blora, jawatengah
DESCRIPTION
geohazardTRANSCRIPT
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLORA
2.1. Kondisi Fisik WIlayah
2.1.1. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur
Timur dan diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan. Secara administratif terletak di
wilayah paling ujung (bersama Kabupaten Rembang) disisi timur Provinsi Jawa Tengah.
Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 57 km dan jarak terjauh dari utara ke selatan 58
km. Kabupaten Blora memiliki luas wilayah administrasi 1820,59 km² (182058,797 ha).
2.1.2. Letak Administrasi
Untuk batas wilayah secara administratif Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati
Timur : Kabupaten Tuban dan Bojonegoro Provinsi Jawa Timur
Selatan : Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur
Barat : Kabupaten Grobogan
Kabupaten Blora terdiri dari 16 kecamatan meliputi 271 desa dan 24 kelurahan
dengan rincian seperti tabel berikut :
Tabel 2.1. Pembagian Daerah Administratif Kabupaten BloraNo Kecamatan Luas Daerah (Km2) Jumlah Desa/Kel.12345678910111213141516
JatiRandublatungKradenanKedungtubanCepuSambongJikenBloraJeponTunjunganBogorejoBanjarejoNgawenKunduranTodananJapah
183,62211,13109,51106,8649,1588,75168,17107,7249,8079,79101,82103,62100,98103,05127,98128,74
12/016/210/017/011/610/011/016/1224/115/014/020/027/225/125/018/0
Jumlah 1.820,59 271/24Sumber Data : Blora dalam Angka, Tahun 2010
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-1
Peta 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Blora
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-2
PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMANPENYUSUNAN BUKU PUTIH SANITASI
Peta 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Blora
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-3
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-4
2.1.3. Topografi
Topografi Kabupaten Blora datar sampai bergelombang, pada bagian Utara
membujur Pegunungan Kendeng Utara dari arah Barat ke Timur, sedangkan di sebelah
Selatan membujur Pegunungan Kendeng Selatan yang membujur dari Barat ke Timur.
Ditinjau dari ketinggiannya Kabupaten Blora terbagi dalam empat bagian yaitu:
- Ketinggian 25 - 40 m dari permukaan laut, terdapat di daerah Kunduran, Jati,
Randublatung dan Cepu.
- Ketinggian 40 - 100 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Kradenan dan
Kedungtuban.
- Ketinggian 100 - 500 m dari permukaan air laut, terdapat di derah Todanan, Japah,
Ngawen, Tunjungan, Bogorejo, Jiken dan Sambong.
- Ketinggian lebih dari 500 m dari permukaan air laut, terdapat di daerah Blora, Jepon
dan Banjarejo.
Berdasarkan kondisi topografi yang demikian maka rata-rata ketinggian wilayah
Kabupaten Blora berbeda-beda, dengan posisi wilayah terendah di daerah Cepu yaitu 31 m
dari permukaan air laut dan tertinggi di daerah Japah (280 m). Kondisi topografi
Kabupaten Blora seperti terlihat pada peta berikut Sedangkan ditinjau dari kemiringan
wilayah Kabupaten Blora dikelompok dalam empat kelas yaitu:
- Kelas lereng 1 (kemiringan 0-2%) meliputi daerah seluas 567,46 km2 atau 31,7%.
- Kelas lereng 2 (kemiringan 2-15%) melipiti daerah seluas 750,30 km2 atau 41,21%.
- Kelas lereng 3 (kemiringan 15-40%) meliputi daerah seluas 500,20 km2 atau 27,47%.
- Kelas lereng 4 (kemiringan > 40%) meliputi daerah seluas 261,00 km2 atau 0,14%.
:
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-5
Peta 2.3. Topografi Kabupaten Blora
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-6
2.1.4. Kondisi Hidrologi
Wilayah Kabupaten Blora termasuk dalam wilayah aliran Daerah Aliran Sungai
(DAS) Jratun Seluna, sub DAS Lusi dan Sub DAS Juana serta DAS Bengawan Solo. Sub
DAS Lusi meliputi Kecamatan Blora, Tunjungan, Banjarejo, Jepon, Jiken, Ngawen,
Kunduran danTodanan bagian selatan. Sub DAS Juana meliputi Kecamatan Todanan
bagian Utara. Sedangkan DAS Bengawan Solo meliputi Kecamatan Sambong, Cepu,
Kedungtuban, Kradenan, Randublatung dan Jati.
Ketiga DAS tersebut dengan sub-sub DAS-nya adalah sebagai berikut:
Daerah Aliran Sungai (DAS) LUSIa) Sub DAS Medangb) Sub DAS Sanggrahanc) Sub DAS Ingas Jajar d) Sub DAS Lusi hulu
e) Sub DAS Geger Sapif) Sub DAS Sambongsarig) Sub DAS Kedung Waru
Daerah Aliran Sungai (DAS) JUANA
Daerah Aliran Sungai (DAS) BENGAWAN SOLO
h) Terdiri dari Sub DAS Juana i) Terdiri dari Sub DAS Wulung
Keberadaan DAS yang ada di Kabupaten Blora ini sangat potensial sebagai sumber
air permukaan yang bermanfaat bagi pertanian, sedangkan penggunaan air permukaan bagi
kepentingan pertanian secara langsung adalah melalui sistem irigasi teknis maupun ½
teknis dan irigasi sederhana dan non teknis.
2.1.5. Klimatologi
Banyaknya hari hujan di Kabupaten Blora selama tahun 2009 relatif lebih rendah
dibanding dengan tahun sebelumnya. Sedang hari hujan terbanyak tercatat pada bulan
Januari, Pebruari dan Maret masing-masing 12 hari, 15 hari, dan 12 hari dalam sebulan.
Untuk rata-rata curah hujan tertinggi terdapat di Kecamatan Kunduran sebanyak 2.087 mm
selama setahun. Terdapat 16 dari 16 Kecamatan yang ada, alat pengukur curah hujan
mengalami kerusakan, yaitu: Cepu dan Banjarejo. Hal ini mengakibatkan data di
Kecamatan tersebut tidak dapat tercatat. Rata-rata banyaknya curah hujan tertinggi tercatat
di bulan Pebruari yaitu sebanyak 220 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut:
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-7
Tabel 2.2. Banyaknya Hari Hujan di Kabupaten Blora Tahun 2009
No
KecamatanBulan
JumlahJa
nFeb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sept
Okt
Nop
Des
1 Jati 8 14 8 7 8 0 1 4 0 9 4 10 73
2Randublatung 15 21 20 10 13 0 0 3 0 7 5 11 105
3 Kradenan 6 13 14 11 13 0 0 0 2 6 10 8 83
4Kedungtuban 12 20 16 19 12 7 6 0 0 0 8 10 110
5 Cepu 13 0 0 0 0 0 0 0 0 * 0 0 136 Sambong 17 20 15 10 8 4 3 0 0 6 10 14 1077 Jiken 15 21 14 13 12 4 2 0 1 3 11 12 1088 Bogorejo 15 14 10 10 9 5 1 1 1 0 6 8 809 Jepon 14 15 6 8 11 5 2 1 3 0 5 8 7810 Blora 19 18 11 13 7 1 2 7 2 3 6 8 9711 Banjarejo 7 16 12 0 * * * * * * * * 3512 Tunjungan 12 17 13 9 6 1 1 0 1 3 8 8 7913 Japah 12 14 11 5 11 0 1 2 2 3 4 4 6914 Ngawen 10 13 9 9 8 3 1 2 2 4 5 5 7115 Kunduran 15 14 14 18 14 4 4 3 4 9 11 12 12216 Todanan 7 15 12 4 9 3 1 1 2 2 10 9 75Rata - rata 2009 12 12 15 12 9 9 2 2 2 1 4 7 8
2008 7 12 16 14 9 5 1 0 1 2 8 10 122007 15 7 10 11 15 5 6 1 1 2 4 9 16
Sumber: Blora dalam Angka, Tahun 2010 Keterangan : * = alat rusak
Tabel 2.3. Curah Hujan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Blora Tahun 2009 (mm)
No
KecamatanBulan
JumlahJa
nFeb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agt
Sept
Okt
Nop
Des
1 Jati 258
292
174
133
130 0 32 18 0
184
115
309 1645
2Randublatung
191
252
268
112
142 0 0 96 0
119 62
240 1482
3 Kradenan 49249
283
168
166 0 0 0 23 41
176
296 1449
4Kedungtuban
210
206
115
195
175
120
120 0 0 0
111
183 1435
5 Cepu 428 0 0 0 0 0 0 0 0 * 0 0 428
6 Sambong 153
338
330
120
241 29 22 0 0 92
236
190 1751
7 Jiken 168
332
270
128
162 23 7 0 19 43
260
218 1630
8 Bogorejo 179
169
179
143 76 40 24 24 5 0 63
163 1065
9 Jepon 226
115 92
171 32 5 2 3 7 0 81 48 782
10 Blora 217
216
349
170
107 6 3 7 18 32
108 84 1317
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-8
No
KecamatanBulan
Jumlah
11 Banjarejo 91139
187 0 * * * * * * * * 417
12 Tunjungan 118 90
129 83 73 5 20 0 8 24 73 73 696
13 Japah 189
218
163 25 81 0 5 5 11 16 15 18 746
14 Ngawen 221
258
256
202
142 32 22 52 140 71
139
194 1729
15 Kunduran 206
357
344
153
155 90 21 24 106
141
232
258 2087
16 Todanan 151
286
307 61
108 19 2 4 55 20
123 76 1212
Rata - rata 2009191
220
215
116
119 25 19 16 26 56
119
157 1279
2008174
271
217
142 77 13 0 7 19
145
123
147 1336
2007130
183
174
269 53
100 15 9 20 70
174
284 1471
Sumber: Blora dalam Angka, Tahun 2010, Keterangan : * = alat rusak2.1.6. Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada di suatu wilayah dapat digunakan sebagai salah satu dasar
pemantauan dan pengembagan wilayah lebih lanjut, khususnya dalam pengembagan
produksi pertanian dalam skala luas, seperti pertanian dalam skala luas, seperti pertanian,
perkebunan, tegalan, kehutanan.
Berdasarkan teksturnya tanah di Kabupaten Blora dibedakan menjadi halus,
sedang, dan kasar. Komposisi terbesar adalah tekstur sedang yaitu seluas 152.626,44 Ha
(84,10%), kemudian tekstur halus 28.480,36 Ha (15,39%), sedangkan untuk tekstur kasar
hanya seluas 952,00 Ha (0,15%) dan terdapat di Kecamatan Todanan. Kondisi jenis tanah
ini di wilayah Kabupaten Blora dapat diklasifikasikan menjadi seperti dibawah ini dan
ditampilkan pada Peta 3.4. JenisTanah Kabupaten Blora:
1. Tanah Grumosol (56,00%)
Jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang. Pemanfaatannya untuk
pertanian dan perkebunan, warna tanah ini adalah kelabu sampai hitam. Daerah
yang mengandung jenis tanah ini terdapat di seluruh wilayah kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Blora.
2. Tanah Mediteran (39,00%)
Jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang sampai tinggi. Pemanfaatanya
untuk tanah sawah, tegalan, perkebunan dan kehutanan. Warna tanah ini adalah
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-9
merah kecoklatan, seluruh wilayah kecamatan mengandung tanah jenis mediteran
ini.
3. Tanah Alluvial (5,00%)
Jenis tanah ini memiliki tingkat produktifitas sedang sampai tinggi. Tanah ini
sangat baik untuk pertanian warnanya bermacam-macam, ada yang kelabu, coklat
dan hitam. Daerah yang mengandung tanah ini terdapat di bagian wilayah
Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Blora.
2.1.7. Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman tanah di Kabupaten Blora berdasarkan data Kabupaten Blora Dalam
Angka 2010 terbagi kedalam 4 kelompok, yaitu: 0 - 30 cm, 31 - 60 cm, 61 - 90 cm, dan >
90 cm. Kedalaman efektif tanah > 90 cm terdapat di seluruh kecamatan Kabupaten Blora,
sedangkan untuk kedalaman efektif tanah antara 61 - 90 cm juga terdapat di seluruh
kecamatan kecuali di Kecamatan Cepu dan Jepon.
Kedalaman efektif tanah antara 31 – 60 cm hampir terdapat di seluruh kecamatan
kecuali Kecamatan Cepu, Banjarejo, dan Ngawen. Untuk kedalaman efektif tanah antara 0
– 30 cm hanya terdapat sebagian dari seluruh kecamatan di Kabupaten Blora, yaitu
Kecamatan: Jati, Kradenan, Sambong, Bogorejo, Blora, Tunjungan, Kunduran, dan
Todanan. Tabel dibawah ini menampilkan kedalaman efektif tanah tiap kecamatan
Kabupaten Blora.
Tabel 2.4.Kedalaman Efektif Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2009
Kecamatan 0 - 30 cm 31 - 60 cm 61 - 90 cm > 90 cm Jumlah1. Jati 76 1,152.00 12,108.17 5,025.88 18,362.052. Randublatung 0 203.25 2,456.00 18,453.85 21,113.103. Kradenan 338.065 221 7,481.78 2,910.00 10,950.844. Kedungtuban 0 56 851 9,778.81 10,685.815. Cepu 0 0 0 4,914.54 4,914.546. Sambong 175 654 6,944.61 1,101.40 8,875.017. Jiken 0 2,516.54 2,189.45 12,110.67 16,816.668. Bogorejo 453 735.382 362 3,430.10 4,980.489. Jepon 0 36.502 0 10,735.88 10,772.3810. Blora 38.143 649 2,047.96 5,243.50 7,978.6111. Banjarejo 0 0 1,843.22 8,509.00 10,352.2212. Tunjungan 453 2,503.26 362 6,863.27 10,181.5213. Japah 0 519.94 3,987.93 5,797.33 10,305.19
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-10
Kecamatan 0 - 30 cm 31 - 60 cm 61 - 90 cm > 90 cm Jumlah
14. Ngawen 0 0 4,208.02 5,890.18 10,098.1915. Kunduran 119.26 50 1,652.00 10,977.03 12,798.2916. Todanan 227 1,100.00 8,325.92 3,221.00 12,873.92
Jumlah 2009 1,879.47 10,396.87 54,820.05 114,962.41 182,058.802008 1,879.47 10,396.87 54,820.05 114,962.41 182,058.802007 1,879.47 10,396.87 54,820.05 114,962.41 182,058.80
Sumber: Blora dalam Angka, 2010
2.1.8. Tekstur Tanah
Tekstur tanah terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu: halus, sedang, dan kasar.
Kecamatan – kecamatan yang memiliki tekstur tanah halus meliputi Kecamatan: Jepon,
Blora, Banjarejo, Tunjungan, Japah, Ngawen, Kunduran dan Todanan dengan jumlah luas
28.480,361 Ha, tekstur tanah kasar hanya terdapat di Kecamatan Todanan seluas 952 Ha
dan sedangkan untuk tekstur tanah sedang terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten
Blora dengan jumlah seluruhnya adalah 152.626,436 Ha. Sebaran tekstur tanah di
Kabupaten Blora di tiap kecamatan ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.5.Tekstur Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2009
Kecamatan Halus Sedang Kasar Jumlah1. Jati 0 18,362.05 0 18,362.052. Randublatung 0 21,113.10 0 21,113.103. Kradenan 0 10,950.84 0 10,950.844. Kedungtuban 0 10,685.81 0 10,685.815. Cepu 0 4,914.54 0 4,914.546. Sambong 0 8,875.01 0 8,875.017. Jiken 0 16,816.66 0 16,816.668. Bogorejo 0 4,980.48 0 4,980.489. Jepon 4,251.00 6,521.38 0 10,772.3810. Blora 856 7,122.61 0 7,978.6111. Banjarejo 1,911.00 8,441.22 0 10,352.2212. Tunjungan 1,211.00 8,970.52 0 10,181.5213. Japah 5,513.94 4,791.25 0 10,305.1914. Ngawen 1,262.50 8,835.69 0 10,098.1915. Kunduran 3,356.00 9,442.29 0 12,798.2916. Todanan 10,118.92 1,803.00 952 12,873.92
Jumlah 2009 28,480.36 152,626.44 952 182,058.802008 28,480.36 152,626.44 952 182,058.80
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-11
Kecamatan Halus Sedang Kasar Jumlah2007 28,480.36 152,626.44 952 182,058.80
Sumber: Blora dalam Angka, 2010
2.1.9.Geologi
Berdasarkan kondisi geologi, wilayah Kabupaten Blora dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
- Alluvium. Jenis ini terdiri atas tanah lempung, lanau, pasir dan kerikil. Wilayah yang
mengandung jenis tanah ini adalah Kecamatan Kunduran, Banjarejo, Ngawen, Blora,
Jati, Randublatung, Kradenan, dan Kedungtuban.
- Endapan Lunak. Jenis ini terdiri atas batu pasir dan konglongmerat. Wilayah yang
mengandung jenis ini kecamatan Kradenan.
- Formasi Tambak Kromo. Jenis terdiri atas batu lempung, rapal dan batu gamping.
Wilayah yang termasuk dalam jenis ini adalah semua kecamatan di Kabupaten Blora
kecuali Kecamatan Todanan dan Kecamatan Kradenan.
- Formasi Salerejo. Jenis ini terdiri atas batu lempung dan batu gamping. Wilayah yang
termasuk dalam jenis ini adalah Kecamatan Cepu, Sambong, Jepon, dan Banjarejo.
- Formasi Mundu. Jenis ini atas tanah napal. Wilayah yang termasuk dalam jenis ini
adalah semua kecamatan di Kabupaten Blora kecuali di Kecamatan Kedungtuban dan
Cepu.
- Formasi Kalibeng. Jenis ini terdiri atas Napal, dan batu pasir. Wilayah yang termasuk
dalam jenis ini adalah Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan , Todanan, dan
Ngawen.
- Formasi Kerek. Jenis ini terdiri atas tanah napal batu lempung, batu pasir dan
gamping. Wilayah yang termasuk dalam formasi ini adalah Kecamatan Jati,
Randublatung dan Kradenan.
- Formasi Ledok. Jenis ini terdiri atas batu gamping dan batu glukonit. Wilayah termasuk
dalam formasi ini meliputi Kecamatan Jiken, Jepon, Banjarejo, dan Kunduran.
- Formasi Wonocolo. Jenis ini terdiri atas napal dan batu gamping. Wilayah ini yang
termasuk dalam formasi ini adalah Kecamatan Todanan dan Tunjungan.
- Formasi Madura. Jenis ini terdiri dari gamping dan karal. Wilayah yang termasuk
dalam formasi ini adalah Kecamatan Todanan.
- Formasi Tuban. jenis ini terdiri dari lempung, pasir kuarsa, napal dan gamping.Wilayah
yang termasuk dalam formasi ini adalah Kecamatan Todanan.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-12
Sedangkan berdasarkan tinggkat erosi, kondisi Kabupaten Blora dapat diklasifikasikan
menjadi 3 (tiga) yaitu erosi ringan, erosi sedang dan erosi berat sekali dengan distribusi
sebagai berikut :
- Tingkat erosi ringan. tingkat erosi ini menyebar diseluruh wilayah Kabupaten Blora
kecuali Kecamatan Kedungtuban, Cepu, Sambong dan Jiken.
- Tingkat erosi sedang. Tingkat erosi ini berada di daratan Kecamatan Jati, Jepon , Blora,
dan, Todanan.
- Tingkat erosi berat dan berat sekali. Tingkat erosi ini terdapat di dataran Todanan
bagian Barat dan Utara, Kecamatan Jepon Bagian Utara yang berbatasan dengan
Kabupaten Rembang.
2.1.10. Penggunaan Lahan
Kabupaten Blora dengan luas wilayah 182.059,797 Ha, terbesar penggunaan
arealnya adalah sebagai hutan yang meliputi hutan negara dan hutan rakyat, yakni
90.416,52 Ha, tanah sawah 46.078,236 Ha dan sisanya sebesar 45.565,047 Ha digunakan
sebagai pekarangan, tegalan, waduk, perkebunan rakyat dan lain-lain. Luas penggunaan
tanah sawah terbesar adalah Kecamatan Kunduran (5553,777 Ha) dan Kecamatan
Kedungtuban (4672,371 Ha) yang selama ini memang dikenal sebagai lumbung padinya
Kabupaten Blora.
Sedangkan kecamatan dengan areal hutan paling luas adalah Kecamatan
Randublatung, Jiken dan Jati, masing-masing melebihi 13 ribu Ha. Untuk jenis pengairan
di Kabupaten Blora, 12 kecamatan telah memiliki saluran irigasi teknis, kecuali
Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, dan Kecamatan Japah yang masing-masing
memiliki saluran irigasi setengah teknis dan tradisional.
Wilayah kecamatan di Kabupaten Blora yang paling luas adalah Kecamatan
Randublatung, yaitu seluas 211.131 Ha dan Kecamatan yang mempunyai luasan wilayah
paling sedikit adalah Kecamatan Cepu, yaitu 49.145 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten
Blora secara umum merupakan areal hutan dan lahan sawah.
Tabel 2.6.Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2009 (Ha)
No
KecamatanLahan sawah
Bangunan/ Pekarangan
TegalanWadu
k
1 Jati 2670,944 1450,773 934,856 0,0002 Randublatung 3497,755 1559,295 2024,602 0,000
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-13
3 Kradenan 2269,694 1078,769 1022,089 0,0004 Kedungtuban 4672,371 1183,109 1086,846 0,0005 Cepu 2049,652 1046,615 930,882 0,0006 Sambong 1277,620 523,270 1032,713 0,0007 Jiken 1611,263 724,504 961,653 0,0008 Bogorejo 1307,856 529,591 1844,305 0,0009 Jepon 2544,721 1181,305 2182,612 0,000
10 Blora 2856,260 1707,974 2018,391 18,30011 Banjarejo 2731,830 1311,075 2167,291 0,00012 Tunjungan 2839,329 877,200 1842,405 35,53713 Japah 2101,291 512,842 1969,502 0,00014 Ngawen 4038,243 1012,363 2017,202 0,00015 Kunduran 5553,777 1121,184 2149,318 0,00016 Todanan 4055,630 1065,224 2044,802 3,125
Jumlah 2009 46078,236 16885,09326229,46
9 56,962
2008 46089,224 16863,88426240,70
6 56,962
2007 46104,869 16138,75426256,44
5 56,962
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-14
Lanjutan Tabel
No Kecamatan HutanPerkebunan
RakyatLain-lain Jumlah
1 Jati 13195,757 0,000 109,719 18362,0492 Randublatung 13869,155 0,000 162,290 21113,0973 Kradenan 6483,485 0,000 96,805 10950,8424 Kedungtuban 3559,427 0,000 184,060 10685,8135 Cepu 477,607 0,000 409,779 4914,5356 Sambong 5898,963 0,000 142,441 8875,0077 Jiken 13445,386 0,000 75,853 16818,6598 Bogorejo 1201,608 0,000 97,119 4980,4799 Jepon 4768,915 0,000 94,830 10772,383
10 Blora 1178,600 0,000 199,080 7978,60511 Banjarejo 4061,390 0,000 80,629 8352,21512 Tunjungan 4372,928 4,000 210,123 10181,52213 Japah 5598,956 0,000 122,601 10305,19214 Ngawen 2902,176 0,000 128,208 10098,19215 Kunduran 3768,639 0,000 205,370 12798,28816 Todanan 5633,528 0,000 71,610 12873,919
Jumlah 2009 90416,520 4,000 2388,517 182058,7972008 90416,520 4,000 2387,501 182058,7972007 90416,520 4,000 2384,410 182058,797
Sumber: Blora dalam Angka, 2010
2.2. Kependudukan2.2.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk
Pembahasan kondisi sosial kependudukan meliputi jumlah dan perkembangan
penduduk, penyebaran dan kepadatan, komposisi, adat istiadat dan kelembagaan.
Penduduk memiliki peranan penting dalam pembangunan, karena memiliki potensi
sumber daya yang dapat mendorong tingkat kesejahteraan masyarakat. Jumlah total
penduduk di Kabupaten Blora tahun 2009 adalah 858.874 jiwa yang tersebar di 16
kecamatan. Data mengenai perkembangan jumlah penduduk selama 5 tahun terakhir
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 2.7.Jumlah Penduduk di Kabupaten Blora tahun 2005 - 2009
No
Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jati 48.981 49.091 49.336 49.736 50.077
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-15
No
Kecamatan 2005 2006 2007 2008 2009
2 Randublatung 72.585 72.635 72.695 73.285 73.8003 Kradenan 38.433 38.385 38.425 38.739 39.0014 Kedungtuban 54.895 54.942 54.953 55.397 55.7805 Cepu 75.808 76.972 77.255 77.880 78.4146 Sambong 26.705 26.724 26.755 26.971 27.1587 Jiken 37.312 37.496 37.640 37.947 38.2118 Bogorejo 23.867 23.878 23.966 24.160 24.2969 Jepon 59.279 59.618 59.900 60.385 60.801
10 Blora 87.508 87.185 87.261 87.970 88.57311 Banjarejo 55.619 55.546 55.589 56.041 56.37012 Tunjungan 43.308 43.239 43.301 43.651 43.95513 Japah 33.678 33.705 33.827 34.099 34.32914 Ngawen 60.776 60.984 61.151 61.646 62.03015 Kunduran 64.411 64.430 6.450 65.030 65.45016 Todanan 59.509 59.660 59.750 60.226 60.629
Jumlah 838.592 842.674 844.490 853.163 858.874 Sumber: Blora Dalam Angka, 2010
Jumlah penduduk di Kabupaten Blora mengalami peningkatan dari tahun
ketahunnya yang disebabkan karena jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan
juga bertambah. Jumlah penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Blora dengan
jumlah penduduk 88.573 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah adalah
Kecamatan Bogorejo dengan jumlah penduduk sebesar 24.296 jiwa.
Bila dilihat dari perkembangan penduduk Kabupaten Blora selama 5 tahun terakhir
(tahun 2005 – 2009) diketahui bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dimana
pada tahun 2005 penduduknya berjumlah 838.592 jiwa dan pada tahun 2009 bertambah
menjadi 858.874 jiwa.
Hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Blora berdasarkan RTRW Kabupaten
Blora Tahun 2011 – 2031 secara keseluruhan untuk tahun 2016 adalah 887.206 jiwa.
Berdasarkan hasil proyeksi tersebut, jumlah penduduk terbesar tahun 2016 adalah
Kecamatan Blora sebesar 88.750 Jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Bogorejo
dengan jumlah penduduk sebesar 24.560 jiwa). Secara lebih lengkap mengenai proyeksi
jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Blora hingga 2031
ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-16
Tabel 2.8.Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Tahun 2011–2031
No
KecamatanPenduduk (Jiwa)
rProyeksi Penduduk
2000 2007 2009 2011 2016 2021 2026 2031
1 Jati 47,896 49,336 50,077 0.004 50,452 51,401 52,369 53,354 54,358
2Randublatung
72,171 72,695 73,800 0.001 73,942 74,299 74,657 75,017 75,379
3 Kradenan 38,203 38,425 39,001 0.001 39,057 39,199 39,340 39,483 39,625
4 Kedungtuban 54,064 54,953 55,780 0.002 55,995 56,536 57,082 57,633 58,189
5 Cepu 73,904 77,255 78,414 0.005 79,255 81,397 83,597 85,857 88,177
6 Sambong 26,402 26,755 27,158 0.002 27,241 27,449 27,659 27,870 28,083
7 Jiken 35,963 37,640 38,211 0.003 38,417 38,936 39,461 39,994 40,535
8 Bogorejo 23,577 23,966 24,296 0.002 24,371 24,560 24,750 24,942 25,136
9 Jepon 57,485 59,900 60,801 0.005 61,386 62,873 64,396 65,956 67,554
10 Blora 87,042 87,261 88,573 0.0003 88,624 88,750 88,877 89,004 89,131
11 Banjarejo 55,575 55,589 56,3700.0000
556,376 56,390 56,404 56,418 56,432
12 Tunjungan 43,035 43,301 43,955 0.001 44,032 44,225 44,419 44,613 44,809
13 Japah 32,659 33,827 34,329 0.004 34,601 35,292 35,996 36,714 37,447
14 Ngawen 58,974 61,151 62,030 0.004 62,582 63,984 65,417 66,882 68,381
15 Kunduran 62,872 64,506 65,450 0.002 65,708 66,357 67,013 67,675 68,343
16 Todanan 56,407 59,750 60,629 0.007 61,441 63,518 65,665 67,884 70,179
Jumlah826,22
9846,31
0858,87
40.0026
865,490
877,180
889,123
901,323
913,789
Sumber : RTRW Kab. Blora 2011-2031
2.2.2. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Blora, yaitu sebanyak 88.573
jiwa jiwa dengan luas wilayah 79,79 km2 dan luas pekarangan 17,08 km2, sehingga
kepadatan bruto-nya adalah sebesar 1.110 jiwa/km2 dan kepadatan netto sebesar 5.186
jiwa/km2. Tabel dibawah ini menampilkan kepadatan penduduk bruto dan netto tiap
kecamatan di Kabupaten Blora tahun 2009.
Tabel 2.9. Kepadatan Penduduk masing-masing Kecamatan di Kabupaten Blora Tahun 2009 (Jiwa/ Km2)
No
KecamatanLuas Wilayah
Bangunan Pekarangan
2009
(Ha) Km2 (Ha) Km2 Jumlah Penduduk
KepadatanBruto Netto
1 Jati18.362,0
5183,62
1.450,77 14,51 50.077
273 3.452 2 Randublatun 21.113,1 211,13 1.559,30 15,59 73.800 350 4.733
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-17
No
KecamatanLuas Wilayah
Bangunan Pekarangan
2009
(Ha) Km2 (Ha) Km2 Jumlah Penduduk
KepadatanBruto Netto
g 0
3 Kradenan10.950,8
4109,51
1.078,77 10,79 39.001
356 3.615
4 Kedungtuban10.685,8
1106,86
1.183,11 11,83 55.780
522 4.715 5 Cepu 4.914,54 49,15 1.046,62 10,47 78.414 1.595 7.492 6 Sambong 8.875,01 88,75 523,27 5,23 27.158 306 5.190
7 Jiken16.816,6
6168,17
724,50 7,25 38.211
227 5.274 8 Bogorejo 4.980,48 49,80 529,59 5,30 24.296 488 4.588
9 Jepon10.772,3
8107,72
1.181,31 11,81 60.801
564 5.147 10
Blora 7.978,61 79,791.707,97 17,08
88.5731.110 5.186
11
Banjarejo10.352,2
2103,52
1.311,08 13,11 56.370
545 4.300 12
Tunjungan10.181,5
2101,82
877,20 8,77 43.955
432 5.011 13
Japah10.305,1
9103,05
512,84 5,13 34.329
333 6.694 14
Ngawen10.098,1
9100,98
1.012,36 10,12 62.030
614 6.127 15
Kunduran12.798,2
9127,98
1.121,18 11,21 65.450
511 5.838 16
Todanan12.873,9
2128,74
1.065,22 10,65 60.629
471 5.692
Jumlah182.058,
801.820,59 16.885,09
168,85 858.874 472 5.087
Sumber : RTRW Kab. Blora 2011-2031
Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan
Bogorejo dengan jumlah penduduk sebesar 24.296 jiwa dengan luas wilayah keseluruhan
49,80 km2 dan luas lahan terbangun 5,30 km2 sehingga kepadatan bruto untuk kecamatan
tersebut adalah 488 jiwa/km2 dan kepadatan netto-nya adalah sebesar 4.588 jiwa/km2.
Namun untuk kepadatan bruto terbesar adalah di Kecamatan Cepu yaitu sebesar 1.595
jiwa/km2 dan untuk kepadatan netto terbesar adalah juga di Kecamatan Cepu yaitu sebesar
7.492 jiwa/km2.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-18
Perkembangan kepadatan penduduk selama 5 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 kepadatan penduduk rata – rata
mencapai 463 jiwa/Km2 dan pada tahun 2009 mencapai 472 jiwa/Km2. Selama 5 tahun
tersebut Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu tetap menjadi kecamatan dengan
kepadatan penduduk tertinggi di Kabuaten Blora.
2.3. Pendidikan2.3.1. Fasilitas Pendidikan
Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tingkat pendidikan memegang
peranan penting, sehingga diperlukan fasilitas pendidikan yang memadai. Kabupaten Blora
sendiri secara keseluruhan sudah memadai dan memiliki sarana dan prasana pendidikan
untuk masing-masing tingkatan, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Jumlah fasilitas
pendidikan yang paling banyak terdapat di wilayah Kabupaten Blora adalah SD/MI dengan
jumlah keseluruhan sebanyak 696 buah yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan.
Sedangkan untuk TK/RA sebanyak 510 buah, SLTP/MTs sebanyak 124 buah, SMU/MA
sebanyak 63 buah, dan Akademi/Perguruan Tinggi sebanyak 4 buah. Namun untuk
fasilitas pendidikan setingkat SMU/MA dan pendidikan tinggi sebagian besar memusat di
Kecamatan Cepu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Ditinjau secara keseluruhan di Kabupaten Blora selama 3 (tiga) tahun terakhir
jumlah pendidikan mengalami peningkatan kuantitas, meskipun hanya sedikit.
Peningkatan tersebut merata pada semua jenis tingkatan sarana pendidikan, kecuali untuk
sarana pendidikan Akademi/Perguruan Tinggi yang tetap berjumlah 4 (empat) buah dan
SD/MI mengalami penurunan sebanyak 12 (dua belas) buah. Selengkapnya mengenai
fasilitas pendidikan di Kabupaten Blora dapat dilihat pada Tabel 2.10.
Tabel 2.10Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Blora
No Kecamatan TK/RA SD/MISLTP/MTs
SLTA/MA
AK/PT
1 Jati 24 38 7 3 02 Randublatung 43 63 12 8 03 Kradenan 19 36 5 1 04 Kedungtuban 49 50 10 5 05 Cepu 44 50 15 15 26 Sambong 11 28 3 0 07 Jiken 12 32 6 3 0
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-19
8 Bogorejo 13 24 3 0 09 Jepon 45 48 5 1 0
10 Blora 62 66 14 12 211 Banjarejo 25 48 6 1 012 Tunjungan 27 34 5 5 013 Japah 20 30 3 0 014 Ngawen 44 45 10 4 015 Kunduran 41 49 9 3 016 Todanan 31 55 11 2 0
Jumlah 2009 510 696 124 63 4Jumlah 2008 488 699 121 61 4Jumlah 2007 487 708 123 56 4
Sumber : Blora Dalam Angka, 2010
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-20
2.3.2. Tingkat Pendidikan
Angka Partisipasi Kasar (APK) dalam kurun waktu 5 tahun (TA 2005/2006 –
2009/2010) menunjukkan peningkatan, baik pada jenjang PAUD, SD/MI, SMP/MTs
maupun SMA/SMK/MA. APK PAUD masih tergolong rendah, sampai dengan tahun 2009
baru mencapai 25,49%, begitu pula pada jenjang SMA/SMK/MA yang baru mencapai
58,81% (tahun 2009). APK SD/MI tergolong tinggi namun cenderung menurun menjadi
104,29% pada tahun 2009, sedangkan APK SMP/MTs cenderung meningkat menjadi
96,06% (tahun 2009). Jika dilihat kesesuaian usia anak sekolah, tingkat partisipasi sekolah
pada masing-masing jenjang masih rendah. Pada tahun ajaran 2009/2010 APM SD/MI
baru mencapai 88,43%, APM SMP/MTs baru mencapai 67,78%, dan APM
SMA/SMK/MA baru mencapai 38,41%. Penurunan angka APM di Kabupaten Blora
disebabkan sekarang ini semakin banyak anak yang berusia kurang dari 7 tahun sudah
masuk ke SD, sehingga mengurangi angka pembilang. Perkembangan APK dan APM
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.11.Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni di Kabupaten Blora
Tahun 2005-2009
No Indikator Satuan 2005/ 2006
2006/ 2007
2007/ 2008
2008/ 2009
2009/ 2010
1 Angka Partisipasi Kasar (APK)PAUD % 24,15 24,75 25,49
SD/MI %119,4
9110,43 107,87 105,17 104,29
SMP/MTs % 89,49 90,48 91,45 94,29 96,06SMA/SMK/MA % 51,02 57,12 46,84 48,88 58,81
2 Angka Partisipasi Murni (APM)SD/MI % 97,95 89,96 88,77 88,43 88,43SMP/MTs % 64,92 65,88 66,86 67,11 67,78SMA/SMK/MA % 35,59 38,92 32,35 33,67 38,41
3 Angka pendidikan yang ditamatkan
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Blora (2005-2009)
2.4. Kesehatan
Dalam rangka menuju masyarakat yang sehat di Kabupaten Blora telah tersedia
berbagai fasilitas kesehatan berupa puskesmas, puskesmas pembantu, Balai Pengobatan,
Rumah Sakit Umum, dan Rumah Sakit Bersalin. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Blora
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-21
secara umum memliki jumlah dan sebaran yang cukup bagus. Masing-masing di wilayah
kecamatan di Kabupaten Blora terdapat sarana kesehatan yaitu Puskesmas minimal 1 buah.
Selain itu, masing-masing kecamatan tersebut juga sudah dilengkapi dengan puskesmas
pembantu dengan jumlah minimal 2 buah.
Berdasarkan tabel jumlah fasilitas kesehatan secara sekilas dapat dirangkum jumlah
dari sarana kesehatan adalah puskesmas 26 buah, puskesmas pembantu 57 buah, Balai
Pengobatan 14 buah, Rumah Sakit 6 buah dan Rumah Sakit Bersalin 9 buah.
Tabel 2.12.Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Blora
No KecamatanPuskesm
as
Puskesmas
Balai Pengobatan Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Pembantu
Pemerintah
Swasta
Pemerintah
Swasta
Pemerintah
Swasta
1 Jati 2 5 0 0 0 0 0 0
2Randublatung 2 6 0 3 0 0
0 3
3 Kradenan 1 3 0 0 0 0 0 0
4Kedungtuban 2 3 0 0 0 0
0 0
5 Cepu 3 2 0 6 1 1 0 36 Sambong 1 1 0 0 0 0 0 07 Jiken 1 4 0 0 0 0 0 08 Bogorejo 1 3 0 0 0 0 0 09 Jepon 2 4 0 1 0 0 0 110 Blora 2 5 0 2 2 2
0 1
11 Banjarejo 1 3 0 0 0 0
0 0
12 Tunjungan 1 2 0 0 0 0
0 0
13 Japah 1 3 0 0 0 0
0 0
14 Ngawen 2 4 0 0 0 0
0 0
15 Kunduran 2 4 0 2 0 0
0 1
16 Todanan 2 5 0 0 0 0
0 0
Jumlah 2009 26 57 0 14 3 3 0 9
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-22
No KecamatanPuskesm
as
Puskesmas
Balai Pengobatan Rumah Sakit
Rumah Bersalin
Pembantu
Pemerintah
Swasta
Pemerintah
Swasta
Pemerintah
Swasta
Jumlah 2008 26 56 0 12 3 2 0 10Jumlah 2007 26 56 0 12 3 2 0 8
Sumber : Blora Dalam Angka, 2010
2.5. Sosial Masyarakat2.5.1. Komposisi Pendduk
Komposisi penduduk menurut pemeluk agama di Kabupaten Blora paling dominan
penduduk menganut agama Islam sebanyak 873.373 jiwa atau 98,45 % dari jumlah
pemeluk agama di Kabupaten Blora, penganut agama yang lain adalah agama Katolik
sebanyak 3.230 jiwa, Kristen sebanyak 8.443 jiwa, Budha sebanyak 317 jiwa, Hindhu
sebanyak 91 jiwa, dan Konghuchu sebanyak 15 jiwa.
Fasilitas peribadatan di Kabupaten Blora antara lain Masjid, Langgar, Mushola,
Gereja Prostestan, Gereja Katholik, Klenteng dan Vihara. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya ketersediaan fasilitas peribadatan yang bervariasi berkaitan erat dengan penganut
agama yang ada di Kabupaten Blora juga bervariasi. Adapun jumlah dan jenis fasilitas
peribadatan yang ada di Kabupaten Blora adalah masjid sebanyak 845 unit, gereja
Prorestan 54 unit, gereja Katolik 14 unit, pura 1 unit, klenteng 1 unit dan vihara 3 unit.
2.5.2. Persentase penduduk dibawah garis kemiskinan
Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan
mampu mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin
sulit untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang.
Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora ditunjukkan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.13.Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Blora
Tahun 2005 – 2009No
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
1 Jumlah Penduduk 842.67 844.49 846.31 853.16 858.87
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-23
4 0 0 3 4
2 Penduduk Miskin163.36
5182.24
1181.61
8160.30
9150.30
3Persentase (%) Penduduk Miskin 19,39 21,58 21,46 18,79 17,50
Sumber : BPS Kabupaten Blora (2005-2009)
Data terakhir pada tahun 2009 jumlah penduduk miskin sebesar 17,50% (150.303
jiwa), mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008 (18,79%), tahun 2007 (21,46%),
tahun 2006 (21,58%) dan tahun 2005 (19,39%). Angka tersebut menunjukkan bahwa
jumlah penduduk miskin di Kabupaten Blora sudah mengalami penurunan selama kurun
waktu 5 tahun.
2.5.3. Tenaga Kerja
Pada bidang ketenagakerjaan dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) tingkat
partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan dari sebesar
68,6% (tahun 2005) menjadi 82,2% (tahun 2009). Namun demikian rasio penduduk yang
bekerja mengalami penurunan dari sebanyak 94,18% pada tahun 2005 menjadi 93,53%
pada tahun 2009. Perkembangan TPAK dan rasio penduduk yang bekerja dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.14TPAK, dan Rasio Penduduk yang bekerja
Kabupaten Blora Tahun 2005-2009No Indikator Satuan 2005 2006 2007 2008 20091 Tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK)% 68,6 89,7 85,8 84,9 82,2
2 Rasio penduduk yang bekerja
% 94,18 94,28 93,94 93,61 93,53
Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora (2005-2009).
2.6. Perekonomian2.6.1. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Blora akan mampu
memberikan kondisi/ gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu. Berdasarkan
kondisi tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan acuan oleh pengguna data untuk
membuat alat monitoring, evaluasi/ kajian, perencanaan serta keputusan yang lebih
bermanfaat dan tepat sasaran.Kondisi perekonomian nasional yang secara umum
menunjukkan arah yang positif, ternyata juga berimbas positif di tingkat regional
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-24
Kabupaten Blora. Pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,97%, menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 5,09%. Secara umum kondisi perekonomian
wilayah Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan baik dari segi nilai produksi maupun
dari segi pertumbuhan sektoral. Nilai PDRB Kabupaten Blora Tahun 2009 berdasarkan
harga berlaku adalah Rp. 3.993.824.000.000,- nilai meningkat dibanding nilai PDRB
Kabupaten Blora Tahun 2008 berdasarkan harga berlaku yaitu Rp. 3.636.796.000.000,-.
Sehingga terjadi kenaikan sebesar 8,94%. Pertumbuhan ekonomi sebesar 8,94% tersebut
belum mencerminkan pertumbuhan yang riil/ sebenarnya karena masih terpengaruh adanya
factor kenaikan harga. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati dengan
keadaan yang sebenarnya dapat dilihat pada pertumbuhan atas dasar harga konstan.
Pertumbuhan nilai PDRB ini dipengaruhi oleh kenaikan yang pesat pada sektor –
sektor unggulan pada sistem perekonomian Kabupaten Blora yaitu sektor pertanian, sektor
pertambangan dan energi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor – sektor lain
juga mengalami kenaikan namun nilainya secara keseluruhan masih terlalu kecil untuk
meningkatkan nilai PDRB secara agregat.
Secara riil atau berdasarkan harga konstan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Blora untuk tahun 2009 mencapai angka sebesar 4,97%, lebih rendah apabila dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun 2008 yang mengalami kenaikan sebesar 5,09%. Kondisi ini
disebabkan antara lain adanya peningkatan laju pertumbuhan pada seluruh sektor jika
dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan terkecil adalah
sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,98%. Hal ini disebabkan karena belum
adanya pengaturan wilayah pertambangan sehingga ijin pembukaan pertambangan tidak
dapat maksimal dilakukan.
Pertumbuhan tertinggi menurut harga berlaku terjadi pada sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan yakni mencapai 13,23%, kemudian disusul oleh sektor
bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang masing-masing mengalami
pertumbuhan sebesar 13,16% dan 12,92% selanjutnya urutan keempat pertumbuhan
tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa sebesar 12,56%.
Sedangkan pertumbuhan tertinggi menurut harga konstan terjadi pada sektor jasa-
jasa yakni sebesar 6,35%, kemudian urutan kedua dialami oleh sektor keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan sebesar 6,28% disusul kemudian oleh sektor bangunan
yakni mencapai sebesar 5,45%. Sebagai gambaran nilai PDRB di wilayah Kabupaten
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-25
Blora baik berdasarkan harga berlaku dan harga konstan tahun 2007 dapat dijelaskan
melalui tabel berikut:
Tabel 2.15.Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Blora, Tahun 2005-2009 (Juta Rp)No
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 20082009
1
Pertanian1.330.2
491.496.7
461.624.6
301.878.0
302.036.4
45
a. Tanaman Bahan Makanan 759.120 876.675 979.0481.122.1
491.233.19
7
b. Tanaman Perkebunan 130.596 135.232 144.575 165.880 180.858
c. Peternakan 67.696 73.368 71.353 79.913 87.218
d. Kehutanan 370.277 408.698 426.642 506.631 531.464
e. Perikanan 2.560 2.773 3.011 3.457 3.708
2 Pertambangan & Penggalian 104.079 132.724 171.825 158.247 168.322
3 Industri pegolahan 149.736 168.189 184.896 215.692 230.778
4 Listrik, Gas, Air Bersih 28.301 30.835 32.884 35.877 38.541
5 Bangunan 88.729 99.729 95.294 110.803 125.383
6Perdagangan, Hotel dan Restoran 376.023 421.989 463.382 539.762
609.525
7Pengangkutan & Komunikasi 82.594 90.622 99.489 117.645
129.159
8Keu, Persewaan & Jasa Perus. 193.672 218.403 260.351 296.890
336.170
9 Jasa - jasa 201.848 214.490 248.840 283.852 319.500
PDRB2.555.2
322.873.7
183.181.5
913.636.7
983.993.8
24
Sumber: Blora Dalam Angka, 2010
Tabel 2.16.Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 di Kabupaten Blora, Th 2005-2009 (Juta Rp)No
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 20082009
1 Pertanian 941.882 970.593 1.011.027
1.070.289
1.122.395
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-26
No
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 20082009
a. Tanaman Bahan Makanan 526.187 548.559 601.369 634.536 674.801
b. Tanaman Perkebunan 97.653 95.483 98.472 106.616 110.560
c. Peternakan 50.220 51.124 46.507 48.864 50.592
d. Kehutanan 265.890 273.415 262.644 278.147 284.241
e. Perikanan 1.931 2.011 2.035 2.125 2.201
2 Pertambangan & Penggalian 57.656 65.252 76.320 70.522 71.918
3 Industri pegolahan 106.826 112.852 119.311 126.589 131.884
4 Listrik, Gas, Air Bersih 9.074 9.485 9.687 10.098 10.426
5 Bangunan 67.908 71.553 62.807 66.232 69.843
6Perdagangan, Hotel dan Restoran 248.815 261.674 274.250 288.283
302.934
7 Pengangkutan & Komunikasi 51.631 53.289 55.819 59.232 62.035
8Keu, Persewaan & Jasa Perus. 116.662 124.165 134.765 142.452
151.395
9 Jasa - jasa 130.992 134.307 139.673 145.930 155.203
PDRB1.731.3
761.803.1
691.883.6
581.979.6
272.078.0
31
Sumber: Blora Dalam Angka, 2010
2.6.2. Fasilitas Perekonomian
Fasilitas perekonomian merupakan fasilitas yang mendukung kegiatan masyarakat
dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam memenuhi dan melayani kebutuhan hidup
sehari-sehari penduduk pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Blora, telah tersedia
beberapa fasilitas perekonomian berupa pasar yang terbagi kedalam jenis pasar umum,
pasar desa, pasar hewan, pasar sepeda, dan pasar buah.
Jumlah dari masing-masing pasar tersebut diatas adalah pasar umum 13 buah, pasar
desa 43 buah, pasar hewan 12 buah, dan pasar buah 1 buah. Lebih jelasnya untuk
mengetahui gambaran jumlah, jenis dan banyaknya pasar pada masing-masing kecamatan
di Kabupaten Blora dapat dilihat pada dibawah ini.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-27
Tabel 2.17.Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kabupaten Blora
No Kecamatan Umum Desa Hewan Sepeda Buah Jumlah
1 Jati 1 1 1 0 0 32 Randublatung 2 3 1 0 0 63 Kradenan 0 3 1 0 0 44 Kedungtuban 0 3 2 0 0 55 Cepu 2 3 0 0 0 56 Sambong 0 4 0 0 0 47 Jiken 0 3 0 0 0 38 Bogorejo 0 2 0 0 0 29 Jepon 1 3 1 0 0 5
10 Blora 3 2 1 0 1 711 Banjarejo 1 3 1 0 0 512 Tunjungan 0 2 0 0 0 213 Japah 0 2 1 0 0 314 Ngawen 1 4 1 0 0 615 Kunduran 1 1 1 0 0 316 Todanan 1 4 1 0 0 5
Jumlah 2009 13 43 12 0 1 682008 14 29 14 2 2 612007 14 29 14 2 2 61
Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka, 2010
2.6.3. Industri
Industri di Kabupaten Blora didominasi industri rumah tangga. Jumlah industri
rumah tangga dalam kurun waktu lima tahun (2005-2009) menunjukkan peningkatan, dari
sebanyak 7.875 unit pada tahun 2005 menjadi 9,877 unit pada tahun 2009. Jumlah industri
kecil di Kabupaten Blora dalam kurun waktu lima tahun menunjukkan kecenderungan
mengalami penurunan. Pada tahun 2005 jumlah industri kecil di Kabupaten Blora
sebanyak 1.140 unit menjadi 1.103 unit pada tahun 2009. Jumlah industri besar/sedang di
Kabupaten Blora menunjukkan peningkatan, dari sebanyak 22 unit pada tahun 2005
menjadi 26 unit pada tahun 2009.
Secara rinci perkembangan jumlah perusahaan, tenaga kerja dan nilai produksi
industri rumah tangga, industri kecil dan industri sedang/besar dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.18.Banyaknya Perusahaan, Pekerja dan Nilai Produksi
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-28
Industri Rumah Tangga, Kecil, dan Sedang/Besar Kabupaten Blora Tahun 2005-2009
No Keterangan 2005 2006 2007 2008 20091 Industri Rumah
Tangga (unit)7.875 10.10
4 9.783 9.877 9.877
2 Industri Kecil (unit)
1.140 1.175 1.234 1.115 1.103
3 Industri Sedang/ Besar (unit)
22 25
25 24 26
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Blora.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-29
2.6.4. Prasarana Perhubungan
Rencana jaringan prasarana lalu lintas darat adalah pengembangan terminal
penumpang seperti tabel berikut :
Tabel 2.19.Rencana Terminal dan Sub Terminal Angkutan Umum
No
Kota Lokasi Terminal
Fungsi Terminal
1. Blora
Terminal penumpang Tipe B, untuk :- angkutan jarak jauh (AKAP dan AKDP)- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
2. Cepu
Terminal penumpang Tipe A, untuk :- angkutan jarak jauh (AKAP dan AKDP)- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
3. KunduranTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
4. RandublatungTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
5. NgawenTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
6 TodananTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
7 BogorejoTerminal penumpang Tipe C, untuk :- angkutan jarak sedang - angkutan jarak dekat
Sumber: Tatrawil 2009
2.6.5. Sarana Prasarana Perekonomian Lainnya
Sarana dan prasarana perkonomian lain di Kabupaten Blora yang banyak
keterkaitan dengan sanitasi diantaranya adalah bengkel las dan bubut besi/cat yang
berjumlah 189 unit, bengkel mobil sebanyak 68 unit dan bengkel motor sebanyak 455 unit.
Di samping itu adalah tempat cucian mobil/motor tersebar di seluruh kecamatan. Rumah
potong hewan sebanyak 2 tempat terdapat di Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-30
2.7. Visi dan Misi Kabupaten Blora2.7.1. Visi Kabupaten Blora
Visi adalah rumusan keadaan masa depan yang ingin dicapai dengan mendasarkan
pada situasi dan kondisi yang ada. Visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Blora
tahun 2010-2015 adalah “Terwujudnya Pemerintahan yang Bersih Menuju
Masyarakat Blora yang Sejahtera”
Berdasarkan visi jangka menengah tersebut, diharapkan seluruh unsur pemerintah
daerah Kabupaten Blora dapat mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimilikinya untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan masyarakat yang sejahtera.
Penjelasan visi jangka menengah Kabupaten Blora adalah sebagai berikut:
1. Pemerintahan yang bersih, mengandung maksud bahwa penyelenggaraan pemerintahan
dilaksanakan dengan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance)
ditandai pemerintahan yang bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN),
sumber daya aparatur yang berkualitas dan profesional, mengedepankan pelayanan
publik secara optimal, adanya jaminan kebebasan berpendapat,
2. Masyarakat yang sejahtera, mengandung maksud bahwa seluruh masyarakat
Kabupaten Blora telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya meliputi sandang,
pangan, papan, pendidikan dan kesehatan secara layak. Kondisi ini ditandai tingginya
pendapatan per kapita penduduk, pemerataan pendidikan bagi masyarakat, tingginya
derajat kesehatan masyarakat, menurunnya jumlah penduduk miskin, terciptanya iklim
investasi, meningkatnya jumlah lapangan kerja di berbagai sektor usaha, ketersediaan
infrastruktur dasar dan terciptanya kelestarian lingkungan hidup.
2.7.2. Misi Kabupaten Blora
Sesuai dengan harapan “Mewujudkan Pemerintahan Yang Bersih Menuju
Masyarakat Blora yang Sejahtera”, maka ditetapkan misi pembangunan jangka menengah
Kabupaten Blora tahun 2010-2015 sebagai upaya untuk mewujudkan visi, yaitu sebagai
berikut:
1. Melanjutkan reformasi birokrasi untuk menciptakan pemerintahan yang bersih,
bebas KKN, berdaya dan berhasil guna disemua bidang pemerintahan dalam
rangka meningkatkan pelayanan publik.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-31
2. Mewujudkan pembangunan infrastruktur sampai tingkat perdesaan.
3. Mewujudkan peningkatan produktivitas pertanian beserta pemasaran hasilnya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.
4. Menciptakan iklim investasi yang baik dan meningkatkan lapangan kerja yang
luas bagi masyarakat.
5. Mewujudkan pendidikan gratis di tingkat SD / MI dan SMP / MTs serta murah
ditingkat SMA / MA.
6. Mewujudkan kesehatan gratis untuk semua jenis pelayanan di puskesmas dan
jenis pelayanan sampai klas 3 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono
Blora dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.
7. Mewujudkan peningkatan perekonomian lokal dengan mendorong UMKM dan
pasar tradisional.
8. Mewujudkan perlindungan terhadap kelestarian alam.
9. Menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat.
2.8. Institusi dan Organisasi Pemda
Institusi dan organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Blora terdiri atas 11 Dinas, 11
Lembaga Teknis Daerah dan Satpol PP.
Berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Blora, terdapat tiga institusi yaitu
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Staf Ahli. Sekretariat Daerah mempunyai tugas
pokok membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Staf Ahli,
Sekretariat DPRD, Bupati, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP, Kecamatan
dan Kelurahan. Sekretariat DPRD mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh
DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Tugas dan fungsi staf ahli ditetapkan
oleh Bupati di luar tugas dan fungsi perangkat daerah.
Berdasarkan Perda Nomor 12 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Blora, maka Lembaga Teknis di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Blora sebagai berikut :
1. Inspektorat;
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-32
3. Badan Kepegawaian Daerah;
4. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan Dan Keluarga Berencana;
5. Badan Lingkungan Hidup;
6. Badan Penanaman Modal Dan Pelayanan Perijinan;
7. Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik;
8. Kantor Ketahanan Pangan;
9. Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah;
10. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soetijono Blora; dan
11. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soeprapto Cepu.
Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-
Dinas Daerah Kabupaten Blora, maka Dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten
Blora sebagai berkut :
1. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga;
2. Dinas Kesehatan;
3. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan Dan Perikanan;
4. Dinas Kehutanan;
5. Dinas Pekerjaan Umum;
6. Dinas Perhubungan,Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi Dan Informatika;
7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Dan Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah;
8. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Dan Sosial;
9. Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral;
10. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil; dan
11. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah.
Berdasarkan Perda Nomor 14 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Blora, terdapat 16 Kecamatan dengan tugas pokok
melaksanakan pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati untuk menangani
sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan, dan 24
Kelurahan dengan tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan dan melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan
oleh Bupati yang disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan memperhatikan prinsip
efisiensi dan peningkatan akuntabilitas
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-33
Berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan
Polisi Pamong Praja Kabupaten Blora, dibentuk Satpol PP dengan tugas pokok
menegakkan Peraturan Daerah serta menyelenggarakan ketertiban umum, ketentraman
masyarakat, perlindungan masyarakat dan penanggulangan bencana.
2.9. Tata Ruang Wilayah
Tinjauan mengenai tata ruang wilayah didasarkan pada Perda Kabupaten Blora No. 18 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blora Tahun 2011-2031. Dalam tinjauan tata ruang wilayah ini dijelaskan mengenai Rencana Struktur Ruang yang terdiri dari sistem pusat kegiatan (Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan) dan Sistem Jaringan Prasarana serta dijelaskan juga mengenai Rencana Pola Ruang Kabupaten Blora.
2.9.1. Rencana Struktur Ruang2.9.1.1. Sistem Pusat Kegiatan
Rencana Sistem perkotaan di wilayah Kabupaten Blora diarahkan membentuk struktur jenjang kota sebagai berikut:
1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) untuk melayani kegiatan skala propinsi atau beberapa kabupaten adalah Perkotaan Cepu dengan fungsi pelayanan sebagai pusat kawasan perdagangan, perhubungan, pendidikan, pengetahuan teknologi, industri, dan permukiman;
2. PKL (Pusat Kegiatan Lingkungan) sebagai pusat wilayah (regional centre) juga sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten Blora adalah Perkotaan Blora yang berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan tingkat kabupaten, pusat perdagangan regional, pendidikan, perdagangan dan jasa, dan permukiman;
3. PKLp (Pusat Kegiatan Lingkungan Promosi), derah yang termasuk dengan PKLp adalah Perkotaan Randublatung dengan fungsi perhubungan, perdagangan, pertanian, dan permukiman; dan Perkotaan Kunduran dengan fungsi agro industri, agro forestry dan agro bisnis;
4. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa. PPK Kabupaten Blora antara lain:
a. Todanan dengan fungsi agro industri, pertambangan, perhubungan, dan pemukiman
b. Japah dengan fungsi perdagangan, pertanian industri, dan pemukimanc. Tunjungan dengan fungsi kegiatan industri, pertanian, dan pemukimand. Jepon dengan fungsi perdagangan industri menengah, dan pemukimane. Bogorejo dengan fungsi pertanian, pertambangan, dan pemukimanf. Sambong dengan fungsi pertanian, industri, dan pemukimang. Kradenan dengan fungsi pertanian, industri, migas dan pemukimanh. Jati dengan fungsi pertanian, industri, migas dan pemukimani. Kedungtuban dengan fungsi perdagangan, industri dan pertanian dan pemukiman
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-34
j. Banjarejo dengan fungsi pertanian, perkebunan dan pemukimank. Ngawen dengan fungsi pertanian, industri menengah dan pemukimanl. Jiken dengan fungsi pertanian, perkebunan dan pemukiman
Rencana sistem perdesaan di Kabupaten Blora, ditetapkan 22 desa yang berpotensi
menjadi pusat antar desa atau beberapa desa yang selanjutnya disebut Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP). Menurut Keputusan Menteri PU No. 16 Tahun 2009, DPP tersebut
melayani Kegiatan pada Desa yang disebut Pusat Pelayanan Lokal (PPL), masing-masing
DPP atau PPL melayani 3 – 7 desa. PPL berfungsi sebagai fungsi pusat pelayanan antar
desa.
PPL (Pusat Pelayanan Lokal) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala antar desa. Terdapat 22 PPL di Kabupaten Blora antara lain:
1. PPL 1, dengan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di Desa Jegong, yang terdiri dari
Desa: Pelem, Kepoh, Gempol dan Bangklean. Desa – Desa tersebut seluruhnya
berada di Kecamatan Jati.
2. PPL 2, dengan DPP di Desa Kradenan, yang terdiri dari Desa: Nglebak, Nginggil,
Megeri (Kecamatan Kradenan), dan Desa Tlogotuwung dan Bodeh (Kecamatan
Randublatung)
3. PPL 3, dengan DPP di Desa Kalisari, yang terdiri dari Desa: Tanggel dan Nglirom
(Kecamatan Randublatung) dan Jatiklampok dan Jatisari (Kecamatan Banjarejo)
4. PPL 4, dengan DPP di Desa Kemantren, yang terdiri dari Desa: Gondel, Sidorejo,
Jimbung, Panolan, dan Ketuwan (Kecamatan Kedungtuban).
5. PPL 5, dengan DPP di Desa Ngloram, yang terdiri dari Desa: Gadon, Kapuan,
Jipang dan Cabean (Kecamatan Cepu).
6. PPL 6, dengan DPP di Desa Semanggi, yang terdiri dari Desa: Blungun
(Kecamatan Jepon), Desa Galuk, dan Temenggeng (Kecamatan Sambong), dan
Nglobo (Kecamatan Jiken)
7. PPL 7, dengan DPP di Desa Nglebur, yang terdiri dari Desa: Janjang dan Bleboh
(Kecamatan Jiken)
8. PPL 8, dengan DPP di Desa Sendangrejo, yang terdiri dari Desa: Gayam dan
Gandu (Kecamatan Bogorejo)
9. PPL 9, dengan DPP di Desa Karang, yang terdiri dari Desa: Gombang, Prantaan,
Sarirejo, Karanganyar, Nglengkir dan Jurangjero (Kecamatan Bogorejo)
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-35
10. PPL 10, dengan DPP di Desa Jatirejo, yang terdiri dari Desa: Bacem, Soko dan
Waru (Kecamatan Jepon) dan Tempuran dan Platungan (Kecamatan Blora)
11. PPL 11, dengan DPP di Desa Sitirejo, yang terdiri dari Desa: Nglangitan dan Keser
(Kecamatan Tunjungan), dan Ngampel dan Ngadipurwo (Kecamatan Blora)
12. PPL 12, dengan DPP di Desa Ngampon, yang terdiri dari Desa: Jomblang dan
Bangsri (Kecamatan Jepon), dan Purworejo dan Jepangrejo (Kecamatan Blora)
13. PPL 13, dengan DPP di Desa Klopoduwur, yang terdiri dari Desa: Sumberagung
dan Sidomulyo (Kecamatan Banjarejo)
14. PPL 14, dengan DPP di Desa Bacem, yang terdiri dari Desa: Balongsari,
Wonosemi, Sambonganyar dan Jetakwanger (Kecamatan Ngawen)
15. PPL 15, dengan DPP di Desa Plumbon, yang terdiri dari Desa: Bergolo, Gedebeg,
Kendayaan, Kedungsatrian dan Talokwohmojo (Kecamatan Ngawen)
16. PPL 16, dengan DPP di Desa Kemiri, yang terdiri dari Desa: Kodokan, Sonokidul,
Botoreco, Buloh (Kecamatan Kunduran) dan Rowobungkul (Kecamatan Ngawen)
17. PPL 17, dengan DPP di Desa Ngawenombo, yang terdiri dari Desa: Kedungwaru
dan Balong (Kecamatan Kunduran, Srigading dan Karangjong (Kecamatan
Ngawen), dan Tinapan (Kecamatan Todanan)
18. PPL 18, dengan DPP di Desa Ngapus, yang terdiri dari Desa: Dologan (Kecamatan
Japah) dan Gunungan, Kajengan, Dringo, Gondoriyo, dan Kembang (Kecamatan
Todanan)
19. PPL 19 dengan DPP di Desa Kalinanas, yang terdiri dari Desa: Gaplokan
(Kecamatan Japah) dan Kedungbacin, Ledok, dan Bedingin (Kecamatan Todanan)
20. PPL 20, dengan DPP di Desa Sumberejo, yang terdiri dari Desa: Wotbakah,
Bogorejo, dan Ngiyono (Kecamatan Japah)
21. PPL 21, dengan DPP di Desa Karanganyar, yang terdiri dari Desa: Candisari,
Wukirsari, Bicak dan Sendang (Kecamatan Todanan)
22. PPL 22, dengan DPP di Desa Ngumbul, yang terdiri dari Desa: Sonokulon,
Sambeng, Prigi, Pelemsengir, dan Kacangan (Kecamatan Todanan)
2.9.1.2. Sistem Jaringan Prasarana
A. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pengembangan sistem wilayah sungai di Kabupaten Blora berupa pengelolaan
Wilayah Sungai Bengawan Solo yang merupakan wilayah sungai antar provinsi.
Kewenangan pengelolaan merupakan kewenangan Pemerintah Pusat sehingga
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-36
pengelolaannya mengacu pada pola dan rencana pengelolaan wilayah sungai yang
ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Selain itu pengembangan sistem sungai yang
lain berupa pengelolaan Wilayah Sungai Lusi dan Sungai Juana yang merupakan wilayah
sungai antar kabupaten. Kewenangan pengelolaan merupakan kewenangan Pemerintah
Provinsi.
Pada tahun 2021 ditargetkan 50% dari seluruh penduduk akan terlayani, yaitu sebesar
529.574 jiwa. Sehingga sambungan rumah yang akan terlayani adalah sebesar
57.193.998,37 liter/hari. Untuk sambungan kran umum diasumsikan sekitar 20% dari
sambungan rumah, yaitu sebesar 11.438.799,67 liter/hari. Kebutuhan non domestik dan
perkiraan kehilangan air masing – masing sekitar 20%, yaitu sebesar 11.438.799,67
liter/hari. Maka selanjutnya dapat diketahui total kebutuhan air adalah sebesar
91.510.397,39 liter/hari. Pada tahun 2031 ditargetkan 50% dari seluruh penduduk akan
terlayani, yaitu sebesar 548.849 jiwa. Sehingga sambungan rumah yang akan terlayani
adalah sebesar 59.275.643,52 liter/hari. Untuk sambungan kran umum diasumsikan sekitar
20% dari sambungan rumah, yaitu sebesar 11.855.128,70 liter/hari. Kebutuhan non
domestik dan perkiraan kehilangan air masing – masing sekitar 20%, yaitu sebesar
11.855.128,70 liter/hari. Maka selanjutnya dapat diketahui total kebutuhan air adalah
sebesar 94.841.029,64 liter/hari.
Saat ini di Kabupaten Blora hanya 8 (delapan) Kecamatan saja yang tersedia
jaringan air bersih, yaitu: Blora, Cepu, Todanan, Ngawen, Kunduran, Randublatung,
Kedungtuban dan Kradenan. Baru 35 % saja dari penduduk Kabupaten Blora yang dapat
menikmati pelayanan PDAM, sedangkan selebihnya 65% masih menggunakan sumur gali.
Hal tersebut diperburuk dengan kondisi wilayah yang dipastikan mengalami kekeringan
pada musim kemarau, yaitu antara Bulan Juni hingga Oktober.
Keberadaan instalasi air bersih saat ini sudah tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dari masyarakat Kabupaten Blora, untuk itu diusulkan adanya:
1) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air yang bersumber dari Waduk Greneng di
Kecamatan Tunjungan dengan kapasitas 2.299.870 m3 seluas 63 Ha.
2) Pembangunan Instalasi Pengolahan Air yang bersumber dari Waduk Bentolo di
Kecamatan Todanan dengan debit ± 150 liter / detik yang lokasinya berada pada
kawasan hutan Perhutani.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-37
3) Pembangunan jaringan air bersih perpipaan di kawasan perkotaan di Kabupaten
Blora
4) Pemanfaatan Sungai Bengawan Solo sebagai sumber air baku dengan kapasitas debit
± 200 liter/detik, dengan sasaran pelayanan, yaitu kecamatan: Cepu, Sambong, Jiken,
dan Jepon.
5) Pengambilan air baku sumur dalam dari wilayah Kecamatan Randublatung untuk
melayani Kecamatan Jati/Doplang dengan debit sebesar ± 25 liter/detik.
6) Pengambilan air bersih dari embung Jegong di kecamatan Jati dan embung
Gembyungan kecamatan Randublatung
7) Pembangunan Waduk Randugunting di alur sungai Banyuasin di Desa Kalinanas,
Kecamatan Japah.
Tinggi bendungan/waduk Randugunting direncanakan ± 29,50 m dengan luas
genangan sebesar 250 ha dan kapasitas tampungan total waduk sebesar 13 juta m3.
Tata guna lahan di rencana daerah genangan adalah hutan (65,70%), lading/tegalan
(19%) dan sawah tadah hujan (15,3%). Waduk Randugunting ini difungsikan sebagai
pengendali banjir, penyedia air irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman dan
produktivitas tanaman dari lahan yang ada, serta memenuhi kebutuhan air baku untuk
kebutuhan domestic dan indutri dengan proyeksi kebutuhan air sampai dengan tahun
2055 adalah 90 liter/detik. Sedangkan dampak positif secara tidak langsung dari
pembangunan Waduk Randugunting adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat
petani melalui peningkatan indeks pertanaman serta usaha peternakan, meningkatkan
taraf hidup masyarakat sekitar Waduk melalui pengembangan perikanan air tawar,
serta mendukung pengembangan sektor pariwisata dan terbukanya lapangan kerja
yang baru di bidang pariwisata bagi masyarakat di sekitar waduk.
8) Rencana pembangunan embung, meliputi:
1. Embung Suruhan di Kecamatan Jiken
2. Embung Kedungwungu di Kecamatan Todanan.
3. Embung Sambong di Kecamatan Sambong
4. Embung Kalisari di Kecamatan Randublatung
5. Embung Bangsri II di Kecamatan Jepon
6. Embung Tlogowungu 2 di Kecamatan Japah
7. Embung Kedungmulyo di Kecamatan Todanan
8. Embung Semanggi di Kecamatan Jepon
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-38
9. Embung Polaman Alt 2 di Kecamatan Blora
10. Embung Polaman Alt 1 di Kecamatan Blora
11. Embung Jurangjero di Kecamatan Banjarejo
12. Embung Tlogowungu 1 di Kecamatan Japah
13. Embung Bedingin di Kecamatan Todanan
14. Embung Karangjong Kecamatan Todanan
15. Embung Klopoduwur di Kecamatan Banjarejo
16. Embung Jomblang di Kecamatan Jepon
17. Embung Wonosemi di Kecamatan Banjarejo
18. Embung Dologan di Kecamatan Japah
19. Embung Dringo di Kecamatan Todanan
20. Embung Gembol di Kecamatan Bogorejo
21. Embung Sumberejo di Kecamatan Ngawen
22. Embung Nglengkir di Kecamatan Bogorejo
23. Embung Soko di Kecamatan Jepon
24. Embung Nglangitan di Kecamatan Tunjungan
25. Embung Tunjungan di Kecamatan Tunjungan
26. Embung Kembang di Kecamatan Todanan
27. Embung Blimbing di Kecamatan Bogorejo
28. Embung Singonegoro di Kecamatan Jiken
29. Embung Jaga di Kecamatan Randublatung;
30. Embung Jegong di Kecamatan Jati;
31. Embung Pengkok di Kecamatan Sambong;
32. Embung Ngawenan di Kecamatan Sambong;
33. Embung Blungun di Kecamatan Jepon;
34. Embung Karangnongko di Kecamatan Kradenan;
35. Embung Jatisari di Kecamatan Banjarejo;
36. Embung Kendang di Kecamatan Randublatung
37. Embung Pucang di Kecamatan Kedungtuban.
Target yang ingin dicapai dengan membangun embung-embung ditas adalah:
1) Memaksimalkan pemanfaatan air permukaan di Kabupaten Blora dengan membangun
embung-embung guna menampng air di musim hujan untuk kesejahteraan rakyat untuk
mencukupi kebutuhan air di musim kemarauyaitu untuk irigasi, air minum dan bila
dimungkinkan untuk mencukupi kebutuhan industri yang ada di Kabupaten Blora.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-39
2) Mengurangi dan mengendalikan daya rusak air dengan menahan dan menampung air
hujan di musim hujan.
Pengembangan waduk dan embung serta pompanisasi terkait dengan pengelolaan
sumber daya air akan dikembangkan dengan mempertimbangkan faktor kondisi
lingkungan di sekitarnya. Faktor tersebut antara lain:
1) daya dukung sumber daya air
2) kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat
3) kemampuan pembiayaan
4) kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air.
Dengan pemenuhan faktor tersebut maka pembangunan prasarana pengelolaan air
bersih tidak akan mengganggu kondisi yang ada di sekitarnya. Untuk areal lahan yang
memiliki penggunaan lahan sebagai lahan yang beririgasi teknis akan tetap dipertahankan.
Hal itu dilakukan agar tidak merubah fungsi peruntukan areal tersebut. Jika memang harus
dilakukan perubahan fungsi lahan maka harus disediakan lahan atau areal baru untuk
menggantikan lahan yang beririgasi teknis yang berubah gunalahannya. Lahan pengganti
tersebut harus memiliki luas minimal sama dengan luas lahan yang diubah gunalahannya
ditambah dengan biaya investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.
B. Pengembangan sarana dan prasarana persampahan
Untuk analisis jumlah sampah yang dihasilkan oleh Kabupaten Blora setiap harinya
dapat digunakan perhitungan standar sebagai berikut:
Sampah rumah tangga : 2 liter/orang/hari
Sampah domestik : 50 % sampah rumah tangga
Kapasitas tong sampah : daya tampung sampah 30 – 50 liter
Kapasitas armada sampah: gerobak/becak sampah 2.000 liter/hari, truk sampah 24.000
liter/hari
Di Kabupaten Blora pada tahun 2031 diproyeksikan memiliki potensi timbulan
sampah sebanyak 4.435,51 m3/hr dengan target pelayanan sebesar 40 % dari seluruh
penduduk maka sampah yang terlayani adalah sebesar 1.774,20 m3. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut diatas selanjutnya dapat diketahui kebutuhan sarana pengumpul dan
pengangkut sampah, berupa:
Tong sampah dengan kapasitas 40 liter sebanyak 44.355 unit
Gerobak sampah dengan kapasitas 0,8 m3 sebanyak 2.216 unit
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-40
Transfer depo dengan kapasitas 10 m3 sebanyak 177 unit
Dump truck dengan kapasitas 6 m3 per rit dan 2 rit per hari sebanyak 148 unit.
Tabel 3.9.Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Sampah 2021
No KecamatanJumlah
Penduduk(Jiwa)
PotensiTimbulan Sampah(5 lt/jw/hr)=m3/hr
Sarana Pengumpul dan pengangkut
Tong Sampah
40lt
Gerobak Sampah(0,8 m3)
Tranfer depo
(10 m3)
Dump Truk
(6 m3 per hari) /rit
1 hari(2 rit)
1 Jati 52.369 261,85 2.618 131 10 17 92 Randublatung 74.657 373,29 3.733 187 15 25 123 Kradenan 39.340 196,70 1.967 98 8 13 74 Kedungtuban 57.082 285,41 2.854 143 11 19 105 Cepu 83.597 417,99 4.180 209 17 28 146 Sambong 27.659 138,30 1.383 69 6 9 57 Jiken 39.461 197,31 1.973 99 8 13 78 Bogorejo 24.750 123,75 1.238 62 5 8 49 Jepon 64.396 321,98 3.220 161 13 21 1110 Blora 88.877 444,39 4.444 222 18 30 1511 Banjarejo 56.404 282,02 2.820 141 11 19 912 Tunjungan 44.419 222,10 2.221 111 9 15 713 Japah 35.996 179,98 1.800 90 7 12 614 Ngawen 65.417 327,09 3.271 164 13 22 1115 Kunduran 67.013 335,07 3.351 168 13 22 1116 Todanan 65.665 328,33 3.283 164 13 22 11
Jumlah 889.123 4.435,51 44.355
2.218 177 296 148
Pada tahun 2031 diproyeksikan memiliki potensi timbulan sampah sebanyak
4.558,79 m3/hr dengan target pelayanan sebesar 40 % dari seluruh penduduk maka
sampah yang terlayani adalah sebesar 1.823,52 m3. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
diatas selanjutnya dapat diketahui kebutuhan sarana pengumpul dan pengangkut sampah,
berupa:
Tong sampah dengan kapasitas 40 liter sebanyak 45.588 unit
Gerobak sampah dengan kapasitas 0,8 m3 sebanyak 2.279 unit
Transfer depo dengan kapasitas 10 m3 sebanyak 182 unit
Dump truck dengan kapasitas 6 m3 per rit dan 2 rit per hari sebanyak 152 unit.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-41
Tabel 3.10.Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Sampah 2031
No KecamatanJumlah
Penduduk(Jiwa)
PotensiTimbulan Sampah
(5 lt/jw/hr) =m3/hr
Sarana Pengumpul dan pengangkut
Tong Sampah
40lt
Gerobak Sampah(0,8 m3)
Tranfer depo
(10 m3)
Dump Truk(6 m3 per hari) /rit
1 hari(2 rit)
1 Jati 54.358 271,79 2.718 136 11 18 92 Randublatung 75.379 376,90 3.769 188 15 25 133 Kradenan 39.625 198,13 1.981 99 8 13 74 Kedungtuban 58.189 290,95 2.909 145 12 19 105 Cepu 88.177 440,89 4.409 220 18 29 156 Sambong 28.083 140,42 1.404 70 6 9 57 Jiken 40.535 202,68 2.027 101 8 14 78 Bogorejo 25.136 125,68 1.257 63 5 8 49 Jepon 67.554 337,77 3.378 169 14 23 1110 Blora 89.131 445,66 4.457 223 18 30 1511 Banjarejo 56.432 282,16 2.822 141 11 19 912 Tunjungan 44.809 224,05 2.240 112 9 15 713 Japah 37.447 187,24 1.872 94 7 12 614 Ngawen 68.381 341,91 3.419 171 14 23 1115 Kunduran 68.343 341,72 3.417 171 14 23 1116 Todanan 70.179 350,90 3.509 175 14 23 12
Jumlah 913.789 4.558,7945.588
2.279 182 304 152
Keberadaan Tempat Pembuangan Sampah saat ini yang berada di Kecamatan Blora
dan Cepu untuk melayani hingga akhir tahun perencanaan (2031) diperlukan adanya
penambahan yang lebih tepat ditempatkan di Kecamatan Randublatung dan Kecamatan
Todanan. Dengan demikian sampah yang dihasilkan masyarakat dapat terbagi menjadi 4
(empat) titik pembuangan akhir, yaitu: barat (Kecamatan Todanan), utara (Kecamatan
Blora), selatan (Kecamatan Randublatung) dan timur (Kecamatan Cepu)
Sistem pengolahan sampah di Kabupaten Blora menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah Kabupaten Blora serta masyarakat setempat. Selama ini pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, terutama dilakukan di kawasan
perkotaan yang meliputi yaitu pengumpulan dari rumah tangga – tong sampah – gerobak
sampah – TPS – Truk pengangkut – TPA.
Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/penanganan
sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan
pemukiman atau kota.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-42
1) Penanganan Setempat
Penanganan setempat dimaksudkan penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh
penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan
cara lain yang masih dapat dibenarkan.
Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan masih cukup tinggi misalnya
tersedianya lahan, kepadatan penduduk yang rendah, dll.
2) Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat adalah suatu proses atau kegiatan
penanganan sampah yang terkoordinir untuk melayani suatu wilayah / kota.
Pengelolaan sampah secara terpusat mempunyai kompleksitas yang besar karena
cakupan berbagai aspek yang terkait. Aspek – aspek tersebut dikelompokkan dalam 5
aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis operasional, pembiayaan dan
retribusi serta aspek peran serta masyarakat.
Pola operasional penanganan sampah dari sumber sampai TPA dilakukan melalui
beberapa tahap, yaitu pengumpulan, pemindahan, pengolahan, pengangkutan dan
pembuangan akhir.
a. Pewadahan
Wadah sampah individual (disumber) disediakan oleh setiap penghasil sampah
sendiri sedangkan wadah komunal dan pejalan kaki disediakan oleh pengelola
dan atau swasta. spesifikasi wadah sedemikian rupa sehingga memudahkan
operasionalnya, tidak permanen dan higienis. Akan lebih baik apabila ada
pemisahan wadah untuk sampah basah dan sampah kering.
Pengosongan sampah dari wadah individual dilakukan paling lama 2 hari sekali
sedangkan untuk wadah komunal harus dilakukan setiap hari.
b. Pengumpulan
Pengumpulan sampah dari sumber dapat dilakukan secara langsung dengan alat
angkut (untuk sumber sampah besar atau daerah yang memiliki kemiringan
lahan cukup tinggi) atau tidak langsung dengan menggunakan gerobak (untuk
daerah teratur) dan secara komunal oleh mayarakat sendiri (untuk daerah tidak
teratur)
Penyapuan jalan diperlukan pada daerah pusat kota seperti ruas jalan protokol,
pusat perdagangan, taman kota dan lain-lain
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-43
c. Pemindahan
Pemindahan sampah dari alat pengumpul (gerobak) ke alat angkut (truk)
dilakukan di trasnfer depo atau container untuk meningkatkan efisiensi
pengangkutan
Lokasi pemindahan haru dekat dengan daerah pelayanan atau radius 500 m
Pemindahan skala kota ke stasiun transfer diperlukan bila jarak ke lokasi TPA
lebih besar dari 25 km
d. Pengangkutan
Pengangkutan secara langsung dari setiap sumber harus dibatasi pada daerah
pelayanan yang tidak memungkinkan cara operasi lainnya atau pada daerah
pelayanan tertentu berdasarkan pertimbangan keamanan maupun estetika
dengan memperhitungkan besarnya biaya operasi yang harus dibayar oleh
pengguna jasa
Penetapan rute pengangkutan sampah harus didasarkan pada hasil survey time
motion study untuk mendapatkan jalur yang paling efisien.
Jenis truk yang digunakan minimal dump truck yang memiliki kemampuan
membongkar muatan secara hidrolis, efisien dan cepat
Penggunaan arm roll truck dan compactor truck harus mempertimbangkan
kemampuan pemeliharaan
Pengolahan sampah dimaksudkan untuk mengurangi volume sampah yang
harus dibuang ke TPA serta meningkatkan efisiensi penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan
Teknologi pengolahan sampah dapat dilakukan melalui pembuatan kompos,
pembakaran sampah secara aman (bebas COx, SOx, NOx dan dioxin),
pemanfaatan gas metan dan daur ulang sampah. Khusus pemanfaatana gas
metan TPA (landfill gas), dapat masuk dalam CDM (clean developmant
mechanism) karena secara significan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca
yang berpengaruh pada iklim global.
Skala pengolahan sampah mulai dari individual, komunal (kawasan), skala kota
dan skala regional.
Penerapan teknologi pengolahan harus memperhatikan aspek lingkungan, dana,
SDM dan kemudahan operasional.
e. Pembuangan akhir
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-44
Pemilihan lokasi TPA harus mengacu pada SNI 03-3241-1994 tentang Tata
Cara Pemilihan Lokasi TPA. Agar keberadaan TPA tidak mencemari
lingkungan, maka jarak TPA ke badan air penerima > 100m, ke perumahan
terdekat > 500 m, ke airport 1500 m (untuk pesawat propeler) dan 3000 m
(untuk pesawat jet). Selain itu muka air tanah harus > 4 m, jenis tanah lempung
dengan nilai K < 10-6 cm/det.
Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill
(untuk kota sedang dan kecil) dan sanitary landfill (untuk kota besar dan
metropolitan) dengan “sistem sel”
Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainase
keliling dan pagar pengaman (dapat berfungsi sebagai buffer zone)
Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasar
kedap air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi dan ventilasi gas / flaring
atau landfill gas extraction untuk mngurangi emisi gas.
Fasilitas operasional yang harus disediakan berupa alat berat (buldozer,
excavator, loader dan atau landfill compactor) dan stok tanah penutup
Penutupan tanah harus dilakukan secara harian atau minimal secara berkala
dengan ketebalan 20-30 cm
Penyemprotan insektisida harus dilakukan apabila penutupan sampah tidak
dapat dilakukan secara harian dan penutupan tanah akhir harus dilakukan sesuai
dengan peruntukan lahan bekas TPA
Kegiatan pemantauan lingkungan harus tetap dilakukan meskipun TPA telah
ditutup terutama untuk gas dan efluen leachate, karena proses dekomposisi
sampah menjadi gas dan leahate masih terus terjadi sampai 25 tahun setelah
penutupan TPA
Manajemen pengelolaan TPA perlu dikendalikan secara cermat dan
membutuhkan tenaga terdidik yang memadai
Lahan bekas TPA direkomendasikan untuk digunakan sebagai lahan terbuka
hijau.
Penyelenggara pembangunan prasarana dan sarana persampahan dapat dilakukan
secara sendiri atau terpadu oleh Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, Swasta dan
masyarakat. Kegiatan pengelolaan sampah yang tidak dapat dilaksanakan oleh masyarakat,
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-45
Timbulan sampah di TPA biasanya tidak seluruhnya dapat terangkut setiap
harinya. Jika hal ini tidak diantisipasi maka akan menimbulkan penimbunan sampah kota
dalam jumlah besar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola sampah kota
adalah dengan pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat. Maksud dari
pengelolaan sampah 3R adalah:
1) Reduce (R1)
Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan sampah
di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah
dihasilkan.
2) Reuse (R2)
Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
sampah (tanpa melalui proses pengolahan)
3) Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah)
menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan.
Dalam pengelolaan sampah 3R ini memfokuskan pada peran serta masyarakat
sebagai pelaku dalam mengelola sampah yang dihasilkan masing-masing rumah tangga.
Masyarakat diharapkan dapat memilah-nilah sendiri sampah yang dihasilkan, mana
sampah yang dapat digunakan kembali ataupun di daur ulang.
C. Pengembangan Sarana dan Prasarana Limbah
Pengelolaan sarana dan prasarana limbah di Kabupaten Blora dilakukan sebagai berikut :
1. pengembangan saluran pembuangan air limbah secara komunal;
2. pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tersebar diseluruh
kecamatan;
3. pengembangan instalasi pengolah air limbah (IPAL) tersebar diseluruh kecamatan;
pengembangan instalasi pengolah limbah tinja (IPLT) di Kecamatan Blora dan Kecamatan Cepu.
D. Pengembangan Prasarana Drainase
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-46
Kondisi wilayah Kabupaten Blora mempunyai topografi yang bervariasi mulai dari
dataran tinggi, perbukitan, dataran rendah dengan pola aliran air menuju ke 2 (dua) sungai
utama, yaitu Sungai Lusi dan Sungai Bengawan Solo. Kondisi tersebut sangat rawan
terhadap bahaya banjir, terutama pada wilayah di sekitar sungai tersebut. Selain itu,
apabila banyak dilakukan pembangunan dengan perkerasan yang semakin mengurangi
daerah tangkapan serta pendangkalan sungai akan semakin memperbesar kemungkinan
terjadinya banjir. Jaringan drainase di Kabupaten Blora direncanakan dikembangkan
melalui dua model, yaitu sistem konvensional dan sistem ekodrainase.
1) Sistem Konvensional
Jaringan drainase di Kabupaten Blora secara konvensional direncanakan terdiri dari
jaringan drainase primer, sekunder dan tersier. Jaringan drainase primer direncanakan
meliputi sungai-sungai di Kabupaten Blora. Pengembangan jaringan drainase sekunder
dilakukan pada saluran-saluran tepi jalan utama dan beberapa saluran tepi jalan yang
dialirkan menuju ke saluran primer, sedangkan untuk saluran tersier dikembangkan
pada saluran-saluran dari rumah tangga menuju ke saluran tepi jalan.
Rencana perbaikan saluran drainase di Kabupaten Blora perlu dikembangkan melalui
perkerasan, terutama pada saluran tepi jalan. Pola terasering pada penyusunan dan
pembangunan saluran drainase diperlukan mengingat Kabupaten Blora memiliki
kondisi topografi berbukit-bukit dengan pola aliran air dan koefisien run off cukup
tinggi.
Gambar 3.2.Pola Aliran Jaringan Drainase
2) Sistem Ekodrainase
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-47
Konsep pengembangan sistem ekodrainase dapat disebut sebagai konsep
pengembangan drainase ramah lingkungan yang didefinisikan sebagai upaya
mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah
secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai
sebelumnya. Konsep drainase ramah lingkungan dilakukan agar air kelebihan pada
musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai,
namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah
untuk cadangan pada musim kemarau.
Tujuan dari penerapan sistem ekodrainase di Kabupaten Blora dilakukan sebagai
upaya untuk menanggulangi proses pembuangan air genangan secara cepat dari
saluran tersier ke saluran sekunder dan menuju ke saluran primer pada sistem drainase
konvensional. Pengaliran air secara cepat menuju ke saluran-saluran primer akan
menyebabkan penurunan kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini akan
berdampak pada pengurangan cadangan air tanah, kekeringan pada musim kemarau,
tanah longsor dan penumpukan beban air pada daerah hilir (saluran primer) yang
meyebabkan terjadinya banjir terutama pada musim penghujan.
Rencana pengembangan drainase melalui konsep sistem ekodrainase di Kabupaten
Blora dilakukan melalui pembuatan kolam konservasi, metode sumur resapan, metode
river side polder, dan metode pengembangan areal perlindungan air tanah (ground
water protection area).
Metode Kolam Konservasi
Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam-kolam air, baik di
daerah perkotaan, permukiman, pertanian, atau perkebunan di Kabupaten Blora.
Kolam konservasi dibuat untuk menampung air hujan terlebih dahulu, diresapkan
dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara perlahan-lahan. Kolam konservasi
dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah bertopografi rendah, daerah bekas
galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan menggali
suatu areal tertentu. Kolam konservasi dapat berupa rawa, danau kecil, telaga,
kolam dan sebagainya.
Rencana jaringan drainase dengan metode kolam konservasi dilakukan melalui
proses pemeliharaan dan pengalokasian kolam konservasi pada beberapa tempat
tertentu.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-48
Pengembangan konsep ekodrainase untuk areal pertanian dan hutan di Kabupaten
Blora tentunya perlu direncanakan melalui pembuatan parit-parit (kolam)
konservasi air hujan. Parit ini sangat penting untuk cadangan air musim kemarau
sekaligus meningkatkan konservasi air hujan di daerah hulu, serta meningkatkan
daya dukung ekologi daerah setempat. Konstruksi parit cukup sederhana, berupa
galian tanah memanjang atau membujur di beberapa tempat tanpa pasangan. Pada
parit tersebut sekaligus bisa dijadikan tempat budidaya ikan dan lain-lain.
Metode Sumur Resapan
Pengembangan metode sumur resapan merupakan rencana praktis dengan cara
membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap
perumahan atau kawasan di Kabupaten Blora. Sumur resapan dapat dikembangkan
pada areal olahraga dan wisata, sedangkan konstruksi dan kedalaman sumur
resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah setempat. Sumur resapan hanya
dikhususkan untuk air hujan, sehingga tidak diizinkan memasukkan air limbah
rumah tangga ke dalam sumur resapan.
Metode River Side Polder
Rencana penerapan metode river side polder di Kabupaten Blora dilakukan untuk
menahan aliran air dengan mengelola/menahan air kelebihan (hujan) di sepanjang
bantaran sungai. Pembuatan polder pinggir sungai-sungai di Kabupaten Blora
dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai tempat secara selektif
di sepanjang sungai. Lokasi polder, sejauh mungkin dikembangkan mendekati
kondisi alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis dan
tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik (banjir),
sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga
banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-49
Metode Areal Perlindungan Air Tanah
Metode areal perlindungan air tanah dilakukan dengan cara menetapkan kawasan
lindung untuk air tanah, dimana pada kawasan tersebut dikhususkan untuk
meresapkan air hujan ke dalam tanah. Di Kabupaten Blora perlu sesegara mungkin
dicari lokasi-lokasi yang cocok secara geologi dan ekologi sebagai areal untuk
recharge dan perlindungan air tanah sekaligus sebagai bagian penting dari
komponen drainase kawasan. Pengadaan tanaman yang membantu penyerapan
pada kawasan resapan air sangat diperlukan keberadaannya. Pengembangan areal
perlindungan air tanah dapat dilakukan dengan memperhatikan rencana
pengembangan dan kondisi eksisting kawasan lindung di Kabupaten Blora,
khususnya kawasan lindung untuk resapan air dan kawasan sekitar mata air.
Pengembangan konsep ekodrainase dalam penyusunan rencana jaringan drainase di
Kabupaten Blora, melalui pembuatan kolam konservasi, sumur resapan, river side
polder dan areal perlindungan tanah perlu dilakukan mengingat urgensi dari
penerapan konsep ekodrainase dalam meminimalisasi permasalahan banjir,
kekeringan dan tanah longsor serta sebagai balance dalam penerapan konsep
pengembangan drainase dengan sistem konvensional, selain itu kondisi topografi
wilayah di Kabupaten Blora yang berbukit-bukit dan merupakan daerah
pegunungan dengan koefisien run off aliran air cukup tinggi terutama pada musim
penghujan, sangat mendukung sekali diterapkannya konsep sistem ekodrainase.
Namun pengembangan tersebut memerlukan studi lebih lanjut mengenai penentuan
dan kelayakan lokasi, pemilihan metode yang relevan dengan kondisi eksisting,
dampak positif maupun negatif dari penerapan konsep tersebut, konstruksi, desain,
kebutuhan dana, persepsi dan preferensi masyarakat serta sistem manajemen dan
pengelolaan maupun operasional maintain.
Rencana struktur ruang Kabupaten Blora dapat dilihat pada peta 2.4. Rencana
Struktur Ruang Kabupaten Blora.
2.9.2. Rencana Pola Ruang
2.9.2.1.Rencana Kawasan Lindung
a. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan
lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan
perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-50
alam, kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya, dan kawasan lindung lainnya,
serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana.
b. Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah:
Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan, dan satwa, serta
nilai budaya dan sejarah bangsa;
Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan
alam.
Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan.
Mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan sejarah bangsa.
Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem.
Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana.
Mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan.
Luas tiap kawasan lindung yang terdapat di kawasan Kabupaten Blora adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1Luas Kawasan Lindung di Kabupaten Blora
No
Jenis Kawasan Lindung Tipe Kawasan LindungLuas Lahan
(Ha)
1Kawasan Perlindungan Bawahannya
Kawasan Resapan Air 14.296
2Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan Sempadan Sungai , waduk dan embung
15.493
3Kawasan Perlindungan Setempat
Ruang terbuka hijau kawasan perkotaan
2.470
4 Kawasan Suaka Alam Kawasan cagar alam 555 Kawasan Lindung Geologi Kawasan sempadan mata air 6.1946 Kawasan Lindung Lainnya Jalur Landasan Pacu 227 Kawasan Lindung Lainnya Jalur Sutet 1.2208 Kawasan Lindung Lainnya Jalur Kereta Api 3.394
Sumber : Buku Data dan Analisa RTRW Kabupaten Blora2011-2031
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-51
2.9.2.2.Rencana Kawasan Budidaya
Meliputi segala usaha untuk meningkatkan pendayagunaan lahan yang dilakukan di
luar kawasan lindung, yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya dianggap potensial
untuk dimanfaatkan, tanpa mengganggu keseimbangan dan kelestarian ekosistem.
Tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan budidaya:
a. Pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna pemanfaatan ruang dan sumber daya untuk menyerasikan pemanfaatan ruang dan
kelestarian lingkungan hidup.
b. Sasaran pengelolaan kawasan budi daya adalah:
Terwujudnya pemanfaatan ruang dan sumber daya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan;
Terhindarkannya konflik pemanfaatan sumber daya dengan pengertian
pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan
yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat;
Terwujudnya sinergi keselarasan pengembangan antar wilayah dan antar sektor.
Berikut adalah luas dari tiap-tiap kawasan Budidaya yang terdapat di Kabupaten Blora:
Tabel 4.6Luas Kawasan Budidaya
NO
GUNALAHAN LUAS (HA)
1 Hutan Produksi 55.4292 Industri 10.2303 Perdagangan dan jasa 20.0194 Perkebunan 24.9585 Permukiman 15.6086 Pertanian 55.814 Total Luas Lahan 182.058
Sumber : Buku Data dan Analisa RTRW Kabupaten Blora2011-2031
Rencana pola ruang Kabupaten Blora dapat dilihat pada peta 2.5. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Blora.
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-52
Peta 2.4 Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-53
Peta 2.5. Pola Ruang Wilayah Kabupaten Blora
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-54
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Blora Halaman | 2-55