buadaya politik

7
Pengertian & Macam-Macam Budaya Politik Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya. Secara umum budaya politik terbagi atas tiga : 1. Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif) 2. Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi) 3. Budaya politik partisipatif (aktif) BUDAYA POLITIK PAROKIAL Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah . Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut. Ciri-ciri : Apatis Pengetahuan politik rendah Tidak peduli dan menarik diri terhadap kehidupan politik Anggota masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap objek politik yang luas Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan dan kekuasaan dalam masyarakatnya rendah Warga negara tidak terlalu berharap dalam sistem politik Tidak ada peranan politik yang bersifat khusus Lingkupnya sempit dan kecil Masyarakatnya sederhana dan tradisional

Upload: eddy-saputra

Post on 10-Apr-2016

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

4545

TRANSCRIPT

Page 1: Buadaya Politik

Pengertian & Macam-Macam Budaya Politik

Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan benegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, adat istiadat, dan norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat di artikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.Secara umum budaya politik terbagi atas tiga :

1.   Budaya politik apatis (acuh, masa bodoh, dan pasif)2.   Budaya politik mobilisasi (didorong atau sengaja dimobilisasi)3.   Budaya politik partisipatif (aktif)

BUDAYA POLITIK PAROKIAL

Budaya politik parokial yaitu budaya politik yang tingkat partisipasi politiknya sangat rendah. Budaya politik suatu masyarakat dapat di katakan Parokial apabila frekuensi orientasi mereka terhadap empat dimensi penentu budaya politik mendekati nol atau tidak memiliki perhatian sama sekali terhadap keempat dimensi tersebut.

Ciri-ciri :

Apatis Pengetahuan politik rendah Tidak peduli dan menarik diri terhadap kehidupan politik Anggota masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap objek politik yang

luas Kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan dan kekuasaan

dalam masyarakatnya rendah Warga negara tidak terlalu berharap dalam sistem politik Tidak ada peranan politik yang bersifat khusus Lingkupnya sempit dan kecil Masyarakatnya sederhana dan tradisional

Contoh budaya politik parokial yakni masyarakat pada suku-suku pedalaman yang mana mereka belum mengenal betul siapa pemimpin negara mereka dan tidak ikut serta sama sekali dalam pemilu

Page 2: Buadaya Politik

BUDAYA POLITIK SUBJEK / KAULA

Budaya politik kaula (subjek),yaitu budaya politik yang masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik suatu masyarakat dapat dikatakan subyek jika terdapat frekuensi orientasi yang tinggi terhadap pengetahuan sistem politik secara umum dan objek output atau terdapat pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang di buat oleh pemerintah. Namun frekuensi orientasi mengenai struktur dan peranan dalam pembuatan kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak terlalu diperhatikan.

Ciri-ciri :

Memiliki pengetahuan dalam bidang politik yang cukup Partisipasi politik minim Kesadaran berpolitik rendah Kehidupan ekonomi warga negara sudah baik Tingkat pendidikan relatif maju Masyarakat menyadari otoritas pemerintah sepenuhnya Warga negara cukup puas untuk menerima apa yang berasal dari pemerintah Warga negara menganggap dirinya kurang dapat mempengaruhi sistem politik Masyarakat secara pasif patuh pada pejabat, pemerintah, dan undang-undang

Contoh Budaya Politik Subjek/Kaula yakni masyarakat jawa (keraton) di jogja. Dimana rakyat sudah ada pemahaman & kesadaran akan pentingnya berpartisipasi dalam politik, namun mereka tidak berdaya dan tidak kritis (hanya mengikuti perintah, tidak memberikan aspirasi)

Page 3: Buadaya Politik

BUDAYA POLITIK PARTISIPAN

Budaya politik partisipan,yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik yang sangat tinggi. Masyarakat mampu memberikan opininya dan aktif dalam kegiatan politik. Dan juga merupakan suatu bentuk budaya politik yang anggota masyarakatnya sudah memiliki pemahaman yang baik mengenai empat dimensi penentu budaya politik. Mereka memiliki pengetahuan yang memadai mengenai sistem politik secara umum, tentang peran pemerintah dalam membuat kebijakan beserta penguatan, dan berpartisipasi aktif dalam proses politik yang berlangsung

Ciri-ciri :

Pengetahuan tentang politik tinggi Kesadaran berpolitik tinggi Kontrol politik aktif Warga negara memiliki kepekaan terhadap masalah atau isu-isu mengenai

kehidupan politik Warga mampu menilai terhadap masalah atau isu politik Warga menyadari adanya kewenangan atau kekuasaan pemerintah Warga memiliki kesadaran akan peran, hak, dan kewajiban, dan tanggung

jawabnya Warga mampu dan berani memberikan masukan, gagasan, tuntutan, kritik

terhadap pemerintah Warga memiliki kesadaran untuk taat pada peraturan dan kebijakan yang

dikeluarkan tanpa perasaan tertekan

Contoh budaya politik parokial yakni keaktifan masyarakat terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan politik seperti pemilu, demonstrasi, dan lain-lain

Page 4: Buadaya Politik

Budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

1) Berdasarkan gaya berpolitiknya : a. Budaya politik tradisional :

       Adalah budaya politik yang mengedepankan satu budaya dari etnis tertentu yang ada di Indonesia. Contoh “Paham Masyarakat Jawa” di masa orde baru. b. Budaya politik Islam  :           Adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada satu keyakinan dan nilai agama tertentu, yaitu agama islam biasanya dipelopori oleh kelompok santri. Masyarakat santri dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok tradisional (NU) dan modern (Organisasi Muhammadiyah). c. Budaya politik modern :           Adalah budaya politik yang mencoba meninggalkan karakter etnis tertentu dan agama tertentu. Dalam budaya politik modern terdapat subbudaya, seperti kelompok birokrat, intelektual, dan militer.

2) Menurut Clifford Geertz, budaya politik Indonesia adalah : a. Budaya politik abangan, yaitu budaya politik yang menekankan aspek-aspek  animisme, termasuk para petani. b. Budaya politik santri, adalah yaitu politik  yang menekankan aspek-aspek keagamaan, khususnya agama islam.  Pekerjaan mereka biasanya pedagang. Masa lalu mereka berafiliasi pada NU dan Masyumi. Sekarang pada PKS, PKB, PPP. c. Budaya politik Priyayi, yaitu budaya politik masyarakat yang menekankan keluhuran tradisi, masyarakat priyayi adalah masyarakat kelas atas atau kelompok aristokrat dan birokrat seperti para pegawai pemerintah, pada masa lalu mereka berafiliasi dengan partai PNI dan sekarang pada partai golkar.

3)   Menurut Herbert Feith, mengemukakan bahwa Indonesia memiliki dua budaya politik yang dominan yaitu aristokrasi Jawa (kaum Ningrat Jawa ) dan wiraswasta islam (pengusaha yang beragama Islam)`4)   Menurut Prof. Affan Gaffar, budaya politik Indonesia memiliki tiga ciri dominan, yaitu        a. Hirarki yang tegar atau ketat, yaitu adanya pemilahan yang tegas antara penguasa dengan rakyat kebanyakan (rakyat kecil) dengan tatanan hirarkis yang sangat ketat. Tata cara dan alam pikiran serta sopan santun dieskpresikan sesuai dengan asal usul atau kelas masing-masing. Misalnya penguasa dapat menggunakan kata kasar pada rakyat kebanyakan tetapi rakyat kebanyakan harus dengan ekspresi bahasa yang  halus.       b. Kecendrungan Patronage, menurut James Scott hubungan macam ini disebut sebagai pola hubungan patron- client yaitu pola hubungan individual antara dua individu yaitu si Patron dan si Client. Hubungan ini akan langgeng selama keduanya memiliki kemampuan atau sumber daya yang akan dipertukarkan dan akan berhenti bila antara ke duanya atau salah satunya tidak lagi memiliki sumber daya atau kemampuan. Patron atau si bos biasanya memiliki lebih banyak kemampuan seperti perlindungan, kasih sayang, kesejahteraan, keamanan sedangkan si client atau anak buah atau buruh biasanya hanya memiliki kesetiaan atau loyalitas serta tenaga untuk di berikan kepada si Patron.  Bila hubungan ini berakhir maka keduanya akan mencari dan mungkin akan menjadi patron atau client yang baru.       c.Kecenderungan Neo-Patrimonialistik :                       Menurut Max Weber, dalam suatu Negara yang patrimonialistik penyelenggaraan pemerintahan di bawah kontrol langsung pimpinan Negara. Karakteristik Negara neo-patrimonialistik : 1)    Kecendrungan untuk mempertukarkan sumber daya yang dimiliki

Page 5: Buadaya Politik

penguasa dengan teman-temannya. 2)    Kebijakan lebih bersifat partikuleristik daripada bersifat universalistik. 3)    Rule of law  atau penegakan hukum lebih bersifat rule of man atau kekuasaan penguasa. 4)    Penguasa politik sering mengaburkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan publik atau umum.                    Beberapa contoh budaya neo-patrimonialistik, seperti : · Promosi jabatan yang tidak mengikuti prosedur baku.

· Anak pejabat menjadi pengusaha besar karena jabatan orang tuanya. · Anak pejabat menempati posisi strategis dalam politik sebab proses rekrutmen politik yang tidak terbuka. · Anak pejabat dengan cepat dapat proyek tanpa tender.

Budaya politik Islam

Budaya politik Islam adalah budaya politik yang lebih mendasarkan idenya pada suatu keyakinan dan nilai agama tertentu (Islam). Agama Islam di Indonesia menjadi agama mayoritas dan Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, sehingga Islam menjadi salah satu budaya politik yang cukup mewarnai kebudayaan politik di Indonesia. Orientasi budaya politik yang mendasarkan pada nilai agama Islam mulai tampak sejak para pendiri bangsa membangun negeri ini.

Budaya politik Islam biasanya dipelopori oleh kelompok santri. Kelompok ini identik dengan pendidikan pesantren atau sekolah-sekolah Islam. Kelompok masyarakat ini terdiri dari dua yakni tradisional dan modern. Kelompok tradisional biasanya diwakili oleh masyarakat santri yang berasal dari organisasi NU (Nahdlatul Ulama). Sementara yang modern biasanya diwakili oleh masyarakat santri dari organisasi Muhammadiyah.  Perbedaan karakter Islam ini juga turut melahirkan perbedaan pilihan politik. Ini membuat budaya politik Islam menjadi tidak satu warna.

Pada masa lalu, kelompok santri biasanya berafiliasi pada partai seperti Masyumi dan partai NU. Kedua partai ini memiliki basis pada kelompok masyarakat Islam.