bernafaskan al-qur'an dan sunnah menuju pemimpin ideal harapan kita
DESCRIPTION
Al-Qur'anTRANSCRIPT
Berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah, Menuju Pemimpin
Ideal Harapan Kita
Manusia dalam kehidupannya berperan sebagai makhluk sosial yang mana
hidup berkelompok pada daerah tertentu dan dalam kurun waktu tertentu pula.
Dalam kata lain manusia dapat diartikan penduduk pada suatu negara. Dalam
hidup berkelompok tentulah membutuhkan seorang pemimpin yang mana dapat
berperan sebagai panutan, contoh yang baik maupun menjadi penengah dalam
permasalahan yang ada diantara orang-orang yang dipimpinnya.
Islam adalah karunia bagi semesta alam. Islam telah mengajarkan
berbagai aspek kehidupan baik yang berhunbungan dengan ilahi atau pun dengan
manusia lainnya. Islam juga mengajarkan adanya seorang pemimpin / pemegang
kekuasaan pada suatu kaum dan menaatinya sebagaimana firman Allah dalam
surat An-Nisa ayat 59 “ wahai orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.”.
Mengenai pemimpin yang ideal menurut islam, pastilah yang seperti nabi
Muhammad SAW. Beliau, Rasulullah SAW adalah suri tauladan bagi kita sebagai
umatnya. Namun, tidaklah ada manusia yang sempurna. Ideal hanyalah sebuah
teori. Akan tetapi, sebagai manusia yang ingin menjadi lebih baik haruslah
bergerak untuk mendekati keidealan tersebut. Begitu pula dengan seorang
pemimpin. Pemimpin yang ideal dalam islam dapat diartikan sebagai orang yang
mampu mengamalkan sifat-sifat Rasulullah SAW dalam kehidupannya maupun
dalam pemerintahannya dan tentunya tidak meninggalkan Al-Qur’an.
Menurut ajaran islam, yang berhak memimpin adalah laki laki, bukan
wanita. Dalam hal kepemimpinan, Islam mengutamakan laki laki sebagai
pemimpin Hal ini seperti yang difirmankan Allah SWT. dalam surat An Nisa ayat
34 : Kaum laki laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki laki) telah menafkahkan sebagian dari
nafkah mereka sebab itu maka wanita yang soleh adalah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri dst. Berdasarkan ayat tersebut, telah jelas disebutkan bahwa
laki laki adalah pemimpin wanita hal ini dikarenakan Allah telah melebihkan laki-
laki diatas wanita. Sehingga laki laki jauh lebih mampu memimpin daripada
wanita. Selain itu, Rasulullah juga pernah bersabda : Tidaklah sekali kali
beruntung suatu kaum yang dipimpin oleh seorang wanita (HR. Muslim).
Sehingga jelaslah islam mengajarkan kita untuk memilih pemimipin seorang laki
laki.
Kemudian apabila datang perkara terdapat dua calon pemimin yang mana
keduanya adalah seorang laki-laki, lantas apa dasar kita untuk memilih salah satu
diantara mereka?. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 124 “ Dan
ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan
larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakan dengan baik. Allah berfirman:
sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim
bertanya : Dan dari keturunan ku (dijadikan pemimpin)? Allah SWT menjawab:
Janji (amanat) Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim”.
Berdasarkan penggalan ayat tersebut, Allah telah memperjelas bahwa
amanat-Nya (seseorang untuk dijadikan pemimpin) tidak berhak diperoleh orang
yang zalim. Lantas seperti apakah orang zalim tersebut?.
Zalim dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu zalim kepada Allah dan
zalim kepada ummat. Dalam Al-Quran Allah telah menjelaskan mengenai ciri-ciri
orang zalim kepada Allah seperti dalam firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 229
“Dan barang siapa yang melanggar hukum hukum Allah itulah orang orang yang
zalim”. Selain ayat tersebut, Allah juga telah menjelaskan orang zalim yakni
dalam surat Huud ayat 101 dan Al- Baqoroh ayat 165 yaitu Orang yang
menyembah selain Allah. Kemudian zalim kepada umat diterangkan Allah SWT
dalam surat Al Maidah ayat 45 yaitu orang yang mengikuti hawa nafsu dan
merugikan orang lain. Sedangkan menurut para ulama, zalim diartikan sebagai
“menempatkan sesatu bukan pada tempatnya”.
Dalam memilih pemimpin, sepantasnya kita mengenali pribadi calon
pemimpin tersebut. Hal ini penting agar kita tidak dipimpin oleh orang yang salah.
Karena apabila kita dipimpin dengan pemimpin yang tidak mengikuti syariat
agama maka akan membahayakan rakyat dan juga negara yang dipimpinnya.
Pemimpin sepantasnya adalah orang yang dapat memberikan contoh yang baik
kepada rakyatnya. Karena pemimpin identik sebagai panutan bagi pengikutnya.
Sehingga apabila pemimpin melakukan kezaliman maka tidak menutup
kemungkinan rakyatnya pun akan berbuat zalim. Selain itu, dalam surat An Nisa
ayat 5 Allah berfirman untuk menaati Ulil Amri atau pemimpin diantara kita.
Sehingga sepatutnya Ulil Amri adalah orang yang taat kepada Allah dan tidak
melakukan kezaliman.
Balasan bagi penduduk orang zalim adalah kebinasaan seperti yang telah
diterangkan Allah SWT dalam firmannya surat Al-Qashhas ayat 59 : “Dan
Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri negeri, sebelum Dia mengutus
seorang rasul di ibu kotanya yang membacakan ayat – ayat Kami kepada mereka;
dan tidak pernah pula Kami membinasakan (penduduk ) negeri kecuali
penduduknya melakukan kezaliman”. Sehingga ini menjadi cerminan bagi kita
sebagai para penduduk untuk tidak memilih pemimpin yang zalim guna
menghindari kezaliman diantara kita.
Lawan kata dari zalim adalah adil. Adil dapat diartikan “menempatkan
sesuatu pada tempatnya”. Seorang pemimpin sepatutnya memiliki sifat adil. Sifat
adil dilakukan pemimpin dalam memutuskan suatu perkara sehingga tidak
menimbulkan perselisihan diantara kaumnya (red:rakyat). Allah SWT berfirman
dalam surat Shaad ayat 22, “Wahai Daud, kami telah menjadikan kamu khalifah
dibumi, maka berilah keputusan antara manusia dengan hak(adil) dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu”. Kemudian dalam surat Al- Maidah ayat 42 ”Dan
jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara
mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil,”
sehingga dapat kita simpulkan bahwa kita membutuhkan pemimpin yang dapat
bersikap adil.
Adil dapat juga diartikan tidak memihak atau condong kepada satu sisi.
Sehingga pemimpin haruslah bersikap netral dan tidak mengutamakan
kepentingan suatu kelompok atau bahkan kepentingan keluarganya. Allah SWT
berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 8, ”Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena
Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” sedangkan
penjelasan mengenai sikap adil pemimpin antara keluarganya dan orang yang ia
pimpin berdasarkan hadist Rasulullah SAW, “Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash
Radhiyallahu ‘anhu berkata: Bersabda Rasulullah Shalallahu‘alaihi wassalam:
Sesungguhnya mereka-mereka yang berbuat adil di sisi Allah Ta’ala, kelak
mereka akan berada di atas mimbar dari cahaya, dari tangan kanan Allah
ArRahman ‘Azza wa Jalla. Dan kedua tangan Allah Ta’ala adalah kanan. Mereka
adalah orang-orang yang adil dalam menghukumi sesuatu bahkan terhadap
keluarga mereka sendiri, juga terhadap orang-orang yang mereka pimpin. (Hr.
Imam Muslim)
Selain sikap adil, seorang pemimpin sapatutnya memiliki sifat – sifat baik
lainnya dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutannya. Allah berfirman
dalam surat Al- Ahzab ayat 21, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah
itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”. Adapun
sifat-sifat Rasulullah yang dapat dijadikan panutan bagi seorang pemimpin adalah
sifat shiddiq, amanah, fathonah dan tabligh.
Sifat shiddiq dapat diartikan benar atau jujur, sebagai seorang pemimpin
yang menjadi panutan bagi umatnya (red:rakyatnya) haruslah besifat benar/jujur.
Banyak dijumpai para pemimpin yang berbuat dusta. Seperti contohnya adalah
tindakan korupsi. Semakin tinggi jabatan seseorang maka akan semakin mudah ia
berbuat khilaf. Sehingga seorang pemimpin sepatutnya memiliki sifat yang jujur
sehingga dapat dipercaya oleh rakyatnya dan tidak melakukan hal yang
menyimpang.
Amanah artinya dapat dipercaya. Jabatan atau kedudukan adalah suatu
amanah atau kepercayaan sehingga sepatutnya seorang pemimpin menjaga
kepercayaan tersebut dengan sebaik baiknya karena dalam amanah menjadi
seorang pemimpin menyimpan banyak harapan rakyat untuk dapat menjadi lebih
baik. Allah SWT berfirman dalam surat Al Anfaal ayat 27, “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan
(juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.”
Fathonah dapat berarti cerdas, cerdik dan berwawasan luas. Seorang
pemimpin dalam memimpin suatu Negara hendaknya memiliki sifat fathonah.
Misalnya dalam hal menyusun strategi kekutan Negara hendaknya ia cerdik.
Selain itu cerdas dan berwawasan luas, hal ini penting karena apabila seorang
pemimpin bodoh maka ia akan mudah untuk dibodoh bodohi. Seseorang
berwawasan luas derajatnya lebih tinggi daripada orang yang bodoh. Sehingga
apabila seorang pemimpin bodoh maka ia dapat dengan mudah diperalat oleh
orang orang yang lebih berwawasan luas daripadanya.
Tabligh, menyampaikan. Seorang pemimpin sepatutunya dapat
menyampaikan yang hak (kebenaran) kepada rakyatnya. Menyampaikan segala
kebenaran dan tidak menutup nutupinya. Selain itu, tabligh dapat juga diartikan
sebagai da’wah dimana seorang pemimpin juga berperan untuk berda’wah dijalan
yang benar. Sehingga dapat mengangkat derajat rakyatnya dalam arti mengangkat
kejahilan (baik kebodohan ilmu dunia atau agama) dan menyampaikan serta
mempraktekan ajaran agama Allah SWT. Dengan demikian diharapkan selama
pemerintahannya tidak ada penyimpangan dan dapat mengajak rakyatnya pada
jalan yang benar. Sehingga diharapkan, seseorang yang akan menjadi pemimpin
kelak tidak hanya dapat memimpin negara saja melainkan juga sebagai pemimpin
agama yang hak (benar).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang
ideal menurut islam adalah seperti yang telah Allah SWT jelaskan dalam Al-
Qura’an yaitu seorang laki-laki yang mana ia tidak bersifat zalim melainkan
bersifat adil serta menjadikan Rasulullah SAW sebagai suri tauladannya dengan
cara menjadikan sifat - sifat Rasulullah SAW shiddiq, amanah, fathonah dan
tabligh sebagai panutannya baik dalam kehidupannya pribadinya ataupun dalam
menjalankan kepemimpinannya.