btn 112005

20
Rencana Penerbitan Obligasi Jimmy Randiatmoko [email protected] (62-21) 515 2640 Jakarta - INDONESIA INDUSTRI PERBANKAN Sumber : Bank BTN Obligasi XI Bank BTN Tahun 2005 Jumlah Rp 750 miliar Jatuh Tempo 5 dan 7 tahun Pembayaran Kupon Kuartalan Peringkat idA- Lembaga Pemeringkat PEFINDO 22 Maret 2005 Pemegang Saham Sumber : Bank BTN Pemerintah RI 100% Penawaran Obligasi Kinerja keuangan selama tahun 2004 menunjukkan bahwa profitabilitas Bank BTN terus mengalami perbaikan, kualitas aktivanya tetap terjaga baik dengan Non Perfoming Loan (NPL) yang menurun, profil pendanaan dan likuiditas yang stabil serta struktur permodalan yang terus membaik. Sebagai bank yang memfokuskan kegiatannya pada penyaluran kredit perumahan, portofolio kredit Bank BTN didominasi oleh kredit KPR maupun non-KPR (kredit dengan agunan properti). Namun porsi kredit bersubsidi terus mengalami penurunan seiring dengan peningkatan kredit komersial. Hal ini menunjukkan bahwa Bank BTN telah mampu bersaing di industri perbankan nasional. Kualitas aktiva produktif Bank BTN dinilai cukup baik. Kredit perumahan merupakan kredit dengan tingkat resiko yang moderat karena sumber pengembalian kreditnya lebih pasti yaitu dari pendapatan tetap nasabah, sementara nilai agunannya cenderung meningkat. Sekitar 99,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN didukung oleh jaminan. Dengan kualitas kredit yang cukup baik ini, NPL Bank BTN termasuk yang terendah dibandingkan dengan bank-bank lain di Indonesia yang tergabung di dalam 10 bank terbesar berdasarkan aktiva. Strategi perubahan profil funding mix dan struktur aktiva produktif Bank BTN telah berdampak pada meningkatnya Net Interest Margin di tahun 2004, meski suku bunga Sertifikat Bank Indonesia berada pada level yang relatif rendah. Di tengah kondisi indikator keuangan yang terus membaik, profil neraca Bank BTN masih tertekan oleh concentration risk yang cukup besar akibat penguasaan DPK oleh beberapa nasabah besar saja. Selain itu, Bank BTN juga menghadapi tingkat resiko maturity mismatch yang masih tinggi dimana sekitar 40% aktiva Bank terdiri dari obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo antara tahun 2012 – 2020 dan 81,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN akan jatuh tempo lebih dari 5 tahun. Sedangkan hanya 10% dari DPK Bank yang memiliki umur lebih dari 1 tahun. Sebagai usaha untuk mengurangi resiko ini, Bank BTN berencana akan menerbitkan kembali obligasi jangka panjang dengan nilai Rp 750 miliar di awal kuartal kedua tahun ini dengan umur jatuh tempo 5 dan 7 tahun. Prospek pembiayaan perumahan dinilai sangat baik didukung oleh kebutuhan perumahan yang tinggi. Di tengah persaingan yang semakin ketat, Bank BTN masih memimpin dengan memegang sekitar 24,6% pangsa KPR sampai dengan tahun 2004. Ke depan, dengan didukung oleh pengalaman yang panjang, brand image yang kuat, dan perbaikan struktur biaya dan operasi, Bank BTN diperkirakan semakin kompetitif dalam menyalurkan KPR secara komersial. (dalam Rp miliar) 2001 2002 2003 2004 Alat Likuid 1.099,5 1.130,8 1.233,6 1.576,9 Obligasi Pemerintah 13.775,1 14.190,7 13.197,5 10.959,3 Kredit-Bersih 8.100,9 9.538,7 10.781,5 11.981,4 Total Aktiva 26.509,2 27.071,6 26.805,8 26.743,1 Dana Pihak Ketiga 18.452,9 19.912,1 19.152,7 18.570,0 Total Kewajiban 25.678,7 26.178,3 25.902,5 25.530,9 Modal Tier I 397,6 526,8 673,3 986,0 Modal Tier II 137,8 132,3 126,5 349,0 Total Ekuitas 830,5 893,3 903,4 1.212,2 Pendapatan Bunga 2.883,1 3.660,1 3.293,0 2.841,5 Pendapatan Bunga Bersih 223,8 548,8 798,3 1.277,1 Laba Operasional 119,2 307,6 213,3 477,7 Laba Bersih 124,7 150,5 128,5 370,1 CAR (%) 10,8 11,4 12,1 16,6 NPL (%) 4,8 4,8 3,8 3,2 NIM (%) 0,9 2,2 3,4 5,3 LDR (%) 46,3 51,3 58,3 67,9 ROAA (%) 0,5 1,2 0,8 1,8 ROAE (%) 25,1 31,1 18,1 40,9 IKHTISAR KEUANGAN Sumber: Bank BTN PT Bank Tabungan Negara (Persero) INDONESIA Fixed Income Research Perkembangan Peringkat Sumber : PEFINDO Periode Peringkat Maret 2005 idA- April 2004 idBBB+ Agustus 2003 idBBB Posisi Obligasi Rupiah Bank BTN Sumber : Bank BTN Seri Jumlah Jatuh Tempo (Rp miliar) BTN X/2004 750 25-Mei-09 BTN IX/2003 750 3-Okt-08 Subordinasi BTN I/2004 250 25-Mei-2014

Upload: mahendraaditya009

Post on 23-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

werwerwerwer

TRANSCRIPT

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 1

    Rencana Penerbitan Obligasi

    Jimmy Randiatmoko

    [email protected]

    (62-21) 515 2640

    Jakarta - INDONESIA

    INDUSTRI PERBANKAN

    Sumber : Bank BTN

    Obligasi XI Bank BTN Tahun 2005

    Jumlah Rp 750 miliar

    Jatuh Tempo 5 dan 7 tahun

    Pembayaran Kupon Kuartalan

    Peringkat idA-

    Lembaga Pemeringkat PEFINDO

    22 Maret 2005

    Pemegang Saham

    Sumber : Bank BTN

    Pemerintah RI 100%

    Penawaran Obligasi

    Kinerja keuangan selama tahun 2004 menunjukkan bahwa profitabilitas Bank BTN terus

    mengalami perbaikan, kualitas aktivanya tetap terjaga baik dengan Non Perfoming Loan

    (NPL) yang menurun, profil pendanaan dan likuiditas yang stabil serta struktur permodalan

    yang terus membaik.

    Sebagai bank yang memfokuskan kegiatannya pada penyaluran kredit perumahan,

    portofolio kredit Bank BTN didominasi oleh kredit KPR maupun non-KPR (kredit dengan

    agunan properti). Namun porsi kredit bersubsidi terus mengalami penurunan seiring dengan

    peningkatan kredit komersial. Hal ini menunjukkan bahwa Bank BTN telah mampu bersaing

    di industri perbankan nasional.

    Kualitas aktiva produktif Bank BTN dinilai cukup baik. Kredit perumahan merupakan

    kredit dengan tingkat resiko yang moderat karena sumber pengembalian kreditnya lebih

    pasti yaitu dari pendapatan tetap nasabah, sementara nilai agunannya cenderung

    meningkat. Sekitar 99,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN didukung oleh jaminan.

    Dengan kualitas kredit yang cukup baik ini, NPL Bank BTN termasuk yang terendah

    dibandingkan dengan bank-bank lain di Indonesia yang tergabung di dalam 10 bank terbesar

    berdasarkan aktiva.

    Strategi perubahan profil funding mix dan struktur aktiva produktif Bank BTN telah

    berdampak pada meningkatnya Net Interest Margin di tahun 2004, meski suku bunga

    Sertifikat Bank Indonesia berada pada level yang relatif rendah.

    Di tengah kondisi indikator keuangan yang terus membaik, profil neraca Bank BTN masih

    tertekan oleh concentration risk yang cukup besar akibat penguasaan DPK oleh beberapa

    nasabah besar saja. Selain itu, Bank BTN juga menghadapi tingkat resiko maturity mismatch

    yang masih tinggi dimana sekitar 40% aktiva Bank terdiri dari obligasi pemerintah yang

    akan jatuh tempo antara tahun 2012 2020 dan 81,9% kredit yang disalurkan oleh Bank

    BTN akan jatuh tempo lebih dari 5 tahun. Sedangkan hanya 10% dari DPK Bank yang

    memiliki umur lebih dari 1 tahun. Sebagai usaha untuk mengurangi resiko ini, Bank BTN

    berencana akan menerbitkan kembali obligasi jangka panjang dengan nilai Rp 750 miliar

    di awal kuartal kedua tahun ini dengan umur jatuh tempo 5 dan 7 tahun.

    Prospek pembiayaan perumahan dinilai sangat baik didukung oleh kebutuhan perumahan

    yang tinggi. Di tengah persaingan yang semakin ketat, Bank BTN masih memimpin dengan

    memegang sekitar 24,6% pangsa KPR sampai dengan tahun 2004. Ke depan, dengan

    didukung oleh pengalaman yang panjang, brand image yang kuat, dan perbaikan struktur

    biaya dan operasi, Bank BTN diperkirakan semakin kompetitif dalam menyalurkan KPR

    secara komersial.

    (dalam Rp miliar) 2001 2002 2003 2004

    Alat Likuid 1.099,5 1.130,8 1.233,6 1.576,9

    Obligasi Pemerintah 13.775,1 14.190,7 13.197,5 10.959,3

    Kredit-Bersih 8.100,9 9.538,7 10.781,5 11.981,4

    Total Aktiva 26.509,2 27.071,6 26.805,8 26.743,1

    Dana Pihak Ketiga 18.452,9 19.912,1 19.152,7 18.570,0

    Total Kewajiban 25.678,7 26.178,3 25.902,5 25.530,9

    Modal Tier I 397,6 526,8 673,3 986,0

    Modal Tier II 137,8 132,3 126,5 349,0

    Total Ekuitas 830,5 893,3 903,4 1.212,2

    Pendapatan Bunga 2.883,1 3.660,1 3.293,0 2.841,5

    Pendapatan Bunga Bersih 223,8 548,8 798,3 1.277,1

    Laba Operasional 119,2 307,6 213,3 477,7

    Laba Bersih 124,7 150,5 128,5 370,1

    CAR (%) 10,8 11,4 12,1 16,6

    NPL (%) 4,8 4,8 3,8 3,2

    NIM (%) 0,9 2,2 3,4 5,3

    LDR (%) 46,3 51,3 58,3 67,9

    ROAA (%) 0,5 1,2 0,8 1,8

    ROAE (%) 25,1 31,1 18,1 40,9

    IKHTISAR KEUANGAN

    Sumber: Bank BTN

    PT Bank Tabungan Negara (Persero)

    INDONESIAFixed Income Research

    Perkembangan Peringkat

    Sumber : PEFINDO

    Periode Peringkat

    Maret 2005 idA-

    April 2004 idBBB+

    Agustus 2003 idBBB

    Posisi Obligasi Rupiah Bank BTN

    Sumber : Bank BTN

    Seri Jumlah Jatuh Tempo(Rp miliar)

    BTN X/2004 750 25-Mei-09

    BTN IX/2003 750 3-Okt-08

    SubordinasiBTN I/2004 250 25-Mei-2014

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    2 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Pertimbangan Investasi

    Bank terbesar untuk sektor kredit perumahan

    Didukung oleh sejarah yang panjang dalam menyalurkan kredit perumahan sejak tahun 1974, Bank

    BTN merupakan bank dengan pangsa pasar terbesar dalam penyaluran kredit perumahan. Sampai

    dengan tahun 2004, tercatat Bank BTN telah menyalurkan kredit perumahan senilai Rp 34,0 triliun

    untuk 2,2 juta unit rumah. Meski dalam beberapa tahun terakhir tingkat persaingan antar bank di

    sektor kredit perumahan cenderung meningkat, pangsa pasar Bank BTN masih yang terbesar yaitu

    mencapai 24,6% dari total kredit KPR (termasuk Kredit Pemilikan Apartemen/KPA) yang belum

    jatuh tempo sampai dengan akhir tahun 2004.

    Kualitas aktiva yang baik dengan NPL yang berangsur turun

    Kualitas aktiva produktif Bank BTN dinilai cukup baik. Hal ini disebabkan karena sumber

    pengembalian kredit yang disalurkan lebih pasti yaitu dari pendapatan tetap nasabah, sementara

    nilai agunannya cenderung meningkat. Hampir seluruh kredit yang disalurkan oleh Bank BTN didukung

    oleh jaminan. Dalam 2 tahun terakhir, Non Performing Loan (NPL) Bank BTN cenderung menurun.

    Kualitas pendapatan yang terus meningkat

    Seiring dengan strategi perubahan funding mix dan struktur aktiva produktif, NIM Bank BTN masih

    mampu ditingkatkan meski tingkat persaingan cukup tinggi dan tingkat suku bunga relatif rendah.

    Ketergantungan terhadap pendapatan bunga dari obligasi pemerintah sudah jauh berkurang berkat

    kredit ekspansi yang dilakukan Bank.

    Penyaluran kredit perumahan memiliki prospek yang cerah

    Kredit KPR, yang mendominasi kredit properti perbankan nasional, tumbuh pada CAGR 26,8%

    selama tahun 1999 2004 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan total kredit perbankan nasional

    yang tumbuh pada CAGR 21,3%. Selain itu permintaan akan perumahan masih tinggi dengan

    akumulasi permintaan mencapai 5,9 juta. Hal ini mengindikasikan prospek pembiayaan KPR masih

    cerah.

    Kondisi ekonomi yang terus membaik mendorong pertumbuhan kredit perumahan

    Selain tingginya tingkat permintaan rumah, bisnis KPR juga akan tumbuh menyusul membaiknya

    kondisi ekonomi Indonesia yang ditunjukkan oleh stabilnya nilai tukar rupiah, relatif terkendalinya

    inflasi dan relatif rendahnya suku bunga perbankan. Dengan rendahnya suku bunga perbankan

    maka permintaan masyarakat akan kredit perumahan dengan bunga yang rendah akan semakin

    meningkat pula.

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 3

    Potensi Resiko

    Tingkat persaingan yang meningkat

    Dengan permintaan KPR yang besar dan suku bunga pinjaman perbankan yang cenderung turun,

    tingkat persaingan antar bank dalam penyaluran KPR semakin tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi

    kinerja keuangan Bank BTN di masa mendatang. Namun dengan keunggulan yang dimiliki berupa

    brand image yang baik, saluran distribusi yang luas, dan penurunan cost of fund, Bank BTN akan

    semakin kompetitif dalam menyalurkan KPR komersial.

    Resiko maturity mismatch

    Dengan besarnya komposisi pendanaan jangka pendek sementara kredit yang disalurkan sebagian

    besar merupakan kredit jangka panjang, Bank BTN menghadapi resiko maturity mismatch

    sebagaimana halnya perbankan umum nasional lainnya sehingga likuiditas bank dapat terganggu.

    Untuk itu, Bank BTN terus berusaha memperbaiki profil pendanaannya dengan cara menerbitkan

    surat berharga dengan umur jatuh tempo lebih panjang.

    Concentration risk di dalam DPK masih cukup tinggi

    Bank BTN masih menghadapi concentration risk yang cukup besar akibat penguasaan DPK oleh

    beberapa nasabah besar saja. Rasio perbandingan antara dana simpanan 50 besar nasabah terhadap

    total DPK mencapai 52,1%, dimana hampir seluruhnya berupa deposito.

    Resiko penurunan kualitas aktiva

    Kredit dengan klasifikasi Dalam Perhatian Khusus cenderung mengalami kenaikan dalam 3 tahun

    terakhir. Di tahun 2004, kredit dengan katagori ini meningkat sebesar 11,7% dari Rp 1,7 triliun di

    tahun 2003 menjadi 1,9 triliun. Penurunan kualitas kredit untuk katagori ini akan berdampak pada

    meningkatnya NPL. Meski terjadi peningkatan, secara rasio terhadap total kredit bruto, kredit

    dengan katagori ini masih relatif stabil dan dapat terjaga dengan baik. Terbukti rasio NPL Bank BTN

    masih dapat turun dari 4,8% di tahun 2001 menjadi 3,2% di tahun 2004.

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    4 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Profil Bisnis

    Bank penyalur kredit perumahan terbesar di Indonesia

    PT Bank Tabungan Negara (Persero) (Bank BTN) adalah bank milik Pemerintah Indonesia yang

    memfokuskan kegiataan usahanya pada penyaluran kredit perumahan baik Kredit Pemilikan Rumah

    (KPR) maupun kredit non KPR (kredit dengan agunan properti). Didukung oleh sejarah yang panjang

    dalam menyalurkan kredit perumahan sejak tahun 1974, Bank BTN merupakan bank dengan pangsa

    pasar terbesar dalam penyaluran kredit perumahan sampai dengan saat ini. Sampai dengan tahun

    2004, tercatat Bank BTN telah menyalurkan kredit perumahan senilai Rp 34,0 triliun untuk 2,2 juta

    unit rumah. Meski dalam beberapa tahun terakhir tingkat persaingan antar bank di sektor kredit

    perumahan cenderung meningkat, pangsa pasar Bank BTN untuk kredit perumahan masih yang

    terbesar yaitu mencapai 24,6% dari total kredit yang belum jatuh tempo sampai dengan akhir

    tahun 2004.

    Termasuk 10 bank umum dengan kepemilikan aktiva terbesar di Indonesia

    Dengan aktiva sebesar Rp 26,7 triliun sampai dengan akhir tahun 2004, Bank BTN menempati

    posisi ke-10 sebagai bank umum terbesar di Indonesia dengan pangsa mencapai 2,1% terhadap

    total aktiva perbankan. Sementara posisi kredit bersih Bank BTN yang mencapai Rp 12,0 triliun

    mencerminkan 2,1% pangsa kredit. Bank BTN berhasil menghimpun Rp 18,6 triliun dana pihak

    ketiga atau 1,9% dari DPK yang dikumpulkan bank umum. Hal juga ini didukung oleh jaringan

    distribusi perbankan yang luas yang dimiliki oleh Bank BTN yaitu 44 kantor cabang, 78 cabang

    pembantu, 78 kantor kas dan 177 unit ATM milik sendiri serta akses terhadap 5.695 unit ATM Link

    yang tersebar di seluruh Indonesia.

    Posisi (Rp triliun) Pangsa (%)Aktiva Kredit DPK Aktiva Kredit DPK

    Sumber : Bank Indonesia*) per 30 Sept 04

    Mandiri 248,2 94,4 175,8 19,5 16,9 18,3BCA 149,2 40,4 131,6 11,7 7,2 13,7BNI* 130,2 51,2 102,5 10,2 9,1 10,6BRI* 100,1 58,1 78,5 7,9 10,4 8,2Danamon 58,8 28,9 40,3 4,6 5,2 4,2BII 36,1 13,2 29,6 2,8 2,4 3,1Permata 31,8 14,9 26,0 2,5 2,7 2,7Niaga 30,8 21,1 24,7 2,4 3,8 2,6Lippo 27,8 5,6 24,9 2,2 1,0 2,6BTN 26,7 12,0 18,6 2,1 2,1 1,9

    Total perbankan 1.272,1 559,5 963,1 100,0 100,0 100,0

    Pangsa 10 Bank 66,0% 60,7% 67,8%

    Tabel 1. Posisi dan Pangsa Pasar 10 Besar Bank Umum

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 5

    Kualitas Aktiva

    Terjaga baik berkat komitmen pada kredit beresiko rendah dan manajemen resiko

    yang terus membaik

    Kualitas aktiva Bank BTN dinilai cukup baik berkat komitmen bank yang tetap fokus pada penyaluran

    kredit konsumsi untuk perumahan (KPR dan non KPR) bagi nasabah ritel yang beresiko rendah dan

    penerapan manajemen resiko yang lebih baik. Rasio NPL terhadap nilai kredit bruto terus

    menunjukkan tren penurunan. Sementara, penerapan manajemen resiko yang cenderung konservatif

    dengan pemenuhan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) lebih dari 100%

    memungkinkan NPL bersih Bank BTN mencapai nol persen. Meskipun demikian, kualitas aktiva

    Bank BTN sampai dengan akhir tahun 2004 masih terpengaruh oleh resiko kredit Negara Indonesia

    mengingat porsi obligasi pemerintah di dalam struktur aktiva produktif Bank BTN masih cukup

    besar meski porsinya telah mengalami penurunan. Porsi kepemilikan obligasi Pemerintah di dalam

    portofolio aktiva produktif ini ke depan diperkirakan terus menurun seiring dengan strategi bank

    yang akan terus meningkatan kredit produktifnya dan menjual sebagian obligasi tersebut ke pasar

    sekunder.

    Ekspansi kredit dorong perbaikan LDR

    Selama tahun 2004, Bank BTN mencatatkan kenaikan posisi kredit bruto sebesar 13,0% dari Rp

    11,2 triliun di tahun 2003 menjadi Rp 12,6 triliun. Kenaikan ini didorong oleh penyaluran kredit baru

    selama tahun 2004 yang mencapai Rp 4,0 triliun, meningkat 19,5% dari nilai kredit baru selama

    tahun 2003 yang mencapai Rp 3,3 triliun. Dari penambahan kredit baru tersebut, 65,5% disalurkan

    untuk kredit KPR. Terus berlanjutnya ekspansi kredit ini menyebabkan Loan Deposit Ratio (LDR)

    Bank BTN meningkat menjadi 67,9% dari 58,3% di tahun 2003. Level LDR ini termasuk yang

    tertinggi di antara kelompok 10 bank besar di Indonesia berdasarkan kepemilikan aktiva.

    Profil Keuangan

    2002 2003 2004 2002 2003 2004Nilai (Rp miliar) Komposisi (%)

    Sumber : Bank BTN

    KPR Subsidi 438 722 1.268 14,7 21,7 31,8

    KPR Non Subsidi (KGU) 1.290 1.433 1.342 43,3 43,0 33,7

    Non KPR, Konstruksi & Umum 1.248 1.178 1.374 41,9 35,3 34,5

    Total 2.976 3.333 3.984 100,0 100,0 100,0

    Pertumbuhan (%) 26,9 12,0 19,5

    Tabel 2. Perkembangan Kredit Yang Disalurkan

    Gambar 1. Perbandingan LDR Kelompok 10 Bank Terbesar di Indonesia

    Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia*) per 30 Sept 04

    85,4%74,3% 72,5%

    67,9%

    57,2%51,8% 50,5%

    43,6%

    30,6%22,6%

    Niaga

    BRI*

    Danamon

    BTN

    Perm

    ata

    Mandiri

    BNI*

    BII

    BCA

    Lippo

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    6 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Peningkatan pada surat berharga didominasi oleh SBI

    Selain kredit, komponen aktiva produktif Bank BTN yang juga menunjukkan peningkatan adalah

    surat berharga (efek-efek). Selama tahun 2004, nilai surat berharga yang dimiliki Bank BTN mencapai

    Rp 1,5 triliun, meningkat 3 kali lipat dari posisi tahun sebelumnya yang mencapai Rp 356,2 miliar.

    Surat berharga ini dinilai memiliki kualitas yang sangat baik dimana 87,6%-nya merupakan Sertifikat

    Bank Indonesia (SBI), sedangkan 12,4%-nya merupakan surat utang obligasi. Kualitas obligasi

    yang dimiliki Bank BTN dinilai cukup baik dengan sebagian besar merupakan obligasi berperingkat

    investment grade dan aktif diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin besarnya porsi SBI di

    dalam portofolio aktiva produktif Bank BTN ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi likuiditas

    Bank.

    2002 2003 2004 2002 2003 2004Nilai (Rp miliar) Komposisi (%)

    Sumber : Bank BTN

    Penempatan pada Bank Lain 789,7 263,4 30,1 3,1 1,1 0,1

    Efek-efek 298,3 356,2 1.470,4 1,2 1,4 5,9

    Obligasi Pemerintah 14.190,7 13.197,5 10.959,3 55,7 52,8 43,7

    Kredit yang diberikan 10.211,0 11.161,0 12.609,0 40,1 44,7 50,3

    Total aktiva produktif (gross) 25.489,7 24.978,1 25.068,8 100,0 100,0 100,0

    Tabel 3. Komposisi Aktiva Produktif

    Sesuai dengan fokus usaha, kredit perumahan masih mendominasi portofolio kredit

    Sesuai dengan fokus usaha pada pembiayaan perumahan, portofolio kredit Bank BTN masih

    didominasi oleh kredit perumahan, baik KPR maupun non KPR (kredit personal dengan agunan

    rumah, ruko, apartemen). Sampai dengan akhir tahun 2004, kredit perumahan mencapai Rp 12,5

    triliun atau 98,8% dari total kredit bruto. Jumlah ini meningkat 12,6% dari posisi akhir tahun

    sebelumnya. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok KPR yang naik 14,9% dari Rp 9,0 triliun

    menjadi Rp 10,4 triliun di tahun 2004.

    2002 2003 2004 2002 2003 2004Nilai (Rp miliar) Komposisi (%)

    Sumber : Bank BTN

    Perumahan 9.998,7 11.067,7 12.460,3 97,9 99,2 98,8

    - KPR 8.295,4 9.022,3 10.368,4 81,2 80,8 82,2

    - Non-KPR 1.703,3 2.045,5 2.092,0 16,7 18,3 16,6

    Konstruksi 91,8 3,0 21,1 0,9 0,0 0,2

    Pertambangan - - 1,5 - - 0,0

    Industri 71,6 70,2 75,3 0,7 0,6 0,6

    Perdagangan, restoran dan hotel 3,2 0,0 10,3 0,0 0,0 0,1

    Lain-lain 45,7 20,1 40,4 0,4 0,2 0,3

    Jumlah 10.211,0 11.161,0 12.609,0 100,0 100,0 100,0

    Tabel 4. Portofolio Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

    Porsi kredit bersubsidi berangsur turun seiring strategi untuk menjadi bank

    komersial

    Seiring dengan strategi Bank BTN untuk menjadi bank yang lebih bersifat komersial, kegiatan

    penyaluran kelompok kredit yang terdiri dari KPR non subsidi, kredit non KPR, kredit perusahaan

    dan kredit non perumahan terus menunjukkan peningkatan. Dalam 5 tahun terakhir, kredit komersial

    tumbuh dengan Compounded Annual Growth Rate (CAGR) 39,5%. Sedangkan KPR bersubsidi

    relatif tidak ada pertumbuhan. Hal ini menyebabkan porsi kredit bersubsidi di dalam portofolio

    kredit Bank BTN terus menurun dari 76,7% di tahun 2000 menjadi 46,3% di tahun 2004. Umumnya

    kredit komersial memberikan marjin yang lebih tinggi dibanding kredit bersubsidi.

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 7

    Gambar 2. Kredit Bersubsidi dan Non Bersubsidi

    Sumber : Bank BTN

    5,9 5,6 5,4 5,45,8

    1,8

    2,8

    4,8

    6,8

    5,8

    0,0

    1,0

    2,0

    3,0

    4,0

    5,0

    6,0

    7,0

    2000 2001 2002 2003 2004

    Rp triliun

    Subsidi Komersial

    Kredit perumahan dinilai aman karena memiliki agunan yang jelas

    Dengan tetap fokus pada penyaluran kredit perumahan, resiko kredit yang dihadapi oleh Bank BTN

    dinilai cukup moderat. Hal ini tidak terlepas dari sifat kredit perumahan sendiri yang relatif aman

    karena yang menjadi sumber pengembalian kredit sebagian besar adalah penghasilan nasabah

    sesuai dengan pekerjaannya yang relatif tetap dan tidak fluktuatif. Sedangkan aktiva yang menjadi

    agunannya memiliki nilai yang terus meningkat. Hampir seluruh kredit yang diberikan Bank BTN

    atau sekitar 99,9% dari portofolio kredit mempunyai jaminan. Resiko kredit yang cukup moderat

    ini juga tercermin pada tingkat NPL kredit Bank BTN yang mencapai 3,2% di tahun 2004, dimana

    rasio ini relatif kecil jika dibandingkan dengan kelompok 10 bank terbesar di Indonesia. Rasio ini

    membaik dibandingkan dengan tahun 2002 yang mencapai 4,8% di tahun 2002 dan tahun 2003

    yang mencapai 3,8%. Terhadap NPL tersebut, Bank BTN telah membentuk pencadangan sebesar

    Rp 627,6 miliar yang mencerminkan coverage sebesar 155,3%.

    Porsi kredit kolektibilitas 2 masih relatif besar di dalam portofolio kredit Bank

    BTN

    Namun perlu mendapat perhatian kredit non performing yang merupakan kredit dengan kolektibilitas

    2 atau Dalam Perhatian Khusus cenderung mengalami kenaikan dalam beberapa tahun terakhir. Di

    tahun 2004, kredit katagori ini kembali meningkat sebesar 11,7% dari Rp 1,7 triliun di tahun 2003

    menjadi 1,9 triliun. Kredit kolektibilitas 2 ini adalah kredit dengan tingkat keterlambatan 1 hingga

    90 hari. Penurunan kualitas kredit katagori ini akan berdampak pada meningkatnya NPL. Meski

    cenderung meningkat, namun secara rasio terhadap total kredit bruto, kredit katagori ini masih

    relatif stabil dan dapat terjaga dengan baik. Terbukti rasio NPL Bank BTN masih dapat turun dalam

    2 tahun terakhir.

    Sumber : Bank BTN

    (Rp miliar) 2000 2001 2002 2003 2004

    Kredit yang disalurkan bruto 7.673,7 8.411,9 10.211,0 11.161,0 12.609,0

    Performing loan (klas. 1 dan 2) 7.422,9 8.012,7 9.724,6 10.736,5 12.204,8

    Non Performing Loan (klas. 3, 4 dan 5) 250,8 399,2 486,4 424,4 404,1

    NPL/kredit yang disalurkan - bruto (%) 3,3 4,7 4,8 3,8 3,2

    Pencadangan kredit 343,7 311,0 672,3 379,5 627,6

    Pencadangan kredit/NPL (%) 137,0 77,9 138,2 89,4 155,3

    Tabel 5. Kualitas Kredit Berdasarkan Kolektibilitas

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    8 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Gambar 3. Perbandingan NPL Kelompok 10 Bank Umum Terbesar di Indonesia

    Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia*) per 30 Sept 04

    1,3%

    3,2% 3,2%3,6%

    4,0% 4,0%

    5,8%6,1%

    6,8%7,4%

    BCA

    Niaga

    BTN

    Perm

    ata BII

    Danamon

    BRI*

    BNI*

    Lippo

    Mandiri

    Profitabilitas

    Kualitas pendapatan Bank BTN terus menunjukkan perbaikan

    Strategi pembiayaan yang tepat dengan terus meningkatkan porsi aktiva produktif guna menghasilkan

    yield lebih besar dan strategi funding mix yang berusaha mengurangi porsi dana mahal telah

    memberikan dampak positif pada terus meningkatnya marjin pendapatan bunga bersih (Net interest

    Margin/NIM) Bank BTN. Pendapatan bunga bersih tahun 2004 meningkat 60,7% dari tahun

    sebelumnya dan melampaui proyeksi kami sebesar 39,0%. Hal ini menyebabkan kenaikan yang

    cukup tajam pada laba operasi yang mencapai 129,3% dari tahun sebelumnya, meski beban

    PPAP mengalami kenaikan 5 kali lipat dari tahun sebelumnya. Demikian juga dengan laba bersih

    yang meningkat sebesar 197,9%, menyebabkan imbal hasil atas rata-rata aktiva (ROAA) dan

    imbal hasil atas rata-rata ekuitas (ROAE) meningkat masing-masing dari 0,8% menjadi 1,8% dan

    dari 18,1% menjadi 40,9% dalam periode yang sama.

    2002 2003 2004Rp miliar YoY (%) Rp miliar YoY (%) Rp miliar YoY (%)

    Sumber : Bank BTN

    Pendapatan bunga 3.660,1 27,0 3.293,0 (10,0) 2.841,5 (13,7)

    Beban bunga (3.111,4) 17,0 (2.494,7) (19,8) (1.564,4) (37,3)

    Pendapatan bunga bersih 548,8 145,2 798,3 45,5 1.277,1 60,0

    Pendapatan operasional lainnya 318,3 56,1 188,8 (40,7) 138,2 (26,8)

    Pendapatan operasi 867,0 102,7 987,1 13,9 1.415,3 43,4

    Beban PPAP 78,1 (62,3) (35,8) (145,8) (218,6) 511,2

    Beban operasional lainnya (637,5) 23,6 (738,0) 15,8 (719,0) (2,6)

    Laba operasi 307,6 158,1 213,3 (30,7) 477,7 123,9

    Pendapatan/(beban)

    non operasional bersih 4,7 125,3 4,4 (6,6) 3,1 (29,3)

    Laba sebelum pajak 312,3 157,5 217,7 (30,3) 480,8 120,9

    Laba bersih 150,5 20,7 128,5 (14,6) 370,1 188,0

    Tabel 6. Ikhtisar Laba Rugi

    NIM tahun 2004 mengalami lonjakan yang cukup tinggi di tengah kondisi suku bunga

    yang menurun ...

    Di tengah kondisi tingkat suku bunga SBI yang menurun, Bank BTN berhasil menurunkan cost of

    fund-nya lebih cepat dari penurunan asset yield. Jika pada tahun 2003, rata-rata cost of fund Bank

    BTN mencapai 10,0%, maka di tahun 2004 turun menjadi sekitar 6,4% atau turun sekitar 360

    basis poin. Sedangkan penurunan asset yield dari aktiva produktif relatif lambat yaitu sekitar 160

    bps dari 13,0% di tahun 2003 menjadi 11,4%. Hal ini menyebabkan NIM Bank BTN mengalami

    peningkatan yang cukup tajam yaitu dari 3,1% di tahun 2003 menjadi 5,3% di tahun 2004 atau

    naik 220 bps.

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 9

    2002 2003 2004 2002 2003 2004

    Sumber : Bank BTN, AAA Sekuritas

    Tabel 7. Perkembangan Asset Yield dan Cost Of Fund

    Pendapatan Bunga Nilai (Rp miliar) Asset Yield (%)

    Obligasi Rekapitalitasi 2.001,2 1.533,9 985,4 14,3 11,2 8,2

    Kredit yang diberikan 1.352,2 1.684,9 1.719,9 14,5 15,8 14,5

    Efek-efek 250,1 36,8 85,8 23,1 11,2 9,4

    Penempatan pada bank lain 24,7 7,7 9,1 4,8 1,5 6,2

    Lain-lain (termasuk provisi) 55,8 30,1 41,2 n.a. n.a. n.a.

    Total Pendapatan Bunga 3.660,1 3.293,0 2.841,5 14,7 13,0 11,4

    Beban Bunga Nilai (Rp miliar) Cost of Fund (%)

    Giro 48,4 50,7 54,6 4,3 4,3 4,1

    Tabungan 346,5 334,0 313,7 9,8 7,7 5,6

    Deposito 2.395,8 1.830,4 823,0 16,5 13,1 6,9

    Total DPK 2.790,7 2.215,1 1.191,3 14,5 11,3 6,3

    Simpanan pada bank lain 56,1 44,3 11,1 10,6 12,2 7,1

    Pinjaman dan Surat Berharga 194,7 174,3 284,4 4,1 3,7 5,6

    Lain-lain (termasuk provisi) 59,0 52,6 52,7 n.a. n.a. n.a.

    Total Beban Bunga 3.111,4 2.494,7 1.564,4 12,6% 10,0% 6,4%

    Selisih bunga (%) 2,1 3,0 5,0

    Net Interest Margin (%) 2,2 3,1 5,3

    ... berkat strategi perubahan funding mix dan struktur aktiva produktif

    Penurunan yang relatif cepat pada cost of fund ini tidak terlepas dari perubahan funding mix Bank

    BTN dimana Bank berusaha mengurangi porsi dana mahal yang berasal dari deposito dan

    meningkatkan porsi dana murah yang berasal dari tabungan. Selain itu, strategi perubahan funding

    mix ini juga bertujuan untuk mengurangi concentration risk yang disebabkan oleh terpusatnya porsi

    Dana Pihak Ketiga (DPK) terbesar pada beberapa nasabah deposito yang umumnya merupakan

    nasabah korporasi. Strategi pendanaan ini diwujudkan dengan mengembangkan produk tabungan

    yang inovatif dengan memberikan hadiah-hadiah menarik bagi nasabah tabungan yang bersedia

    untuk tidak menarik dananya dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, strategi penurunan porsi

    deposito dilakukan dengan cara menurunkan suku bunga simpanan yang lebih cepat dibandingkan

    dengan industri. Hal ini memicu penurunan cost of fund deposito secara tajam dari 13,1% di tahun

    2003 menjadi 6,9% di tahun 2004.

    Ketergantungan pada bunga obligasi pemerintah sudah jauh berkurang

    Selain merubah funding mix untuk menurunkan cost of fund, Bank BTN juga melakukan perubahan

    pada komposisi aktiva produktifnya dimana kredit yang memberikan yield lebih besar ditambah

    porsinya, sedangkan obligasi pemerintah yang sebagian besar (91,8%) merupakan obligasi

    berbunga mengambang dikurangi porsinya.

    Dengan adanya perubahan komposisi aktiva produktif ini menyebabkan ketergantungan pendapatan

    bunga Bank BTN dari obligasi pemerintah di tahun 2004 telah jauh berkurang dibandingkan dengan

    tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2002, pendapatan bunga yang diperoleh dari obligasi

    pemerintah masih mencapai 54,7%, maka pada tahun 2004 turun menjadi sekitar 34,7%. Sedangkan

    pendapatan bunga dari kredit meningkat dari 37,0% menjadi 60,5% di periode yang sama.

    (dalam persentase) 2002 2003 2004

    Sumber : Bank BTN

    Tabel 8. Komposisi Pendapatan Bunga

    Obligasi Rekapitalitasi 54,7 46,6 34,7

    Kredit yang diberikan 36,9 51,2 60,5

    Efek-efek 6,2 1,1 3,0

    Penempatan pada bank lain 0,7 0,2 0,3

    Efek-efek repo 0,7 0,0 -

    Tagihan derivatif - 0,0 0,3

    Provisi dan komisi 0,9 0,9 1,2

    Total pendapatan bunga 100,0 100,0 100,0

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    10 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Pendanaan dan Likuiditas

    Profil pendanaan dinilai stabil meski resiko konsentrasi dan resiko maturity

    mismatch masih cukup besar

    Profil pendanaan Bank BTN dinilai cukup stabil. Meski terjadi penurunan nilai deposito di dalam

    struktur DPK yang mencapai 13,6% sebagai dampak dari strategi perubahan funding mix, namun

    penurunan ini masih dapat dikompensasi dengan kenaikan tabungan dan giro yang masing-masing

    mencapai 16,6% dan 25,4%. Hal ini menyebakan posisi DPK Bank BTN di tahun 2004 hanya

    turun sebesar 3,0% dari posisi tahun sebelumnya. Masih stabilnya profil pendanaan Bank BTN ini

    dapat dilihat pada stabilnya rasio perbandingan antara DPK terhadap total aktiva yang mencapai

    sekitar 69,4% (vs rata-rata 4 tahun sebelumnya yang mencapai 71,4%).

    Meski profil pendanaan masih stabil, Bank BTN masih menghadapi concentration risk yang cukup

    besar akibat penguasaan DPK oleh beberapa nasabah besar saja. Rasio perbandingan antara dana

    simpanan 50 nasabah terhadap total DPK mencapai 52,1%, dimana hampir seluruhnya berupa

    deposito.

    Selain itu, resiko maturity mismatch juga masih membayangi profil neraca Bank BTN dimana

    sekitar 40% aktiva Bank BTN terdiri dari obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo antara tahun

    2012 2020 dan 81,9% kredit yang disalurkan oleh Bank BTN akan jatuh tempo lebih dari 5 tahun.

    Sedangkan hanya 10% dari DPK Bank BTN yang memiliki umur lebih dari 1 tahun. Sebagai usaha

    untuk mengurangi resiko maturity mismatch ini, Bank BTN kembali berencana menerbitkan obligasi

    jangka panjang senilai Rp 750 miliar dengan umur jatuh tempo 5 dan 7 tahun di awal kuartal kedua

    tahun 2004. Selain penerbitan obligasi, resiko maturity mismatch ini dapat dikurangi dengan

    mengalihkan/menjual portofolio kredit perumahan kepada peihak ketiga. Diharapkan dengan hadirnya

    lembaga seperti Secondary Mortgage Facilities (SMF) dapat mengatasi permasalahan ini.

    2002 2003 2004 2002 2003 2004Nilai (Rp miliar) Komposisi (%)

    Sumber : Bank BTN

    Giro 1.175,3 1.186,2 1.488,0 4,7 4,8 6,1

    Tabungan 3.496,7 5.174,9 6.035,8 14,0 21,0 24,7

    Deposito 15.240,1 12.791,6 11.046,1 60,9 51,8 45,2

    Total DPK 19.912,1 19.152,7 18.570,0 79,6 77,5 75,9

    Simpanan bank lain 410,1 313,7 0,2 1,6 1,3 0,0

    Pinjaman + Surat Berharga 4.697,9 5.234,6 5.890,8 18,8 21,2 24,1

    Total Pendanaan 25.020,0 24.701,0 24.460,9 100,0 100,0 100,0

    Tabel 9. Komposisi Sumber Pendanaan

    2002 2003 2004 2002 2003 2004Nilai (Rp miliar) Komposisi (%)

    Sumber : Bank BTN

    Kurang dari 1 tahun 422,8 350,7 463,5 4,1 3,1 3,7

    1 - 2 tahun 164,7 185,7 280,6 1,6 1,7 2,2

    2 - 5 tahun 1.399,1 1.543,6 1.535,1 13,7 13,8 12,2

    Lebih dari 5 tahun 8.224,4 9.081,0 10.329,8 80,5 81,4 81,9

    Total 10.211,0 11.161,0 12.609,0 100,0 100,0 100,0

    Tabel 10. Komposisi Kredit Berdasarkan Sisa Umur Jatuh Tempo

    Maturity gap telah menunjukkan perbaikan

    Analisa jatuh tempo antara aktiva dan kewajiban menurut kelompok umur yang tersisa menunjukkan

    bahwa maturity gap Bank BTN telah mengalami perbaikan. Hal ini terjadi khususnya untuk periode

    jatuh tempo kurang dari 1 bulan, dimana selisih kewajiban terhadap aktiva semakin mengecil dari

    35,6% di akhir tahun 2003 menjadi 31,8% di akhir tahun 2004. Demikian juga untuk waktu jatuh

    tempo lebih dari 12 bulan yang turun dari 69,2% menjadi 50,5% di periode yang sama. Perbaikan

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 11

    pada maturity gap jangka pendek terjadi setelah Bank BTN mengurangi komposisi obligasi

    pemerintahnya di dalam struktur aktiva produktif dan meningkatkan kepemilikan SBI untuk

    meningkatkan likuiditasnya. Sedangkan perbaikan maturity gap untuk jatuh tempo lebih dari 1

    tahun terjadi setelah Bank BTN menerbitkan obligasi jangka panjang.

    12 bln

    Sumber : Bank BTN* ) Persentase dihitung dari jumlah aktiva, kewajiban dan selisihnya untuk tiap-tiap klasifikasi jatuh tempo dibagi total aktiva

    masing-masing tahun

    Tabel 11. Aktiva dan Kewajiban Berdasarkan Sisa Umur*

    2004

    Jumlah Aktiva 16,5% 0,6% 5,9% 77,0%

    Jumlah Kewajiban 48,3% 14,0% 2,8% 26,5%

    Selisih -31,8% -13,4% 3,1% 50,5%

    2003

    Jumlah Aktiva 10,9% 0,6% 0,9% 87,6%

    Jumlah Kewajiban 46,5% 17,4% 11,5% 18,4%

    Selisih -35,6% -16,8% -10,5% 69,2%

    Likuiditas masih terjaga

    Meski maturity mismatch masih cukup besar, likuiditas Bank BTN dinilai cukup terjaga sebagaimana

    dicerminkan oleh rasio aktiva likuid terhadap DPK yang tetap tinggi sebesar 75,6% untuk akhir

    tahun 2004. Untuk keperluan analisa likuiditas, obligasi pemerintah (termasuk yang diklasifikasikan

    Dimiliki hingga jatuh tempo) digolongkan sebagai aktiva likuid karena dapat dijual ke pasar

    sekunder dalam kondisi kebutuhan likuiditas.

    2002 2003 2004

    Sumber : Bank BTN*) Aktiva likuid = kas + giro dan penempatan + surat berharga + obligasi pemerintah

    Tabel 12. Aktiva Likuid*

    Aktiva Likuid (Rp miliar) 16.322 15.045 14.035

    Aktiva Likuid /Total Aktiva (%) 60,3 56,1 52,5

    Aktiva Likuid/Dana Pihak Ketiga (%) 82,0 78,6 75,6

    Permodalan

    CAR secara bertahap meningkat

    Dengan kinerja profitabilitas yang membaik dan kualitas aktiva yang tetap terjaga, Bank BTN dapat

    meningkatkan permodalannya melalui akumulasi laba ditahan. Capital Adequacy Ratio (CAR) secara

    bertahap terus menunjukkan peningkatan dari 12,1% di tahun 2003 menjadi 16,6% di tahun

    2004.

    Kredit KPR dinilai lebih hemat dari segi kebutuhan modal

    Menarik untuk diperhatikan bahwa dengan fokus penyaluran kredit untuk KPR, Bank BTN

    mencatatkan nilai Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang relatif rendah karena penerapan

    bobot resiko yang hanya sebesar 50% dari nilai KPR yang disalurkan. Dalam hal ini perbandingan

    ATMR terhadap total aktiva Bank BTN yang sebesar 21,4% jauh lebih lebih rendah dibanding dari

    rata-rata rasio yang sama untuk 9 bank lainnya yang tergabung ke dalam kelompok 10 besar bank

    dengan aktiva terbesar yang sebesar 50,6%. Karenanya penyaluran kredit untuk KPR dapat

    dipandang lebih hemat dalam hal kebutuhan modal dibandingkan dengan penyaluran kredit komersial

    lainnya.

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    12 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    (dalam Rp miliar) 2002 2003 2004

    Sumber : Bank BTN

    Tabel 13. Perhitungan Modal Minimum dan Rasio Penting

    Modal Tier I 526,8 673,3 986,3

    Modal Tier II 132,3 126,0 349,2

    Total modal 659,1 799,4 1.335,5

    ATMR 5.781,7 6.560,2 8.023,7

    CAR (%) 11,4% 12,2% 16,6%

    ATMR/Total aktiva (%) 21,4% 24,5% 30,0%

    ATMR Aktiva Rasio(Rp miliar) (Rp miliar) (%)

    Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia*) per 30 Sept 04

    Tabel 14. Perhitungan Modal Minimum dan Rasio Penting

    Niaga 22.203,6 30.637,6 72,5

    Danamon 33.541,9 57.637,3 58,2

    BRI* 55.949,9 100.086,6 55,9

    BNI* 72.650,9 129.972,2 55,9

    Permata 16.658,6 31.597,9 52,7

    BII 17.143,5 35.794,5 47,9

    Mandiri 108.934,8 240.436,5 45,3

    BCA 51.715,4 149.168,8 34,7

    Lippo 9.382,8 27.832,1 33,7

    BTN 8.023,7 26.743,1 30,0

    Sekilas Industri Perbankan Nasional

    Sering perkembangan ekonomi yang membaik, industri perbankan juga menunjukkan

    peningkatan ...

    Seiring perkembangan ekonomi yang semakin baik, sektor perbankan Indonesia hingga tahun

    2004 juga menunjukkan peningkatan. Kondisi ini tercermin dari perkembangan beberapa indikator

    perbankan nasional yang terus mengalami perbaikan. Beberapa indikator tersebut diantaranya

    adalah perbaikan komposisi aktiva dan pasiva perbankan, peningkatan DPK dan permodalan, serta

    meningkatnya kinerja perbankan yang tercermin dari beberapa rasio seperti LDR, NPL, CAR, NIM

    serta ROAA perbankan yang terus mengalami perbaikan.

    Seiring dengan peningkatan DPK, dalam 5 tahun terakhir (2000-2004) kemampuan perbankan

    untuk menyalurkan kredit ke masyarakat juga terus mengalami perbaikan meski masih di bawah

    kondisi periode sebelum krisis. DPK perbankan tumbuh sebesar 8,4% selama tahun 2004 atau

    meningkat dengan CAGR 8,3% sejak tahun 2000. Peningkatan DPK ini juga diikuti oleh pertumbuhan

    kredit sebesar 27,0% atau meningkat dengan CAGR 18,6% sejak tahun 2000.

    CAGR(dalam Rp triliun) Dec-00 Dec-01 Dec-02 Dec-03 Dec-04 2000-2004

    (%)

    Sumber : Data Perbankan Indonesia dari Bank Indonesia

    Aktiva 1.039,9 1.099,7 1.112,2 1.213,5 1.272,1 5,2

    Kredit 283,1 316,1 371,1 440,5 559,5 18,6

    Dana Pihak Ketiga 699,9 797,4 835,8 888,6 963,1 8,3

    Permodalan 55,3 62,9 90,8 106,6 127,9 23,3

    LDR (%) 33,4 33,0 38,2 43,5 50,0

    NPL Gross (%) 20,1 12,2 7,5 6,8 4,5

    CAR (%) 12,5 19,9 22,4 19,4 19,4

    NIM (%) 2,4 3,6 4,1 4,6 6,4

    ROA (%) 1,6 1,5 2,0 2,6 3,5

    Tabel 15. Indikator Perbankan Umum

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 13

    Kualitas kredit dan permodalan terus mengalami perbaikan

    Peningkatan kredit perbankan di atas juga didukung oleh perbaikan kualitas kredit yang tersalurkan,

    dimana tercermin dari terus turunnya tingkat kredit macet sebagaimana diukur dari tingkat NPL

    yang terus mengalami perbaikan. Selama 5 tahun terakhir NPL perbankan menunjukkan perbaikan

    dari posisi 20,1% (2000) menjadi 4,5% (2004). Turunnya rasio NPL ini mencerminkan kinerja

    penyaluran kredit yang terus meningkat melalui perbankan tanpa meninggalkan prinsip kehati-

    hatian yang harus dijalankan oleh perbankan.

    Sementara itu jika dilihat dari sisi permodalan, perbankan nasional juga terus mengalami perbaikan

    tercermin dari semakin meningkatnya permodalan perbankan sebesar 19,9% dari posisi Rp 106,6

    triliun tahun 2003 menjadi Rp 127,9 triliun pada akhir tahun 2004. Hal ini mendorong rasio kecukupan

    modal (CAR) perbankan terus bertumbuh hingga mencapai 19,4% di tahun 2004, sehingga masih

    cukup jauh dibanding persyaratan CAR minimum Bank Indonesia sebesar 8%.

    Seiring perkembangan di atas, indikator kinerja rentabilitas bank umum juga menunjukkan perbaikan

    tercermin dari peningkatan rasio NIM dan ROA menjadi 6,4% dan 3,5% di tahun 2004. Perbaikan

    kedua indikator ini menunjukkan prospek usaha bank umum yang makin meningkat dikarenakan

    indiaktor ini mencerminkan peningkatan pendapatan bunga dan laba bersih perusahaan relatif

    terhadap total aktiva. Peningkatan ROA di atas juga mencerminkan tingkat profitabilitas dan atau

    efisiensi penggunaan aktiva yang makin meningkat.

    Gambar 4. Komposisi Aktiva dan Kredit Bank Umum

    Sumber : Data Perbankan Indonesia Bank Indonesia, di olah AAA Sekuritas

    Aktiva Kredit

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    2000 2001 2002 2003 2004

    Kredit SBI

    Obligasi Pemerintah Antar Bank

    Surat Berharga dan Lainnya

    Kualitas kredit dan permodalan terus mengalami perbaikan

    Perbaikan berbagai rasio keuangan di atas juga ditunjang oleh perbaikan struktur komposisi aktiva

    dan pasiva bank umum secara keseluruhan. Dari komposisi aktiva bank umum, terlihat komposisi

    kredit dalam struktur aktiva terus mengalami peningkatan dari posisi 28,6% (2000) menjadi 45,7%

    (2004). Pada saat bersamaan, komposisi obligasi pemerintah dapat diturunkan dari posisi 43,4%

    (2000) dari keseluruhan total aktiva menjadi hanya 23,7% di tahun 2004. Kondisi ini mencerminkan

    ketergantungan kinerja pendapatan bank umum terhadap pendapatan bunga obligasi (rekap)

    pemerintah yang semakin berkurang. Pada saat bersamaan, pendapatan perusahaan secara bertahap

    mulai digantikan oleh pendapatan bunga kredit yang disalurkan perbankan. Hal ini berarti fungsi

    intermediasi ke sektor riil terus mengalami perbaikan dan perbankan kembali pada core business-

    nya sebagai lembaga perantara penyalur dana masyarakat.

    Sementara itu, hingga tahun 2004, dari komposisi kredit perbankan menunjukkan Kredit Modal

    Kerja masih menempati porsi terbesar dikuti oleh Kredit Konsumsi dan Kredit Investasi berturut-

    turut sebesar 51,8%, 27,0% dan 21,2%. Lebih lanjut, jika dilihat dari pertumbuhan ketiga jenis

    kredit di atas, terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap porsi kredit konsumsi dari 14,2%

    (2000) menjadi 27%. Pola ini diperkirakan tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia

    yang sebagian besar masih ditopang oleh sektor konsumsi, sedangkan kegiatan investasi relatif

    masih mengalami kelesuan. Namun demikian, seiring membaiknya kondisi perekonomian Indonesia

    serta stabilitas politik-keamanan yang tercipta diperkirakan kredit investasi akan terus meningkat

    pada tahun-tahun yang akan datang.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    2000 2001 2002 2003 2004

    Modal Kerja Investasi Konsumsi

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    14 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Dilihat dari perkembangan berbagai indikator perbankan di atas serta ditambah dengan semakin

    membaiknya kondisi makroekonomi secara keseluruhan industri perbankan nasional untuk tahun

    2005 kedepan diperkirakan terus mengalami perbaikan dan dapat menjalankan fungsi utamanya

    sebagai intermediasi keuangan dalam menggerakkan sektor riil nasional.

    Perkembangan Kredit Perumahan

    Nilai kredit properti tahun 2004 telah melampaui level sebelum krisis ...

    Kredit properti terus menunjukkan pertumbuhan positif sejak penurunannya yang tajam di masa

    krisis (1999). Setelah tumbuh sebesar 34,2% di tahun 2003 menjadi Rp 47,0 triliun, kredit properti

    kembali menunjukkan pertumbuhan 2 digit yaitu 43,2% di tahun 2004, sehingga posisi total kredit

    properti mencapai Rp 67,3 triliun. Sementara itu pada periode yang sama, total kredit perbankan

    hanya tumbuh sebesar 26,4% di tahun 2004. Nilai kredit properti ini merupakan yang tertinggi

    sejak krisis. Bahkan jika dibandingkan dengan masa sebelum krisis, posisi kredit properti di Indonesia

    mencapai Rp 64 triliun. Jika dibandingkan dengan total kredit perbankan pada tahun 1997, porsi

    kredit properti sudah mencapai 17,1%. Sedangkan di tahun 2004, porsi kredit properti ini baru

    mencapai 12,2%.

    ... didukung oleh pemulihan di kondisi ekonomi makro

    Kembali tumbuhnya industri properti sangat didukung oleh pemulihan perekonomian yang ditandai

    dengan tingkat inflasi yang terkendali, nilai mata uang rupiah yang stabil dan tingkat suku bunga

    yang cenderung turun. Suku bunga KPR mengalami penurunan dari kisaran 13% - 16% pada tahun

    2003 menjadi 10% - 13% di tahun 2004. Selain faktor ekonomi, perkembangan sektor properti ini

    juga dipengaruhi oleh selesainya sebagian proses restrukturisasi hutang pengembang lama yang

    ditangani BPPN sehingga mereka dapat melanjutkan kembali proyeknya.

    KPR mengalami pertumbuhan relatif tinggi dan mendominasi portofolio kredit

    properti

    Membandingkan kondisi saat ini dengan pra krisis, komposisi kredit properti yang terdiri dari KPR,

    kredit konstruksi dan kredit real estate, telah berubah secara signifikan. Jika pada tahun 1997

    perbandingan kredit konstruksi dan real estate terhadap total kredit porperti dan KPR terhadap

    total kredit properti mencapai 70% dan 30%, maka pada tahun 2004 perbandingannya berbalik

    menjadi 37% dan 64%. Lebih jauh posisi KPR saat ini yang sebesar Rp 42,1 triliun telah melampaui

    posisi tahun 1997 sebesar Rp 19,5 triliun.

    Kredit KPR dinilai memiliki resiko yang relatif rendah dibandingkan dengan kredit

    konstruksi dan real estat

    Perkembangan KPR tersebut sejalan dengan kecenderungan perbankan nasional yang agresif

    dalam menyalurkan consumer loan yang dianggap memiliki resiko relatif rendah. Sedangkan untuk

    kredit konstruksi dan real estate yang digolongkan sebagai kredit korporasi, perbankan nasional

    memandang tingkat resiko yang dimiliki sektor bisnis ini masih relatif lebih tinggi. Hal ini disebabkan

    karena KPR memiliki agunan yang jelas. Nilai rumah atau properti yang dijaminkan cenderung

    mengalami kenaikan, sementara pokok hutang terus berkurang dan sumber pengembalian hutangnya

    berasal dari pendapatan tetap nasabah yang tidak berfluktuasi. Sedangkan jika kredit KPR tersebut

    macet, kredti tersebut dengan mudah dapat dialihkan ke pihak ketiga dan nilai agunannya jauh lebih

    tinggi dibandingkan posisi hutangnya. Itulah sebabnya ketika krisis ekonomi memuncak beberapa

    tahun terakhir, NPL KPR tidak pernah lebih dari 8%. Sedangkan NPL kredit konstruksi dan real

    estat pernah mencapai 85%.

    Selain itu dari sisi peraturan sampai saat ini masih berlaku Surat Keputusan (SK) gubernur BI tahun

    1997 No. 30/46/KEP/DIR yang membatasi penyaluran kredit konstruksi dan real estate kecuali

    untuk pengembang RS/RSS. Karenanya dalam hal pembiayaan proyek perumahan, bank memilih

    menyalurkan kreditnya kepada pembeli rumah daripada kepada kontraktor ataupun pengembangnya.

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 15

    Gambar 5. Perkembangan Kredit Properti Nasional

    Sumber : Data Perbankan Indonesia Bank Indonesia, di olah AAA Sekuritas

    Posisi Kredit Pertumbuhan Kredit

    27,732,0

    35,0

    47,0

    67,3

    -

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    2000 2001 2002 2003 2004

    Rp t

    riliun

    -

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Konstruksi Real estate

    KPR dan KPA

    Total

    14,3%

    19,5%

    26,4%

    19,8%

    18,8%15,6%

    8,2%

    43,2%

    34,2%

    9,2%

    0,0%

    10,0%

    20,0%

    30,0%

    40,0%

    50,0%

    2000 2001 2002 2003 2004

    Total kredit

    Kredit properti

    Prospek Usaha

    Kebutuhan terhadap perumahan dan KPR masih cukup tinggi ...

    Kinerja keuangan Bank BTN yang secara konsisten menunjukkan peningkatan, berpotensi untuk

    terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Selain karena masih besarnya kebutuhan masyarakat

    terhadap pembiayaan perumahan, turunnya tingkat suku bunga SBI yang diikuti dengan penurunan

    suku bunga perbankan menjadi pemicu bergairahnya kembali sektor properti khususnya perumahan.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), pada tahun 2004 lalu

    terjual sekitar 159.140 unit rumah melalui pembiayaan KPR dimana jumlah ini meningkat 18,3%

    dibanding tahun sebelumnya.

    ... terutama untuk segmen rumah paling bawah

    Peningkatan penjualan yang cukup tinggi tersebut didorong oleh meningkatnya penjualan rumah

    segmen paling bawah yaitu RS Subsidi dengan harga jual mencapai Rp 24,5 38,5 juta yang

    tumbuh sebesar 69,6% (naik 55.200 unit) dari tahun 2003. Pertumbuhan ini melampaui

    pertumbuhan rumah segmen lainnya seperti RS Non Subsidi-BTN (Rp 41,6 61,6 juta) 41.500

    unit, RS Non Subsidi-Swasta (Rp 67,8 150,2 juta) sebesar 46.800 unit, dan rumah menengah (Rp

    173,6 240,3 juta) 10.200 unit. Hal ini menyebabkan penjualan rumah segmen RS Subsidi

    mendominasi penjualan dengan porsi mencapai 34,7%. Porsi ini meningkat dari tahun sebelumnya

    sebesar 24,2%.

    Unit Penjualan Nilai Penjualan (Rp miliar)

    2002 2003 2004 2005P 2002 2003 2004 2005P

    Sumber : Pusat Studi Properti Indonesia, Januari 2005

    RS Subsidi 25,9 32,5 55,2 82,5 630,0 921,0 1.753,0 2.943,0

    RS Non Subsidi-BTN 48,1 47,0 41,5 43,9 2.002,0 2.040,0 2.141,0 2.513,0

    RS Non Subsidi-Swasta 35,0 42,2 46,8 48,5 2.361,0 3.168,0 4.046,0 4.775,0

    Rumah menengah 9,4 10,2 12,5 14,8 1.233,0 1.673,0 2.344,0 3.218,0

    Rumah besar 2,9 2,6 3,2 3,5 902,0 907,0 1.288,0 1.630,0

    Total 121,3 134,5 159,1 193,2 7.128,0 8.709,0 11.572,0 15.079,0

    Tabel 16. Volume dan Nilai Penjualan Rumah Nasional

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    16 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Proyeksi penjualan masih lebih rendah dari kebutuhan aktual perumahan

    Untuk tahun 2005 ini PSPI memproyeksikan pertumbuhan penjualan rumah sebesar 21,4% menjadi

    193.190 unit dengan peningkatan nilai transaksi 30,3% mencapai Rp 15,1 triliun. Namun

    pertumbuhan penjualan rumah ini nampak kecil jika melihat dari sisi permintaan, dimana

    pertumbuhan kebutuhan akan perumahan mencapai 800 ribu unit tiap tahun. Bahkan pada akhir

    tahun 2003 lalu berdasarkan data Biro Pusat Statistik, akumulasi permintaan perumahan mencapai

    5,9 juta unit.

    Tingkat persaingan masih cukup tinggi

    Dari sisi pembiayaan, dengan potensi pertumbuhan sektor perumahan semakin banyak bank yang

    mengucurkan kredit untuk KPR. Posisi kredit KPR (termasuk KPA atau Kredit Kepemilikan

    Apartemen) pada akhir tahun 2004 mencapai Rp 42,1 triliun yang berarti tumbuh pada CAGR

    26,8% jika dibandingkan posisi akhir tahun 1999 yang baru sebesar Rp 12,8 triliun. Sementara

    KPR Bank BTN untuk periode yang sama tumbuh pada CAGR 10,3% menjadi Rp 10,4 triliun.

    Karenanya pangsa pasar KPR Bank BTN mengalami penurunan dari 49,4% di tahun 1999 menjadi

    24,6% pada tahun 2003.

    Dalam penyaluran KPR, bank-bank saling bersaing untuk menurunkan suku bunga. Jika pada tahun

    2003 suku bunga KPR masih berada pada kisaran 13% - 16%, maka pada tahun 2004 telah turun

    menjadi 10% - 13%. Dalam hal ini Bank BTN tidak mengikuti tren pasar yang melakukan penurunan

    secara agresif tersebut. Jika pada tahun 2003 suku bunga KPR yang diberikan Bank BTN adalah

    sebesar 16,0% maka pada tahun 2004 Bank BTN menurunkannya menjadi 13,5% - 14,5%.

    Sementara pesaing-pesaing Bank BTN ada yang menurunkan suku bunga hingga 9% (sumber :

    PSPI).

    Gambar 6. Pangsa Pasar KPR Bank BTN Terhadap KPR Nasional*

    Sumber : Bank BTN, Bank Indonesia*) termasuk KPA

    6,3

    6,9

    7,2

    8,3

    9,0

    10,4

    49,4%

    43,2%

    36,4% 38,1%

    30,0%24,6%

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    1999 2000 2001 2002 2003 2004

    Rp triliun

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    KPR Bank BTN % Thd KPR Nasional

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 17

    Proyeksi Keuangan

    Peningkatan kinerja didorong tingginya kebutuhan kredit perumahan dan

    Kinerja keuangan Bank BTN ke depan berpotensi untuk terus meningkat seiring dengan masih

    tingginya kebutuhan terhadap pembiayaan perumahan ditambah lagi dengan relatif rendahnya

    suku bunga bank. Selain itu peningkatan kinerja juga akan dipacu oleh strategi Bank BTN dalam

    melaksanakan proses restrukturisasi internal guna memperbaiki struktur pendanaan dan efisiensi

    operasi agar lebih kompetitif dalam penyaluran kredit dan meningkatkan profitabiltas.

    Strategi penggalangan DPK lebih difokuskan pada perubahan funding mix

    Selama periode 2005-2012, DPK Bank diproyeksikan tidak mengalami perubahan secara signifikan

    dari sisi total nilai. Kegiatan usaha Bank akan difokuskan kepada perubahan deposit mix untuk

    menurunkan konsentrasi dana mahal deposito dan sebaliknya menaikkan penghimpunan dana

    murah giro dan tabungan. Jika pada akhir tahun 2004, porsi giro dan tabungan adalah sekitar

    40,5% maka di akhir 2012 ditargetkan mencapai 62,0% terhadap total DPK.

    Memanfaatkan pasar modal guna memperoleh dana jangka panjang

    Lebih jauh, Bank BTN memanfaatkan akses pendanaan pasar modal yang dimilikinya untuk

    penerbitan obligasi. Selain untuk diversifikasi sumber pendanaan bagi penyaluran kredit, hal ini

    dapat mengurangi resiko maturity mismatch sehubungan dengan profil umur aktiva KPR yang

    berjangka panjang. Penerbitan obligasi subordinasi juga dilakukan membantu bank untuk menjaga

    kecukupan modalnya.

    Kredit akan terus mengambil porsi yang signifikan di dalam aktiva produktif

    Aktiva produktif juga diproyeksikan akan tumbuh secara moderat hingga tahun 2012. Namun

    komposisinya diharapkan akan berubah secara signifikan melalui peningkatan kredit yang disalurkan

    yang secara bertahap akan menggantikan obligasi pemerintah yang jatuh tempo ataupun dijual ke

    pasar sekunder. Total kredit yang disalurkan secara bruto diproyeksikan tumbuh pada CAGR 12,8%

    dengan kualitas yang terjaga melalui manajemen resiko yang baik dan pembentukan pencadangan

    kredit yang mencukupi. Secara khusus kredit KPR masih akan mendominasi penyaluran kredit,

    namun porsi KPR bersubsidi diharapkan turun.

    Pendapatan bunga bersih diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 6,5% sampai dengan

    tahun 2012

    Di tahun-tahun selanjutnya hingga 2012, asset yield diperkirakan relatif stabil dikarenakan ketatnya

    persaingan dalam penyaluran kredit di antara perbankan khususnya untuk KPR. Namun melalui

    perubahan deposit mix, Bank BTN diharapkan dapat mengendalikan kenaikan cost of fund. Cost of

    fund sampai dengan tahun 2012 diproyeksikan berkisar antara 6,4 - 6,6%. Karenanya, NIM Bank

    BTN diproyeksikan meningkat secara konsisten dari 5,1% di tahun 2005 menjadi 5,8% di tahun

    2012. Seiring dengannya, pendapatan bunga bersih diproyeksikan meningkat pada CAGR 6,5%.

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    18 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tabel Proyeksi Neraca(dalam Rp miliar) 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P

    Sumber : Estimasi AAA Sekuritas

    Kas 66,7 76,9 81,5 87,1 93,9 105,4 113,7 122,3 131,4

    Giro pada Bank Indonesia 1.499,9 1.461,1 1.409,6 1.460,1 1.502,8 1.611,0 1.732,0 1.856,9 1.989,7

    Penempatan Antar Bank - Bersih 40,1 493,3 566,2 588,4 585,7 558,8 523,6 418,5 268,5

    Surat Berharga - Bersih 1.468,6 1.542,5 1.744,2 1.588,4 1.111,7 1.054,0 986,7 998,2 1.083,6

    Obligasi Pemerintah 10.959,3 9.959,3 9.059,3 8.559,3 8.109,3 7.259,3 6.859,3 5.909,3 3.609,3

    Kredit - Bersih 11.981,4 13.349,2 14.831,2 16.564,2 18.770,7 21.309,3 23.934,2 27.142,5 31.874,0

    Kredit KPR 10.368,4 10.759,7 11.450,8 12.754,2 14.451,3 16.487,3 18.519,4 20.996,4 24.622,8

    Kredit Non KPR 2.240,6 3.094,9 3.957,3 4.464,1 5.058,1 5.653,5 6.350,3 7.199,7 8.443,1

    Pencadangan Kredit (627,6) (505,4) (576,9) (654,1) (738,7) (831,4) (935,5) (1.053,5) (1.192,0)

    Aktiva Tetap - Bersih 339,7 342,6 342,2 344,3 349,8 362,8 376,0 389,1 401,8

    Aktiva Lain-lain 387,4 352,5 311,9 255,5 259,2 262,1 266,0 269,9 274,2

    Total Aktiva 26.743,1 27.577,4 28.346,1 29.447,4 30.783,0 32.522,8 34.791,5 37.106,6 39.632,6

    Dana Pihak Ketiga 18.570,0 18.922,8 19.085,5 19.476,8 20.076,7 21.602,5 23.306,9 25.066,6 26.936,6

    Giro 1.488,0 1.018,2 1.042,0 1.077,7 1.102,1 1.131,6 1.161,6 1.191,8 1.222,1

    Tabungan 6.035,8 8.241,7 8.688,5 9.250,3 9.930,6 11.110,9 12.446,6 13.880,1 15.446,2

    Deposito 11.046,1 9.662,9 9.355,1 9.148,8 9.044,0 9.360,0 9.698,7 9.994,7 10.268,3

    Pinjaman Diterima 4.400,9 3.198,1 2.917,9 2.700,1 2.484,8 2.152,6 2.152,6 2.152,6 2.152,6

    Surat Berharga 1.490,1 2.240,1 2.990,1 3.740,1 4.490,1 4.740,1 4.990,1 5.190,1 5.390,1

    Kewajiban lain-lain 1.070,0 2.094,5 2.156,5 2.294,7 2.420,6 2.606,3 2.775,2 2.955,2 3.174,3

    Total Kewajiban 25.530,9 26.455,5 27.150,0 28.211,7 29.472,2 31.101,5 33.224,8 35.364,4 37.653,5

    Total Ekuitas 1.212,2 1.121,9 1.196,1 1.235,7 1.310,8 1.421,4 1.566,7 1.742,2 1.979,1

    Total Pasiva 26.743,1 27.577,4 28.346,1 29.447,4 30.783,0 32.522,8 34.791,5 37.106,6 39.632,6

    PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tabel Proyeksi Laba Rugi(dalam Rp miliar) 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P

    Sumber : Estimasi AAA Sekuritas

    Pendapatan Bunga 2.841,5 2.921,3 2.991,1 3.049,6 3.225,2 3.429,3 3.664,8 3.923,9 4.244,4

    Beban Bunga (1.564,4) (1.610,3) (1.600,0) (1.639,9) (1.737,3) (1.827,5) (1.921,4) (2.025,4) (2.129,2)

    Pendapatan Bunga Bersih 1.277,1 1.311,0 1.391,1 1.409,7 1.487,9 1.601,8 1.743,5 1.898,4 2.115,2

    Pendapatan Operasional Lainnya 138,2 133,9 138,3 141,6 148,1 160,0 172,2 184,9 199,0

    Penyisihan Aktiva Produktif 117,4 (98,0) (110,3) (123,1) (139,6) (157,6) (178,1) (201,9) (236,7)

    Beban Operasional Lainnya (1.055,0) (1.164,7) (1.193,5) (1.223,4) (1.254,5) (1.287,2) (1.321,1) (1.356,1) (1.392,3)

    Beban Operasional Bersih (799,4) (1.128,8) (1.165,5) (1.204,8) (1.246,0) (1.284,8) (1.327,0) (1.373,1) (1.430,0)

    Laba Operasional 477,7 182,2 225,6 204,9 241,9 317,0 416,5 525,4 685,2

    Pendapatan Non Operasional Bersih 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1 3,1

    Laba Sebelum Pajak 480,8 185,3 228,7 208,0 245,0 320,1 419,6 528,5 688,2

    Taksiran Pajak Penghasilan (110,7) (55,6) (68,6) (62,4) (73,5) (96,0) (125,9) (158,5) (206,5)

    Laba Bersih 370,1 129,7 160,1 145,6 171,5 224,1 293,7 369,9 481,8

  • 22 Maret 2005

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 19

    PT Bank Tabungan Negara (Persero)Rasio Keuangan(dalam %) 2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P

    Sumber : Estimasi AAA Sekuritas

    CAR 16,6% 13,1% 11,9% 12,0% 11,7% 11,8% 12,1% 12,5% 12,7%

    NIM 5,3% 5,1% 5,3% 5,2% 5,2% 5,3% 5,4% 5,5% 5,8%

    LDR 67,9% 73,2% 80,7% 88,4% 97,2% 102,5% 106,7% 112,5% 122,8%

    ROAA 1,8% 0,5% 0,6% 0,5% 0,6% 0,7% 0,9% 1,0% 1,3%

    ROAE 40,9% 11,1% 13,8% 12,0% 13,5% 16,4% 19,7% 22,4% 25,9%

    PT Bank Tabungan Negara (Persero)Asumsi Penting

    2004A 2005P 2006P 2007P 2008P 2009P 2010P 2011P 2012P

    Sumber : Estimasi AAA Sekuritas

    Pertumbuhan DPK (%) -3,0% 1,9% 0,9% 2,1% 3,1% 7,6% 7,9% 7,5% 7,5%

    Pertumbuhan Kredit (%) 13,0% 9,9% 11,2% 11,7% 13,3% 13,5% 12,3% 13,4% 17,3%

    NPL/Total Kredit (%) 3,2% 4,3% 4,4% 4,4% 4,5% 4,5% 4,5% 4,5% 4,5%

    Asumsi Rata-rata SBI 1 Bulan 7,9% 8,0% 7,5% 6,5% 6,5% 6,5% 6,5% 6,5% 6,5%

    Asumsi IDR/USD 9.270 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000

    Rata-rata Assets Yield (%) 11,4% 11,5% 11,4% 11,1% 11,3% 11,4% 11,4% 11,4% 11,5%

    Rata-rata Cost of Fund (%) 6,4% 6,6% 6,5% 6,4% 6,6% 6,6% 6,5% 6,4% 6,4%

    Spread Bunga (%) 5,0% 4,9% 4,9% 4,7% 4,7% 4,8% 4,9% 5,0% 5,2%

  • PT Bank Tabungan Negara (Persero) 22 Maret 2005

    20 PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    Disclaimer : The information contained herein has been compiled from sources that we believe to be reliable.No warranty (express or implied) is made to theaccuracy or completeness of the information.All opinions and estimates included in this report constitute our judgement as of this date, without regards to its fairness,and are subject to change without notice.This document has been prepared for general information only, without regards to the specific objectives, financial situationand needs of any particular person who may receive it. No responsibility or liability whatsoever or howsoever arising is accepted in relation to the contents hereofby any company mentioned herein, or any their respective directors, officers or employees.This document is not an offer to sell or a solicitation to buy anysecurities.This firms and its affiliates and their officers and employees may have a position, make markets, act as principal or engage in transaction in securities orrelated investments of any company mentioned herein, may perform services for or solicit business from any company mentioned herein, and may have actedupon or used any of the recommendations herein before they have been provided to you. Available only to person having professional experience in mattersrelating to investments. PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas 2005.

    General :+62-21-5152640 Fixed Income Dealing :+62-21-5153747 Investment Banking : +62-21-5155415

    26/F Artha Graha BuildingJalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53

    Jakarta 12190, IndonesiaFacsimile:+62-21-5152644

    E-mail: [email protected]

    PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas

    (Member of Jakarta Stock Exchange and Surabaya Stock Exchange)