biodiesel nyamplung

24
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terbarui dan tidak terbarui. Di Indonesia bahan bakar minyak yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui menjadi sumber energi utama. Penggunaan sumber daya alam tidak terbarui secara terus menerus akan mengakibatkan menipisnya cadangan minyak bumi yang sudah diketahui, kenaikan atau ketidakstabilan harga akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak dan polusi gas rumah kaca (terutama CO 2 ) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Persentase konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia merupakan yang terbesar dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 169.168 Setara Barel Minyak (SBM), angka ini adalah 40, 2% dari total konsumsi energi final. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 2000, konsumsi BBM di Indonesia meningkat menjadi 304.142 SBM, angka ini adalah 47, 4 % dari total energi final. Dengan demikian terjadi peningkatan yang cukup signifikan dalam konsumsi BBM di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan

Upload: ky-lauow

Post on 05-Jul-2015

325 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biodiesel Nyamplung

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam terbarui

dan tidak terbarui. Di Indonesia bahan bakar minyak yang berasal dari sumber

daya alam tak terbarui menjadi sumber energi utama. Penggunaan sumber daya

alam tidak terbarui secara terus menerus akan mengakibatkan menipisnya

cadangan minyak bumi yang sudah diketahui, kenaikan atau ketidakstabilan harga

akibat laju permintaan yang lebih besar dari produksi minyak dan polusi gas

rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil.

Persentase konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia merupakan yang

terbesar dan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 konsumsi bahan

bakar minyak (BBM) sebesar 169.168 Setara Barel Minyak (SBM), angka ini

adalah 40, 2% dari total konsumsi energi final. Sepuluh tahun kemudian pada

tahun 2000, konsumsi BBM di Indonesia meningkat menjadi 304.142 SBM,

angka ini adalah 47, 4 % dari total energi final. Dengan demikian terjadi

peningkatan yang cukup signifikan dalam konsumsi BBM di Indonesia. Jika hal

ini dibiarkan berlangsung secara terus menerus krisis energi di Indonesia tidak

dapat dihindari lagi.

Menurut Agus Syarif Hidayat (2005:2), selain angka konsumsi BBM yang

tinggi, kecenderungan impor bahan bakar minyak di Indonesia juga terus

meningkat. Pada tahun 1992 pemakaian BBM sebagai energi final sebesar

201.577 SBM sedangkan kilang minyak dalam negeri hanya mampu memasok

sekitar 167.944 SBM, sehingga harus mengimpor sekitar 33.633 SBM. Angka

impor BBM ini terus meningkat hingga mencapai 107.935 SBM pada tahun 2003

atau sekitar 32,75% dari total konsumsi BBM dalam negeri. Jika hal ini tetap

berlangsung, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi negara pengimpor minyak

sepenuhnya.

Page 2: Biodiesel Nyamplung

Sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi

energi alternatif sebagai pengganti BBM. Indonesia memiliki bahan baku yang

melimpah untuk membuat sumber energi alternatif yang berasal dari sumber daya

alam terbarukan berupa tumbuh-tumbuhan.

Selama ini tumbuhan yang dinilai dapat menghasilkan sumber energi

alternatif adalah kelapa sawit. Namun kelapa sawit tergolong tumbuhan pangan,

sehingga harga kelapa sawit akan terpengaruh permintaan di sektor pangan. Oleh

karena itu, bahan baku sumber energi alternatif sebaiknya berasal dari sektor

nonpangan misalnya nyamplung.

Nyamplung merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sepenjang pantai

di seluruh Indonesia. Tanaman nyamplung atau nama latinnya Calophyllum

inophyllum L. merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dan Pantai

India tetapi banyak tumbuh di daerah tropis khususnya di negara kepulauan

sekitar Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Tanaman nyamplung termasuk ke

dalam famili mangosteen seperti halnya tanaman manggis.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui manfaat nyamplung

sebagai bahan dasar pembuatan biodiesel.

Page 3: Biodiesel Nyamplung

II. TINJAUAN PUSTAKA

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran monoalkyl

ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan

bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur

atau lemak hewan. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk

mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam

lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung,

biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak

bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering

digunakan sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar

diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah pelumas.

Dia merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan

bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan

bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang

ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur sekarang ini.

Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di

Eropa, Amerika Serikat, dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil

saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan SPBU membuat semakin

banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan

kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.

Nyamplung (Calophyllum inophyllum L) termasuk dalam marga

Callophylum. Nyamplung berbuah sepanjang tahun dan mempunyai sebaran yang

cukup luas di dunia mulai dari Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan

Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, hingga Amerika Selatan. Di

Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera

Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi,

Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. Nyamplung sudah dikenal

masyarakat sejak dahulu karena kayunya dapat bermanfaat sebagai bahan

bangunan dan bahan baku meubelair. Banyak masyarakat tahu jika buah dari

Page 4: Biodiesel Nyamplung

nyamplung dapat bermanfaat bagi kesehatan tetapi tidak banyak yang tahu jika

buah nyamplung dapat menghasilkan minyak (Biofuel) yang kadar oktannya

cukup tinggi. Minyak nyamplung dapat digunakan sebagai bahan bakar sehingga

saat ini marak dilakukan penelitian mengenai minyak dari biji nyamplung.

Keunggulan biodiesel dari nyamplung adalah rendemen minyak nyamplung

tergolong tinggi dibandingkan jenis tanaman lain yaitu 40-73% sedangkan jarak

pagar 40-60% dan sawit 46-54 %. Adanya penelitian mengenai biji nyamplung

sebagai bahan baku biodiesel dapat meningkatkan nilai jual dari jenis ini.

Page 5: Biodiesel Nyamplung

III. PEMBAHASAN

Nyamplung merupakan tanaman yang banyak tumbuh di sepenjang pantai

di seluruh Indonesia. Tanaman nyamplung atau nama latinnya Calophyllum

inophyllum L. merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Timur dan Pantai

India tetapi banyak tumbuh di daerah tropis khususnya di negara kepulauan

sekitar Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Tanaman nyamplung termasuk ke

dalam famili mangosteen seperti halnya tanaman manggis.

Beberapa nama daerah dari tanaman nyamplung adalah Sumatrera : Eyobe

(Enggano), Punaga (Minangkabau), Penago (Lampung), Nyamplung (Melayu),

Jawa: Nyamplung (Jawa Tengah), Nyamplung (Sunda), Camplong (Madura),

Bali: Camplong (Bali), Nusa Tenggara: Mantan )Bima), Camplong (Timor),

Sulawesi: Dingkalreng (Sangir), Dongkalan (Mongondow), Dunggala

(Gorontalo), Ilambe (Buol), Punaga (Makassar), Pude (Bugis), Maluku: Hatan

(Ambon), Fitako (Ternate). Nama di Negara lain adalah Alexandrian laurel,

Borneo mahagony (Inggris), Palomaria dela Playa, Pamitaogen, bintaog

(Philipina), Kathing (Thailand), Mu-u, cong (Vietnam), Penaga (Sabah), Penaga

Laut (Malaysia). Mentangor, bakokol (Serawak).

Pohon nyamplung adalah tumbuhan berukuran medium dengan tinggi

pohon bisa mencapai 8-20 meter bahkan ada yang mencapai 30-35 meter. Tinggi

batang bebas cabang mencapai 21 meter dengan diameter mencapai 0.8 meter.

Batang pohon berwarna abu-abu hingga putih dengan percabangan mendatar.

Akar tunggang, bulat dan coklat (Martawijaya et al, 2005)

Daun nyamplung merupakan daun tunggal, berbentuk oval dengan ujung

meruncing, tebal dan berwarna hijau tua mengkilap serta tidak berbulu. Bunga

nyamplung biasanya muncul diketiak, umumnya tidak bercabang tetapi kadang-

kadang bercabang yang terdiri dari 3 bunga pada setiap cabangnya, Bunga

nyamplung berwarna putih dengan diameter 2 cm, jumlah kelopak empat buah,

memiliki benang sari banyak, tangkai putik membengkok, kepala putik bentuk

perisai (Friday and Okano, 2006).

Page 6: Biodiesel Nyamplung

Buah nyamplung berbentuk seperti peluru dengan ujung berbentuk lancip

dengan panjang 25-50 mm. Kulit luar buah berwarna hijau selama masih

bergantung di pohon dan berubah menjadi kekuningan atau kecoklatan setelah

matang. Daging buah tipis dan lambat laun akan menjadi keriput, rapuh dan

mengelupas dimana di dalamnya terdapat sebuah inti berwarna kuning terutama

jika sudah dijemur (Heyne, 1987). Biji nyamplung berukuran cukup besar

dengan ukuran diameter 2-4 cm. Biji nyamplung dapat diperoleh dengan

membersihkan kulit dan sabut dari biji nyamplung. Dalam setiap 1 kg terdapat

100-200 biji nyamplung (Friday and Okano, 2006). Morfologi tanaman

nyamplung (pohon, kulit, bunga, buah dan biji) dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Tanaman Nyamplung

Page 7: Biodiesel Nyamplung

Tanaman nyamplung umumnya tumbuh di daerah pantai ataupun hutan

dataran rendah. Namun demikian tanaman ini juga dapat tumbuh dengan baik di

daerah dengan ketinggian sedang. Tanaman ini memiliki toleransi yang tinggi

terhadap berbagai jenis tanah, pasir, lumpur maupun tanah yang telah mengalami

degradasi. Sedangkan menurut Martawijaya et al. (1981), tanaman nyamplung

tumbuh di hutan tropis dengan curah hujan A dan B pada tanah berawa dekat

pantai sampai pada tanah kering berbukit-bukit pada ketinggian 800 m dari

permukaan laut. Kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman nyamplung dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kondisi Lingkungan untuk Pertumbuhan Nyamplung

No Parameter Kondisi yang sesuai

1 Iklim Suhu sedang sampai basah dan tidak cocok

pada kondisi sangat dingin

- Ketinggian 0-800 m dpl

- Curah hujan 1000-5000 mm

- Lama musim kering 5 bulan

- Suhu maksimum 370 C

- Suhu minimum 120 C

- Suhu rata-rata 330 C

2 Tanah Tumbuh baik pada tanah berpasir dengan

hujan yang cukup tetapi toleran terhadap

tanah lempung (clay), tanah berbatu (rocky

soil), tanah yang dangkal (shallow) dan

tanah asin (saline soil)

- Tekstur tanah Toleran pada tanah berpasir, sandy loams

dan sandy clay loams

- Drainase tanah Toleran pada drainase buruk

- Keasaman pH 4,0-7,4

3 Toleransi kondisi ekstrim Merupakan pohon keras yang tumbuh di

daerah pantai, toleran terhadap air garam,

Page 8: Biodiesel Nyamplung

angin dan kekeringan

- Kekeringan Toleran terhadap kemarau selama 5 bulan

- Sinar matahari Lebih cocok pada daerah dengan sinar

matahari penuh dan dapat tumbuh baik

pada daerah teduh

- Pembekuan Tidak toleran terhadap kondisi beku

- Waterlogging Toleran terhadap kondisi dikelilingi air

Sumber : Friday and Okano( 2006)

Tanaman nyamplung dapat diperbanyak secara alami dengan

menggunakan biji. Biji yang akan digunakan untuk perbanyakan tanaman harus

disiapkan 6 bulan sebelum penanaman. Biji yang berjatuhan dikumpulkan dari

sekitar pohon nyamplung yang berbuah dua kali dalam setahun. Selanjutnya

buah tersebut disimpan dan dibuang sabutnya. Proses germinasi dapat dipercepat

dengan merendam biji nyamplung selama 24 jam untuk menghilangkan kulit biji

kemudian kulit biji dipecahkan dengan bantuan palu agar proses germinasi lebih

cepat. Proses germinasi umumnya berlangsung selama 57 hari bila biji tidak

dipecahkan dan selama 38 hari bila sudah dipecahkan lebih dahulu. Proses

germinasi harus berada di tempat yang diberi naungan . Setelah 20-24 minggu

setelah germinasi, tanaman nyamplung siap dipindahkan dan ditanam di lapang.

Media yang digunakan untuk proses pembibitan (Gambar 2) adalah media apa

saja yang memiliki kemampuan drainase yang baik.

Gambar 2. Bibit nyamplung pada berbagai tingkat umur

Page 9: Biodiesel Nyamplung

Pohon nyamplung yang sudah besar dapat di potong dahan dan rantingnya

dan akan tumbuh kembali. Pada awal pertumbuhannya, pohon nyamplung akan

tumbuh dengan cepat mencapai satu meter per tahunnya, namun setelah berbunga

pertumbuhannya akan melambat.

Pola Penyebaran Tanaman Nyamplung di Indonesia dan Potensinya

Tanaman nyamplung mempunyai sebaran yang cukup luas di Indonesia,

mulai dari Sumatra (Sumatra Barat, Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung),

Jawa (sepanjang pantai selatan terutama di Kabupaten Cilacap, Purworejo dan

Kebumen), Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), Sulawesi,

Maluku, Nusa Tenggara Timur sampai Papua. Menurut Dephut (2008) hasil

penafsiran dari Citra Satelit Landsat7 ETM+tahun 2003 tegakan alami tanaman

Nyamplung mencapai luas 480.000 ha (60 % berada dalam kawasan hutan).

Tanaman nyamplung saat ini masih merupakan tanaman alami dan bukan

hasil budidaya. Satu-satunya hutan nyamplung yang dikelola dengan profesional

ada di Perum Perhutani Unit I KPH Kedua Selatan Jawa Tengah yang luas

pertanaman nyamplung mencapai 196 hektare. Pada tahun 2009 ini, luas hutan

nyamplung akan ditingkatkan menjadi 600 hektar. Menteri Kehutanan juga

menyebutkan akan menanam 3 juta pohon nyamplung di luasan 3000 hektar

sepanjang pesisir pantai diantaranya di Banten dan Cilacap.

Tanaman nyamplung tumbuh pada tanah berawa dekat pantai sampai pada

tanah kering dan regosol di bukit-bukit dengan ketinggian tempat 100-150 m di

atas permukaan laut, topografi datar sampai bergelombang dengan tipe curah

hujan A dan B dengan curah hujan 2,959 mm. Jenis tanah Podsolik Merah kuning

dengan bahan induk sedimen tersier, asam kresik dan batuan basah (Martawijaya

et al. 2005, Rostiwati, 2007). Gambar 3. Memperlihatkan peta penyebaran tegakan

nyamplung di Indonesia.

Page 10: Biodiesel Nyamplung

Gambar 3. Peta sebaran tegakan nyamplung di Indonesia.

Menurut Mahfudz, (2008) bila tanaman nyamplung umur 3 tahun sudah

dapat berbuah dan apabila dalam satu tangkai nyamplung menghasilkan 1 kg buah

maka dalam satu pohon yang diasumsikan rata-rata ada 100 tangkai maka satu

pohon tanaman nyamplung menghasilkan 100 kg buah nyamplung atau akan

menghasilkan 100 ton buah nyamplung pada lahan seluas satu ha dengan jarak

tanam 3 m x 3 m. Bila rendemen buah nyamplung untuk biodiesel 2 %, maka 1

ha tanaman nyamplung akan menghasilkan 2200 liter minyak untuk biodiesel

yang setara dengan 4400 liter minyak tanah.

Biji nyamplung mempunyai kadar minyak 71,4 % sampai 75 %. Menurut

Heyne (1987), inti biji mengandung air 3,3 % dan minyak 71,4 % bila biji segar

mengandung 55 % minyak sedangkan biji yang benar-benar kering mengandung

70,5 % minyak.

Pemanfaatan Saat Ini

Tanaman nyamplung saat ini dimanfaatkan mulai dari batang sebagai

penghasil kayu komersial, getahnya sebagai bahan baku minyak bahkan hasil

penelitian terakhir getah dari kulit kayunya menekan pertumbuhan virus HIV.

Daunnya dapat berkasiat sebagai obat sakit encok, bahan kosmetik dan

Page 11: Biodiesel Nyamplung

menyembuhkan luka bakar karena kandungan senyawa costatolide-A, saponin dan

acid hydrocyanic. Bunganya sebagai pencampur untuk mengharumkan minyak

rambut. Minyak yang berasal dari bijinya dapat dipakai sebagai penerangan,

pembuatan sabun, pelitur, minyak rambut, minyak urut dan obat. Tanaman

nyamplung disamping sebagai pohon hias dan peneduh, juga digunakan pada

reforestasi dan afforestasi (Dephut, 2008).

Tanaman nyamplung selain digunakan sebagai tanaman pelindung di

pinggir pantai karena tajuknya yang rimbun juga dimanfaatkan batang kayunya

yang kuat dan keras sebagai bahan bangunan atau bahan pembuat kapal, dayung,

tiang listrik, tong dan pemukul golf (Martawijaya et al., 1981). Bijinya

menghasilkan minyak yang kental dan berwarna kehitaman digunakan sebagai

obat untuk menumbuhkan rambut. Bahan aktif yang ada pada minyak tersebut

dipercaya dapat meregenerasi jaringan tubuh sehingga digunakan sebagai bahan

kosmetik ataupun untuk kesehatan karena memiliki kemampuan anti bakteri, anti

kanker dan anti pembengkakan serta anti virus (Heyne, 1987).

Tanaman nyamplung memiliki banyak manfaat terutama yang

berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Menurut Friday and Okano (2006),

nyamplung dapat dimanfaatkan sebagai penstabil tanah daerah pantai, pemecah

angin. Tanaman pelindung atau peneduh, Tanaman pembatas pada kuil atau

tempay suci di Pasific, serta tanaman penghias taman.

Pemanfaat lain dari biji nyamplung saat ini, oleh gudang kreasi yogya

membuat gantungan kunci yang dikombinasikan dengan berbagai macam bahan-

bahan natural dan daur ulang lainnya. Di darah Pasific, kayu nyamplung juga

banyak dijadikan kerajinan tangan atau cendera mata.

Prospek Pemanfaatan sebagai Bahan Baku Bioenergi

Pemanfaatan tanaman Nyamplung sebagai biodiesel pertama kali

diperkenalkan oleh Fathur Rahman dan Aditya Prabhaswara dari SMAN 6

Yogyakarta pada Lomba Karya Tulis SMA Wisata Iptek 2007 yang diadakan oleh

Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Hasil penelitian mereka menunjukkan

kandungan minyak tanaman Nyamplung 50-70 % dan mempunyai daya bakar

Page 12: Biodiesel Nyamplung

selama 11,3 menit, dua kali lebih besar dari m. tanah yang hanya 5,6 menit

(Suprapto, 2008). Kebutuhan minyak nyamplung untuk mendidihkan air hanya

0,4 ml sementara minyak tanah 0,9 ml (Dephut, 2008), hal ini sangat menjanjikan

di masa yang akan datang sebagai bahan subsitusi minyak yang berasal dari fosil.

Jika diasumsikan 2,5 kg biji nyamplung akan menghasilkan 1 liter minyak

nyamplung dibandingkan dengan jarak butuh 4 kg untuk menghasilkan 1 liter

minyak jarak maka untuk memenuhi kebutuhan biodiesel tahun 2025 sebanyak

720.000 kilo liter (5,1 juta ton biji nyamplung) dibutuhkan paling kurang 254.000

ha tanaman nyamplung, jumlah ini hampir setengah dari luasan yang ada sekarang

sehingga harapan menjadikan bahan biodiesel terbuka lebar. Pengolahan biji

nyamplung sebagai bahan baku biodiesel selain hemat dalam proses pembakaran,

sumbernya dapat diperbaharui sehingga tidak mengganggu ekologi.

Inti (kernel) nyamplung memiliki kandungan minyak yang sangat tinggi

yaitu sebesar 75% (Dweek and Meadows, 2002); 71,4% pada inti yang kering

dengan kadar air 3,3%(Heyne, 1987); 40-73% (Soerawidjaja et al., 2005); 55,5%

pada inti yang segar dan 70,5% pada inti yang kering (Greshoff dalam Heyne,

1987). Produksi biji nyamplung dapat mencapai 100 kg per pohon (Dweek and

Meadows, 2002; Friday and Okano, 2006). Ekstraksi minyak dari biji nyamplung

dapat dilakukan dengan pengepresan atau menggunakan pelarut. Pada proses

pengepresan dari 100 kg buah dihasilkan 17,5 kg minyak atau sekitar 17,5% dari

bobot biji atau 48,6% dari bobot inti kering (Sahirman, 2009) Rendemen ini

relatif masih rendah dibandingkan menggunakan pelarut hexan dengan metode

soxhlet yang mencapai 61,2 %.

Minyak nyamplung yang dihasilkan dari proses pengepresan umumnya

berwarna kehijauan dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi mencapai 30%

sehingga untuk dijadikan biodiesel harus diberi perlakuan pendahuluan terlebih

dahulu seperti proses degumming dan esterifikasi.

Secara umum pembuatan biodiesel dari nyamplung adalah penghilangan

buah dan tempurung, pengukusan, pemisahan getah (degumming) dengan as.

Fosfat 1 % dan esterifikasi dengan methanol 20 : 1 (perbandingan mol methanol

dengan as. Lemak bebas) serta transesterifikasi (perbandingan methanol dengan

Page 13: Biodiesel Nyamplung

minyak 6:1). Jika hasil yang diperoleh tidak memenuhi SNI (nilai viskositas,

densitas dan keasaman) maka dilakukan proses netralisasi dengan menggunakan

NaOH sesuai dengan molar asam lemak bebas tersisa

Beberapa penelitian pembuatan biodiesel dari tanaman nyamplung telah

dilakukan diantaranya adalah Yudistira (2008) membuat biodiesel dari minyak

nyamplung dan methanol dengan proses transesterifikasi menggunakan katalis

basa (NaOH) dengan perbandingan antara minyak nyamplung dengan methanol

perbandingan 1 : 4, 1 : 6 dan 1 : 8 serta dengan dan tanpa reaksi netralisasi. Proses

pengukusan membutuhkan waktu yang lama dan pemisahan getah dilakukan

dengan konsentrasi yang tinggi karena biji nyamplung mengandung banyak zat

ekstraktif.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sudrajat et al. (2007) membuat

biodiesel dari biji nyamplung dengan perlakuan pendahuluan proses degumming,

proses esterifikasi dan proses transesterifikasi. Kondisi optimum dicari pada

penggunaan rasio mol methanol-FFA, persen asam klorida sebagai katalis dan

suhu esterifikasi. Hasil yang diperoleh menunjukkan proses esterifikasi minyak

nyamplung yang optimum diperoleh pada suhu 600C dan rasio mol methanol-FFA

20:1 dengan lama reaksi 1 jam dengan kecepatan pengadukan 400 rpm. Pada

kondisi tersebut mampu menurunkan bilangan asam dari 28,7 % menjadi 4,7 %.

Biodiesel yang dihasilkan mempunyai kualitas yang belum stabil dengan bilangan

asam berkisar 0,6172-1,8403 mg KOH/gram dan viskositas pada suhu 400C

adalah 8,1-8,4 cp (8,67-8,99 cSt). Komposisi metal ester biodiesel tersebut adalah

metal palmitat 17,29 %, metal stearat 23,55 %, metal oleat 36,67 % dan metal

linoleat 22,49%.

Sahirman (2009) juga melakukan perancangan proses produksi biodiesel

dari biji nyamplung dimana proses degumming sangat menentukan kualitas dari

minyak nyamplung Poses degumming dilakukan pada suhu 800C selama 15 menit

dan dilanjutkan dengan pencucian mengunakan air hangat pada suhu 600C sampai

jernih. Warna minyak yang semula kehijauan berubah menjadi kuning

kemerahan.

Page 14: Biodiesel Nyamplung

Karakteristik, komposisi asam lemak minyak nyamplung dibandingkan

minyak nabati lainnya dan karakteristik biodiesel nyamplung dibandingkan

Standar ASTM D 6751-3 dan SNI 04-7182-2006 dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan

5.

Tabel 2. Karakteristik Minyak Nyamplung

Jenis Analisis Satuan Hasil

1. Air % 0,25

2. Densitas G/ml 0,944

3. Kekentalan Cp 21,97

4. Bilangan Asam mg KOH/g 59,94

5. As. Lemak Bebas % 29,53

6. Bilangan Penyabunan mg KOH/g 198,1

7. Bilangan Iod Mg/g 86,42

Hasil pengujiaan biodiesel nyamplung yang dilakukan oleh Badan Litbang

Kehutanan menghasilkan : (1) seluruh parameter kualitas telah sesuai dengan

kualifikasi biodiesel menurut SNI 04-7182-2006 dengan rendemen konversi as.

Lemak bebas (FFA) menjadi metal ester 97,8 %. (2) uji kelayakan atas kinerja

permesinan, biodiesel nyamplung dapat digunakan untuk kendaraan bermotor

sebesar 100 %, tanpa campuran solar (B 100), (3) dari segi lingkungan, biodiesel

nyamplung bebas dari polutan (Sumutcyber.com, 2008).

Tabel 3. Komposisi Asam Lemak Minyak Nyamplung Dibandingkan Minyak

Nabati Lainnya

KomponenMinyak

Nyamplung

Minyak Jarak

PagarCPO Minyak Kedele

Asam miristat 0,09 - 0,7 0,1

Asam palmitat 15,89 11,9 39,2 10,2

Asam stearat 12,30 5,2 4,6 3,8

Asam oleat 48,49 29,9 41,4 22,8

Page 15: Biodiesel Nyamplung

Asam linoleat 20,70 46,1 10,5 51,0

Asam lonolenat 0,27 4,7 0,3 6,8

Asam arachidat 0,94 - 0,28

Asam erukat 0,72 - 0,2

Sumber Sudrajat, 2007.

Tabel 4. Karakteristik Biodiesel Nyamplung Dibandingkan Standar ASTM D

6751-3 dan SNI 04-7182-2006

No Parameter Satuan Metode Uji NilaiBiodiesel

Nyamplung

1Massa jenis pada

400CKg/m3 ASTM D 1298 850-890 888,6

2

Viskositas

kinematik pada

400C

mm2/s ASTM D445 2,3-6,0 7,724

3 Bilangan setana - ASTM D 613 Min 51 51,9

4Titik nyala

(mangkuk tertutup)0C ASTM D 93 Min 100 151

5 Titik kabut 0C ASTM D 2500 Maks 18 38

6

Korosi kepingan

tembaga (3 jam

pada 500C)

- ASTM D 130 Maks 3 1 b

7

Residu karbon

- Dalam contoh asli

- Dalam 10% ampas

destilasi

% massaASTM D 4530 - Maks 0,05

- Maks 0,3- 0,434

8 Air dan sedimen % volume ASTM D 1796 Maks 0,05 0

9 Suhu distilasi 90 % 0 C ASTM D 1160 Maks 360 340

10 Abu tersulfatkan % massa ASTM D 874 Maks 0,02 0,026

11 Belerang ppm-m ASTM D 1266 Maks 100 16

12 Fosfor ppm-m ASTM D 1091 Maks 10 0,223

Page 16: Biodiesel Nyamplung

13 Bilangan asam

mg-

KOH/

gram

AOCS Cd 3d-

63Maks 0,8 0,96

14 Gliserol total % massaAOCS Ca 14-

56Maks 0,24 0,232

15 Kadar ester alkil % massaSNI 04-7182-

2006Min 96,5 96,99

16 Bilangan Iodium % massa AOCS Cd 1-25 Maks 115 85

Sumber : Sahirman (2009).