bismillahir oh man i rro him
TRANSCRIPT
Bismillahirohmanirrohim
Nama saya Fathia Lestari, saya angkatan 2009 di jurusan Ilmu Sejarah Unpad, dengan nomor
induk 180310090042. Sudah menginjak tiga tahun saya merasakan, pahit, manis, asam dan
garam dunia sejarah ini. Merasa belum menemukan apa yang membuat saya memuaskan,
semoga rasa ini membuat saya terus mencari apa yang ingin saya tahu.
Ini adalah tugas akhir, dalam mata kuliah yang saya ambil dalam semester enam ini, yakni
Teori dan Metodologi Sejarah. Tidak banyak yang ingin saya kupas tentang mata kuliah ini.
Saya hanya ingin memberi informasi, bahwa Dosen yang mengajari saya mata kuliah ini
adalah Bapak Drs. Awaludin Nugraha, M.Hum.
Kesimpulan Diri
Catatan ini, saya buat sebagai sebuah catatan yang lahir setelah saya membaca Bab dua
hingga bab empat buku Peter Burke dengan Judul Sejarah dan Teori Sosial, ditambah
dengan sedikit pemahaman yang didapat dari pembelajaran selama satu semester ini. Benar
atau salah, seperti sejarah yang telah dipelajari, bahwa sejarah tidak akan salah, jika berawal
dari fakta, hanya saja ada perbedaan interpretasi.
Buku ini, membahas bagaimana ilmu sejarah dan perkembangan ilmu sejarah diranah
masyarakat akademis, yang memiliki pemikiran-pemikiran di tengah jiwa jaman yang
membentuk pemikiran tersebut. Menjelaskan bagaimana pembentukan teori “sejarah dan
teori sosial” dapat berkembang hingga sekarang digunakan dalam metodologi sejarah.
Bukan hanya menjelaskan bagaimana pembentukan teori tersebut, perkembangan secara rinci
dibahas dalam buku ini, meskipun ada cacatan penulis yang menuliskan bahwa masalah ini
tidak akan selesai, dan bukan dalam buku ini diselesaikannya. Namun, penulis sudah sangat
rinci menjelaskan bagaimana hubungan antara sejarah dan teori sosial.
Dari bab kedua, penjelasan tentang Model dan Metode, dengan perbedaan bahasa seperti ini
saja, perkembangan ilmu di dunia dapat berkembang, menjadi berbagai pemikiran tentang
sejarah. Pembahasaan yang baik, dapat dilihat dan dibuktikan bahwa kata memainkan, seperti
teori hermenetik, yang mencoba memainkan kata dan mengungkapkan sesuatu melalui kata.
Setelah model dan metode yang diperbincangkan dalam ranah ilmu, sejarawan mengambil
kata teori dan konsep sebagai sebuah padanan kata yang baik untuk sejarawan, yang dapat
menggunakan model dan metode sosial. Sebuah terobosan baru menurut Peter Burke dalam
ranah sejarawan. Peter Burke memaparkan beberapa konsep yang berujung menjadi teori
dalam penulisan sejarah sekarang dan dapat dijadikan contoh ataupun pijakan bagi kami yang
akan menulis sejarah dan merekontruksi sesuatu yang kami anggap akan menjadi sebuah
sejarah.
Pergolakan antara konsep dan teori tidak berujung pada seuah kesepakatan bersama, tentunya
masalah-masalah yang terjadi dalam hal ini, memberikan pula masalah pada tubuh ilmu
sejarah dan para sejarawan tentunya, berusaha mengembalikan perasalahan dengan solusi
cantik yang membahas permasalahan tersebut. Peter burke menunjukan beberapa solusi yang
juga dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Seolah-olah mencari jalan keluar dari pintu-
pintu yang celahnya sedikit.
Dari tiga bab itulah mencerminkan sebuah perjalanan panjang dari sebuah ilmu yang bisa kita
terima saat ini, yang seolah-olah menjadi “saklek” adanya. Menikmati perkembangan ilmu
sejarah, dan dapat mengambil sebuah konsep yang menarik untuk dibahas, dari ke-enambelas
konsep yang dibahas oleh Burke, dua yang menarik perhatian saya, yang pertama adalah
kekeuargaan dan kekerabatan juga bagian mentalitas dan ideology. Konsep yang menurut
saya akan dianggap bottom to up sehingga yang menjadi pusatnya adalah bagian bawah,
bagian kecil dari sebuah kejadian menjadi konsep yang menarik untuk saya bahas dan baca
secara seksama.
Meskipun masalah penggunaan teori atau konsep, penamaan model atau konsep, masih
bergulir hingga sekarang, karena sejarah tidak akan berhenti sampai kapanpun, kecuali
berhentinya waktu.
Kesimpulan Materi
Kesimpulan ini, diambil, murni dari buku, jika ada copy paste dari buku, hanyalah sebuah
kutipan, baik langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata yang saya buat dengan
pemahaman yang saya miliki sebelum dan sesudah membaca buku ini.
BAB II
Perkembangan ilmu sosial di abad ke-19 mengalami puncaknya, diawali dengan adanya
kaum positifis yang secara tidak langsung memaksa perkembangan ilmu yang ada di bumi,
memberikan dampak yang sekarang dirasa luar biasa untuk ilmu sejarah khususnya. Maka
perkembangan yang dirasakan oleh Ilmu sejarah sebagai berikut :
1. Perkembangan teori Komparasi
Teori Komparasi yang berkembang pada awal abad ke-20 di dalam teori sosial, yang
di anggat Durkheim, sebagai sebuah metode yang baik dan pantas untuk digunakan
mengungkapkan, pernyataan-penyataan masa lalu. Durkheim menganggap bahwa,
bagaimana mungkin kita memberi penjelasan bahwa itu tentang A, jika kita tidak tahu
bahwa ada yang B. Sehingga A dan B harus dibandingkan, baru dapat didefinisikan
bahwa A adalah uraian A, juga B adalah uraian B.
Namun, sejarawan menolak hal ini dengan mengemukakan alasan tentang keunikan
dan kekhususan sebuah peristiwa, dan peristiwa pun tidak dapat diulang, namun Max
Weber, menjelaskan pernyataan serupa untuk mematahkan pendapat sejarawan.
Tidak semua sejarawan menolak adanya teori Komparasi, Marc Bolc menggunakan
teori ini untuk penulisan sejarahnya, terbukti tahun 1924 bukunya yang berjudul The
Royal Touch menggunakan teori komparasi, yang mengkomparasikan Negara
Perancis dengan Inggris, yang menurutnya memiliki persamaan dan perbedaan yang
unik.
Dengan adanya perkembangan ini, para sejarawan mencari celah, dan ingin
menemukan titik temu, sehingga memunculkan permasalahan yang membuat
sejarawan menjadi berkembang kembali pemikirannya tentang sejarah.Masalahnya
muncul manakala, perbandingan atau komparasi dilakukan dengan skala besar. Maka
kejadian ini akan menyebabkan pengerucutan masalah, semua ini, tidak sesuai dengan
apa yang diharuskan dalam penulisan sejarah, yang mengharuskan menulis sejarah
dengan sebenar-benarnya. Maka sejarawan, dituntut untuk menemukan pisau yang
lebih baik dan pantas untuk digunakan membuka lembaran-lembaran masa lalu yang
tertutup rapat.
2. Perkembangan Model dan Tipe
Model dalam hal ini, diartikan sebagai sebuah bangunan yang berusaha
menyederhanakan sebuah realitas untuk mempermudah memahami. Model dapat
diartikan menjadi Peta, yang dapat menunjukan tempat dan arah, kemana kita harus
berjalan. Seperti halnya dalam peta, tidak semua gambar dapat digambarkan, tidak
semua hal yang ingin digambarkan dapat diuraikan dalam peta.
Perkembangan model ini, menghadapi pro dan kontra, sebagian sejarawan
menganggap bahwa sejarah harus ditulis dengan menuliskan hal yang khusus,
penggunaan model hanya akan menyebabkan penggeneralisasian terhadap sejarah
yang ada. Namun, sebagain lagi sejarawan menggunakan model sebagai sebuah
kontruk bangunan yang akan dibangun kembali, menggunakan tanpa mengakui atau
tanpa menyadari status nya kadang menjadikan sejarwan terjebak dalam kesulitan
yang tidak perlu.
3. Perkembangan metode Kuantitatif
Metode ini adalah metode yang digunakan oleh ekonom dan digunakan oleh sejarah
ekonomi. Perkembangan metode ini, menjadi pernyataan besar dalam pembahasan
ilmu sosial. Dapatkan kita semua menyakini bahwa metode kuantitatif dapat
digunakan untuk mengkaji perilaku manusia dan bahkan sikapnya. Metode ini, harus
digunakan untuk mengungkapkan beberapa kasus sejarah, seperti contohnya
pengkajian pergerakantingkat harga dan jumlah penduduk, data statistic harus
menggunakan teori kuantitif. Namun kesulitan terbesar dalam metode ini adalah
pembeda antara fakta lunak dan fakta keras, karena kita tidak pernah tau, bagaimana
menampatkan statistic itu.
Tentunya, metode ini, tidak langsung kena di hati sejarawan akademisi , banyak yang
mengungkapkan ada metode lain, untuk mengungkapkan sikap hidupa dan gaya hidup
hingga terjadi perubahan yang membuat semuanya jadi sejarah.
4. Perkembangan Mikroskop Sosial
Metode terakhir yang mempengaruhi perkembangan ilmu sejarah adalah metode
mikroskopis sosial, metode ini, ingin melihat perubahan manusia dari segi yang kecil,
bukan di makrokan seperti halnya kunatitatif atau model, yang terjadi pelebaran
materi, sehingga tidak menjadikan pembahasan menjadi focus dalam hal pembahasan.
Metode ini, dikembangkan oleh antropolog untuk meneliti bagaimana perkembangan
manusia, sehingga dalam sejarah dikenal sebagai mikro sejarah. Sejarah budaya
mengambil perkembangan ini sebagai pintu keluar agar, dapat diterima sebagai tema
dalam sejarah
BAB III
Perkembangan ilmu sejarah setelah mengalami perkembangan dari berbagai perkembangan
yang ada di masyarakat memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan Ilmu sejarah.
Kesulitan sejarwan, dengan sadar atau bahkan tidak menyadari penggunaan teori sosial
mengakibatkan pertimbangan dari sejarawan untuk mengasodpsi teori-teori sosial benar
adanya. Bahasa yang mendekati dan tidak menyakitkan untuk kedua pihak adalah sasling
mendekati satu sama lain. Dan masalah istilah yan gmenjadi perdebatan akan dikembalikan
kepada sejarawan saja.
Jangan sampai, sejarawan seolah0olah membenarkan pernyataan bahwa Sejarawan hanya
sebagai tukang batu yang digunakan oleh sosiolog untuk membuat sebuah bangunan, dan
bangunan tersebut adalah milik sosiolog, bukan sejarawan lagi. Menurut Burke, sosiolog
malah ingin meminta sebuah imbalan dari jasanya tersebut.
Apapun alasan penggunaan teori sosial dalam kajian sejarah, Burke mengingatkan, bahwa
teori yang ada dalam konsep-konsep besar berikut ini adalah konsep yang tidak luput dari
jiwa jamannya, yang tentunya saja dipengaruhi oleh budaya asal teori ini muncul, sehingga
menurut Burke, sejarawan seharusnya cerdas untuk memilih dan mengkritik ulang teori yang
sebenarnya terjadi. Dan dalam bab ini, Burke mengemukakan beberapa konsep besar yang
disesuaikan dengan kapasitas sejarah dalam menganalisis sesuatu.
Saya menyebutkan, Burke menulis enambelas konsep besar yang menurut Burke pantas
dikaji oeh sejarawan untuk dijadikan konsep besar tema penulisan dengan memberi teori-
teori yang pas dan sesuai dengan konsep. Saya tidak akan memaparkan ke-enambelas konsep
besar. Seperti yang saya katakana dalam kesimpulan diri, bahwa saya akan menjelaskan dua
dari keenambelas konsep yang ada, yang menurut saya menarik untuk saya kaji lebih lanjut,
yakni Konsep Keluarga dan kekerabatan serta Konsep Mentalitas dan Ideologi. Mengapa
saya memilih dua konsep ini, hanya sebuah kesubjektifan dan rasa ingin mengetahui lebih
dari keempatbelas konsep lainnya.
A. KONSEP KELUARGA DAN KEKERABATAN
Keluarga adalah sebuah lembaga yang paling dekat dengan siapapun orangnya.
Lingkungan terkecil yang menjadikan keluarga menjadi wadah pembentuk karakter
pertama dan memiliki peranan yang tidak kecil bagi pemikiran seseorang dan
kehidupan masyarakat.
Konsep sejarah keluarga memang baru muncul tiga puluh tahun lalu, sejak pembuatan
buku ini. Dan mulai merambah dunia ilmu, sehingga menjadi perbincangan hangat
dikalangan sejarawan, sosiolog dan antropologi budaya.
Konsep ini tentunya, berasal dari perkembangan mikroskopis sejarah, yang meliha
sejarah dari sisi kesil perubahan manusia. Teori-teori yang berhubungan dengan
konsep ini adalahteori L’orgabisation de la famile (1871) yang menyebuykan tiga tipe
keluarga. Menurut penulisnya yakni Frederic Le Play, Tipe pertama adalah tipe
patriarchal, yang berarti anak laki-laki yang telah menikah tetap tinggal serumah
dengan orang tua,tipe ini disebut juga tipe patungan. Tipe kedua adalah tipe tak stabil,
kini tipe itu disebut dengan keluarga inti atau konjugal, dimana semua anak yang telah
menukahh pindah dari rumah. Dan tipe yang ketiga, yang sebenarnya tipe diantara
kedua tipe tersebut, yakni tipe keluarga akar, dimana hanya ada satu anak laki-laki
yang telah menikah saja yang masih tinggal bersama orang tuanya.
Dengan pendekatan konsep tersebut, sejarawan mulai mencari celah, dan membuat
historiografi dari teori keluarga tersebut dengan berusaha menampilkan
perkembangan system kekeluargaan di Eropa.
Namum, berjalannya waktu, perkembangan teori kekeluargaan tidak hanya satu,
berkembang sesuai dengan perkembangan budaya yang ada, sehingga kelompol
strukturalis Belanda memiliki teori baru dari Konsep Kekeluargaan ini, dengan
melihat komposisi dan jumlah anggota, dan membedakannya atas tiga kelompok,
yakni keluarga tingkas, keluarga besar dan keluarga majemuk. Dan dengan teori ini,
mereka menemukan ukuran rumah tangga di Inggris pada abad Ke-16 hingga abad ke-
19 tidak terpaut rata-rataa sebanyak 4,75 anggota keluarga. Pendataan untuk teori ini,
memang sangat mudah melihat perkembangan metode kuantitatif yang berkembang
dan mempermudah bahasan ini, namun ada saja yang menjadi keberatan para sejawan
mengenai dua pembahasa n besar, yang pertama, kesulitan perhitungan keluarga
manakala keluarga ada yang mengembang dan kemudian mengempis seiring
pengaruh teori pertama, teori yang mengatakan bahwa anak-anaknya pergi dari rumah
karena menikah, atau memang tetap dirumah dan menjadi teori keluarga majemuk,
dan ini perlu diperhatikan lebih jauh. Permasalahan kedua, terletak pa perbedaan data
lunak dan keras, manakala keluarga tidak hanya dipandang sebagai sebuah jumlah
terkecil dalam kehidupan. Bahkan keluarga memiliki moral komunitas yang ini harus
dipertimbangkan. Maka penelitian yang memaki konsep dan teori tentang ini, perlu
berhati-hati dalam menentukan fungsi dari teori tersebut. Namun jelasnya bahwa
kekeluargaan memiliki sebuah konsep besar yang dapat diurai menjadi berjuta-juta
toero dasar bagi pembentukan sejarah.
B. KONSEP MENTALITAS DAN IDEOLOGI
Konsep yang membuat saya tertarik adalah konsep Mentalitas dan Ideologi, Burke
pernah mengatakan, bahwa seluruh KOnsep dipengaruhi oleh Budayanya atau lebih
dikenal dengan jiwa jamannya, maka mengenal konsep jiwa jaman berdasarkan
mentalitas dan ideology yagn berkembang pada masa itu menjadi penting adanya,
mengingat akan kembali pada konsep ini. Artinya konsep ini bukan sebuah Konsep
kecil dan konsep anak yang berusah mencari Induknya. Oleh sebab itu, konsep
mentalitas dan ideology dikemukakan, banyak alas an bagaimana konsep ini diterima
menjadi konsep besar dalam tema, yakni menyakini bahwa sejarah tidak mungkin
ditulis tanpa mengenal tentang sejarah ide-ide.
Sejarawan, lebih mengenal KOnsep ini dengan pendekatan aliran Durkheim, dengan
menggunakan istilah representative kolektif, dan kemuadian dikembangkan oleh
‘anak cucu’ seperti Lucien Levy-Bruh.
Di Perancis, pendekatan ejarah mentalitas dipopulerkan tahun 1960-an, dengan
karyanya Bloch yang tentunya menggunakan pendekatan ini. Masalah datang
manakala sejarawan kadang terjebak dalam asumsi adanya pertentangan langsung
dengan adanya dua system keyakina, system tradisional dan modern. Dan kesulitan-
kesulitan inipun terkait dengan adanya konsep Mentalitas kolektif, yang dihindari
dengan melakukan analisis ideolgis. Sebuah pendekatan yang dilakukan Marxis pada
masanya.Dan semua orang terjebak dengan kemajemukan pengertian Ideologi sebagi
sebuah keyakinan. Dan kebingunan ini dijawab dengan adanya dua konsep tentang ini
dengan membagi dua konsep ini, menjadi konsep Ideologi total dan particular
ideology. Maka perkembangan mentalitas tidak selalu berujung pada mentalitas,
sehingga pemiahan antara mentalitas dan ideology meski susah untuk dipisahkan.
Kedua konsep besar diatas, menunjukan bahwa sebenarnya da mikroskopis sejarah dalam
perkembangan teori sejarah yang berkembang di dunia, dan semuanya tetap berpengaruh
terhadap perubahan manusia yang menjadi pokok bahasan sejarahs elama ini.
BAB IV
Masalah dan konflik sudah ada ketika masa perkembangan konsep dalam ilmu sejarah,
ditambah dengan tiga masalah pokok yang diungkap Burke mengenai Konsep disiplin ilmu.
Permasalannya adalah:
1. Pertentangan anatara ide tentang fungsi dan satu sisi tentang peranan manusia
2. Ketegangan melihat kebudayaan sebafai suprastruktur dan sebagai kekuatan sejarah
yang sebanarnya
3. Konflik antara sejarawan, sosiolog dan antropoligog tentang pengungkapan fakta-
fakta tentang masyaarakat kini dan masa lampau.
Dan dalam bab ini, hanya mengangkat permasalahan dan mencari kemungkinan yang dapat
dilakukan untuk menumpas segala permasalahan yang anda. Dan saya berusaha mencari
mana yang baik sebagai sebuah solusi.
Burke menunukan bahwa sebenarnya permasalah ada pada dua pokok bajasan, yakni Fungsi
dan Struktur. Masalah pertama adalah Fungsi, sebuah benda ataupun apapun didunia
memiliki fungsi yangberbeda, dan tidak diciptakan sama oleh tuhan, namun teori dan konsep
yang berjalan adalah ciptaan manusia,yang mungkin saja harus diakui atau tidak memiliki
kesamaan fungsi, dan inilah yang akhirnya menjadi sebuah permasalahan. Mengapa harus
ada dua jika satu saja cukup, dan fungsinya pun ada.Maka fungsi seharusnya di lihat sebagai
alat yang sama dan dimanfaatkan oleh sejarawan dan teioritis. Maka penjelasan fungsional
janganlah dipandang sebagai pengganti penjelasan historis lain, semuaynasaling melengkapi
satu sama lain. Karena sejarawan harus mengambil sesuatu yang tidak memiliki equivalen
funsional. Masalah kedua, adalah struktur. Apa hubungannya struktur dengan sejarah. Bhawa
struktur memberikan sesuatu yan glebih bagi sejarah, namun perlukah struktur itu.
Dan semua pertanyaan ini, di jawab dengan tiga kemungkinan yang diajukan oleh Burke
untuk menjawa semua permasalahnnya. Usulan yang pertama, lewat masalah psikologis,
yang kedua masalah kebudayaan, yang ketiga adalah sosilu tentnag fakta dan fiksi. Hingga
sekarang, tentu permasalahan sejarah terus bergulir,seiring perjalan dan perkembangan ilmu,
tidak berhenti hingga menmukan solusi yang ada untuk saat itu dan saat sekarang.