berita daerah -...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI
TAHUN 2018 NOMOR 10
PERATURAN WALI KOTA SUKABUMI
TANGGAL : 30 APRIL 2018
NOMOR : 10 TAHUN 2018
TENTANG : INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN
PANGAN BERKELANJUTAN
Sekretariat Daerah Kota Sukabumi Bagian Hukum
2018

WALI KOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN WALI KOTA SUKABUMI
NOMOR 10 TAHUN 2018
TENTANG
INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
WALI KOTA SUKABUMI,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat
(4) Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 1 Tahun
2016 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan, perlu menetapkan Peraturan Wali
Kota Sukabumi tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kota Kecil dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia
tanggal 14 Agustus 1950) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1954 tentang Pengubahan Undang-Undang
Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1954 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 551);
2. Undang-Undang...

- 2 -
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor149, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5433);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1995 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah
Tingkat II Sukabumi dan Kabupaten Daerah
Tingkat II Sukabumi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1995 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3584);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012
tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5279);
7. Peraturan.......

- 3 -
7. Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 1
Tahun 2016 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran
Daerah Kota Sukabumi Tahun 2016 Nomor 1);
8. Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 10
Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (Lembaran Daerah Kota Sukabumi Tahun 2012 Nomor 10);
9. Peraturan Daerah Kota Sukabumi Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat
Daerah (Lembaran Daerah Kota Sukabumi Tahun 2016 Nomor 9);
Memperhatikan : Peraturan Walikota Sukabumi Nomor 33 Tahun
2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas Pokok, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Sukabumi (Berita Daerah Kota Sukabumi Tahun
2016 Nomor 33);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN WALI KOTA TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Wali Kota ini yang dimaksud
dengan:
1. Daerah Kota yang selanjutnya disebut Daerah
adalah Kota Sukabumi. 2. Pemerintah....

- 4 -
2. Pemerintah Daerah adalah Wali Kota sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Wali Kota adalah Wali Kota Sukabumi.
4. Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan
yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas
Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota
Sukabumi atau perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian.
5. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang selanjutnya disingkat LP2B adalah bidang lahan
pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan
dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan
kedaulatan pangan Daerah.
6. Petani Pangan yang selanjutnya disebut Petani adalah
setiap warga negara Indonesia beserta keluarganya yang mengusahakan Lahan untuk komoditas pangan
pokok di LP2B.
7. Insentif adalah pemberian penghargaan kepada petani
dan/atau pemilik lahan yang mempertahankan dan
tidak mengalihfungsikan LP2B.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Pemberian Insentif perlindungan LP2B bertujuan untuk:
a. mendorong perwujudan LP2B yang telah ditetapkan;
b. meningkatkan upaya pengendalian alih fungsi LP2B;
c. meningkatkan....

- 5 -
c. meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan
kesejahteraan bagi Petani; d. memberikan kepastian hak atas tanah bagi Petani; dan
e. meningkatkan kemitraan semua pemangku
kepentingan dalam rangka pemanfaatan,
pengembangan, dan perlindungan LP2B sesuai dengan
tata ruang.
Pasal 3
Pemberian Insentif perlindungan LP2B dilakukan pada
LP2B yang telah ditetapkan dalam:
a. rencana tata ruang wilayah Daerah; dan/atau
b. rencana detail tata ruang wilayah Daerah.
Pasal 4
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan Insentif perlindungan LP2B kepada Petani.
BAB III
JENIS, PERTIMBANGAN, DAN TATA CARA
PEMBERIAN INSENTIF
Bagian Kesatu
Jenis Insentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 5
Pemerintah Daerah memberikan Insentif perlindungan
LP2B kepada pemilik lahan, Petani, dan/atau kelompok
tani dengan jenis berupa:
a. bantuan......

- 6 -
a. bantuan keringanan pajak bumi dan bangunan; b. pengembangan infrastruktur pertanian;
c. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih
dan bibit unggul;
d. kemudahan dalam mengakses informasi dan
teknologi;
e. fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian;
f. fasilitasi penerbitan sertifikat hak atas tanah pada
LP2B; dan/atau
g. penghargaan bagi Petani berprestasi.
Paragraf 2
Bantuan Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan
Pasal 6
(1) Dinas mengusulkan pemilik lahan, Petani,
dan/atau kelompok tani sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 yang berhak menerima Isentif berupa
keringanan pembayaran pajak bumi dan bangunan kepada perangkat Daerah yang memungut pajak
bumi dan bangunan.
(2) Pemberian Insentif keringanan pajak bumi dan
bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Paragraf 3
Pengembangan Infrastruktur Pertanian
Pasal 7
Pengembangan infrastruktur pertanian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b meliputi:
a. Pembangunan.....

- 7 -
a. pembangunan dan/atau peningkatan infrastruktur pertanian;
b. pembangunan dan/atau peningkatan jaringan
irigasi;
c. pembangunan, pengembangan, dan/atau
rehabilitasi jalan usaha tani;
d. perbaikan kesuburan tanah; dan/atau e. konservasi tanah dan air.
Paragraf 3
Pembiayaan Penelitian dan
Pengembangan Benih dan Benih Unggul
Pasal 8
(1) Pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c meliputi:
a. penyediaan proyek percontohan pengujian
benih dan varietas unggul, hibrida, dan lokal; dan
b. pembinaan dan pengawasan penangkar benih.
(2) Penelitian dan pengembangan benih dan varietas
unggul ditugaskan kepada lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan/atau lembaga lainnya yang
mempunyai kompetensi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Hasil penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disebarluaskan oleh Pemerintah Daerah kepada
Petani dan hanya digunakan untuk kepentingan
Petani.
Paragraf 4.........

- 8 -
Paragraf 4
Kemudahan dalam Mengakses Informasi dan
Teknologi
Pasal 9
(1) Kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf d berbentuk penyediaan serta distribusi
informasi dan teknologi.
(2) Penyediaan serta distribusi informasi dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan melalui Dinas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Paragraf 5
Fasilitasi Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi
Pertanian
Pasal 10
(1) Penyediaan sarana produksi pertanian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e
paling sedikit meliputi penyediaan benih dan/atau
bibit, alat dan mesin pertanian, pupuk organik dan
anorganik, dan pestisida.
(2) Sarana dan prasarana produksi pertanian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada Petani sesuai dengan kebutuhan dan
rekomendasi dari tim penilai yang dibentuk oleh Kepala Dinas.
(3) Ketentuan mengenai unsur keanggotaan dan tata
kerja tim penilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan Keputusan Kepala Dinas.
Paragraf 6.......

- 9 -
Paragraf 6
Fasilitasi Penerbitan
Sertifikat Hak Atas Tanah pada LP2B
Pasal 11
(1) Fasilitasi penerbitan sertifikat hak atas tanah pada LP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f
diberikan kepada pemilik lahan atau Petani yang
lahannya belum bersertifikat.
(2) Fasilitasi penerbitan sertifikat hak atas tanah pada LP2B sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Dinas.
Paragraf 7
Penghargaan Bagi Petani Berprestasi
Pasal 12
(1) Penghargaan bagi Petani berprestasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g diberikan dalam
bentuk:
a. pelatihan;
b. piagam; dan/atau
c. bentuk lainnya yang bersifat stimulan.
(2) Penghargaan bagi Petani berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah
Daerah berdasarkan penilaian tim yang masing-
masing dibentuk oleh Kepala Dinas.
(3) Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara penilaian Petani berprestasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan petunjuk teknis
yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
Bagian .......

- 10 -
Bagian Kedua
Pertimbangan Pemberian Insetif
Pasal 13
Pemerintah Daerah memberikan Insentif kepada Petani dan/atau pemilik lahan berdasarkan pertimbangan:
a. tipologi LP2B;
b. kesuburan tanah;
c. irigasi; d. produktivitas usaha tani;
e. lokasi;
f. kolektivitas usaha pertanian; dan/atau
g. praktik usaha tani ramah lingkungan.
Pasal 14
Tipologi LP2B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf a, meliputi:
a. lahan beririgasi; dan
b. lahan tidak beririgasi.
Pasal 15
(1) Kesuburan tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 huruf b didasarkan pada tingkat
kesuburan tanah.
(2) LP2B dengan tingkat kesuburan rendah diberikan jenis Insentif lebih banyak dibandingkan dengan
LP2B dengan tingkat kesuburan tinggi.
(3) Ketentuan .....

- 11 -
(3) Ketentuan mengenai tingkat kesuburan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan
kesesuaian lahan pada komoditas tertentu diatur
dalam petunjuk teknis.
Pasal 16
(1) Irigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf c, didasarkan pada kinerja jaringan irigasi
serta tingkat operasi dan pemeliharaan irigasi.
(2) Insentif diprioritaskan pada daerah irigasi yang:
a. memerlukan rehabilitasi jaringan irigasi; dan
b. operasi dan pemeliharaannya memiliki kategori
baik.
(3) Pemberian Insentif pada irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dikoordinasikan dengan
perangkat Daerah yang menyelenggarakan urusan
sumber daya air.
Pasal 17
(1) Produktivitas usaha tani sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 huruf d, didasarkan pada
produktivitas rata-rata komoditas pangan utama.
(2) Insentif diprioritaskan diberikan oleh Pemerintah
Daerah pada LP2B yang tingkat produktivitasnya di
bawah produktivitas rata-rata Daerah.
Pasal 18
(1) Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf e, didasarkan atas jarak antara lokasi lahan
dan jaringan jalan. (2) Insentif ......

- 12 -
(2) Insentif diprioritaskan diberikan pada LP2B yang berbatasan langsung dengan jaringan jalan
nasional, provinsi, dan/atau kota.
(3) Untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di
kawasan perkotaan yang terletak kurang dari 100
(seratus) meter dari badan jalan diberikan Insentif yang lebih banyak daripada LP2B yang terletak
lebih dari 100 (seratus) meter dari badan jalan.
Pasal 19
(1) Kolektivitas usaha pertanian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf f, didasarkan pada
tingkat kolektivitas usaha tani.
(2) Insentif diberikan kepada:
a. Petani yang memiliki tingkat kolektivitas usaha
tani yang tinggi pada daerah irigasi.
b. Petani yang memiliki tingkat kolektivitas usaha
tani yang tinggi pada daerah tidak beririgasi.
Pasal 20
(1) Praktik usaha tani ramah lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 huruf g, diprioritaskan pada LP2B yang menerapkan pemanfaatan
teknologi ramah lingkungan.
(2) Pemanfaatan teknologi ramah lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penerapan budidaya pertanian pangan organik
dan/atau hemat air;
b. penerapan kaidah konservasi tanah dan air;
c. penggunaan rekomendasi teknologi pertanian
sesuai anjuran; dan/atau d. Penggunaan ......

- 13 -
d. penggunaan pupuk dan pestisida anorganik paling rendah.
Bagian Ketiga
Tata Cara Pemberian Insentif
Paragraf 1
Perencanaan
Pasal 21
(1) Perencanaan pemberian Insentif mengikuti
mekanisme perencanaan pembangunan Daerah
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Perencanaan pemberian Insentif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam rencana
pembangunan jangka panjang Daerah, rencana
pembangunan jangka menengah Daerah, serta rencana kerja Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Pengusulan
Pasal 22
Pengusulan untuk memperoleh Insentif dari
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan dengan tahapan:
a. Kepala Dinas mengusulkan lokasi, luas lahan, dan
daftar nama Petani yang diberikan Insentif kepada
Wali Kota;
b. kepala .......

- 14 -
b. kepala perangkat daerah yang terkait mengusulkan jenis Insentif yang dibutuhkan Petani pada lokasi
sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada Wali
Kota melalui perangkat daerah yang membidangi
urusan perencanaan pembangunan Daerah;
c. jenis Insentif sebagaimana dimaksud dalam huruf b diverifikasi dan dikoordinasikan oleh perangkat
Daerah yang membidangi urusan perencanaan
pembangunan Daerah; dan
d. hasil verifikasi sebagaimana dimaksud dalam huruf c disampaikan oleh perangkat Daerah yang
membidangi urusan perencanaan pembangunan
Daerah kepada Wali Kota.
Paragraf 3
Penetapan
Pasal 23
(1) Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana
dimaksud dalam 22, Pemerintah Daerah
menetapkan Insentif yang diberikan kepada Petani.
(2) Penetapan Insentif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dimuat dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
Pasal 24
Norma, standar, prosedur, dan kriteria pemberian
Insentif diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas.
BAB IV .......

- 15 -
BAB IV
KEWAJIBAN PETANI PENERIMA INSENTIF
Pasal 25
(1) Petani penerima Insentif wajib:
a. memanfaatkan lahan sesuai peruntukkannya;
b. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah;
c. mencegah kerusakan lahan; dan
d. memelihara kelestarian lingkungan.
(2) Dalam hal pada LP2B terdapat jaringan irigasi dan
jalan usaha tani, Petani penerima Insentif wajib
memelihara dan mencegah kerusakan jaringan
irigasi dan jalan usaha tani.
Pasal 26
Kewajiban Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (1) dilakukan dengan:
a. mengusahakan lahannya setiap tahun dengan
komoditas yang sesuai; dan
b. melaksanakan optimasi lahan pertanian pangan
secara lestari dan berkelanjutan atas dasar
rekomendasi teknologi spesifik lokalita dan/atau
kearifan lokal.
Pasal 27
Kewajiban Petani memelihara dan mencegah kerusakan irigasi dan jalan usaha tani sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (2), dilakukan dengan melibatkan
peran masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi dan jalan usaha tani serta
melaporkannya kepada para pemangku kepentingan
jika terjadi kerusakan. a. Petani.......

- 16 -
BAB V
PENCABUTAN INSENTIF
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 28
Pencabutan Insentif dilakukan Pemerintah Daerah
dalam hal:
a. Petani tidak memenuhi kewajiban perlindungan
LP2B;
b. Petani tidak mentaati norma, standar, prosedur,
dan kriteria pemberian Insentif; dan/atau
c. LP2B dialihfungsikan.
Pasal 29
(1) Pengenaan pencabutan Insentif dilakukan melalui
tahap:
a. pemberian peringatan pendahuluan;
b. pengurangan pemberian Insentif; dan
c. pencabutan Insentif.
(2) Pencabutan Insentif kepada Petani dan/atau pemilik lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c dilaksanakan berdasarkan hasil
pengendalian dan pengawasan.
Bagian .......

- 17 -
Bagian Kedua
Pengendalian dan Pengawasan
Pasal 30
(1) Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2), dilakukan
melalui pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Pemerintah Daerah.
(2) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh tim yang
dibentuk oleh Kepala Dinas.
Bagian Ketiga
Pembinaan Pasca Pencabutan Insentif
Pasal 31
(1) Bagi Petani yang dikenakan pencabutan Insentif
wajib mendapatkan pembinaan dari Pemerintah
Daerah.
(2) Pembinaan pasca pengenaan pencabutan Insentif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan guna meningkatkan kinerja dan memberi motivasi
bagi Petani dan atau pemilik lahan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar ……

- 18 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Wali Kota ini dengan
penempatannya dalam berita Daerah Kota Sukabumi.
Ditetapkan di Sukabumi
pada tanggal 30 April 20188 Pebruari 10
WALI KOTA SUKABUMI,
ttd.
MOHAMAD MURAZ
Diundangkan di Sukabumi
pada tanggal 30 April 2018 8 Pebruari 2010
Plt. SEKRETARIS DAERAH
KOTA SUKABUMI,
ttd.
SALEH MAKBULLAH
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2018 NOMOR 8
Salinan sesuai dengan aslinya:
KEPALA BAGIAN HUKUM SETDA KOTA SUKABUMI,
EEN RUKMINI NIP. 19720210199901 2 001