blog 2

15
Konsep Fisiologis Istirahat Dan Tidur 1.1.1 Definisi A. Istirahat Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas). Menurut Wong (2008) tidur merupakan fungsi protektif yang dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila: a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya; b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain; c. Mengetahui apa yang terjadi; d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan; e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya; f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya. B. Tidur Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai berikut: a. Aktivitas fisik minimal b. Tingkat kesadaran yang bervariasi c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Upload: asep-ramdan

Post on 06-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dkafjksdjhvfcHJSDV

TRANSCRIPT

Page 1: blog 2

Konsep Fisiologis Istirahat Dan Tidur

1.1.1     Definisi

A.    Istirahat

Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas

meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan

aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan,

atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat

merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari

kecemasan (ansietas). Menurut Wong (2008) tidur merupakan fungsi protektif yang

dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan

jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:

a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;

b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di

manapun juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;

c. Mengetahui apa yang terjadi;

d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;

e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;

f.  Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.

B.    Tidur

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status

kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh

periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini

bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh

untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan

suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap

lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra

atau rangsangan yang cukup.

Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan

untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.

Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai

berikut:

a. Aktivitas fisik minimal

b. Tingkat kesadaran yang bervariasi

c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh

d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis.

Perubahan tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;

Page 2: blog 2

b. Dilatasi pembuluh darab perifer;

b. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;

c. Relaksasi otot-otot rangka;

d. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

1.1.2     Fisiologis tidur dan terjaga

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh

integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan

dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular

(Robinson, 1993). Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan

pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur

aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur

tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan

informasi struktur aspek fisiologis tidur.

Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua

mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak

tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan

terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.

System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR

dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.

SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks

serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun

merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti

norepinefrin ( Sleep Research Society, 1993 ).

Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam

system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga

disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika

seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi

relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi

Page 3: blog 2

SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang

menyebabkan tidur.

1.1.3     Siklus tidur

Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode

sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap

berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi

untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam

atau lebih. Berikut ini adalah gambar siklus tidur:

1.1.4     Tahapan tidur

Non Rapid Eye Movement (NREM)

1.    Tahap I NREM

a.  Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur

b.  Tahap berakhir beberapa menit

c.   Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara

bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme

d.  Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara

e.  Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

2.    Tahap II NREM

a.  Tahap II merupakan periode tidur bersuara

b.  Tahap berakhir beberapa menit

Page 4: blog 2

c.   Untuk terbangun masih relative mudah

d.  Tahap berakhir 10 hingga 20 menit

e.  Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

3.    Tahap III NREM

a.  Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam

b.  Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak

c.   Otot-otot dalam keadaan santai penuh

d.  Tanda-tanda vital  menurun tetapi tetap teratur

e.  Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

4.    Tahap IV NREM

a.  Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam

b.  Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur

c.   Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi

malam yang seimbang pada tahap ini

d.  Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga

e.  Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit

f.   Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi

5.    Rapid Eye Movement (REM)

a.  Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi

yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.

b.  Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur

c.   Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,

fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi

tekanan darah

d.  Terjadi tonus otot skelet penurunan

e.  Peningkatan sekresi lambung

f.   Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur

g.  Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit

Page 5: blog 2

1.1.5     Faktor yang memengaruhi istirahat dan tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada

yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan.

Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya

sebagai berikut (Asmadi, 2008):

a.    Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur

dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan

istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat

tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada

sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak

mungkin dapat istirabat dan tidur.

b.    Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.

Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan

nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan

menghambat seseorang untuk tidur.

c.    Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal

ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin

darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM

dan REM.

Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres

Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang

Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak

saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi

yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak.

Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses

Page 6: blog 2

perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut

terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang

Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur

pada anak usia prasekolah.

d.    Diet

Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan

ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman

yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.

e.    Gaya hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat

menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang

berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

f.     Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada

pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin

akan menurunkan tidur REM

1.1.6     Gangguan tidur

Beberapa gangguan tidur menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

1.  Insomnia

Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap

tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum

cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan demikian, insomnia

merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara

kualitas maupun kuantitas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali

seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita

insomnia sering dapat tidur lama dari yang mereka perkirakan, tetapi

kualitasnya kurang.

Ada tiga jenis insomnia yaitu:

a. insomnia inisial, adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur

b.Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur

atau keadaan sering terjaga dari tidur

c. insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami

insomnia di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan dan

kondisi vang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien

mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan

yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.

Page 7: blog 2

Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk

mengatasi insomnia yaitu:

a.    Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu.

Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari

protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur

b.    Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.

c.    Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.

b.    Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kuntuk dan tidak

pada waktu kesadaran penuh.

c.    Hindari kegiatan kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

d.    Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang

tidur.

e.    Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum

berusaha untuk tidur.

2.  Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks

mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka

pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan

berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur

(Japardi 2002). Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak

dibandingkan orang dewasa. Seseorang vang mengalami somnambulisme

mempunyai risiko teriadinya cedera. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak untuk

mengantisipasi risiko teriadinya cedera pada anak, maka anak harus dibimbing

untuk kembali ke tempat tidur. Selain itu membuat lingkungan yang nyaman dan

aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.

3.  Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak disengaia (mengompol). Tejadi pada anak-

anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penvebab secara pasti belum

jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti

gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya vang dapat

dilakukan untuk mencegah enuresis antara hindari stres, hindari minum yang

banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum

tidur.

Menurut Wong (2008), usia anak dalam mencapai kontinensia urine sangat

bervariasi. Misalnya anak kulit putih di amerika serikat cenderung mencapai

Page 8: blog 2

kontinensia lebih awal dari pada anak-anak afrika amerika. Selain itu, anak-anak

d inggris dan swedia lebih awal dr amerika serikat. Anak-anak digos afrika

mencapai control kandung kemihnya usia 12 bulan.

Berdasarkan penelitian , beberapa fktor yang mempengaruhi enuresis yaitu

riwayat enuresis pada keluarga merupakan faktor genetik terjadinya enuresis,

Umur diajarkan toilet training pada anak, Lama pemberian ASI 57%. Anak yang

mendapatkan ASI selama 6 bulan atau lebih tidak mengalami enuresis. Enuresis

sering dihubungkan dengan adanya keterlambatan perkembangan anak.

Stabilitas dan kontrol sphingter urinarius akan tercapai melalui maturasi dan

perkembangan saraf. Pada anak yang mendapatkan ASI dapat meningkatkan

perkembangan saraf dan anak akan mempunyai kemampuan perkembangan

yang lebih baik.

4.  Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak

terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan

mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di

mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Serangan narkolepsi ini dapat

menimbulkam bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan,

pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi

jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendaljkan narkolepsi

yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur di antaranya jenis

amfetamin.

5.  Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnva terjadi pada anak usia 6

tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga

dan berteriak, pucat dan ketakutan.

6.  Mendengkur

Page 9: blog 2

 

Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran

udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat

meniadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang

menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut

mengendur bergetar jika dilewati udara pernapasan.

1.2        Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur

1.2.1     Pengkajian

Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai

gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:

A.    Riwayat tidur

1.    Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa

biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;

2.    Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,

buang air kecil, dan lain-lain;

3.    Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;

4.    Kebiasaan tidur siang;

5.    lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah

kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;

6.    Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari

apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien

mengalami gangguan tidur?;

7.    Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi

terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu

mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah

klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres

yang dialami klien.

8.    Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul

sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:

Page 10: blog 2

a.  Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,

bengkak di kclopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang

terlihat cekung;

b.  Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah

klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau

terlihat bingung;

c.   Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

d.   

B.    Gejala Klinis

Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis,

adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata

perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.

C.    Penyimpangan Tidur

Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,

narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

D.   Pemeriksaan fisik

1.    Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu

2.    Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,

semangat

3.    Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok

mata, bicara lambat, sikap loyo

4.    Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti

obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam

1.2.2     Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan

gangguan pemenuhan istirabat tidur menurut Asmadi (2008), antara lain:

a.    Gangguan pola tidur

disebabkan karena ansietas yang klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk

tidur (misalnya, lingkungan yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres

yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita, Insomnia, hiperinsomnia,

kehilangan tidur REM, ketakutan

b.    Perubaban proses berpikir

Perubahan proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivasi tidur.

c.    Gangguan harga diri

Gangguan harga diri terutama diatami pada klien yang mengalami enuresis.

Page 11: blog 2

d.    Risiko cedera

Resiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien

melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan,

bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok.

Page 12: blog 2

1.2.3     PerencanaanNo Diagnosa Tujuan dan kriteria

hasil1. Gangguan pola tidur b/d perubahan

siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yang berlebihan1.   Data subjektif

a.    klien mengatakan mengalami gangguan tidur insomnia

b.    klien mengatakan tidurnya sering terbangun dan susah untuk tidur kembali

c.    klien mengatakan saat terbangun kepalanya pusing dan sat pertama kali tidur kepala seperti berputar-putar

d.    klien mengatakan mengalami masalah tidur sejak 2 bulan yang lalu

e.    klien mengatakan kesulitan tertidur setiap hari

f.     klien mengatakan butuh waktu 2-4 jam untuk tertidur namun 1-3 kemudian terbangun dn susah untuk tidur kembali

g.    klien mengatakan sebelum tidur biasanya melihat TV sebentar

h.    klien mengatakan saat beraktivitas merasa kelelahan dan keletihan

2.   Data objektifa.    Klien terlihat kelelahanb.    Terlihat lingkar hitam disekitar matac.    Wajah terlihat kusamd.    Terlihat gelisahe.    Tidur selalu terbangunf.     Tidur tidak pernah tenang

Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam, klien dapat mempertahankan pola tidur dalam batas rentang normal ±6 jam

Kriteria hasil:Klien menunjukkan pola tidur dalam batas rentang normal ±6 jam

a.    Ciptakan lingkungan yang nyaman, dengan:1.    Pintu kamar klien ditutup.2.    Kurangi stimulus, misalnya percakapan.3. Tempatkan klien dengan teman yang cocok,

dan lain-lainb.    Membantu kebiasaan klien sebelum tidur,

misalnya dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak, dapat dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.

c.    Diet1.     Aniurkan klien untuk memakan makanan

yang mengandung tinggi protein, seperti susu dan keju.

2.     Hindari banyak minum sebelum tidur.d.    Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum

tidure.    Hindari rangsangan mental yang tidak

menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.

f.     Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:1.    Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur2.    Anjurkan klien berkemih sebelum tidur3. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh

basah4. Pada klien nyeri, berikan obat analgesik

menit sebelum tidurg.    Hindari kegiatan yang membangkitkan minat

sebelum tidurh.    Berdoa sesuai dengan agamanya.

1.2.4     ImplementasiHari/tanggal

Diagnosa Jam Tindakan

Rabu, 12 Desember 2012

Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus,

08.00 1.    Dilakukan modifikasi lingkungan yang nyaman, dengan:a.    Pintu kamar klien ditutup.b.    Mengurangi stimulus, misalnya percakapan.c.    Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain

Page 13: blog 2

ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan

08.20

08.25

08.3008.40

08.50

09.00

2.    Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak, dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.

3.    Dieta.    menganjurkan klien untuk makanan yang mengandung tinggi protein,

seperti susu dan keju.b. Menganjurkan klien untuk menghindari banyak minum sebelum tidur.

4.    Menganjurkan klien menghindari latihan fisik berlebihan sebelum tidur5.    Menganjurkan klien menghindari rangsangan mental yang tidak

menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.

6.    Memberikan rasa nyaman dan rileks, dengan:a.     Mengatur posisi yang nyaman untuk tidurb.     Anjurkan klien berkemih sebelum tidurc.     Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basahd.     Pada klien nyeri, berikan obat analgesik menit sebelum tidur

7.    Menganjurkan klien menghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur

8.    Menganjurkan klien menghindari berdoa sesuai dengan agamanya

1.2.5     EvaluasiHari/tanggal

Diagnosa Jam Evaluasi

Selasa, 12 Desember 2012

Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan

14.00 S:  Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan, mengingat kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi, Klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor2 yang dapat meningkatkan tidur

O: klien tampak tenang saat di wawancarai setelah bangun tidurA: masalah teratasiP: intervensi dihentikan

Page 14: blog 2

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Febriana, Desita. 2011. Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur

Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis

Kediri.http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/download/

18429/18244. [11 Desember 2012]

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan

Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC

Soetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani. Prevalensi dan Faktor Risiko Enuresis

pada anak Taman Kanak-Kanak di Kota madya

Denpasar.http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-3-2.pdf. [12 Desember

2012]

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC