wayang purwa terlihat pada bleger

(bentuk tubuh) wayang. Menurut Budiono Herusatoto (2008:189)

ada lima ciri utama pada bleger, yaitu:

(1) Golongan raksasa, umumnya menggambarkan watak yang dur

angkara atau drusila/ dursila.

(2) Golongan ksatria, umumnya menggambarkan watak jujur dan

ikhlas atau legawa.

Page 95: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xcv

(3) Golongan pandhita (pendeta), umumnya menggambarkan

watak suci dan bijaksana.

(4) Golongan dewa, umumnya menggambarkan watak mulya

(mulia).

(5) Golongan punakawan (para abdi), umumnya menggambarkan

watak yang ngemong (mengasuh), tut wuri handayani

(menjaga dan mendorong semangat), memberi nasihat dan

petunjuk dan hidup sederhana.

Seni Pewayangan di daerah Banyumas diperkirakan telah

ada sejak zaman Majapahit. Hal ini didasarkan atas asal-usul

pemerintahan di daerah Banyumas yang bermula ketika Raden

Baribin, putra Prabu Brawijaya IV di Majapahit, singgah di

Banyumas saat menuju Pajajaran. Dalam kesempatan itu, Raden

Baribin juga menyebarkan kebudayaan, termasuk seni wayang,

(Koderi, 1991:66). Disebutkan pula bahwa pakem pedalangan

gagrag Banyumasan diawali tahun 1920 dengan dimotori oleh

dalang dari Desa Menganti, Gombong bernama Ki Cerma yang

kemudian dikenal dengan sebutan Ki Dhalang Menganti.

Ciri pewayangan gagrag Banyumasan menurut Ki Sugino

Siswocarito, dalang kondang asal Banyumas, dalam wawancara di

Ajibarang, Minggu, 8 Nopember 2009, antara lain:

Page 96: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xcvi

(1) Saat pementasan akan dimulai, buka kelir, pegunungan

dicabut, tokoh yang muncul sebagai pembuka walau sekedar

muncul sekilas adalah sosok wayang keputren yang diiringi

emban (limbuk).

(2) Tokoh punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Petruk dan

Bawor. Versi Surakarta dan Yogyakarta tokoh Bawor tidak

ada, adanya Bagong.

(3) Dialog punakawan menggunakan bahasa cablaka Banyumasan

(ngapak-ngapak).

Fungsi wayang purwa di samping sebagai ekspresi

kebudayaan juga merupakan media pendidikan, informasi dan

hiburan. Sebagai media pendidikan karena isinya banyak

memberikan ajaran kepada manusia, baik sebagai individu maupun

anggota masyarakat. Wayang banyak mengandung unsur

pendidikan terutama dalam hal penanaman budi pekerti, mental,

dan watak.

Wayang menjadi media informasi karena sifatnya yang

sangat komunikatif. Dengan demikian sangat tepat digunakan

untuk mengadakan pendekatan kepada masyarakat, memberikan

informasi tentang masalah-masalah kehidupan dan seluk-beluknya.

Sedangkan fungsi wayang sebagai media hiburan, karena

Page 97: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xcvii

pertunjukannya dapat disajikan dalam berbagai macam keperluan

sebagai tontonan yang menghibur, (Soekatno, tanpa tahun:1).

4) Cagar Budaya di Banyumas

a) Pasarehan Dawuhan

Pesarehan Dawuhan adalah makam para pepunden

(pendiri dan petinggi) Banyumas. Ada 12 orang yang pernah

menjadi Bupati Banyumas dimakamkan di pesarehan ini. Bupati

Banyumas pertama, Jaka Kaiman, yang dikenal sebagai Adipati

Mrapat juga dimakamkan di tempat ini. Selain itu juga terdapat

makam tiga orang Bupati Purwokerto dan dua orang Bupati

Purbalingga, (Koderi, 1991:36).

Dalam buku itu disebutkan pula bahwa pesarehan

seluas lima hektare tersebut berada di lereng Pegunungan Serayu,

kurang lebih sejauh lima kilometer sebelah barat kota Banyumas.

Pada bulan Ruwah (sya’ban) pesarehan ini sering dikunjungi

peziarah, baik yang sekedar ingin berdoa maupun mereka yang

menginginkan hajat tertentu.

Menurut riwayat, sebagaimana disampaikan oleh

Bambang S Purwoko, Desa Dawuhan dulunya merupakan desa

perdikan yang dikepalai seorang demang. Namun sejak proklamasi

kemerdekaan RI, status tersebut dihapus, sesuai dengan Undang-

undang No. 13 tahun 1946, tentang penghapusan kedudukan desa-

Page 98: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xcviii

desa perdikan. Dalam Babad Banyumas yang disusun oleh dan

atas perintah Pangeran Juru Pensiun Pepatih Dalem Kasultanan

Yogyakarta, Pasarehan Dawuhan dinamakan Astana Redi

Bendungan, (wawancara tanggal 28 Oktober 2009).

Upaya pemeliharaan dan pelestarian makam bersejarah

bagi masyarakat Banyumas ini telah dilakukan. Mulanya hanya

dibentuk sebuah panitia perbaikan yang disebut Panitia Perbaikan

Makam Dawuhan Banyumas. Lalu pada tanggal 12 Januari 1977

dibentuk ”Yayasan Pasarehan Dawuhan Banyumas” yang

bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan pelestarian situs

budaya ini.

Di dalam kompleks makam ini berdiri sebuah masjid yang

sudah cukup tua bernama ”Masjid Nurul Huda”. Masjid ini

didirikan oleh Tumenggung Cakrawerdana I, Bupati Banyumas

XIII, sekitar tahun 1830.

b) Pendapa si Panji

Ketika Kanjeng Raden Adipati Cakranegara I menjabat

sebagai Bupati Banyumas, dan residennya adalah S. Van Deventer,

banjir besar atau yang lebih dikenal dengan ’Blabur Banyumas’

merendam ibukota kabupaten dengan ketinggian mencapai tiga

Page 99: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

xcix

meter. Peristiwa ini berlangsung selama tiga hari, dari hari Kamis

wage sampai dengan Sabtu legi yang bertepatan dengan tanggal

21-23 Pebruari 1861 M, (Bambang S. Purwoko, tanpa tahun:2).

Sebelum terjadi banjir ada sesepuh Banyumas yang

mengatakan ” Bakale ana betik mangan manggar” artinya suatu

ketika akan terjadi ikan betik memakan manggar (bunga kelapa).

Orang baru mengerti maksud perkataan itu setelah terjadi banjir.

Rupanya tinggi air mencapai tinggi pohon kelapa yang baru keluar

bunganya, yaitu setinggi tiga sampai empat meter, (M. Koderi,

1991:108).

Konon, ketika air yang masuk menggenangi halaman

pendapa semakin tinggi, saka guru (tiang utama) pendapa itu

terangkat seolah-olah terapung. Setelah air surut, saka guru itu

masih berdiri pada tempat semula, tidak bergeser sedikitpun dan

masih kokoh. Walaupun terkesan fiktif, cerita tersebut dipercaya

benar-benar terjadi dan menimbulkan kekagumam warga

Banyumas. Sejak saat itu, saka guru dianggap benda keramat dan

memiliki kekuatan gaib, sehingga setiap malam Jum’at kliwon dan

Selasa kliwon selalu diberi sesaji berupa bunga, kelapa muda hijau

dan kemenyan, (wawancara dengan Bambang S Purwoko).

Pada tanggal 5 Maret 1937, ibu kota Kabupaten

Banyumas pindah ke Purwokerto. Pendapa dan saka gurunya ikut

Page 100: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

c

dipindahkan. Prosesi pemindahannya pun melalui upacara dengan

berpantang melewati Kali Serayu. Pendapa tersebut kini

dinamakan Pendapa si Panji. Nama si Panji mungkin diambil dari

nama salah seorang Bupati Banyumas yang membangunnya, yaitu

Raden Adipati Panji Gandakusuma yang sebelumnya bernama R.

Mertawijaya, putra dari Yudanegara I, (Warwin R. Sudarmo dan

Bambang S. Purwoko, 2009:187).

c) Masjid Saka Tunggal Cikakak

Masjid Saka Tunggal Cikakak merupakan salah satu

peninggalan sejarah dan purbakala yang dilindungi dan terdaftar

dengan nomor Inventaris : 25.02.89 (Daftar Inventaris Peninggalan

Sejarah dan Purbakala Se-Jawa Tengah Tahun 1980/1981:89).

Masjid ini didirikan oleh Mbah Toleh Mustholih di Desa Cikakak

dekat Wangon. Masjid itu dianggap istimewa karena hanya

memiliki satu saka (tiang) yang menyangga atap tepat di tengah

bangunan, sehingga dinamai Masjid Saka Tunggal. Sekarang

masjid ini dinamakan ”Masjid Baitussalam”.

Bangunan Masjid Saka Tunggal, seperti layaknya

bangunan masjid di Jawa Tengah, berbentuk tajug. Menurut

keterangan Sopani, juru kunci, masjid ini didirikan tahun 1288

sebagaimana keterangan yang tertulis dengan angka Arab pada

Saka Tunggal. Pada mulanya masjid ini beratap ijuk, kemudian

Page 101: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

ci

diganti dengan sirap pada masa Bupati Banyumas Poedjadi

Djaring Bandayoeda pada tahun 1977. Ketika Djoko Soedantoko

menjabat sebagai bupati, pada tahun 1994 masjid ini kembali

dipugar sesuai ukuran aslinya 12 m x 18 m dan beratap ijuk

(wawancara dengan Sopani, tanggal 23 Nopember 2009). Puncak

atap (mustaka) berbentuk piramida dan pada ujung atasnya

berakhir dengan bentuk bulatan. Pada bagian bulatan ini diberi

sembir-sembir, sehingga berkesan seolah-olah putik dan daun

bunga. Tiap ujung tepian atap diberi bungkak, yaitu hiasan

melengkung yang lazim digunakan pada bangunan tradisional di

daerah Jawa Tengah bagian selatan.

Bagian dalam masjid dihiasi relief dan kaligrafi dengan

media cat. Hiasan-hiasan tersebut antara lain terdapat pada tiang

utama, langit-langit, dinding samping bangunan, emprit ganthil,

mihrab, dan mimbar. Hiasan pada tiang mulai dari bawah (umpak)

sampai ke batas penyangga sayap (kapitil) pertama. Keempat sisi

tiang dihiasi relief bermotif sulur gelung mengarah ke atas dengan

warna selang-seling merah, kuning tua, hijau tua dan selingan daun

dan bunga berwarna putih.

Langit-langit yang terbagi empat bidang, juga penuh

dengan hiasan. Pada keempat bidang tersebut terbentuk garis

diagonal yang berbentuk anak panah, tertuju ke sebuah lingkaran

Page 102: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cii

di tengah bidang. Hiasan pada lingkaran ini seolah-olah

melambangkan matahari. Sedangkan pada bagian segi tiga di

antara diagonal terdapat tanda ’ + ’ yang melambangkan bintang.

Di antara pintu mihrab terdapat relief besar bermotif sulur

daun bunga yang bergelung. Di atas relief tertulis ayat-ayat suci

Al-Qur’an pada papan berwarna hijau tua. Tempat pertemuan

antara tiang yang berdiri di kanan kiri mihrab dengan balok

blandar dan pengeret terdapat relief berbentuk sayap. Sedangkan

mimbar yang seluruhnya terbuat dari kayu jati juga penuh dengan

hiasan relief bermotif bunga dengan daun bunga melebar dan

menggelung ke kanan dan ke kiri, (hasil obsevasi, tanggal 23

Nopember 2009).

Sopani juga menegaskan bahwa bangunan dan benda yang

masih asli meliputi saka guru, bedug, kenthong, mimbar, tongkat,

ornamen depan pengimaman, lampu lentera, dan bak air. Sampai

sekarang bangunan tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya, dan

ramai dikunjungi masyarakat, terutama saat liburan,

Satu hal yang paling khas di kawasan Masjid Saka Tunggal

adalah hadirnya kera liar yang jumlahnya cukup banyak di sekitar

bangunan. Pada dasarnya kera-kera tersebut tidak dipiara secara

khusus, tetapi dilindungi dan habitatnya berada di dalam hutan

Page 103: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

ciii

dekat masjid. Binatang itu menjadi terkesan jinak jika diberi

makanan berupa kacang oleh pengunjung.

c. Sumber Belajar IPS SMP di Kabupaten Banyumas

Kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS yang dilaksanakan di

sekolah-sekolah SMP di Kabupaten Banyumas selama ini, masih bersifat

teacher- centered learning, yang memusatkan kegiatannya pada guru sebagai

sumber belajar utama bagi pembelajar. Dalam praktiknya, rata-rata guru

menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan sumber belajar lain berupa

buku teks. Sedangkan sumber belajar yang ada di sekitar lingkungan sekolah

seperti cagar budaya, musium, atau lainnya masih jarang digunakan. Hal ini

terungkap pada obsevasi di SMP Negeri 1 Ajibarang dan wawancara yang

dilakukan dengan guru-guru IPS SMP di Kabupaten Banyumas pada tanggal 4

Januari 2010 di SMP N Ajibarang dalam forum MGMP IPS menunjukkan hal

tersebut.

Secara lengkap hasil wawancara dari beberapa nara sumber tentang

sumber belajar yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran, adalah

sebagai berikut.

a. Siti Aisah S.Pd, guru SMP N 1 Ajibarang

”Sumber belajar yang selalu saya gunakan terutama buku. Alat peraga

seperti peta, atlas, globe, model gunung api, anometer juga kadang saya

pakai. Cagar budaya yang dekat dengan sekolah, Masjid Saka Tunggal di

Page 104: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

civ

Cikakak juga pernah dimanfaatkan untuk memperkenalkan konsep awal

masuknya Islam. Juga Musium BRI di Purwokerto untuk membahas sejarah

koperasi dan sejarah uang.”

b. Supriyadi, guru SMP N 1 Ajibarang

”Ada beberapa sumber belajar yang biasa saya gunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Seperti; peta, atlas, gambar-gambar peninggalan masa lalu,

dan gambar-gambar lainnya yang berkaitan dengan KD. Saat menjelaskan

KD tentang peninggalan Hindu-Budha dan KD yang berkaitan dengan masa

penjajahan Belanda, saya mencontohkan penginggalan-peninggalan cagar

budaya yang ada di Banyumas. Namun sebatas saya terangkan saja.”

c. Mujiono, guru SMP N 1 Ajibarang

”Buku-buku, baik buku teks maupun sumber asli hampir selalu dipakai

sebagai sumber belajar. Selain itu juga menggunakan gambar, film, maupun

dokumentasi sejarah. Tetapi tentu lingkungan juga dimanfaatkan, seperti

musium. Kegiatan belajar IPS dilaksanakan dengan pembelajaran

kontekstual, khususnya yang berkaitan dengan materi sosiologi dan sejarah,

memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajarnya.”

d. Setiyowati, guru SMP N 1 Ajibarang

”Saya memanfaatkan buku-buku, peta, atlas, surat kabar, dan alat peraga.

Internet juga kadang-kadang saya manfaatkan sebagai sumber belajar.

Tetapi terus terang kalau benda-benda cagar budaya dan lingkungan di

Page 105: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cv

sekitar sekolah, hampir tidak pernah saya manfaatkan. Saya tak tahu

bagaimana harus memanfaatkannya.”

Hasil wawancara agar lebih dapat mewakili informasi tentang sumber

belajar yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran oleh guru-guru

IPS pada SMP di Kabupaten Banyumas, perlu menggali dari guru IPS SMP

lain di Kabupaten Banyumas, seperti pada :

a. Welas Yuniasih, guru SMP N 1 Somagede

”Waktu di kelas saya menggunakan buku teks sebagai sumber belajar

pokok. Dibantu dengan alat peraga, seperti globe, peta, atau gambar-

gambar.”

b. Supriyanto S.Pd, guru SMP N 1 Sumpiuh

“Lebih banyak ceramah saya kalau di kelas. Siswa belajar dengan dibantu

buku teks yang sudah tersedia. Kemudian dilakukan tanya jawab.

Madang-kadang saya menggunakan atlas atau gambar-gambar yang

sesuai.”

2. Sajian Data

a. Pemahaman Guru IPS SMP di Kabupaten Banyumas terhadap Budaya

Banyumas

Page 106: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cvi

Informasi tentang karakteristik guru IPS tingkat SMP di Banyumas

dan pemahamannya terhadap Budaya Banyumas diperoleh melalui wawancara

dan melihat RPP yang dibuat antara lain oleh guru IPS SMP N 1 Ajibarang.

Poin pokok dalam wawancara tersebut berkaitan dengan pengetahuan dasar

guru-guru tersebut tentang Budaya Banyumas. Di antaranya tentang tingkat

pemahaman mereka tentang sejarah Banyumas, tingkat pengetahuan tentang

cagar budaya, dan apresiasinya terhadap tradisi dan seni yang berkembang di

masyarakat. Selain itu juga kepedulian mereka terhadap upaya pelestarian

kebudayaan melalui proses belajar-mengajar di sekolah.

Dari wawancara mendalam yang dilakukan terhadap guru-guru IPS

SMP Negeri Ajibarang pada tanggal 19 September 2009, diketahui bahwa

pemahaman mereka terhadap Budaya Banyumas masih sangat minim. Bahkan

ada guru yang sama sekali tidak mengetahui jenis-jenis Budaya Banyumas

serta nilai luhur yang terkandung di dalamnya, karena berasal dari luar

wilayah. Hal seperti ini juga didapat pada Sumbarningsih, guru SMP Negeri

2 Cilongok, yang lahir dan besar di Boyolali. Sementara Siti Asyiah, S.Pd,

guru IPS SMP Negeri 1 Ajibarang yang berasal dari Sukoharjo berkata,

”Materi IPS sudah begitu padat, bila dikembangkan dengan memasukkan

potensi lokal Banyumas, saya malah jadi bingung. Bingung mengatur alokasi

waktu dan bingung memilih potensi lokal Banyumas yang mana. Saya kurang

paham tentang budaya Banyumas.”

Page 107: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cvii

Guru yang merupakan putra daerah pun tidak banyak menguasai

budayanya karena berbagai alasan. Antara lain karena tidak sempat

mempelajari, jarang ditemui lagi di masyarakat, dan akibat sikap apatisnya

sendiri. Seperti Setyowati, S.Pd, guru IPS SMP Negeri 1 Ajibarang. Meski

lahir dan besar di Kalisari, wilayah pinggiran di Banyumas, ia mengaku tidak

banyak tahu tentang budaya daerahnya ”Untuk memahami budaya Banyumas

yang beragam perlu belajar dulu,” katanya saat diwawancara tanggal 15

September 2009.

Pendapat senada disampaikan oleh; Supriyanto, S.Pd, guru IPS SMP

Negeri 1 Sumpyuh, dan Bambang, S.Pd, guru IPS SMP Negeri 2 Purwokerto.

Bahkan dengan nada sinis Supriyanto, S.Pd. berkata, ”Budaya Banyumas

paling ebeg yang disenangi siswa khususnya laki-laki. Itu pun sebenarnya

tidak pantas bagi siswa karena pertunjukannya seperti tingkah laku setan dan

orang mabok. Itu bertentangan dengan tuntunan Islam.”

Sedangkan Bambang, S.Pd dengan kalem memberi tanggapan jujur

bahwa ia tidak suka yang namanya ebeg, lengger, maupun wayang. Tempat-

tempat bersejarah seperti Makam Dawuhan, Masjid Saka Tunggal Cikakak

dan Musium di Purwokerto pun tidak paham. Karena itu, jika nantinya jenis-

jenis budaya tersebut harus disisipkan dalam pembelajaran IPS atau sebagai

sumber belajar, ia mengaku masih harus belajar banyak.

Lain lagi tanggapan dari Sikko Varianto, guru IPS SMP Negeri 2

Cilongok, ”Saya paham sedikit tentang seni lengger, ebeg, wayang, begalan

Page 108: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cviii

dan ketoprak, tapi hubungannya dengan pelajaran IPS kelihatannya mengada-

ada. Lagi pula kearifan lokalnya saya tidak paham letaknya dimana, yang saya

tahu ya hanya sebatas hiburan, kalau ada buku pegangan guru tentang itu

mungkin saya bisa memahami,” (wawancara tanggal 15 September 2009).

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa kesadaran

para guru tersebut budaya lokal kurang. Oleh karena itu sangat sedikit guru

yang mengaplikasikan Budaya Banyumas dalam proses belajar mengajarnya.

Meski demikian, saat disodorkan ide untuk memanfaatkan budaya lokal,

dalam hal ini Budaya Banyumas sebagai sumber belajar dengan alasan untuk

melestarian budaya lokal, seluruh guru IPS yang diwawancarai sepakat

bersedia, walaupun harus belajar lagi.

b. Jenis-jenis Budaya Banyumas yang Dapat Dijadikan sebagai Sumber

Belajar IPS

Budaya Banyumas dapat dijadikan sebagai sumber belajar IPS SMP,

setelah diseleksi dan disaring berdasar Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar IPS pada KTSP SMP di Banyumas. Hasil wawancara tanggal 4

Nopember 2009 terhadap Supriyadi, Mujiono, Setyowati dan Siti Asyiah,

selaku guru IPS SMP Negeri 1 Ajibarang, dapat dihimpun bahwa Jenis-jenis

Budaya Banyumas tersebut terdiri atas:

1) Sejarah Banyumas yang meliputi:

a) Sejarah Banyumas Era Joko Kaiman

Page 109: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cix

b) Sejarah Banyumas Masa Penjajahan

2) Tradisi Banyumas yang meliputi:

a) Mimiti, Sadranan dan

b) Begalan

3) Kesenian Banyumas yang meliputi; ebeg, lengger, dan wayang kulit .

4) Cagar Budaya di Banyumas, antara lain; Masjid Saka Tuggal di Cikakak,

Musium Panglima Besar Sudirman, Musium Wayang dan Bangunan yang

telah berusia lebih dari 50 tahun seperti SMP N 2 Purwokerto.

c. Strategi Pembelajaran yang Dapat Digunakan oleh Guru dalam

Memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai Sumber Belajar IPS

Guru Mata Pelajaran IPS SMP di Kabupaten Banyumas ditantang

untuk mengerahkan pengetahuan dan kemampuannya jika mau memanfaatkan

Budaya Banyumas menjadi sumber belajar. Selain harus mau meningkatkan

pengetahuan dan pemahamannya tentang Budaya Banyumas guna menyeleksi

materi, juga harus kreatif menyusun strategi dan memilih teknik yang tepat

dalam penyampaiannya. Meski demikian ada faktor-faktor yang dapat

mempermudah guru mewujudkan tujuan dalam SK/KD jika memakai unsur

budaya lokal ini sebagai materi maupun sumber belajar. Demikian garis besar

dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan terhadap guru-guru IPS SMP

di Kabupatenn Banyumas pada tanggal 19 september 2009.

Secara lebih terperinci, hasil wawancara tersebut adalah sebagai

berikut.

Page 110: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cx

a. Drs. Sukiman, guru IPS SMP 2 Purwokerto, Banyumas. Menurutnya jika

memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS, proses

belajar-mengajar akan lebih praktis, mudah, dan murah. Mengingat siswa

sudah kenal dan dekat dengan budaya tersebut. Kalaupun harus ada

kegiatan outdoor, tidak akan banyak memakan waktu, tenaga dan biaya

karena relatif lebih dekat dengan sekolah. Jangan memilih objek yang jauh

dari lingkungan sekolah, kalaupun itu harus dikenalkan pada siswa, ambil

cara lain seperti lewat gambar atau tayangan film.

b. Supriyanto, S.Pd, guru SMP 1 Sumpyuh, Banyumas, mengatakan bahwa

ada beberapa materi IPS yang memang perlu diberi muatan Budaya

Banyumas. Misalnya dikaitkan dengan materi sejarah, ekonomi, geografi,

dan sosiologi. Meski demikian, materi tersebut harus dipilih yang relevan,

dan tidak dipaksakan keterkaitannya. Guru harus lebih mendalami Budaya

Banyumas, baik sejarah, tradisi, maupun seninya. Guru juga dituntut harus

merancang sekenario pembelajarannya. Teknik atau cara yang dipilih

harus mampu dilakukan oleh guru IPS itu sendiri. Khususnya masalah

alokasi waktu pembelajarn IPS yang dalam struktur kurikulum hanya

empat jam pelajaran dalam satu Minggu.

c. Drs. Mudjiono, guru IPS SMP 1 Ajibarang, Banyumas, mengaku sudah

beberapa kali memanfaatkan muatan lokal, terutama musium dan

lingkungan sekolah sebagai sumber belajar IPS. Karena pelajaran IPS

sangat dekat dengan budaya, ia menanamkan konsep tentang kearifan

Page 111: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxi

lokal dalam pembelajaran IPS melalui tayangan CD/DVD tentang Budaya

Banyumas. Misalnya tentang pernikahan, ebeg, begalan, wayang ataupun

tentang situs-situs sejarah di kawasan Banyumas. ”Siswa tidak harus

dibawa ke tempat-tempat cagar budaya yang cukup jauh dari sekolah.

Guru tidak perlu menyelenggarkan tontonan ebeg, begalan atau wayang.

Cukup hadirkan itu semua dalam bentuk tayangan media elektronik

melalui VCD player. Hal ini sangat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

Tayangan semacam itu harus diikuti pula dengan penjelasan tentang arti

penting dan maknanya, sehingga siswa memahami,” tuturnya.

d. Drs. Suratno, guru IPS SMP 2 Cilongok, Kabupaten Banyumas, sangat

mendukung bila Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS. Guru IPS

dalam pembelajaran tidak harus memberi contoh yang jauh dari

lingkungan siswa, apalagi dari luar negeri. Contoh yang dimaksudkan

untuk memperjelas materi pokok pada SK/KD tersebut dapat diambil dari

hal-hal yang dekat dengan siswa, seperti KD tentang penyimpangan sosial

dilengkapi dengan contoh kasus dari yang ada di sekitar siswa. SK /KD

tentang produksi, distribusi, dan konsumsi bisa berkunjung ke tempat

pembuatan tahu di Kalisari, pasar di Cilongok, dan toko di Panambangan.

Wawancara lain dengan Ketua MGMP IPS Kabupaten Banyumas

Umar, S.Pd, dan guru inti IPS, Hapiningsih Asriah, M.Pd memberikan lebih

banyak masukan tentang berbagai strategi pembelajaran yang mungkin

digunakan guru saat memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar

Page 112: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxii

IPS, seperti modeling dan karyawisata lokal. Keduanya memberi tanggapan

yang cukup simpatik terhadap wacana untuk memanfaatkan Budaya

Banyumas sebagai sumber belajar IPS. Mereka menekankan, guru IPS harus

menyusun program pelaksanaan pembelajaran, teknik atau cara pembelajaran

dan evaluasi dengan cermat agar benar-benar memiliki makna. Beberapa

alternatif strategi yang mungkin digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran

pun mereka sampaikan. Antara lain; dengan melakukan kunjungan (outdoor)

ke tempat-tempat yang relevan dengan materi pokok dari SK/KD. Sebagai

contoh saat SK/KD tentang produksi, distribusi, dan konsumsi, siswa dibawa

ke pabrik, pasar, dan supermarket (toko) di lingkungan sekolah. Saat SK/KD

tentang era kolonialisme, siswa diajak mengunjungi musium, monumen, atau

situs sejarah yang relevan. Jika kegiatan outdoor tidak mungkin dilaksanakan,

bisa disajikan melalui tayangan film, slide, atau model.

Alternatif lainnya adalah dengan menyusun LKS IPS (buku ringkasan

materi dan soal-soal) yang dikembangkan dengan memasukkan potensi

Budaya Banyumas. SK/ KD dipetakan dan selanjutnya materi-materi Budaya

Banyumas dikaji dengan baik sehingga diperoleh materi yang relevan. Seleksi

materi dan strategi maupun teknik pembelajaran tersebut harus pula

memperhatikan keterbatasan alokasi waktu untuk IPS, yang di dalam struktur

kurikulum pada KTSP, hanya empat jam per minggu.

Kendala-kendala yang dihadapi guru-guru IPS SMP dalam

memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar, menurut mereka

Page 113: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxiii

dapat diatasi antara lain dengan adanya buku-buku tentang Budaya Banyumas

yang tersusun secara sistematis sebagai referensi.

B. Pokok-pokok Temuan

1. Sebagian besar guru IPS tingkat SMP di wilayah Banyumas tidak memahami

kebudayaan daerah tempat mereka mengajar. Baik karena latar belakangnya yang

dari luar wilayah Banyumas, tidak memiliki latar belakang akademik IPS,

ataupun karena mereka juga tidak memiliki kepedulian terhadap budaya lokal.

Akibatnya, itikad guru-guru tersebut untuk menjadikan unsur-unsur kebudayaan

Banyumas sebagai sumber belajar IPS selama ini juga sangat minim. Meski

demikian ketika disodori ide untuk mengangkat unsur-unsur budaya Banyumas

sebagai salah satu sumber belajar IPS, mereka kompak menyetujui dan

menunjukkan antusiasmenya.

2. Wilayah Banyumas memiliki jenis-jenis seni, tradisi budaya khas, dan situs-situs

sejarah dengan nilai filosofis, sosiologis, etis, dan edukatif yang sangat tinggi.

Jenis-jenis seni, tradisi dan sejarah Banyumas sebagai komponen atau unsur

Budaya Banyumas yang menonjol dapat dimanfaatkan sebagai sumber relajar IPS

adalah sebagai berikut :

a. Sejarah Banyumas, dengan pembabakan :

Page 114: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxiv

1) Sejarah Banyumas Prakolonial, yang mencakup ; Babad Pasir Luhur zaman

Hindu, Babad Wirasaba I zaman Hindu, Babad Pasir Batang zaman Islam

dan Babad Wirasaba II zaman Islam.

2) Sejarah Banyumas Masa Kolonial, dengan titik berat pada zaman VOC dan

zaman Kolonial Belanda.

b. Tradisi Banyumas, menguraikan tokoh pewayangan bawor sebagai simbol

wong Banyumas dan upacara adat Banyumas dari upacara kelahiran, khitanan,

perkawinan dan kematian.

c. Kesenian Banyumas yang khas seperti ebeg (kuda lumping), lengger), begalan,

dan wayang kulit gagrag Banyumasan.

d. Cagar Budaya di Banyumas: Pasarehan Dawuhan Banyumas, Pendopo Si

Panji, dan Masjid Saka Tunggal Cikakak peninggalan awal masuknya Islam.

Kini, berbagai tradisi baik berupa seni maupun pola kehidupan sosial

tersebut nyaris terlupakan oleh generasi muda. Literatur tentang Budaya

Banyumas pun sangat terbatas. Kalaupun ada, sebagian terkesan materinya

disusun asal-asalan sehingga sulit untuk dipahami. Padahal jika dipelajari dengan

sungguh-sungguh, unsur-unsur tersebut dapat menjadi bahan pelajaran yang

sangat baik bagi siswa dalam rangka menemukan jati dirinya sebagai Bangsa

Indonesia dengan keunikan daerah asalnya. Hal ini dapat memperkuat rasa

nasionalisme siswa dan menghindarkannya dari bahaya arus modernisasi yang

cenderung membuat siswa tidak berpijak pada buminya.

Page 115: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxv

3. Berbagai alternatif strategi pembelajaran dapat dipilih dan diterapkan guru IPS

dalam memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar, antara lain

dengan mengaplikasikannya melalui model pembelajaran kontekstual. Hal ini

dimungkinkan dengan tetap mengacu pada kurikulum yang berlaku, yaitu KTSP.

C. Pembahasan

1. Pemahaman Guru IPS tingkat SMP di Kabupaten Banyumas terhadap

Budaya Banyumas

Minimnya pengetahuan dan wawasan guru-guru IPS tingkat SMP di

wilayah Kabupaten Banyumas tentang Budaza Banyumas, sangat berpengaruh

pada kontribusi mereka bagi upaya pelestarian budaya lokal, dalam hal ini

Budaya Banyumas itu sendiri. Ketika guru IPS sejarah misalnya tak mengerti

bahkan tak peduli dengan tradisi lokal, maka sejarah yang diajarkan hanya

berhenti pada uraian kronologis peristiwa masa lalu tanpa makna. Bahkan

cenderung membosankan.

Pemahaman guru IPS terhadap sejarah lokal dalam hal ini Budaya

Banyumas penting, namun hal itu juga tergantung bagaimana guru yang

bersangkutan memaknainya. Pembelajaran sejarah dalam IPS misalnya, haruslah

dilanjutkan dengan penekanan bahwa sejarah tersebut senantiasa berada dalam

proses waktu yang selalu terkait, satu dengan yang lain. Karena itu, sejarah selalu

beredar dalam kekiniannya. Demikian kesimpulan dari pendapat sejarawan,

Anhar Gonggong dalam wawancara di sela-sela seminar nasional tentang

Page 116: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxvi

Pendidikan yang Membangkitkan Nasionalisme, di Universitas Muhammadiyah

Purwokerto (UMP), tanggal 28 Oktober 2009. Selain tidak membosankan,

maknanya pun akan langsung dirasakan siswa yang merasa terlibat dalam

berbagai materi belajarnya.

Guru-guru IPS di Kabupaten Banyumas semestinya memiliki pemahaman

terhadap nilai-nilai dan kearifan lokal, dalam konteks ini budaya Banyumas. Hal

ini sangat penting artinya mengingat dewasa ini masyarakat Indonesia tengah

menghadapi aneka perubahan, baik yang berkaitan dengan tuntutan lokal,

nasional maupun global. Sebagai bunga dan harapan bangsa, generasi muda

dituntut pula untuk mempraktikan budi pekerti yang luhur, sesuai dengan nilai-

nilai budaya. Di sinilah arti penting pembelajaran sejarah sebagai bagian dari

pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Demikian Dr. Tanto Sukardi, M.

Hum., Dosen FKIP Prodi Sejarah UMP dalam wawancara tanggal 28 Oktober

2009.

Pentingnya guru IPS memahami Budaya Banyumas juga tersirat dari hasil

wawancara dengan Drs. Sugeng Priyadi, M. Hum, ahli sejarah lokal Banyumas

yang juga dosen FKIP UMP pada tanggal 28 Oktober 2009. Ia mengatakan

bahwa pembahasan terhadap budaya Banyumas merupakan tindakan ’pulang

kampung’. Harus disadari, primordialisme merupakan salah satu unit historis

yang musti diakui eksistensinya. Primordialisme Banyumas jelas menunjukkan

adanya kelampauan bersama yang telah dilalui dalam waktu yang cukup lama.

Page 117: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxvii

Oleh karena itu, Budaya Banyumas beserta beberapa aspeknya perlu diposisikan

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan budaya nasional.

Perlu pula disadari bahwa budaya egaliter seolah telah menjadi fitrah

orang Banyumas dalam kehidupan sehari-hari. Egaliter merupakan sikap yang

dapat menghargai prinsip-prinsip nasionalisme yang meliputi; kesatuan,

kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Dari sini saja jelas terlihat,

banyak yang dapat diambil oleh seorang guru IPS dari Budaya Banyumas dalam

rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diembannya.

Mengingat hal-hal tersebut, menjadi harga mati bagi guru-guru IPS untuk

meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang budaya-budaya lokal (bagi guru

IPS di wilayah Banyumas mutlak harus memahami Budaya Banyumas) dengan

segala keunikan dan nilai-nilai yang dikandungnya. Apalagi saat ini tingkat

kesejahteraan mereka telah jauh lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Artinya,

tidak berlebihan jika mereka dituntut untuk lebih profesional dalam menjalankan

tugas. Bukan semata-mata menyuapkan materi pelajaran mentah-mentah supaya

ditelan siswa, melainkan juga mengupayakan bagaimana makanan berupa mata

pelajaran tersebut berdampak dan bermakna bagi pertumbuhan serta

perkembangan intelektual maupun moral anak didiknya sebagai generasi penerus

negeri ini.

Hasil penelitian yang menujukkan betapa minimnya pengetahuan guru-

guru IPS SMP di Kabupaten Banyumas tentang Budaya Banyumas menunjukkan

pula ketidakpedulian mereka terhadap kelestarian budaya lokal. Dari situ pula

Page 118: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxviii

terlihat bahwa rata-rata mereka tidak mampu mengambil sari pati budayanya

sendiri, yang berupa nilai-nilai luhur, baik estetika, etika, sosiologi, ideologi,

maupun filosofinya untuk kemudian memanfaatkannya sebagai sumber relajar

yang potensial. Barangkali tidak berlebihan jika kemudian dikatakan bahwa para

guru tersebut juga tidak lagi mampu mengenali jati dirinya sebagai warga bangsa

dengan keunikan pribadi yang lahir dari sebuah tradisi.

Ketika wacana untuk memanfaatkan budaya lokal dalam hal ini Budaya

Banyumas mendapat respon positif dari para guru IPS SMP di Kabupaten

Banyumas, saat itu pula mereka mendapat tantangan besar. Mereka jelas dituntut

untuk mengeluarkan energi lebih banyak, baik berupa biaya, pikiran, maupun

waktu, untuk mempelajari dan mamahami unsur-unsur Budaya Banyumas yang

masih terpelihara. Apalagi mengingat terbatasnya literatur yang benar-benar

kompeten tentang Budaya Banyumas, upaya untuk memahaminya juga

memerlukan strategi tersendiri. Kreativitas mereka pun tertantang untuk dapat

menggunakan strategi pembelajaran yang tepat guna mengangkat materi-materi

jadul tradisi Budaya Banyumas tersebut menjadi layak, relevan, dan menarik serta

sarat makna bagi siswa.

Walau seberat apa pun, mau atau tidak mau, guru-guru IPS SMP harus

melakukannya. Sebab jika tidak, tujuan pembelajaran IPS SMP membentuk

peserta didik menjadi warga negara yang baik, mampu membangun kemampuan

berpikir, mengenal, dan mampu melestarikan kebudayaan bangsa (Direktorat

Pendidikan Lanjutan Pertama, 2004:24) mustahil akan tercapai. Bahkan pada

Page 119: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxix

akhirnya nanti, pelajaran IPS hanya akan tinggal sebagai uraian tanpa makna.

Sejarah tak lebih dari sekedar urutan kronologis suatu peristiwa pada masa

lampau yang membosankan. Ekonomi koperasi juga sekedar uraian tentang teori-

teori yang hanya bisa dihafal. Demikian juga dengan sub-sub IPS lainnya akan

menjadi tak bermanfaat bagi siswa.

2. Jenis-jenis Budaya Banyumas yang Dapat Dijadikan Sumber Belajar IPS

Budaya Banyumas merupakan salah satu kebudayaan daerah yang

berkembang di wilayah Banyumas dan menjadi lambang identitas daerah. Dapat

diartikan pula sebagai bentuk warisan lokal yang dimiliki masyarakat Banyumas,

baik berwujud (konkret) maupun tak berwujud (abstrak).

Berbagai jenis kebudayaan daerah dalam konteks ini Budaya Banyumas,

memiliki nilai estetik, edukatif, sosiologis, dan filosofis sangat tinggi. Bahkan jika

digali dan dikembangkan dapat menjadi materi ajar yang lebih menyentuh

langsung pada kehidupan siswa sebagai subjek belajar. Hal ini sangat efektif

terutama dalam rangka menanamkan nilai-nilai luhur yang menjadi ciri

kepribadian masyarakat tempat siswa belajar.

Sebagai suatu tradisi, nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai jenis

kebudayaan tentu telah mengalami seleksi alam cukup lama. Proses yang panjang

melalui berbagai penyesuaian, pengembangan, dan perubahan sesuai dengan

perkembangan peradaban manusia pemilik kebudayaan itu sendiri. Dengan

demikian nilainya pun tak bisa begitu saja diabaikan. Sayangnya dalam era

globalisasi saat ini, banyak yang beranggapan bahwa segala yang berbau tradisi

Page 120: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxx

adalah kuno atau jadul (jaman dulu) hingga ‘tak patut’ dipelajari. Bahkan tak

jarang siswa yang malu bila harus bersentuhan dengan segala yang berbau

tradisional. Tak terkecuali siswa-siswa SMP, anak-anak yang tengah menginjak

remaja dan sedang dalam tahap mencari jati diri.

Di tengah marak dan mudahnya akses teknologi informasi modern hingga

ke pelosok-pelosok, pengaruh budaya luar lebih mudah mereka serap. Pasalnya,

selain lebih mudah dinikmati, penyajiannya pun sangat apik hingga mampu

membuat anak-anak yang dalam masa transisi itu ’bermimpi’ menjadi seperti

yang disaksikannya. Alhasil, pelan tapi pasti tradisi lokal semakin terlupakan.

Bukan mustahil benar-benar hilang jika tak segera dilakukan pembenahan.

Sedini mungkin generasi muda ini perlu dipersiapkan dirinya, sehingga

pada saatnya nanti siap tampil sebagai pemimpin yang tangguh, tidak hanya

secara fisik, tetapi juga secara moral dan intelektual. Pendidikan sejarah sebagai

salah satu mata pelajaran IPS misalnya, memiliki arti penting untuk menciptakan

kesadaran sejarah dalam rangka membangun identitas nasional. Tanpa

pemahaman sejarah kolektif yang berangkat dari pemahaman lokal, dalam hal ini

budaya lokal, akan memungkinkan peserta didik tidak mengenal diri, karena tidak

mengenal landasan identitas dirinya.

Beberapa jenis Budaya Banyumas sebenarnya sangat baik untuk dijadikan

sumber belajar IPS bagi siswa SMP di kawasan ini. Pemanfaatannya sebagai

sumber belajar dapat berupa pesan, material, peralatan, teknik dan lingkungan.

Melalui pengembangan materi secara kontekstual, potensi lokal dalam hal ini

Page 121: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxi

Budaya Banyumas yang memiliki aspek historis, filosofis, sosiologis dan simbolis

dapat membawa anak pada suasana belajar yang lebih ’membumi’. Mereka juga

tergiring untuk lebih memahami nilai-nilai dasar yang hendak disampaikan

melalui mata pelajaran IPS, karena materinya langsung bersentuhan dengan

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian materi pokok dari Standar Kompetensi

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang merupakan ketentuan minimal dari pusat,

tetap dapat dicapai.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam memilih sumber belajar adalah

sebagai berikut.

a. Tujuan pengadaan sumber belajar. Pengadaan sumber belajar harus didasarkan

tujuan yang jelas. Misalnya suatu sumber belajar diadakan dengan tujuan untuk

membantu pemahaman terhadap konsep, ketrampilan, nilai, dan sikap (kognitif,

psikomotor, dan afektif).

b. Tingkat perkembangan peserta didik. Sumber belajar yang digunakan, harus

disesuaikan karakteristik siswa SMP yang berada dalam masa praremaja

(pubertas), peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Secara umum,

masa ini ditandai dengan sikap ingin menonjolkan diri dan atau sebaliknya

menyendiri, yang cenderung berlebihan (over acting). Selain itu muncul juga

sikap ingin mencoba-coba sesuatu yang baru, dan kepekaan emosinya

meningkat. Oleh karena itu, sumber belajar yang digunakan semestinya mampu

mengarahkan sikap-sikap tersebut ke arah positif sehingga menunjang

keberhasilan proses pembelajaran.

Page 122: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxii

c. Konsep yang dikembangkan. Dalam memilih sumber belajar, guru harus

memilih dan menentukan konsep yang relevan dengan tujuan (SK/KD), waktu

dan sarana yang ada.

d. Alokasi waktu. Pemilihan sumber belajar harus disesuaikan dengan alokasi

waktu yang tersedia. Penyusunan strategi dan penggunaan teknik yang tepat

sangat menentukan efektivitas proses pembelajaran.

Agar diperoleh manfaat yang optimal dari sumber belajar, perlu

diperhatikan ciri-ciri pokoknya, yaitu:

a. Sumber belajar mempunyai daya dan kekuatan yang dapat memberikan

sesuatu yang diperlukan dalam mencapai tujuan.

b. Sumber belajar dapat mengubah tingkah laku yang lebih baik sesuai dengan

kompetensi.

c. Sumber belajar dapat digunakan secara sendiri-sendiri (terpisah) maupun

secara kombinasi.

d. Dapat memberi pengalaman belajar yang lebih konkret dan langsung kepada

siswa, seperti karyawisata ke museum, candi, keraton, dan peninggalan

sejarah yang lain.

e. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau

dilihat secara langsung, seperti foto, film, dan model.

f. Dapat memperluas cakrawala sajian pelajaran di dalam kelas, misalnya buku

teks, modul, dan nara sumber.

Page 123: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxiii

g. Dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan terbaru, misalnya melalui

siaran TV edukasi maupun internet.

h. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan secara mikro maupun

makro.

i. Mampu memberi motivasi yang positif bagi siswa untuk belajar.

j. Merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis dan positif terhadap materi

pelajaran.

Berdasar analisis KD-KD IPS, Budaya Banyumas yang bisa dipakai sebagai

sumber belajar adalah sebagai berikut.

1) Sejarah Banyumas

Budaya Banyumas yang berupa sejarah Banyumas dapat dipakai pada

pembelajaran IPS tingkat SMP untuk kelas VII, pada :

a) KD 1.2 Mendeskripsikan kehidupan pada masa praaksara di Indonesia,

dapat memanfaatkan sumber belajar Budaya Banyumas tentang Babad

Banyumas yang menceritakan animisme dan dinamisme, sesaji dan

peninggalan berupa batu menhir di Desa Sambirata, Cilongok.

b) KD 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa Hindu-Buddha serta peninggalan-

peninggalannya, bisa memanfaatkan Babad Banyumas yang bercerita

kerajaan Pasir Luhur dan Wirasaba jaman Hindu.

c) KD 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-

Page 124: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxiv

peninggalannya, dapat memanfaatkan Babad Banyumas tentang

kerajaan Pasir Batang. Peninggalan cagar budaya yang dapat dikunjungi

atau dihadirkan dikelas berupa tayangan film adalah keberadaan Masjid

Saka Tunggal di Cikakak, Wangon.

d) KD 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa kolonial Eropa, dapat memanfaatkan Babad

Banyumas yang menceritakan perjuangan Ki Lurah Singadipa pengikut

Pangeran Diponegoro yang dengan gigih melakukan penyerbuan

terhadap pertahanan kolonial Belanda. Peninggalan yang dapat

dikunjungi sebagai pembelajaran adalah Makam Ki lurah Singadipa di

Desa Panambangan, Cilongok, dan stasiun kereta api peninggalan

kolonial Belanda. Musium BRI di Purwokerto dan Musium jenderal

Sudirman di Karang Lewas juga relevan dengan indikator KD 5.3 ini.

Budaya Banyumas yang berupa sejarah Banyumas dapat dimanfaatkan

pada pembelajaran IPS SMP untuk kelas VIII, pada :

a) KD 5.1 Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan

proses terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, bisa

melakukan kunjungan di Musium Panglima Besar Soedirman di

Karanglewas, Monumen Gatot Subroto di Berkoh, Purwokerto dan

Musium BRI di Purwokerto.

Page 125: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxv

b) KD 5.2 Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia, bisa

berkunjung ke gedung RRI di Purwokerto sebagai sarana komunikasi

penyebaran berita proklamasi.

Budaya Banyumas yang berupa sejarah Banyumas dapat dimanfaatkan

pada pembelajaran IPS SMP untuk kelas VIII, pada :

a) KD 2.1 Mengidentifikasi usaha perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia, dapat berkunjung ke musium Panglima Besar

Jendral Soedirman di Karang Lewas, sebelah barat Purwokerto.

b) KD 6.2 Mendeskripsikan peristiwa tragedi Nasional Peristiwa

Madiun/PKI, DI/TII, G 30 S/ PKI dan konflik-konflik internal lainnya,

diajak ke musium Jendral Sudirman.

2) Tradisi Banyumas

a) KD 2.1 Mendeskripsikan interaksi sebagai proses sosial dapat mengajak

siswa mengamati kegiatan gotong royong gugur gunung, upacara adat

Suran atau sedekah bumi, upacara mimiti biasanya dilaksanakan

menjelang panen, dan upacara Nyadran, yaitu saling tukar makanan atau

memasak bersama untuk masyarakat. Kearifan lokal yang bisa diambil

adalah semangat gotong royong, kebersamaan, egalitarian, dan rasa

bersyukur.

b) KD 2.2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan

kepribadian, dan KD 2.3 Mengidentifikasi bentuk-bentuk interaksi

Page 126: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxvi

sosial, dengan cara siswa supaya mengamati kegiatan upacara kelahiran,

kematian, khitanan dan pernikahan yang biasanya ada pertunjukkan

begalan. Makna filosofi yang terdapat pada upacara atau kegiatan ritual

itu sangat bagus sebagai bentuk kearifan lokal. Orang akan memahami

sikap toleransi, berkorban, kebersamaan, tujuan hidup rumah tangga,

dan menyadari akan kekuasaan sang khaliq.

c) KD 3.1 Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial (miras, judi, narkoba,

HIV/Aids, PSK dan sebagainya) sebagai akibat penyimpangan sosial

dalam keluarga dan masyarakat, siswa diajak ke rumah sakit terdekat,

kantor polisi dan bila terjangkau ke tempat objek wisata Baturaden yang

kerap untuk mangkal para PSK.

d) KD 6.2 Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat

Siswa diperkenalkan instansi kehakiman, kepolisian, kantor agama dan

lembaga permasyarakatan terdekat.

3) Kesenian Banyumas

a) KD 5.1 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa Hindu-Buddha serta peninggalan-

peninggalannya, bisa memanfaatkan Peninggalan yang terdapat pada

seni wayang kulit dan tradisi upacara adat pada lingkaran kehidupan

manusia seperti kelahiran, pernikahan, dan kematian.

Page 127: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxvii

b) KD 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-

peninggalannya, dapat memanfaatkan musik hadroh atau tokoh wayang

dan dalang.

c) KD 2.2 Mendeskripsikan sosialisasi sebagai proses pembentukan

kepribadian, siswa supaya mengamati pertunjukkan ebeg, lengger dan

begalan. Nilai kearifan dapat dipetik dari pertunjukkan ebeg bahwa

kejahatan takkan pernah dapat disatukan dengan kebenaran.

Pertunjukkan lengger memberi hikmah akan nilai etika dan estetika yang

harus dijaga. Pada pertunjukkan begalan, kaya akan nasehat tentang

hidup berumah tangga yang hakiki.

4) Cagar Budaya di Banyumas

a) KD 2.1 Mengidentifikasi usaha perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Indonesia, dapat berkunjung ke musium Panglima Besar

Jendral Soedirman di Karang Lewas, sebelah barat Purwokerto, dan

monumen Gatot Subroto di Berkoh, sebelah timur Purwokerto.

b) 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-

peninggalannya cagar budaya Banyumas yang bisa dimanfaatkan adalah

masjid Saka Tunggal Cikakak dan makam Dawuhan.

c) 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan

pemerintahan pada masa Kolonial Eropa, mengunjungi pendopo Si

Page 128: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxviii

Panji, stasiun kereta api dan Pabrik Gula di Kalibagor bangunan

pemerintah kolonial Belanda.

3. Alternatif Strategi Pembelajaran yang Dapat Digunakan Guru dalam

Memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai Sumber Belajar IPS

Harus diakui, penerapan dan realisasi pemanfaatan budaya lokal, dalam

hal ini Kebudayaan Banyumas, tidak semudah membalik telapak tangan.

Pasalnya, ia menuntut kesiapan yang lebih dari guru-guru SMP pengampu mata

pelajaran IPS di wilayah ini. Baik berkaitan dengan khasanan pemahaman materi

berupa jenis-jenis Budaya Banyumas, maupun penguasaan berbagai strategi

pembelajaran. Akan tetapi jika niat itu ada, apalagi jika didukung oleh kebijakan

Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas khususnya, langkah ini akan lebih

mudah diterapkan.

Pemanfaatan Budaya Banyumas dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan

dengan memilih bahan ajar yang relevan dan mengintegrasikannya pada

Kompetensi Dasar (KD) dengan acuan potensi lokal. Bahan-bahan ajar tersebut

kemudian dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

paradigma pembelajaran kontekstual.

Dalam memilih strategi pembelajaran, baik pendekatan dan metode yang

akan diterapkan, guru harus melihat kriteria sebagai berikut :

a. Ketepatan dengan tujuan pengajaran. Artinya, metode pengajaran dipilih atas

dasar tujuan atau tuntutan indikator yang dikembangkan dari SK dan KD.

Page 129: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxix

b. Dukungan terhadap konsep yang dikembangkan. Artinya, bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan

metode dan media yang mudah dipahami siswa. Misalnya menggunakan media

visual seperti peta, tayangan CD pembelajaran, atau model untuk

mengkongkretkan konsep-konsep abstrak sehingga lebih mudah dicerna siswa.

c. Ketrampilan guru dalam menggunakan metode. Artinya apapun jenis metode

yang digunakan, guru yang bersangkutan harus benar-benar menguasai dan

mampu menggunakannya dengan langkah-langkah yang sistematis dan tepat

dalam proses pembelajaran.

Pemanfaatan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS sesuai dengan

paradigma pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning-CTL).

Pendekatan CTL ini melibatkan tujuh komponen utama dalam pembelajaran,

yakni: kontruktivisme (Contructivism), bertanya (questioning), menemukan

(inquiry), masyarakat belajar (learning community), refleksi (reflecting)

pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Pemanfaatan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar mata pelajaran

IPS oleh guru pengampu IPS harus dituangkan dalam perangkat pembelajaran.

Penyusunan perangkat pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut.

a. Kompetensi Dasar yang berpotensi untuk dijabarkan, dapat dikembangkan

lebih lanjut yang terkait dengan Budaya Banyumas. Lakukan identifikasi dan

masukan jenis-jenis potensi lokal Banyumas yang relevan. Hal ini nantinya

Page 130: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxx

akan menjadi standard isi model pengembangan pada KTSP di SMP, yang

digunakan sebagai acuan menyusun rencana pembelajaran.

b. Langkah selanjutnya, susun silabus dengan pedoman KTSP model

pengembangan yang telah dipilih sebelumnya.

c. Tuangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memperhatikan

silabus.

d. Dalam menyusun model pembelajaran, perlu perhatikan metode, teknik, alat

dan media yang dapat digunakan sebagai sumber belajar. Metode-metode

yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain; metode

demontrasi, sosiodrama, dan studi lapangan objek di lingkungan siswa.

Sedangkan media yang mungkin dapat menunjang proses belajar mengajar

antara lain menggunakan gambar wayang purwo, tayangan film seni tradisi

Banyumas dalam kelas, atau bisa juga menghadirkan budayawan atau

pemerhati seni Banyumas.

e. Ciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan dalam memilih strategi

pembelajarannya. Dengan demikian dapat dimunculkan kearifan lokal dan

nilai-nilai luhur budaya lokal yang menopang budaya nasional, dengan

harapan pembelajaran lebih bermakna.

Jika mengacu pada pendapat Jerrold E Kemp (1994:187), beberapa

kriteria dalam memilih dan menetapkan sumber belajar antara lain bahwa sumber

tersebut harus dapat:

Page 131: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxi

f. Memberi dorongan kepada siswa dengan menarik perhatian dan merangsang

minat mereka terhadap pelajaran. Misalnya dengan menghadirkan pakar dan

pelaku Budaya Banyumas, seperti dalang, dan pelaku seni ebeg, ronggeng,

maupun begalan. Teknik lain yang dapat dilakukan adalah dengan membawa

peraga, berupa benda tiruan seperti wayang Bawor, atau dengan memutar

slide atau alat audio visual lainnya.

g. Melibatkan siswa secara langsung dan bermakna dalam memperoleh

pengalaman belajar. Teknik yang dapat diterapkan adalah dengan out door

activity, seperti berkunjung ke cagar budaya terdekat.

h. Memberikan saham dalam membentuk sikap dan mengembangkan apresiasi

siswa. Siswa diberi tugas untuk melakukan pengamatan terhadap salah satu

jenis Budaya Banyumas, dan menguraikan nilai-nilai sosiologi, etika, dan

filosofi yang dikandungnya.

i. Menjelaskan dan mengilustrasikan bahan ajar pengetahuan dan ketrampilan

kinerja. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan antara lain dengan

pembuatan peta konsep, kliping, atau menyusun karya tulis tentang cagar

budaya setempat.

j. Memberikan kesempatan untuk melakukan swaanalisis dalam kinerja dan

tingkah laku perseorangan. Kegiatan kunjungan dan tugas tentang Budaya

Banyumas oleh individu maupun kelompok merupakan salah satu strategi

yang tepat dengan fungsi ini.

Page 132: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxii

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Budaya Banyumas dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa SMP di

wilayah Banyumas. Selain memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap

upaya pemeliharaan dan pelestarian budaya daerah sebagai bagian integral dari

budaya nasional, Pembelajaran IPS akan lebih bermakna bagi siswa.

Wilayah Banyumas memiliki jenis-jenis seni, tradisi budaya khas, dan

situs-situs sejarah dengan nilai filosofis dan edukatif yang sangat tinggi. Jenis-jenis

seni, tradisi dan sejarah Banyumas sebagai komponen atau unsur Budaya Banyumas

yang menonjol dan penting untuk diangkat adalah: Sejarah Banyumas, Tradisi

Banyumas, Kesenian Banyumas dan Cagar Budaya di Banyumas.

Sebagian besar guru IPS tingkat SMP di wilayah Banyumas tidak

memahami kebudayaan daerah tempat mereka mengajar. Baik karena latar

belakangnya yang dari luar wilayah Banyumas, tidak memiliki latar belakang

akademik IPS, ataupun karena mereka juga tidak memiliki kepedulian terhadap

budaya lokal.

Berbagai strategi pembelajaran dapat diterapkan guru IPS dalam

menyajikan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar, antara lain dengan

mengaplikasikannya melalui model pembelajaran kontekstual, dan memperhatikan

kriteria pemilihan sumber belajar yang ada. Hal ini dimungkinkan dengan tetap

mengacu pada kurikulum yang berlaku, yaitu KTSP.

Page 133: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxiii

Nilai-nilai baik estetis, edukatif, sosiologis, ideologis, maupun filosofis dapat

diperkenalkan dan ditanamkan kepada siswa dari berbagai jenis Kebudayaan

Banyumas. Misalnya dari lakon atau tokoh wayang. Juga dari tradisi slametan yang

pada dasarnya menggugah kita untuk tetap mengingat Tuhan Yang Maha Esa sebagai

pemilik kehidupan, sehingga kita harus tetap berbagi dengan sesama. Dari situs-situs

sejarah maupun Babad Banyumas diperoleh informasi bahwa sejak dahulu bangsa ini

telah memiliki ilmu dan teknologi yang bahkan sering tak mampu dihadapi oleh

kolonial Belanda, kecuali dengan tipu daya.

Dengan belajar memahami hal-hal yang berasal dan ada di lingkungannya

sendiri, nilai-nilai tersebut akan lebih mudah dicerna siswa. Pada akhirnya siswa akan

mendapatkan bekal kuat bagi kediriannya, berupa pemahaman tentang landasan bagi

jati dirinya sebagai manusia. Ia tidak akan mudah terombang-ambing oleh gemerlap

budaya baru yang dilihatnya melalui berbagai media informasi.

Upaya mengangkat budaya lokal, dalam hal ini Budaya Banyumas, menjadi

materi pelajaran IPS di SMP memerlukan tingkat dedikasi yang tinggi pada para guru

pengampu mata pelajaran IPS. Pasalnya, mereka masih harus menambah pengetahuan

tentang Budaya Banyumas yang masih sangat minim. Mereka juga dihadapkan pada

terbatasnya literatur tentang Kebudayaan Banyumas yang benar-benar memadai.

B. Implikasi

Pemanfaatan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar memiliki implikasi

pada beberapa hal yang terkait dengan upaya pembenahan berbagai komponen

Page 134: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxiv

pendidikan. Seperti kesiapan guru dan siswa, ketersediaan sarana prasarana, biaya,

maupun kebijakan Pemerintah Daerah Banyumas.

Berbagai kesulitan dan kendala yang dihadapi guru IPS tingkat SMP di

Banyumas untuk mengangkat Budaya Banyumas sebagai sumber belajar, sebenarnya

akan mudah terpecahkan jika upayanya dilakukan secara kolektif. Melalui

Musyawarah Guru Mata Pelajaran IPS misalnya. Forum yang merupakan wadah bagi

guru-guru mata pelajaran IPS tingkat SMP ini, bisa mengambil langkah-langkah

strategis melalui musyawarah. Langkah konkret yang bisa ditempuh antara lain:

1. Mengkaji dan menyusun potensi lokal Budaya Banyumas sebagai literatur atau

buku teks.

2. Peningkatan pemahaman Budaya Banyumas melalui kegiatan diskusi dan

pendalaman materi.

3. Pemanfaatan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar dapat melalui kegiatan :

a. Pelatihan atau workshop penyusunan perangkat pembelajaran (silabus dan

RPP) yang mencakup materi lokal.

b. Pelatihan menyusun skenario pembelajaran atau model pembelajaran yang

melibatkan potensi lokal.

c. Pelatihan Teknologi Informatika (TI) sebagai media pembelajaran tentang

potensi lokal Budaya Banyumas.

d. Pelatihan Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) dengan memanfaatkan

Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS.

Page 135: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxv

Kegiatan-kegiatan tersebut sekaligus membuka peluang bagi para guru IPS

untuk meningkatkan profesionalisme, dengan melakukan penelitian dan menyusun

literatur-literatur tentang jenis-jenis Kebudayaan Banyumas yang dapat dipelajari

siswanya. Seperti peribahasa, ”Sekali mengayuh dayung, dua tiga pulau terlampaui,”

sambil menambah pengetahuan, dan meningkatkan profesionalisme, profit berupa

materi pun didapat.

Dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas sebagai yang

berkewajiban melindungi aset-aset daerah, termasuk tradisi kebudayaannya, juga

diperlukan guna mengoptimalkan pencapaian tujuan belajar IPS melalui materi

Kebudayaan Banyumas. Dukungan tersebut bisa berupa penyediaan sarana prasarana

yang memudahkan guru mendapatkan informasi sebanyak mungkin serta tentang

jenis-jenis Kebudayaan Banyumas. Seperti penyediaan literatur tentang Kebudayaan

Banyumas yang memadai dan kemudahan mendapatkannya, atau dapat pula berupa

kebijakan yang memungkinkan guru-guru termotivasi untuk lebih aktif turut serta

melestarikan kebudayaan lokal tersebut.

C. Saran

Budaya Banyumas sebagai sumber belajar mata pelajaran IPS di SMP di

Kabupaten Banyumas memiliki kedudukan penting. Oleh karena itu agar

pembelajaran IPS yang memanfaatkan Budaya Banyumas sebagai sumber belajar

lebih berkualitas dan tepat sasaran, maka dikemukakan saran-saran sebagai berikut.

Page 136: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxvi

1. Mengingat informasi tentang Budaya Banyumas masih sangat terbatas, perlu

adanya kebijakan Pemerintah Daerah atau forum MGMP untuk memprakarsai

pengadaan buku teks Budaya Banyumas.

2. Perlu diadakan kegiatan-kegiatan, seperti;

a. Pelatihan atau workshop penyusunan perangkat pembelajaran (silabus dan

RPP) yang mencakup materi lokal.

b. Pelatihan penyusunan skenario pembelajaran atau model pembelajaran yang

memanfaatkan potensi lokal.

c. Pelatihan Teknologi Informatika (TI) sebagai media pembelajaran tentang

potensi lokal Budaya Banyumas.

d. Pelatihan Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) dengan memanfaatkan

Budaya Banyumas sebagai sumber belajar IPS.

3. Jika dimungkinkan, otoritas pemerintah daerah mengeluarkan surat edaran

berupa anjuran atau kewajiban penyampaian tradisi budaya lokal secara

terintegrasi dalam pembelajaran IPS. Surat ini nantinya akan memaksa guru IPS

untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab.

Page 137: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwono, S., Bambang S. Purwoko.1992. Sejarah Banyumas. Purwokerto : UD

Satria Utama.

Akhmad Solekhudin. 2007. Pengembangan Kemitraan Peternakan di Banyumas, http://geminastiti.blogspot.com/2007/10/pengembangan-kemitraan-peternakan.html , diunduh tanggal 6 April 2009. Alan R. Beals, George and Louise Spindler. 1973. Culture In Process; second

Edition, New York : Holt, Rinehart and Winston, INC. Alo Liliweri. 2007. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta : PT

LKiS Pelangi Aksara.

Anhar Gonggong. 2009. “Revitalisasi Pendidikan yang Berbasis Nasionalisme: Posisi Khas Sejarah Membangsa Indonesia”, Makalah Seminar Nasional Pendidikan, Purwokerto : FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Arif S. Sadiman. 1996. Media Pendidikan, Pengetahuan, Pengembangan dan Pemanfaatan. Jakarta : Raja Gratindo Persada. Association for Educational and Technology. 1997. The Definition of Educational

Technology. Washington D.C. : AECT. Badan Arsip Informasi dan Kehumasan dengan Badan Pusat Statistik Kab.

Banyumas. 2002. Banyumas Dalam Angka (Banyumas in figure). Badan Penelitian Pengembangan Telematika dan Arsip Daerah. 2005. Memori Serah

terima Jabatan Residen Banyumas Tahun 1922-1928. Purwokerto : Balitbangtelarda.

Bambang S. Purwoko. tanpa tahun. Sejarah dan Perkembangan Kota Purwokerto.

Purwokerto : UD. Satria Utama Budiono Herusatoto. 1991. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : PT.

Hanindita

Page 138: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxviii

_______, 2008. Banyumas; Sejarah, Budaya, Bahasa dan Watak. Yogyakarta : LkiS Daftar Inventaris Peninggalan Sejarah dan Purbakala Se Jawa Tengah Tahun 1980 /

1981. Semarang : Proyek Inventarisasi Sejarah dan Peninggalan Purbakala Se Jawa Tengah.

Daldjoeni, N. 1992. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung : Alumni Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. 2003. Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Dir. PLP. _______, 2004. Konsep Dasar Pengetahuan Sosial. Bahan Pelatihan Terintegrasi

Berbasis Kompetensi Guru SMP. Djoko Widagdho. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara Edi Sedyawati. 2006. Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Fuad Hassan. 1989. Renungan Budaya. Jakarta : Balai Pustaka. Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan (Edisi terjemahan oleh Fransisco Budi

Hardiman). Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Kaplan, David.and Robert A. Manners. 2002. Teori Budaya (Edisi terjemahan oleh

Landung Simatupang). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Kemp, Jerrold E. 1994. Proses Perancangan Pengajaran (Edisi terjemahan oleh

Asril Marjohan). Bandung : Penerbit ITB. Koderi, M. 1991. Banyumas Wisata dan Budaya. Purwokerto : CV. Metro Jaya Koentjaraningrat. 1990. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakarta : Djambatan _______, 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka _______, 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Page 139: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxxxix

_______, 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : PT Tiara Wacana. _______. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta : PT Tiara Wacana. Lexy J. Moloeng. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosda Karya. Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa : Silang Budaya (Edisi terjemahan oleh Winarsih

Partaningrat Arifin, Rahayu S. Hidayat, dan Nini Hidayati Yusuf) Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Masnur Muslich. 2007. KTSP, Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : PT

Bumi Aksara Mudji Sutrisno, In Bene, Hendar Putranto. Tanpa tahun. Cultural Studies,

Tantangan Bagi Teori-teori Besar Kebudayaan. Jakarta : Penerbit Koekoesan

Nana Sudjana,dkk. 2001. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo _______. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya Nasution S. 1982. Teknologi Pendidikan. Bandung: Jemmera _______. 1987. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Sinar Baru Algensindo. Oliva. Peter F., 1982. Developing The Curriculum. Boston, Toronto : Little Brown

and Company

Pitoyo Amrih. 2008. Ilmu Kearifan Jawa. Yogyakarta : Pinus Book Publisher

Purnawan Basundoro.2009. Sisi Terang Kolonialisme Belanda di Banyumas.

http://basundoro.blog.unair.ac.id/2009/01/31/sisi-terang-kolonialisme-

Page 140: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxl

belanda-di-banyumas/, diunduh tanggal 6 April 2009.

Purwadi dan Munarsih. 2005. Ilmu Kecantikan Putri Jawa. Yogyakarta : Tunas

Harapan. Rini Fidiyani. 2008. Banyumas dan Kebudayaannya; Membaca Kearifan Dalam

Tradisi. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar mengajar. Jakarta :

PT Rineka Cipta Sardiman A.M. 2009. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Cipta. Sri Anitah. 2008. Media Pembelajaran, Surakarta : UNS Press Soekatno. (tanpa tahun). Wayang Kulit Purwa; Klasifikasi, Jenis dan Sejarah. Semarang : Aneka Ilmu. Soekmono, R. 1988. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta :

Penerbit Kanisius. Sugeng Priyadi dan Suwarno. 2004. Laporan Penelitian : Suntingan Teks, Fungsi dan

Hubungan Intertekstual. Purwokerto: FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Sugeng Priyadi. 2009. “Kearifan Lokal Banyumas dan Nasionalisme” Makalah

Seminar Nasional Pendidikan, Purwokerto : FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG); Model-model

Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung :

CV Alfabeta. Supriyadi. 1993. Begalan. Purwokerto : UD Satria Utama

Page 141: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxli

Suryanto Sastroatmodjo. 2006. Citra Diri Orang Jawa. Yogyakarta : Penerbit NARASI . Sutopo,H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas

Sebelas Maret Suwarna Pringgawidagda. 2003. Siraman. Yogyakarta : Adicita karya Nusa. Tanto Sukardi. 2009. “Revitalisasi Pembelajaran Sejarah: Menuju Pembelajaran

Sejarah Yang Berorientasi Nilai”, Makalah Seminar Nasional Pendidikan, Purwokerto : FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Thomas Wiyasa Bratawidjaja. 2000. Upacara Perkawinan Adat Jawa. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan. Tim DHC BPP- JSN 45 Banyumas. 2004. Banyumas Membara di Era Tahun 1945-

1950. Gombong : Grafika Group. Tri Widiarto. 2007. Pengantar Antropologi Budaya. Salatiga: Widya Sari Press Warwin R. Sudarmo, M., dan Bambang S. Purwoko. 2009. Sejarah Banyumas dari

Masa ke Masa; Sejak akhir abad ketiga sampai Bupati Pilihan Rakyat. Tanpa kota terbit dan penerbit.

Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus, Desain & Metode (Edisi terjemahan oleh M.

Dzauzi Mudzakir). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Page 142: BUDAYA BANYUMAS SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI …/Budaya... · memperkaya pengetahuan kebudayaan, khususnya Budaya Banyumas. Kepedulian guru bukan lagi semata untuk mencapai tujuan

cxlii