berita negara republik indonesiaditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfmenteri...

55
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1022, 2014 KEMENKES. Sumber Daya Kesehatan. Pasca Bencana. Kebutuhan. Kerugian. Kerusakan. Penilaian. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN KERUSAKAN, KERUGIAN, DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA KESEHATAN PASCA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sumber daya kesehatan pasca bencana baik fisik maupun non fisik, perlu segera dilakukan kegiatan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penilaian Kerusakan, Kerugian, dan Kebutuhan Sumber Daya Kesehatan Pasca Bencana; Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara

Upload: others

Post on 01-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

BERITA NEGARAREPUBLIK INDONESIA

No.1022, 2014 KEMENKES. Sumber Daya Kesehatan. PascaBencana. Kebutuhan. Kerugian. Kerusakan.Penilaian.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36 TAHUN 2014

TENTANG

PENILAIAN KERUSAKAN, KERUGIAN, DAN KEBUTUHAN

SUMBER DAYA KESEHATAN PASCA BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kegiatan rehabilitasidan rekonstruksi sumber daya kesehatan pascabencana baik fisik maupun non fisik, perlu segeradilakukan kegiatan penilaian kerusakan,kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pascabencana;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, perlu menetapkanPeraturan Menteri Kesehatan tentang PenilaianKerusakan, Kerugian, dan Kebutuhan SumberDaya Kesehatan Pasca Bencana;

Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 2

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4844);

2. Undang–Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentangPenanggulangan Bencana (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4723);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentangKesehatan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 144, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentangRumah Sakit (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 153, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor5072);

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 783/MENKES/SK/X/2006 tentang Regionalisasi PusatBantuan Penanganan Krisis Kesehatan AkibatBencana sebagaimana telah diubah denganKeputusan Menteri Kesehatan Nomor1228/MENKES/SK/XI/2007;

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 679/MENKES/SK/VI/2007 tentang Organisasi PusatPenanggulangan Krisis Kesehatan Regionalsebagaimana telah diubah dengan KeputusanMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/SK/XI/2007;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi danTata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita NegaraRepublik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585)sebagaimana telah diubah dengan PeraturanMenteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (BeritaNegara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor741);

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013Nomor 1389);

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.10223

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANGPEDOMAN PENILAIAN KERUSAKAN, KERUGIAN, DANKEBUTUHAN SUMBER DAYA KESEHATAN PASCABENCANA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yangmengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupanmasyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ataufaktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkantimbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugianharta benda, dan dampak psikologis.

2. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspekpelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadaipada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuknormalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspekpemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.

3. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dansarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik padatingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utamatumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial danbudaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peranserta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakatpada wilayah pasca bencana.

4. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalahPresiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaanpemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksuddalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, danperangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahandaerah.

6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kesehatan.

Pasal 2

Penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan sumber daya kesehatanpasca bencana bertujuan untuk mengukur skala kerusakan dan

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 4

kerugian sumber daya kesehatan akibat bencana, serta kebutuhansumber daya kesehatan sehingga dapat ditentukan prioritaspenanganan dan menentukan kebutuhan selama kegiatan rehabilitasidan rekonstruksi.

Pasal 3

(1) Kerusakan, kerugian, dan kebutuhan sumber daya kesehatanpasca bencana dapat bersifat fisik maupun non fisik.

(2) Kerusakan sumber daya kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) bersifat fisik, berupa:

a. fasilitas pelayanan kesehatan;

b. bangunan institusi bidang kesehatan:

c. obat dan sediaan farmasi;

d. perbekalan kesehatan; dan

e. prasarana perkantoran.

(3) Kerugian sumber daya kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) bersifat non fisik, berupa:

a. pengeluaran atau biaya dalam penyediaan pelayanan kesehatan;dan/atau

b. kurangnya pelayanan kesehatan akibat kebutuhan yang meningkatatau ketersediaan yang menurun.

(4) Kebutuhan sumber daya kesehatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) bersifat fisik dan non fisik, berupa:

a. kegiatan rehabilitasi dan/atau rekonstruksi fisik;

b. kegiatan pelayanan kesehatan pasca bencana.

Pasal 4

Perkiraan nilai kerugian sumber daya kesehatan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) diperoleh dengan memperhitungkan:

a. waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali kapasitaspelayanan kesehatan sehingga berjalan normal; atau

b. waktu yang digunakan untuk pemantauan dan pengawasanterhadap penyakit menular dan peningkatan angka kesakitan.

Pasal 5

Penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan sumber daya kesehatanpasca bencana dilakukan oleh:

a. dinas kesehatan provinsi dibawah koordinasi Pemerintah Daerahprovinsi; atau

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.10225

b. dinas kesehatan kabupaten/kota dibawah koordinasi PemerintahDaerah kabupaten/kota.

Pasal 6

Penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan sumber daya kesehatandilaksanakan pada minggu terakhir masa tanggap darurat atau setelahmasa tanggap darurat dinyatakan berakhir.

Pasal 7

Pelaksanaan penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan sumberdaya kesehatan pasca bencana dilaksanakan dengan tahapan sebagaiberikut:

a. persiapan;

b. pengumpulan data;

c. analisis data; dan

d. pelaporan.

Pasal 8

(1) Hasil pelaksanaan penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhansumber daya kesehatan pasca bencana sebagaimana dimaksuddalam Pasal 7 harus digunakan sebagai dasar penyusunanrencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.

(2) Penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksisebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus sejalan dengan:

a. perencanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi bidangkesehatan yang selaras dengan perencanaan nasional dandaerah; dan

b. perencanaan penganggaran dan pengelolaan pendanaankegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pasal 9

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan penilaian kerusakan,kerugian, dan kebutuhan sumber daya kesehatan pasca bencanamengacu pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Menteri ini.

Pasal 10

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 6

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundanganPeraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita NegaraRepublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 Juli 2014

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 22 Juli 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.10227

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN

NOMOR 36 TAHUN 2014

TENTANG PENILAIAN KERUSAKAN,KERUGIAN, DAN KEBUTUHANSUMBER DAYA KESEHATAN PASCABENCANA

PENYELENGGARAAN PENILAIAN KERUSAKAN, KERUGIAN,

DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA KESEHATAN PASCA BENCANA

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk negara yang paling rawan terhadap bencana didunia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan PerserikatanBangsa-Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan RisikoBencana (UN-ISDR) tahun 2011. Wilayah Indonesia secara geografis dangeologis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuanempat lempeng tektonik, yaitu lempeng Euroasia, Australia, Pasifik danFilipina dan terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang membentangmulai dari Pulau Sumatera–Jawa–Nusa Tenggara–Sulawesi, sertaterletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu kemarau danhujan, perubahan cuaca yang cukup ekstrim sering menimbulkanberbagai bencana hidrometeorologi. Oleh karena itu Indonesiamenduduki peringkat tinggi untuk ancaman bahaya gempa bumi,tsunami, tanah longsor, banjir dan gunung api.

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Strategi InternasionalPengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR) melaporkan bencana alamyang terjadi sepanjang 2011 diseluruh dunia menyebabkan kerugiansebesar 366 miliar dolar AS atau sekitar 3.361,3 trilliun rupiah.Bappenas melaporkan data total kerugian dan kerusakan pada semuasektor akibat sepuluh kejadian bencana besar di Indonesia sejak tahun2004 sampai 2011 adalah sebesar 112,45 trilliun rupiah, seperti yangterlihat pada tabel berikut.

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 8

Tabel 1.1

Nilai Kerusakan dan Kerugian Akibat Bencana di Indonesia

Tahun 2004-2010

No. Jenis Bencana

dan Lokasi Kejadian

TahunKejadian

Nilai Kerusakandan Kerugian

(dalam Rp)

1. Gempa Bumi dan tsunamiAceh dan Nias

2004 41,4 triliun

2. Gempa Bumi Yogyakarta 2006 29,1 triliun

3. Gempa Bumi SumateraBarat

2007 1,1 triliun

4. Banjir Jakarta 2007 5,2 trliun

5. Gempa Bumi Bengkulu 2007 1,9 triliun

6. Gempa Bumi Padang 2009 21,6 triliun

7. Gempa Bumi Tasikmalaya 2009 7,9 triliun

8. Gempa Bumi dan TsunamiMentawai

2010 0,35 triliun

9. Banjir Bandang Wasior 2010 0,28 triliun

10. Erupsi Gunung Merapi 2010 3,62 triliun

Total 112,45 triliun

Sumber: Bappenas dan BNPB tahun 2011

Menurut data yang tercatat Kementerian Kesehatan selama tahun 2011,frekuensi bencana sebanyak 211 kejadian dan mengakibatkan korbansebanyak 552 orang meninggal dunia, 1.571 orang luka berat, 264orang hilang dan pengungsi sebanyak 144.604 orang.

Setiap kejadian bencana tidak hanya mengakibatkan jatuhnya korbanjiwa dan pengungsi, juga mengakibatkan rusaknya sumber daya dibidang kesehatan seperti fasilitas pelayanan kesehatan, kantor dinaskesehatan dan rumah dinas, serta komponen pendukung pelayanankesehatan (listrik, air bersih dan lain-lain). Kerusakan tersebutmenimbulkan dampak terganggunya fungsi pelayanan kesehatan.Selama tahun 2011 telah mengakibatkan kerusakan 55 fasiltaskesehatan yaitu 3 Rumah Sakit, 9 Puskesmas, 21 Pustu, 19 Polindesdan 3 rumah dinas.

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.10229

Bappenas melaporkan data kerusakan dan kerugian di sektorkesehatan akibat sepuluh kejadian bencana di Indonesia dari tahun2004 sampai 2010 yaitu sebesar 1,65 triliun rupiah, seperti yangterlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.2 Nilai Kerusakan dan Kerugian Sub Sektor Kesehatan

Akibat Bencana di Indonesia Tahun 2004–2010

No. Jenis Bencana TahunKejadian

Nilai Kerusakan danKerugian (dalam Rp)

1. Gempa Bumi dan TsunamiAceh dan Nias

2004 855 miliar

2. Gempa Bumi Yogyakarta 2006 1,5 miliar

3. Gempa Bumi SumateraBarat

2007 11,2 miliar

4. Banjir Jakarta 2007 0,18 miliar

5. Gempa Bumi Bengkulu 2007 11,1 milyar

6. Gempa Bumi Padang 2009 744,3 miliar

7. Gempa Bumi Tasikmalaya 2009 11, 06 miliar

8. Gempa Bumi dan TsunamiMentawai

2010 1, 07 miliar

9. Banjir Bandang Wasior 2010 1,7 miliar

10. Erupsi Gunung Merapi 2010 14,5 miliar

Total 1651,61 miliar

Sumber: Bappenas dan BNPB 2011

Sepanjang tahun 2011, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkandana sebesar 9,03 miliar rupiah untuk klaim tagihan pengobatan danperawatan pasien di rumah sakit serta 954,6 juta rupiah untukbantuan operasional penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.Pengeluaran-pengeluaran tersebut merupakan kerugian yang harusdikeluarkan sebagai bentuk tanggung jawab dalam memberikanpelayanan kesehatan bagi korban bencana dan biaya operasionaltambahan yang dikeluarkan untuk kegiatan penanganan tanggapdarurat dan pemulihan darurat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai badan yangbertanggung jawab dalam penanggulangan bencana di Indonesia, telahmelakukan kegiatan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhanpasca bencana. Berikut dibawah ini adalah salah satu kegiatanpenilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana GunungMerapi tahun 2010 baik di semua sektor maupun sektor kesehatan.

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 10

Letusan Gunung Merapi pada tanggal 25 Oktober 2010 menyebabkankerusakan dan kerugian yang cukup besar di empat kabupaten yaituMagelang, Boyolali, Klaten dan Sleman. Perhitungan nilai kerusakan,kerugian dan dampak ekonomi dilakukan pada 5 sektor yaituperumahan, sosial (pendidikan, kesehatan, agama), ekonomi produktif(pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, perdagangan,pariwisata), prasarana (transportasi darat dan udara, air bersih,sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi), dan lintas sektor(pemerintahan, keuangan dan lingkungan hidup). Menurut data BNPBper tanggal 31 Desember 2010 erupsi Gunung Merapi mengakibatkankerusakan dan kerugian sebesar Rp 3,62 triliun dengan kerusakan dankerugian sektor sosial (termasuk didalamnya sub sektor kesehatan)sebesar Rp 122,47 miliar (3,38%).

Pemulihan pada sub sektor kesehatan pasca letusan Gunung Merapiberupa pembangunan infrastruktur kesehatan yang meliputipuskesmas, puskesmas pembantu dan klinik swasta, di dukung dengankegiatan konseling kesehatan terhadap masyarakat serta pendampinganmasyarakat. Sasaran pemulihan sub sektor kesehatan adalahpenyediaan puskesmas, pustu, pelayanan kesehatan, pelayanan gizidan pengobatan psikososial.

Selama ini peran Kementerian Kesehatan dalam rehabilitasi danrekonstruksi pasca bencana adalah menyediakan data dampakkerusakan akibat krisis kesehatan sebagai bahan Rapat DengarPendapat di DPR, melakukan verifikasi kerusakan ke lokasi bencanadibawah koordinasi BNPB dan Kemenkokesra serta membayar klaimpengobatan dan perawatan pasien. Selain itu Kementerian Kesehatanmengkoordinir pelaksanaan surveilans gizi di lokasi pengungsian pascagempa di Sumatera Barat, Jawa Barat maupun erupsi Merapi di DIYdan Jawa Tengah.

Berdasarkan data-data dan pengalaman di atas, menunjukkan bahwapenanganan krisis kesehatan pasca bencana sangat penting dalamrangka pembangunan yang berwawasan pengurangan risiko bencana.Penguatan daya tahan masyarakat yang hidup di daerah rawan danmengalami dampak langsung bencana, merupakan tanggung jawabpemerintah dan pemerintah daerah. Program penguatan tersebutharuslah berbasis data dan pengalaman yang ada serta didukungadanya kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan pascabencana di sektor kesehatan. Oleh karena itu diperlukan suatu acuandalam melakukan penilaian kerusakan, kerugian serta kebutuhanbidang kesehatan pasca bencana.

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102211

BAB II

PELAKSANAAN PENILAIAN

A. Waktu Pelaksanaan Penilaian

Penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidang kesehatanpasca bencana adalah suatu rangkaian kegiatan penilaian, analisisdampak dan perkiraan kebutuhan bidang kesehatan yangmelibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta danmasyarakat. Hasil rangkaian kegiatan tersebut merupakan dasardalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kesehatanjangka pendek dan menengah.

Pelaksanaan penilaian sebaiknya tidak dilakukan saat kegiatanpenyelamatan dan pelayanan kesehatan darurat sedang berjalanatau sampai selesai dilakukan, sehingga tidak akan mengganggukegiatan utama pada masa tanggap darurat serta untukmeyakinkan ketersediaan sejumlah informasi kuantitatif tentangkerusakan dan kerugian akibat bencana. Selain itu karenarangkaian pelaksanaan penilaian juga melibatkan tenaga kesehatansetempat karena lebih memahami karakteristik wilayah, budaya,bahasa maupun aksesibilitas ke lokasi serta komunitas/tokohmasyarakat yang terdampak bencana sedangkan pada masatanggap darurat tenaga kesehatan lokal sibuk dengan kegiatanpelayanan kesehatan sampai kondisi berangsur pulih.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka waktu yang tepat untukpelaksanaan penilaian adalah pada minggu terakhir masa tanggapdarurat atau segera setelah masa tanggap darurat berakhir.

B. Langkah-Langkah Penilaian

Pelaksanaan penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana dibagi dalam tahap-tahap kegiatan yaitupersiapan, pengumpulan data, analisis, dan pelaporan.

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 12

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102213

1. Persiapan

a. Pengorganisasian

Pembentukan tim penilaian kerusakan, kerugian dankebutuhan bidang kesehatan pasca bencana di sektorkesehatan sebaiknya dibentuk oleh kepala dinaskesehatan sebagai penanggung jawab upayapenanggulangan bencana. Pembentukan tim ini bertujuanuntuk memudahkan proses penilaian kerusakan, kerugiandan kebutuhan pasca bencana di sektor kesehatan.

Gambar 3.1

Susunan Tim Pelaksana Penilaian Kerusakan, Kerugian danKebutuhan Pasca Bencana

b. Tugas tim penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhanbidang kesehatan pasca bencana di sektor kesehatan:

1) merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaanpenilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pascabencana

2) melakukan proses pengumpulan data

3) melakukan pengolahan dan analisis data

4) menyusun pelaporan penilaian kerusakan dankerugian pasca bencana

5) menyusun perkiraan kebutuhan pasca bencana

Penanggung Jawab

Ketua

Tim Ahli

Anggota (Pengumpul danPengolah Data)

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 14

c. Susunan tim penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhanbidang kesehatan pasca bencana terdiri dari:

1) Penanggung jawab

Bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaanhingga pelaporan kerusakan, kerugian dankebutuhan.

Penanggung jawab di tingkat pusat adalah pejabatminimal setingkat eselon 2 yang memilikikaitan/peranan yang erat dengan kegiatan penilaiankerusakan, kerugian dan kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana. Sedangkan penanggungjawab tim di tingkat daerah adalah kepala dinaskesehatan provinsi/kabupaten/kota atau pejabatsetingkat eselon 2 yang memiliki kaitan/peranan yangerat dengan kegiatan penilaian kerusakan, kerugiandan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana.

2) Ketua

Memimpin proses perencanaan, pengolahan,analisis data dan pelaporan serta evaluasi. Secarakhusus ketua tim pelaksana penilaian kerusakan,kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pascabencana bertanggung jawab untuk mengoordinasikandan mengawasi keseluruhan proses penilaiankerusakan dan kerugian, mulai dari perencanaan,pengumpulan data, pengolahan, analisis data danpenyusunan laporan.

Ketua penilaian kerusakan, kerugian dankebutuhan di tingkat pusat adalah pejabat minimalsetingkat eselon 3 yang memiliki kaitan/peranan yangerat dengan kegiatan penilaian kerusakan, kerugiandan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana.Sedangkan ketua tim di tingkat daerah adalah pejabatsetingkat eselon 3 yang memiliki kaitan/peranan yangerat dengan kegiatan penilaian kerusakan, kerugiandan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana.

3) Anggota (Pengumpul dan Pengolah Data)

Tenaga pengumpul dan pengolah data di tingkatpusat terdiri unit-unit terkait di lingkunganKementerian Kesehatan. Tenaga pengumpul danpengolah data di tingkat daerah terdiri dari unit-unit

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102215

terkait di lingkungan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.

Pengumpul dan pengolah data bertugas untuk:

a) mengumpulkan data penilaian kerusakan,kerugian dan kebutuhan pasca bencana, baikpenilaian kerusakan dan kerugian maupunpenilaian gangguan terhadap akses,proses/fungsi dan kerentanan. Timmengumpulkan data sekunder melalui kajiandokumen atau data sekunder, dan data primermelalui pendataan, survei (observasi), wawancarainforman kunci, dan diskusi kelompok terfokus.

b) Mengolah dan menganalisa data, baik data akibatdan dampak bencana serta data kebutuhanpemulihan dan penyusunan laporan.

Anggota tim melibatkan tenaga lokal karena lebihmemahami karakteristik wilayah, budaya, bahasamaupun aksesibilitas ke lokasi sertakomunitas/tokoh masyarakat yang terdampakbencana. Informasi yang diberikan oleh tenagalokal ini juga dapat digunakan sebagai masukanpenting dalam analisa data dan penyusunanlaporan.

Jumlah anggota tim pengumpul data ditentukanberdasarkan luasnya daerah yang terkenabencana, jumlah sampling wilayah, jumlahresponden dan sebarannya serta partisipan yangdilibatkan. Bila dampak bencana sangat luasdapat dibentuk beberapa tim untuk melakukanpenilaian.

Tim perlu menentukan teknik pengolahan datayang akan digunakan, apakah pengolahan datadilakukan langsung di lokasi atau terpusatsetelah data terkumpul. Tim mempersiapkanform-form untuk pengolahan data.

4) Tenaga Ahli

Dukungan tenaga ahli dibutuhkan untuk memberikanmasukan dalam pengumpulan data, pengolahan datadan penyusunan laporan serta rekomendasi penilaianpasca bencana. Ahli-ahli yang dibutuhkan berasaldari Kementerian/Lembaga, SKPD atau institusi lain

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 16

yang memiliki kompetensi dalam hal tersebut.

Proses pembentukan tim

Tim penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana dibentuk dengan prosedursebagai berikut:

a) Tingkat Pusat

PPKK menulis surat resmi permohonanketerlibatan kepada lintas program terkait, untukmembentuk tim penilaian kerusakan, kerugian dankebutuhan bidang kesehatan pasca bencana. Timtersebut bertugas melakukan penilaian atau verifikasihasil penilaian dari dinas kesehatanprovinsi/kabupaten/kota. SK pembentukan timditetapkan oleh Kepala PPKK menyebutkan strukturtim berikut personel yang terlibat. Selanjutnya PPKKmelakukan koordinasi melalui rapat koordinasi yangmenjelaskan mengenai proses penilaian yang mengacupada kerangka acuan kerja yang telah disusun berikuttanggung jawab dan tugas seluruh anggota tim.Dalam pelaksanaannya dapat berdiri sendiri ataudibawah koordinasi BNPB.

Cat: tim pusat dibentuk setelah hasil penilaiandari daerah.

b) Tingkat Daerah

Kepala dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kotamenetapkan SK pembentukan tim untuk melakukanpenilaian. SK pembentukan tim menyebutkanstruktur tim berikut personel yang terlibat. Kepaladinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota melakukankoordinasi tim melalui rapat koordinasi yangmenjelaskan mengenai proses penilaian kerusakan,kerugian dan kebutuhan mengacu pada kerangkaacuan kerja yang telah disusun, berikut tanggungjawab seluruh personel tim. Dalam pelaksanaannyadapat berdiri sendiri atau berkoordinasi denganBPBD.

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102217

d. Koordinasi

1) Tingkat Pusat

Pada tingkat pusat, PPKK Kementerian Kesehatanberperan sebagai koordinator atau verifikator kegiatanpenilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana. Dalam kegiatan ini PPKKmelibatkan beberapa unit terkait di lingkunganKementerian Kesehatan. Keterlibatan beberapa unitterkait bertujuan untuk memperoleh informasimengenai dampak bencana, penanganan yang telahdilakukan dan masukan terkait rencana upayapenanggulangan pasca bencana sesuai tugas danfungsi masing–masing unit.

2) Tingkat Daerah

Kegiatan penilaian kerusakan, kerugian dankebutuhan bidang kesehatan pasca bencanaberkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota, BPBDProvinsi dan BNPB sesuai dengan tingkat eskalasibencana yang terjadi. Misal sebuah bencana terjadi diwilayah sebuah kabupaten, maka BPBD Kabupatentersebut berperan sebagai koordinator SKPD yangmelakukan kegiatan penilaian.

Penilaian dapat dilakukan oleh Puskesmas,Rumah Sakit dan unit teknis pelayanan kesehatanlain baik negeri maupun swasta. Kegiatan penilaiankerusakan, kerugian dan kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana dikoordinir oleh dinaskesehatan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengantingkat eskalasi bencana yang terjadi. Untukselanjutnya hasil penilaian tersebut dilaporkankepada BPBD selaku koordinator.

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 18

Gambar 3.2 Hubungan Koordinasi antara Pusat dan Daerahdalam Penilaian Kerusakan, Kerugian Dan Kebutuhan Pasca

Bencana

2. Pengumpulan dan Pengolahan Data

Data yang diambil saat proses penilaian kerusakan, kerugian dankebutuhan bidang kesehatan pasca bencana dibagi menjadi 2,yaitu data sekunder dan data primer. Data–data ini pada sektorkesehatan dapat diperoleh dari kementerian dan lembagapemerintah serta lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan.

Data sekunder dapat berupa data dasar yang dimiliki, baik berupadata tentang letak geografis, demografis, fasilitas umum dan data-data terkait kesehatan.

BNPB

BPBD Provinsi

PPKK Kemenkes K/L/D/I lain

SKPDDinkes Provinsi

PPK Regional

BPBD Kab/Kota

SKPDDinkes Kab/Kota

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102219

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 20

Pelaksanaan metode pengumpulan data harus menggunakanprosedur yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya secarailmiah. Masing-masing komponen penilaian kerusakan, kerugiandan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana membutuhkanmetode pengumpulan data yang berbeda-beda. Langkah-langkahpengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Pengumpulan Data

Sebelum melakukan penilaian di lokasi bencana, tim perlumelakukan persiapan dengan tujuan sebagai berikut:

1) menetapkan tugas dan fungsi anggota tim di lapangan;

2) menetapkan data sekunder yang harus dikumpulkan danbagaimana mendapatkannya;

3) mengetahui aspek-aspek yang harus diamati danpencatatan hasil pengamatan;

4) menetapkan kriteria narasumber, responden, kriteriainforman kunci dan partisipan yang harus dilibatkandalam penilaian kerusakan dan kerugian;

5) mengetahui cara mengajukan pertanyaan melaluikuesioner dan pengisian lembar kuesioner;

6) mengetahui cara melakukan interview informan kunci dandiskusi kelompok terfokus;

7) memahami cara pengisian formulir pendataan kerusakandan kerugian bidang kesehatan;

8) mengetahui cara memasukkan dan mengolah data yangdiperoleh serta pengiriman data;

9) mengetahui koordinasi dan konsolidasi yang harusdilakukan di lapangan.

2. Pengumpulan Data

1) Pengumpulan Data Sekunder

Tim pengumpul data mengumpulkan data sekunderberupa data sekunder sebelum bencana dan datasekunder akibat bencana. Data sekunder dapat berupadata dasar sebelum terjadi bencana di suatu wilayah,berupa data yang menunjukkan jumlah dan kondisifasilitas pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmasdan lain-lain serta faktor yang berkaitan sebelum bencana.Data ini digunakan untuk menganalisis kondisi sebelumbencana untuk kemudian dibandingkan dengan kondisisetelah bencana terjadi, sehingga dapat diketahui akibat

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102221

dan dampaknya. Data ini juga digunakan untukmelakukan pengujian kesahihan data (validasi) setelahkejadian bencana.

Di samping data sekunder sebelum bencana, timpengumpul data perlu juga mengumpulkan data sekunderakibat bencana, antara lain dari data hasil kaji cepat padafase tanggap darurat. Data sekunder akibat bencana inijuga mencakup data tentang kronologis bencana yangterjadi, intensitas dan skala bencana, wilayah yangterdampak bencana, jumlah korban dan kerusakan yangdialami.

Pengumpulan data sekunder dilakukan terhadaporganisasi pemerintah daerah, dalam hal ini dinaskesehatan provinsi/kabupaten/kota dengan menggunakanformulir 2 – 6 sebagaimana terlampir.

Tabel 3.2

Contoh data sekunder yang perlu dikumpulkan

Data Sekunder SebelumBencana

Data Sekunder AkibatBencana

1. Kondisi alkes difasyankes

2. Jumlah tenagakesehatan difasyankes

3. Ketersediaan obat-obatan

1. Kerusakan bangunanfasyankes

2. Kerusakan alkesakibat bencana

3. Keterbatasan obat-obatan saat tanggapdarurat

2) Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil inventarisasi, survei(observasi) dan wawancara langsung di lapangan denganmenggunakan alat–alat yang telah dipersiapkansebelumnya, seperti kamera, alat perekam dan alat tulis.Pengumpulan data yang diambil terkait dengan kerusakandan kerugian yang terjadi, juga terkait dengan gangguanterhadap akses, fungsi dan peningkatan risiko terjadinyakrisis kesehatan akibat bencana.

Pengumpulan data primer terkait dengan kerusakan,kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan dilakukan

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 22

dengan menggunakan formulir 1 sebagaimana terlampir.Tim pengumpul data mengumpulkan data melaluibeberapa cara sebagai berikut:

a) inventarisasi

Pengumpulan data terkait dengan kerusakan dankerugian dilakukan dengan menggunakan formulirinventarisasi kerusakan dan kerugian yang berisiantara lain jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yangrusak dan jumlah kerugian akibat hilangnyakesempatan untuk memperoleh keuntungan karenakerusakan fasilitas pelayanan kesehatan.

b) pendataan ke organisasi pemerintahan daerah

Pendataan ke organisasi pemerintah daerah untukmendapatkan data jumlah pelayanan kesehatan yangterganggu akibat bencana.

c) survei

Survei dilakukan dengan menggunakan form untukmendapatkan data jumlah keluarga dan orang yangkehilangan akses terhadap pelayanan kesehatan.

d) wawancara informan kunci

Wawancara dengan informan kunci juga dapatdigunakan untuk mendapatkan data terkaitkerusakan dan kerugian, gangguan terhadap aksesdan fungsi pelayanan kesehatan serta peningkatanrisiko.

e) diskusi kelompok terfokus

Diskusi kelompok terfokus adalah mengkaji dampakbencana yang dilakukan oleh tim pengumpul datamelibatkan para ahli, praktisi, tokoh masyarakat danpemegang otoritas kebijakan.

3. Validasi Data

Data yang diperoleh dilakukan pemeriksaan silang (validasi)dengan berbagai sumber, melalui cara-cara berikut ini:

1) membandingkan data akibat bencana dengan datasebelum bencana, terutama dengan melihat konsistensijumlah dan perubahan yang mungkin tidak masuk akalatau menimbulkan keraguan atas keakuratannya.

2) mengkonfirmasikan kepada narasumber strategis yangkredibel, misalnya institusi pemerintah dan nonpemerintah yang bekerja di lokasi bencana.

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102223

3) mengobservasi lapangan adalah cara yang dapat dipercayauntuk melakukan pemeriksaan silang atas informasisekunder yang diterima, walaupun membutuhkan banyakwaktu dan biaya.

4) membandingkan dengan laporan media massa ataulaporan organisasi non pemerintah yang kredibel.

5) menganalisis peta dan foto udara setelah terjadi bencana,umumnya tersedia peta daerah-daerah yang terkenadampak bencana beserta intensitasnya, sehingga dapatdibandingkan kesesuaian antara data kerusakan denganintensitas bencana masing-masing daerah.

4. Metode penghitungan data

1) Penilaian

Penilaian meliputi penilaian kerusakan, kerugian,gangguan akses, gangguan fungsi dan risiko dapatmenggunakan formulir 7 sebagaimana terlampir.

a) Penilaian kerusakan

Nilai kerusakan diperoleh dengan mengkalikan datajumlah unit fisik yang rusak dengan harga satuanyang diperoleh pada saat pengumpulan data primer.Penilaian kerusakan menggunakan formulir 9sebagaimana terlampir.

Tingkat kerusakan terdiri dari rusak berat, rusaksedang dan rusak ringan.

Harga (biaya) satuan berbeda menurut tingkatkerusakannya.

b) Penilaian kerugian

Mengidentifikasi komponen kerugian akibatkerusakan pasca bencana. Misalnya jumlah poskesdan biaya pembentukan poskes (pendirian tendapengganti bangunan bersifat sementara) untukpelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan yangdimobilisasi di fasyankes dan biaya operasionalnya.

Nilai Kerusakan = Jumlah unit fisik yang rusak sesuaitingkat kerusakan X harga (biaya satuan)

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 24

c) Penilaian Gangguan Akses

Gangguan akses terhadap kebutuhan dasar yangharus dipenuhi karena merupakan hak masyarakatyang terkena dampak bencana.

Tabel 3.3 Penilaian Gangguan Akses

Komponen Akses Isu Penilaian Gangguan Akses

Hak memperoleh

pelayanan

kesehatan

- Berapa jumlah tenaga

kesehatan yang melakukan

pelayanan bergerak? Berapa

biaya operasional mobilisasi

tenaga tersebut?

- Berapa jumlah ambulan

beserta biaya operasionalnya

untuk yankes bergerak?

d) Penilaian Gangguan Fungsi

Penilaian gangguan fungsi bersifat kualitatif dandapat dianalisa melalui tabel berikut:

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102225

Tabel 3.4 Penilaian Gangguan Fungsi

Gangguan

Fungsi

Isu Penilaian Gangguan Fungsi

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan

1. Bagaimana fasilitas pelayanan

kesehatan tersebut berfungsi

selama masa tanggap darurat

hingga sekarang?

2. Bagaimana peran fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut

setelah bencana terjadi?

3. Bagaimana kondisi fasilitas

pelayanan kesehatan tersebut

setelah kejadian bencana?

4. Jika fasilitas pelayanan kesehatan

tersebut tidak berfungsi apa

dampaknya terhadap masyarakat?

5. Bagaimana cara memaksimalkan

peran fasilitas pelayanan

kesehatan tersebut setelah

kejadian bencana? Apakah tenaga

medis dapat bekerja sesuai

fungsinya?

6. Bagaimana pemenuhan

kebutuhan obat-obatan?

e) Penilaian Risiko

Risiko bencana dipahami sebagai interaksi antarakerentanan, kapasitas masyarakat dan pemerintahdalam menghadapi ancaman bencana dengankarakter tertentu. Tabel berikut ini dapat membantumengkaji peningkatan risiko sebagai akibat bencanasecara kualitatif.

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 26

Tabel 3.5 Penilaian Risiko

Karakter

KesehatanIsu Penilaian Risiko

Kerentanan

masyarakat

1. Kelompok sosial mana yang

paling rentan untuk

mendapat gangguan

kesehatan akibat kejadian

bencana

2. Apa bentuk kerentanannya?

3. Apa sebab-sebab mereka

menjadi rentan?

4. Bagaimana cara mengatasi

hal tersebut?

Tabel 3.6

Contoh hal-hal yang dinilai pada variabel kerusakan, kerugian dankebutuhan sumber daya kesehatan pasca bencana

UpayaKesehatan

Kerusakan Kerugian Kebutuhan

Kerusakanmencakupkerusakankeseluruhanataupunsebagian saranafisik berupabangunan,infrastruktur,instalasi,peralatan,mesin,perlengkapan,perabotan, dansebagainyaakibat bencana

Kerugian meliputipeningkatanpengeluaran ataubiaya dalampenyediaanpelayanan kesehatan,serta hilangnyapendapatan fasilitaspelayanan kesehatansebagai dampakbencana termasukjuga kurangnyapelayanan kesehatanakibat kebutuhanyang meningkat atauketersediaan yangmenurun

Kebutuhanmerupakan usahalebih yang harusdikeluarkan untukpelayanankesehatan bagikorban luka beratdan pengungsisetelah fasetanggap daruratsampai 6 bulan kedepan.

Bina Upaya Kesehatan Dasar

1. NilaikerusakanbangunanPuskesmas(Rp)

1. a. Biaya pendiriantenda poskes (Rp)

b. Biaya pelayananmobile (Rp)

c. ...dst

1. Biayarehabilitasi/rekonstruksi Pkmyang rusak (Rp)

2. Biaya pengadaan

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102227

UpayaKesehatan

Kerusakan Kerugian Kebutuhan

2. NilaikerusakanalkesPuskesmas(Rp)

3. Nilaikerusakanbank darah(Rp)

4. ....

5. ....

2. a. Biaya pembelianalat kesehatan (Rp)

b. ....dst

3. a. Biayapenyewaan storage(refrigerator)kantong darah (Rp)

b. ...dst

4. Biaya perawatan diPuskesmas (Rp)

5. Biaya operasionalrujukan (Rp)

alat kesehatan diPkm yang rusak(Rp)

3. Biaya pengadaanstorage kantongdarah yang rusak(Rp)

4. ...dst

Bina Upaya Kesehatan Rujukan

1. Nilaikerusakanbangunan RS(Rp)

2. Nilaikerusakanalkes RS (Rp)

3. ...dst

1. a. Biaya pendiriantenda yankes di RS(Rp)

b. Biaya rujukanke RS lain (Rp)

2. a. Biaya pembelianalkes RS (Rp)

b. Biayapeminjaman alkesRS (Rp)

c. ...dst

3. Biaya perawatankorban di RS (Rp)

4. ...dst

1. Biayarehabilitasi/rekonstruksi RS yangrusak (Rp)

2. Biaya pengadaanalkes RS yangrusak (Rp)

3. Biaya rehabilitasimedik korban(Rp)

4. Biaya prothesiskasus amputasi(Rp)

Kesehatan Jiwa

1. Nilai obat –obatanpenyakit jiwayang hilangatau rusak(Rp)

2. Nilai fasilitaskesehatanjiwa yangrusak (Rp)

1. a. Biaya pembelianobat-obatanpenyakit jiwa (Rp)

b. Biaya rujukanke RS lain (Rp)

2. Biaya perawatanpasien keswaakibat bencana(Rp)

1. Biaya pengadaanobat-obatan (Rp)

2. Biayarehabilitasi/rekonstruksi RS Jiwa(Rp)

3. Biaya perawatanpasien keswaakibat bencana(Rp)

Kesehatan Reproduksi

1. Nilaikerusakansarana

1. Biaya penyewaansarana pelayananpersalinan dan

1. Biayarehabilitasi/rekonstruksi sarana

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 28

UpayaKesehatan

Kerusakan Kerugian Kebutuhan

prasaranapelayananpersalinandankesehatanreproduksi(Rp)

kespro (Rp)

2. Biaya pembelianobat dan bahanKB (Rp)

3. ...dst

prasaranapelayananpersalinan dankespro (Rp)

2. Biaya pembelianobat dan bahanKB (Rp)

3. Biaya penyediaanbilik asmara (Rp)

4. Biaya konselingkorbanpemerkosaan danperawatanpersalinandarurat (Rp)

5. ...dst

Kesehatan Anak

1. Biaya perawatananak/balita/bayi(Rp)

2. Biaya perawatanmalnutrisi/penyakit akibat interaksidi antara anakyang rentan (Rp)

3. ...dst

1. Biaya perawatankasus ARI (Rp)

2. Biaya perawatankasus diare padaanak/bayi/balita(Rp)

3. Biaya perawatanbayi dasar untukbayi baru lahir difaskes (Rp)

4. ...dst

Bina Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan

1. Nilaikerusakangudangpenyimpananobat danperbekalankesehatan(Rp)

2. Nilaikerusakanobat danperbekalankesehatan(Rp)

3. ...dst

1. Biaya penyewaangudang sementara(Rp)

2. Biaya pembelianobat danperbekalankesehatan (Rp)

3. Biaya operasionalmobilisasi obatdan perbekalankesehatan (Rp)

4. ...dst

1. Biayarehabilitasi/rekonstruksi gudangpenyimpanan(Rp)

2. Biaya pengadaanobat danperbekalankesehatan (Rp)

3. Biaya operasionalmobilisasi obatdan perbekalankesehatan (Rp)

4. ...dst

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102229

UpayaKesehatan

Kerusakan Kerugian Kebutuhan

Bina Gizi Masyarakat

1. Biaya mobilisasilogistik gizi (Rp)

2. Biaya operasionalkonseling gizi (Rp)

3. ...dst

1. Biaya screeningmalnutrisi (Rp)

2. Biaya pemberianmakanansuplemen dantherapeutik (Rp)

3. ...dst

Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

1. Imunisasi - Nilai bahandan alatvaksin yangrusak (Rp)

- Nilai lemaripendinginyang rusak(Rp)

- ...dst

1. Biaya imunisasimassal (Rp)

2. Meningkatnyainsidens/prevalensipenyakit yangdapat dicegahdengan imunisasi(campak, difteri,tetanus, polio,hepatitis, TB)

1. Biaya perbaikandan penyediaanalat dan bahanimunisasi (Rp)

2. Biaya pelayananimunisasitambahan dipengungsian/shelter (crashprogram)(dikombinasidenganpemberianvitamin A,kelambu, obatkecacingan, dll)(Rp)

3. Biaya Revitalisasipelayananimunisasi rutin(Rp)

4. Biaya transportdan operasionalpetugas vaksin,serta mobilisasilogistik (Rp)

2. Surveilans 1. Nilaiperangkatsisteminformasi(telepon, fax,radiokomunikasi,scanner,computer)yang rusak

1. Biaya perbaikanatau peminjamanperangkat sisteminformasi (Rp)

2. Dst...

1. Biaya perbaikandan penyediaanperangkat sisteminformasi

2. Biaya revitalisasisistem surveilansrutin

3. Biaya transportdan operasionalpetugas

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 30

UpayaKesehatan

Kerusakan Kerugian Kebutuhan

2. dst... surveilans, sertamobilisasi logistik

3. Pengendalian PenyakitMenular

1. Nilai obat –obatanpengendalianpenyakitmenularseperti obatTB, Malaria,ISPA, Kusta,HIV/ AIDS,Diare, dllyang rusak

1. Biaya pembelianatau pengirimanobat-obatanpenyakit TB,Malaria, ISPA,Kusta, HIV/ AIDS,DIare, dll

2. Biaya penangananpenyakit menularseperti HIV,malaria, tifoid,diare, TB

3. Dst...

1. Biaya pengadaanatau pengirimanobat – obatanpenyakit menular

2. Biayapengendalianpenyakit menular

3. Biaya membuatperingatanstandar(pendistribusiankit higienis,desinfektan dankotakkeselamatan)

4. Biayapendistribusiankelambu secaramasal

5. Biaya pelacakandan perawatanpasien TB

6. Biayapengukuranpencegahan HIVsecara tepat

4. PengendalianPenyakit TidakMenular

1. Nilai obat –obatanpengendalianpenyakittidakmenularseperti obatHipertensi,DM, Jantung,dll, yangrusak

2. Nilai alatpemeriksakadar GD,kolesterol,dan tekanandarah yangrusak

1. Biaya pembelianatau pengirimanobat – obatanpengendalianpenyakit tidakmenular sepertiobat Hipertensi,DM, Jantung, dll,yang rusak

2. Biaya perbaikanalat pemeriksakadar GD,kolesterol, dantekanan darah

3. Dst...

1. Biaya pengadaanatau pengirimanobat – obatanpenyakit menular

2. Biaya perbaikanatau pengadaanalat pemeriksaGD, Kolesterol,TD

3. Biaya kegiatanpengendalianpenyakit tidakmenular

4. Dst...

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102231

UpayaKesehatan

Kerusakan Kerugian Kebutuhan

5. PenyehatanLingkungan

1. Nilaikerusakansarana airbersih

2. Nilaikerusakanjamban

3. Nilaikerusakan airlimbah

4. Nilaikerusakansaranapembuangansampah

5. Nilaikerusakansarana danalatpemeriksaankualitasudara

1. Biaya pemeriksaankualitas air bersih

2. Biaya perbaikankualitas air bersih(pemberian PAC,kaporitisasi,aquatab)

3. Biaya penyediaanjambandarurat/slabjamban

4. Biaya pengamatandan pengendalianvektor

5. Biaya pemeriksaanbahan makanan

6. Biaya perbaikanalat pemeriksaankualitas udara

7. Dst...

1. Biaya perbaikankualitas airbersih(pemberian PAC,kaporisasi,chlorinisasi)

2. Biayapemeriksaankualitas air

3. Biaya penyediaanwater purifier,alat filtrasi cepat

4. Biaya pengadaanalat pemeriksaankualitas udara

5. Biaya transpordan operasionalpetugaskesehatanlingkungan

6. Biayapengamatan danpengendalianvektor

7. Dst...

Page 32: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 32

Tabel 3.7

Contoh Penilaian Kerusakan, Kerugian dan Kebutuhan

Bidang Kesehatan Pasca Bencana

Substansi

Kesehatan

Kuantitatif Kualitatif

Kerusakan Kerugian Gangguanakses

Gangguan

Fungsi

PeningkatanRisiko

Fasilitaspelayanankesehatan

Jumlahbangunanpelayanankesehatanseperti rumahsakit,puskesmas,pustu,posyandu danlain-lain yangrusak sertatingkatkerusakannya(ringan,sedang danberat)

- Jumlah

tenda

yankes,

pos kes, RS

Lapangan,

beserta

biaya

operasional

nya

- Jumlah

tenaga

kesehatan

yang

dimobilisasi

di fasyankes

beserta

biaya

operasional

nya

- Jumlah

ambulans

untuk

rujukan

beserta

biaya

operasional

nya

- Jumlah tenaga

beserta biaya

operasional

tenaga

kesehatan

untuk yankes

bergerak

- Biaya obat-

obatan

untuk

yankes

bergerak

- Biaya

operasional

ambulan

untuk

yankes

bergerak

Masalahkesehatanyang timbulakibat tidakatau kurangberfungsinya fasilitaspelayanankesehatan

Meningkatnya risikokesehatanakibatpelayanankesehatantidak ataukurangberfungsi

Sumber: BNPB

f) Penilaian Kebutuhan

Penilaian kebutuhan menggunakan formulir 7 dan 8sebagaimana terlampir. Cara penilaian kebutuhanyaitu:

Diskusi kelompok terfokus

Dalam melakukan penilaian kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana bencana, timmelakukan diskusi kelompok terfokus dengan

Page 33: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102233

melibatkan para ahli maupun praktisi denganmenggunakan panduan pertanyaan yang terdapatpada tabel berikut ini:

Tabel 3.8 Isu Dampak Pasca Bencana

Mengidentifikasi nilai kebutuhan atau

kebutuhan biaya berdasarkan penilaian akibat

dan dampak bencana. Penilaian ini

menggunakan formulir 12 sebagaimana

terlampir. Perkiraan kebutuhan biaya terkait

dengan perbaikan/pembangunan kembali,

penggantian, penyediaan bantuan akses

kebutuhan dasar, pengembalian proses/fungsi

dan pengurangan risiko bencana dilakukan

dengan dengan formula:

Keterangan:

(1) Jumlah unit adalah jumlah yang terkenaakibat/dampak bencana atau yang menjadisasaran tindakan rehabilitasi danrekonstruksi. Unit bisa dibedakan ataskategori rusak berat, rusak sedang danrusak ringan (Lihat Formulir 11 dan

Isu Penilaian Kebutuhan Pasca Bencana

1. Bagaimana dampak bencana terhadap pelayanan

kesehatan?

2. Bagaimana dampak bencana terhadap status

kesehatan masyarakat?

3. Bagaimana dampak bencana terhadap angka

kesakitan masyarakat?

4. Bagaimana dampak bencana terhadap

fungsi/kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan?

5. Bagaimana dampak ekonomi akibat gangguan di

sektor kesehatan?

KEBUTUHAN = jumlah unit X satuan biaya X indeksbiaya

Page 34: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 34

Formulir 12).

(2) Satuan biaya adalah biaya standarberdasarkan pada kebutuhan pembiayaankegiatan (program) rehabilitasi danrekonstruksi. Satuan biaya bisamenyesuaikan dengan kategori rusak berat,rusak sedang dan rusak ringan (LihatFormulir 10 dan 11).

(3) Indeks biaya adalah angka pengali yangdidasarkan pada perbedaan biaya secaraumum antar wilayah lokasi bencana diIndonesia (Lihat formulir 13)

Satuan biaya dan indeks biaya mengacupada standar penyusunan anggaran sepertiyang terdapat pada Formulir 13. Jikakegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yangdiidentifikasi tidak terdapat dalam standartersebut, maka perhitungan nilai kebutuhandapat dilakukan secara manual, tanpaberpedoman pada standar tersebut.Pencatatan komponen kebutuhan dan nilaikebutuhan dilakukan pada formulirPerkiraan Kebutuhan Pasca Bencana.

e. Analisis Data

Hasil pengumpulan dan pengolahan data kerusakan dankerugian dianalisis dengan cara identifikasi kegiatanrehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan berdasarkan analisispada indikator-indikator dalam hubungan sebab akibat.Perkiraan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dapatdikelompokkan menjadi:

a. kebutuhan perbaikan atau pembangunan kembali asetyang mengalami kerusakan akibat bencana.

b. kebutuhan penggantian kerugian sebagai akibatbencana.

c. kebutuhan penyediaan bantuan atau dukungan aksesterhadap kebutuhan dasar (provision)

d. kebutuhan penunjang penyelenggaraan kembali proses-proses dan fungsi fungsi pelayanan kesehatan(resumption)

Page 35: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102235

e. kebutuhan penguatan yang berkaitan dengan ketahananmasyarakat dan pemerintah, yaitu biaya untuktindakan-tindakan yang menguatkan kapasitas danmengurangi kerentanan terhadap bencana berikutnya dimasa depan (reduction).

Tabel 3.9 Contoh kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi

Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi

Pembangunan Penggantian Penyediaan

Bantuan

Pemulihan

Fungsi

Pengurangan

Risiko

Pembanguna

n fasilitas

pelayanan

kesehatan

(Rumah

Sakit,

Puskesmas,

Pustu, dan

lain-lain)

yang rusak

- Penyediaan

tempat

sementara

untuk

pelayanan

kesehatan

- Relokasi

fasilitas

pelayanan

kesehatan

- Penyediaan

bantuan obat-

obatan dan

alat

kesehatan,

bantuan

kesehatan

lainnya.

- Penyediaan

tenaga

kesehatan

- Fasilitasi

pelayanan

kesehatan

- Fasilitasi

penyediaan

tenaga

kesehatan

- Fasilitasi

obat-obatan

dan alkes

- Fasilitasi

kegiatan

kesehatan

masyarakat

- Rencana

pembangunan

fasilitas

kesehatan

yang aman

dari bencana

- Peningkatan

kapasitas

tenaga medis

dalam

penanggulang

an bencana

3. Hasil Penilaian

Laporan penilaian minimal berisi informasi sebagai berikut:

1) situasi demografis (kelompok umur dan kelompok rentan) danindikator utama epidemologi, termasuk juga angka morbiditasdan kejadian akan berbagai penyakit yang muncul dalamberbagai jenis bencana yang dipertanyakan;

2) suatu gambaran tentang sumber daya di bidang kesehatanpasca bencana;

3) kerusakan sarana dan prasarana di bidang kesehatan;

4) kerugian yang timbul akibat bencana;

5) kebutuhan pelayanan kesehatan dalam rentang waktu 6 bulan.

Hasil dari penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan bidangkesehatan pasca bencana harus dapat memberikan rekomendasikepada pembuat kebijakan untuk menentukan prioritas kegiatanberdasarkan jangka waktu rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk

Page 36: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 36

itu, penting bagi tim pengolah, analisis data dan pelaporanuntuk melakukan identifikasi:

1) kebutuhan untuk pemulihan dini

2) kebutuhan untuk pemulihan jangka panjang

4. Rentang Waktu Perhitungan

Penentuan lamanya waktu perhitungan kerugian tergantung padaskala bencana dan dampak kerusakan wilayah yang terkenadampak bencana, dengan memperhitungkan faktor:

a. kecepatan mobilisasi

b. jumlah sumber daya manusia, peralatan, logistik

c. kapasitas lembaga pelaksana rehabiltasi dan rekonstruksi

Rentang waktu dalam memperkirakan kerugian (dampak tidaklangsung) adalah sama dengan waktu yang dibutuhkan dalammencapai kondisi “normal” atau situasi dimana sebelum bencanaitu terjadi. Konvensi Economic Commission for Latin America and theCaribbean (ECLAC) menyebutkan rentang waktu maksimum limatahun walaupun sebagian besar kerugian selesai terlaporkan dalamrentang waktu dua tahun. Pada semua kasus, perkiraan dampakini dapat diperpanjang dengan memperhatikan tiga faktor di atasuntuk mencapai pemulihan sebagian ataupun total darikemampuan pelayanan kesehatan yang terkena dampak.Kesepakatan atas periode pemulihan sangat penting, denganpertimbangan bahwa semakin lama waktu yang diperlukan untukpemulihan, dampak kerugian akan meningkat secara signifikan.

Rentang waktu penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhanbidang kesehatan pasca bencana didasarkan pada asumsikebutuhan pelayanan kesehatan selama 6 bulan yang dimulai sejakdilakukan penilaian. Grafik 3.1 menggambarkan bahwa semakinlama asumsi waktu pemulihan akan berdampak pada semakinbesarnya nilai kerugian.

Page 37: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102237

Grafik 3.1 Perbandingan Rentang Waktu Pemulihan denganPertambahan Nilai Kerugian

Contoh Kasus

Bencana letusan Gunung Merapi di Provinsi DI Yogyakarta, telahmerusak 500 unit rumah warga dengan tingkat kerusakan rusakberat. Tidak ada korban meninggal, luka berat (rawat inap) 12orang dan 3 orang diantaranya mengalami luka bakar grade 3,rawat jalan 150 orang dan pengungsi 2300 orang. Selain itu, satuunit Puskesmas mengalami rusak sedang. Pemerintah setempattelah melakukan evakuasi penduduk serta memberikan pelayanankesehatan dasar dan rujukan bagi para korban. Masa tanggapdarurat selama 14 hari.

Setelah masa tanggap darurat dinyatakan berakhir, Pemerintahsetempat mengumumkan bahwa tidak ada korban meninggal, 3orang masih dirawat inap di RSUD R, pengungsi sebanyak 2300orang dan ditampung di barak sementara. Kepala Dinas KesehatanProvinsi DI Yogyakarta membentuk tim untuk menilai kerusakan,kerugian dan kebutuhan bidang kesehatan pasca bencana. Tim inimelibatkan ahli dari dinas terkait seperti dinas PU untuk menilaitingkat kerusakan Puskesmas.

1. Tim melakukan persiapan

2. Tim melakukan pengumpulan data sekunder berupa: (untukpanduan lihat formulir 2 – 6)

a. data dasar Puskesmas yang rusak terdiri dari jumlah danjenis tenaga serta obat dan perbekalan kesehatan.Bangunan seluas 200 m2. Nakes PKM terdiri dari 1 orangdokter umum, 5 perawat, 2 bidan, 2 asisten apoteker dan

Page 38: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 38

1 tenaga administrasi. Alat yang dimiliki adalah 3stetoskop, 2 tensimeter, 1 examination lamp, 2 kitpersalinan, 2 hecting set, 1 sterilisator, 2 meja periksa,dan 2 tempat tidur periksa. Bangunan fisik PKMmengalami kerusakan dan semua alat rusak akibatbencana dan tidak dapat diperbaiki lagi.

b. jumlah penduduk yang mengungsi dan distribusinyaberdasarkan jenis kelamin dan usia serta jumlahkelompok rentan. Jumlah pengungsi 500 orang terdiri dari350 orang laki-laki dan 150 orang perempuan. Jumlahbayi 15 dan balita 30. Jumlah ibu hamil 15 orang, ibumenyusui 20 orang, dan lansia 60 orang.

3. Tim melakukan pengumpulan data primer dengan melakukanidentifikasi, survei dan wawancara menggunakan formpengambilan data primer dengan hasil:

Substansi

Kesehatan

Kuantitatif Kualitatif

Kerusakan KerugianGangguan

akses

Gangguan

Fungsi

Peningkatan

Risiko

Fasilitas

pelayanan

kesehatan

- 1 unit

PKM

rusak

berat

- 1 paket

alat

PKM

rusak

- 1 tenda

poskes

didirikan di

lokasi

pengungsi

untuk

memberikan

pelayanan

kesehatan

- Tenaga

kesehatan

berasal dari

PKM yang

mengalami

kerusakan.

Tidak ada

biaya

operasional

tambahan

untuk nakes.

- 1 unit

ambulan

disiapkan

- Tidak ada

gangguan

akses ke

pelayanan

kesehatan

- Tenaga

kesehatan

mengalami

kelelahan

karena

bekerja

dibawah

tenda

- Pengungsi

yang berada

di lokasi

pengungsia

n sementara

dapat

menderita

penyakit

yang

berpotensi

KLB

- Sarana air

bersih dan

sanitasi

terbatas

- Pelayanan

kesehatan

tidak

optimal

- Ancaman

KLB

Page 39: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102239

Substansi

Kesehatan

Kuantitatif Kualitatif

Kerusakan KerugianGangguan

akses

Gangguan

Fungsi

Peningkatan

Risiko

Perawatanpasien lukabakar diRSUD R

Perluperawatansampaidinyatakansembuh

Untuk mengumpulkan data kerusakan pada aset fisik dapatmenggunakan formulir 1.

4. Analisis Data

a. Penilaian kerusakan

1) Nilai kerusakan bangunan puskesmas

Nilai kerusakan = 1 unit rusak sedang seluas 200m2 X Rp 2.750.000,- X 1,3158 (standar biaya danindeks biaya satuan kesehatan bisa dilihat padaFormulir 13) = Rp. 723.690.000,-

2) Nilai kerusakan alat (misalnya harga alat total Rp.70.000.000,-) (Untuk panduan liat Formulir 9)

Nilai kerusakan = 1 paket X Rp. 70.000.000,- X1,3158

= Rp. 92.106.000,-

Total nilai kerusakan = Rp. 723.690.000 + Rp.92.106.000

= Rp. 815.796.000,-

Page 40: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 40

b. Penilaian kerugian

KomponenKerugian

Kegiatan Lokasi Volume Harga Satuan Jumlah

Yankesdasar

Mendirikantenda

SDN03

1 unit tenda Rp 500.000 Rp 500.000

Mendirikantenda

SDN03

5 org X 1 hr Rp 110.000 Rp 550.000

Yankesrujukan

Merujukpasien keRSUDmenggunakanambulan

RSUDR

2 L X 7 hr Rp 4.500 Rp 63.000

Perawatankorban lukabakar

RSUDR

3 org X 14 hr Rp1.000.000

Rp 42.000.000

Total Rp 43.113.000

c. Penilaian kebutuhan dilakukan dengan tahapan sebagaiberikut:

1) Identifikasi kebutuhan rehabilitasi PKM yang rusak

2) Identifikasi kebutuhan kegiatan (program) pelayanankesehatan di fasyankes dan lokasi pengungsian

3) Identifikasi besaran biaya untuk pelaksanaankegiatan (program) pelayanan kesehatan seperti yangdimaksud pada nomor 2)

4) Nilai kebutuhan rehabilitasi PKM atau sebesar nilaikerusakan bangunan PKM (Untuk panduan lihatFormulir 10, 11, 12 dan 13)

5) Asumsikan kebutuhan pelaksanaan kegiatan(program) pelayanan kesehatan selama 6 bulan.

5. Pelaporan

Penyusunan laporan penilaian kerusakan, kerugian, dankebutuhan sumber daya kesehatan adalah 1-2 minggu, denganasumsi semua data dan informasi yang diperlukan telah tersedia.

Laporan hasil penilaian disampaikan secara berjenjang dari dinaskesehatan kabupaten/kota kepada dinas kesehatan provinsisampai dengan Kementerian Kesehatan. Alur penyampaian laporanadalah sebagai berikut:

Laporan hasil penilaian akan diverifikasi oleh Pemerintah yangmelibatkan pemangku kepentingan terkait.

Page 41: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102241

Gambar 3.3 Alur Penyampaian Laporan

MENTERI KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI

Keterangan:

Alur penyampaian laporan

-------- Alur verifikasi

Eselon I dan II tk.pusat terkait

Dinkes Kab/Kota

Dinkes Provinsi

PPKK

Menteri Kesehatan

Sekretaris Jenderal

BNPB

BPBD Provinsi

BPBD Kab/Kota

PPKK Regional

PPK Sub Regional

Tim Penilai Kerusakan danKerugian Pasca Bencana

Page 42: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 42

Page 43: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102243

Page 44: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 44

Page 45: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102245

Page 46: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 46

Page 47: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102247

Page 48: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 48

Page 49: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102249

Page 50: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 50

Page 51: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102251

Page 52: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 52

Page 53: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102253

Page 54: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.1022 54

Page 55: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1022-2014.pdfMenteri Kesehatan Nomor 1227/MENKES/ SK/XI/2007; 7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144

2014, No.102255