web viewsebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan...

23
Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah Kerukunan umat beragama dengan pemerintah merupakan bagian dari tri kerukunan umat beragama. Tanpa kerja sama dengan pemerintah sulit kerukunan beragama untuk tercipta. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah lebih terlihat dari bagaimana pemerintah mengatur, memfasilitasi, serta menyelesaikan konflik kehidupan beragama. Dalam mewujudkan kerukunan umat beragama, pemerintah selalu terbentur persoalan kerukunan umat beragama yang senantiasa bergulir. Tak dapat dipungkiri banyak konflik antarumat beragama dan intern umat beragama di Indonesia pada kenyataannya masih terus berlangsung hingga hari ini. Kerukunan umat beragama sangat kita perlukan, agar kita semua bisa menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai, sejahtera, dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Dengan begitu, agenda-agenda kemanusiaan yang seharusnya dilakukan dengan kerja sama antaragama, seperti memberantas kemiskinan, memerangi kebodohan, mencegah korupsi, membentuk pemerintahan yang bersih, serta memajukan bangsa, dapat segera dilakukan dengan sebaik-baiknya. Agenda-agenda tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan optimal, jika masalah kerukunan umat beragama belum terselesaikan. Fakta menjelaskan meskipun setiap agama mengajarkan tentang kedamaian dan keselarasan hidup, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling

Upload: doantuong

Post on 31-Jan-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah

Kerukunan umat beragama dengan pemerintah merupakan bagian dari tri kerukunan umat beragama. Tanpa kerja sama dengan pemerintah sulit kerukunan beragama untuk tercipta. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah lebih terlihat dari bagaimana pemerintah mengatur, memfasilitasi, serta menyelesaikan konflik kehidupan beragama.

Dalam mewujudkan kerukunan umat beragama, pemerintah selalu terbentur persoalan kerukunan umat beragama yang senantiasa bergulir. Tak dapat dipungkiri banyak konflik antarumat beragama dan intern umat beragama di Indonesia pada kenyataannya masih terus berlangsung hingga hari ini.

Kerukunan umat beragama sangat kita perlukan, agar kita semua bisa menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai, sejahtera, dan jauh dari kecurigaan kepada kelompok-kelompok lain. Dengan begitu, agenda-agenda kemanusiaan yang seharusnya dilakukan dengan kerja sama antaragama, seperti memberantas kemiskinan, memerangi kebodohan, mencegah korupsi, membentuk pemerintahan yang bersih, serta memajukan bangsa, dapat segera dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Agenda-agenda tersebut, jelas tidak dapat dilaksanakan dengan optimal, jika masalah kerukunan umat beragama belum terselesaikan. Fakta menjelaskan meskipun setiap agama mengajarkan tentang kedamaian dan keselarasan hidup, realitas menunjukkan pluralisme agama bisa memicu pemeluknya saling berbenturan dan bahkan terjadi konflik. Konflik jenis ini dapat mempunyai dampak yang amat mendalam dan cenderung meluas. Bahkan implikasinya bisa sangat besar sehingga berisiko sosial, politik maupun ekonomi yang besar pula. Ia telah sedikit menampakkan wajah garangnya di daerah Maluku/Ambon dan Poso beberapa tahun lalu. Konflik di wilayah tersebut bukan saja menyebabkan kerugian secara material tapi mempunyai dampak sosial yang sangat panjang.

Dalam penyosialisasian, penegakan, dan penyuburan kerukunan umat beragama ini, sebetulnya pemerintah melalui Departemen Agama menduduki posisi yang penting dan sangat menentukan. Sebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh rakyat Indonesia, tentunya Depag harus terus membuka mata dan

Page 2: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

memperhatikan masalah-masalah kehidupan umat beragama, baik yang berskala kecil maupun besar. Problem itu, tentunya sangat berkaitan dengan relasi umat agama di Indonesia yang terdiri atas multiagama, multiorganisasi, multiperspektif.

Sudah banyak kebijakan pemerintah mengatur pembinaan kerukunan hidup umat beragama; baik mengenai kebijaksanaan penyiaran agama, pendirian dan penggunaan rumah ibadah, upacara hari besar keagamaan, hubungan antaragama dalam bidang pendidikan, perkawinan, penguburan jenazah, dan wadah musyawarah antarumat beragama.

Pemerintah sejak 1970-an sudah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan persoalan kerukunan umat beragama di Indonesia. Menteri Agama Mukti Ali memperkenalkan pentingnya dialog antaragama dan ilmu perbandingan agama yang diajarkan sebagai mata kuliah di berbagai perguruan tinggi. Kedua hal itu penting, sebagai bentuk penyiapan kader-kader dan sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan konflik antara agama dan pemikiran yang terbuka, berwawasan luas, serta mendahulukan solusi kebersamaan demi masa depan Indonesia.Upaya ini dilanjutkan Menteri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara yang menyosialisasikan pentingnya trilogi kerukunan umat beragama. Pertama, kerukunan antarumat beragama, yaitu kerukunan dan saling menghormati di antara pemeluk berbagai agama. Kedua, kerukunan intern umat beragama, yaitu kerukunan di antara golongan-golongan dalam satu agama tertentu. Ketiga, kerukunan di antara semua kelompok keagamaan dan pemerintah.

Yang juga penting adalah bagaimana agar kerukunan umat beragama itu tidak terus bersifat top-down, elitis, dan berhenti pada dialog formal dan seremonial saja. Kerukunan umat beragama memang harus didorong dan diberikan motivasi oleh pemerintah, juga hendaknya diupayakan penyediaan fasilitas untuk mendukung itu. Akan tetapi, para pemuka agama harus juga berinisiatif agar kesadaran ini terus tersebar dalam level grassroots dan menjadi bagian dari pentingnya menjaga keharmonisan dan persatuan bangsa. Misalnya, pemberdayaan kelembagaan Islam untuk meningkatkan kualitas kerukunan kehidupan umat beragama perlu diprogramkan terencana dan berkelanjutan, yang diawali pendataan potensi konflik keagamaan, pelatihan penyuluh agama untuk penanganan daerah berpotensi konflik, dan sosialisasi manajemen kelembagaan agama yang difokuskan kepada memperkenalkan konsep dan kedudukan kerukunan umat beragama dalam kerangka persatuan dan kesatuan bangsa di berbagai daerah kabupaten maupun kota.

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dibentuk pemerintah pada setiap provinis,

Page 3: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

kabupaten, dan kota perlu dioptimalkan dan diluruskan. Karena dalam kenyataannya, badan ini menjelma acap menjadi pengawas berdirinya rumah ibadah. Selain wewenangnya, efek ikutannya juga patut diawasi. Karena birokratisasi perukunan agama-umat dirukunkan secara resmi melalui alat-alat negara- justru melahirkan ketidakrukunan baru. Ini, antara lain, bisa dilihat dari betapa marak-nya perusakan tempat ibadah justru ketika FKUB sudah terbentuk di mana-mana. Tugas utama FKUB seperti termuat dalam Perber pasal 9, yaitu melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat.

Dengan demikian di masa datang, pemerintahan harus terus memperhatikan problem relasi antaragama itu. Pemerintah harus mewujudkan kerukunan yang sesungguhnya, serta mengantisipasi pelbagai macam dampak negatif dari konflik antaragama. Segala motif dan indikasi yang bisa menyulut konflik harus diantisipasi sedini dan sebaik mungkin. Pemerintah perlu juga melakukan pendataan yang serius dan komprehensif tentang peta, analisis, keberhasilan, serta evaluasi kegagalan program kerukunan umat beragama ini. Agar kerukunan umat beragama ini menjadi bagian dari program yang berkelanjutan dan dapat dievaluasi setiap saat, diperlukan juga database yang menyediakan data lengkap tentang perjalanan kerukunan umat beragama di Indonesia.

Pemerintah juga harus mencanangkan program dialog kultural di antara pelbagai komunitas agama. Dialog tidak dalam kerangka perjumpaan-perjumpaan yang bersifat formal, sebagaimana yang rutin selama ini, melainkan dalam kerangka menyelesaikan pelbagai persoalan bangsa dan persoalan keagaaman secara khusus Pemerintah memfasilitasi pertemuan antaragama dan mendorong terwujudnya relasi yang rukun, adil, dan setara.

Satu hal yang penting adalah pemerintah harus memperhatikan masalah keadilan dan kesejahteraan sosial. Sebab hakikatnya, akar konflik dan ketegangan antaragama muncul karena ketidakadilan dan kemiskinan yang merajalela kalangan agamawan. Pemerintahan harus bekerja keras untuk meningkatkan ekonomi yang berorientasi kerakyatan serta penegakan hukum yang seadil-adilnya. Bila itu semua terpenuhi, kesadaran primordial bangsa ini atas pluralisme berangsur-angsur akan mengalami eskalasi ke bangunan sosial yang rukun, adil, dan damai.

Page 4: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

UKHUWAH ISLAMIAH

Pengertian dan Hakikat

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki karakter yang unik, yang berbeda satu dengan yang lain (bahkan kalaupun merupakan hasil cloning), dengan fikiran dan kehendaknya yang bebas. Dan sebagai makhluk sosial ia membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok - dalam bentuknya yang minimal - yang mengakui keberadaannya, dan dalam bentuknya yang maksimal - kelompok di mana dia dapat bergantung kepadanya.

Kebutuhan untuk berkelompok ini merupakan naluri yang alamiah, sehingga kemudian muncullah ikatan-ikatan - bahkan pada manusia purba sekalipun. Kita mengenal adanya ikatan keluarga, ikatan kesukuan, dan pada manusia modern adanya ikatan profesi, ikatan negara, ikatan bangsa, hingga ikatan peradaban dan ikatan agama. Juga sering kita dengar adanya ikatan berdasarkan kesamaan species, yaitu sebagai homo erectus (manusia), atau bahkan ikatan sebagai sesama makhluk Allah.

Islam sebagai sebuah peradaban - terlebih sebagai sebuah din - juga menawarkan bahkan memerintahkan/menganjurkan adanya sebuah ikatan, yang kemudian kita kenal sebagai ukhuwah Islamiah. Dalam Wawasan Al Qur'an, Dr. Quraish Shihab menulis bahwa ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai "persaudaraan", terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti "memperhatikan". Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.

Sedang makna ukhuwah Islamiah terkadang diartikan sebagai "persaudaraan antar sesama muslim", di mana kata "Islamiah" menunjuk kepada pelaku; dan terkadang juga diartikan sebagai "persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam", di mana di sini kata "Islamiah" difahami sebagai kata sifat.

Dalam kajian ini, kedua makna tersebut saya gunakan sehingga ukhuwah islamiah diartikan sebagai "persaudaraan antar sesama muslim yang diajarkan oleh Islam dan bersifat Islami". Dengan definisi yang 'lengkap' ini, pertanyaan what, who dan how tentang ukhuwah Islamiah ini secara general telah terjawab.

Dalam kaitannya dengan hali ini, Allah berfirman:

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat." (Al Hujurat:10)

Juga di dalam sebuah hadits dari Ibnu Umar ra yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw bersabda:

Artinya: "Orang muslim itu saudara bagi orang muslim lainnya. Dia tidak menzaliminya dan tidak pula membiarkannya dizalimi."

Dari dalil naqli di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sesama muslim dan juga sesama mu'min adalah bersaudara, di mana tentunya kesadaran terhadap hal ini akan memberikan konsekuensi berikutnya.

Kedudukan dan Peran

Page 5: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

Penyebutan secara eksplisit adanya persaudaraan antar sesama muslim (dan mu'min) di dalam Al Qur'an dan Hadits menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dalam prakteknya, Rasulullah saw juga menganggap penting akan hal ini. Terbukti pada saat hijrah ke Madinah, Rasulullah saw segera mempersaudarakan shahabat Anshor dengan shahabat Muhajirin, seperti Ja'far bin Abi Thalib yang dipersaudarakan dengan Mu'adz bin Jabal, Abu Bakar ash Shiddiq dengan Kharijah bin Zuhari, Umar bin Khaththab dengan 'Utbah bin Malik, dst.

Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebuah komunitas (bisa berbentuk negara) hanya akan eksis dengan adanya kesatuan dan dukungan elemen-elemennya. Sedang kesatuan dan dukungan ini tidak akan lahir tanpa adanya rasa saling bersaudara dan mencintai. Namun persaudaraan inipun perlu didahului oleh suatu faktor pemersatu, berupa ideologi atau aqidah. Dari sini mungkin kita mulai dapat menarik kesimpulan penyebab aksi-aksi separatisme di tanah air, ataupun lemahnya kekuatan kaum muslimin dewasa ini. Dua komunitas dengan rasa kesatuan yang nyaris hilang.

Ukhuwah juga merupakan salah satu pilar kekuatan (quwwatul ukhuwwah) di samping pilar kekuatan lainnya, seperti kekuatan iman, senjata, dll. Banyak contoh yang menunjukkan kehancuran sebuah komunitas yang disebabkan oleh ketiadaan ukhuwah.

Tahapan Implementasi

Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiah - bahkan juga dalam rangka menjalin hubungan dalam maknanya yang umum - ada beberapa tahapan konseptual yang perlu diperhatikan. Secara garis besar tahapan tersebut dapat dibagi menjadi:

1. Ta'aruf

Ta'aruf dapat diartikan sebagai saling mengenal. Dalam rangka mewujudkan ukhuwah Islamiyah, kita perlu mengenal orang lain, baik fisiknya, pemikiran, emosi dan kejiwaannya. Dengan mengenali karakter-karakter tersebut,

Dalam Surat Al Hujurat, Allah berfirman:

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (Al Hujurat:13)

Ta'aruf ini perlu kita lakukan dari lingkungan yang terdekat dengan kita. Dengan keluarga, dengan lingkungan sekolah atau tempat bekerja, hingga berta'aruf dalam komunitas yang lebih luas, seperti dalam komunitas KMII.

2. Tafahum

Pada tahap tafahum (saling memahami), kita tidak sekedar mengenal saudara kita, tapi terlebih kita berusaha untuk memahaminya. Sebagai contoh jika kita telah mengetahui tabiat seorang rekan yang biasa

Page 6: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

berbicara dengan nada keras, tentu kita akan memahaminya dan tidak menjadikan kita lekas tersinggung. Juga apabila kita mengetahui tabiat rekan lain yang sensitif, tentu kita akan memahaminya dengan kehati-hatian kita dalam bergaul dengannya.

Perlu diperhatikan bahwa tafahum ini merupakan aktivitas dua arah. Jadi jangan sampai kita terus memposisikan diri ingin difahami orang tanpa berusaha untuk juga memahami orang lain.

3. Ta'awun

Ta'awun atau tolong-menolong merupakan aktivitas yang sebenarnya secara naluriah sering (ingin) kita lakukan. Manusia normal umumnya telah dianugerahi oleh perasaan 'iba' dan keinginan untuk menolong sesamanya yang menderita kesulitan - sesuai dengan kemampuannya. Hanya saja derajat keinginan ini berbeda-beda untuk tiap individu.

Dalam surat Al Maidah, Allah berfirman:

Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (Al Maaidah:2)

Dalam dalam hadits:

Artinya: "Dan Allah akan selalu siap menolong seorang hamba selama hamba itu selalu siap menolong saudaranya."

Juga dalam hadits Ibnu Umar di atas ("al muslimu akhul muslimi ..."), seterusnya disebutkan bahwa siapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya itu maka Allah memperhatikan kepentingannya, dan siapa yang melapangkan satu kesulitan terhadap sesama muslim maka Allah akan melapangkan satu dari beberapa kesulitannya nanti pada hari qiyamat, dan barangsiapa yang meneymbukan rahasia seorang muslim maka Allah menyembunyikanrahasianya nanti pada hari qiyamat.

Dalil naqli di atas memberi encouragement bahkan perintah kepada orang beriman untuk tolong-menolong, yang dibatasi hanya dalam masalah kebajikan dan taqwa. Bentuk tolong-menolong ini bisa dilakukan dengan saling mendo'akan, saling menasihati, juga saling membantu dalam bentuk amal perbuatan. Kalaupun tidak turut berperang, kita dapat ikut menyediakan bekal menghadapi peperangan, misalnya.

Dalam masalah-masalah yang jelas kesalahannya, kita dilarang untuk saling memberikan pertolongan. Contoh ringan yang mungkin pernah kita alami saat masih sekolah, misalnya memberi contekan saat ulangan. Mungkin saat itu kita merasa sungkan untuk menolak memberi 'pertolongan'. Dan contoh yang lebih berat mungkin akan sering kita jumpai seiring dengan semakin dewasanya kita dan semakin kompleksnya permasalahan yang kita hadapi.

Dalam hal ini kita perlu memperhatikan hadits shahih dari Anas bin Malik ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:

Page 7: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

Artinya: "Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim atau yang dizalimi." Aku bertanya, "Ya Rasulullah, menolong orang yang dizalimi dapatlah aku mengerti. Namun, bagaimana dengan menolong orang yang berbuat zalim?" Rasulullah menjawab, "Kamu cegah dia agar tidak berbuat aniaya, maka itulah pertolonganmu untuknya."

Jadi kita seharusnya berterima kasih jika ada yang menegur kita, bahkan mencegah kita dengan kekuatan manakala kita sedang berbuat kesalahan.

4. Takaful

Takaful ini akan melahirkan perasaan senasib dan sepenanggungan. Di mana rasa susah dan sedih saudara kita dapat kita rasakan, sehingga dengan serta merta kita memberikan pertolongan. Dalam sebuah hadits Rasulullah memberikan perumpamaan yang menarik tentang hal ini, yaitu dengan mengibaratkan orang beriman - yang bersaudara - sebagai satu tubuh.

Dalam hadits:

Artinya: "Perumpamaan orang-orang beriman di dalam kecintaan, kasih sayang, dan hubungan kekerabatan mereka adalah bagaikan tubuh. Bila salah satu anggotanya mengaduh sakit maka sekujur tubuhnya akan merasakan demam dan tidak bisa tidur."

Unsur pokok di dalam ukhuwah adalah mahabbah (kecintaan), yang terbagi dalam beberapa tingkatan:

Tingkatan terendah adalah salamus shadr (bersihnya jiwa) dari perasaan hasud, membenci, dengki dan sebab-sebab permusuhan/pertengkaran. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Rasulullah saw bersabda bahwa tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya selama tiga hari, yang apabila saling bertemu maka ia berpaling, dan yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai dengan ucapan salam. Juga dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah saw bersabda bahwa ada tiga orang yang shalatnya tidak diangkat di atas kepala sejengkal pun, yaitu seorang yang mengimami suatu kaum sedangkan kaum itu membencinya, wanita yang diam semalam suntuk sedang suaminya marah kepadanya, dan dua saudara yang memutus hubungan di antara keduanya.

Tingkatan berikutnya adalah cinta. Di mana seorang muslim diharapkan mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, seperti dalah hadits:”Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai

Tingkatan berikutnya adalah cinta. Di mana seorang muslim diharapkan mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri, seperti dalam hadits: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri." (HR muttafaq alaihi)

Tingkatan yang tertinggi adalah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya atas dirinya dalam segala sesuatu yang ia cintai, sesuatu yang untuk zaman sekarang sering baru mencapai tahap wacana. Patut kita renungkan kisah sahabat nabi dalam sebuah peperangan, di mana dalam keadaan sekarat dan kehausan dia masih mendahulukan saudaranya yang lain untuk menerima air.

Juga contoh yang dilakukan oleh shahabat Anshar, Sa'ad bin rabbi' yang menawarkan hartanya, rumahnya, istrinya yang terbaik untuk dimiliki oleh Abdurrahman bin Auf. Dalam hal ini Abdurrahman bin Auf pun berlaku iffah dengan hanya meminta untuk ditunjukkan jalan ke pasar. Kisah-kisah di atas kalaupun belum

Page 8: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

mampu kita lakukan, minimal kita jadikan sebagai sebuah motivasi awal untuk sedikit lebih memperhatikan saudara kita yang lain.

Page 9: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

Kerukunan antar agama

a. Keputusan menteri agama no.70 tahun 1987 tentang pensyiaran agam sebagi rule of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk menciptakan rukun antar umat beragama.

b. Pemerintah memberi pedoman dan memberi kebebasan kepada masing-masing pemeluk agama untuk melakukan ibadah menurut kepercayaan masing-masing

c. Kep Mendagri dan Menag no.1 tahun 1979 tentang tata cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga keagamaan di Indonesia.

1. Pengertian kerukuanan dalam islam

Dalam sejarah Rasulullah SAW, kerukunan ini telah diterapkan di Madinah. Saat itu islam hidup berdampingan dengan agama non muslim (nasrani dan yahudi). Namun, terjadi

Page 10: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

konflik karena penghianatan yang dilakukan oleh Yahudi yang melakukan persekongkolan menghancurkan islam.

2. Pandangan Islam terhadap Pemeluk agama lain

a. Darul Harbi (daerah yang wajib diperangi)Darul harbi adalah golongan yang selalu megganggu islam, sebenarnya islam adalah agama rahmat sekalian alam, islam juga meyangi agama lain selama tidak megganggu. Terhadap golongan darul harbi islam harus melawan sesuai dalil

b. Kufur zimmy golongan yang tidak berama islam, namun mereka tidak mengganggu umat islam. Pada golongan ini, islam hendaklah menhormati mereka. Sesuai dalil

c. Kufur Musta’manKelompok nonmuslim yang meminta pertolongan ke islam. Kepada mereka islam tidak memberlakukan hak dan hokum Negara. Diri dan harta mereka harus dilindungi selama mereka di bawah lindungan perintah islam.

d. Kufur Mu’ahadahNegara bukan islam yang membuat janji perdamian dengan pemerintah islam, baik disertai perjanjian tolong-menolong dan bela-membela atau tidak.

Page 11: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

ANALISIS

Islam telah mengajarkan bagaimana cara hidup dengan umat nonmuslim, ada beberapa perlakuan terhadap nonmuslim sesuai dengan status-status mereka yaitu bagaimana bertindak dengan golngan harbi, zimmy, musta’man dan mu’ahadah.

Melihat kasus pengeboman di bali, kelompok kami rasa itu kurang sesuai dengan syariat islam karena disana terdapat golongan non muslim yang tidak ikut mengganggu islam dan disana juga ada anak-anak bule yang tidak tahu apa-apa(golongan zimmy), di dalam syariat Islam dijelaskan hendaknya menghormati mereka. Selain itu, di daerah pengeboman itu juga terdapat saudara yang islam juga.

Perang antara Palestina dan Israel sangat tepat dijadikan sebagai salah satu kasus darul harbi, dimana Israel selau mengklaim bahwa daerah itu adalah milik Israel yang mayoritas yahudi, mereka selalu memperkecil daerah territorial Palestina. Mereka juga menghimpun kekuatan dengan negara lain untuk menghancurka Palestina yang beragama Islam.

Page 12: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

Berdasarkan Prinsip Kenegaraan

A. Definisi dan Tujuan

Rukun berasal dari kata bahasa Arab “ruknun” yang berarti asas-asas atau dasar. Rukun dalam pengertian adjektiva memiliki makna baik atau damai. Kerukunan antar umat beragama berarti hidup dalam suasana damai, tidak saling berselisih paham meski terdapat perbedaan agama.

Kerukunan umat beragama ini memiliki peran sebagai motivator untuk mendinamisasikan seluruh umat beragama ikut serta andil dalam pembangunan bangsa.

B. Landasan Hukum

Berikut ini merupakan landasan hukum yang berlaku di Indonesia sebagai dasar sikap kerukunan antar umat beragama:

1. Landasan IdiilSila pertama dalam Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Landasan Konstitusional- UUD 1945, pasal 29 ayat 1: “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.- UUD 1945 pasal 29 ayat 2: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu”.

3. Landasan StrategisKetetapan MPR No. IV tahun 1999 tentang GBHN. Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000, disebutkan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penuh keimanan dan ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral, dan etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan harmonis, serta dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila.

4. Landasan Operasional- UU No. 1/PNPS/1965 mengenai larangan dan pencegahan penghinaan agama- Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI No.

01/Ber/Mdn/1969 mengenai pelaksanaan aparat pemerintah yang menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan dalam pengembangan ibadah pemeluk agama.

Page 13: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

- SK Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI No. 01/1979 mengenai tata cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta di Indonesia.

- Surat edaran Menteri Agama RI No. MA/432/1981 terkait perhelatan peringatan hari besar keagamaan.

Landasan-landasan hukum di atas menjadi tolak ukur penerapan kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehari-hari. Keputusan Menteri Agama No. 70 tahun 1978 juga menyinggung tentang pensyiaran agama sebagai rule of game atau aturan main bagi pelaksanaan dakwah dan pengembangan tiap-tiap agama, demi terciptanya kerukunan hidup antar umat beragama.

Dapat dilihat bahwa pemerintah benar-benar menaungi dan mengayomi kehidupan umat beragama di Indonesia, dengan memberi aturan atau pedoman, serta melindungi kebebasan memeluk agama dan menjalankan ibadah menurut ketentuan masing-masing. Sikap seperti ini sudah seyogyanya diambil oleh pemerintah selaku penentu kebijakan dan pengurus tertinggi negara, demi mendukung serta memotivasi masyarakat agar senantiasa mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi, supaya terhindar dari permusuhan dan mengarah pada kedamaian dalam lingkup nasional.

Kedamaian ini nantinya akan memperteguh stabilitas dan ketahanan nasional. Oleh karena itu, kesadaran tiap-tiap warga negara akan pentingnya mengusahakan dan melestarikan kerukunan antar umat beragama sangat dibutuhkan.

Berdasarkan Syariat Islam

Kerukunan antar umat beragama dalam Islam dapat diistilahkan sebagai “tasamuh” atau toleransi, yang mengarah pada kerukunan sosial kemasyarakatan. Namun dalam pelaksanaan perihal aqidah dan ibadah, toleransi ini tidak dibenarkan, seperti masalah penunaian solat, puasa, atau haji, tidaklah ada toleransi dan harus tetap bersumber pada aturan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Kerukunan umat beragama dalam Islam dapat dikatakan sebagai konsep persaudaraan universal. Hubungan horizontal antar manusia ini interaksinya dapat berjalan harmonis dan selaras apabila dilandasi oleh keyakinan bahwa seluruh umat manusia sesungguhnya bersaudara, meski ada perbedaan suku, ras, bangsa, agama. Dalam Islam, dapat digolongkan sebagai ukhuwah insaniyah atau basyariyah dan ukhuwah wathaniyah wa an-nasab.

Page 14: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

Ukhuwah ubudiyah berarti persaudaraan yang timbul didasari oleh persamaan rasa sebagai sesama manusia secara keseluruhan. Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” (Q. S. Al-Hujurat [49]: 13).

Ayat tersebut memiliki makna bahwa seluruh manusia merupakan saudara seketurunan. Tersurat bahwa Allah menciptakan manusia ke dalam berbagai ras, bangsa, dan suku bukan dengan maksud sengaja menimbulkan perselisihan, melainkan justru agar manusia termotivasi untuk dapat mengatasi perbedaan tersebut dengan menganggapnya sebagai keragaman budaya dan pluralitas global.

Sementara ukhuwah wathaniyah wa an-nasab merupakan persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan, dapat juga bersumber dari Q. S. Al-Hujurat [49]: 13. Menurut Muhammad Imarah, pluralitas bangsa, suku bangsa, agama, dan golongan merupakan kaidah abadi yang berfungsi sebagai pendorong untuk saling berkompetisi dalam melakukan kebaikan, berlomba menciptakan prestasi dan memberikan tuntunan bagi perjalanan bangsa-bangsa dalam menggapai kemajuan dan keunggulan.

Al-Qur’an memberikan beberapa arahan yang penting dalam usaha menjaga kerukunan hidup antar umat beragama, antara lain:

1. Menghargai dan menghormati perbedaan, serta berkompetisi secara sehat dalam melakukan kebajikan. Seseorang tentunya tidak diperbolehkan memaksakan kepada orang lain untuk berpendirian sama dengannya. Bahkan juga dilarang untuk memaksa seseorang mengikuti agama tertentu seperti yang tersebut dalam QS al-Baqarah [2]: 256, yakni sebagai berikut:“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

2. Senantiasa menegakkan kebenaran dan berbuat adil. Allah berfirman dalam Q. S. Al-Maidah [5]: 8, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebendianmu terhadap suatu kaum, medorong kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Jelaslah bahwa penegakan kebenaran

Page 15: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

dan keadilan merupakan syarat utama terwujudnya tatanan masyarakat yang damai dan harmonis. Sejarah membuktikan bahwa persaudaraan yang harmonis tidak akan terwujud tanpa adanya komitmen bersama untuk senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan.

3. Memperkecil jurang perbedaan dan memperbesar ruang persamaan. Janganlah mengungkit-ungkit perbedaan yang ada, karena hal itu dapat menimbulkan rasa sakit hati di antara kelompok yang berbeda. Yang lebih penting, carilah titik persamaan (kalimatun sawa’) dalam rangka menjadi orang yang terbaik dalam pandangan Allah, yakni orang yang bertakwa.

4. Keempat, menjalin kerja sama dengan kelompok atau umat lain dalam rangka membangun kemaslahatan dan kesejahteraan bersama. Allah berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q. S. Al-Maidah [5]: 2).

5. Tidak memandang rendah, tidak pula menghina atau mengejek kelompok lain. Al-Qur’an melarang kita mengejek atau mengolok-olok kelompok lain atau memberi gelar yang menyakiti hati seperti tersebut dalam QS al-Hujurat [49]: 11 sebagai berikut:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Page 16: Web viewSebagai departemen yang diberi tugas mengatur dan menangani persoalan serta urusan keagamaan bagi seluruh ... Melihat kasus pengeboman di ... Ham dan Pluralisme

DAFTAR PUSTAKA

  Departemen Agama RI, ”Kebijakan Departemen Agama dari Masa Ke Masa, Dalam Kurun Setengah Abad”, Badan

Litbang Keagamaan Depag, Jakarta, 1996. Taher Tarmizi dan Moch. Basofi Soedirman, ”Ham dan Pluralisme Agama” Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan

(PKSK), Surabaya,1997. Yusuf Fuad Choirul dan Muchtamil, ”Berbagai Aspek Penelitian Keagamaan di indonesia, Kumpulan Sinopsis

Hasil Penelitian” Badan Litbang Keagamaan Depag, Jakarta, 2000. Jalaluddin, H, Dr. Prof, ”Psikologi Agama”, Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001. Suryosumarto Budisantoso, H,”Ketahanan Nasional Indonesia, Penangkal Disintegrasi bangsa dan Negara”,

Pustaka Sinar harapan, Jakarta, 2001. Daulay Zainuddin, M ”Mereduksi Eskalasi Konflik Antar Umat Beragama Di Indonesia, Badan Litbang dan Diklat

Keagamaan, Jakarta, 2001. Pranowo Bambang, M dan Darmawan, ”Reorientasi Wawasan Kebangsaan di Era Demokrasi” Departemen

Pertahanan RI dan Adicita karya Nusa, Yogyakarta, 2003. Departemen Agama RI, ”Riuh di Beranda Satu, Peta Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”, badan Litbang dan

Diklat Keagamaan’ Jakarta, 2003. Setiabudi Natan, Pdt, Ph.D, ”Kerukunan Umat Beragama di Indonesia Dalam Kepentingan Nasional Indonesia”,

Jurnal Paskal, Pusat Kajian Strategis kepentingan nasional, Jakarta, 2003. Achmad Firdaus, ”Komunikasi Lintas Agama dan Budaya, Upaya membangun Paradigma Dialog Bebas Konflik,

Potret Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”, Puslitbang Kehidupan Beragama Badan Litbang dan Diklat Keagamaan, Jakarta, 2005.

 Lubis Ridwan HM, Prof, DR, ”Meretas Wawasan & Praksis Kerukunan Umat Beragama di Indonesia”,

Departemen Agama RI, Badan Litbang dan Diklat Keagamaan, Jakarta, 2005. Departemen Agama RI, ”Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Kerukunan Hidup Umat Beragama”, Edisi

Kedelapan, Badan Litbang dan Diklat Keagamaan, Jakarta, 2006.