(buaru pol)kegagalan implementasi erp pada fmd
TRANSCRIPT
MAKALAH
Kegagalan Implementasi ERP pada Perusahaan Fox Meyer Drug (FMD)
KELAS E
Disusun Oleh :
1. Meidina Rosyadah (115060801111075)
2. Jasicka Indri K. (115060801111063)
3. Rosikhan Maulana (115060800111094)
4. Rusliawan Santoso (115060801111065)
5. Andhika Rizqi (115060800111056)
Dosen Pengampu :
Denny Sagita R., S.Kom, M.Kom
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunianya makalah dengan
judul ”Kegagalan Implementasi ERP pada Perusahaan Fox Meyer Drug (FMD)” dapat
terselesaikan.
Makalah ini di susun dengan judul ” Kegagalan Implementasi ERP pada Perusahaan Fox
Meyer Drug (FMD)” untuk memenuhi tugas mata kuliah ERP (Enterprise Resource Planning)/
Perencanaan Sumber Daya Perusahaan dengan pengampu dosen mata kuliah yaitu Pak Denny
Sagita R., S.Kom, M.Kom.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dalam penyusunannya.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan.
Malang, 2 April 2014
Penyusun
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD II
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................................I
Kata Pengantar............................................................................................................................... II
Daftar Isi ...................................................................................................................................... III
BAB I PENDAULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup.....................................................................................................................3
BAB II DASAR TEORI
2.1 Implementasi ERP...............................................................................................................4
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Dalam Implementasi ERP .........................................5
2.3 Garis Besar Peusahaan Fox Meyer Drug.............................................................................7
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Kegagalan ERP pada Fox Meyer Drug (FMD)..................................................8
3.2 Pencegahan Kegagalan ERP pada Fox Meyer Drug (FMD)............................................10
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................13
BAB V DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD III
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan ruang lingkup implementasi sistem ERP pada perusahaan farmasi yang bernama Fox Meyer
Drug.
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, teknologi informasi sudah sangat canggih dan modern,
tidak lain fungsinya adalah untuk memudahkan para penggunanya untuk membantu
kehidupan sehari – harinya. Khususnya perusahaan menengah keatas yang kebutuhan
teknologinya harus sangat canggih dan reliabel sehingga dapat membantu perusahaan
tersebut untuk menjalankan atau mengolah sumber daya – sumber daya agar dapat berjalan
secara maksimal dan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan itu sendiri. Maka dari itu
diciptakannya teknologi – teknologi yang dapat membantu berjalannya perusahaan tersebut,
salah satunya yaitu sistem ERP.
ERP (Enterprise Resource Planning) sendiri merupakan sebuah konsep untuk
merencanakan dan mengelola sumber daya perusahaan meliputi dana, manusia, mesin, suku
cadang, waktu, material dan kapasitas yang berpengaruh luas mulai dari manajemen paling
atas hingga operasional di sebuah perusahaan agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stake holder) atas
perusahaan tersebut.
ERP ini sendiri diimplementasikan pada perusahaan-perusahaan menengah ke atas
maupun perusahaan-perusahaan besar. Dalam makalah ini akan dibahas penerapan sistem
ERP pada perusahaan Fox Meyer Drug. Namun pada saat sistem ERP diterapkan pada
perusahaan Fox Meyer Drug ini, terjadi sebuah kesalahan yang menjadi sebuah kegagalan
dalam mengimplementasikan sistem ERP di perusahaan tersebut.
Adapun faktor-faktor kegagalan yang menjadi kendala saat mengimplementasikan
sistem ERP ini, karena tidak semua perusahaan akan cocok dengan sistem ERP yang
dipilihnya , sehingga sistem ERP itu sendiri yang harus di konfigurasi ulang agar sesuai
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 1
untuk digunakan pada perusahaan tersebut. Atau yang menjadi penyebab lain kegagalan saat
pengimplementasian sistem ERP, juga termasuk adanya kesalahan desain yang menyebabkan
tidak adanya keterlibatan dari pengguna atau user. Maka dari itu, programer harus teliti
memilih sistem ERP yang cocok bagi sumber daya yang ada pada perusahaan tersebut, tidak
hanya pilih yang bagus dan mahal, kadang sistem ERP yang bagus dan mahal tidak syncron
dengan sumber daya perusahaan yang ada sebelumnya. Atau mungkin sebelumnya sudah
memakai sistem ERP, lalu ingin menggantinya dengan yang baru.
Terkait dengan perusahaan Fox Meyer Drug (FMD), yang merupakan salah satu
perusahaan farmasi terbesar di dunia yang mengalami kebangkrutan pada tahun 1996. Salah
satu penyebab kebangkrutan Fox Meyer Drug adalah karena sebuah kesalahan implementasi
pada system enterprise resource planning (ERP) yang mereka punya. Fox Meyer Drug
memilih SAP R/3 sebagai aplikasi ERP mereka. Pada bulan September 1993, Fox Meyer
Drug menandatangani kontrak dengan konsultan SAP yaitu Andersen Consulting
(Accenture), untuk mengimplementasikan SAP pada proses bisnis mereka. Proyek ini
meliputi Supply Chain, Inventory Control, Customer Service, Strategic Planning,
Information Systems, Pengiriman, dan Handling.
Beberapa hal yang menjadi penyebab kegagalan lain di dalam implementasi ERP ini
adalah tidak adanya keterlibatan dari pengguna akhir atau end user. Perencanaan tentang
pengimplementasian hanya dilakukan oleh manajemen tingkat atas (upper management) dari
Fox Meyer Drug, Andersen Consulting, serta orang-orang teknis yang berkepentingan
lainnya. Orang-orang yang menjadi end user tidak dilibatkan sehingga terjadi kejanggalan
yang besar antara pengguna dengan perencana sistem. Kurangnya kerjasama diantara end
user juga menjadi salah satu penyebab lainnya. Tidak ada pelatihan khusus untuk para
pengguna SAP di perusahaan Fox Meyer Drug.
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa sajakah yang menjadi faktor penyebab kegagalan pengimplementasian sistem ERP
pada perusahaan Fox Meyer Drug?
2. Bagaimana pencegahan yang dilakukan terhadap kegagalan pengimplementasian sistem
ERP pada perusahaan Fox Meyer Drug?
1.3 Tujuan
Tujuan yang tersampaikan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja penyebab
kegagalan pengimplementasian sistem ERP pada perusahaan Fox Meyer Drug ini dan
bagaimana pencegahannya agar tidak terjadi kesalahan dan kegagalan dalam
pengimplementasian sistem ERP.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini akan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan
implementasi sistem ERP pada perusahaan Fox Meyer Drug yang meliputi :
1. Kegagalan implementasi sistem ERP ini sendiri pada perusahaan farmasi Fox Meyer
Drug.
2. Pencegahan untuk menghindari terjadinya kegagalan atas implementasi sistem ERP
ini pada perusahaan Fox Meyer Drug.
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 3
BAB II
DASAR TEORI
Dasar Teori menjelaskan tentang implementasi ERP, Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan
Dalam Implementasi ERP, dan Garis Besar Perusahaan Fox Meyer Drug.
2.1 Implementasi ERP
Semakin banyak perusahaan yang tumbuh di era global ini membuat semakin banyak
persaingan bisnis diantara perusahaan tersebut. Setiap perusahaan mencoba meningkatkan
konsumennya dengan melakukan pelayanan yang cepat dan biaya yang murah dibandingkan
dengan kompetitornya.
Salah satu cara untuk mewujudkan kesuksesan tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengintegrasikan sistem informasi, peningkatan efisiensi dari sistem informasi untuk
menghasilkan manajemen yang lebih efisien dalam business process. Data yang diintegrasikan
dapat membantu proses bisnis yang efisien dan memudahkan pengambilan keputusan oleh
manajemen perusahaan. Teknologi ERP dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi
produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, dan fungsi lainnya. ERP telah
berkembang sebagai alat integrasi, memiliki tujuan untuk mengintegrasikan semua aplikasi
perusahaan ke pusat penyimpanan data dengan mudah diakses oeh semua bagian yang
membutuhkan. Integrasi data pada teknologi ERP dilakukan dengan single data entry (sebuah
departemen memasukkan data, maka data ini dapat digunakan oleh fungsi-fungsi lainnya pada
perusahaan).
Implementasi ERP pada perusahaan di Indonesia yang mempunyai harapan untuk
mempercepat proses bisnis, meningkatkan efisiensi, dan meraup pendapatan yang lebih besar.
Namun, pada saat proses implementasi, banyak faktor yang dapat menggagalkan implementasi
ERP. Masalah yang dihadapi antara lain pertama, manajemen tidak menyediakan proyek tim
yang terbaik pada proyek implementasi menyangkut kompetensi anggota tim, kredibilitas, dan
kreativitas tim proyek, kepemimpinan tim yang efektif, komitmen tim, tanggung jawab tim,
jumlah tim yang memadai, tanggung jawab yang tumpang tindih pada tim, pendekatan kerja
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 4
yang kurang jelas, tujuan yang tidak dipahami oleh tim proyek. Kedua, manajmen tidak mampu
membedakan bahwa ERP bukanlah sekedar investasi teknologi informasi melainkan perbaikan
proses bisnis atau peningkatan bisnis dengan didukung oleh teknologi informasi. Akibatnya nilai
investasi yang ditanamkan tidak bisa kembali, karena banyak pimpinan perusahaan yang
memiliki pengertian bahwa ERP adalah sekedar investasi teknologi informasi, bukan investasi
bisnis yang didukung teknologi informasi. Ketiga, manajemen kurang memahami proses
imlementasi yang benar, manajemen tidak memberikan dukungan efektif terhadap impelementasi
ERP di perusahaannya sendiri.
2.2 Faktor Penyebab Kegagalan dalam Implementasi ERP
Dari hasil penelitian terhadap berbagai implementasi ERP di perusahaan-perusahaan di
seluruh dunia, pada akhirnya di-simpulkan bahwa yang menjadi penyebab utama kegagalan
implementasi dan instalasi ini ada beberapa faktor yaitu:
a. Tidak ada atau kuranngya support dan sponsorship dari Top Executive
Implementasi ERP adalah suatu keputusan yang harus diambil dan dimulai oleh
para Top Excecutive, artinya adalah keputusan bersifat Top Down. Orang-orang harus
berkomitmen untuk melakukan perubahan di bagian masing-masing. Orang yang
dimasukkan ke dalam proyek harus meluangkan waktunya sebagaian besar untuk proyek.
Maka dari itu, perlu adanya support dari seorang Top Executive.
b. Proyek dianggap sebagai proyek dari satu departemen saja
Implementasi dan instalasi ERP adalah crossfunction, artinya proyek tidak akan
berjalan semestinya jika ada asumsi bahwa proyek ini hanya milik satu bagian atau
departemen saja, misalnya saat implementasi di Departemen Finance, maka deparetemen
lain merasa tidak berkepentingan dan jika terjadi fail, dianggap adalah fail tersebut hanya
milik depertemen yang bersangkutan. Padahal dengan ERP ini nantinya akan terjadi
keterkaitan yang erat antar departemen dan terjadi transparansi dan juga sinergi antara
satu bagian dengan bagian yang lain.
c. Tidak ada yang diserahkan untuk menjadi Person in Charge (PIC) atau Project
Manager(PM) yang full time.
Di dalam proyek dibutuhkan seseorng yang memang ditugaskan menjadi PIC atau
PM yang bertujuan untuk meningkatkan komitmen agar pekerjaan sesuai dengan
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 5
schedule yang direncanakan. Implementasi dan instalasi ini membutuhkan biaya, waktu
dan resources yang tidak sedikit sehingga dibutuhkan seseorang yang bertanggung jawab.
d. Segala proses dan prosesdur implementasi diserahkan hanya ke tim IT saja
Hal ini sangat umum terjadi, dimana para anggota team yang terlibat di proyek
implementasi umunya suka menyerahkan saja untuk pengambilan keputusan atau
perubahan prosedur ke pihak IT dengan alasan mereka orang teknikal yang menguasai
secara baik bidang teknikal. Padahal yang mengetahui prosedur yang benar dibagian
masing-masing adalah pihak yang terlibat utama didalamnya, misalnya orang finance
untuk di bagian finance, orang produksi untuk dibagian produksi dan seterusnya.
e. Vendor yang melakukan implementasi kurang atau tidak memiliki kemampuan dan
kompetensi yang baik dalam melakukan implementasi dan instalasi.
Vector dibutuhkan untuk melakukan instalasi dan implementasi ERP. Vendor
harus memiliki jam terbang yang baik sehingga sudah mengetahui kira-kira masalah yang
akan muncul dan memiliki kemampuan untuk melakukan permasalahan sesuai dengan
pengalaman yang telah didaoat sebelumnya.
f. Tidak adanya dokumentasi untuk prosedur implementasi
Dalam implementasi ERP, dokumentasi adalah salah satu kata kunci. Setiap pihak
yang terlibat didalamnya harus melakukan dokumentasi sehingga bisa diketahui sudah
sampai dimana proses dan prosedur implemnatsi yang dilakukan. Ibarat system ISO,
maka dokumtasi haruslah sesuatu yang utama dilakukan.
g. Kekurangan atau kegagalan di Training
Training memberikan peran yang besar untuk menentukan sukses tidaknya
implementasi dan instalasi dari ERP. Karyawan yang selama ini bekerja dengan prosedur
yang telah ada dan akan berubah tentu sesuatu yang sulit, tapi perubahan bisa dilakukan
dengan meberikan training bagi para implementor dan user sehingga saat system
dijalankan maka para user sudah mengetahui kira-kira apa yang akan dilakukan.
h. Kesulitan perubahan cultur di organisasi
Orang biasanya cenderung mempertahankan comfort zone, dimana jika sudah
merasa nyaman akan sangat sulit untuk melakukan perubahan, apalagi jika sampai saat
tersebut semua operasi dan prosedur dirasa sudah cukup baik tanpa perlu memakai suatu
system baru dalam hal ini ERP. Salah satu kendala terbesar dalam implementasi ini
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 6
adalah merubah cultur ini. Jika seseorang terlambat atau salah dalam melakukan entry
data, maka dampaknya akan sangat panjang kedepannya. Cultur ini yang mesti diubah
dan dijelaskan kesemua pihak yang terlibat didalamnya.
2.3 Garis Besar Perusahaan Fox Meyer Drug
Fox Meyer Drug (FMD) adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia yang
mengalami kebangkrutan pada tahun 1996. Salah satu penyebab kebangkrutan FMD adalah
karena sebuah kesalahan implementasi pada system enterprise resource planning (ERP) yang
mereka punya. FMD memilih SAP R/3 sebagai aplikasi ERP mereka. Pada bulan September
1993, FMD menandatangani kontrak dengan konsultan SAP yaitu Andersen Consulting
(Accenture), untuk mengimplementasikan SAP pada proses bisnis mereka. Proyek ini meliputi
Supply Chain, Inventory Control, Customer Service, Strategic Planning, Information Systems,
Pengiriman, dan Handling.
Karena kompetisi yang ketat, FMD membutuhkan solusi bisnis yang mampu
mengakomodasi segala macam kebutuhan bisnisnya. Dengan solusi ini juga diharapkan
perusahaan akan mampu mengelola pesanan, persediaan, dan aktivitas penjualan di dalam satu
streamline operation serta menyediakan distribusi yang efektif dan efisien dari resep obat yang
merupakan sebuah komponen penting di dalam sebuah industry farmasi.
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 7
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang penyebab kegagalan ERP pada Fox Meyer Drug
(FMD) dan Pencengahan kegagalan ERP pada fox Meyer Drug (FMD)
3.1 Penyebab kegagalan ERP Pada Fox Meyer Drug (FMD)
Fox Meyer Drug (FMD) mengalami kebangkrutan karena sebuah kesalahan implementasi
pada system enterprise resource planning (ERP) yang diimplementasikan ada prusahaan mereka.
FMD memilih SAP R/3 yang sedang popular pada saat itu sebagai aplikasi ERP mereka. Pada
bulan Septemer 1993, FMD menandatangani kontrak dengan konsultan SAP yaitu Andersen
Consulting (Accenture), untuk mengimplemetasikan SAP pada proses bisnis mereka. Proyek ini
meliputi Supply Chain, Inventory Control, Customer Service, Strategic Planning, Information
System, Pengiriman, dan Handling.
FMD membutuhkan solusi bisnis yang mampu mengakomodasi segala macam kebutuhan
bisnisnya. Dengan solusi ini juga diharapkan perusahaan akan mampu mengelola pesanan,
persediaan, dan aktivitas penjualan di dalam satu streamline operation serta menyediakan
distribusi yang efektif dan efisien dari resep obat yang merupakan sebuah komponen penting di
dalam sebuah industry farmasi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan implementasi ERP pada Fox Meyer
Drug (FMD), faktor-faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Keselarasan antara Sistem Informasi, People, dan Business Process
Salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan implementasi pada fox mayer
drug adalah tidak adanya keterlibatan dari end user. Perencanaan tentang
pengimplementasian hanya dilakukan oleh manajemen tingkat atas (upper management)
dari FMD, Andersen Consulting, serta orang-orang teknis yang berkepentingan lainnya.
Orang-orang yang menjadi end user tidak dilibatkan sehingga terjadi gap yang sangat
besar antara pengguna dengan perencana system. Kurangnya kerjasama antara end user
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 8
juga menjadi salah satu penyebab lainnya. Tidak ada pelatihan khusus untuk para
pengguna SAP di FMD.
2. Metode Pengembangan Sistem
Pendekatan system yang digunakan oleh FMD adalah pendekatan bertahap. Pada
musim panas tahun 1994, FMD melakukan kontrak dengan Andersen utnuk menambah
aplikasi pada 6 gudang baru. FMD dan Andersen berencana untuk mengimplemetasikan
aplikasi pada gudang tersebut untuk January dan February 1995. Salah satu keuntungan
yang didapat dari pengembangan system secara bertahap ini adalah perusahaan dapat
dengan cepat mengidentifikasikan jika ada suatu kesalahan pada system. Tetapi yang
terjadi pada FMD adalah kesalahan itu sudah tidak dapat lagi ditanggulangi karena sudah
terlanjur banyak terjadi kesalahan yang mengakibatkan perusahaan rugi sekitar US$ 100
juta.
3. Pemanfaatan Project Management
Project team yang ada tidak dapat bekerja dengan optimal karena tidak adanya
komnikasi antara pihak manajemen, tim proyek, dengan pengguna akhir. Hal pertama
yang menyebabkan project team tidak bekerja maksimal adalah kesalahan dalam memilih
software. SAP R/3 di desain untuk perusahaan manufaktur, bukan untuk perusahaan
wholesalers terutama yang membutuhkan banyak transaksi dalam proses bisnisnya. Hal
lain dari kegagalan project team ini adalah tidak adanya restrukturisasi proses bisnis yang
dikerjakan (change management). SAP tidak terintegrasi karena ketidakmampuan dari
FMD untuk merestrukturisasi proses bisnis yang mereka jalankan dengan adanya SAP.
4. Keselarasan antara Company Direction dengan IS Direction
Perusahaan menginginkan solusi yang tepat yang bisa membantu untuk membuat rantai
keputusan yang rumit dan meningkatkan penekanan cost. Berdasarkan analisis pada
aktivitas supply chain, ERP memberikan solusi terbaik pada FMD untuk menyediakan
informasi yang up-to-date, otomatis, dan mampu unutk mengitegrasikan system
persediaan barang (inventory). Idealnya dalah perusahaan mampu untuk mengelola
pesanan, persediaan, dan aktivitas penjualan ke dalam satu system serta menyediakan
distribusi yang efektif dan efisien. Kenyataan yang terjadi adalah aplikasi SAP R/3
tidak mampu untuk mengakomodir semua yang menjadi tuntutan dari proses bisnis
FMD karena aplikasi SAP R/3 hanya cocok untuk perusahaan murni manufaktur, bukan
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 9
perusahaan yang juga bertindak sebagai wholesalers dimana banyak terjadi transaksi
disana.
5. Tantangan yang Dihadapi Oleh Pengelola Sistem Informasi
Ekspektasi yang tinggi dihadapi oleh para manajer bisnis di FMD sehingga
penggunaan SAP R/3 (yang pada masa itu merupakan suatu software yang paling
populer) menjadi sedikit dipaksakan. Seiring dengan kebutuhan bisnis yang semakin
meningkat, ada semacam keterpaksaan bagi pihak pengembang Sistem Informasi
untuk mengimplementasikan SAP R/3 di FMD yang tidak terencana dengan baik.
Seharusnya sebelum pengimplementasian dilakukan semacam blueprint bagi rencana
yang nantinya akan dilaksanakan.
3.2 Pencegahan Kegagalan ERP pada fox Meyer Drug (FMD)
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh Fox Mayer Drug sebelum
mengimplementasikan ERP. ERP tidak bisa diimplementasikan begitu saja tanpa melakukan
komunikasi-komunikasi dengan end user yang terlibat langsung dengan system. Keputusan yang
dilakukan oleh Fox Meyer Drug untuk mengimplementasikan SAP R/3 perlu dikaji ulang agar
segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.
Perusahaan perlu untuk melibatkan end user secara lebih mendalam karena perusahaan tidak
boleh melupakan B2E atau business to employment. People perlu dikelola untuk dapat mengerti
IS. Perencanaan yang baik akan menghindari perusahaan dari sebuah kegagalan implementasi
sistem informasi.
Berikut langkah-langkah yang perlu diambil oleh Fox Mayer Drug:
1) Perencanaan
Pemilihan Software
Komite pengendali proyek harus memproses tehnikal dan operasional dengan
keahlian tingkat tinggi pada proses pemilihan software. Mereka harus membandingkan
software yang berbeda, mengevaluasi pro dan kontra dan memilih mana yang lebih
cocok untuk perusahaan. Dalam hal dianjurkan mencari orang yang dapat memberi
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 10
saran atau bahkan konsultan. Menguji software di situs-situs yang telah tersedia
mungkin dapat membantu.
Merencanakan Worst case
Mengembangkan perencanaan bagaimana cara bertahan dari kondisi yang tidak
memungkinkan, menetapkan secara jelas prosedur roll back atau mengembangkan
perencanaan kegagalan dengan mem-breakdown berbagai sistem modul dan
keseluruhan sistem baru.
Keterlibatan Stakeholder
Sebuah proyek ERP harus terdapat keterlibatan dari semua stakeholder,
termasuk end-user dan customer suatu perusahaan. Semua stakeholder harus mengerti
tujuan dan ekspektasi dari proyek dan membutuhkan pendapat dari mereka. Khususnya
pada langkah awal ketika masalah kritis muncul.
2) Implementasi
Mencantumkan urusan proses Reengineering yang di perlukan
ERP tidak bisa diharapkan untuk meningkatkan keuntungan tanpa prestasi
sebelumnya dari peningkatan pasokan rantai perencanaan sistem, optimasi sistem
perusahaan, manajemen hubungan customer, manajemen transportasi dan logistik dan
manajemen gudang. Instalasi sistem ERP bukanlah proses akhir proses bisnis dan
sistem harus selalu mengikuti perubahan untuk meningkatkan kompetitif keuntungan.
Pengujian yang teliti
Mengembangkan rencana pengujian komprehensif yang terorganisir, mendorong
partisipasi pengguna dalam pengujian, dan memastikan skenario pengujian memadai
yang dilakukan untuk sistem yang baru.
Lingkup proyek yang realistis
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 11
Lingkup proyek harus diidentifikasi secara jelas dengan target waktu yang
realistis. Milestone harus ditetapkan. Jika perlu, pelaksanaan dapat diujicobakan di
bagian tertentu atau diluncurkan secara bertahap.
Pengawasan pada kondisi proyek
Manajemen utama dan pelaksanaan tim harus memiliki komunikasi yang erat
dengan vendor software, perusahaan konsultan dan orang-orang IT, memastikan bahwa
kemajuan proyek berjalan pada jalur yang benar dan tujuan proyek terus dipatuhi.
Ketika masalah muncul, jangan mengorbankan kebutuhan bisnis dengan waktu, terima
perbedaan dengan syarat bahwa sistem baru masih dapat memenuhi tujuan utama.
Mencari Support End-user
Semua karyawan harus terlatih dengan perangkat lunak baru. Terima keluhan
dari end-user dan meminimalkan perasaan negatif ke sistem baru. Identifikasi agen
perubahan dan ciptakan semangat tinggi untuk memenuhi tantangan baru.
Review pasca pelaksanaan
Mengembangkan jaminan dan kontrol kualitas program untuk memastikan
pemeriksaan sistem di tempat. Mengembangkan matrix bisnis untuk mengukur maksud
manfaat proyek dengan apa yang sebenarnya telah dicapai, menetapkan pemilik untuk
melacak setiap matrix. Saldo keuntungan dari semua pemangku kepentingan setelah
baru implementasi sistem.
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat maka dapat disimpulkan bahwa :
Proses implementasi ERP pada suatu perusahaan harus melalui perencanaan yang baik
dari berbagai pihak
Faktor-faktor yang yang menyebabkan kegagalan ERP pada perusahaan FMD adalah
tidak adanya keterlibatan dari end-user, metode pengembangan sistem yang tidak
maksimal, project team yang ada tidak dapat bekerja dengan optimal, aplikasi SAP R/3
tidak mampu untuk mengakomodir semua yang menjadi tuntutan dari proses bisnis
FMD, dan yang terakhir adalah keterpaksaan bagi pihak pengembang Sistem
Informasi untuk mengimplementasikan SAP R/3 di FMD yang tidak terencana
dengan baik.
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 13
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://danasmoro.blogspot.com/2008/09/kegagalan-implementasi-erp-pada-fox.html diakses
pada tanggal 2 April 2014 jam 16:28 WIB
[2] http://www.mentaya.co.id/mty16/index.php/77-ulasan/68-apa-itu-erp diakses pada tanggal 2
April 2014 jam 16:52 WIB
[3] Toruan, Dewi Margareth L. 2013. Kesuksesan dan Kegagalan Implementasi Enterprise
Resource Planning (ERP) dan Contoh Studi Kasuss PT. Semen Gresik & Fox Meyer.
Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, IPB.
KEGAGALAN IMPLEMENTASI ERP PADA PERUSAHAAN FMD 14