berita negara republik indonesiaditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf ·...

31
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2017 BAWASLU. Penanganan Pelanggaran Administrasi. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN DAN/ATAU MENJANJIKAN UANG ATAU MATERI LAINNYA YANG DILAKUKAN SECARA TERSTRUKTUR, SISTEMATIS, DAN MASIF DALAM PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas penanganan pelanggaran administrasi yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap prosedur penanganan dalam penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota; b. bahwa dalam rangka penyempurnaan penanganan pelanggaran administrasi yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif, beberapa ketentuan dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Pelanggaran Administrasi terkait Larangan Memberikan dan/atau Menjanjikan Uang atau Materi Lainnya yang Dilakukan secara Terstruktur, Sistematis, dan Masif dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sudah tidak www.peraturan.go.id

Upload: hoangliem

Post on 27-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA No.1428, 2017 BAWASLU. Penanganan Pelanggaran

Administrasi. Pencabutan.

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 13 TAHUN 2017

TENTANG

TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT

LARANGAN MEMBERIKAN DAN/ATAU MENJANJIKAN UANG ATAU MATERI

LAINNYA YANG DILAKUKAN SECARA TERSTRUKTUR, SISTEMATIS, DAN

MASIF DALAM PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas

penanganan pelanggaran administrasi yang bersifat

terstruktur, sistematis, dan masif, perlu dilakukan

penyempurnaan terhadap prosedur penanganan dalam

penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan

Wakil Walikota;

b. bahwa dalam rangka penyempurnaan penanganan

pelanggaran administrasi yang bersifat terstruktur,

sistematis, dan masif, beberapa ketentuan dalam

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 13

Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Pelanggaran

Administrasi terkait Larangan Memberikan dan/atau

Menjanjikan Uang atau Materi Lainnya yang Dilakukan

secara Terstruktur, Sistematis, dan Masif dalam

Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota sudah tidak

www.peraturan.go.id

Page 2: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -2-

sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum,

sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan

Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang

Tata Cara Penanganan Pelanggaran Administrasi terkait

Larangan Memberikan dan/atau Menjanjikan Uang atau

Materi Lainnya yang dilakukan secara Terstruktur,

Sistematis, dan Masif dalam Pemilihan Gubernur, Bupati,

dan Walikota;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5656) sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan

Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 6109);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang

Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-

www.peraturan.go.id

Page 3: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -3-

undangan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan dan Pembinaannya (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729);

5. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2012 tentang

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun

2012 tentang Organisasi, Tugas, Fungsi, Wewenang, dan

Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas

Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan

Umum Provinsi, Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan

Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia

Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 181);

6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 2

Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi,

Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN

ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

DAN/ATAU MENJANJIKAN UANG ATAU MATERI LAINNYA

YANG DILAKUKAN SECARA TERSTRUKTUR, SISTEMATIS,

DAN MASIF DALAM PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN

WALIKOTA.

www.peraturan.go.id

Page 4: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -4-

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:

1. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota yang

selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan

kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan

kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil

Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan

Wakil Walikota secara langsung dan demokratis.

2. Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur adalah

peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik,

gabungan partai politik, atau perseorangan yang

didaftarkan atau mendaftar di Komisi Pemilihan Umum

Provinsi.

3. Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota

dan Calon Wakil Walikota adalah peserta Pemilihan yang

diusulkan oleh partai politik, gabungan partai politik,

atau perseorangan yang didaftarkan atau mendaftar di

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.

4. Pemilih adalah penduduk yang mempunyai hak pilih

pada daerah Pemilihan setempat.

5. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU

adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum yang

bersifat nasional, tetap, dan mandiri sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang penyelenggara

pemilihan umum dan diberikan tugas dan wewenang

dalam penyelenggaraan Pemilihan.

7. KPU Provinsi adalah lembaga penyelenggara pemilihan

umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Penyelenggara Pemilihan Umum yang diberikan tugas

menyelenggarakan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur berdasarkan ketentuan yang diatur dalam

Undang-Undang Pemilihan.

www.peraturan.go.id

Page 5: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -5-

8. KPU Kabupaten/Kota adalah lembaga penyelenggara

pemilihan umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Penyelenggara Pemilihan Umum yang diberikan

tugas menyelenggarakan Pemilihan Bupati dan Wakil

Bupati atau Walikota dan Wakil Walikota berdasarkan

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Pemilihan.

9. Badan Pengawas Pemilihan Umum yang selanjutnya

disebut Bawaslu adalah lembaga penyelenggara

pemilihan umum yang bertugas mengawasi

penyelenggaraan pemilihan umum di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang yang mengatur

mengenai penyelenggara pemilihan umum yang diberikan

tugas dan wewenang dalam pengawasan penyelenggaraan

Pemilihan.

10. Bawaslu Provinsi adalah lembaga penyelenggara

pemilihan umum yang bertugas mengawasi

penyelenggaraan pemilihan umum di wilayah provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai penyelenggara pemilihan umum yang

diberikan tugas dan wewenang dalam pengawasan

penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil

Gubernur.

11. Panitia Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota yang

selanjutnya disebut Panwas Kabupaten/Kota adalah

panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi yang

bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilihan di

wilayah Kabupaten/Kota.

12. Pengawas Pemilihan adalah Bawaslu, Bawaslu Provinsi,

Panwas Kabupaten/Kota, Panitia Pengawasan Pemilihan

Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan

Pengawas Tempat Pemungutan Suara.

13. Peserta Pemilihan adalah pasangan calon Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota

dan Wakil Walikota yang ditetapkan oleh KPU Provinsi

atau KPU Kabupaten/Kota.

www.peraturan.go.id

Page 6: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -6-

Pasal 2

Penanganan pelanggaran administrasi terkait larangan

memberikan dan/atau menjanjikan uang atau materi lainnya

yang dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif

dalam Pemilihan dilaksanakan dengan prinsip cepat,

sederhana, dan tidak memihak.

BAB II

WEWENANG

Pasal 3

(1) Bawaslu Provinsi berwenang menerima, memeriksa,

mengadili, dan memutus laporan dugaan pelanggaran

Pemilihan.

(2) Bawaslu Provinsi dalam menerima laporan dugaan

pelanggaran administrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilaksanakan oleh Sekretariat Bawaslu Provinsi.

Pasal 4

(1) Bawaslu berwenang menerima, memeriksa, mengadili,

dan memutus keberatan atas putusan Bawaslu Provinsi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Bawaslu dalam menerima keberatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Sekretariat

Jenderal Bawaslu.

Pasal 5

(1) Bawaslu melakukan supervisi, pembinaan, dan

pendampingan terhadap Bawaslu Provinsi dalam

melaksanakan tugas menerima, memeriksa, dan

memutus laporan dugaan pelanggaran administrasi.

(2) Supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dalam bentuk pengawasan melekat guna memastikan

penanganan pelanggaran administrasi dilaksanakan

sesuai dengan tata cara yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

www.peraturan.go.id

Page 7: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -7-

(3) Pembinaan terhadap Bawaslu Provinsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:

a. rapat koordinasi nasional;

b. rapat kerja teknis; dan/atau

c. penguatan kapasitas dan kemampuan dalam

menerima, memeriksa dan memutus laporan

pelanggaran administrasi.

(4) Pendampingan terhadap Bawaslu Provinsi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk

menempatkan personil Bawaslu dan/atau pihak lain

berdasarkan penugasan Bawaslu yang dilaksanakan

secara langsung dan/atau menerima konsultasi.

Pasal 6

(1) Dalam penanganan pelanggaran administrasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Ketua

Bawaslu membentuk majelis pemeriksa.

(2) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri atas Ketua dan/atau

Anggota Bawaslu Provinsi.

(3) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dibantu oleh asisten pemeriksa.

(4) Majelis pemeriksa dan asisten pemeriksa ditetapkan

dengan surat keputusan Ketua Bawaslu.

Pasal 7

(1) Asisten pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (4) memiliki pengetahuan tentang kepemiluan, dan

memiliki pengalaman dalam menangani pelanggaran

pemilihan umum, serta tidak memiliki konflik

kepentingan dengan pelapor dan terlapor.

(2) Asisten pemeriksa dapat berasal dari sekretariat jenderal

Bawaslu, Sekretariat Bawaslu Provinsi dan/atau tenaga

professional di bidang kepemiluan atau bidang hukum.

www.peraturan.go.id

Page 8: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -8-

Pasal 8

(1) Dalam penanganan keberatan atas putusan pelanggaran

administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat

(1), Ketua Bawaslu dapat membentuk majelis pemeriksa

keberatan.

(2) Majelis pemeriksa keberatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri atas

Ketua dan/atau Anggota Bawaslu

(3) Majelis pemeriksa keberatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat dibantu oleh asisten pemeriksa

keberatan.

(4) Majelis pemeriksa keberatan dan asisten pemeriksa

keberatan ditetapkan dengan surat keputusan Ketua

Bawaslu.

Pasal 9

(1) Asisten pemeriksa keberatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (4) memiliki pengetahuan tentang

kepemiluan, dan tidak memiliki konflik kepentingan

dengan pelapor dan terlapor.

(2) Asisten pemeriksa keberatan dapat berasal dari

Sekretariat Jenderal Bawaslu dan/atau tenaga

professional di bidang kepemiluan atau bidang hukum.

Pasal 10

(1) Majelis pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

dibantu oleh:

a. 1 (satu) orang sekretaris pemeriksa; dan

b. Paling sedikit 1 (satu) orang notulen.

(2) Sekretaris pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a merupakan pejabat struktural pegawai negeri

sipil pada Sekretariat Bawaslu Provinsi yang memiliki

pengetahuan kepemiluan dan penanganan pelanggaran

Pemilihan.

(3) Notulen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

merupakan staf pada Sekretariat Bawaslu Provinsi.

www.peraturan.go.id

Page 9: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -9-

(4) Sekretaris pemeriksa dan notulen sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diangkat melalui keputusan Ketua Bawaslu

Provinsi.

Pasal 11

(1) Majelis pemeriksa keberatan pada Bawaslu sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 8 dibantu oleh:

a. 1 (satu) orang sekretaris pemeriksa; dan

b. paling sedikit 1 (satu) orang notulen.

(2) Sekretaris pemeriksa pada Bawaslu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan pejabat

struktural pegawai negeri sipil pada Sekretariat Jenderal

Bawaslu yang memiliki pengetahuan kepemiluan dan

menerima, memeriksa, dan memutus pelanggaran

Pemilihan.

(3) Notulen pada Bawaslu sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b merupakan staf pada Sekretariat Jenderal

Bawaslu.

(4) Sekretaris pemeriksa dan notulen sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diangkat melalui keputusan

Ketua Bawaslu.

Pasal 12

(1) Majelis pemeriksa dilarang berkomunikasi dengan

pelapor, terlapor, saksi, dan ahli terkait dengan

penanganan pelanggaran administrasi yang sedang

ditangani oleh Bawaslu atau Bawaslu Provinsi.

(2) Asisten pemeriksa dan notulen dilarang berkomunikasi

dengan pelapor, terlapor, saksi, dan ahli di luar sidang

pemeriksaan.

(3) Asisten pemeriksa, sekretaris pemeriksa, dan notulen

wajib menjaga dan merahasiakan hasil pemeriksaan dan

putusan sebelum dibacakan oleh majelis pemeriksa

secara terbuka.

www.peraturan.go.id

Page 10: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -10-

BAB III

OBJEK PELANGGARAN DAN TERLAPOR

Pasal 13

Objek pelanggaran administrasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) meliputi perbuatan menjanjikan

dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk

mempengaruhi penyelenggara Pemilihan dan/atau Pemilih

yang terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif.

Pasal 14

Terlapor dalam dugaan pelanggaran administrasi terdiri atas:

a. aparat pemerintah;

b. penyelenggara pemilihan;

c. Calon Gubernur dan/atau Calon Wakil Gubernur;

d. Calon Bupati dan/atau Calon Wakil Bupati;

e. Calon Walikota dan/atau Calon Wakil Walikota;

f. tim Kampanye;

g. relawan pasangan calon;

h. anggota partai politik;

i. ketua, wakil ketua, ketua muda, hakim agung pada

Mahkamah Agung, dan hakim pada semua badan

peradilan di bawah Mahkamah Agung, dan hakim

konstitusi pada Mahkamah Konstitusi;

j. ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa

Keuangan;

k. gubernur, deputi gubernur senior, dan deputi gubernur

Bank Indonesia;

l. direksi, komisaris, dewan pengawas dan karyawan badan

usaha milik negara atau badan usaha milik daerah;

m. pejabat negara bukan anggota partai politik yang

menjabat sebagai pimpinan di lembaga nonstruktural;

n. orang perseorangan; dan/atau

o. badan hukum;

www.peraturan.go.id

Page 11: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -11-

Pasal 15

(1) Aparat pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14 huruf a terdiri atas:

a. pegawai negeri sipil;

b. anggota Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian

Negara Republik Indonesia;

c. pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja;

d. kepala desa/lurah atau sebutan lainnya;

e. kepala dusun atau sebutan lainnya;

f. rukun tetangga atau rukun warga; dan/atau

g. pegawai pemerintah atau pejabat yang diangkat

dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan

serta dibiayai dengan keuangan negara.

(2) Penyelenggara Pemilihan sebagaimana dalam Pasal 14

huruf b terdiri atas:

a. anggota KPU, KPU/KIP Provinsi/Aceh, KPU/KIP

Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan,

Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok

Penyelenggara Pemungutan Suara, serta jajaran

sekretariat KPU sesuai dengan tingkatannya;

b. anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Panwas

Kabupaten/Kota, Panitia Pengawasan Pemilihan

Kecamatan, Pengawas Pemilihan Lapangan, dan

Pengawas Tempat Pemungutan Suara, serta jajaran

sekretariat Pengawas Pemilihan sesuai dengan

tingkatannya; dan

c. anggota dan sekretariat Dewan Kehormatan

Penyelenggara Pemilihan Umum dan tim pemeriksa

daerah.

(3) Tim kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf f yang terdiri atas:

a. ketua dan anggota tim kampanye;

b. tim pemenangan, relawan pasangan calon, atau

sebutan lain;

c. partai pengusung dan partai pendukung pasangan

calon baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah; dan

www.peraturan.go.id

Page 12: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -12-

d. organisasi sayap partai politik pengusung dan partai

politik pendukung pasangan calon.

(4) Relawan pasangan calon sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 14 huruf g merupakan kelompok orang yang

melakukan kegiatan/aktivitas untuk mendukung

pasangan calon tertentu secara sukarela dalam

Pemilihan.

(5) Orang perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14 huruf i merupakan orang perorangan yang terlibat

dalam kegiatan Pemilihan.

(6) Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

huruf j merupakan badan hukum yang terlibat dalam

kegiatan Pemilihan antara lain:

1. badan usaha milik negara/daerah;

2. perseroan terbatas;

3. yayasan;

4. koperasi,

yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Pasal 16

Dalam hal terlapor merupakan tim kampanye, relawan

pasangan calon, anggota partai politik, orang atau badan

hukum dan/atau penyelenggara pemilihan, calon/pasangan

calon dapat menjadi pihak terkait dalam sidang pemeriksaan

laporan dugaan pelanggaran terstruktur, sistematis, dan

masif.

BAB IV

BUKTI

Bagian Kesatu

Alat Bukti

Pasal 17

Alat bukti dapat berupa:

a. keterangan saksi;

www.peraturan.go.id

Page 13: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -13-

b. surat atau tulisan;

c. petunjuk;

d. dokumen elektronik;

e. keterangan pelapor atau keterangan terlapor dalam

sidang pemeriksaan; dan/atau

f. keterangan ahli.

Pasal 18

Alat bukti keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 huruf a merupakan keterangan yang diberikan oleh

seseorang yang melihat, mendengar secara langsung dan/atau

mengalami terjadinya peristiwa pelanggaran terstruktur,

sistematis, dan masif.

Pasal 19

(1) Alat bukti surat atau tulisan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 huruf b, terdiri atas:

a. dokumen hasil pengawasan Pengawas Pemilihan;

dan/atau

b. dokumen tertulis lainnya, yang tidak terbatas pada

akta saja.

(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan dalam bentuk salinan yang dibubuhi materai

secukupnya pada setiap dokumen sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dapat ditunjukkan dan dilampirkan dalam bentuk

salinan oleh Pengawas Pemilihan dalam pemeriksaan

atas permintaan majelis pemeriksa.

Pasal 20

Alat bukti petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

huruf c merupakan perbuatan, kejadian atau keadaan, yang

karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang

lain, maupun dengan pelanggaran itu sendiri, menandakan

bahwa telah terjadi suatu pelanggaran terstruktur, sistematis,

dan masif.

www.peraturan.go.id

Page 14: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -14-

Pasal 21

Alat bukti dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 huruf d merupakan setiap informasi elektronik yang

dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan

dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau

sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau

didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk

tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,

rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode

akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti

atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

Pasal 22

Alat bukti keterangan pelapor atau terlapor sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 17 huruf e merupakan keterangan

pelapor atau terlapor yang disampaikan secara langsung atau

melalui kuasanya dalam sidang pemeriksaan laporan dugaan

pelanggaran administrasi.

Pasal 23

Alat bukti keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 huruf f merupakan keterangan yang disampaikan

pada pemeriksaan oleh seseorang sesuai dengan kompetensi

dan keahliannya.

Bagian Kedua

Keterangan Lembaga Terkait

Pasal 24

(1) Bawaslu dan/atau Bawaslu Provinsi dapat meminta

lembaga terkait untuk memberikan keterangan yang

diperlukan pada sidang pemeriksaan.

(2) Lembaga terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang terdiri atas penyelenggara Pemilihan, Penyidik

Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan, Pemantau Pemilihan,

dan/atau pihak- pihak yang dipandang perlu.

www.peraturan.go.id

Page 15: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -15-

(3) Keterangan lembaga terkait sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.

Bagian Ketiga

Barang Bukti

Pasal 25

Barang bukti merupakan barang atau benda bergerak yang

seluruhnya atau sebagian diperoleh, dan/atau telah

dipergunakan sebagai alat, dan/atau yang berkaitan dengan

peristiwa pelanggaran administrasi yang diperlukan dalam

pemeriksaan di Bawaslu atau Bawaslu Provinsi guna

menunjang alat bukti, memperjelas, dan membuktikan suatu

peristiwa pelanggaran administrasi.

BAB V

PENERIMAAN, PEMERIKSAAN, DAN PUTUSAN

BAWASLU PROVINSI

Pasal 26

(1) Bawaslu Provinsi menerima, memeriksa, mengadili dan

memutus dugaan pelanggaran administrasi dalam jangka

waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung

sejak tanggal laporan pelanggaran administrasi

diregistrasi.

(2) Laporan dugaan pelanggaran administrasi disampaikan

kepada Bawaslu Provinsi terhitung sejak ditetapkannya

pasangan calon sampai hari pemungutan suara.

(3) Dalam hal terdapat laporan pelanggaran administrasi

setelah hari pemungutan suara sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Pengawas Pemilihan menindaklanjuti

dengan mekanisme penanganan pelanggaran Pemilihan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

www.peraturan.go.id

Page 16: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -16-

Bagian Kesatu

Penerimaan Laporan

Pasal 27

(1) Laporan dugaan pelanggaran administrasi dapat

disampaikan oleh:

a. warga negara indonesia yang memiliki hak pilih pada

Pemilihan setempat;

b. pemantau Pemilihan; atau

c. Peserta Pemilihan/tim kampanye,

kepada Bawaslu Provinsi.

(2) Panwas Kabupaten/Kota dapat menyampaikan hasil

temuan pelanggaran administrasi kepada Bawaslu

Provinsi berdasarkan pada hasil kajian atas laporan

dan/atau temuan pelanggaran administrasi.

(3) Temuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan sebagai laporan dugaan pelanggaran

administrasi.

Pasal 28

(1) Laporan dugaan pelanggaran administrasi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27 disampaikan kepada Bawaslu

Provinsi secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

memuat:

a. identitas pelapor yang terdiri atas:

1. nama;

2. alamat; dan

3. nomor telepon atau faksimile,

dengan melampirkan fotokopi kartu tanda penduduk

elektronik atau surat keterangan kependudukan dari

dinas kependudukan dan catatan sipil setempat.

b. identitas terlapor terdiri atas:

1. nama;

2. alamat; dan

3. pekerjaan.

c. identitas pihak terkait terdiri atas:

1. nama;

www.peraturan.go.id

Page 17: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -17-

2. alamat; dan

3. pekerjaan.

d. uraian yang jelas mengenai obyek pelanggaran yang

dilaporkan, meliputi:

1. terlapor;

2. waktu peristiwa;

3. tempat peristiwa;

4. saksi-saksi;

5. bukti lainnya; dan

6. kronologis peristiwa.

e. hal yang diminta untuk diputuskan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai

dengan paling sedikit 2 (dua) alat bukti atas terjadinya

pelanggaran administrasi:

a. untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

pelanggaran terjadi paling sedikit pada 50% (lima

puluh persen) kabupaten/kota dalam 1 (satu)

provinsi atau paling sedikit pada 50% (lima puluh

persen) kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota

di provinsi yang bersangkutan;

b. untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati/Walikota

dan Wakil Walikota, pelanggaran terjadi paling

sedikit pada 50% (lima puluh persen) kecamatan

dalam 1 (satu) kabupaten/kota atau paling sedikit

pada 50% (lima puluh persen) desa/kelurahan

dalam 1 (satu) kecamatan di kabupaten/kota yang

bersangkutan; atau

c. pelanggaran terjadi di luar ketentuan sebagaimana

diatur dalam huruf a dan huruf b yang secara

langsung mempengaruhi hasil Pemilihan dan

perolehan hasil suara terbanyak pasangan calon.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditandatangani oleh pelapor atau kuasanya dibuat dalam

7 (tujuh) rangkap yang terdiri dari 1 (satu) rangkap asli

dan 6 (enam) rangkap salinan dan format digital, disertai

bukti pendukung.

www.peraturan.go.id

Page 18: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -18-

(4) Bukti tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dibuat dalam 7 (tujuh) rangkap dengan ketentuan 1

(satu) rangkap dibubuhi materai dan dileges, dan

dibuatkan salinan sebanyak 6 (enam) rangkap.

Pasal 29

(1) Laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)

dapat disampaikan melalui Sekretariat Panwas

Kabupaten/Kota untuk selanjutnya diteruskan kepada

Bawaslu Provinsi.

(2) Sekretariat Panwas Kabupaten/Kota memeriksa

kelengkapan administrasi laporan beserta lampirannya.

(3) Dalam hal laporan belum lengkap, pelapor diminta

melengkapi dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua)

hari kerja sejak laporan diterima dari Pelapor.

(4) Sekretariat Panwas Kabupaten/Kota meneruskan laporan

sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada Bawaslu Provinsi

paling lambat 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam

setelah laporan dinyatakan lengkap.

Pasal 30

(1) Petugas penerimaan laporan di Bawaslu Provinsi

memeriksa kelengkapan administrasi laporan beserta

lampirannya.

(2) Petugas penerima mengeluarkan tanda terima berkas

setelah memeriksa kelengkapan administrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Dalam hal laporan belum lengkap, pelapor diminta

melengkapi dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga)

hari kerja sejak laporan disampaikan oleh pelapor.

(4) Apabila pelapor tidak melengkapi laporan dalam jangka

waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), laporan

tidak diregister.

(5) Bawaslu Provinsi menyampaikan surat pemberitahuan

kepada Pelapor tentang laporan yang tidak diregister

sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

www.peraturan.go.id

Page 19: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -19-

(6) Laporan yang tidak diregister sebagaimana dimaksud

pada ayat (4) tidak dilanjutkan ke tahap pemeriksaan.

Pasal 31

(1) Laporan yang telah dinyatakan lengkap dicatatkan dan

diberikan nomor laporan dalam buku register

pelanggaran administrasi pada hari yang sama oleh

Bawaslu Provinsi.

(2) Laporan dinyatakan diterima setelah dicatatkan dalam

buku register pelanggaran administrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

(3) Laporan yang telah diregistrasi langsung dilakukan

pemeriksaan pendahuluan oleh anggota Bawaslu Provinsi

paling lama 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam.

(4) Hasil pemeriksaan pendahuluan laporan pelanggaran

administrasi ditindaklanjuti di tingkat pleno Bawaslu

Provinsi 1 (satu) hari setelah pemeriksaan pendahuluan,

untuk menetapkan pemeriksaan laporan dugaan

pelanggaran administrasi dengan ketentuan:

a. laporan tidak dapat ditindaklanjuti karena tidak

memenuhi syarat formil dan materiil; atau

b. laporan ditindaklanjuti dengan sidang pemeriksaan.

(5) Hasil penetapan pemeriksaan pendahuluan laporan

dugaan pelanggaran administrasi disampaikan kepada

pelapor secara tertulis atau melalui papan pengumuman

1 (satu) hari setelah penetapan pemeriksaan laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(6) Dalam hal laporan telah memenuhi syarat formil dan

materiil, Bawaslu Provinsi menentukan jadwal sidang

pemeriksaan terhadap laporan dugaan pelanggaran

administrasi yang telah ditetapkan dalam pemeriksaan

pendahuluan.

(7) Sidang pemeriksaan pertama dilaksanakan 2 (dua) hari

setelah jadwal sidang disampaikan kepada pelapor dan

terlapor.

www.peraturan.go.id

Page 20: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -20-

Pasal 32

(1) Bawaslu Provinsi membuat surat pemberitahuan dan

panggilan sidang pemeriksaan ditujukan kepada pelapor,

terlapor, dan pihak terkait yang memuat:

a. jadwal sidang pemeriksaan; dan

b. undangan untuk menghadiri sidang pemeriksaan.

(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) disampaikan kepada pelapor, terlapor, dan/atau

pihak terkait paling lambat 1 (satu) hari sebelum sidang

pemeriksaan.

(3) Surat pemberitahuan disampaikan kepada pelapor,

terlapor, dan/atau pihak terkait melalui surat tercatat,

kurir, surat elektronik, atau faksimile.

(4) Bawaslu Provinsi dapat memberitahukan adanya surat

pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat (1) dengan

komunikasi melalui telepon sebelum surat

pemberitahuan diterima oleh pelapor, terlapor, dan/atau

pihak terkait.

(5) Penyampaian surat pemberitahuan sebagaimana

dimaksud ayat (4) disertai dengan dokumen laporan

dugaan pelanggaran administrasi yang telah diregistrasi.

(6) Dalam hal pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait,

tidak hadir pada sidang pemeriksaan pertama, Bawaslu

Provinsi pada hari yang sama menerbitkan surat

pemberitahuan kedua sekaligus memanggil pelapor,

terlapor, dan/atau pihak terkait pada sidang

pemeriksaan berikutnya.

Bagian Kedua

Sidang Pemeriksaan

Pasal 33

Pemeriksaan pelanggaran administrasi dilaksanakan melalui

tahapan:

a. pembacaan materi laporan oleh pelapor;

b. pembacaan tanggapan/jawaban terlapor dan/atau

keterangan pihak terkait;

www.peraturan.go.id

Page 21: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -21-

c. pembuktian;

d. penyampaian kesimpulan pihak pelapor, terlapor,

dan/atau pihak terkait; dan

e. pembacaan putusan.

Pasal 34

(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

dihadiri pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait.

(2) Dalam hal pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait tidak

hadir pada sidang pemeriksaan pertama, Bawaslu

Provinsi memanggil pelapor, terlapor, dan/atau pihak

terkait untuk hadir pada sidang pemeriksaan berikutnya.

(3) Dalam hal pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait

sudah dipanggil secara patut dan layak namun tidak

hadir 2 (dua) kali berturut-turut, pemeriksaan laporan

dugaan pelanggaran administrasi dilanjutkan tanpa

kehadiran pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait.

Pasal 35

Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,

pihak pelapor, terlapor, dan/ atau pihak terkait dapat

didampingi atau diwakili oleh kuasanya.

Pasal 36

(1) Pelapor membacakan materi laporannya pada sidang

pemeriksaan pertama.

(2) Dalam hal materi laporan yang disampaikan pada sidang

pemeriksaan pertama memerlukan perbaikan, majelis

pemeriksa membuat catatan dan memberikan

kesempatan kepada pelapor untuk memperbaiki materi

laporan.

(3) Perbaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

disampaikan paling lambat sebelum sidang pemeriksaan

berikutnya.

(4) Dalam hal pelapor tidak menyampaikan perbaikan

laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

pemeriksaan dilakukan berdasarkan materi laporan

www.peraturan.go.id

Page 22: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -22-

pertama.

Pasal 37

Terlapor dan/atau pihak terkait membacakan

tanggapan/jawaban terlapor dan/atau keterangan pihak

terkait atas materi laporan pelapor.

Pasal 38

Pembuktian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c

dilakukan pemeriksaan terhadap:

a. keterangan saksi;

b. surat atau tulisan;

c. petunjuk;

d. dokumen elektronik;

e. keterangan terlapor dalam sidang pemeriksaan; dan/atau

f. keterangan ahli.

Pasal 39

(1) Majelis pemeriksa dapat memanggil lembaga terkait

untuk dimintai keterangan dalam sidang pemeriksaan

untuk membuat terang dan jelas suatu peristiwa yang

terkait dengan laporan dugaan pelanggaran administrasi.

(2) Lembaga terkait dalam memberikan keterangan dapat

berupa keterangan secara lisan dan/atau tertulis.

(3) Dalam hal keterangan lembaga terkait disampaikan

secara lisan, pemberi keterangan disertai dengan surat

tugas dari lembaga terkait.

Pasal 40

(1) Dalam hal pemeriksaan memerlukan keterangan dari

ahli, saksi, dan/atau lembaga terkait, majelis pemeriksa

dapat melakukan pemanggilan sesuai dengan kebutuhan

atau berdasarkan usulan terlapor dan/atau pelapor.

(2) Pemanggilan saksi, ahli atau lembaga terkait

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan surat

pemberitahuan dan panggilan sidang pemeriksaan.

www.peraturan.go.id

Page 23: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -23-

(3) Saksi atau ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

sebelum menyampaikan keterangan wajib diambil

sumpah.

(4) Saksi, ahli, atau lembaga terkait menyampaikan

keterangan berkaitan dengan pokok laporan atau

jawaban terhadap laporan.

(5) Pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait dapat

mengajukan pertanyaan dan/atau memberikan

tanggapan terhadap keterangan saksi, ahli, atau lembaga

terkait.

Pasal 41

Pelapor, terlapor, dan/atau pihak terkait dapat

menyampaikan kesimpulan dalam bentuk tertulis atau lisan.

Bagian Ketiga

Putusan

Pasal 42

(1) Bawaslu Provinsi memutuskan laporan dugaan

pelanggaran administrasi dengan mempertimbangkan

alat bukti yang dikemukakan dalam pemeriksaan.

(2) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditandatangani oleh ketua dan anggota majelis

pemeriksa, serta sekretaris pemeriksa.

Pasal 43

(1) Dalam hal putusan Bawaslu Provinsi menyatakan

laporan terbukti, amar putusan berbunyi, “MENGADILI”,

serta:

a. menyatakan terlapor, terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan pelanggaran secara

terstruktur, sistematis, dan masif berupa perbuatan

menjanjikan dan/atau memberikan uang atau

materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara

Pemilihan dan/atau Pemilih;

www.peraturan.go.id

Page 24: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -24-

b. menyatakan membatalkan terlapor sebagai

pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur,

Bupati/Wakil Bupati, atau Walikota/Wakil Walikota;

dan

c. memerintahkan kepada KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota untuk membatalkan keputusan

KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota terkait

penetapan terlapor sebagai pasangan calon dalam

Pemilihan.

(2) Putusan Bawaslu Provinsi menyatakan laporan tidak

terbukti, amar putusan berbunyi, “MENGADILI”, serta

menyatakan terlapor, tidak terbukti secara sah dan

meyakinkan, menjanjikan dan/atau memberikan uang

atau materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara

Pemilihan dan/atau Pemilih pelanggaran secara

terstruktur, sistematis, dan masif.

(3) Dalam hal terlapor bukan merupakan calon atau

pasangan calon, amar putusan berbunyi, “MENGADILI”,

serta:

a. menyatakan terlapor terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan pelanggaran secara

terstruktur, sistematis, dan masif berupa perbuatan

menjanjikan dan/atau memberikan uang atau

materi lainnya untuk mempengaruhi penyelenggara

Pemilihan dan/atau Pemilih;

b. menyatakan perbuatan terlapor terbukti secara sah

dan meyakinkan merupakan perbuatan penyertaan

pelanggaran terstruktur, sistematis, dan masif

pihak terkait;

c. menyatakan membatalkan pihak terkait sebagai

pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur,

Bupati/Wakil Bupati, atau Walikota/Wakil Walikota;

d. memerintahkan kepada KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota untuk membatalkan keputusan

KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota terkait

penetapan terlapor sebagai pasangan calon dalam

Pemilihan; dan

www.peraturan.go.id

Page 25: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -25-

e. memerintahkan kepada Pengawas Pemilihan untuk

menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh

terlapor.

Pasal 44

(1) Putusan Bawaslu Provinsi dibacakan secara terbuka dan

dibuka untuk umum, serta dapat dihadiri oleh pelapor

dan terlapor.

(2) Salinan putusan Bawaslu Provinsi disampaikan kepada

pelapor dan terlapor paling lama 1 (satu) hari sejak

putusan dibacakan.

(3) Dalam hal putusan Bawaslu Provinsi menyatakan

terlapor terbukti melakukan pelanggaran administrasi,

salinan putusan Bawaslu Provinsi disampaikan kepada

KPU Provinsi atau kepada KPU Kabupaten/Kota melalui

KPU Provinsi.

Pasal 45

(1) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota wajib

menindaklanjuti putusan Bawaslu Provinsi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3) dengan menerbitkan

keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota yang

membatalkan pasangan calon.

(2) KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) menerbitkan keputusan paling

lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterbitkannya

keputusan Bawaslu Provinsi.

(3) Pasangan calon yang dikenakan sanksi administrasi

pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

mengajukan upaya hukum kepada Mahkamah Agung

dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja

sejak keputusan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota

diterbitkan.

www.peraturan.go.id

Page 26: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -26-

BAB VI

KEBERATAN

Pasal 46

Pelapor dapat mengajukan keberatan kepada Bawaslu atas

putusan Bawaslu Provinsi yang menyatakan laporan tidak

terbukti dan dinyatakan tidak bersalah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2).

Bagian Kesatu

Pengajuan Keberatan

Pasal 47

(1) Pelapor menyampaikan keberatan atas putusan Bawaslu

Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (2)

kepada Bawaslu paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak

putusan Bawaslu Provinsi diterima.

(2) Memori keberatan yang disampaikan oleh pelapor kepada

Bawaslu memuat:

a. identitas pelapor keberatan dan/atau kuasanya

apabila pelapor diwakili oleh kuasanya yang terdiri

dari nama, alamat, nama kuasanya, alamat kantor

kuasanya apabila ada;

b. kutipan amar putusan Bawaslu Provinsi yang

menjadi keberatan;

c. tenggang waktu pengajuan keberatan;

d. uraian keberatan pelapor atas putusan Bawaslu

Provinsi; dan

e. hal yang diminta untuk diputuskan oleh Bawaslu.

(3) Memori keberatan yang disampaikan kepada Bawaslu

dilampiri dengan putusan Bawaslu Provinsi.

(4) Memori keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditandatangani oleh Pelapor atau kuasanya dibuat dalam

9 (sembilan) rangkap yang terdiri dari 1 (satu) rangkap

asli dan 8 (delapan) rangkap salinan dan format digital,

disertai bukti pendukung.

www.peraturan.go.id

Page 27: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -27-

(5) Dalam hal terdapat bukti tertulis, disampaikan dalam 2

(dua) rangkap yang terdiri dari 1 (satu) rangkap dibubuhi

materai dan dileges, dan 1 (satu) rangkap salinan.

(6) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dicatatkan dalam buku registrasi keberatan terstruktur,

sistematis, dan masif Bawaslu yang dilakukan paling

lambat 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak

keberatan diterima.

Pasal 48

(1) Bawaslu menyampaikan surat pemberitahuan kepada

terlapor dan/atau pihak terkait mengenai keberatan atas

putusan Bawaslu Provinsi disertai dengan memori

keberatan paling lambat 1x24 (satu kali dua puluh

empat) jam sejak diregistrasi.

(2) Surat pemberitahuan dapat disampaikan melalui surat

tercatat, faksimile, surat elektronik, dan/atau

komunikasi melalui telepon.

(3) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) juga berisi permintaan kepada terlapor dan/atau

pihak terkait untuk membuat kontra memori keberatan.

(4) Kontra memori keberatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dilampiri dengan bukti-bukti.

(5) Kontra memori keberatan disampaikan kepada Bawaslu

paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak surat

pemberitahuan disampaikan.

Pasal 49

(1) Bawaslu memeriksa dan memutus keberatan atas

putusan Bawaslu Provinsi paling lama 14 (empat belas)

hari sejak keberatan dicatatkan dalam buku registrasi

keberatan terstruktur, sistematis, dan masif Bawaslu.

(2) Bawaslu menerbitkan putusan atas keberatan dengan

memeriksa dokumen yang disampaikan oleh pelapor,

terlapor dan/atau pihak terkait.

www.peraturan.go.id

Page 28: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -28-

Pasal 50

(1) Bawaslu melakukan pemeriksaan atas memori

keberatan, kontra memori keberatan dan dokumen-

dokumen pendukung.

(2) Pemeriksaan keberatan dilakukan terhadap penerapan

hukum dalam putusan Bawaslu Provinsi.

(3) Bawaslu dapat menghadirkan para pihak dalam

pemeriksaan keberatan.

(4) Putusan pemeriksaan keberatan atas putusan Bawaslu

Provinsi ditandatangani oleh Ketua dan Anggota majelis

pemeriksa serta sekretaris pemeriksa.

Pasal 51

Putusan Bawaslu memuat sebagai berikut:

1. dalam hal majelis pemeriksa menyatakan bahwa putusan

Bawaslu Provinsi sudah tepat dan benar, amar putusan

berbunyi, “MENGADILI”, serta menyatakan menolak

keberatan pelapor dan menguatkan putusan Bawaslu

Provinsi;

2. dalam hal majelis pemeriksa menyatakan bahwa terdapat

kekeliruan dalam putusan Bawaslu Provinsi, amar

putusan berbunyi, “MENGADILI”, serta:

a. menyatakan menerima keberatan pelapor;

b. menyatakan membatalkan putusan Bawaslu

Provinsi; dan

c. memerintahkan KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota untuk membatalkan pasangan

calon, sebagai Peserta Pemilihan.

3. Dalam hal majelis pemeriksa menyatakan bahwa

keberatan pelapor tidak memenuhi ketentuan

sebagaimana diatur dalam Pasal 47 amar putusan

berbunyi, “MENGADILI”, serta menyatakan keberatan

pelapor tidak dapat diterima.

Pasal 52

(1) Salinan putusan Bawaslu sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 49 disampaikan kepada Bawaslu Provinsi, pelapor,

www.peraturan.go.id

Page 29: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -29-

terlapor, pihak terkait dan KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak

putusan ditetapkan.

(2) Salinan putusan untuk KPU Provinsi atau KPU

Kabupaten/Kota disampaikan melalui Bawaslu Provinsi.

Pasal 53

Bawaslu Provinsi menyampaikan salinan putusan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) kepada KPU

Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota paling lama 1 (satu) hari

sejak putusan diterima.

Pasal 54

Status keberatan atas putusan Bawaslu Provinsi terkait

pelanggaran administrasi diumumkan di Sekretariat Jenderal

Bawaslu.

BAB XII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 55

(1) Dalam hal Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi tidak

dapat melaksanakan tugas menerima, memeriksa, dan

memutus laporan pelanggaran administrasi, Bawaslu

mengambil alih pelaksanaan tugas menerima,

memeriksa, dan memutus laporan pelanggaran

administrasi.

(2) Tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yaitu berhalangan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan undang-undang untuk menerima,

memeriksa, dan memutus laporan pelanggaran

administrasi.

(3) Bawaslu melaksanakan tugas menerima, memeriksa, dan

memutus laporan pelanggaran administrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), di Sekretariat Bawaslu Provinsi

atau Sekretariat Jenderal Bawaslu.

www.peraturan.go.id

Page 30: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -30-

(4) Putusan atas laporan pelanggaran administrasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat

diajukan keberatan kepada Bawaslu.

Pasal 56

Formulir menerima, memeriksa dan memutus pelanggaran

terstruktur, sistematis, dan masif yang tercantum dalam

Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Badan ini.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 57

(1) Penyebutan KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

dalam Peraturan Badan ini termasuk juga Komisi

Independen Pemilihan Provinsi Aceh dan Komisi

Independen Pemilihan Kabupaten/Kota.

(2) Penyebutan Bawaslu Provinsi dan Panwas

Kabupaten/Kota dalam Peraturan Badan ini termasuk

juga Panitia Pengawas Pemilihan Aceh dan Panitia

Pengawas Pemilihan Kabupaten/Kota.

Pasal 58

Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan

Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2016

tentang Tata Cara Penanganan Pelanggaran Administrasi

terkait Larangan Memberikan dan/atau Menjanjikan Uang

atau Materi Lainnya yang Dilakukan secara Terstruktur,

Sistematis, dan Masif dalam Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 1711), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 59

Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

www.peraturan.go.id

Page 31: BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIAditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn1428-2017.pdf · 2017-11-02 · Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan (Lembaran ... rapat koordinasi nasional;

2017, No.1428 -31-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 9 Oktober 2017

KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ABHAN

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 11 Oktober 2017

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

www.peraturan.go.id