bibir sumbing

29
Jumat, 21 Mei 2010 askep anak dengan labiopalatoskizis TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7- 12 minggu. 1) Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167) 2) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003) 3) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003) Beberapa jenis bibir sumbing : a) Unilateral Incomplete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung. b) Unilateral complete

Upload: saverina-nungky

Post on 31-Jul-2015

195 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: bibir sumbing

Jumat, 21 Mei 2010

askep anak dengan labiopalatoskizis

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Labio/plato skisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan

bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada garis tengah palato yang

disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

1) Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada

struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)

2) Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median

dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)

3) Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi

untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)

Beberapa jenis bibir sumbing :

a) Unilateral Incomplete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang

hingga ke hidung.

b) Unilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke

hidung.

c) Bilateral complete

Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.

4) Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato

skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama

perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)

B. Etiologi

Page 2: bibir sumbing

1. Faktor Herediter :

Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif

dan 25% bersifat dominan.

a. Mutasi gen.

b. Kelainan kromosom

2. Faktor Eksternal / Lingkungan :

a. Faktor usia ibu

b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin,

Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,

Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik,

Kortikosteroid

c. Nutrisi

d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella

e. .Radiasi

f. Stres emosional

g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003)

C. Anatomi Fisiologi Mulut

Mulut (oris)

Page 3: bibir sumbing

Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori

yang bersifat dalam proses awal pencernaan.

Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :

1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi

2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang

maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak

kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh daraah juga

memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah

dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.

Ada beberapa bagian yang perlu diketahui :

1. Palatum

a) Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang

maksilaris.

b) Palatum mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat

bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.

2. Rongga mulut

a) Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi osterior

tugasnya menggiling.

Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke

5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio

retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan

mengunyah secara ritmis dan kontinu.

Page 4: bibir sumbing

Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk

sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa

yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat

digunakan.

Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :

Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3

geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi

Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total

keseluruhan 32 buah.

Juga gigi ada 2 macam yaitu :

Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan

Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah

Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk

kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva unutk

membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

b) Lidah

Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel

sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan

makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir.

Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu

menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.

Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian :

Radiks lingua = pangkal lidah

Page 5: bibir sumbing

Dorsum lingua = punggung lidah

Apek lingua = ujung lidah

Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :

Asin dibagian lateral lidah

Manis dibagian ujung dan anterior lidah

Asam, dibagian lateral lidah

Pahit dibagian belakang lidah

3. Kelenjar ludah

Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni.

Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut

dipersarafi oleh saraf tak sadar.

a) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan

kanan mandibularis pada duktus stensoni.

b) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni

c) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.

Fungsi saliva :

Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus

Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah

bergerak utnuk bericara

Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi

maltose polisakarida

Page 6: bibir sumbing

Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam

saliva

Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan

membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi. (http://rahman-

blog.blogspot.com/2008/01/anatomi-sistem-pencernaan.html)

D. Patofisiologi

Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup tinggi.

Bibir sumbing memiliki beberapa tingkant kerusakan sesuai organ yang mengalami

kecacatannya. Bila hanya dibibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum

atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi.

Page 7: bibir sumbing

Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya

suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa

kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi, obat2 tertentu,

radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu

hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.

Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan

menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian, ASI dari

ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau dengan botol berlubang

besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan. Posisi bayi yang tegak sangat membantu

masuknya air susu hingga ke kerongkongan. Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan

masuk ke saluran napas mengingat refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut

dengan kerongkongan) mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.

Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,

tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat

mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah

sumbingnya.

1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase

embrio pada trimester I.

Page 8: bibir sumbing

2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris

untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh

kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

Sumber : Medicastore.com

E. Manifestasi Klinis

Pada labio Skisis :

1. Distorsi pada hidung

2. Tampak sebagian atau keduanya

3. Adanya celah pada bibir

Pada palato skisis:

1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive

2. Adanya rongga pada hidung

3. Distorsi hidung

4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari

5. Kesukaran dalam menghisap atau makan

Sumber : Medicastore.com

F. WOC

LABIOPALATOSCIZIS

Faktor Herediter Faktor Lingkungan

Kelainan Kromosom Mutasi Gen Faktor Usia Ibu Nutrisi Obat-obatan Peny. Infeksi Stress Trauma

Page 9: bibir sumbing

Kegagalan perkembangan jaringan Penatalaksanaan Bedah

lunak pd fase embrio Trimester I Pre Op

Gg gerakan lidah,langit2 & air liur

Gagalnya Penyatuan Processus Kurangnya informasi

Refleks epiglottis terganggu Maksilaris dan Processus Medialis

Kurangnya pengetahuan ttg penyakit

MK : Ansietas

Terbelahnya bibir dan hidung

Page 10: bibir sumbing

Distersi Nasal Deformitas pd bibir Adanya celah pd bibir Post Op

Gangguan Menelan Ketidakmampuan menghisap Terputusnya Jar.Kulit Suhu Tubuh

MK : Kerusakan Komunikasi

Verbal

ASI (Karena insisi bedah) Leukosit tinggiMK : Ketidakseimbangan Kurang

dr Kebutuhan Tubuh Nutrisi

MK : Nyeri

Spasme Otot MK : Resiko

Aspirasi

G. Komplikasi

1. Gangguan bicara dan pendengaran

2. Terjadinya otitis media

Page 11: bibir sumbing

3. Aspirasi

4. Distress pernafasan

5. Risisko infeksi saluran nafas

6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat

Sumber :

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto roentgen

2. Pemeriksaan fisisk

3. MRI untuk evaluasi abnormal

Sumber :

I. Pemeriksaan Terapeutik

1. Penatalaksanaan tergantung pada beratnya kecacatan

2. Prioritas pertama adalah pada teknik pemberian nutrisi yang adekuat

3. Mencegah komplikasi

4. Fasilitas pertumbuhan dan perkembangan

5. Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan dengan pembedahan usia

2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk

mencegah kolaps maxilaris, merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam

perkembangan bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.

6. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada

derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.

Sumber :

J. Penatalaksanaan Medis

1. Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa

disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya kemajuan teknik bedah,

orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan

fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka tindakan

Page 12: bibir sumbing

bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap.

Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah

berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan

dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.

Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus,

pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas.

Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang

cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-

masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi

dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun,

maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga

kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan

bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Perawatan Pra-Operasi:

1) Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.

a. Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka

b. Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.

c. Diskusikan tentang pembedahan

d. Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif

terhadap bayi.

e. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2) Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan

bayi.

Page 13: bibir sumbing

a. Tahap-tahap intervensi bedah

b. Teknik pemberian makan

c. Penyebab devitasi

3) Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.

a. Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang

cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.

b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding

mulut.

c. Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.

d. Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan

e. Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.

f. Akhiri pemberian susu dengan air.

4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas

a. Pantau status pernafasan

b. Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan

c. Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi

b) Perawatan Pasca-Operasi

1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate

a. Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.

b. Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.

Page 14: bibir sumbing

c. Lanjutkan dengan diet lunak

d. Sendawakan bayi selama pemberian makanan.

2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.

a. Bersihkan garis sutura dengan hati-hati

b. Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)

c. Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.

d. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan

untuk mencegah terjadinya aspirasi.

e. Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.

f. Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.

g. Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.

h. Monitor keutuhan jaringan kulit

i. Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril,

missal alat tensi

Sumber :

BAB III

ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian

1. Identitas klien : Meliputi nama,alamat,umur

Page 15: bibir sumbing

2. Keluhan utama : Alasan klien masuk ke rumah sakit

3. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada

kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang

pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,

pertambahan/penurunan berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan

atas.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit

sifilis dari orang tua laki-laki.

4. Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik sumbing.

b) Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi

c) Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.

d) Kaji tanda-tanda infeksi

e) Palpasi dengan menggunakan jari

f) Kaji tingkat nyeri pada bayi

Pengkajian Keluarga

Page 16: bibir sumbing

a) Observasi infeksi bayi dan keluarga

b) Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua

c) Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan

d) Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan di

rumah.

e) Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Sumber :

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006)

2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)

3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis).

(NANDA, 2005-2006)

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-

2006)

5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA, 2005-2006)

6. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.

(NANDA, 2005-2006)

C. Intervensi

Rencana Keperawatan

N

o

Dx Keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional

1. Resiko aspirasi berhubungan

Tidak akan Pantau tanda- Perubahan yg tjd

Page 17: bibir sumbing

dengan gangguan menelan.

mengalami aspirasi:

Menunjukkan

peningkatan

kemampuan

menelan.

Bertoleransi thd

asupan oral dan

sekresi tanpa

aspirasi.

Bertoleransi thd pemberian perenteral tanpa aspirasi.

tanda aspirasi

selama proses

pemberian

makan dan

pemberian

pengobatan.

Tempatkan

pasien pada

posisi semi-

fowler atau

fowler.

Sediakan kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama makan, sesuai dengan kebutuhan.

pada proses

pemberian

makanan dan

pengobatan bisa

saja

menyebabkan

aspirasi.

Agar

mempermudah

mengeluarkan

sekresi.

Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu.

2. Ketidakseimbang

an nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan refleks

menghisap pada

anak tidak

adekuat

Menunjukkan status

gizi :

Mempertahankan

BB dalam batas

normal.

Toleransi thd diet

yang dianjurkan.

Menyatakan

keinginannya

untuk mengikuti

Pantau

kandungan

nutrisi dan

kalori pada

catatan asupan.

Ketahui

makanan

kesukaan

pasien.

Ciptakan

lingkungan

Memberikan

informasi

sehubungan dgn

keb nutrisi &

keefektifan

terapi.

Meningkatkan

selera makan

klien.

Meningkatkan

sosialisasi &

Page 18: bibir sumbing

diet. yang

menyenangkan

untuk makan.

memaksimalkan

kenyamanan

klien bila

kesakitan makan

menyebabkan

malu.

3. Kerusakan

komunikasi

verbal

berhubungan

dengan kelainan

anatomis

(labiopalatoskizis

).

Menunjukkan

kemampuan

komunikasi :

Menggunakan

bahasa tertulis,

berbicara atau

nonverbal.

Mengguanakan

bahasa isyarat.

Pertukaran pesan

dengan orang

lain.

Anjurkan

pasien untuk

berkomunikas

i secara

perlahan dan

mengulangi

permintaan.

Sering

berikan pujian

positif pada

pasien yang

berusaha

untuk

berkomunikas

i.

Menggunakan

kata dan

kalimat yang

singkat.

Melatih agar bisa

berkomunikasi

lebih lancar.

Pujian dapat

membuat

keadaan klien

akan lebih

membaik karena

mendapat

dorongan.

Membantu klien

memahami

pembicaraan.

4. Gangguan rasa Meningkatkan rasa Kaji pola Mencegah

Page 19: bibir sumbing

nyaman nyeri

berhubungan

dengan insisi

pembedahan.

nyaman :

Menunjukkan

teknik relaksasi

secara individual

yang efektif

untuk mencapai

kenyamanan.

Mempertahankan

tingkat nyeri

pada atau kurang

(skala 0-10)

Melaporkan

nyeri pada

penyedia

perawatan

kesehatan.

istirahat

bayi/anak dan

kegelisahan.

Bila klien anak,

berikan

aktivitas

bermain yang

sesuai dengan

usia dan

kondisinya.

Berikan

analgetik

sesuai

program.

kelelahan dan

dapat

meningkatkan

koping terhadap

stres atau

ketidaknyamanan

.

Meningkatkan

relaksasi dan

membantu pasien

memfokuskan

perhatian pada

sesuatu

disamping diri

sendiri /

ketidaknyamanan

dapat

menurunkankebu

tuhan dosis /

frekuensi

analgesik.

Derajat nyeri

sehubungan

dengan luas dan

dampak

psikologi

pembedahan

sesuai dengan

kondisi tubuh.

5. Resiko infeksi Mencegah Berikan posisi Meningkatkan

Page 20: bibir sumbing

berhubungan

dengan insisi

pembedahan.

infeksi :Terbebas

dari tanda atau

gejala infeksi.

Menunjukkan

higiene pribadi

yang adekuat.

Menggambarkan

faktor yang

menunjang

penularan

infeksi.

yang tepat

setelah makan,

miring

kekanan,

kepala agak

sedikit tinggi

supaya

makanan

tertelan dan

mencegah

aspirasi yang

dapat berakibat

pneumonia.

Kaji tanda-

tanda infeksi,

termasuk

drainage, bau

dan demam.

mobilisasi sekret,

menurunkan

resiko

pneumonia.

Deteksi dini

terjadinya infeksi

memberikan

pencegahan

komplikasi lebih

serius.

Mencegah

kontaminasi dan

kerusakan sisi

operasi.

6. Ansietas

berhubungan

dengan

kurangnya

pengetahuan

keluarga tentang

penyakit.

Rasa cemas

teratasi :

Mencari

informasi untuk

menurunkan

kecemasan.

Menghindari

sumber

kecemasan bila

mungkin.

Kaji tingkat

kecemasan

klien.

Berikan terapi

bermain

kepada si anak

untuk

mengalihkan

ras cemasnya.

Berikan

penyuluhan

Untuk

mengetahui

seberapa besar

kecemasan yang

dirasakan klien

sekarang.

Untuk

mengurangi

kecemasan yang

dirasakan klien,

berikan suasana

yang tenang dan

Page 21: bibir sumbing

Menggunakan

teknik relaksasi

untuk

menurunkan

kecemasan.

pada klien dan

keluarga

tentang

penyakit dan

proses

penyembuhann

ya.

nyaman.

Untuk

mengetahui

bagaimana untuk

memudahkan

memberikan

support atau

penyuluhan.

Sumber : Doenges, Marilynn E, (1999),

Diposkan oleh vThree waHyunie di 17:44

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut

Arsip Blog

▼   2010 (5) o ▼   Mei (5)

askep keluarga dengan anak pra sekolah askep anak dengan kejang demam Jenis permainan anak askep anak dengan labiopalatoskizis Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan

Mengenai Saya

Page 22: bibir sumbing

vThree waHyunie simple, friendly, humoris...

Lihat profil lengkapku