bibir sumbing
TRANSCRIPT
Jumat, 21 Mei 2010
askep anak dengan labiopalatoskizis
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan
bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
1) Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada
struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)
2) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median
dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
3) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi
untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)
Beberapa jenis bibir sumbing :
a) Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung.
b) Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
c) Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
4) Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato
skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama
perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
B. Etiologi
1. Faktor Herediter :
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif
dan 25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen.
b. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal / Lingkungan :
a. Faktor usia ibu
b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin,
Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,
Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik,
Kortikosteroid
c. Nutrisi
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. .Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003)
C. Anatomi Fisiologi Mulut
Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori
yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang
maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak
kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga
memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah
dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :
1. Palatum
a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang
maksilaris.
b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
2. Rongga mulut
a) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior
tugasnya menggiling.
Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke
5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio
retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan
mengunyah secara ritmis dan kontinu.
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk
sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa
yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat
digunakan.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :
Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3
geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi
Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total
keseluruhan 32 buah.
Juga gigi ada 2 macam yaitu :
Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk
kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk
membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
b) Lidah
Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel
sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan
makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir.
Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu
menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.
Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian :
Radiks lingua = pangkal lidah
Dorsum lingua = punggung lidah
Apek lingua = ujung lidah
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :
Asin dibagian lateral lidah
Manis dibagian ujung dan anterior lidah
Asam, dibagian lateral lidah
Pahit dibagian belakang lidah
3. Kelenjar ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni.
Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut
dipersarafi oleh saraf tak sadar.
a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan
kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni
c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
Fungsi saliva :
Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus
Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah
bergerak utnuk bericara
Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi
maltose polisakarida
Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam
saliva
Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan
membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi. (http://rahman-
blog.blogspot.com/2008/01/anatomi-sistem-pencernaan.html)
D. Patofisiologi
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup tinggi.
Bibir sumbing memiliki beberapa tingkant kerusakan sesuai organ yang mengalami
kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum
atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi.
Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya
suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa
kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu,
radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu
hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.
Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan
menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari
ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang
besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu
masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan
masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut
dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.
Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat
mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah
sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase
embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris
untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Sumber : Medicastore.com
E. Manifestasi Klinis
Pada labio Skisis :
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3. Adanya celah pada bibir
Pada palato skisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive
2. Adanya rongga pada hidung
3. Distorsi hidung
4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan
Sumber : Medicastore.com
F. WOC
LABIOPALATOSCIZIS
Faktor Herediter Faktor Lingkungan
Kelainan Kromosom Mutasi Gen Faktor Usia Ibu Nutrisi Obat-obatan Peny. Infeksi Stress Trauma
Kegagalan perkembangan jaringan Penatalaksanaan Bedah
lunak pd fase embrio Trimester I Pre Op
Gg gerakan lidah,langit2 & air liur
Gagalnya Penyatuan Processus Kurangnya informasi
Refleks epiglottis terganggu Maksilaris dan Processus Medialis
Kurangnya pengetahuan ttg penyakit
MK : Ansietas
Terbelahnya bibir dan hidung
Distersi Nasal Deformitas pd bibir Adanya celah pd bibir Post Op
Gangguan Menelan Ketidakmampuan menghisap Terputusnya Jar.Kulit Suhu Tubuh
MK : Kerusakan Komunikasi
Verbal
ASI (Karena insisi bedah) Leukosit tinggiMK : Ketidakseimbangan Kurang
dr Kebutuhan Tubuh Nutrisi
MK : Nyeri
Spasme Otot MK : Resiko
Aspirasi
G. Komplikasi
1. Gangguan bicara dan pendengaran
2. Terjadinya otitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Risisko infeksi saluran nafas
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
Sumber :
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto roentgen
2. Pemeriksaan fisisk
3. MRI untuk evaluasi abnormal
Sumber :
I. Pemeriksaan Terapeutik
1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan
2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat
3. Mencegah komplikasi
4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan
5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia
2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk
mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam
perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada
derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
Sumber :
J. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa
disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah,
orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan
fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan
bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah
berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan
dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus,
pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang
cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-
masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi
dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun,
maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga
kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan
bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Perawatan Pra-Operasi:
1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a. Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b. Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c. Diskusikan tentang pembedahan
d. Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif
terhadap bayi.
e. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan
bayi.
a. Tahap-tahap intervensi bedah
b. Teknik pemberian makan
c. Penyebab devitasi
3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
a. Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang
cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding
mulut.
c. Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
d. Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
e. Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f. Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a. Pantau status pernafasan
b. Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c. Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b) Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a. Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b. Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c. Lanjutkan dengan diet lunak
d. Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a. Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b. Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
c. Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
d. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan
untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e. Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f. Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g. Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h. Monitor keutuhan jaringan kulit
i. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril,
missal alat tensi
Sumber :
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian
1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang
pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,
pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan
atas.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit
sifilis dari orang tua laki-laki.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d) Kaji tanda-tanda infeksi
e) Palpasi dengan menggunakan jari
f) Kaji tingkat nyeri pada bayi
Pengkajian Keluarga
a) Observasi infeksi bayi dan keluarga
b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di
rumah.
e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Sumber :
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006)
2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis).
(NANDA, 2005-2006)
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-
2006)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)
6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
(NANDA, 2005-2006)
C. Intervensi
Rencana Keperawatan
N
o
Dx Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
1. Resiko aspirasi berhubungan
Tidak akan Pantau tanda- Perubahan yg tjd
dengan gangguan menelan.
mengalami aspirasi:
Menunjukkan
peningkatan
kemampuan
menelan.
Bertoleransi thd
asupan oral dan
sekresi tanpa
aspirasi.
Bertoleransi thd pemberian perenteral tanpa aspirasi.
tanda aspirasi
selama proses
pemberian
makan dan
pemberian
pengobatan.
Tempatkan
pasien pada
posisi semi-
fowler atau
fowler.
Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama makan, sesuai dengan kebutuhan.
pada proses
pemberian
makanan dan
pengobatan bisa
saja
menyebabkan
aspirasi.
Agar
mempermudah
mengeluarkan
sekresi.
Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu.
2. Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan refleks
menghisap pada
anak tidak
adekuat
Menunjukkan status
gizi :
Mempertahankan
BB dalam batas
normal.
Toleransi thd diet
yang dianjurkan.
Menyatakan
keinginannya
untuk mengikuti
Pantau
kandungan
nutrisi dan
kalori pada
catatan asupan.
Ketahui
makanan
kesukaan
pasien.
Ciptakan
lingkungan
Memberikan
informasi
sehubungan dgn
keb nutrisi &
keefektifan
terapi.
Meningkatkan
selera makan
klien.
Meningkatkan
sosialisasi &
diet. yang
menyenangkan
untuk makan.
memaksimalkan
kenyamanan
klien bila
kesakitan makan
menyebabkan
malu.
3. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan kelainan
anatomis
(labiopalatoskizis
).
Menunjukkan
kemampuan
komunikasi :
Menggunakan
bahasa tertulis,
berbicara atau
nonverbal.
Mengguanakan
bahasa isyarat.
Pertukaran pesan
dengan orang
lain.
Anjurkan
pasien untuk
berkomunikas
i secara
perlahan dan
mengulangi
permintaan.
Sering
berikan pujian
positif pada
pasien yang
berusaha
untuk
berkomunikas
i.
Menggunakan
kata dan
kalimat yang
singkat.
Melatih agar bisa
berkomunikasi
lebih lancar.
Pujian dapat
membuat
keadaan klien
akan lebih
membaik karena
mendapat
dorongan.
Membantu klien
memahami
pembicaraan.
4. Gangguan rasa Meningkatkan rasa Kaji pola Mencegah
nyaman nyeri
berhubungan
dengan insisi
pembedahan.
nyaman :
Menunjukkan
teknik relaksasi
secara individual
yang efektif
untuk mencapai
kenyamanan.
Mempertahankan
tingkat nyeri
pada atau kurang
(skala 0-10)
Melaporkan
nyeri pada
penyedia
perawatan
kesehatan.
istirahat
bayi/anak dan
kegelisahan.
Bila klien anak,
berikan
aktivitas
bermain yang
sesuai dengan
usia dan
kondisinya.
Berikan
analgetik
sesuai
program.
kelelahan dan
dapat
meningkatkan
koping terhadap
stres atau
ketidaknyamanan
.
Meningkatkan
relaksasi dan
membantu pasien
memfokuskan
perhatian pada
sesuatu
disamping diri
sendiri /
ketidaknyamanan
dapat
menurunkankebu
tuhan dosis /
frekuensi
analgesik.
Derajat nyeri
sehubungan
dengan luas dan
dampak
psikologi
pembedahan
sesuai dengan
kondisi tubuh.
5. Resiko infeksi Mencegah Berikan posisi Meningkatkan
berhubungan
dengan insisi
pembedahan.
infeksi :Terbebas
dari tanda atau
gejala infeksi.
Menunjukkan
higiene pribadi
yang adekuat.
Menggambarkan
faktor yang
menunjang
penularan
infeksi.
yang tepat
setelah makan,
miring
kekanan,
kepala agak
sedikit tinggi
supaya
makanan
tertelan dan
mencegah
aspirasi yang
dapat berakibat
pneumonia.
Kaji tanda-
tanda infeksi,
termasuk
drainage, bau
dan demam.
mobilisasi sekret,
menurunkan
resiko
pneumonia.
Deteksi dini
terjadinya infeksi
memberikan
pencegahan
komplikasi lebih
serius.
Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi
operasi.
6. Ansietas
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
keluarga tentang
penyakit.
Rasa cemas
teratasi :
Mencari
informasi untuk
menurunkan
kecemasan.
Menghindari
sumber
kecemasan bila
mungkin.
Kaji tingkat
kecemasan
klien.
Berikan terapi
bermain
kepada si anak
untuk
mengalihkan
ras cemasnya.
Berikan
penyuluhan
Untuk
mengetahui
seberapa besar
kecemasan yang
dirasakan klien
sekarang.
Untuk
mengurangi
kecemasan yang
dirasakan klien,
berikan suasana
yang tenang dan
Menggunakan
teknik relaksasi
untuk
menurunkan
kecemasan.
pada klien dan
keluarga
tentang
penyakit dan
proses
penyembuhann
ya.
nyaman.
Untuk
mengetahui
bagaimana untuk
memudahkan
memberikan
support atau
penyuluhan.
Sumber : Doenges, Marilynn E, (1999),
Diposkan oleh vThree waHyunie di 17:44
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2010 (5) o ▼ Mei (5)
askep keluarga dengan anak pra sekolah askep anak dengan kejang demam Jenis permainan anak askep anak dengan labiopalatoskizis Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Mengenai Saya
vThree waHyunie simple, friendly, humoris...
Lihat profil lengkapku