bersama mencegah 'hoax' tentang lpd catu · rencana kerja lpd pecatu sepanjang tahun 2017...

16
# 6 2016 No. 6 Tahun 2017 https://lpdpecatu.or.id C a TU BERSAMA LPD, MEMBANGUN PECATU Sempurnakan 'Pararem' Perkuat Tata Kelola Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD

Upload: lamdat

Post on 09-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

# 6 ▪ 2016No. 6 Tahun 2017 https://lpdpecatu.or.id

CaTUBERSAMA LPD, MEMBANGUN PECATU

Sempurnakan 'Pararem' Perkuat Tata Kelola

Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD

Page 2: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

2 CATU # 6 ▪ 2016

Gatra Redaksi

Catu Tetap Eksis di Masa Krisis

REDAKSI

PPELINDUNG: Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta, S.H. PENANGGUNG JAWAB: Kepala LPD Desa Adat Pecatu, I Ketut Giriarta, S.Pd., M.M., REDAKSI: I Nyoman Yoga Puniantara, A.Md. PENERBIT: LPD Desa Adat Pecatu. ALAMAT REDAKSI: Jalan Goa Lempeh, Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Telp. (0361) 702078/702133/8470918, Fax. (0361) 703344, Surat Elektronik (e-mail): [email protected]. Website: https://www.lpdpecatu.or.id

Kondisi ekonomi sepanjang tahun 2017 masih tetap belum menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi melambat, bahkan target yang ditetapkan pemerintah

tidak tercapai. Masyarakat bawah merasakan situasi ekonomi sepanjang tahun 2017 seperti krisis.

Di tengah situasi semacam ini, banyak lembaga usaha tidak bisa memenuhi target yang telah direncanakan. Sebagian juga melakukan penghematan besar-besaran. Berbagai anggaran belanja yang tidak prinsip pun dipangkas. Biasanya, anggaran promosi termasuk dalam sasaran pemangkasan.

LPD Desa Adat Pecatu juga tak luput dari pengaruh pelambatan ekonomi. Secara umum, rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, target laba pada akhir tahun sepertinya sulit dipenuhi.

Meskipun diterpa pengaruh pelambatan ekonomi, LPD Pecatu tetap konsisten menjaga komitmennya untuk menjadi lembaga penyangga agama Hindu serta adat dan budaya Bali di Desa Adat Pecatu. Karena itu, berbagai program penguatan komunitas adat Pecatu tetap dipertahankan.

Majalah Catu yang terbit dua kali setahun merupakan bagian dari upaya penguatan komunitas adat Pecatu. Majalah ini memang diterbitkan LPD Pecatu, tetapi isinya bukan melulu mengenai perkembangan atau informasi produk-produk LPD Pecatu. Majalah Catu justru lebih

banyak menampilkan konten yang berfungsi mengedukasi, memotivasi dan menginspirasi masyarakat adat Pecatu bangkit dan maju bersama LPD Pecatu.

Karena itu, manajemen mencoba tetap mempertahankan penerbitan majalah Catu, termasuk menjaga saluran

informasi melalui website www.lpdpecatu.or.id. LPD Pecatu ingin tetap memberikan akses informasi dan komunikasi bagi krama dan nasabah. Bila pun majalah ini terbit agak terlambat, itu bukan karena faktor biaya, tetapi pasokan naskah yang belum sesuai harapan.

Edisi 6 ini dipersembahkan menyambut perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-29 LPD Desa Adat Pecatu. Pada edisi kali ini, kami memberi ruang lebih luas kepada anak-anak muda. Generasi kreatif ini mulai unjuk gigi dengan keberhasilan menggelar Pecatu Art & Music Festival pada Oktober 2017. Begitu juga sejumlah anak muda tampil meyakinkan sebagai wirausahawan secara mandiri dengan memanfaatkan layanan LPD Pecatu.

Harapan kami, isi majalah Catu edisi ini makin memotivasi dan menginspirasi generasi muda Pecatu untuk makin

berani berkiprah di jalur minat masing-masing. Mereka tidak hanya akan menikmati

sukses pribadi, tetapi juga mewarnai masa depan Pecatu. Selamat menikmati dan semoga pikiran yang baik datang

dari segala penjuru.

Redaksi

Page 3: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

3CATU# 6 ▪ 2016

Wiweka

I Ketut Giriarta

Negeri ini kini sedang banjir hoax atau informasi palsu, kabar bohong. Hoax menjadi berbahaya karena sebagian besar masyarakat tidak memiliki kemampuan yang sama

dalam memfilter informasi sampah itu. Malah, banyak yang begitu begitu mudah mempercayainya.

Istilah hoax memang memiliki sejarah tersendiri. Situs Wikipedia menyebut, kata hoax secara etimologis berasal dari kata Hocus yang berarti ‘menipu’. Hocus juga dikenal sebagai mantra sulap, kependekan dari “Hocus Pocus”.

Konon, istilah hoax mulai populer setelah dirilisnya film berjudul The Hoax pada tahun 2006. Film ini begitu populer hingga membuat orang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan.

Sesungguhnya, hoax atau penyebaran informasi palsu bukanlah suatu hal yang baru. Sepanjang sejarah umat manusia, informasi palsu kerap kali dijadikan alat untuk mempengaruhi pendapat publik sehingga tujuan utamanya tercapai. Dalam dunia politik yang amat bertumpu pada persepsi publik, penyebaran informasi palsu menjadi bagian dari strategi kampanye untuk menjatuhkan lawan di satu sisi dan meraih dukungan publik di sisi lain.

Tak hanya di dunia politik, hoax juga merambah ke berbagai bidang kehidupan. Begitu juga usaha di bidang lembaga keuangan. Jika dalam kehidupan sosial politik, hoax bisa memicu konflik sosial bahkan hingga kerusuhan, hoax dalam dunia lembaga keuangan bisa menjatuhkan lembaga keuangan itu. Pasalnya, lembaga keuangan juga sangat bertumpu pada kepercayaan.

Lembaga keuangan perbankan beberapa kali menghadapi hoax sehingga memicu rush atau penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Akibatnya industri perbankan mengalami kegoncangan sehingga mengganggu perekonomian nasional.

LPD yang nota bene bukan lembaga bank, bukan pula lembaga keuangan umum, terkadang juga terpapar hoax. Ada saja yang menyebarkan informasi palsu dengan berbagai tujuan. Sayangnya, krama desa adat yang sejatinya menjadi “pemilik” LPD, seringkali kadangkala mempercayai berita-berita hoax itu. Padahal, LPD merupakan lembaga keuangan

khusus “milik” komunitas adat Bali yang berarti krama desa adat ikut “memilikinya”. Karena turut “memiliki”, baik-buruk LPD juga ditentukan oleh krama desa adat.

Seyogyanya, bila mendapatkan informasi tertentu yang belum jelas kebenarannya, krama desa adat tidak langsung menelan mentah-mentah. Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD. Toh, LPD ada di desa dan mengembangkan manajemen yang terbuka sesuai dengan amanat Pararem LPD. Jika tak ingin mengkonfirmasi langsung ke LPD, krama bisa bertanya ke pembina di tingkat desa (prajuru adat dan dinas) atau ke pihak yang mengawasi internal LPD, yaitu Badan Pengawas Internal LPD Pecatu yang berasal dari masing-masing banjar adat.

Selama hampir 30 tahun ini, LPD Desa Adat Pecatu sudah dirasakan manfaatnya, baik oleh desa adat maupun krama,

dalam berbagai bidang kehidupan. Seluruh krama adat wajib turut menjaga dan mendukung agar lembaga ini terus eksis dan semakin mampu memberikan manfaatnya bagi krama dan Desa Adat Pecatu. Bila beredar informasi hoax, mari bersama-sama melawan dengan memberikan informasi yang benar.

Mari kita waspada terhadap segala informasi bohong yang bertujuan merusak pasikian pasubayan krama Desa Adat Pecatu. Mari gunakan wiweka, akal sehat kita, terus meningkatkan sradha dan bhakti serta merawat kearifan lokal manyama braya agar informasi hoax tidak merusak adat, budaya dan agama kita. Rahayu! •

Bersama Mencegah “Hoax” tentang LPD

Page 4: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

4 CATU # 6 ▪ 2016

Keberlanjutan LPD Desa Adat Pecatu itu keharusan. Agar bisa terus berlanjut, LPD Pecatu mesti

menyiapkan sistem yang kuat dan tangguh menghadapi berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi. Penguatan sistem ini memastikan LPD Pecatu tetap berjalan tanpa harus tergantung kepada figur-figur tertentu.

Itu sebabnya, Desa Adat Pecatu selaku pemilik LPD Pecatu kembali menyempurnakan Pararem Desa Adat Pecatu mengenai LPD Pecatu. Penyempurnaan pararem ini sebagai cermin kesungguhan Desa Adat Pecatu makin memperkuat keberadaan dan fungsi LPD sebagai lembaga keuangan khusus komunitas adat di Desa Pecatu.

“Penyempurnaan pararem ini juga merespons berbagai perubahan yang terjadi dalam aspek hukum yang mengayomi LPD, terutama UU Nomor 1 tahun 2013 yang menegaskan dan mengakui LPD sebagai lembaga keuangan khusus komunitas adat

Gatra Krama

Sempurnakan Pararem, Perkuat Tata Kelola

Bali yang diatur dengan hukum adat,” kata Kelian Desa Adat Pecatu, I Made Sumerta.

Penyempurnaan pararem ini meng-gandeng sebuah lembaga konsultan khusus di bidang manajemen lembaga keuangan adat Bali, Saguna Manajemen Solution (Samas). Lembaga ini juga mendampingi sejumlah desa adat di Badung membuat pararem khusus tentang LPD serta tata kelola LPD.

Kepala LPD Desa Adat Pecatu, I Ketut Giriarta mengapresiasi upaya Desa Adat Pecatu untuk memperkuat LPD melalui penyempurnaan pararem. Memang, diakui Giriarta, Desa Adat Pecatu sudah memiliki pararem pangele yang mengatur

tentang LPD Pecatu. Pararem ini sudah ditetapkan pada tahun 2015 lalu.

Akan tetapi, imbuh Giriarta, ada sejumlah hal dalam pararem itu yang masih perlu diselaraskan, terutama berkaitan dengan tata kelola lembaga dan tata kelola usaha. “Yang prinsip, terutama berkaitan dengan keberadaan Dewan LPD di tingkat provinsi. Karena hingga kini keberadaan Dewan LPD belum terbentuk, Desa Adat Pecatu perlu menyelaraskan tata kelola LPD dalam hubungannya secara internal maupun eksternal,” kata Giriarta.

Menurut Giriarta, penyusunan tata kelola lembaga dan tata kelola usaha mau tidak mau harus dilakukan LPD Pecatu karena lembaga keuangan ini kini memiliki volume usaha atau aset yang cukup besar. Aset yang besar juga membawa risiko usaha yang besar. Di sisi lain, regulasi yang ada belum cukup mampu menjamin risiko usaha itu.

Karena itu, Desa Adat Pecatu selaku pemilik LPD Pecatu wajib mengambil inisiatif menyiapkan sistem yang kuat dan jelas sehingga pengelolaan LPD di masa depan tidak menimbulkan keragu-raguan. UUD 1945 dan UU Lembaga Keuangan Mikro memberikan ruang yang lebar bagi Desa Adat Pecatu untuk mengambil langkah-langkah penguatan dalam payung hukum adat Bali.

Gde Made Sadguna dan Ketut Sumarta dari Samas mengungkapkan setelah ditetapkannya UU LKM, praktis LPD memasuki era baru. Dengan diakuinya

LPD sebagai lembaga keuangan khusus yang diatur hukum adat, memperkuat kedudukan LPD sebagai lembaga keuangan milik desa adat/pakraman

yang memiliki kekhususan. Hal ini seyogyanya memang direspons dengan kesungguhan desa adat/pakraman untuk membuat sistem keuangan khusus adat Bali yang dimulai dari tingkat desa adat/pakraman.•

Kepala LPD Desa Adat Pecatu, I Ketut Giriarta berjabat tangan dengan Ketua Samas, Gde Made Sadguna usai penandatanganan kerja sama penyempurnaan pararem dan tata kelola LPD Desa Adat Pecatu.

Tim Samas, I Ketut Sumarta (kanan) menjelaskan era baru LPD di Bali pasca-UU No. 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro yang menegaskan LPD diatur dengan hukum adat.

Page 5: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

5CATU# 6 ▪ 2016

Gatra Krama

Anak-anak kini identik dengan gigi rusak. Kebiasaan buruk makan dan ngemil menjadi penyebab banyaknya

anak-anak yang kondisi giginya buruk. Kerusakan umum yang biasanya terjadi pada gigi anak-anak yakni hitam, keropos, dan berlubang. Secara medis biasanya disebut karies.

LPD Desa Adat Pecatu memberi perhatian pada masalah kesehatan gigi anak-anak Pecatu. Itu sebabnya, pada 16 September 2017, di SD Negeri 4 Pecatu, LPD Pecatu bekerja sama dengan Rumah Sakit (RS) Surya Husada melaksanakan program kemasyarakatan penyuluhan kesehatan gigi, cara menggosok gigi yang benar, pemeriksaan kesehatan gigi, serta simulasi mencuci tangan dengan benar.

Kegiatan ini diikuti siswa kelas I dan II SD se-Desa Adat Pecatu. Pemberi penyuluhan dan pemeriksa merupakan tenaga medis dalam bidang kesehatan gigi di RS Surya Husada.

Anak-anak yang mengikuti kegiatan ini terlihat antusias. Mereka tidak hanya menyimak penyuluhan dan simulasi yang diberikan, tapi juga bersemangat memeriksakan kesehatan giginya.

Penyakit gigi pada anak tidak boleh diremehkan karena jika terjadi pada anak maka rongga mulutnya bisa bermasalah

seperti gampang terkena sariawan. Selain itu, karies gigi juga akan menimbulkan rasa sakit yang cukup menganggu yang bisa berpengaruh pada pola makan anak. Apabila giginya sakit, anak akan menolak makan sehingga pertumbuhannya terganggu.

Tak hanya mengganggu pola makan, rasa sakit yang ditimbulkan dari gigi yang rusak juga dapat mengganggu pola tidur anak. Tidur yang cukup dan nyenyak sangat berpengaruh pada kesehatan anak. Apabila tidurnya sering terbangun karena sakit gigi, pertumbuhan anak pun akan ikut terganggu. Anak akan cenderung impulsif dan kehilangan nafsu makan.

Kepala LPD Desa Adat Pecatu, I Ketut Giriarta menjelaskan kesehatan gigi merupakan bagian penting dari kesehatan tubuh anak yang harus mendapat perhatian serius para orangtua. Kesehatan gigi berpengaruh besar pada tumbuh kembang anak.

Bagi LPD Pecatu, kesehatan anak-anak, termasuk kesehatan gigi, amat penting. Pasalnya, anak-anak yang sehat menjamin generasi yang sehat dan kuat. Jika generasi penerus sehat dan kuat, LPD Pecatu pun akan terjamin masa depannya.

“Walaupun merupakan lembaga keuangan, LPD Pecatu juga harus memiliki

kepedulian kepada masalah sosial krama, termasuk dalam hal derajat kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak. Kegiatan ini membuktikan LPD bukan sekadar lembaga keuangan, tetapi juga lembaga adat yang menjalankan fungsi sosial budaya bagi pembangunan krama dan desa adat,” tandas Giriarta. •

Stop Generasi Gigi Rusak

Tim dari RS Surya Husada Nusa Dua menjelaskan seputar kesehatan gigi kepada anak-anak SD se-Desa Adat Pecatu (atas). Pemeriksaan gigi anak-anak SD Pecatu oleh tim RS Surya Husada Nusa Dua (bawah).

Page 6: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

6 CATU # 6 ▪ 2016

Gatra Desa

Pemangku menjadi kunci kelancaran upacara agama di lingkungan Desa Adat Pecatu. Karena itu, Desa Adat

Pecatu terus berupaya memberi perhatian kepada para pemangku. Salah satu bentuk perhatian itu, memberikan kursus singkat kepemangkuan. Kursus ini diharapkan makin memperkuat pemahaman pemangku Desa Adat Pecatu mengenai sasana kepemangkuan.

Kursus singkat kepemangkuan digelar saban Sabtu dan Minggu, mulai 23 September 2017 hingga 15 Oktober 2017. Kegiatan bertema “Melalui Kursus Pemangku Kita Tingkatkan Kualitas Sradha Bhakti dan Etika Pemangku sesuai dengan Ajaran Weda” itu diikuti 262 pemangku, meliputi pemangku nganteb, juru sirat, petapakan, serati banten. Kegiatan ini dibuka pada Minggu, 24 September 2017 oleh Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa dan dihadiri Sekretaris Dinas Kebudayaan, Ketua PHDI Badung, Camat Kuta Selatan, serta Ketua Majelis Alit Desa Pakraman Kecamatan Kuta Selatan.

Kelian Desa Adat Pecatu, I Made Sumerta didampingi Ketua Panitia, I Nyoman Kani Artana, memaparkan kursus kepemangkuan ini merupakan wujud perhatian Desa Adat Pecatu kepada para pemangku. “Setelah mereka mengikuti kursus ini, diharapkan pemangku ini mempunyai wawasan dan kompetensi dalam melayani umat sesuai ajaran agama Hindu,” kata Sumerta.

Sumerta menambahkan, kursus kepemangkuan juga menjadi media bagi para pemangku mendiskusikan berbagai permasalahan agama Hindu serta adat dan budaya Bali di Desa Adat Pecatu dengan difasilitasi para narasumber yang berkompeten. Dengan begitu, saat ngayah melayani umat dan krama di desa adat, mereka semakin mantap.

K u r s u s k e p e m a n g k u a n D e s a Adat Pecatu menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Badung, tokoh agama, sulinggih dan dosen dari Institut

Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar. Kegiatan diawali pemberian materi “Etika Agama Hindu” oleh Ketua PHDI Bali yang juga Rektor IHDN Denpasar, Prof. Dr. Drs IGN Sudiana, M.Si. Selain dharma wacana dan dharma tula, kursus kepemangkuan Desa Adat Pecatu juga diisi dengan tirtha yatra serta penyerahan busana kepada para pemangku.

Wabup Suiasa saat membuka kegiatan ini mengapresiasi prajuru Desa Adat Pecatu yang melenggarakan kursus kepemangkuan. Hal ini, kata Suiasa, menunjukan desa adat semakin berdaya dalam memetakan potensi kebutuhan krama, yang harus direspons dalam bentuk program-program inovatif.

“Seorang pemangku dalam melaksa-nakan parikramaning pemangku sebagai pelayan umat, harus berpikiran positif dengan ngayah lascarya atau ikhlas. Juga mampu mengendalikan pikiran menuju kesucian jiwa, sehingga terbentuk jati diri sebagai orang suci,” kata Suiasa yang juga tokoh masyarakat Pecatu ini.

Suiasa juga menegaskan, mulai tahun 2018, Pemkab Badung akan mengalokasikan pemberian insentif kepada para pemangku kahyangan tiga. Hal ini disebut merupakan bagian dari perhatian Pemkab Badung. “Bantuan

insentif ini diharapkan dapat memberi semangat kepada para pemangku dalam menjalankan tugas mulia dan suci ini,” tandas Suiasa.

Atas nama Pemkab Badung, Wabup Suiasa juga menyerahkan punia Rp 10 juta kepada panitia yang diterima Ketua Panitia, I Nyoman Kani Artana.•

Memperkuat Pemahanan 'Sasana Pemangku' Pecatu

Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa memukul gong tanda pembukaan kursus kepemangkuan Desa Adat Pecatu.

Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa (kanan) menyerahkan bantuan kepada Ketua Panitia Kursus Kepemangkuan Desa Adat Pecatu, I Nyoman Kani Artana (kiri).

Para peserta kursus kepemangkuan Desa Adat Pecatu berdoa saat kursus mulai dibuka (kiri). Kanan: para peserta serius mendengarkan paparan para narasumber.

Page 7: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

7CATU# 6 ▪ 2016

Gatra Desa

Pura Luhur Uluwatu hingga kini masih menjadi salah satu daya tarik wisata unggulan Bali. Kunjungan wisatawan

ke Pura Luhur Uluwatu terus meningkat hingga mencapai rata-rata 7.500 orang per hari. Namun, Desa Adat Pecatu selaku pangemong, tetap konsisten menjaga kesucian Pura Luhur Uluwatu sebagai pura sad kahyangan.

Manajer Pengelola Objek Wisata Uluwatu, Wayan Wijana, komitmen menjaga kesucian Pura Uluwatu tercermin dari konsep yang digunakan yaitu Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu. Wijana menjelaskan konsep ini menegaskan kalau yang ditawarkan atau dikomersilkan dalam objek ini adalah kawasan luar Pura Uluwatu. Hanya memang, Wijana tidak memungkiri kalau keberadaan pura memang menjadi magnet atau daya tarik utama selain objek lainnya di sekeliling pura.

Kegiatan lain, semisal foto prewedding dilarang dilaksanakan di areal dalam pura. “Petugas kami di lapangan sudah tahu dan paham betul akan ketentuan ini,” imbuhnya.

Selain itu, pihaknya juga sudah memasang batu palimanan di gapura yang berisi informasi-in-formasi dan larangan bagi yang tidak bersembahyang untuk masuk ke areal dalam pura. Untuk memastikan aturan kesucian pura tidak dilanggar, pe-calang pura berjaga selama 24 jam secara bergantian. Para pecalang inilah yang me-mandu dan mengarahkan wisatawan yang

hanya boleh masuk sampai di madyaning mandala. Kecuali ada wisatawan yang memang beragama Hindu dan ingin bersembahyang, baru diizinkan masuk sete-lah terlebih dahulu ditanya secara detail oleh pecalang. Di pura juga ada pemangku pura yang ikut membantu memberikan pemahaman kepada wisatawan tentang

apa yang boleh dan yang tidak boleh.Menurut Wijana, berbagai aturan

yang mendukung kesucian pura memang perlu terus disosialisasikan. Itu sebabnya, pihaknya rutin mengadakan pertemuan dengan para pemandu wisata sehingga

muncul pemahaman yang sama, mana yang boleh dan tidak boleh bagi wisatawan. “Kalau kita atur wisatawan pasti mau. Mereka masuk ke pura biasanya karena tidak tahu. Jadi informasinya juga harus jelas,” tandas Wijana. •

'Pararem' Penjaga Kesucian Pura Uluwatu

Untuk memproteksi pura agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, se-jumlah rambu-rambu pun dibuat. Desa Adat Pecatu bahkan sudah membuat Pa-rarem tentang pengelolaan Objek Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu. Pararem itu mempertegas peran dan fungsi berbagai pihak yang terkait. Desa adat bersama pihak Puri Jero Kuta selaku pangemong dan pangempon memegang peran dalam pelaksanaan upacara dan upakara di pura tersebut. Sedangkan manajemen pengelo-la mempunyai tugas mengatur wisatawan yang datang ke Uluwatu.

Informasi secara tertulis mengenai berbagai aturan berkunjung di kawasan luar Pura Uluwatu juga telah dibuat. Bagi wisatawan yang sedang datang bulan tidak boleh masuk ke areal pura, se-dangkan wisatawan yang tidak melakukan persembahyangan wajib mengenakan sarung atau selendang yang sudah disiapkan pengelola dan tidak boleh masuk ke areal utaman-ing madya. “Ini sebagai wujud tanggung jawab kami terhadap kesucian pura,” tegasnya.

Pura Luhur Uluwatu sebagai daya tarik utama destinasi wisata Pecatu.

Pertunjukan kecak, salah satu atraksi di objek wisata kawasan luar Pura Uluwatu.

Manajer Badan Pengelola Objek Wisata Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu, I Wayan Wijana.

Page 8: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

8 CATU # 6 ▪ 2016

Gatra Pratama

Kondisi perekonomian nasional maupun lokal yang lesu memang berpengaruh pada pertumbuhan usaha lembaga keuangan, termasuk LPD Desa Adat Pecatu. Akan tetapi,

secara umum kinerja usaha LPD Pecatu masih bertumbuh dengan baik. Nilai aset LPD Pecatu mengalami peningkatan sekitar 8% hingga mendekati Rp 500 miliar. Hanya memang, ada pelambatan dalam aspek laba usaha.

Hingga 30 September 2017, LPD Pecatu mencatatkan vol-ume usaha Rp 468.684.009.957. Ada peningkatan sekitar 8% jika dibandingkan dengan catatan volume usaha pada 31 Desember 2017. Pencapaian ini melampaui rencana kerja triwulan III sebesar Rp 444.030.466.367.

Peningkatan juga terlihat pada dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun yakni Rp 390.703.443.365. Angka ini 7% lebih tinggi dari rencana kerja. Kontribusi terbesar berasal dari tabungan yang mencapai Rp 243.306.687.703, sekitar 10% lebih tinggi dari rencana kerja. Baru disusul deposito dengan nilai total Rp 127.763.500.000, sekitar 3% lebih tinggi dari rencana kerja. Sibermas mencapai Rp 19.633.255.662, sekitar 2% lebih tinggi dari rencana kerja.

Yang mengalami pelambatan yakni pada produk kredit.

Rencana kerja triwulan III senilai Rp 372.743.000.000. Namun, hingga akhir September, yang tercapai baru Rp 367.692.440.869. Lebih rendah sekitar 1% dari rencana kerja.

Tidak tercapainya rencana kerja kredit merupakan dampak nyata dari belum stabilnya perekonomian lokal dan nasional. Banyak orang yang menahan diri untuk mengambil kredit karena tidak yakin dengan perkembangan ekonomi belakangan

ini. Di sisi lain, LPD Pecatu juga

mengintensifkan pembinaan kredit karena sejumlah nasabah kredit menghadapi kendala untuk memenuhi kewajibannya. “Ini situasi umum yang sedang dihadapi berbagai lembaga keuangan. Tapi tim pembina kredit kami terus bekerja keras

agar debitur bisa memenuhi kewajibannya,” kata Kepala LPD Pecatu, I Ketut Giriarta.

Pelambatan di sektor kredit tentu berpengaruh besar kepada pendapatan dan laba usaha LPD. Giriarta mengakui pendapatan dan laba usaha memang belum sesuai rencana kerja.

“Mudah-mudahan sisa dua bulan ini, pendapatan bisa semakin digenjot,” ujar Giriarta.

Pada akhir tahun 2016, LPD Pecatu berhasil membukukan laba usaha senilai Rp 12.732.322.706. •

Aset Mendekati Rp 500 MiliarRapat penyampaian laporan pertanggungjawaban LPD Pecatu di hadapan prajuru dan tokoh-tokoh Desa Adat Pecatu, 18 Februari 2017.

Ketua LPD Pecatu, I Ketut Giriarta (dua dari kanan), Kelian Desa Adat Pecatu, I Made Sumertha (tiga dari kanan), dan Perbekel Desa Pecatu, I Made Karyana Yadnya (dua dari kiri) saat rapat laporan pertanggungjawaban keuangan LPD Pecatu, 18 Februari 2017.

Ketua LPD Pecatu, I Ketut Giriarta (dua dari kanan) menyerahkan laporan pertanggungjawaban keuangan LPD Pecatu kepada Kelian Desa Adat Pecatu, I Made Sumertha (tiga dari kiri).

Page 9: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

9CATU# 6 ▪ 2016

Gatra Pratama

Penopang utama LPD Desa Adat Pecatu itu tiada lain banjar, baik banjar adat maupun banjar dinas. Banjar-

banjar itu memberikan sumbangsih besar untuk menyebarluaskan produk-produk LPD sekaligus memotivasi krama memanfaatkan berbagai produk dan layanan LPD.

Pecatu memiliki tiga banjar adat serta 9 banjar dinas. Kesembilan banjar dinas itu senantiasa bersaing untuk memberikan kontribusi terbaik bagi LPD, terutama dalam hal penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) maupun penyerapan kredit. Namun, di antara sembilan banjar itu, Banjar Kauh membukukan prestasi terbaik karena tertinggi dalam tabungan dan kredit.

Data hingga 30 September 2017 menunjukkan, LPD Pecatu berhasil membukukan tabungan sebesar Rp 243.306.687.703. Dari jumlah itu, Banjar Dinas Kauh merupakan penyumbang terbesar senilai total Rp 48.327.700.572. Disusul Banjar Dinas Giri Sari di posisi kedua dengan kontribusi total senilai Rp 45.385.229.023. Berikutnya, Banjar Dinas Karangboma di posisi ketiga senilai total Rp 32.736.591.302.

Untuk produk deposito, dari total deposito yang terhimpun senilai Rp 127.763.500.000, posisi pamuncak dipegang Banjar Kangin dengan nilai total tabungan Rp 22.728.500.000. Posisi kedua dipegang Banjar Dinas Karangbomo dengan nilai total Rp 20.147.700.000. Yang menarik, posisi ketiga dipegang krama tamiu atau warga luar desa dengan nilai total deposito Rp14.352.200.000.

Masih dalam dana pihak ketiga, produk Simpanan Berencana Masyarakat (Sibermas), posisi tertinggi dipegang Banjar Karangbomo dengan nilai total Sibermas Rp 5.166.753.468. Urutan kedua ditempati krama luar desa senilai Rp 2.604.178.270. Sementara urutan ketiga ditempati Banjar Kangin dengan nilai Sibermas Rp 2.318.908.656.

“Kontribusi krama tamiu yang cukup besar itu men-unjukkan lembaga keuangan komunitas adat milik Desa Adat Pecatu juga dipercaya krama tamiu yang kebetulan bermukim di Pecatu,” kata Kepala LPD Pecatu, I Ketut Giriarta, S.Pd., M.M.

Untuk produk kredit,

Banjar Kauh kembali memimpin dengan nilai total kredit yang berhasil diserap di banjar ini tercatat Rp 87.305.577.767. Disusul Banjar Tengah dengan nilai total kredit Rp 56.056.395.859. Posisi ketiga ditempati Banjar Dinas Kangin dengan nilai total kredit Rp 38.947.979.075.

Giriarta menjelaskan data dana pihak ketiga maupun penyerapan kredit per banjar ini selalu dibuka saat laporan pertanggungjawaban di desa maupun di banjar-banjar. Hal ini bertujuan

Banjar Kauh Rajai Tabungan

dan Kredit

memotivasi krama di masing-masing banjar untuk berlomba memanfaatkan berbagai produk layanan LPD Pecatu.

“LPD ini milik kita bersama di Desa Adat Pecatu, sehingga sudah selayaknya kita menjadikannya sebagai pilihan utama saat menyimpan maupun meminjam dana. Toh, hasil yang didapat dari pengelolaan dana di LPD dikembalikan kepada kita di desa adat dalam bentuk program-program positif di desa adat,” kata Giriarta.

Hal senada juga disampaikan Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta. “Pokoknya, krama jangan per-nah malu menggunakan layanan LPD. Kalau kita menggunakan layanan LPD berarti juga mem-bangun desa. Itu salah satu wu-jud nyata komitmen kita madesa adat di Desa Ada Pecatu,” kata Jero Bendesa. •

Pelayanan nasabah kredit.

Pelayanan nasabah LPD Pecatu.

Page 10: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

10 CATU # 6 ▪ 2016

Gatra Yowana

Desa Pecatu kini memiliki festival mandiri layaknya festival yang digelar desa-desa wisata lainnya

di Bali. Namanya, Pecatu Art & Music Festival. Istimewanya, festival ini digagas, dikelola dan diisi anak-anak muda Pecatu. Inilah saatnya anak-anak muda Pecatu beraksi.

Pecatu Art & Music Fest ival dilaksanakan 27—29 Oktober 2017. Akan tetapi, prakegiatan sudah dimulai pada 16 Oktober 2017 yang diisi kegiatan Bingin Open Surfing Competition. Secara resmi Pecatu Art & Music Festival dibuka Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta, didampingi Wakil Bupati Badung, Ketut Suiasa dan Sekda Wayan Adi Arnawa, 27 Oktober 2017 di kawasan luar Pura Uluwatu. Pembukaan ditandai dengan pelepasan anak panah secara simbolis oleh Bupati Giri Prasta. Hadir pula dalam kesempatan

apresiasi seni, musik dan budaya masyarakat dengan serangkaian kegiatan yang diselenggarakan di Desa Pecatu. Festival ini baru pertama kali digelar.

S e l a i n B i n g i n O p e n S u r f i n g Competition di Pantai Bingin, sejumlah kegiatan lain yang digelar dalam ajang ini di antarana Art Culture Show, Fishing Competition dan pelepasan tukik di Pantai Labuhan Sait, Music Day, Fruit Curving dan Sculpting Competition serta pameran patung pasir setinggi 10 meter dari himpunan seniman Pecatu. Acara ditutup dengan pemutatan film tentang surfing dan lingkungan hidup.

Pecatu Art & Music Festival bertujuan mempromosikan Pecatu sebagai desa tujuan wisata dan wadah generasi muda Pecatu mengaktualisasikan prestasi, kreativitas dan bakat. Ajang ini juga memberikan pembinaan kesenian dan olahraga serta meningkatkan kepedulian generasi muda dan masyarakat terhadap lingkungan, terutama kawasan pesisir dan terumbu karang.

“Sesuai dengan tema festival yaitu ‘living and loving Pecatu’, kami mengajak, baik masyarakat yang lahir dan tumbuh di desa ini maupun yang datang dan tinggal

di Pecatu ini, termasuk wisatawan asing, untuk bersama-sama menjaga kerarifan lokal yang mengakar pada adat dan budaya Bali. Selain itu, menjaga kelestarian alam dan lingkungan sehingga kita mampu mewariskan lingkungan yang baik untuk generasi berikutnya,” papar Yoga.

Yoga menyebut Pecatu Art & Music Festival merupakan buah kerja bersama para pemuda yang didukung berbagai komponen di Pecatu. Karena itu, Yoga berterima kasih dan menyampaikan penghargaan kepada para pemuda dan berbagai pihak yang telah mendukung.

Bupati Giri Prasta mengapresiasi Perbekel, Desa Adat Pecatu, prajuru dan Karang Taruna yang mampu melakukan kegiatan promosi pariwisata melalui festival. Menurut Bupati, masyarakat Pecatu sudah mampu menunjukkan kekompakan dalam mempertahankan budaya Bali. Dia berharap, festival ini akan dipaketkan dengan Festival Budaya Bahari Kabupaten Badung. Pihaknya juga akan terus memperkuat dan mendorong pembangunan sektor pariwisata di Pecatu dengan catatan masyarakat Pecatu harus menjadi tuan rumah di desanya sendiri. •

Pecatu Art & Music FestivalSaat Pemuda Pecatu Beraksi

Atas: Bupati Badung, I Nyoman Giri Prastha dan Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa menghadiri pembukaan Pecatu Art & Music Festival (kiri). Para peserta unjuk kebolehan dalam Food Curving Competition serangkaian Pecatu Art & Music Festival (kanan). Bawah: Acara Music Day serangkaian Pecatu Art & Music Festival (kiri). Bupati Giri Prastha memberi sambutan saat pembukaan Pecatu Art & Music Festival (kanan).

tersebut anggota DPRD Badung dari Pecatu yang juga Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta; Manajer Pengelola Objek Uluwatu, panglingsir Puri Jro Kuta, Camat Kuta Selatan, Perbekel Pecatu serta undangan lainnya.

Ketua Panit ia , Komang Yoga Puniantara menjelaskan Pecatu Art &Music Festival merupakan festival

Ketua Panitia Pecatu Art & Music Festival, I Nyoman Yoga Puniantara melaporkan pelaksanaan kegiatan saat upacara pembukaan.

Page 11: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

11CATU# 6 ▪ 2016

Gatra Yowana

Sukses Pecatu Art & Music

Festival tak bisa dilepaskan dari

sosok I Nyoman Yoga Puniantara.

Maklum, Ketua Karang Taruna

Sari Buwana Desa Pecatu ini

didapuk sebagai ketua panitia.

Dia bertanggung jawab atas

kelancaran festival yang baru

pertama kali digelar di Pecatu itu.

Namun, Mang Yoga –begitu dia biasa dipanggil—tak mau jika kesuksesan Pecatu Art & Music

Festival dianggap sebagai kesukesan dirinya semata. Menurut Mang Yoga, Pecatu Art & Music Festival merupakan buah kerja bersama para pemuda Pecatu yang didukung berbagai komponen di Desa Pecatu, seperti

Perbekel, Desa Adat, LPM, LPD, pengelola Daya Tarik Wisata Kawasan Luar Pura Uluwatu, dan jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung.

“Saya bangga memimpin sebuah team work yang kompak dan penuh semangat. Kesuksesan festival ini adalah kesuksesan kita bersama,” kata lelaki kelahiran Pecatu, 10 Mei 1982 ini.

Yoga berharap, kebersamaan dan kekompakan tim bisa dijaga dan mengimbas pada tataran yang lebih besar, yakni menjaga dan memajukan Desa Pecatu. Bagi Yoga, Pecatu hanya akan bisa maju jika dibangun dengan semangat kebersamaan.

Yoga memang menyimpan harapan sekaligus kecemasan mengenai masa depan Pecatu. Sebagai generasi muda, Yoga mengakui Pecatu kini mengalami kemajuan pesat. Pecatu menjadi contoh desa yang mengalami transformasi hebat dari desa petani lahan kering kerontang ke desa wisata yang kini mulai menikmati kemakmuran. Kondisi

ini, menurut Yoga, justru menjadi tantangan bagi generasi muda Pecatu, termasuk dirinya.

Namun, Yoga optimistis, dengan kesadaran dan semangat yang kini terus terpupuk, generasi muda Pecatu bisa mengemban tugas mulia itu. “Mau tidak mau, kami, generasi muda Pecatu harus mengambil peran sejak sekarang sehingga kami tahu dan ikut mewarnai dinamika perubahan Pecatu ke arah yang lebih baik,” jelas staf Bagian Kepegawaian LPD Desa Adat Pecatu ini.

Yoga memang memiliki prinsip sederhana dalam melakoni hidup yang turut mewarnai cara pandangnya dalam melihat masa depan desanya. Dia memiliki moto “tetaplah melangkah”. “Hanya orang yang mau dan berani melangkah bisa melakukan perubahan. Karena itu, kita harus tetap melangkah, betapa pun setapak demi setapak,” ujar mantan Marketing & Communication Staff at Klapa.

Menurut Yoga, langkah besar selalu diawali dengan langkah kecil. Karena itu, Yoga mengajak anak-anak muda Pecatu untuk tetap melangkah, dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari langkah-langkah kecil itu, mereka akan melahirkan langkah besar yang memberi arti pada kemajuan dan masa depan Desa Pecatu, selain memberi makna bagi diri sendiri dan keluarga. •

I Nyoman Yoga Puniantara

Tetaplah Melangkah

I Nyoman Yoga Puniantara

Page 12: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

12 CATU # 6 ▪ 2016

Gatra Mitra

Orang Bali sering kali merasa berba-hagia ketika berada dan diterima dalam komunitasnya. Tak jarang

orang Bali lebih memilih bekerja di tempat yang memberi keleluasaan un-tuk mengatur waktu libur meskipun gajinya kecil, tinimbang bekerja pada perusahaan yang begitu ketat dalam memberikan waktu libur kendati pun pendapatannya menggiurkan. “Apang nyidang manyama braya, agar bisa bermasyarakat.” Begitu alasan yang kerap dikemukakan.

I Made Sutanaya (34), wirausaha-wan muda dari Banjar Adat Tengah, Desa Pecatu pun memiliki pandangan serupa. Setelah sembilan tahun menjadi duty manager di Bulgari Hotel dan Ritz Carlton, dia memilih berhenti dan me-mutuskan mendirikan usaha sendiri.

Alasan utamanya memang ingin ber-wirausaha mandiri. Namun, keputusan Sutanaya juga didorong oleh pertim-bangan sosial yang kuat. “Di sini dapat bermasyarakat. Sebagai orang Bali, kita diikat oleh tempekan, oleh banjar,” kata Suta-naya.

Ikatan kuat dengan banjar dan desa adat memang tidak lepas dari pengalaman Su-tanaya selama ini. Dia memang dikenal suka berorganisasi. Dia sem-pat jadi ketua pemuda.

“Dulu di Bulgari, masuk pagi pulang malam. Pagi meeting, siang meeting, jam 6 lagi meeting. Sekarang dengan memiliki usaha sendiri, saya bisa berbi-nis, bermasyarakat juga dapat,” tutur Sutanaya.

Langkah berani

I Made Sutanaya

Berbisnis Bisa, Bermasyarakat Dapat

Sutanaya dimulai pada Januari 2016. Dia mendirikan sebuah usaha di bi-dang kuliner, Warung Bejana. Menu utamanya masakan khas Bali. Sutanaya memang memiliki motivasi kuat untuk mengangkat kuliner khas Bali kepada para wisatawan.

Respons wisatawan asing terhadap menu masakan Bali cukup bagus, teru-tama beberapa bulan pertama. “Menu Bali sempat jadi top seller,” tutur Suta-naya.

Namun, melihat berkembangnya pasar China, Sutanaya pun mulai me-nawarkan menu variatif, terutama masakah China. Kini, diakui Sutanaya, menu masakan Bali di warungnya me-mang mulai digeser menu China, teru-tama mulai Juni 2016. “Namun, menu andalan kami tetap masakan Bali,” kata Sutanaya.

Menu masakan Bali masih diminati tamu-tamu yang bukan bagian tamu grup. ”Tamu couple (pasangan), mis-alnya, selalu ingin mencoba bagaimana

menu Bali itu,” imbuh Sutanaya. Sutanaya bersyukur usahanya makin

berkembang. Kini, dia mempekerjakan 23 karyawan. Mereka semuanya warga Pecatu dan sebagian besar di antaranya adalah keluarganya. Sutanaya men-syukuri, usahanya bisa menampung tenaga kerja lokal Pecatu.

Sutanaya memang memiliki motivasi kuat untuk turut membangun desanya. Pengalaman berorganisasi dan keikuser-taan dalam partai politik makin memu-puk semangatnya membangun desanya menjadi lebih baik. Dia menyimpan

mimpi pariwisata Pecatu bisa berkembang berbasis masyarakat adat.

Kesadaran itu tampa-knya membuatnya memilih bekerja sama dengan LPD Pecatu kala pertama kali mendirikan usaha. Tak hanya meminjam dana untuk modal usaha, juga berdiskusi intensif dengan Ketua LPD Pecatu, I Ketut Giriarta.

“Dulu pertama kali saya ingin (usaha) ini, saya ngo-mongnya kepada Pak Giri. Saya anggap dia mentor. Dia ke sini, dia mantau. Kita tukar pikiranlah de-ngan dia,” tandas Suta-naya.•

I Made Sutanaya.

Menu masakan Bali (balinese food) di Warung Bejana.

Page 13: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

13CATU# 6 ▪ 2016

Gatra MitraHingga tahun 1990-an, belum

ada yang yakin Pecatu bakal

berkembang menjadi salah satu

sentra pariwisata unggulan di

Bali. Saat itu, Pecatu masih identik

dengan lahan tandus yang tidak

menjanjikan. Umumnya warga

Pecatu merupakan petani lahan

kering dan peternak. Dengan

kondisi begitu, tak sedikit pemuda

Pecatu yang memilih keluar untuk

mengubah nasib.

Made Widiana (42), salah seorang pemuda yang terpaksa mengambil langkah keluar

Pecatu. Tak tanggung-tanggung, begitu tamat SMA sekitar tahun 1993, Widiana memilih merantau ke Sulawesi. Keputusan itu diambil karena orangtuanya tidak memiliki uang untuk biaya melanjutkan ke bangku kuliah. Maklum, ayahnya hanya seorang petani yang tidak memiliki lahan.

“Tidak ada orang yang tahu, karena saya lari dari kampung,” tutur Widiana.

Memang, di Sulawesi ada sang paman yang menampungnya. Di sana dia bertemu seorang teman dari Toraja, Natsir lalu mendirikan kursus bahasa Inggris bernama Ches Current Engslih Course. Sampai akhirnya Widiana bertemu orang BPLP Ujungpandang dan memutuskan menempuh pendidikan di sana.

“Saya kenalan dan ikut ke sana, kebetulan saya lulus tes. Dari bantuan paman, bapak juga mau membantu,

walaupun hasil ngadep sampi. Saya semangat meski tidak mampu. Saya dapat the best dari semua kampus,” tutur lelaki kelahiran 31 Desember 1974.

Saat training, Widiana memilih ke Bali sekalian menengok keluarga. Sempat dia bekerja di Hilton selama enam bulan, lalu balik lagi ke Ujungpandang. Dia lalu mengikuti kursus bahasa Jepang lagi. Ada juga dosen dari Jepang yang membimbingnya.

Tahun 1996, Widiana mendapat tawaran bekerja di kapal. Dia pun memutuskan mengikuti tes kerja di Belanda itu dan meninggalkan bangku kuliah. Awal tahun 1997, dia pertama kali meminjam dana di LPD Pecatu untuk biaya berangkat ke luar negeri. Akhirnya pertengahan tahun 1997 dia berangkat ke luar negeri. Gajinya memang sedikit, hanya 450 dolar. Widiana mencari pekerjaan

tambahan hingga bisa mendapatkan 600 dolar. “Itu rekor terpanjang saya di kapal sampai 13 bulan. Tiang pulang tiga bulan, balik lagi. Semangat kerja. Teman-teman sudah mau wisuda, saya tidak melanjutkan kuliah,” kata Widiana.

Widiana pun

I Made WidianaJadi Chef Sushi Berkat 'Ngadep

Sampi'

beberapa kali bolak-balik bekerja di kapal. Dia mengalami berbagai suka dukanya. Dia sempat mendapat promosi tapi juga sempat menjalani hukuman di kapal karena melakukan kesalahan. Di tengah dinamika itu, Widiana kembali lagi ke kampus dan mendapatkan sertifikat D2. “Setelah dalam rentang 11 tahun bekerja di kapal, pada tahun 2008, saya berhenti bekerja di kapal,” ujar Widiana.

Widiana akhirnya memutuskan berbisnis di kampung halamannya, Pecatu. Dengan kemampuan sebagai chef sushi yang dimiliki, pada tahun 2016, Widiana memberanikan diri mendirikan Ulu Wasabi. Untuk mendirikan usahanya ini, Widiana kembali meminjam modal usaha dari LPD Pecatu.

“Saya sangat terbantu dengan adanya LPD Pecatu. Dulu waktu berangkat ke kapal saya bermodalkan dana pinjaman dari LPD, saat mendirikan usaha sendiri, sumber modalnya juga dari LPD,” kata Widiana.•

I Made Widiana.

Menu sushi di Ulu Wasabi.

Page 14: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

14 CATU # 6 ▪ 2016

Gatra Produk

Bahkan, ada kalanya bunga deposito di LPD Pecatu bisa lebih tinggi sehingga

Lima Keuntungan Deposito LPD Pecatu

Dalam situasi ekonomi yang serba tidak pasti seperti sekarang, pili-han investasi mesti benar-benar

ditimbang matang. Faktor risiko wajib menjadi pertimbangan jika tidak ingin investasi yang dipilih berakhir dengan kerugian.

Deposito menjadi salah satu pilihan investasi yang layak dipertimbangkan. Di antara berbagai pilihan investasi, deposito tergolong memiliki tingkat kea-manan yang tinggi.

Memang, jika dibandingkan den-gan pilihan investasi lainnya, deposito memiliki nilai return (hasil balik inves-tasi) yang terbilang kecil. Orang-orang juga kerap membandingkan bunga yang didapat dari deposito tak mampu mengimbangi inflasi yang terus mening-kat setiap tahun.

Akan tetapi, LPD Desa Adat Pecatu menyediakan produk deposito dengan sejumlah fasilitas yang menarik. Menu-rut Kepala Seksi Deposito dan Sibermas LPD Desa Adat Pecatu, I Wayan Dastra, setidaknya ada lima keuntungan yang bisa didapat nasabah deposito LPD Pecatu.

Pertama, bunga bersaing dan me-narik. Bunga deposito di LPD Pecatu tidak kalah dengan bunga deposito yang ditawarkan lembaga keuangan lain.

lebih menarik sebagai pilihan investasi.Keuntungan kedua jika mendeposi-

tokan dana di LPD Pecatu, yakni tidak kena pajak sebagaimana di lembaga keuangan umum lainnya. Ini tidak ter-lepas dari keberadaan LPD Pecatu seba-gai lembaga keuangan khusus komuni-tas adat yang diatur dengan hukum adat dan tidak tunduk dengan peraturan perbankan maupun lembaga keuangan mikro.

Deposito di LPD Pecatu juga bisa digunakan sebagai jaminan kredit. “Me-nariknya lagi, deposan LPD Pecatu bisa mendapatkan fasilitas kredit dengan bunga lebih ringan dari bunga kredit biasa,” imbuh Dastra.

Keuntungan keempat, deposito di LPD Desa Adat Pecatu akan diikutkan dalam undian berhadiah setiap tahun. Setiap kelipatan deposito Rp 1.000.000

mendapat satu kupon undian. Undian berhadiah LPD Pecatu biasanya dilaku-kan saat perayaan hari ulang tahun (HUT) pada bulan Desember. Hadi-ahnya juga semakin menarik. Tak hanya sepeda motor, pada saat-saat tertentu, hadiah utama dalam undian berhadiah di LPD Pecatu juga bisa berupa mobil.

Kelima, menjadi nasabah deposito di LPD Pecatu berarti turut serta memban-gun Desa Adat Pecatu. Pasalnya, LPD Pecatu merupakan lembaga keuangan khusus komunitas milik Desa Adat Pecatu yang keuntungan yang didapat dikembalikan kepada krama melalui berbagai program Desa Adat Pecatu, seperti ngaben massal hingga sapuh leger massal.

Produk deposito LPD Pecatu ter-golong cukup diminati krama Desa Adat Pecatu. Hingga 30 September 2017, tercatat ada 1.851 rekening de-posito, lebih besar dari jumlah nasabah Simpanan Berencana Masyarakat Peca-tu (Sibermas).

“Kalau memang memiliki dana nganggur dan masih bingung mau diinvestasikan ke mana di tengah situ-asi ekonomi yang kurang stabil seperti sekarang, sebaiknya didepositokan saja. Jauh lebih aman,” kata Kepala Bagian Dana LPD Pecatu, I Made Sukersana.•

Page 15: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

15CATU# 6 ▪ 2016

Gatra Parikrama

Perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-29 LPD Desa Adat Pecatu bakal dilaksanakan pada Sabtu, 9 Desem-

ber 2017 mendatang. Kali ini perayaan dilaksanakan secara sederhana. Namun, LPD Pecatu tetap menyiapkan hadiah menarik bagi nasabah dan krama, beru-pa 39 simpanan berjangka dan berbagai hadiah menarik lainnya. Hadiah yang diberikan senilai total Rp 334 juta.

Ketua Panitia HUT ke-29 LPD Peca-tu, I Made Budiarta, S.E., menjelaskan perayaan HUT ke-29 memang dilak-sanakan secara sederhana. “Keseder-hanaan perayaan tak akan mengurangi maknanya untuk merawat kebersamaan antara LPD Pecatu dan krama Desa Adat Pecatu,” kata Budiarta.

Menurut Budiarta, perayaan HUT secara sederhana juga di-karenakan situasi ekono-mi yang memang sedang sulit. Pelambatan ekono-mi yang terjadi cukup lama mesti diikuti dengan penghematan tetapi tetap tidak mengurangi upaya menjaga relasi positif antara LPD Pecatu dan krama Desa Adat Pecatu. Melalui perayaan secara

sederhana, LPD Pecatu ingin menyam-paikan pesan kebersahajaan.

HUT ke-29 tetap akan diisi dengan jalan sehat berhadiah serta safari kes-ehatan untuk krama. Acara pengundian hadiah bagi nasabah penabung, deposi-to dan kredit tetap dilaksanakan dengan hadiah utama 39 simpanan berjangka.

Untuk undian berhadiah, nasabah tabungan dan Sibermas mendapat 1 kupon undian untuk setiap saldo den-gan kelipatan Rp 200.000. Nasabah deposito dengan saldo kelipatan Rp 1.000.000 serta nasabah kredit dengan kategori lancar. Pada malam puncak perayaan, ditampilkan berbagai hiburan dengan bintang tamu Rare Kual.

Pada tahun-tahun sebelumnya, teru-tama setelah HUT ke-25, LPD Pecatu

biasanya memberikan hadiah utama satu unit mobil dan beberapa unit se-peda motor. Pada tahun 2016 lalu, LPD Pecatu memberikan hadiah utama beru-pa 1 unit mobil Honda Brio yang diraih I Ketut Tesa dari Tempekan Pagpagan Banjar Adat Kangin, Pecatu. Selain hadiah mobil, saat itu LPD Pecatu juga memberikan hadiah empat unit sepeda motor dan 34 hadiah hiburan.

Kepala LPD Desa Adat Pecatu, I Ketut Giriarta, S.Pd., M.M., mengata-kan secara prinsip LPD Pecatu tetap berkomitmen menjaga kepercayaan krama Desa Adat Pecatu. Pasalnya, kepercayaan krama menjadi kunci ber-tahan dan berkembangnya LPD Pecatu. Namun, pihaknya juga mengajak krama memahami pentingnya menjaga keber-

lanjutan lembaga keuangan khusus komunitas adat Bali ini di tengah pelambatan ekonomi yang terjadi secara regional, nasional dan global.

“Betapa pun sederhananya perayaan dan hadiah yang diberikan, yang terpenting, LPD Pecatu tetap bisa berbagi kebahagiaan dengan nasabah dan krama,” kata Giriarta. •

39 Hadiah Simpanan Berjangka Saat HUT ke-29

Puncak perayaan HUT ke-28 LPD Pecatu, 11 Desember 2016.

Jalan santai ceria serangkaian HUT ke-28 LPD Pecatu, 11 Desember 2016.

Page 16: Bersama Mencegah 'Hoax' tentang LPD CaTU · rencana kerja LPD Pecatu sepanjang tahun 2017 memang tercapai. Tapi, ... Jauh lebih baik jika informasi itu dikonfirmasi langsung ke LPD

16 CATU # 6 ▪ 2016