bsc di sektor publik - tesis

Upload: fickysusilowahyuapriyanto

Post on 05-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Periode 1990-an akan dikenang sebagai periode berlangsungnya reformasi sektor publik di berbagai Negara. Orientasi pada stakeholder penerima layanan, basis kinerja, perubahan metode akuntansi, dan beberapa best practices lain dari sektor privat menjadi hal-hal yang mudah kita temui dalam literatur-literatur yang membahas reformasi tersebut. Kesemuanya bermuara pada sebuah paradigma yang dikenal sebagai New Public Management (NPM). Terkait dengan definisi NPM, Djamhuri (2009) merumuskan bahwa NPM pada dasarnya bukan merupakan istilah yang mono-interpretatif, dalam arti bahwa NPM merupakan sebuah istilah yang fleksibel yang dapat mencakup setiap inisiatif yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara dalam mengubah sektor publik untuk menjadi lebih berorientasi pasar. Namun demikian, Djamhuri (2009) menutup uraian mengenai definisi NPM ini dengan mengutip Siddiquee (2006) yang menyebutkan bahwa esensi dari NPM adalah penerapan nilai-nilai dan alat-alat manajemen di sektor swasta ke ranah publik. Uraian ini selaras dengan Bach dan Bodogna (2011) yang menyebutkan bahwa perbaikan kinerja sektor publik harus dilakukan dengan mengurangi atau bahkan menghapus perbedaan antara sektor publik dan sektor swasta. Implikasinya, sektor publik ditantang untuk memenuhi harapan berbagai kelompok stakeholder yang mengharuskannya untuk bertindak profesional sebagaimana yang dilakukan oleh sektor privat. Dari sinilah kemudian muncul kesadaran akan pentingnya manajemen strategis di sektor publik. Joyce (1999) merumuskan bahwa sebagai organisasi yang memiliki tujuan, organisasi sektor publik memerlukan rencana strategis yang dirinci dalam program-program dan kegiatan-kegiatan yang dapat bersinergi untuk mewujudkan tujuan tersebut. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi adopsi tools manajemen strategis sektor privat ke dalam wilayah sektor publik, salah satu contoh yang kemudian menjadi masif adalah Balanced Scorecard (BSC). Sebagaimana diketahui, pada periode yang sama dengan berlangsungnya reformasi sektor publik, Robert D. Kaplan dan David S. Norton mengembangkan pendekatan penilaian kinerja yang berbasis keseimbangan antara faktor-faktor keuangan dan non keuangan. Keselarasan antara basis pengembangan BSC dan orientasi reformasi sektor publik inilah yang kemudian menjadi dasar munculnya hasil-hasil penelitian yang merumuskan bahwa BSC akan menjadi alat yang bermanfaat bagi institusi sektor publik. Hal tersebut ditegaskan sendiri oleh Kaplan (1999) yang menyebutkan bahwa meskipun BSC pada awalnya diterapkan pada sektor privat, pengembangannya di sektor publik memiliki potensi yang bahkan lebih besar. Pembuktian akan efektivitas penerapan BSC di sektor publik setidaknya akan kita temukan pada penelitian Kloot dan Martin (2000) di Australia, Chan (2004) di Amerika Serikat dan Kanada, serta Kasperkaya (2008) di Spanyol. Di Indonesia, adopsi BSC sebagai pendekatan pengukuran kinerja juga telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan beberapa institusi pendidikan tinggi negeri. Instansi pemerintah lainnya yang juga mengadopsi BSC adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yang menggunakan BSC untuk menetapkan tujuan-tujuan strategisnya. Adopsi ini telah dilakukan BPKP pada penyusunan revisi Rencana Strategis (Renstra) BPKP tahun 2006-2010 dan Renstra BPKP tahun 2010-2014.Lebih jauh, kedua dokumen ini sendiri bagi BPKP merupakan tonggak dijalankannya proses reposisi dan revitalisasi fungsi dan peran BPKP sebagai auditor internal pemerintah. Hal tersebut ini merupakan amanat paket Undang-Undang Keuangan Negara (UU KN) beserta peraturan operasionalnya, utamanya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal pemerintah (SPIP). PP tersebut yang memberikan mandat kepada BPKP untuk:1. Melakukan pengawasan internal terhadap akuntabilitas keuangan Negara sebagaimana diuraikan pada pasal 49 ayat 2 PP SPIP.2. Melakukan reviu ata

TRANSCRIPT

Slide 1

Balanced Scorecard sebagai Strategic Tools dalam Transformasi Auditor Internal PemerintaholehFicky Susilo Wahyu Apriyanto136020300111038

Presentasi dalam Sidang Komisi Persiapan Proposal TesisSenin, 16 Maret 2015Latar BelakangCelah Riset?Motivasi PenelitianPada Semester I Tahun 2014, BPK memberikan opini WDP atas LKPP Tahun 2013 atau sama dengan opini Tahun 2012, 2011, 2010, dan 2009. Sebelum Tahun 2009, selama lima tahun berturut-turut BPK memberikan opini TMP atau disclaimer opinion atas LKPP. Opini WDP diberikan terhadap LKPP Tahun 2013 karena BPK masih menemukan permasalahan yang merupakan bagian dari kelemahan sistem pengendalian intern pada 6.513 kejadianRumusan Masalah dan Pertanyaan RisetBagaimana proses adaptasi Balanced Scorecard sebagai strategic tools dilakukan oleh BPKP?Mengapa penerapan Balanced Scorecard sebagai strategic tools di BPKP tidak menghasilkan output dan outcome yang optimal?Apakah fokus utama yang seharusnya diperhatikan dalam proses adaptasi Balanced Scorecard sebagai strategic tools institusi sektor publik?TujuanPemahaman mengenai bagaimana seharusnya adaptasi penerapan Balanced Scorecard dilakukan oleh institusi sektor publik

KontribusiLiteratur adaptasi BSC di Sektor PublikGambaran perubahan fungsi dan peran auditor internal pemerintah

Rencana Tinjauan Literatur & MetodologiUraian transformasi BSC dari alat ukur kinerja menjadi alat strategiTeori perubahan organisasi

Pendekatan Kualitatif DeskriptifAnalisis data dengan model Qualitative Data Analysis (Miles dan Huberman, 1986)