blog 2
DESCRIPTION
dkafjksdjhvfcHJSDVTRANSCRIPT
Konsep Fisiologis Istirahat Dan Tidur
1.1.1 Definisi
A. Istirahat
Menurut Asmadi (2008), Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas
meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan
aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang membosankan, menyulitkan,
atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat
merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kecemasan (ansietas). Menurut Wong (2008) tidur merupakan fungsi protektif yang
dimiliki semua organisme memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan
jaringan setelah aktivitas. Seseorang dapat benar-benar istirahat bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di
manapun juga termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;
c. Mengetahui apa yang terjadi;
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;
e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya.
B. Tidur
Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status
kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh
periode tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini
bahwa tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh
untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005). Tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap
lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra
atau rangsangan yang cukup.
Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis, dan kesehatan.
Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda tanda sebagai
berikut:
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh
d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis.
Perubahan tersebut, antara lain:
a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;
b. Dilatasi pembuluh darab perifer;
b. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;
c. Relaksasi otot-otot rangka;
d. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.
1.1.2 Fisiologis tidur dan terjaga
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh
integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan
dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular
(Robinson, 1993). Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan
pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur
aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur
tonus otot dan elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan
informasi struktur aspek fisiologis tidur.
Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua
mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan pusat otak
tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan
terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.
SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks
serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti
norepinefrin ( Sleep Research Society, 1993 ).
Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga
disebut daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika
seseorang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi
relaks. Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi
SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang
menyebabkan tidur.
1.1.3 Siklus tidur
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode
sebelum tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi
untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam
atau lebih. Berikut ini adalah gambar siklus tidur:
1.1.4 Tahapan tidur
Non Rapid Eye Movement (NREM)
1. Tahap I NREM
a. Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b. Tahap berakhir beberapa menit
c. Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara
bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme
d. Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
e. Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun
2. Tahap II NREM
a. Tahap II merupakan periode tidur bersuara
b. Tahap berakhir beberapa menit
c. Untuk terbangun masih relative mudah
d. Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e. Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3. Tahap III NREM
a. Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam
b. Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c. Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d. Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur
e. Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4. Tahap IV NREM
a. Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam
b. Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c. Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
malam yang seimbang pada tahap ini
d. Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
e. Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit
f. Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi
5. Rapid Eye Movement (REM)
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi
yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.
b. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi
tekanan darah
d. Terjadi tonus otot skelet penurunan
e. Peningkatan sekresi lambung
f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit
1.1.5 Faktor yang memengaruhi istirahat dan tidur
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada
yang kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan.
Seseorang bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya
sebagai berikut (Asmadi, 2008):
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan
istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat
tidur dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada
sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirabat dan tidur.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur.
Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan
nyenyak. Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan
menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin
darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM
dan REM.
Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres
Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang
Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak
saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak.
Apabila masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses
perawatan anak dan kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut
terbukti 85% anak mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang
Anak Rumah Sakit Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur
pada anak usia prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman
yang mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat
menengah orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang
berlebihan akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada
pula yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin
akan menurunkan tidur REM
1.1.6 Gangguan tidur
Beberapa gangguan tidur menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:
1. Insomnia
Insomnia dapat berupa kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap
tertidur. Bahkan seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum
cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia. Dengan demikian, insomnia
merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantitas. Kenyataannya, insomnia bukan berarti sama sekali
seseorang tidak dapat tidur atau kurang tidur karena orang yang menderita
insomnia sering dapat tidur lama dari yang mereka perkirakan, tetapi
kualitasnya kurang.
Ada tiga jenis insomnia yaitu:
a. insomnia inisial, adalah ketidakmampuan seseorang untuk memulai tidur
b.Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tidur
atau keadaan sering terjaga dari tidur
c. insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami
insomnia di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan dan
kondisi vang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien
mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan
yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya.
Ada beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi insomnia yaitu:
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu.
Diperkirakan bahwa triptofan, yang merupakan suatu asam amino dari
protein yang dicerna, dapat membantu agar mudah tidur
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama.
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari.
b. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kuntuk dan tidak
pada waktu kesadaran penuh.
c. Hindari kegiatan kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
d. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang
tidur.
e. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum
berusaha untuk tidur.
2. Somnambulisme
Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks
mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, dan
berbicara. Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur
(Japardi 2002). Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa. Seseorang vang mengalami somnambulisme
mempunyai risiko teriadinya cedera. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi somnambulisme yaitu dengan membimbing anak untuk
mengantisipasi risiko teriadinya cedera pada anak, maka anak harus dibimbing
untuk kembali ke tempat tidur. Selain itu membuat lingkungan yang nyaman dan
aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat seperti Diazepam dan Valium.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaia (mengompol). Tejadi pada anak-
anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penvebab secara pasti belum
jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti
gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya vang dapat
dilakukan untuk mencegah enuresis antara hindari stres, hindari minum yang
banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih dulu) sebelum
tidur.
Menurut Wong (2008), usia anak dalam mencapai kontinensia urine sangat
bervariasi. Misalnya anak kulit putih di amerika serikat cenderung mencapai
kontinensia lebih awal dari pada anak-anak afrika amerika. Selain itu, anak-anak
d inggris dan swedia lebih awal dr amerika serikat. Anak-anak digos afrika
mencapai control kandung kemihnya usia 12 bulan.
Berdasarkan penelitian , beberapa fktor yang mempengaruhi enuresis yaitu
riwayat enuresis pada keluarga merupakan faktor genetik terjadinya enuresis,
Umur diajarkan toilet training pada anak, Lama pemberian ASI 57%. Anak yang
mendapatkan ASI selama 6 bulan atau lebih tidak mengalami enuresis. Enuresis
sering dihubungkan dengan adanya keterlambatan perkembangan anak.
Stabilitas dan kontrol sphingter urinarius akan tercapai melalui maturasi dan
perkembangan saraf. Pada anak yang mendapatkan ASI dapat meningkatkan
perkembangan saraf dan anak akan mempunyai kemampuan perkembangan
yang lebih baik.
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula bahwa narkolepsi adalah serangan
mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di
mana serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Serangan narkolepsi ini dapat
menimbulkam bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan,
pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi
jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendaljkan narkolepsi
yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur di antaranya jenis
amfetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnva terjadi pada anak usia 6
tahun atau lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran
udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat
meniadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang
menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut
mengendur bergetar jika dilewati udara pernapasan.
1.2 Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur
1.2.1 Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai
gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:
A. Riwayat tidur
1. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4. Kebiasaan tidur siang;
5. lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
6. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien
mengalami gangguan tidur?;
7. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a. Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kclopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
b. Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
c. Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
d.
B. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis,
adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata
perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
C. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll
D. Pemeriksaan fisik
1. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2. Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
3. Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
4. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam
1.2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan
gangguan pemenuhan istirabat tidur menurut Asmadi (2008), antara lain:
a. Gangguan pola tidur
disebabkan karena ansietas yang klien, lingkungan yang tidak kondusif untuk
tidur (misalnya, lingkungan yang bising), ketidakmampuan mengatasi stres
yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita, Insomnia, hiperinsomnia,
kehilangan tidur REM, ketakutan
b. Perubaban proses berpikir
Perubahan proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivasi tidur.
c. Gangguan harga diri
Gangguan harga diri terutama diatami pada klien yang mengalami enuresis.
d. Risiko cedera
Resiko cedera terutama pada klien yang menderita somnambulisme. Klien
melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya kecelakaan,
bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok.
1.2.3 PerencanaanNo Diagnosa Tujuan dan kriteria
hasil1. Gangguan pola tidur b/d perubahan
siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yang berlebihan1. Data subjektif
a. klien mengatakan mengalami gangguan tidur insomnia
b. klien mengatakan tidurnya sering terbangun dan susah untuk tidur kembali
c. klien mengatakan saat terbangun kepalanya pusing dan sat pertama kali tidur kepala seperti berputar-putar
d. klien mengatakan mengalami masalah tidur sejak 2 bulan yang lalu
e. klien mengatakan kesulitan tertidur setiap hari
f. klien mengatakan butuh waktu 2-4 jam untuk tertidur namun 1-3 kemudian terbangun dn susah untuk tidur kembali
g. klien mengatakan sebelum tidur biasanya melihat TV sebentar
h. klien mengatakan saat beraktivitas merasa kelelahan dan keletihan
2. Data objektifa. Klien terlihat kelelahanb. Terlihat lingkar hitam disekitar matac. Wajah terlihat kusamd. Terlihat gelisahe. Tidur selalu terbangunf. Tidur tidak pernah tenang
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam, klien dapat mempertahankan pola tidur dalam batas rentang normal ±6 jam
Kriteria hasil:Klien menunjukkan pola tidur dalam batas rentang normal ±6 jam
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman, dengan:1. Pintu kamar klien ditutup.2. Kurangi stimulus, misalnya percakapan.3. Tempatkan klien dengan teman yang cocok,
dan lain-lainb. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur,
misalnya dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak, dapat dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.
c. Diet1. Aniurkan klien untuk memakan makanan
yang mengandung tinggi protein, seperti susu dan keju.
2. Hindari banyak minum sebelum tidur.d. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum
tidure. Hindari rangsangan mental yang tidak
menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.
f. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:1. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur2. Anjurkan klien berkemih sebelum tidur3. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh
basah4. Pada klien nyeri, berikan obat analgesik
menit sebelum tidurg. Hindari kegiatan yang membangkitkan minat
sebelum tidurh. Berdoa sesuai dengan agamanya.
1.2.4 ImplementasiHari/tanggal
Diagnosa Jam Tindakan
Rabu, 12 Desember 2012
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus,
08.00 1. Dilakukan modifikasi lingkungan yang nyaman, dengan:a. Pintu kamar klien ditutup.b. Mengurangi stimulus, misalnya percakapan.c. Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan
08.20
08.25
08.3008.40
08.50
09.00
2. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan musik, membaca, dan berdoa. Pada klien anak anak, dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.
3. Dieta. menganjurkan klien untuk makanan yang mengandung tinggi protein,
seperti susu dan keju.b. Menganjurkan klien untuk menghindari banyak minum sebelum tidur.
4. Menganjurkan klien menghindari latihan fisik berlebihan sebelum tidur5. Menganjurkan klien menghindari rangsangan mental yang tidak
menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya, usahakan psikologis klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.
6. Memberikan rasa nyaman dan rileks, dengan:a. Mengatur posisi yang nyaman untuk tidurb. Anjurkan klien berkemih sebelum tidurc. Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basahd. Pada klien nyeri, berikan obat analgesik menit sebelum tidur
7. Menganjurkan klien menghindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
8. Menganjurkan klien menghindari berdoa sesuai dengan agamanya
1.2.5 EvaluasiHari/tanggal
Diagnosa Jam Evaluasi
Selasa, 12 Desember 2012
Gangguan pola tidur b/d perubahan siklus, ketidakmampuan mengatasi stres yng berlebihan
14.00 S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan, mengingat kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi, Klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor2 yang dapat meningkatkan tidur
O: klien tampak tenang saat di wawancarai setelah bangun tidurA: masalah teratasiP: intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Febriana, Desita. 2011. Kajian Stres Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur
Anak Usia Prasekolah Di Ruang Anak Rs Baptis
Kediri.http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/download/
18429/18244. [11 Desember 2012]
Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC
Soetjiningsih, I Gusti Ayu Trisna Windiani. Prevalensi dan Faktor Risiko Enuresis
pada anak Taman Kanak-Kanak di Kota madya
Denpasar.http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/10-3-2.pdf. [12 Desember
2012]
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC