bid'ah

2
Bid'ah terbagi menjadi dua bagian: Pertama: Bid'ah Dlalalah. Disebut pula dengan Bid'ah Sayyi-ah atau Sunnah Sayyi-ah. Yaitu perkara baru yang menyalahi al-Qur'an dan Sunnah. Kedua: Bid'ah Huda atau disebut juga dengan Bid'ah Hasanah atau Sunnah Hasanah. Yaitu perkara baru yang sesuai dan sejalan dengan al-Qur'an dan Sunnah. Al-Imam asy-Syafi'i berkata : ُ رْ يَ غٌ ةَ ثَ دْ حُ مِ هِ دَ هَ ا ، و هدْ نِ مٍ دِ احَ وِ لِ ةْ يِ فَ فَ لاِ حَ لاِ رْ يَ خْ ل اَ نِ مَ ثِ دْ حُ + ا اَ : مُ ةَ يِ 0 ن اَ ّ ث ل اَ ، وُ ةَ لَ لاَ ّ لض اُ ةَ غْ دِ ; ث لْ اِ هِ دَ ه ف ا ،ً اعَ مْ ; جِ B اْ وَ + ا اً ر ثَ + اْ وَ + اً ةَ ّ يُ سْ وَ + ا اً ; ابَ ثِ كُ فِ ل اَ حُ ي اَ ّ م مِ َ ثِ دْ حُ + ا اَ ا : مَ مُ هُ دَ حَ + : اِ انَ ; بْ رَ ضِ رْ وُ مُ + لاْ اَ نِ مُ اثَ بَ دْ حُ مْ ل ا) ّ ي ع ف ا ش ل ا; ب ف ا ث م; اث ث ك ي فّ ي هق ي_ لب اb ظ حاف لرواه ا( ٍ ةَ مْ وُ مْ 0 دَ " "Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua bagian. Pertama: Perkara baru yang menyalahi al- Qur'an, Sunnah, Ijma' atau menyalahi Atsar (sesuatu yang dilakukan atau dikatakan sahabat tanpa ada di antara mereka yang mengingkarinya), perkara baru semacam ini adalah bid'ah yang sesat. Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi al-Qur'an, Sunnah, maupun Ijma', maka sesuatu yang baru seperti ini tidak tercela". (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi'i) (Manaqib asy-Syafi'i, j. 1, h. 469). Dalam riwayat lain al-Imam asy-Syafi'i berkata: ٌ مْ وُ مْ 0 دَ مَ وُ هَ ف اَ هَ فَ ل اَ ا حَ مَ وٌ دْ وُ مْ حَ مَ وُ هَ فَ ةَ ّ يُ ّ س ل اَ قَ ف اَ ا وَ مَ ف، ٌ ةَ مْ وُ مْ 0 دَ مٌ ةَ غْ دِ ; بَ وٌ هَ دْ وُ مْ حَ مٌ ةَ غْ دِ ; : بِ انَ ثَ عْ دِ ; بُ ةَ غْ دِ ; ثْ لَ ا. "Bid'ah ada dua macam: Bid'ah yang terpuji dan bid'ah yang tercela. Bid'ah yang sesuai dengan Sunnah adalah bid'ah terpuji, dan bid'ah yang menyalahi Sunnah adalah bid'ah tercela". (Dituturkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari) Pembagian bid'ah menjadi dua oleh Imam Syafi'i ini disepakati oleh para ulama setelahnya dari seluruh kalangan ahli fikih empat madzhab, para ahli hadits, dan para ulama dari berbagai disiplin ilmu. Di antara mereka adalah para ulama terkemuka, seperti al-'Izz ibn Abd as-Salam, an-Nawawi, Ibn 'Arafah, al-Haththab al-Maliki, Ibn 'Abidin dan lain-lain. Dari kalangan ahli hadits di antaranya Ibn al-'Arabi al-Maliki, Ibn al-Atsir, al-Hafizh Ibn Hajar, al-Hafzih as- Sakhawi, al-Hafzih as-Suyuthi dan lain-lain. Termasuk dari kalangan ahli bahasa sendiri, seperti al-Fayyumi, al-Fairuzabadi, az-Zabidi dan lainnya. Menanggapi hadis : ُ ةَ لَ لاَ ضٍ ةَ غْ دِ ; بُ ّ لُ كَ و(kullu bid'atin dlolalah wa kullu dlolalatin fin nar) Lafadz ''kullun'' dalam hadis tersebut bermakna sebagian bukan semua, jadi makna hadis itu : sebagian bid'ah itu sesat, bukan bermakna semua. Karena dalam grametika arab ''kullun'' adakalanya bermakna sebagian dan ada yang bermakna semua. Sementara dalam hadis itu kullun yang bermakna sebagian. Bukti dalam Alqur.an lafadz kullun bermakna sebagian, dalam surat al-kahfi 79 :

Upload: darmanto

Post on 13-Feb-2016

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pembagian Bid'ah menurut ulama Ahlu Sunnah wal Jamaah

TRANSCRIPT

Page 1: Bid'ah

Bid'ah terbagi menjadi dua bagian:

Pertama: Bid'ah Dlalalah. Disebut pula dengan Bid'ah Sayyi-ah atau Sunnah Sayyi-ah. Yaitu perkara baru yang menyalahi al-Qur'an dan Sunnah.Kedua: Bid'ah Huda atau disebut juga dengan Bid'ah Hasanah atau Sunnah Hasanah. Yaitu perkara baru yang sesuai dan sejalan dengan al-Qur'an dan Sunnah.

Al-Imam asy-Syafi'i berkata :

1حدث من الخير ال انية1 : ما أ ة أو أثرا أو إجماعا ، فهذه البدعة1 الضاللـة1، والث ن 1خالـف1 كتابا أو س1 1حدث مما ي 1م1ور ضربان : أحد1ه1ما : ما أ الم1حدثات1 من األ خالف فيه لواحد من هذا ، وهذه م1حدثة غير1 مذم1ومة )رواه الحافظ البيهقي في كتاب " مناقب الشافعي(

"Perkara-perkara baru itu terbagi menjadi dua bagian. Pertama: Perkara baru yang menyalahi al-Qur'an, Sunnah, Ijma' atau menyalahi Atsar )sesuatu yang dilakukan atau dikatakan sahabat tanpa ada di antara mereka yang mengingkarinya(, perkara baru semacam ini adalah bid'ah yang sesat. Kedua: Perkara baru yang baru yang baik dan tidak menyalahi al-Qur'an, Sunnah, maupun Ijma', maka sesuatu yang baru seperti ini tidak tercela". )Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan sanad yang Shahih dalam kitab Manaqib asy-Syafi'i( )Manaqib asy-Syafi'i, j. 1, h. 469(. 

Dalam riwayat lain al-Imam asy-Syafi'i berkata:

ة فه1و محم1ود وما خالفها فه1و مذم1وم ـن .البدعة1 بدعتان: بدعة محم1ودة وبدعة مذم1ومة، فما وافق الس

"Bid'ah ada dua macam: Bid'ah yang terpuji dan bid'ah yang tercela. Bid'ah yang sesuai dengan Sunnah adalah bid'ah terpuji, dan bid'ah yang menyalahi Sunnah adalah bid'ah tercela". )Dituturkan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam Fath al-Bari(

Pembagian bid'ah menjadi dua oleh Imam Syafi'i ini disepakati oleh para ulama setelahnya dari seluruh kalangan ahli fikih empat madzhab, para ahli hadits, dan para ulama dari berbagai disiplin ilmu. Di antara mereka adalah para ulama terkemuka, seperti al-'Izz ibn Abd as-Salam, an-Nawawi, Ibn 'Arafah, al-Haththab al-Maliki, Ibn 'Abidin dan lain-lain. Dari kalangan ahli hadits di antaranya Ibn al-'Arabi al-Maliki, Ibn al-Atsir, al-Hafizh Ibn Hajar, al-Hafzih as-Sakhawi, al-Hafzih as-Suyuthi dan lain-lain. Termasuk dari kalangan ahli bahasa sendiri, seperti al-Fayyumi, al-Fairuzabadi, az-Zabidi dan lainnya.

Menanggapi hadis :1ل بدعة ضاللة1 وك)kullu bid'atin dlolalah wa kullu dlolalatin fin nar(

Lafadz ''kullun'' dalam hadis tersebut bermakna sebagian bukan semua, jadi makna hadis itu : sebagian bid'ah itu sesat, bukan bermakna semua.

Karena dalam grametika arab ''kullun'' adakalanya bermakna sebagian dan ada yang bermakna semua.Sementara dalam hadis itu kullun yang bermakna sebagian.

Bukti dalam Alqur.an lafadz kullun bermakna sebagian, dalam surat al-kahfi 79 :1ل سفينة غصبا وكان وراءه1م ملك يأخ1ذ1 كkarena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera

Bila lafadz ''kullun'' di atas di artikan semua, maka pasti kapal/perahu yang di tumpangi oleh nabi khidir dan nabi musa pasti di rampas juga oleh raja yang dzolim tersebut.Namun buktinya ? Tidak di rampas.

Dalam ayat lain lafadz kullun bermakna sebagian, dalam surat al-anbiya' 30 :1ل شيء حي وجعلنا من الماء ك

)Dan dari air Kami jadikan tiap-tiap sesuatu yang hidup(

Bila kullun di atas di artikan semua, pasti segala sesuatu yang hidup seperti malaikat,jin,manusia,hewan,tumbuhan tercipta dari air.

Page 2: Bid'ah

Sementara malaikat tercipta dari cahaya, jin dari api, manusia dari tanah, hewan dan tumbuhan dari air

Bukti ayat lain :وخلق الجان من مارج من نار)dan Dia menciptakan jin dari nyala api( ar-rohman 15

dari sini dapat di ketahui bahwa kullun dalam surat al-anbiya' ayat 30 bukanlah bermakna semua akan tetapi bermakna sebagian.Karena sebagian sesuatu yang hidup oleh Gusti Allah di ciptakan dari air

Penambahan :

قال الشافعي : كل ما له مستند من الشرع فليس ببدعة ولو لم يعمل به السلف آلن تركهم للعمل به قد يكون لعذر قام لهم في الوقت آو لما هوآفضل آو لعله لم يبلغ جميعهم علم به

Imam syafi'i berkata :Setiap hal yang mempunyai landasan syara' maka bukan bid'ah, walaupun tidak di lakukan oleh golongan salaf. Mereka tidak melakukannya karena terkadang ada udzur saat itu, ada yang lebih utama atau pengetahuan tentang hal tersebut belum sampai pada mereka