blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · web viewpenjelasan aplikasi...

40
ANALISIS SPASIAL SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (GIS) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Mata Kuliah Pertanian Berlanjut Disusun Oleh: Andi Mudjianto 105040100111123 Agribisnis D UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN

Upload: dangkien

Post on 22-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

ANALISIS SPASIALSISTEM INFORMASI GEOGRAFI (GIS)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah

Mata Kuliah Pertanian Berlanjut

Disusun Oleh:

Andi Mudjianto

105040100111123

Agribisnis D

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAN STUDI AGRIBISNIS

MALANG

2012

Page 2: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

I. Contoh Tentang Aplikasi GIS Untuk Kegiatan

1.1 Pemantauan Produksi Dibidang Pertanian

Integrasi data satelit dan model produktivitas tanaman merupakan

metode analisis kuantitatif yang penting untuk menduga hasil panen pada skala

lokal dan regional. Data penginderaan jauh praktis digunakan untuk permodelan

tanaman dengan kondisi kanopi yang selalu dinamis berubah dalam waktu dan

ruang.

Metode pendugaan hasil tanaman yang dilakukan berdasarkan data satelit

dengan menggunakan indikator biomassa tanaman dan IV. Walaupun pendekatan

IV dapat dikatakan sederhana, hubungan antara IV dengan hasil dapat dikatakan

bersifat lokal dan sensitif terhadap terhadap tanah dan kondisi atmosfer. Untuk

prediksi hasil pertanian pada berbagai kondisi, dibutuhkan parameter lainnya

yang dapat menjelaskan mekanisme fisiologis/biologis yang mengontrol

pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moulin, et al., 1998). Oleh karena itu

dibutuhkan model-model mekanistis yang mampu mengintegrasikan berbagai

parameter (biofisik tanaman, tanah, iklim dan sistem budidaya) yang

mempengaruhi produksi tanaman. Beberapa model tanaman seperti halnya

Environmental Policy Integrated Climate (EPIC) (Easterling et al.,1998;

Izaurralde et al., 2003) dan FAO model: Specific Water Balance (CSWB)

(Reynolds et al., 2000) telah diintegrasikan dengan SIG untuk menghasilkan

model tanaman spasial yang kemudian diintegrasikan data penginderaan jauh

yang terkini berhasil mensimulasi hasil produksi tanaman secara efisien dalam

skala regional.

Modeling agroekosistem berbasis SIG merupakan metode powerful di

mana dapat membantu pengelola/pengambil keputusan di bidang pertanian untuk

menganalisis secara langsung bukan hanya pengaruh lingkungan biofisik terhadap

produksi tanaman tetapi juga menganalisis pengaruh sistem budidaya terhadap

hasil panen.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 2

Page 3: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Gambar 1. Pemantauan Produksi Dibidang Pertanian

1.2 Penilaian Resiko Usaha Pertanian,

Dalam teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan

keberadaan tanaman pangan. Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi

pangan diantaranya adalah foodtrace dan quality trace. Aplikasi ini telah

dikembangkan oleh Thailand. Dengan aplikasi ini kita dapat memperoleh

informasi mengenai bahan baku suatu produk baik itu dari segi mutu dan asal

bahan baku. Di Thailand, salah satu perusahaan pengalengan jagung

menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan informasi bahan baku dan ada

kode-kode yang dapat dicek oleh konsumen untuk mengetahui asal bahan baku.

Selain itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahanan pangan

suatu wilayah berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.

1.3 Pengendalian Hama Dan Penyakit

Contohnya adalah pemetaan penyebaran penyakit di beberapa wilayah

baik itu penyakit lama atau merupakan penyakit baru sehingga dengan

pemanfaatan GIS dapat dilakukan pencegahan. Dalam bidang Hama dan Penyakit

Tumbuhan, penerapan GIS dilakukan untuk melaksanakan pengendalian secara

dini yang bersifat kewilayahan. Dengan pemenfaatan GIS serangan akan adanya

penyakit dapat lebih diantisipasi.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 3

Page 4: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Gambar 2. Diagram Konteks SIG Pengelolaan Kelapa Sawit

Gambar 3. Peta Sebaran OPT di lahan Kelapa Sawit

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 4

Page 5: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Gambar 4. Peta Sebaran Lahan Pertanian dan Sebaran OPT

1.4 Pemantauan Budidaya Pertanian,

Kerangka pendekatan PF dalam pemupukan N, P, dan K pada budidaya

tebu yang diteliti disajikan pada Gambar 3. Selanjutnya hal tersebut dikemas

dalam suatu Sistem Pendukung Keputusan agar pengambilan keputusan dapat

efektif, yang mana di dalamnya terdapat Sistem Informasi Geografis. Konfigurasi

Sistem Pendukung Keputusan untuk pendekatan PF dalam pemupukan N, P, dan

K pada budidaya tebu disajikan pada Gambar 4.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 5

Page 6: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Gambar 5. Kerangka pendekatan pertanian presisi dalam pemupukan pada

budidaya tebu

Gambar 6 Konfigurasi Sistem Pendukung Keputusan untuk pendekatan

pertanian presisi dalam pemupukan pada budidaya tebu.

Sebagai contoh dengan penggunaan aplikasi GIS kita dapat mengetahui

keadaan tanaman, parameter tanah, informasi mengenai lingkungan tumbuh di

lapang, mendeteksi pertumbuhan tanaman, kadar air tanah dan tanaman, hama dan

penyakit tanaman, pemetaan sumber daya, irigasi, mengetahui kebutuhan pupuk,

menentukan posisi lahan, monitoring lingkungan, dan lain sebagainya. GIS juga

dapat digunakan untuk membuat peta persebaran tanaman pangan dalam suatu

wilayah, peta persebaran komoditi hortikultura, jenis tanah, dan lain sebagainya.

Gambar 7. Peta budidaya pertanian

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 6

Page 7: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

1.5 Presisi Pertanian

Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan

teknologi pada sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa,

dan mengelola informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk

mendapatkan keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan.

Tujuan dari PF adalah mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya

pertanian dengan kondisi tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik

spesifik lokasi di dalam lahan [3]. Hal tersebut berpotensi diperolehnya hasil

yang lebih besar dengan tingkat masukan yang sama (pupuk, kapur, herbisida,

insektisida, fungisida, bibit), hasil yang sama dengan pengurangan input, atau

hasil lebih besar dengan pengurangan masukan dibanding sistem produksi

pertanian yang lain. PF mempunyai banyak tantangan sebagai sistem produksi

tanaman sehingga memerlukan banyak teknologi yang harus dikembangkan agar

dapat diadopsi oleh petani. PF merupakan revolusi dalam pengelolaan sumber

daya alam berbasis teknologi informasi.

PF sebagai teknologi baru yang sudah demikian berkembang di luar

Indonesia perlu segera dimulai penelitiannya di Indonesia untuk memungkinkan

perlakuan yang lebih teliti terhadap setiap bagian lahan sehingga dapat

meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan hasil, menekan biaya produksi

dan mengurangi dampak lingkungan. Maksud tersebut dapat dicapai dengan PF

melalui kegiatan pembuatan peta hasil (yield map), peta tanah (soil map), peta

pertumbuhan (growth map), peta informasi lahan (field information map),

penentuan laju aplikasi (variable rate application), pembuatan yield sensor,

pembuatan variable rate applicator, dan lain-lain. Penggabungan peta hasil, peta

tanah, peta pertumbuhan tanaman menghasilkan peta informasi lahan (field

information map) sebagai dasar perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan spesifik

lokasi yaitu dengan diperolehnya variable rate application. Pelaksanaan kegiatan

ini akan lebih cepat dan akurat apabila sudah tersedia variable rate applicator.

Pemakaian PF dalam praktek memerlukan pendekatan sistem terintegrasi yang

baik yang mengkombinasikan teknologi keras (hard technology) dan sistem lunak

(soft systems) seperti disajikan pada Gambar 8.

 

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 7

Page 8: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Gambar 8. Interaksi dalam Pertanian Presisi [1]

Pelaksanaan PF merupakan suatu siklus yang berkesinambungan dari

tahap perencanaan (planning season), tahap pertumbuhan (growing season), dan

tahap pemanenan (harvesting season) seperti disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Siklus proses dalam pertanian presisi [2]

Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific crop

management (SSCM). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield

monitoring) seringkali menjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM atau

program PF. Data hasil tanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 8

Page 9: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

tanah dan lingkungan untuk memulai pelaksanaan pengembangan sistem

pengelolaan tanaman secara presisi (precision crop management system).

Komponen teknologi dari PF adalah : (1) global positioning system

(GPS), (2) yield monitoring, (3) digital soil fertility mapping, (4) crop scouting ,

dan (5) variable rate application (VRA).

PF diprediksi pada geo-referencing, yaitu penandaan koordinat geografi

untuk titik-titik pada permukaan bumi. Dengan global postioning system (GPS)

dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa objek atau titik dalam

5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran umumnya adalah 1

sampai 3 meter. GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit yang dibuat dan

dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS telah terbukti

menjadi pilihan dalam postioning system untuk PF. Metode untuk

meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau

DGPS (differential global postiong system). Perangkat keras yang diperlukan

adalah GPS receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna,

differential correction antenna, dan computer/monitor interface.

1.6 Pengelolaan Sumberdaya Air

Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung Karang,

Malaysia Sistem ini dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin,

M.S.M. Tujuan pembangunan RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic

Information System) adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan air dan

meningkatkan produktifitas lahan pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk

menyimpan data ke dalam basis data komputer sehingga memungkinkan untuk

melakukan analisa wilayah geografi dalam hal ini wilayah yang dilalui saluran

irigasi. Kemampuan sistem RIMS yang menggunakan teknologi GIS dapat

mengembangkan manajemen air dengan baik. Sistem RIMS diterapkan di wilayah

irigasi Tanjung Karang, Malaysia.

Pada kasus ini pengguna akan mengembangkan suatu model bahaya erosi

yang dapat mengidentifikasi area-area mana saja yang sangat beresiko mengalami

erosi. Faktor yang mempengaruhi erosi pada suatu lahan dalam kasus ini dibatasi

oleh dua tiga faktor saja terlebih dahulu (sekedar contoh) yaitu : Tingkat

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 9

Page 10: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Kelerengan, Jenis Tanah, dan Keadaan vegetasi penutup di atas tanah. Model ini

akan melibatkan beberapa proses seperti:

a) Mengkonversikan data spasial vektor jenis tanah dan Vegetasi ke dalam

format grid, kemudian.

b) Mengkalsifikasikan nilai-nilai bobot resiko erosi ke dalam setiap jenis

tanah dan vegetasi serta kelerengan tanah ke dalam suatu skala “potensi

bahaya erosi” (Nilai 1 – 5). Selain itu pengguna akan memberikan

prosentase pengaruh terhadap potensi bahaya erosi dari setiap faktor jenis

tanah (25%), vegetasi (25%), dan kelerengan (50%). Akhirnya pengguna

akan mengeksekusi model ini untuk mendapatkan keseluruhan peta digital

potensi bahaya erosi.

Pembuatan Model

Pembuatan model tersebut di atas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

1. Sebagai bahan contoh, copy semua file pada direktori LAT_GIS yang ada ke

dalam direktori “C:\ “ pada komputer anda.

2. Pastikan program ArcView Ver. 3.xx dan Spatial Analyst telah terinstall di

komputer anda.

3. Selanjutnya ikuti langkah-langkah berikut ini.

a) Aktifkan perangkat lunak ArcView berikut extention “spatial analyst” dan

“model builder”

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 10

Page 11: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

b) Ubah direktori standat ke “C:\LAT_GIS\S2_SIM\PETA” dengan cara Klik

Menu File dan Klik SubMenu Set Working Directory.

c) Buatlah sebuah objek View baru dengan beberapa propertis-nya sebagai

berikut : “Name” --> “Model Bahaya Erosi”, “Map Unit” --> “”Meters”,

“DIstance Units” --> “Meters”.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 11

Page 12: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

d) Ke dalam View ini, tambahkan theme batas_studi.shp, Das_progo.shp,

Ketinggian.Shp, Prop_Yogyakarta.shp, Tanah.shp, dan vegetasi.shp;

dengan cara klik Menu View, Submenu Add Theme kemudian pilih

direktori “C:\LAT_GIS\S2_SIM\PETA”.

e) Kemudian jika berhasil akan tampil seperti gambar berikut ini, dan jika

diinginkan dapat diedit legend tiap-tiap theme agar tampilannya terlihat

baik.

Peta dasar sebagai input model adalah peta kelerengan, vegetasi dan jenis

tanah.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 12

Page 13: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

f) Langkah selenjutnya adalah penentuan extend untuk themes hasil-hasil

proses dari model dengan cara Klik menu “Model” lalu Klik Submenu

“Start ModelBuilder”.

g) Pada jendela “Model” klik menu “Model” dan submenu “Model Default”

lalu aktifkan radio button “The Extent of this theme” -->

“Batas_studi.shp”. Kemudian Klik “Cell Size” pada jendela “Model

Default” dan pada radio button “This cell size” ketikkan “100”.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 13

Page 14: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

h) Tambahkan proses konversi data ke dalam model “Add Proses|Data

Convertion|Vector to Grid” hingga muncul kotak dialog “Vector

Convertion”. Tentukan nama Theme inputnya adalah “vegetasi.shp” dan

filed masukkannya adalah “Tanaman”. Kemudian klik Next- Next-Next

sampai muncul kotak dialog terakhir yaitu “name the output theme”

Ketikkan “Vegetasi Map” sebagai nama theme grid dan “VegGrd” sebagai

nama file grid hasil konversinya. Kemudian Klik “Finish”.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 14

Page 15: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

i) Dengan cara yang sama, tambahkan proses konversi data ke dalam model

“Add Proses|Data Convertion|Vector to Grid”. Tentukan nama Theme

inputnya adalah “tanah.shp” dan filed masukkannya adalah “Jenis_Tanah”.

“Tanah Map” sebagai nama theme grid dan “TanahGrd” sebagai nama file

grid hasil konversinya.

j) Langkah selanjutnya melakukan konversi kelerengan ke dalam slope

dengan cara sebagai berikut :

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 15

Page 16: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

o tambahkan proses konversi data ke dalam model “Add Proses|Data

Convertion|Vector to Grid”. Tentukan nama Theme inputnya

adalah “kelerengan.shp” dan filed masukkannya adalah

“Tinggi_id”. “Kelerengan Map” sebagai nama theme grid dan

“KelerenganGrd” sebagai nama file grid hasil konversinya

o tambahkan proses konversi data ke dalam model “Add Proses |

Terrain | Slope”. Tentukan nama Theme inputnya adalah

“Kelerengan Map” kemudian klik Next dan Choose the method

adalah “Degree”. Klik Next spesify the vertical unit “Meters”. Klik

Next dan pilih “Create a discrite grid theme” pada radio button.

Klik Next-Next-Next sampai jendela Name the output theme

ketikkan nama “Slope Map” pada Name dan “SlopeGrd” pada File

Name. Akhiri dengan klik Finish.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 16

Page 17: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

k) Langkah berikutnya adalah melakukan overlay theme hasil konversi

dengan cara : Klik menu “Add Proses | Overlay | Weighted Overlay”

l) Kemudian klik Next, pilih “Choose a predifined evaluation scale: “

tentukan “1 to 5”

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 17

Page 18: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

m) Kemudian klik Next dan Klik “Add Theme” pilih “Slope Map” pada

Choose the input theme dan “Value” pada Choose the input field.

n) Ulangi langkah di atas untuk menambahkan theme “Tanah Map” dan

“Vegetasi Map”.

Ini berarti kita melakukan overlay 3 theme yaitu Slope, Tanah dan

Vegetasi

o) Isikan kolom “ % Inf ” dengan angka 50 untuk Slope Map, 25 untuk

Tanah Map, dan 25 untuk Vegetasi Map. Ini menunjukkan perbandingan

bobot masing-masing theme terhadap besarnya erosi yang terjadi.

p) Nilai Scala pada masing-masing theme harus seimbang, untuk itu

masukkan angka-angka berikut ini pada tabel “Weighted Overlay”

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 18

Page 19: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

q) Setelah semua angka terisi sesuai dengan bobotnya dan Kotak Sum of

Influences = 100, maka langkah selanjutnya adalah klik Next-Next-Next –

Next sampai jendela dialog Name of the output theme. Ketikkan “Tingkat

Bahaya Erosi” pada Enter the name theme dan “TBEgrd” pada Enter the

file name.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 19

Page 20: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

r) Kemudian klik Finish dan tampilan jendela model builder tampak seperti

tampilan berikut ini :

Sampai langkah ini berarti kita sudah menyusun model potensi bahaya

erosi dimana sebagai input adalah theme Ketinggian Tempat, Jenis

Tanah, dan Vegetasi penutup tanah, dengan proses yang telah kita

tentukan yaitu perbandingan bobot masing-masing theme tersebut

terhadap besarnya erosi yang terjadi, maka keluaran model yang

diharapkan adalah theme Tingkat Bahaya Erosi.

s) untuk menjalankan model dapat dilakukan langkah sebagai berikut : Klik

menu “Model | Run Model” dan komputer akan melakukan proses

perhitungan untuk kemudian ditampilkan dalam view yang ada.

Output dari model yang disusun adalah sebagai berikut :

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 20

Page 21: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

1.7 Kajian Biodiversitas Bentang Lahan Untuk Kegiatan Pertanian Berlanjut

Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area

prioritas dan hotspot dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar. Aplikasi

SIG untuk ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup

banyak. Hutan tropis mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim

global. SIG merupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan

iklim, yaitu dalam hal pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan

kemampuan analisa spasial untuk pemodelan. Aplikasi SIG untuk penelitian

perubahan iklim berkembang pesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat

terbatas. Basisdata spasial akan semakin penting dalam hal mendukung

pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan. Beberapa

basisdata global yang mencakup area hutan tropis sudah tersedia, yaitu meliputi

basisdata topografi, hutan tropis basah, iklim global, perubahan iklim global, citra

satelit, konservasi dan tanah.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 21

Page 22: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

II. Penjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut

dilakukan, pada sistem pertanian yang bagaimana penerapkan GIS tersebut

dilakukan, macam data spatial apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun

contoh tersebut, bagaimana manfaat penerapan GIS tersebut dalam

menjalankan sistem pertanian.

2.1 Konsep SIG

Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data

lapangan, survey kelautan, peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di

laboratorium atau studio SIG dengan software tertentu sesuai dengan

kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna, bisa

berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus

ada input kebutuhan yang diinginkan user.

2.2 Komponen SIG

Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi ke dalam lima

komponen utama, yaitu:

o Perangkat keras (Hardware)

o Perangkat lunak (Software)

o Pemakai (User)

o Data

o Metode

Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat

dua jenis data, yaitu:

a. Data spasial

Data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan merupakan data yang

menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu wilayah di

permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan berupa grafik, peta, atau

pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam bentuk koordinat

x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang memiliki nilai tertentu.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 22

Page 23: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

b. Data non-spasial

Data non-spasial disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan

keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang

ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem

Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Dalam

pendesainan peta digunakan salah satu software SIG yaitu MapInfo

Profesional 8.0.

MapInfo merupakan sebuah perengkat lunak Sistem Informasi Geografis

dan pemetaan yang dikembangkan oleh MapInfo Co. Perangkat lunak ini

berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan,

mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis.

2.3 Pemanfaatan Aplikasi GIS di Bidang Pertanian

Dalam dunia yang serba digital sekarang ini, ditambah lagi teknologi

yang terus berkembang, penerapan aplikasi teknologi dalam berbagai bidang pun

terus dilakukan, tidak terkecuali dalam sektor pertanian, sektor perekonomian

utama di Indonesia mengingat sebagian besar penduduknya menggantungkan

hidup dalam dunia pertanian.

Salah satu contohnya adalah aplikasi GIS atau Geographical Information

System, dan jika diterjemahkan secara bebas ke bahasa Indonesia, kita bisa

menyebutnya SIG atau Sistem Informasi Geografi. SIG adalah suatu sistem

informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau

berkoordinat geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis

data dengan kemampuan khusus untuk menangani data yang bereferensi

keruangan (spasial) bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.

GIS ini sudah banyak membantu para ahli dalam mengumpulkan data

secara cepat. Misalnya dalam mengetahui seberapa besar kerusakan yang

diakibatkan tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu. Pencitraan jarak jauh

lewat satelit dapat memberitakan secara cepat perbedaan ujung utara pulau

Sumatera itu sebelum dan sesudah terjadinya tsunami.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 23

Page 24: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Secara garis besar, yang dapat dilakukan GIS dalam bidang pertanian adalah

mencakup inventarisasi, manajemen, dan kesesuaian lahan untuk pertanian,

perkebunan, perikanan, kehutanan, perencanaan tata guna lahan, dan sebagainya.

Yang dapat dibantu GIS untuk dunia pertanian adalah:

a. Mengelola Produksi Tanaman

GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumber daya pertanian

dan perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau

saluran air. Kita dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen,

mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara

tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan

pembibitan, penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.

b. Mengelola Sistem Irigasi

Kita dapat menggunakan GIS untuk membantu memantau dan

mengendalikan irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu

memantau kapasitas sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi

menyeluruh dari air di dalam sistem.

c. Perencanaan dan riwayat sumber daya kehutanan

Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengan

sistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional

sistem-sistem. ArcView, aplikasi untuk GIS penggunaan GIS ini biasanya

dengan aplikasi tertentu. Yang paling umum dipakai adalah ArcView.

Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum

dipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan

akibat bencana alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam

dunia pertanian akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-

mata software atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari

pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan,

pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system

dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang

pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 24

Page 25: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

III. Pembahasan Umum Dan Kesimpulan

3.1 Pembahasan umum

Objek spasial : Mempunyai bentuk geometris, ukuran, dan lokasi

(koordinat) Berubah menurut waktu. Contoh : penggunaan tanah, wilayah

penduduk SIG dengan kemampunnya sebagai penyimpan data yang baik serta

mampu memanejemen data walaupun jumlah data itu begitu besar, akan sangup

menerima tantangan tersebut. Selain dapat memajemen data dari berbagai bentuk,

pengintergrasian antara data spasial dan data atribut dalam suatu analisis akan

dapat memberikan gambaran nyata tentang kondisi suatu daerah (spasialnya) serta

informasi (data atribut) dari daerah tersebut dalam waktu bersamaan.

Pemisahan data dari keadan normal dengan akibat variasi iklim atau

akibat pengolahan yang kurang baik dapat dilakukan dengan cepat dan mudah

dengan bantuan fungsi klasifikasi dan generalisasi dalam SIG. Proses peramalan

dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan data-data yang telah ada.

3.2 Kesimpulan

GIS mengatur data geografis sehingga orang membaca peta dapat

memilih data yang diperlukan untuk merancang suatu kegiatan. Sebuah peta

tematik memiliki daftar isi yang memungkinkan pengguna untuk menambahkan

layer informasi ke peta dasar yang memberikan gambaran bentang lahan di

lapangan.

Peta GIS bersifat interaktif. Pada layar komputer, pengguna dapat

menumpang-tindihkan peta peta GIS ke segala arah, memperbesar atau

memperkecil, dan mengubah sifat dari informasi yang terdapat dalam peta.

Mereka dapat memilih apakah akan melihat jalan, berapa banyak jalan untuk

dilihat, dan bagaimana jalan harus digambarkan. Petani kini dapat mengakses data

pertanian online dari layanan pemerintah seperti penilaian tanah dari Pusat

Penelitian Tanah Indonesia, Kementrian Pertanian, data atau cuaca dan data iklim

dari BMG terutama terkait perubahan iklim dan mengintegrasikannya ke dalam

proyek pemetaan mereka.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 25

Page 26: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

Hal ini dapat membantu kita dalam membuat keputusan dengan

memanfaatkan informasi tersebut membantu meningkatkan produksi dan

mengurangi biaya yang kita pertanggung jawabkan melalui praktek-praktek

pertanian berkelanjutan. Contoh-contoh pemanfaat GIS adalah digunakan untuk:

1. Memprediksi kondisi kekeringan.

2. Memonitor sumber daya air.

3. Visualisasikan data remote sensing.

4. Model data dari berbagai sumber.

5. Mengevaluasi dampak ekonomi dan lingkungan.

6. Berbagi data dan peta antar lembaga / institusi.

7. Mematuhi peraturan perencanaan dan pelaporan.

8. Mendidik dan menyarankan masyarakat melalui layanan online.

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 26

Page 27: blog.ub.ac.idblog.ub.ac.id/andimudj/files/2013/11/andi-gis-oke.docx · Web viewPenjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada sistem pertanian

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Arifin. 1994. Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan.

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Bernhardsen, Tor. 1992. Geographics Information Systems. Viak IT, Norway.

Gore, Al (terjemahan), 1994. Bumi Dalam Keseimbangan: Ekologi dan Semangat

Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Sukanto R. Prof. dan Pradono, 1996 (cet. ke 3). Ekonomi Sumberdaya Alam dan

Energi, BPFE, Yogyakarta

Yakin, Addinul, 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan

Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan, Akademi Presindo,

Jakarta

Analisis Spasial – Pertanian Berlanjut | 27