bromo report

Upload: galih-zoya-manggala-putra

Post on 02-Mar-2016

39 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan fieldtrip bromo

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangGeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi. Kajian pembelajaran geologi meliputi struktur, komposisi, sejarah, dan proses-proses yang mengenai bumi hingga bumi terbentuk hingga saat ini. Dalam mempelajarinya, geologi tidak lepas dari beberapa sub-ilmu yang saling melengkapi. Salah satunya adalah vulkanologi. Vulkanologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gunung api. Hal yang dipelajari dari vulkanologi antara lain proses pembentukan gunung api, jenis-jenis gunungapi, proses erupsi dan hal yang terkait. Geologi dan sub-ilmu lainya merupakan ilmu terapan yang diaplikasikan di alam. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran tentang identifikasi fenomena secara langsung yang berkaitan dengan geologi ataupun vulkanologi.Dalam mencapai tujuan tersebut maka perlu diadakan suatu pembelajaran diluar kelas yang kita sebut dengan fieldtrip. Pada kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan ilmu-ilmu yang didapat saat pembeljaran dikelas. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ilmu geologi dan vulkanologi merupakan ilmu terapan. Kegiatan fieldtrip kali ini difokuskan pada fenomena-fenomena mengenai Gunung Bromo. Gunung Bromo merupakan salah satu gunungapi yang terletak di Jawa Timur. Gunung api adalah bangun timbunan rempah vulkanik yang menumpuk di sekitar tempat keluarnya rempah vulkanik tersebut. Gunung Bromo merupakan Gunungapi yang di kelilingi kaldera yang sangat luas, namun karena kaldera tersebut memiliki litologi dengan porositas tinggi maka kaldera tersebut tidak terisi oleh air. Selain Gunung Bromo masih ada Gunung Tengger, dan Gunung Batok dengan litologi scoria. Mahasiswa diharapkan mampu menghubungkan fenomena-fenomena yang ada pada ketiga gunung api tersebut, dalam kaitanya dengan vulknaologi. Kegiatan ini adalah study wisata yang merupakan kegiatan akademik yang mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik mengenai vulkanologi dengan kemasan acara yang menyenangkan, sebab juga disertai dengan rekreasi sebelum menghadapi Ujian Akhir (UAS) yang akan dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 2013 18 Januari 2013.

1.2. Maksud dan Tujuan1.2.1. Maksud FieldtripMaksud dari kegiatan fieldtrip kali ini adalah mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang diberikan pada pembelajaran di kelas. Khususnya, mahasiswa mampu mengidentifikasi fenomena-fenomena yang ditemukan ketika fieldtrip. Mahasiswa juga dituntut untuk berpikir secara kritis untuk menganalisa proses-proses yang membentuk morfologi gunung api hingga terbentuk seperti saat ini.1.2.2. Tujuan FieldtripTujuan dari kegiatan fieldtrip kali ini adalah mahasiswa mampu mengaitkan fenomena-fenomena yang dijumpai pada gunung api, dan menafsirkan proses pembentukan gunung api tersebut berdasarkan litologinya dan morfologinya.

1.3. Metode PenelitianPada acara fieldtrip kali ini metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan langsung terhadap Gunung Bromo, Gunung Tengger, dan Gunung Batok. Pengamtan langsung tersebut didasarkan pada morfologi gunungapi tersebut, dan litologi yang ditemukan ketika fieldtrip. Litologi yang ditemukan biasanya memiliki sudut kemiringan tertentu. Pengamatan langsung juga dilakukan pada litologi yang ditemukan pada pasir berbisik dimana dijumpai scoria dengan terdapat sisipan endapan piroklastik. Selanjutnya memasuki tahap pengerjaan laporan reportase hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan.

1.4. Lokasi dan Kesampaian DaerahLokasi tujuan filedtrip vukanologi pada tanggal 28 Desember 2013 30 Desember 2013 adalah di Kaldera Tengger, Gunung Bromo dan Bathok. Lokasi tersebut terletak diantara Kab. Pasuruan dan Kab. Probolinggo dengan kordinat lokasi 75630LU 112570BT. Mahasiswa menuju lokasi pengamatan dengan menggunakan bus. Sebelumnya mahasiswa berkumpul di depan Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada untuk dilakukan briefing pada pukul 07.00 WIB. Kemudian sekitar pukul 07.30 WIB mahasiswa berangkat. Setelah melakuka sekitar empat jam perjalanan mahasiswa melakukan ishoma didaerah Ngawi. Ishoma dilakukan sekitar setengah jam. Setelah ishoma dilakukan perjalanan kembali menuju Desa Tengger. Perjalanan sempat mengalami gangguan akibat adanya kecelakan antara minibus dan bus yang menewaskan 18 orang. Perjalanan menuju probolonggi harus memakan waktu lebih, sehingga bus mengalami keterlambatan sekitar empat jam. Setelah sampai di kawasan terminal kaki Kaldera Tengger yaitu sekitar pukul 22.45 WIB, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan lokal berupa mobil dengan kapasitas penumpang sekitar 12-15 orang. Perjalanan menggunakan angkutan lokal tersebut dilakukan selama 30 45 menit dan menyusuri jalan yang berkelok dan menanjak. Pemberhentian perjalanan ini terletak di lokasi penginapan sementara yang terdiri atas 14 rumah dengan kapasitas setiap rumah sekitar 10-12 orang. Peseta fieldtrip dan dosen pembimbing sampai di penginapan pada pukul 23.40 WIB. Kesan pertama ketika sampai di Kawasan Gunung Bromo adalah pada keindahan daerah dan dinginnya suhu di daerah tersebut yang mencapai 3-20 C. Setelah sampai di lokasi penginapan maka seluruh peserta fieldtrip beristirahat dan melepas penat selama perjalananSetelah beristirahat, sekitar pukul 09.00 WIB mahasiswa menuju Gunung Tengger dengan menggunakan JEEP dan melakukan pengamatan. Kegiatan pengamatan dilakukan ssampai pukul 12.20 WIB meliputi Gunung Tengger, Gunung Batok, Gunung Bromo, dan Pasir Berbisik. Setelah melakukan pengamatan mahasiswa diberikan waktu bebas sekitar satu jam. Rombongan meninggalkan tempat tersebut sekitar pukul 13.30. Sesampainya di penginapan rombongan langsung meninggalkan Desa Tengger menggunakan ELF menuju Panajakan. Dilanjutkan dengan perjalanan menuju Yogyakarta menggunakan bus sekitar pukul 16.00 WIB. Rombongan fieldtrip vulkanologi tiba di Kampus Teknik Universitas Gadjah Mada sekitar pukul 04.00 WIB pada tanggal 30 Desember 2013

BAB IIPEMBAHASAN

Pengamatan ini dilakukan di 3 lokasi pengamatan yang terdiri atas savana kaldera Tengger, lanjut ke Pasir Berbisik, dan terakhir di Gunung Bathok. Pengamatan dan penjelasan disampaikan oleh Bapak Ir.Bambang Wijaya dan Bapak Aryo yang yang merupakan sarjana S2 dan akan segera menempuh jenjang S3 ti Jepang nantinya. Daerah tujuan fieldtrip adalah Gunung Bromo dan Gunung Bathok yang terletak dalam kaldera Tengger. Kawasan wisata Gunung Bromo terdiri atas bukit bukit yang bergelombang dengan kelerengan yang landai curam. Bagian lereng lereng bukit banyak digunakan oleh warga sebagai lahan perkebunan dan pertanian seperti untuk tanaman kubis, bawang prei, tomat dan sebagainya. Daerah yang berelevasi tinggi dengan suhu lingkungan yang dingin (rendah) memungkinkan tanaman perkebunan tersebut dapat tumbuh dengan subur. Pada kawasan Wisata Gunung Bromo terdapat 4 buah danau (ranu) masing-masing : Ranu Pani (1 ha), Ranu Regulo (0,75 ha), Ranu Kumbolo (14 ha) dan Ranu darungan (0,5 ha). Suhu udara dikawasan tersebut berkisar antara 3 - 20 C dengan curah hujan rata-rata 6.604 mm/tahunPada Kaldera Tengger terdapat lautan pasir dengan luas mencapai 100 km dan tersusun atas endapan pasir lepas hasil erupsi. Komplek ini diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Kaldera Tengger ini dimanfaatkan sebagai objek wisata yang sangat menarik dimana wisatawan dapat menjelajah seluruh area wisata dengan menggunakan jeep dengan biaya sekitar Rp 350.000 Rp 400.000, selain itu wisatawan juga dapat menunggang kuda yang telah dipersiapkan sebagai wahana rekreasi dengan biayan sekitar Rp 100.000 Rp 150.000. Pada Kaldera tersebut juga sering tampak adanya pusaran angin kecil akibat adanya perbedaan tekanan udara yang mengangkat dan menerbangkan pasir pasir lepas. Gunung Bromo merupakan gunungapi tipe cinder cone yang berada di dalam kaldera Tengger dengan tipe letusan umumnya adalah Strombolian. Letusan Bromo bersifat ledakan dengan melontarkan bom gunungapi, lapili, pasir, dan abu dan merupakan salah satu gunung berapi yang masih aktif dengan status siaga. Gunung Bromo merupakan gunung paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Gunung Bromo sendiri memiliki ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut dan terletak dalam empat wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo mempunyai sebuah kaldera dengan garis tengah 800 meter (utara-selatan) dan 600 meter (timur-barat).Kawasan Kaldera Tengger memiliki siklus hidrologi yang kurang baik dimana tersusun atas batuan yang bersifat porous, sehingga pada musim kemarau, persediaan air hampir tidak tersedia atau bahkan benar-benar kering. Hal ini dikarenakan air telah menggenangi semua permukaan tanah selama musim hujan menghilang dengan cepat dengan menembus lapisan bawah tanah. Persediaan air dalam tanah hanya di dapat dari air hujan, yang juga mengalir di antara gunung-gunung batu. Meskipun pada musim hujan, sungai di daerah batu vulkanik penuh, tapi begitu musim kemarau tiba, semuanya akan mengering. Air yang dihasilkan dari air hujan yang jatuh di kawasan ini akan dapat langsung mengalami perkolasi dan dapat bercampur dengan volatile volatile hasil aktivitas vulkanisme dan menghasilkan erupsi freatik. Berikut adalah penjelasan tiap stasiun pengamatan:2.1. Savana Kaldera Tengger

Gambar 1. Savana kaldera TenggerDaerah ini terbentuk setelah adanya letusan eksplosif dari Gunung Tengger pada dulunya yang menyebabkan dapur magmanya menjadi kosong sehingga terjadi colapse dan terbentuklah kaldera. Letusan eksplosif ini sangat kuat yang di tandai dengan ditemukannya material vulkanik asal Gunung Tengger di daerah Selat Malaka. Didalam kaldera, terjadi letusan lanjutan yang berkelanjutan yang membentuk Gunung Bromo dan Gunung Batok. Pada dinding kaldera yang berada di depan Savana ini, ditemukannya sejenis perlapisan yang tidak menerus. Dan jika diteliti lebih lanjut, itu merupakan lava yang berwujud kekar tiang. Kekar tiang terbentuk pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Semakin tinggi suhu maka kekar tiangnya akan semakin ramping sedangkan semakin rendah suhunya maka kekar tiang akan semakin lebar antar sisi sekatnya.

Warna hitam merupakan lava columnar jointPada kaldera ini ditemukan:Gumuk, yang merupakan bentukan berupa gundukan gundukan material hasil erupsi gunungapi, bukan aktivitas sekunder yang berupa erosi dan sedimentasi. Disini terlihat gumuk yang material penyusunnya adalah material piroklastik dan scoria seperti pada savana ini. Gumuk gunungapi harus memiliki nilai stratigrafi yang penting dan dapat dipetakan pada peta skala 1 : 50.000 atau lebih besar.Khuluk, merupakan satuan dasar stratigrafi gunungapi yang dihasilkan oleh satu atau lebih titik pusat erupsi dan memiliki nilai stratigrafi yang penting dan dapat dipetakan pada peta skala 1 : 50.000 atau lebih besar. Padda daerah ini yang termasuk khuluk adalah Gunung Bromo dan Gunung Batok.Bregada, yang merupakan satuan stratigrafi gunungapi yang mencakup sebaran endapan/batuan gunungapi hasil letusan yang terdiri dari dua atau lebih Khuluk gunungapi atau yang berhubungan dengan pembentukan Kaldera. Bregada gunungapi selalu mempunyai Khuluk gunungapi dan harus mempunyai nilai stratigrafi /geologi yang penting dan lazimnya dapat dipetakan dengan skala 1 : 100.000 atau lebih besar. Pada daerah ini yang termasuk bergada nya adalah si Gunung Tengger nya itu sendiri karena tersusun oleh beberapa khuluk yaitu Bromo dan Batok.Thalus, yang merupakan bentukan hasil longsoran material dari bukit atau lereng yang tersusun atas material lepas lepas. Pada lokasi pengamatan, thalus tersebut merupakan endapan koluvial.Scoria cone , yang merupakan bentukan setengah bola yang tersusun atas material lepas lepas berupa Scoria. Bentukan ini khas dengan morfologi yang menyerupai bentukan yang dihasilkan oleh pasir yang dijatuhkan (seperti bentukan tumpukan pasir pada Jam pasir) dengan sudut jatuh sekitar 35-40.2.2. Pasir BerbisikLokasi pengamatan pasir berbisik ini terletak pada koordinat 49M 0717233 9122033. Daerah ini merupakan singkapan berupa bongkah batuan beku berupa skoria, yang bersifat intrusif. Yang mana sebelumnya pada kaldera terendapkan material piroklastik, kemudian lava dari Gunung Bromo keluar melalui daerah samping gunung yang dapat berupa rongga atau rekahan, sehingga seolah-olah membobol menembus lapisan piroklastik. Bukti dari interpretasi ini adalah bahwa di atas skoria tersebut terdapat lapisan-lapisan hasil endapan piroklastik yang mengalami kompaksi akibat terkena suhu yang sangat tinggi dari intrusi lava pada daerah tersebut.Lava yang menjadi bahan dasar skoria tersebut memiliki kandungan gas yang banyak dan kandungannya bersifat basalt. Hal ini dapat dilihat dari lubang-lubang pada skoria. Pada beberapa tempat terlihat bahwa terdapat gas yang sangat banyak dilihat dari batuannya yang membentuk rongga rongga udara yang sangat banyak. Di singkapan lain, ditemukan bahwa gelembung gasnya seolah mengalami pensejajaran, dilihat dari lubang-lubang skoria yang pipih dan seperti berorientasi pada arah tertentu yang menandakan dia mendapat tekanan dari arah atasnya sebagai bentuk akibat intrusinya tersebut. Lapukan dari skoria ini berwarna merah kekuningan. Merah diakibatkan dari kandungan besinya yang telah mengalamai oksidasi, sedangkan kuning kemungkinan dari kandungan sulfurnya. Skoria ini merupakan produk setelah terjadinya colapse pada Gunung Tengger.

2.3. Gunung Bathok

Gunung Bromo (kiri) dan Gunung Batok (kanan) berdampingan

Gunung Batok ini terletak pada koordinat 49M 0715108 9122908. Morfologi Gunung Bathok yang nampak memiliki bentuk seperti kerucut yang simetris dengan bagian puncaknya yang cenderung datar, serta terdapat torehan torehan sistematis pada badan gunung dengan bentukan radier merupakan bukti bahwa batuan dasar gunung ini adalah batuan fragmental. Gunung Batok ini merupakan sebuah scoria cone yang bentuknya cukup ideal. Sudut-sudut tiap sisi lerengnya hampir sama.Terdapat radier yang lurus, tidak seperti gunung-gunung lainnya yang berada di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena batuan penyusun Gunung Batok adalah batuan yang bersifat fragmental. Lapukan batuannya berwarna merah diakibatkan oleh proses oksidasi. Apabila batuan penyusun bersifat masif, maka bentukan morfologinya adalah tinggian dengan lerengnya curam dan berelief kasar. Sebenarnya Gunung Bromo memiliki kemiripan dengan Gunung Bathok ini, hanya saja Gunung Bromo masih aktiv dan terjadi penambahan material gunung api yang masih terus berlangsung sehingga menghasilkan morfologi yang berbeda.

BAB IIIKESIMPULAN

Dari pelaksanaan fieldtrip kali ini di dapat kesimpulan bahwa:1. Lokasi fieldtrip berada di Kaldera Tengger, Gunung Bromo dan Gunung Bathok yang terletak di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo dengan koordinat lokasi 75630LU112570BT.2. Kaldera Tengger masuk dalam jenis strato vulkano. Dalam Kaldera Tengger terdapat Gunung Bromo, Gunung Bathok, Savana, Pasir berbisik dan pada bagian pinggir terdapat Gunung Semeru. Selain itu juga ditemukan adanya morfologi Talus (kolovial). 3. Kaldera Tengger terbentuk karena collapsenya kerucut Gunung Tengger. Tipe erupsi Gunung Tengger adalah eksplosif dan effusive.4. Kawasan Kaldera Tengger dimana tersusun atas batuan yang bersifat porous, sehingga air yang telah menggenangi semua permukaan tanah selama musim hujan menghilang dengan cepat dengan menembus lapisan bawah tanah.5. STA 1 berupa Savana karena suburnya daerah tersebut, sehingga ditumbuhi oleh tumbuhan liar.6. Pada STA 1 bisa diamati dinding dari Kaldera Tengger yang merupakan perlapisan lava. Selain itu terlihat juga adanya kekar tiang yang ketebalannya dipengaruhi oleh suhu dari lava tersebut, semakin tinggi suhu dari lava maka akan menghasilkan kekar tiang dengan ketebalan yang semakin pendek.7. STA 2 adalah daerah pasir berbisik. Pada STA ini bisa diamati batuan skoria yang bersifat intrusif. Skoria ini terbentuk setelah collapsenya Gunung Tengger.8. STA 3 adalah Gunung Bathok yang merupakan scoria cone yang ideal dengan sudut tiap sisi lerengnya yang hampir sama. Gunung Bathok disusun oleh batuan fragmental sehingga berbentuk radier halus.DAFTAR PUSTAKAhttp://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo (diakses pada tanggal 30 Desember 2013 pukul 08.12 WIB)Fieldtrip Vulkanologi Savana, Pasir Berbisik, dan Gunung Batok 28-29 Desember 2013.