branchless banking meningkatkan market share perbankan syariah

23
MENINGKATKAN PANGSA PASAR BANK SYARIAH DENGAN BRANCHLESS BANKING Kelompok Perbankan Syariah Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum ABSTRAK Program Branchless Banking merupakan salah satu program untuk tercapai financial inclusion. Program Branchless Banking dibeberapa negara barat dan timur tengah berhasil diterapkan dengan sukses. Namun, di Indonesia program baru hanya sekedar pilot project (proyek uji coba) dan hanya diterapkan perbankan konvensional. Pangsa pasar bank syariah relatif masih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi pangsa pasar perbankan ini, namun yang paling kami soroti ialah faktor layanan perbankan syariah yang masih rendah, kurang luasnya jangkauan, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap eksistensi perbankan syariah. Dalam tulisan ini, akan diuraikan analisis kekuatan atau kelebihan yang dimiliki branchless banking serta peluangnya di Indonesia. Analisis tersebut didasarkan pada pendapat para ahli dan hasil kajian pustaka. Kelebihan yang telah dianalisis akan diuraikan hubungan atau kemungkinan pengaruhnya terhadap pangsa pasar bank syariah. Terdapat beberapa kendala dalam menerapkan branchless banking diantaranya ialah kendala SDM, support IT, dan sosial masyarakat. Solusi yang ditawarkan di antaranya ialah mengadakan kerjasama dengan perusahaan IT seperti

Upload: universitas-islam-negeri-syarif-hidayatullah-jakarta

Post on 23-Jan-2017

1.006 views

Category:

Economy & Finance


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

MENINGKATKAN PANGSA PASAR BANK SYARIAH DENGAN BRANCHLESS BANKING

Kelompok Perbankan Syariah

Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum

ABSTRAK

Program Branchless Banking merupakan salah satu program untuk tercapai financial inclusion. Program Branchless Banking dibeberapa negara barat dan timur tengah berhasil diterapkan dengan sukses. Namun, di Indonesia program baru hanya sekedar pilot project (proyek uji coba) dan hanya diterapkan perbankan konvensional.

Pangsa pasar bank syariah relatif masih rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi pangsa pasar perbankan ini, namun yang paling kami soroti ialah faktor layanan perbankan syariah yang masih rendah, kurang luasnya jangkauan, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap eksistensi perbankan syariah.

Dalam tulisan ini, akan diuraikan analisis kekuatan atau kelebihan yang dimiliki branchless banking serta peluangnya di Indonesia. Analisis tersebut didasarkan pada pendapat para ahli dan hasil kajian pustaka. Kelebihan yang telah dianalisis akan diuraikan hubungan atau kemungkinan pengaruhnya terhadap pangsa pasar bank syariah.

Terdapat beberapa kendala dalam menerapkan branchless banking diantaranya ialah kendala SDM, support IT, dan sosial masyarakat. Solusi yang ditawarkan di antaranya ialah mengadakan kerjasama dengan perusahaan IT seperti telekomunikasi serta dengan masyarakat desa, dan optimalisasi pelayanan serta pelatihan intensif terhadap SDM bank syariah.

Kata kunci : Perbankan Syariah, Branchless Banking, Pangsa Pasar.

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan Survey Nasional Literasi Keuangan yang dilaksanakan OJK pada tahun 2013, tingkat pemanfaatan perbankan masih 57,3% dan sektor lainnya masih lebih rendah lagi. Hal ini membuktikan bahwa pemanfaatan jasa keuangan di dalam negeri yang masih belum optimal. Sehingga diperlukannya Laku Pandai (branchless banking) dalam proses kegiatan layanan perbankan dan/atau layanan keuangan lainnya yang ada di Indonesia. Sehingga pemanfaatan jasa keuangan sebelumnya di dalam negeri pun menjadi meningkat dan optimal.

Page 2: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Program ini diharapkan mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap perbankan terutama masyarakat pedesaan yang jauh dari kantor cabang bank. Pasalnya, branchless banking yang bisa diterapkan dengan menggunakan teknologi handphone dianggap sebagai cara yang amat mudah dikalangan masyarakat. Hal ini pun sesuai dengan tujuan program Laku Pandai (branchless banking), untuk melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa dan kawasan timur Indonesia. Laku Pandai menyediakan akses bagi masyarakat kecil untuk dapat melakukan transaksi keuangan khususnya perbankan di manapun berada. Jadi, Branchless banking diperlukan untuk meningkatkan proses kegiatan layanan perbankan dan layanan keuangan di Indonesia.

Di lain sisi di dalam proses pengembangan Laku Pandai (branchless banking) pada Bank Syariah di butuhkan market share dalam proses penyebar luasan mekanisme layanan yang telah dibuat dan diatur dengan sedemikian rupa. Hal ini di sebabkan, dalam proses pengembangan Laku Pandai (branchless banking) pada Bank Syariah akan berdampak pada market share (pangsa pasar). Hipotesa kami, branchless banking berpengaruh terhadap atau dapat meningkatkan market share Bank Syariah. Oleh karena itu kita perlu mengetahui dan mempelajari secara detail dan terperinci mengenai market share (pangsa pasar) itu sendiri.

Pangsa pasar (market share) adalah persentase pasar yang ditentukan dalam ukuran unit maupun revenue dan dihitung berdasarkan specific entity. Market share merupakan sebuah indikator tentang apa yang dilakukan sebuah perusahaan terhadap kompetitornya dengan dukungan perubahan-perubahan dalam sales. Sebagai data contoh yang nyata, Pangsa pasar menjelaskan penjualan perusahaan sebagai peresentase volume total penjualan dalam industri, market, ataupun produk.

Sebagai contoh dalam masalah yang di hadapi branchless banking pengamat perbankan dari UGM A Tony Prasetiantono mengatakan, masalah utama branchless banking yang masih belum terjawab ialah soal keagenan. Perbankan akan memiliki agen yang akan menjadi mitra yang berasal dari lembaga ekonomi semacam koperasi. Namun potensi masalahnya nanti bagaimana pihak agen dapat comply atau sesuai dengan standar aturan perbankan. Beberapa startegi yang perlu diperhatikan oleh agen branchless banking agar mampu menjadi mitra yang baik bagi bank syariah dengan branchless banking ialah sebagai berikut:

1. Strategi Promosi, menciptakan kepedulian konsumen terhadap produk (Product Awareness)

2. Strategi Produk, menciptakan minat dan kesuksesan terhadap produk (Product Attractiveness)

3. Strategi Harga; mendorong kesungguhan konsumen untuk membeli dengan menciptakan harga yang dapat diterima (Price Acceptable)

4. Strategi Tempat; menjamin ketersediaan produk di pasar (Product Available)

Page 3: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

5. Strategi Servis; menciptakan pengalaman yang baik bagi konsumen sesudah melakukan pembelian dan mempertahankan pelanggannya untuk tetap loyal (Service Experience)

Dengan memerhatikan startegi-strategi di atas, diharapkan untuk contoh permasalahan mengenai keagenan dalam proses penerapan branchless banking di Bank Syariah dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Branchless banking akan menciptakan agen hingga mampu memperluas agen, maka dengan tersebarnya agen bank syariah yang ber-branchless banking tersebut, pangsa pasar bank syariah yang masih berkisar di angka 4% akan dapat ditingkatkan.

2. LANDASAN TEORI

1. Branchless Banking

Branchless Banking adalah jaringan distribusi yang digunakan untuk memberi layanan finansial di luar kantor cabang melalui teknologi dan jaringan alternatif dengan biaya efektif, efisien, dan dalam kondisi yang aman dan nyaman.

Branchless banking merupakan salah satu program keuangan inklusif, maka penulis akan menyajikan teori keuangan inlusif sebagai karakteristik atau unsur dari program branchless banking.

2. Teori Keuangan Inklusif

Menurut Dr. Halim Alamsyah Deputi Gubernur Bank Indonesia (2014) dalam seminar financial inclusion, Keuangan Inklusif didefinisikan sebagai upaya yang bertujuan mengurangi segala bentuk hambatan yang bersifat harga maupun non harga terhadap akses masyarakat dalam memanfaatkan layanan jasa keuangan. Kebijakan tersebut perlu dilakukan secara nasional, melibatkan Kementrian, otoritas dan pihak terkait.

Menurut Dr. Hartadi A. Sarwono, MA dalam Wibowo (2013:16) Branchless Banking Modal Keuangan Inklusif. Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia. Secara Umum strategi nasional keuangan inklusif di berbagai negara termasuk Indonesia mencakup beberapa aspek, seperti :

Penyediaan produk dan jasa keuangan yang sesuai. Misalnya tabungan yang tidak habis oleh biaya administratif atau kredit yang bersifat harian atau mingguan.

Page 4: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Penyediaan infrastruktur sarana penyampaian jasa keuangan yang sesuai. Misalnya melalui penggunaan jasa pihak ketiga yang berada di sekitar masyarakat tersebut atau menggunakan jasa teknologi telekomunikasi.

Peningkatan perlindungan konsumen dan edukasi keuangan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat.

3. Teori Pembangunan untuk Rakyat

Dalam Wibowo (2013) Ginanjar Kartasasmita menyebutkan bahwa pembangunan dan kebijakan yang berorientasi serta berpihak pada kepentingan rakyat dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam bukunya Pembangunan untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan (1996). Pertumbuhan hanya akan berkesinambungan dalam jangka panjang jika sumber utamanya berasal dari rakyat sendiri, baik berupa produktifitas rakyat maupun dana yang dihimpun melalui tabungan rakyat. Makin tumbuh dan bekembang pembangunan yang berdasar pada daya rakyat sendiri, maka akan semakin kukuh pula kemandirian suatu bangsa. Kemandirian yang dibangun adalah dengan rasa percaya diri dan dalam keterbukaan pergaulan dengan bangsa lain, bukan dalam keterisolasian yang menyebabkan kemandegan (Kartawan, 2011).

4. Pemasaran

Dewasa ini, pemasaran mempunyai arti baru, yaitu pemuasan akan kebutuhan konsumen atau pelanggan. Suatu produk akan dapat dijual dengan mudah apabila bagian pemasaran suatu perusahaan dapat memahami kebutuhan konsumen, melakukan pengembangan produk, menetapkan harga yang sesuai, melakukan pendistribusian, dan kegiatan promosi dengan efektif. Untuk lebih jelas mengenai pemasaran, penulis mengutip beberapa pendapat dari pakar-pakar ekonomi.

Pengertian pemasaran menurut Philip Kotler (2001:100-110): “Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai”

5. Teori Pangsa Pasar

Definisi pangsa pasar menurut Sofyan Assauri (2001 : 95 ) adalah :“ Pangsa pasar merupakan besarnya bagian atau luasnya total pasar yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan dengan persentase“.

Pangsa pasar merupakan indikator dalam menentukan tingkat kekuatan pasar suatu perusahaan. Semakin tinggi pangsa pasar maka semakin tinggi pula kekuataan pasar yang dimilikinya.

Page 5: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

3. METODE ANALISIS

Penulis memperoleh data dari hasil wawancara yang dilakukan kepada empat akademisi, yang memiliki pemahaman mengenai masalah yang dibahas. Metode yang digunakan dalam tulisan ini ialah kualitatif, dengan tujuan untuk mengetahui nilai dan pandangan para akademisi yang dianggap memiliki pemahaman mengenai persoalan branchless banking dan pengaruhnya terhadap pangsa pasar bank syariah. Penulis juga melakukan kajian pustaka yang memusatkan perhatian pada isu-isu penting seputar branchless banking.

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Pangsa Pasar Perbankan Syariah Rendah

Sudah 23 tahun bank syariah beroperasi di Indonesia. Bermula pada tahun 1991, ketika itu bank syariah mulai muncul untuk bersaing dengan sistem yang selama ini menjadi satu-satunya pemain di ranah perbankan yaitu conventional system. Bank Umum Syariah (BUS) pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia yang didirikan pada tanggal 24 Rabiul Akhir 1412 H atau 1 November 1991 dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Pendirian Bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Pendirian BUS pertama diikuti dengan pendirian 9 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Namun bank syariah sendiri baru diatur secara formal sejak diamandemen UU No 7 tahun 1992 dengan UU No 10 tahun 1998 dan UU No 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Kemudian disahkan Undang-undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Sejak saat itu mulailah Bank Syariah berkembang dengan pesatnya. (Kashmir, 2009:188)1

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia sampai saat ini pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia sangatlah baik. Bank Umum Syariah (BUS) bertambah cukup pesat pada tahun 2010, yaitu dari 6 BUS menjadi 11 BUS. UUS dan BPRS pun bertambah cukup pesat. Tercatat hingga Januari 2015 telah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS) 22 Unit Usaha Syariah (UUS), serta 164 Bank Pembiayaan Syariah (BPRS).

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku panduan ASBISINDO dan Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan oleh Otoritas Jasa keuangan, sejak awal berdirinya grafik pangsa pasar perbankan syariah terus meningkat dari tahun ke tahun, sampai puncaknya tahun 2013. Namun satu tahun terakhir pangsa pasar menurun drastis menjadi 3,70 %, bahkan pada Januari 2015 pangsa pasar perbankan syariah menjadi 3,50% dari total aset perbankan nasional.

1 Sebastian Herman, Negara Mayoritas Muslim, Kenapa Pangsa Pasar Perbankan Syariah Rendah?, 20 November 2015, hal. 3

Page 6: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Menurut Kariastanto (2012:3) setidaknya ada tiga kemungkinan alasan mengapa pangsa pasar bank syariah masih kecil di Indonesia. Pertama, kurangnya kesadaran muslim tentang bank syariah. Kedua, infrastruktur dan kualitas bank syariah secara signifikan kurang dari perbankan konvensional. Dan ketiga, bank konvensional memiliki keunggulan non teknis dibandingkan dengan bank syariah. Akibatnya, keuntungan perbankan syariah yang dapat memenuhi permintaan yang lebih luas, yakni layanan syariah dan konvensional tidak tercapai.2

Menurut Sebastian Herman dalam penelitiannya, rendahnya pangsa pasar perbankan syariah disebabkan oleh faktor non-teknis yakni kurangnya sosialisasi. Dalam hal teknis, bank syariah dinilai mampu bersaing dengan bank konvensional. Misalnya, biaya layanan bank syariah jauh lebih rendah dari pada bank konvensional. Itu artinya, bank syariah memiliki peluang yang lebih besar dalam meningkatkan pangsa pasarnya dilihat dari sisi harga.

Selain kurangnya sosialisasi, faktor non-teknis lainnya yang mempengaruhi rendahnya pangsa pasar perbankan syariah adalah the early mover advantage, yakni perbankan konvensional lebih dulu menguasai pasar perbankan nasional karena sudah berdiri sejak lama. Akibatnya, perbankan konvensional memiliki lebih banyak nasabah langganan yang menaruh kepercayaan terhadap perbankan konvensional tersebut.

Menurut Sebastian Herman, bank syariah dan bank konvensional memiliki segmentasi pasar-pasar tersendiri. Namun menurut hemat kami, pangsa pasar bank syariah –idealnya- lebih besar dari pada bank konvensional. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoroitas muslim maka peluang bank syariah dalam meningkatkan pangsa pasarnya begitu besar. Oleh karenanya, faktor yang paling berpengaruh terhadap pangsa pasar bank syariah ialah kesadaran masyarakat muslim yang masih kurang terhadap eksistensi perbankan syariah.

Dari penelitian Mabrurah dkk tentang identifikasi persepsi terhadap perbankan syariah di Solo dikutip dari Zaman bahwa hampir 66% masih memakai bank konvensional di samping bertransaksi dengan bank syariah. Alasan inti dari kasus ini karena alasan-alasan rasional dalam kemudahan transaksi keuangan. Mereka berharap jaringan bank syariah diperluas dan meningkatkan pelayanan-produk yang mengakomodasikan kebutuhan mereka (Zaman, 2002).

Pangsa pasar perbankan syariah masih rendah sebab kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk perbankan syariah. Sebab lainnya ialah kurang luasnya jaringan perbankan syariah sehingga tidak semua masyarakat dapat terjangkau oleh perbankan syariah utamanya masyarakat kecil dan pinggiran.

Mengacu sejumlah penelitian sebelumnya (Sudaryana, 1997; Muryani, 1998; BI – Undip, 2000; BI - IPB, 2000; BI - Unibraw; Ramadania, 2000; Rahmawati, 2002; Sudarsih dan

2 Sebastian Herman, Negara Mayoritas Muslim, Kenapa Pangsa Pasar Perbankan Syariah Rendah?, Forum Riset Ekonomi Syariah, 20 November 2015, hal. 5

Page 7: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Tjiptohadi, 2002) bahwa motivasi nasabah dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara umum bisa dikategorikan menjadi: (1) variabel demografi, (2) variabel ekonomi, (3) variabel sosial dan (4) variabel sistem syariah. Namun dalam artikel ini, kami hanya menekankan faktor variabel sistem syariah. Mengingat bahwa pangsa pasar bank syariah yang masih rendah lebih dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk perbankan syariah dan kurang luasnya jaringan bank syariah di Indonesia.

4.2. Analisis Strenght dan Oppoturnity Branchless Banking

Adanya kebijakan branchless banking dan multilicense tentunya perlu dilihat efektivitasnya melalui beberapa indikator, diantaranya a) Bertambahnya jumlah layanan bank. b) Tersedianya produk bank yang sesuai, c) Bertambahnya jumlah pemilik rekening d) Tercapainya pemerataan pendapatan masyarakat yang tercermin dari menurunnya Gini Ratio; e) jika keempat indikator sebelumnya dapat terpenuhi, maka diharapkan tingkat kemisikinan akan turun.3 Sekiranya indikator a sampai e itulah yang menjadi terget dari program ini, branchless banking akan meningkatkan pangsa pasar bank seiring dengan bertambahnya jumlah pemilik rekening.

Berdasarkan hasil wawancara kami dengan Azharudin Lathief4 bahwasannya tujuan dari branchless banking ialah merealisasikan keuangan inklusif yakni lembaga keuangan tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat menengah ke atas tetapi juga masyarakat bawah. Dalam menerapkannya, bank akan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit ketimbang dengan membuka kantor cabang. Dalam pendirian kantor cabang, bank akan melakukan analisa terlebih dahulu terhadap suatu daerah, apakah daerah tersebut bankable atau tidak. Sedangkan dengan branchless banking semua orang dapat terjangkau tak terkecuali masyarakat yang unbanked.

Menurut Bukhari Muslim5 bahwa meskipun telah diterapkan branchless banking, masyarakat yang tidak terjangkau bank atau masyarakat yang unbanked membutuhkan waktu untuk dapat mengetahui dan menerima keberadaan branchless banking ini. Kebanyakan masyarakat yang unbanked memiliki anggapan bahwa menabung di bank hanya diperuntukan bagi orang yang punya uang yakni masyarakat menengah ke atas. Padahal selama ini masyarakat sudah berhubungan dengan financial service, namun bukan dalam bentuk lembaga seperti bank dan koperasi melainkan dalam bentuk perorangan yakni rentenir.

Secara rinci kelebihan dari program ini ialah sebagai berikut:

3http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/berita/Documents/Branchless%20Banking%20Setelah %20Multilicense%20%28Publik%29.pdf Diakses pada tanggal 4 Desember 20154 Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah5 Dosen Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah

Page 8: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

1. Efisiensi (pengeluaran)

Dalam layanan branchless banking, modal yang dikeluarkan pihak bank lebih sedikit dibandingkan dengan membuka kantor cabang bank baru yang memerlukan investasi dan biaya operasional yang mahal. Sebagai gambaran, biaya mendirikan kantor cabang Rp 1 miliar dengan biaya operasionalnya Rp 100 juta per bulan. Jika menggunakan ATM, perlu biaya beli mesin Rp 400 juta plus biaya per bulan Rp 12 juta. Sedangkan transaksi EDC (mesin debit) membutuhkan biaya Rp 3 juta.

2. Peningkatan jumlah nasabah dan dana pihak ketiga.

Dengan melakukan pengembangan pada branchless banking maupun e-Money akan memberikan penghematan yang luar biasa pada industri perbankan. Pasalnya, jika untuk mendirikan satu kantor cabang saja dibutuhkan biaya investasi hingga miliaran rupiah, dengan branchless banking yang biayanya lebih murah, maka kinerja bank akan lebih efisien. Sehingga dapat memperluas ekspansi hingga ke daerah yang sulit dijangkau dan tentunya nasabah serta jumlah DPK (dana pihak ketiga) akan meningkat baik dari sisi pengendapan dana maupun transaksi pembelian dan pembayaran.

3. Nilai-nilai lokal yang dipahami perbankan menjadi keuntungan dalam pengembangan branchless banking

Peran dan fungsi Bank dalam perekonomian yang sangat strategis, membuat posisi perbankan sangat penting untuk mendorong kegiatan ekonomi. Bank dapat mempengaruhi dan menentukan semua aspek kegiatan ekonomi di suatu negara. Ketidakmampuan Bank dalam memberikan layanan yang optimal akan menyebabkan kegiatan ekonomi terganggu dan semua sektor ekonomi tidak bisa bekerja optimal. Untuk dapat berperan optimal dalam perekonomian, Bank perlu untuk bekerja secara efisien.

Perbankan yang efisien berkaitan erat dengan sistem keuangan yang efisien. Sektor keuangan yang efisien akan mempengaruhi alokasi sumber daya keuangan dengan cara yang paling efektif dan mengurangi misalokasi sumber daya produktif. Selain itu, perbankan yang efisien akan mendukung dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.6

4. Modal yang relatif Sedikit

Modal yang dikeluarkan untuk layanan branchless banking relatif sedikit karena layanan ini tidak memerlukan kantor cabang melainkan agen dan atau sarana teknologi seperti ponsel dan tentunya jangkauan operator.

6http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/berita/Documents/Branchless%20Banking%20Setelah %20Multilicense%20%28Publik%29.pdf Diakses pada tanggal 9 Desember 2015

Page 9: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

5. Kemampuan untuk bekerjasama dengan unit ekonomi lokal lebih tinggi.

Karena layanan branchless banking dirancang bagi unbanked people, kesempatan untuk bekerjasama dengan unit ekonomi lokal jelas lebih tinggi. Bank merupakan komponen yang penting dari sistem keuangan karena fungsi dan perannya dalam perekonomian. Dengan adanya branchless banking, fungsi Bank sebagai lembaga intermediasi khususnya dalam penyaluran kredit dapat tercapai. Sehingga meningkatkan pergerakan roda perekonomian secara keseluruhan dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, Bank memiliki kemampuan untuk menjembatani kepentingan yang berbeda antara deposan dan peminjam dalam hal preferensi likuiditas atau waktu dari uang dengan branchless banking.

6. Kemudahan akses

Kemudahan akses dalam layanan branchless banking karena branchless banking merupakan layanan perbankan tanpa melalui kantor cabang bank, melainkan melalui agen yang bekerjasama dengan bank. Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan sendiri atau menggunakan agen melalui fitur transaksi yang sederhana sehingga memudahkan transaksi khususnya bagi segmen bawah atau unbanked people.

7. Pembiayaan Sektor Produktif Mikro

Dengan adanya layanan branchless banking, pengusaha-pengusaha kecil di daerah dapat meningkatkan produktifitas usahanya. Branchless banking diharapkan perbankan Indonesia dapat menjadi sektor perbankan yang lebih kuat dan dapat meningkat outreach kepada masyarakat juga diharapkan dapat menjangkau unbanked people dan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor UMKM. Dengan adanya kebijakan branchless banking, memungkinkan bank untuk memberikan layanan keuangan tanpa harus membangun kantor fisik bank melainkan melalui point of service (agen), dimana pendiriannya tidak diperhitungkan dalam perluasan jaringan kantor, dan hal tersebut akan mendorong perbankan untuk mempunyai kecenderungan memberikan kredit UMK dalam menjalankan kegiatan usahanya.

8. Masyarakat dapat terlepas dari rentenir

Layanan branchless banking dapat menghapus persepsi masyarakat bawah terhadap layanan bank yang mereka nilai sebagai sesuatu yang bukan untuk mereka (kalangan menengah ke bawah). Dalam kesehariannya, mereka sebenarnya secara tidak langsung bersentuhan dengan layanan keuangan (financial service) yang juga dilakukan oleh bank. Namun karena persepsi di atas, mereka cenderung melakukannya dengan lembaga yang bukan bank antara lain koperasi dan perorangan (rentenir). Mereka berfikir bahwa  berhubungan dengan bank harus punya uang banyak dan hanya untuk orang kelas atas, harus meluangkan waktu khusus ke bank karena jarak yang jauh dari tempat aktifitasnya sehari hari, prosedur berhubungan

Page 10: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

dengan bank berbelit belit, banyak aturan dan wajib diikuti. Harus antre untuk  bertransaksi yang hanya untuk kebutuhan sederhana seperti setor atau tarik dengan jumlah kecil misalnya Rp. 10.000, biaya transaksi yang mahal misalnya kirim uang kena biaya Rp. 25.000. Mereka menilai produk atau layanan bank tidak dirancang untuk mereka yang kondisi keuangannya tidak tetap.

Sedangkan peluang untuk mengembangkan program branchless banking ialah sebagai berikut:

1. Memperluas jaringan “keagenan” di seluruh pelosok tanah air.

Memanfaatkan debitur UMKM yang ada menjadi calon agen. Branchless banking dapat dipahami sebagai layanan transaksi bank dalam upaya mewujudkan inklusi keuangan yang memiliki kriteria antara lain yaitu tanpa melalui kantor cabang bank dengan menggunakan agen yang bekerjasama dengan bank, ataupun melakukan transaksi sendiri dengan menggunakan fitur transaksi yang sederhana. Penerapan dengan unit perantara (agen) yang menjadi outlet dalam penyetoran dan penarikan dana nasabah di daerah akan mempermudah layanan transaksi keuangan. Untuk menjadi agen, OJK menetapkan beberapa persyaratan di antaranya terdaftar sebagai penduduk setempat dan memiliki kegiatan usaha sebagai sumber penghasilan. Jadi selain berfungsi sebagai pengganti bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana nasabah, agen juga dapat mengembangkan usaha yang telah dirintisnya.

2. Memperluas kredit UMKM khususnya kredit mikro.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan sektor yang terbukti tangguh dalam menghadapi krisis ekonomi kurang mendapat perhatian karena berbagai kendala. Padahal sektor ini diperkirakan memberikan kontribusi sebesar 57,1% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dengan pangsa mencapai 99 persen dari total unit usaha di Indonesia serta menyerap 97,2% dari total tenaga kerja. Ironisnya, pangsa kredit UMKM hanya 20% dari total kredit perbankan. Padahal tiga penelitian yang ada terkait UMKM mengungkapkan potensi pembiayaan perbankan untuk UMK masih cukup tinggi. Dengan menggunakan asumsi bahwa PDB sampai dengan tahun 2018 tumbuh 6,5%, dan potensi usaha Mikro dan Kecil di tahun 2018 diperkirakan mencapai Rp 1.588,42 triliun.7

Branchless banking sangat berpeluang untukk dikembangkan di Indonesia. Selain didukung oleh UMKM, aplikasi branchless banking di bank syariah juga didukung oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

4.3. Implementasi Branchless Banking

7http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/berita/Documents/Branchless%20Banking%20Setelah %20Multilicense%20%28Publik%29.pdf Diakses pada tanggal 9 Desember 2015

Page 11: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Untuk meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah, salah satu cara yang paling perlu dilakukan adalah dengan mendekatkan akses lembaga keuangan kepada masyarakat. Program yang paling efektif dalam hal ini ialah branchless banking. Dengan branchless banking, perbankan syariah dapat dijangkau oleh masyarakat yang belum terjangkau. Branchless banking memiliki keunggulan yang sangat menjanjikan untuk perbankan syariah dan begitupun untuk nasabahnya, di antaranya ialah efisiensi pengeluaran, modal yang relatif sedikit, kemampuan berkerjasama dengan unit ekonomi lokal, kemudahan akses, dan pembiayaan sektor produktif mikro.8

Kami menemukan beberapa perbedaan pendapat dari hasil wawancara kami, menurut A.M Hasan Ali9 bank perlu melakukan merger dahulu serta support IT yang baik baru program ini mampu diaplikasikan di bank syariah. Menurutnya, tujuan utama dari branchless banking adalah memudahkan nasabah yang tidak tersentuh bank cabang dalam mengakses layanan bank dan meningkatkan layanan bank syariah menjadi lebih baik dan lebih praktis. Sedangkan pengaruhnya terhadap pangsa pasar bank syariah itu sendiri ialah positif mampu meningkatkan pangsa pasar.

Berbeda dengan Azharudin Lathief program branchless banking sampai sekarang belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pangsa pasar bank. Namun meski demikian kami pahami bahwa branchless banking baru akan memiliki pengaruh yang baik terhadap pangsa pasar setelah program ini berjalan lama. Jadi, pengaruhnya terhadap pangsa pasar bank tidak bisa langsung setelah beberapa bulan pengaplikasian program ini melainkan secara perlahan dan berlangsung lama.

Branchless banking belum diterapkan di bank syariah Indonesia, bahkan A.M Hasan Ali berpendapat bahwa program ini dapat diterapkan setelah bank melakukan merger. Padahal, branchless banking dinilai mampu meningkatkan pangsa pasar bank syariah. Beberapa hambatan dalam penerapan atau implementasi branchless banking di bank syariah Indonesia. Dikutip dari Rifka Mustafida dalam penelitiannya “Brachless Banking: Munuju Peran Perbankan Syariah dalam Mencapai Financial Inclusion” didapatkan pola jaringan ANP10 sebagai berikut:

8 Rifka Mustafida, Brachless Banking: Munuju Peran Perbankan Syariah dalam Mencapai Financial Inclusion, Forum Riset Ekonomi Syariah, 20 November 2015, hal. 99 Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah. 10 Analytic Network Process (ANP) adalah teori matematis dalam pengambilan keputusan yang mampu menganalisa pengaruh melalui asumsi-asumsi untuk menyelesaikan berbagai bentuk permasalahan. Metode ini digunakan dalam bentuk penyelesaian dengan pertimbangan atas penyesuaian komplektisitas masalah dengan penguraian sintesis yang disertai adanya skala prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar.

Page 12: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Berdasarkan tabel jaringan ANP di atas maka dapat kami uraikan permasalahan dari branchless banking yang belum diterapkan di Indonesia. Berikut uraiannya (dekomposisi):

1. Masalah SDM dan Solusinya

Masalah Sumber Daya Manusia merupakan yang paling krusial. Dalam menerapkan branchless banking, yang utama yang mesti dipersiapkana adalah sumber daya manusianya terlebih dahulu. Di antara masalah sumber daya manusia ialah; kurangnya komunikasi, pemahaman nilai syariah, IT, dan layanan. Agen bank syariah dinilai kurang komunikatif dengan masyarakat dalam mensosialisasikan bank syariah. Hal tersebut dipengaruhi pula oleh kurangnya pemahaman mereka mengenai produk syariah dan nilai-nilai syariah dalam produk syariah tersebut. Untuk persoalan IT, SDM dinilai kurangnya skill dalam bidang informasi

Page 13: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

dan teknologi. Dan, terakhir ialah persoalan pelayanan SDM bank syariah yang kurang maksimal disebabkan oleh keterbatasan jarak yakni jarak yang kurang terjangkau.

Solusi untuk permasalahan di atas ialah mengadakan training intensif untuk meningkatkan pemahaman SDM mengenai nilai-nilai syariah yang terkandung dalam produk perbankan syariah, mengadakan seleksi ketat untuk SDM yang kompeten dalam IT sehingga mampu menjalankan program branchless banking dengan baik, mengadakan standarisasi pelayanan sebagaimana standar operasional prosedur sehingga mampu meningkatkan pelayanan bank syariah dan kepercayaan nasabah.

2. Masalah Informasi dan Teknologi dan Solusinya

Di antara permasalahan informasi dan teknologi dalam penerapan branchless banking ialah; terbatasnya jangkauan, kurangnya fitur yang mendukung program branchless banking, serta koneksi yang tidak stabil. Dampak dari persoalan tersebut ialah masyarakat kesulitan mendapatkan akses perbankan syariah, utamanya masyarakat pedesaan di daerah-daerah terpencil. Padahal dengan adanya fitur yang mendukung branchless banking, masyarakat yang ada di daerah terpencil akan mampu mendapatkan akses perbankan syariah. Dalam menerapkan fitur yang mendukung program branchless banking dibutuhkan koneksi internet yang kuat. Oleh karenanya koneksi internet merupakan salah satu kelengkapan untuk branchless banking.

Solusi untuk permasalah di atas ialah perluasan jaringan koneksi internet, jangkauan, dan penambahan fitur yang belum ada di bank syariah. Solusi tersebut dapat memudahkan masyarakat khususnya yang tinggal di daerah terpencil dalam mengakses layanan perbankan syariah.

3. Masalah Sosial Masyarakat dan Solusinya

Permasalahan yang ada pada masyarakat ialah minimnya pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dari perbankan syariah itu sendiri, ketergantungan masyarakat di daerah terpencil terhadap rentenir, serta sikap masyarakat yang masih tertutup terhadap sesuatu di luar budaya mereka misalnya menabung dan/atau meminjam uang di perbankan syariah.

Solusi untuk permasalahan di atas ialah edukasi, bimbingan, dan studi kelayakan terhadap masyarakat yang bankable. Diperlukan edukasi tentang eksistensi dan kekuatan perbankan syariah kepada masyarakat. Masyarakat juga perlu diberikan bimbingan dalam menggunakan akses atau layanan perbankan syariah khususnya branchless banking. Dalam hal edukasi dan bimbingan ini, bank syariah perlu melakukan studi kelayakan terlebih dahulu terhadap masyarakat yang dinilai potensial (bankable) sehingga sosialisasi yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif.

Page 14: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

5. KESIMPULAN

Pangsa pasar perbankan syariah masih rendah sebab kurangnya pemahaman masyarakat terhadap produk perbankan syariah. Sebab lainnya ialah kurang luasnya jaringan perbankan syariah sehingga tidak semua masyarakat dapat terjangkau oleh perbankan syariah utamanya masyarakat kecil dan pinggiran. Branchless banking sebagai salah satu program untuk mewujudkan keuangan inklusif yakni lembaga keuangan yang bisa diakses bukan hanya oleh masyarakat menengah ke atas tapi juga masyarakat bawah yang tidak terjangkau lembaga keuangan.

Keunggulan branchless banking di antaranya ialah efisiensi pengeluaran, peningkatan jumlah nasabah dan dana pihak ketiga, nilai-nilai lokal yang dipahami perbankan menjadi keuntungan dalam pengembangan branchless banking, modal yang relatif sedikit, kemampuan untuk bekerjasama dengan unit ekonomi lokal lebih tinggi, kemudahan akses, pembiayaan sektor produktif mikro, dan melepaskan masyarakat dari rentenir. Kesempatan pengembangan branchless banking ini ialah memperluas kredit UMKM khususnya kredit mikro dan memperluas “keagenan” branchless banking dengan memanfaatkan UMKM tersebut.

Dengan identifikasi keunggulan branchless banking di atas, maka program branchless banking merupakan program yang mampu meningkatkan layanan bank syariah, memperluas jangkauan, dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai eksistensi perbankan syariah. Dengan branchless banking maka pangsa pasar bank syariah akan meningkat.

Branchless banking perlu memerhatikan beberapa kendala dalam implementasinya. Kendala branchless banking di antaranya ialah support IT, sumber daya manusia (SDM), dan sosial masyarakat. Oleh karenanya bank mesti mengadakan kerjasama dengan perusahaan telekomunikasi untuk memperlancar aplikasi branchless banking serta dengan masyarakat agar masyarakat dapat mengetahui dan memahami program branchless banking di bank syariah. Sedangkan untuk kendala SDM, bank syariah dapat mengadakan seleksi yang efektif, training yang intensif, dan menetapkan standar pelayanan yang baik.

Daftar Pustaka

Andriansyah, Yuli. Desember, 2009. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan Kontribusinya bagi Pembangunan Nasional, La-Riba Jurnal Ekonomi Islam, Vol. III, No.2.

Assauri, Sofyan. 2001. Pangsa Pasar. Jakarta: Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.

Page 15: Branchless Banking Meningkatkan Market Share Perbankan Syariah

Hasan. Juli, 2011. Analisis Industri Perbankan Syariah di Indonesia, Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Vol. I, No. 1.

Herman, Sebastian. 2015. Negara Mayoritas Muslim, Kenapa Pangsa Pasar Perbankan

Syariah Rendah? Forum Riset Ekonomi Syariah.

http://www.bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/berita/Documents/Branchless%20Banking

%20Setelah%20Multilicense%20%28Publik%29.pdf

http://www.jtanzilco.com/blog/detail/54/slug/laku-pandai-branchless-banking-apa-itu

Mustafida, Rifka. 2015. Brachless Banking: Munuju Peran Perbankan Syariah dalam

Mencapai Financial Inclusion. Forum Riset Ekonomi Syariah.

Setiawan, Aziz Budi. April, 2006. Perbankan Syariah: Challenges dan Opportunity untuk

Pengembangan di Indonesia, Jurnal Kordinat, Vol. VII, No. 1.

Nama Anggota Kelompok:

1. Faa izah : 11140460000001

2. Ferdian Mahmuda : 11140460000009

3. Fariha Roy : 11140460000017

4. Imam Dwiky S : 11140460000025

5. Asyifa Delya R : 11140460000032

6. Agustin Rida : 11140460000040

7. Tita Novitasari : 11140460000046

8. Reno Lintang P : 11140460000051

9. Naufal Nadir : 11140460000065

10. M. Ridwan : 11140460000138