berbagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · amerika serikat, pada tahun 1951 menyebut afrika...

11
BERBAGI PENGETAHUAN, MEMPERLUAS KEMITRAAN G eorge Edmund Haynes, seorang pakar sosiologi Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. Hal ini terbukti pada masa sekarang ketika Afrika memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yakni pada 3,5% di tahun 2016, dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai 4,3% pada 2020. Afrika juga memiliki tenaga kerja yang melimpah, yang diperkirakan akan mencapai jumlah 1.1 miliar orang pada tahun 2034. Daya beli masyarakat Afrika pun dinilai sangat kuat, dengan jumlah penduduk kelas menengah yang berjumlah sekitar 330 juta jiwa. Dengan potensi yang sedemikian besar, tentunya negara- negara Afrika menjadi mitra yang sangat penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia. Untuk itu, Indonesia perlu berupaya menjaga dan mempererat persahabatan dengan Afrika yang telah dibina sejak penyelenggaraan Konperensi Asia-Afrika (KAA) 62 tahun silam. Upaya tersebut salah satunya tercermin dalam peringatan HUT ke-60 KAA, ketika Indonesia mendeklarasikan komitmennya untuk meningkatkan berbagai bentuk kerja sama dengan negara-negara Afrika, khususnya dalam kerangka Kerja MENGGANDENG BENUA MASA DEPAN Sama Selatan-Selatan (KSS). Afrika memang telah menjadi salah satu partner utama KSS Indonesia. Sejak tahun 1999 hingga bulan November 2017, Indonesia setidaknya telah melaksanakan 94 program kegiatan capacity building yang diikuti oleh sekurang-kurangnya 712 peserta dari berbagai negara Afrika. Bidang kerja sama yang telah dilaksanakan pun beragam, utamanya sektor-sektor prioritas negara-negara di Afrika seperti pertanian, perikanan, kesehatan, dan ekonomi mikro. Seiring dengan semangat untuk memperkuat hubungan dengan negara- negara Afrika, Kementerian Luar Negeri akan menyelenggarakan Indonesia-Africa Forum (IAF) pada 10 – 11 April 2018. IAF akan banyak melibatkan sektor swasta guna meningkatkan investasi dan perdagangan antara Indonesia dan Afrika. Lebih dari itu, diharapkan forum ini juga dapat menjadi momentum untuk mensinergikan pelaksanaan kerja sama teknik dengan kepentingan ekonomi Indonesia. Dalam rangka persiapan IAF, Kemlu pun telah aktif dalam berbagai kegiatan outreach kepada negara-negara Afrika guna menjaring permintaan kerja sama teknik di berbagai bidang. Ary Adiati Edisi No. 6/Desember/2017 Pakdir's Note ........................................... 02 Kisah Empat Warga Solomon Islands Di Maluku Tenggara................................. 03 Indonesia Jajaki Kerja Sama Triangular dengan Brazil, Meksiko, dan Perancis.... 04 Mengajak Sahabat Afrika Belajar Melaut di Ambon ..................................... 06 Menjajaki Peluang dengan Afrika........... 08 Taruhkan Nyawa Padamkan Bara ........... 10 FARTC Mkindo-Morogoro: Aset Indonesia di Tanzania............................................... 12 Mengelola Peninggalan Berharga Masa Lalu................................................. 14 Berbagi Pengalaman Pemanfaatan Kelapa Bersama Negara-Negara Asia Pasifik...... 16 RI Dukung Pembangunan Palestina Melalui Pelatihan Infrastruktur............................ 18 Apa Kata Mereka ..................................... 20

Upload: phungthien

Post on 18-Sep-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

1Edisi No. 1/Juni/2014 Jendela

BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan

George Edmund Haynes, seorang pakar sosiologi Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. Hal ini terbukti pada masa sekarang ketika Afrika memiliki tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yakni pada 3,5% di tahun 2016, dan diprediksi terus meningkat hingga mencapai 4,3% pada 2020. Afrika juga memiliki tenaga kerja yang melimpah, yang diperkirakan akan mencapai jumlah 1.1 miliar orang pada tahun 2034. Daya beli masyarakat Afrika pun dinilai sangat kuat, dengan jumlah penduduk kelas menengah yang berjumlah sekitar 330 juta jiwa.

Dengan potensi yang sedemikian besar, tentunya negara-negara Afrika menjadi mitra yang sangat penting dalam diplomasi ekonomi Indonesia. Untuk itu, Indonesia perlu berupaya menjaga dan mempererat persahabatan dengan Afrika yang telah dibina sejak penyelenggaraan Konperensi Asia-Afrika (KAA) 62 tahun silam. Upaya tersebut salah satunya tercermin dalam peringatan HUT ke-60 KAA, ketika Indonesia mendeklarasikan komitmennya untuk meningkatkan berbagai bentuk kerja sama dengan negara-negara Afrika, khususnya dalam kerangka Kerja

MENGGANDENG BENUA MASA DEPAN

Sama Selatan-Selatan (KSS). Afrika memang telah menjadi salah satu partner utama

KSS Indonesia. Sejak tahun 1999 hingga bulan November 2017, Indonesia setidaknya telah melaksanakan 94 program kegiatan capacity building yang diikuti oleh sekurang-kurangnya 712 peserta dari berbagai negara Afrika. Bidang kerja sama yang telah dilaksanakan pun beragam, utamanya sektor-sektor prioritas negara-negara di Afrika seperti pertanian, perikanan,

kesehatan, dan ekonomi mikro.Seiring dengan semangat untuk

memperkuat hubungan dengan negara-negara Afrika, Kementerian Luar

Negeri akan menyelenggarakan Indonesia-Africa Forum (IAF) pada 10 – 11 April 2018. IAF akan banyak melibatkan sektor swasta

guna meningkatkan investasi dan perdagangan antara Indonesia dan

Afrika. Lebih dari itu, diharapkan forum ini juga dapat menjadi momentum

untuk mensinergikan pelaksanaan kerja sama teknik dengan kepentingan ekonomi Indonesia. Dalam rangka persiapan IAF, Kemlu pun telah aktif dalam berbagai kegiatan outreach kepada negara-negara Afrika guna menjaring permintaan kerja sama teknik di berbagai bidang.

Ary Adiati

Edisi No. 6/Desember/2017• Pakdir's Note ........................................... 02• Kisah Empat Warga Solomon Islands Di Maluku Tenggara................................. 03• Indonesia Jajaki Kerja Sama Triangular

dengan Brazil, Meksiko, dan Perancis.... 04

• Mengajak Sahabat Afrika Belajar Melaut di Ambon ..................................... 06• Menjajaki Peluang dengan Afrika........... 08• Taruhkan Nyawa Padamkan Bara ........... 10• FARTC Mkindo-Morogoro: Aset Indonesia

di Tanzania............................................... 12

• Mengelola Peninggalan Berharga Masa Lalu................................................. 14• Berbagi Pengalaman Pemanfaatan Kelapa

Bersama Negara-Negara Asia Pasifik...... 16• RI Dukung Pembangunan Palestina Melalui

Pelatihan Infrastruktur............................ 18• Apa Kata Mereka ..................................... 20

Page 2: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

PakDir’s Note

3

SIAP LANJUTKAN ESTAFET KEPEMIMPINAN

EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

Buletin kali ini merupakan edisi pertama yang memuat catatan saya sebagai Direktur Kerja Sama Teknik (KST). Halaman ini biasanya dijadikan sarana Direktur KST berbagi pengalaman, pesan, dan kesan dalam mengawal

pengelolaan pemberian bantuan teknik Indonesia. Meski belum lama menjabat, banyak sekali yang ingin saya tuangkan di sini karena ternyata perjalanan proses bisnis pengelolaan bantuan teknik sangatlah dinamis dan penuh tantangan.

Sebenarnya, sudah sejak bulan April 2017 saya diberikan amanat untuk memimpin Direktorat KST yang sedang dalam masa transisi dengan target-target nasional yang perlu segera diselesaikan. Saat ini, tugas yang saya rasa cukup menyita perhatian adalah penyusunan Rancangan Peraturan Presiden (RPerpres) mengenai Pengelolaan Pemberian Bantuan Internasional yang harus diselesaikan pada akhir tahun 2017. RPerpres ini mengatur mulai dari perumusan kebijakan, mekanisme pengusulan program, hingga pembiayaan dan evaluasi bantuan internasional yang akan diberikan Indonesia

kepada negara lain. Mengingat saat ini sudah memasuki akhir tahun, maka kami

di Tim Koordinasi Nasional Kerja Sama Selatan-Selatan Indonesia (Tim Kornas KSS) harus fokus agar RPerpres ini dapat selesai tepat waktu.

Berbicara mengenai Tim Kornas, saya sebagai Direktur KST juga memperoleh amanat sebagai

Ketua Tim Pelaksana Kornas KSS tersebut. Jabatan yang

sebelum tahun 2017 dipegang oleh Direktur Politik Luar Negeri dan Kerja Sama Pembangunan Internasional, Bappenas. Tim Kornas KSS merupakan tim yang

terdiri dari 4 kementerian yakni Kemlu, Kemkeu, KemenPPN/Bappenas, dan Kemsetneg, serta bertugas mengoordinasikan pemberian bantuan teknik Indonesia yang pengelolaannya masih terpencar pencar di berbagai kementerian dan lembaga. Sejatinya, Tim Kornas KSS dibentuk untuk mempersiapkan single agency pemberian bantuan teknik Indonesia, yang juga merupakan target saya sebagai Direktur KST.

Selain menyelesaikan RPerpres, kami harus tetap mengawal pelaksanaan pemberian bantuan teknik Indonesia sesuai dengan kepentingan nasional. Tahun 2017, Direktorat KST telah melaksanakan setidaknya 13 program pemberian bantuan teknik yang diikuti sekurang-kurangnya 288 peserta. Negara yang menjadi prioritas penerima program bantuan teknik tahun ini yaitu Palestina, Timor Leste, negara-negara Afrika, dan Pasifik. Pemberian bantuan teknik kepada Palestina, Timor Leste, dan negara-negara Pasifik didasarkan oleh komitmen Presiden RI yang harus kita penuhi. Sedangkan program kerja sama teknik dengan negara-negara Afrika adalah sejalan dengan komitmen Indonesia yang dideklarasikan pada Peringatan KAA ke-60.

Terkait Afrika, kami di Direktorat KST memandang kegiatan Indonesia-Africa Forum (IAF) tahun 2018 sebagai sebuah momentum yang tepat untuk menyesuaikan pemberian bantuan teknik dengan peluang ekonomi Indonesia di negara-negara Afrika. IAF akan mengundang sejumlah aktor penting yang memungkinkan Indonesia dan negara-negara Afrika untuk menggali potensi kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi. Kerja sama teknik dapat menjadi pintu masuknya berbagai kerja sama tersebut sehingga kepentingan diplomasi ekonomi Indonesia dapat tercapai.

Memimpin Direktorat KST baik dalam penyusunan RPerpres maupun penyelarasan kerja sama teknik dengan kepentingan nasional yang dinamis memang bukan tugas mudah. Namun, saya siap menerima tongkat estafet kepemimpinan ini. Saya cukup optimis bahwa dengan dukungan teman-teman di Direktorat KST, rekan-rekan Kemlu, serta K/L terkait, masa depan KSS Indonesia akan semakin baik.

M. Syarif Alatas

Pembina: Dirjen IDP - Cecep Herawan | Penanggung Jawab: Direktur KST - Mohammad Syarif Alatas • Sesditjen IDP - Azis Nurwahyudi | Pimpinan Redaksi : Victor S. Hardjono | Dewan Redaksi: Ary Adiati • Slamet Noegroho • Melati Irawati • Lina Yanti Diliane

• Muhammad Kurniawan | Desain Grafis: Ririn D. Fitriani, Rudiyanto | Pembuat Artikel : Neti Rahmi • Novi Fitmawati • Etty Utami Wulandari• Faraiditto Suharyono | Sekretariat/Umum: Sabenna • Rizky Agustina • Daniel Nugroho

M. Syarif Alatas

Senyum lebar terlukis di wajah para warga Ohoy Letvuan, Maluku Tenggara, yang berkumpul di pintu gerbang desa mereka. Hujan rintik-rintik yang tak kunjung berhenti tidak memadamkan kegembiraan mereka menanti kedatangan keempat

tamu asing yang akan tiba hari itu. Sambutan meriah mengiringi ketika empat orang warga negara Solomon Islands, didampingi Dubes Ronny P. Yuliantoro, tiba di desa. Mereka pun langsung dipersilakan untuk mengikuti serangkaian upacara adat untuk memasuki desa, dengan diiringi doa-doa dari tetua adat dan ziarah ke rumah adat serta pusat desa. Sambutan meriah ini diberikan oleh warga setempat karena keempat orang tamu dari Solomon Islands tersebut bukan hanya akan belajar mengenai budidaya rumput laut di Ohoi Letvuan, namun juga akan tinggal dan menjadi bagian dari mereka selama 2 bulan.

Fred Toitoro, Francis Siosi, Cyrillo Wakeke, dan Kalisto Pesoro adalah empat orang warga Solomon Islands yang berasal dari Marau Sound dan Kepulauan Russel. Mereka yang tiba di Jakarta pada tanggal 12 Juni 2014 kemudian diterbangkan ke kota Langgur, ibukota Kabupaten Maluku Tenggara, untuk mengikuti kegiatan Pilot Project on Seaweed Product Development for Solomon Islands. Proyek tersebut merupakan kerja sama Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dengan Keuskupan Amboina Wilayah Perwakilan Kei Kecil, yang berkedudukan di Maluku Tenggara.

Proyek pilot ini merupakan bagian dari promosi program pembangunan peningkatan kapasitas dan kerja sama teknik Indonesia. Melalui pelatihan ini, peserta dari Solomon Islands diharapkan dapat mempelajari teknik pengolahan produk rumput laut, dan belajar dari kisah sukses masyarakat desa Ohoi Letvuan dalam pengembangan produk rumput laut. Komunitas

pengembang produk rumput laut setempat diharapkan dapat menjadi contoh yang ideal bagi peserta dikembangkan di negaranya. Selain itu diharapkan terjalinnya pemahaman yang lebih baik antara masyarakat Indonesia dengan Solomon Islands.

Di Ohoi Letvuan, kegiatan dimulai dengan bimbingan teknik (bimtek) pada tanggal 15—17 Juni 2017 yang diberikan oleh para ahli dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan LIPI di Tual. Selanjutnya peserta mengikuti pelatihan bersama dengan penduduk wilayah setempat selama 2 bulan di bawah bimbingan Dewan Gereja Stasi Ohoi Letvuan. Selama in-house training peserta dilatih mempraktikan bimtek tentang pembibitan, penyemaian, pemeliharaan, panen dan penanganan pasca panen, serta pengolahan hasil panen. Di penghujung program pelatihan, para peserta diharapkan mampu melakukan budi daya dan pengolahan hasil berbahan dasar rumput laut, yang kelak akan dibagikan kepada masyarakat tempat asalnya di Marau Sound dan Kepulauan Russel.

Selama pelatihan, keempatnya selain belajar tentang pengembangan produk rumput laut, juga diberi kesempatan untuk memberikan kursus berbahasa Inggris kepada anak-anak usia Sekolah Menengah Pertama sebagai ajang unjuk keberanian dan praktik percakapan dalam bahasa Inggris. Kesempatan tersebut cukup ampuh dalam meningkatkan tali persahabatan antara peserta dan masyarakat setempat. Selain itu peserta juga dilibatkan dalam berbagai acara keagamaan dan sosial budaya masyarakat sehingga mereka terpapar dengan budaya dan cara pandang masyarakat setempat.

Setelah 2 bulan berlalu, keempat peserta yang harus kembali ke negaranya diperpisahkan dengan jamuan makan siang dan ritual pelepasan secara adat oleh warga dilanjutkan acara penutupan secara resmi oleh Plt. Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik, Dubes Niniek K. Naryatie.

Satu hal yang tidak terbayangkan adalah meski tinggal cukup singkat di Ohoi Letvuan, terkendala bahasa yang cukup sulit pada saat berkomunikasi dengan masyarakat setempat, namun ikatan batin yang terjalin antara keluarga angkat dengan masing-masing peserta program cukup kuat. Keluarga angkat seakan belum rela melepas keempatnya kembali ke negaranya. Hingga larut malam, mereka masih terdengar bercengkerama. Beberapa “mama” bahkan berkali-kali menyeka mata mereka sebelum akhirnya melepas anak-anak angkat mereka kembali ke Solomon Islands.

Etty Wulandari

KISAH EMPAT WARGA SOLOMON ISLANDS DI MALUKU TENGGARA

Jamuan makan siang oleh Dewan Gereja Stasi Ohoi Letvuan untuk melepas kepergian peserta kembali ke Solomon Islands

Page 3: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

kerja sama triangular di bidang penanggulangan bencana untuk negara-negara kawasan Amerika Selatan.

Selain bertemu dengan AMEXCID, Direktorat KST memiliki kesempatan berkunjung ke Instituto de Los Mexicanos en el Exterior (IME), yang merupakan institusi di bawah Kementerian Luar Negeri Meksiko, untuk pemberdayaan, penyediaan fasilitas dan bantuan bagi masyarakat Meksiko di luar negeri (diaspora Meksiko). Pertemuan tersebut memberikan banyak masukan mengenai bagaimana Meksiko menangani diaspora di luar negeri. Hal ini tentunya dapat menjadi pelajaran tersendiri untuk Indonesia agar dapat mengelola diaspora Indonesia yang ada di berbagai negara.

PrancisUpaya penjajakan kerja sama dan perjanjian Kerja Sama

Teknik tidak hanya dilakukan dengan negara-negara Amerika Selatan saja. Pada bulan November 2017, perwakilan Direktorat KST bertemu dengan perwakilan dari Directorate General for Global Affairs, Culture and International Developpement, Kementerian Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Prancis.

Pada pertemuan tersebut dijelaskan mengenai AFD (Agence Français Dévelopment) sebagai badan kerja sama pembanguna Prancis yang memberikan bantuan dalam bentuk hibah dan pinjaman kepada negara lain. Pertemuan tersebut juga membicarakan mengenai kelanjutan pembahasan perjanjian Kerja Sama Teknik kedua negara.

Kemudian Direktorat KST juga melakukan pertemuan secara terpisah dengan AFD dan memperoleh informasi mengenai negara-negara yang menjadi fokus utama AFD dalam pemberian bantuan pinjaman. Sebagai salah satu penerima dana bantuan AFD periode tahun 2017-2021, Indonesia telah menerima dana sekitar 250-300 juta euro untuk pembanguan di bidang sustainable urban transition, natural resources, enhanced connectivity, strengthening public finance, dan promoting energy transition.

Selain melakukan kegiatan pertemuan dengan Kementerian Luar Negeri Prancis dan AFD, Direktorat KST juga menghadiri pertemuan “High Level Meeting Development Assistance Committee”, OECD pada tanggal 30-31 Oktober 2017. Pertemuan tersebut dihadiri oleh negara anggota OECD dan key partner yang membahas mengenai inovasi dalam sistem pengumpulan dan pengolahan data kerja sama pembangunan internasional.

Indonesia sebagai key partners OECD dapat memanfaatkan expertise DAC OECD dalam pengumpulan dan pengolahan data. Saat ini, data-data pendanaan kerja sama pembangunan dalam kerangka KSST Indonesia belum dapat terkumpul secara optimal. Tersedianya data-data dimaksud akan membantu menentukan kebijakan dan program KSST yang tepat.

Faraiditto Suharyono

4 Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela 5

Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) identik dengan kerja sama antar dua atau lebih negara berkembang. Namun, tidak jarang pula program KSS juga melibatkan negara maju dan organisasi internasional. Kerja sama seperti ini

dikenal dengan istilah Kerja Sama Triangular. Dengan dukungan para mitra triangular, program kerja sama teknik Indonesia diharapkan dapat menjangkau masyarakat internasional secara lebih luas. Hingga saat ini, Indonesia telah melaksanakan sekitar 73 kerja sama triangular. Sepanjang tahun 2017 sendiri, sejumlah penjajakan kerja sama teknik dan triangular telah dilakukan Direktorat Kerja Sama Teknik (KST) dengan 3 negara, yaitu Brazil, Meksiko dan Prancis.

BrazilKunjungan perwakilan Direktorat KST ke Brazil yang

dilaksanakan pada 24-26 Mei 2017 utamanya dimaksudkan

untuk membahas finalisasi draft kerja sama teknik RI-Brazil. Kunjungan tersebut sekaligus untuk menghadiri undangan perayaan ke-30 Brazilian Cooperation Agency (ABC).

Setibanya di Brazil, perwakilan Direktorat KST sebagai Delegasi Indonesia berkesempatan melakukan pertemuan dengan Duta Besar Joao Almino, Direktur ABC, yang menyambut baik peluang kerjasama triangular dengan Indonesia. Delegasi Indonesia kemudian menyampaikan tawaran untuk memanfaatkan Farmers Agricultural and Rural Training Center milik Indonesia di Tanzania dan Gambia, mengingat Brazil memiliki banyak program peningkatan kapasitas di bidang pertanian dengan Afrika. Delegasi Indonesia kemudian juga melakukan pertemuan dengan Kementerian Pertanian setempat. Dari pertemuan tersebut, didapatkan penjelasan mengenai program kerja instansi di bidang kerja sama pertanian dan perannya sebagai badan implementasi program-program ABC dibidang pertanian. Hasil rangkaian kunjungan kerja di Brazil ini diharapkan dapat mempercepat finalisasi draft kerjasama

triangular Indonesia dengan Brazil, serta meningkatkan hubungan bilateral kedua negara.

Kunjungan ke Brazil juga dimanfaatkan Delegasi Indonesia untuk ikut berpartisipasi dalam peringatan 30 tahun berdirinya ABC yang juga dihadiri oleh perwakilan delegasi dari 22 negara dan 9 lembaga internasional. Dalam peringatan tersebut, delegasi berkesempatan belajar dari pengalaman ABC dalam mengelola Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST).

MeksikoPenjajakan serupa juga dilakukan oleh Direktorat KST

dengan Pemerintah Meksiko. Direktorat KST telah melakukan kunjungan ke Meksiko pada tanggal 28-30 Mei 2017, untuk melakukan pertemuan dengan pejabat AMEXCID (Agencia Mexicana de Cooperacion Internacional para el Desarrollo) yaitu Deputy Director for Asia, Head of the Department for Asia-Pacific, dan Asia-Pacific Cooperation Program Consultant.

AMEXCID merupakan badan kerja sama pembangunan Meksiko yang dibentuk pada tahun 2011, merupakan perkembangan dari institusi sebelumnya bernama la Dirección General de Cooperación Técnica Internacional (DGCTC), yang dibentuk pada tahun 1971.

Pada pertemuan tersebut delegasi Indonesia mendapatkan banyak informasi dan pengalaman AMEXCID dalam mengelola KSST. AMEXCID memiliki prioritas negara-negara penerima bantuan yaitu negara –negara kawasan Amerika Selatan dan Karibia.

Deputy Director for Asia AMEXCID menawarkan kerja sama dibidang kesehatan, yaitu pencegahan demam berdarah di Amerika Selatan. Sementara itu, Direktorat KST menawarkan

INDONESIA JAJAKI KERJA SAMA TRIANGULAR DENGAN BRAzIL,

MEKSIKO, DAN PERANcIS

Delegasi Indonesia bersama Deputi Direktur AMEXCID

Bertemu dengan Direktur Instituto de los Mexicanos en el Exterior (IME), Dubes Juan Carlos Mendoza Sanchez

Page 4: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

6 7Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

Masyarakat Indonesia tentu tidak asing dengan lirik lagu tersebut. Lirik lagu sederhana namun menjabarkan potensi Indonesia di bidang kelautan ini sudah sering diperdengarkan kepada generasi muda

sejak masa buaian. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki 17.499 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke yang dikelilingi oleh lautan. Dengan total wilayah laut yang lebih luas dibandingkan wilayah daratannya, masyarakat Indonesia tentu sudah dapat membayangkan potensi dan sumber daya alam yang dimiliki negara maritim ini.

Dengan potensi dan kekayaan alam di bidang kelautan yang dimiliki serta menilik keunikan di masing-masing wilayahnya, Indonesia kerap menyelenggarakan berbagai macam pelatihan maupun workshop di sektor ini dengan mengundang negara-negara sahabat, tidak terkecuali negara-negara Afrika.

Mungkin tidak banyak dari masyarakat kita yang mengidentikkan potensi kelautan dengan negara-negara Afrika. Namun, pada kenyataannya di beberapa wilayah di Afrika seperti Angola, Mozambique, Senegal, Mauritania, dan negara-negara

MENGAJAK SAHABAT AFRIKA BELAJAR MELAUT DI AMBON“Nenek moyangku orang pelautGemar mengarung luas samudraMenerjang ombak tiada takutMenempuh badai sudah biasa…”

lain yang berbatasan dengan perairan, sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu sektor unggulan yang sangat berkontribusi terhadap penciptaan lapangan kerja dan sumber makanan baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Senegal, misalnya, rata-rata dapat memanen 30.000 ton udang tiap tahunnya.

Sebagai negara yang sama-sama memiliki potensi di bidang kelautan dan perikanan, Indonesia pun merangkul negara-negara sahabat di Afrika untuk berbagi pengalaman dan saling belajar untuk dapat mengembangkan sumber daya perairan masing-masing. Pada tahun 2017, Direktorat Kerja Sama Teknik dan Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP) Ambon menyelenggarakan pelatihan perikanan yang diikuti oleh 12 negara Afrika dan Timur Tengah. Pelatihan yang berlangsung dari

tanggal 17-24 Juli 2017 ini melibatkan 14 peserta dari Djibouti, Kenya, Madagaskar, Mozambique, Mauritania, Mesir, Namibia, Nigeria, Senegal, Sudan, Zimbabwe dan Aljazair. Masing-masing negara mengirimkan satu peserta kecuali Aljazair yang mengirimkan 3 peserta.

Selama berada di Ambon, para peserta telah diberikan materi dan mendapat kesempatan untuk mempraktekkan secara langsung terkait alat penangkap ikan ramah lingkungan seperti perangkap bubu dan Keramba Jaring Apung (KJA), teknik pengolahan produk hasil laut yang dikembangkan di Indonesia serta pengembangan dan budidaya ikan hias.

Sektor perikanan merupakan prioritas Pemerintah Indonesia dan menjadi salah satu program peningkatan kapasitas unggulan. Indonesia akan terus mengembangkan teknologi di bidang perikanan yang berkelanjutan. Melalui pelatihan ini, Indonesia ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan bidang perikanan yang diharapkan bermanfaat dan dapat diterapkan di negara masing-masing para peserta Afrika dan Timur Tengah.

Khusus untuk Afrika dan Timur Tengah, hingga tahun 2016 telah terlaksana sejumlah 160 program peningkatan kapasitas di berbagai bidang bagi lebih dari 1300 orang pesertanya. Diharapkan bahwa dengan keikutsertaan peserta Afrika dan Timur Tengah akan dapat lebih mendorong pengembangan jejaring di antara sesama peserta yang berbeda negara dengan Indonesia dan juga pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan di negara masing-masing.

Ke depan, Pemerintah Indonesia akan terus ber-komitmen untuk memberikan bantuan peningkatan kapasitas bagi negara-negara Afrika dan Timur Tengah di bidang-bidang yang menjadi kebutuhannya dan sejalan juga dengan kepentingan nasional RI.

Novi Fitmawati

Nara sumber dari BPPP Ambon menyampaikan materi kepada para peserta

Para peserta berkesempatan

untuk mem­praktekkan

langsung ilmu yang

didapatkan di kelas.

Dalam pelatihan

perikanan ini, diajarkan pula penggunaan

jaring yang benar

Page 5: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

8 9Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

pemberian bantuan teknik dalam skema Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST). Komitmen ini telah diwujudkan dengan terus meningkatnya jumlah pemberian bantuan teknik Indonesia kepada negara-negara Afrika.

Sejak tahun 1999 hingga 2017, Dit. KST mencatat sekurang-kurangnya terdapat 94 program peningkatan kapasitas untuk Afrika yang diikuti oleh sedikitnya 712 orang peserta, diantaranya paltihan pertanian di Tanzania dan kelautan di Ambon yang juga diulas dalam buletin ini.

Penyelenggaraan IAF juga merupakan salah satu upaya Indonesia untuk kembali merangkul negara-negara sahabat di Afrika. Seperti seseorang yang akan menyelenggarakan sebuah pesta, pastinya si penyelenggara perlu untuk melakukan sounding terlebih dahulu kepada tamu-tamu yang hendak diundangnya. Oleh karena itu, Dit. KST bersama Dit. Afrika—yang merupakan focal point IAF—telah berupaya untuk mendekati beberapa negara Afrika melalui kedutaan besar mereka yang terakreditasi untuk Indonesia di New Delhi dan Kuala Lumpur. Tentunya, pihak swasta juga dilibatkan dalam kegiatan ini.

new Delhi chaPterKegiatan outreach di India mendapat respon positif dari

perwakilan ke-5 negara-negara Afrika di yang berada di New Delhi, yaitu Mali, Burkina Faso, Niger, Kongo dan Eritrea.

Bagi mereka, ini merupakan inisiatif pertama yang cost effective mengingat mereka pun jarang mengunjungi Indonesia.

Kesempatan inipun mereka manfaatkan pula untuk menyampaikan beberapa permintaan kerja sama teknik. Duta Besar Mali misalnya, meminta kerja sama yang konkrit di bidang migas dengan PGN serta pelatihan di bidang militer dan pembelian sejata dari PT. PINDAD. Duta Besar Eritrea dan Duta Besar Niger menyampaikan dukungan mereka atas tawaran skema pembiayaan yang ditawarkan Indonesia dan Eximbank dan akan berupaya menggalang para pengusahanya untuk melakukan kerja sama dengan Indonesia.

kuala luMPur chaPterSebelum menuju Kuala Lumpur, delegasi terlebih

dahulu mengunjungi Kedutaan Besar Angola yang berada di Singapura. Ketika ditemui, Duta Besar Angola mengungkapkan ketertarikan untuk mengikuti pelatihan di bidang perikanan yang akan diselenggarakan Dit. KST tahun depan. Perikanan memang salah satu sektor prioritas yang saat ini sedang dikembangkan Angola. Indonesia pun sudah pernah memberikan pelatihan budidaya air tawar untuk Angola sebelumnya. Kedekatan sebagai sesama negara berkembang membuat peserta merasa lebih dapat menyerap ilmu yang diajarkan, mengingat kondisi dan alat yang dibutuhkan pun tidak memerlukan teknologi yang terlampau tinggi.

Bertolak ke Kuala Lumpur, delegasi kemudian bersiap mengadakan pertemuan dengan sebelas perwakilan Afrika Sub-Sahara yaitu Gambia, Ghana, Guinea, Kenya, Lesotho, Mauritius, Namibia, Swaziland, Tanzania, Uganda dan Zambia. Namun, pada pertemuan tersebut beberapa negara seperti Gambia dan Lesotho tidak dapat hadir. Meskipun demikian, pertemuan berlangsung lancar. Delegasi yang terdiri dari Kemlu dan perwakilan Kadin serta perusahaan swasta Indonesia juga melakukan pembicaraan one-on-one dengan Mauritius, Ghana, dan Swaziland yang Nampak sangat tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia utamanya di bidang pembangunan.

Pelibatan sektor swasta dalam kedua kegiatan outreach di atas membawa nafas baru dalam perencanaan kegiatan pemberian bantuan teknik Indonesia. Dengan melibatkan sektor swasta secara langsung, dapat diketahui dengan lebih jelas kebutuhan negara-negara berkembang di Afrika yang tentunya membuka peluang kerja sama ekonomi dengan pihak swasta Indonesia. Dalam hal ini, kerja sama teknik dengan negara dimaksud dapat berperan untuk mendorong terwujudnya kerja sama ekonomi yang menguntungkan kedua belah pihak. Ghana misalnya, yang sedang melakukan pembangunan perumahan dan infrastruktur, akan menjadi peluang bagi swasta Indonesia untuk dapat berperan dalam pembangunan tersebut, baik dalam penyediaan material maupun proses konstruksi. Kerja sama teknik sendiri dapat dilakukan di bidang infrastruktur, yang tentunya sejalan dengan potensi kerja sama ekonomi tersebut.

Ary Adiati

MENJAJAKI PELUANG DENGAN AFRIKA

ini di Hamburg. Pentingnya kemitraan ekonomi antara negara-negara Afrika dan Indonesia juga disorot dalam kerjasama IORA untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata bagi semua.

Guna mendukung berbagai bentuk kerja sama Indonesia dan Afrika, Indonesia juga kembali menggalakkan pemberian bantuan teknik kepada negara-negara sahabat di benua terbesar kedua dunia ini. Pada peringatan KAA ke-60, Indonesia menjadikan Afrika sebagai salah satu wilayah prioritas untuk

Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana, mengajak perwakilan negara Afrika untuk mendukung kegiatan IAF 2018

Tanzania menyambut positif penyelenggaraan IAF 2018

Jalannya diskusi antara

Indonesia dengan perwakilan

negara­negara Afrika dan Sub­

Sahara di Kuala Lumpur

Pesatnya perkembangan perekonomian dan pembangunan serta meningkatnya pengaruh dalam tataran global menjadikan Afrika semakin menduduki posisi penting bagi kebijakan luar negeri Indonesia. Afrika menjadi salah satu primadona

bagi kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Presiden Joko Widodo telah berulang kali mendesak sektor bisnis Indonesia untuk memperluas kerja sama dengan negara-negara Afrika, termasuk dalam pidatonya di Pertemuan G20 baru-baru

Dengan semangat persaudaraan Asia-Afrika yang telah terpupuk sejak Konperensi Asia Afrika (KAA) 1955, Kementerian Luar Negeri RI akan kembali menyelenggarakan sebuah pertemuan dengan negara-negara Afrika

yang bertajuk Indonesia-Africa Forum (IAF) pada tahun 2018. Selain membuka peluang kerja sama ekonomi antara Indonesia dan negara-negara Afrika, forum ini juga menjadi wadah untuk memupuk solidaritas dan memperkuat kemitraan melalui kerja sama teknik. Dalam upaya mempromosikan forum tersebut sekaligus menjaring permintaan (demand) kerja sama teknik dari negara-negara Afrika, Direktorat Kerja Sama Teknik

bersama-sama dengan Direktorat Afrika telah melaksanakan beberapa kegiatan outreach kepada perwakilan negara Afrika yang terakreditasi bagi Indonesia, diantaranya yang bertempat di New Delhi dan Kuala Lumpur.

Kegiatan ini ternyata membuka peluang ke depan untuk dapat mensinergikan pemberian bantuan teknik dengan kepentingan kerja sama ekonomi Indonesia di Afrika.

Page 6: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

10 11Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

TARUHKAN NyAWA PADAMKAN BARA“Pantang Pulang Sebelum Padam”, itulah motto yang membakar semangat para pasukan berseragam biru dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Damkar) Provinsi DKI Jakarta. Tugas mereka berada di garda depan penanganan kebakaran dan bencana seantero Ibu Kota. Dengan berbekal pengetahuan dan ketrampilan tentang pencegahan bahaya kebakaran dini yang dimiliki para personilnya, Damkar telah banyak menangani berbagai macam bencana kebakaran di Jakarta yang tak jarang terjadi di medan yang sulit, padat, dan sempit.

sama Selatan-Selatan (KSS). Menurut Direktur Kerja Sama Teknik Kemlu RI, Mohammad Syarif Alatas, Kemlu selama ini telah aktif memberikan bantuan teknis peningkatan kapasitas diberbagai bidang bagi negara sahabat seperti Asia Pasifik, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.

Salah satu peserta Timor Leste, Luis de Araujo da Silva, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan pelatihan kepada Pemerintah RI dan para pelatih serta instruktur yang telah memberikan bimbingan secara detail tentang prosedur penanggulangan bencana yang cepat dan tepat. Ia berharap pelatihan berkelanjutan dapat terlaksana tahun depan dengan mendatangkan expert ke Dili, Timor Leste.

Sebagai upaya mengeratkan jalinan pertemanan dan persahabatan antara peserta Timor Leste dan peserta Indonesia, secara umum pelatihan ini diharapkan dapat menguatkan people-to-people contact antara kedua negara dan secara khusus dapat mempermudah pertukaran informasi dan pengetahuan tentang prosedur penanggulangan bencana kebakaran.

Tetap semangat Pemadam Indonesia dan Timor Leste!

Pantang Pulang Sebelum Padam.

Neti Rahmi

gedung dan bangunan tinggi, praktek pemadaman fire ground, penyelamatan korban di air/water rescue.

Kegiatan pelatihan dibuka secara resmi oleh Bpk. Dr. H. Subejo, S.H, M.Si, Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2017. Beliau menyampaikan bahwa dalam rangka pelaksanaan pelatihan yang efektif, merupakan kesemptan yang baik agar Indonesia dan Timor Leste dapat saling bertukar pengalaman tentang prosedur penyelamatan dan penanggulangan bencana kebakaran. Dalam rangka memenuhi standar keahlian dan keterampilan yang maksimal, para peserta pelatihan pemadam kebakaran dituntut keseriusannya dalam menerima pengetahuan yang diberikan oleh para instruktur. Seluruh peserta wajib meningkatkan kedisiplinan, menjaga kesehatan, serta mampu bekerja dengan kelompok sehingga professionalitas dapat terbina. Peserta juga diharapkan untuk dapat menularkan ilmunya kepada lingkungan kerja dan masyarakatnya.

Sebagai komitmen dan kontribusi positif Indonesia bagi pembangunan dunia, pelatihan internasional mengenai pemadam kebakaran bagi Timor Leste ini merupakan bagian dari program peningkatan kapasitas dibawah kerangka Kerja

Para peserta diajarkan bagaimana mengenakan alat pemadam kebakaran dengan benar

Praktek memadamkan api oleh salah seorang peserta pelatihan

Jangan pernah menganggap enteng tugas para pemadam kebakaran. Jiwa dan ragalah taruhannya. Di negara-negara berkembang seperti Timor Leste, para pemadam kebakaran masih banyak menemui tantangan. Selain wilayah yang seringkali sulit dijangkau, keterbatasan

pengetahuan, keterampilan, serta peralatan yang mereka miliki menjadi kendala tersendiri dalam setiap upaya penanggulangan bencana kebakaran. Untuk itu, Indonesia sebagai negara sahabat Timor Leste, merasa perlu untuk dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan negara tetangga ini.

Oleh karenanya, Kementrian Luar Negeri bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PUSDIKLATKAR) melaksanakan pelatihan “International Training on Firefightings for Timor Leste” pada tanggal 21 -30 Agustus 2017 bertempat di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Ciracas, Jakarta. Kegiatan ini diikuti oleh 16 peserta dari Timor Leste dan 4 (empat) peserta dari Indonesia. Selama pelatihan, ke-20 peserta mendapatkan materi secara teori, praktek, dan simulasi tentang prosedur penanganan kebakaran bangunan

Page 7: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

1312 Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

Selama perjalanan 3 jam menuju Farmer’s Agriculture and Rural Training Centre (FARTC) Mkindo, peserta ditemani dan dipandu oleh kepala FARTC Mkindo, Dr. Moses Temi. Pria jangkung dan berisi tersebut tidak pernah berhenti

bicara sepanjang perjalanan dari Morogoro menuju FARTC di

JICA, IFAD dan SwissAid untuk bekerja sama dalam bidang pertanian.

Saat bis mendekati areal bangunan terlihat bendera merah putih berkibar dengan gagah meskipun basah oleh guyuran hujan rintik-rintik. Inilah FARTC di Mkindo, Tanzania. FARTC yang masih terawat rapi ini memiliki 3 (tiga) bangunan utama, yaitu gedung pelatihan, gedung asrama dan gedung serbaguna. Ketiga bangunan tersebut dilengkapi dengan fasilitas sanitasi dan aliran listrik dan dapat menampung 20-30 orang/pelatihan. Pada tahun 2015, FARTC tersebut telah direnovasi atas bantuan Bank Dunia.

Sekilas informasi mengenai FARTC sendiri, FARTC didirikan pada tahun 1996 dan pada awal tujuan pendiriannya untuk membantu negara Afrika yang dilanda kelaparan pada tahun 1980an saat Indonesia sudah berhasil mencapai swasembada beras. Pelaksananya adalah YAMPI (Yayasan Amal Petani Indonesia). Melalui FARTC ini, diharapkan kiranya dapat membentuk collective self reliance diantara sesama negara berkembang untuk wilayah Afrika. FARTC di Mkindo, Tanzania memang diharapkan dapat dipergunakan untuk negara-negara Afrika di kawasan Timur. Dipilihnya Tanzania karena negara tersebut memiliki potensi di bidang pertanian, namun masih banyak petaninya yang masih belum memiliki teknologi dan pengetahuan yang cukup. YAMPI juga melaksanakan pendirian Agriculture Rural Farmers Training Centre (ARFTC) di Jenoi, Gambia untuk negara-negara di Afrika kawasan barat.

Dalam rangka revitalisasi FARTC Mkindo di kawasan Afrika Timur, kali ini kembali Direktorat KST mengadakan pelatihan pertanian dari tanggal 5-13 Mei 2017 dengan fokus materinya antara lain agricultural value added products / food processing, zero waste, dan Integrated Farming System

(IFS). Kegiatan pelatihan dibagi ke dalam 2 (dua) kelas, mem-pertimbangkan latar belakang pendidikan dan status pekerjaan antara peserta setempat Tanzania dan peserta non Tanzania.

Kegiatan pelatihan berlangsung di kelas dan di luar kelas berisi penjelasan materi dan praktek lapangan. 10 peserta dari 9 negara, yaitu masing-masing 1 (satu) peserta Ethiopia, Gambia, Kenya, Madagaskar, Mesir, Mozambique, Nigeria, Senegal, dan 2 (dua) peserta Sudan, ditambah dengan 31 peserta setempat Tanzania, sehingga total berjumlah 41 peserta.

Pelatihan disambut antusias oleh pihak FARTC dan peserta, hal ini antara lain terlihat dari jumlah peserta yang membludak dari 30 orang menjadi 41 orang dan partisipasi aktif para peserta selama kegiatan berlangsung baik di kelas maupun praktek di luar kelas. Topik-topik atau materi pelatihan, yaitu IFS, termasuk biogas, zero waste dan processing of agricultural products serta materi tambahan seperti penanaman cassava, merupakan materi yang relevan dan menjadi kebutuhan di Tanzania dan sejumlah negara peserta non Tanzania di wilayah Afrika lainnya.

Pihak panitia pelatihan telah merancang program pelatihan kali ini dengan sangat serius. Membawa tiga narasumber dari Indonesia yang ahli dibidang zero waste processing, IFS termasuk biogas dan pertanian. Tiga narasumber tersebut juga telah memiliki pengalaman berkunjung ke Afrika dan mengerti kebutuhan Afrika di bidang pertanian. Di akhir pelatihan, peserta menyampaikan kepuasan dan terimakasih kepada Indonesia yang telah menyelenggarakan pelatihan ini dengan terencana dan memberikan manfaat yang dapat langsung dipraktekan.

Kegiatan pelatihan pertanian di FARTC merupakan salah satu bentuk perhatian Indonesia dan sekaligus upaya merevitalisasi training center tersebut. Diharapkan kedepannya pelatihan dan pengiriman tenaga ahli Indoneisa untuk melatih petani-petani Afrika di FARTC akan terus diselenggarakan secara berkesinambungan, sehingga FARTC dapat semakin berperan dan bermanfaat secara nyata bagi para petani di Tanzania dan juga negara-negara di sekitar kawasan Afrika Timur lainnya.

FARTC sendiri adalah tangible asset Indonesia di wilayah Afrika. Wujud fisik hadirnya Indonesia ditengah masyarakat Afrika merupakan komitmen nyata untuk membantu pembangunan sesama negara berkembang melalui pertukaran kapasitas dan pengalaman, transfer keahlian, dan pengembangan pertanian yang kedepannya diharapkan dapat mendukung pembangunan ekonomi negara-negara Afrika di wilayah Afrika khususnya kawasan Afrika Timur.

Pada pelatihan kali ini, Dit. KST juga menyisipkan diplomasi ekonomi yang dibungkus dalam pemberian bantuan kerja sama teknik pertanian. Dalam kesempatan pemberian materi, panitia memberikan kesempatan kepada CV. Karya Harapan Sentosa, salah satu perusahaan yang memproduksi alat mesin pertanian (Quick Hand tractor) untuk mempresentasikan produknya ke peserta pelatihan.

Novi Fitmawati

Seluruh peserta mengikuti kegiatan pelatihan di FARTC hingga upacara penutupan

ASET INDONESIA DI TANzANIA

Mkindo. Dengan mata berbinar ia bercerita: “sejak pelatihan pertanian diberikan pada tahun 2006 di bawah payung kerja sama pertanian Indonesia – Tanzania, produksi padi meningkat hampir 4 kali lipat dari semula 2 ton/ha menjadi 7-8 ton/ha”. Beberapa petani di Mkindo pernah dikirim untuk ikut pelatihan di Indonesia. “Secara statistik, juga terjadi peningkatan jumlah petani di wilayah Morogoro dan sekitarnya dari semula hanya 100-an orang menjadi 3000-an orang”, ujarnya menambahkan. Keberhasilan FARTC ini juga menarik perhatian berbagai lembaga/organisasi internasional, seperti FAO,

Peserta dan panitia berfoto bersama sebelum pelaksanaan kegiatan

FARTc MKINDO-MOROGORO:

Bukan hal mudah untuk menempuh jalanan di Mkindo, Tanzania, yang didominasi dengan turunan curam. Belum lagi hari itu hujan turun dengan derasnya sehingga jalanan pun menjadi basah dan licin. Nyaris saja bus yang membawa para peserta pelatihan tergelincir. Beruntung sang pengemudi dapat dengan sigap mencegah hal buruk terjadi sehingga para peserta dapat menikmati perjalanan dengan aman dan nyaman. Meski dengan kondisi jalan yang kurang baik saat itu, namun pemandangan di sekelilingnya tetap memukau. Selepas mata memandang, warna hijau mendominasi, padi berisi yang terendam oleh permukaan air dan pegunungan yang mengelilingi memberikan kesan bagaikan berada di salah satu daerah pedesaan subur di Indonesia, jauh sekali dari kesan kering dan gersang khas Afrika.

Page 8: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

14 15Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

Kemegahan candi Borobudur menyambut ramah para peserta palestina yang memiliki latar belakang arkeolog, budayawan dan arsitek dari berbagai kota tua di Nablus, Betlehem, Jericho dan Yerusalem. Selama

2 minggu, peserta mengikuti pelatihan pariwisata dan kepurbakalaan di Yogyakarta, Magelang dan sekitarnya. Selain mengikuti pelatihan di kelas, peserta juga menghadiri Pameran Terawang Borobudur untuk mengetahui sejarah dan sisi filosofis bangunan Borobudur, mengunjungi Istana

Yogyakarta dan bertamasya ke Pantai Parangtritis.Jadwal yang padat dan kelelahan tidak mengurungkan

niat peserta untuk tetap antusias mempelajari materi-materi yang telah disiapkan selama pelatihan berlangsung, seperti Metode dan Teknik Restorasi Monument dan Situs-situs, Prinsip Dokumentasi untuk Warisan Budaya, Fotografi untuk Warisan Budaya, Praktek Fotografi dan 3D Laser Scanning, praktek di laboratorium milik balai konservasi Borobudur dan praktek kerja konservasi ke Candi Borobudur. Selain itu, peserta juga dibawa melihat secara langsung pemberdayaan komunitas disekitar wilayah Borobudur. Sherin Mahmoud Khader Allan, salah satu peserta pelatihan, menyampaikan penghargaan dan terimakasihnya telah diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan ini. “Saya dan beberapa wanita di Palestina juga membentuk komunitas yang mengasilkan sulaman khas Palestina. Melalui pelatihan ini, saya memiliki ide-ide baru yang saya praktekan bersama komunitas saya di Palestina”.

Di akhir pelatihan peserta mengunjungi pusat Kepurbakalaan Sangiran. Peserta sangat antusias dan semangat meskipun harus menempuh perjalanan Yogyakarta-Sangiran-Yogyakarta yang cukup jauh. Hujan rintik-rintik menyambut rombongan saat menjejakkan kaki di areal Museum Sangiran. Saat masuk ke ruangan museum, peserta langsung disambut diorama mengesankan daerah Sangiran 1 juta tahun yang lalu, pengunjung bagaikan terlempar ke masa homo erectus hidup di Lembah Sangiran.

Hussein T.H. Madina Fatma, salah satu peserta pelatihan yang merupakan arkeolog kandidat Doktor dari Universitas Sorbone menyampaikan kepuasannya dapat mengunjungi Museum Sangiran. Pria tambun yang selalu mengenakan topi ala Indiana Jones itu tidak berhenti mengarahkan kilatan kamera selama kunjungan di museum sangiran. “Sejak sekolah dasar, saya banyak membaca mengenai homo erectus. Saya sangat senang dapat menjejakkan kaki di lembah sangiran, penemuan paling bersejarah di dunia kepurbakalaan”, ujarnya.

Direktorat KST memberikan pelatihan pariwisata dan konservasi untuk Palestina berdasar demand Palestina yang memerlukan bantuan capacity building di bidang konservasi dan kepurbakalaan. Palestina sangat antusias untuk belajar dari pengalaman Indonesia dalam mengelola dan melakukan konservasi situs-situs sejarah yang dimiliki oleh Indonesia, mengingat Palestina memiliki berbagai bangunan yang merupakan peninggalan jaman romawi. Bangunan-bangunan tersebut rawan terancam perusakan dan penghancuran akibat okupansi Israel.

Pelatihan di bidang pariwisata dan kepurbakalaan ini merupakan salah satu wujud konkrit dukungan Indonesia untuk Palestina. Dengan memberikan pelatihan peningkatan kapasitas kepada sumber daya manusia Palestina secara konsisten, diharapkan Indonesia dapat membantu mempersiapkan Palestina menjadi bangsa mandiri.

Novi FitmawatiPengajar dan para peserta dari Palestina bercengkrama sembari berlatih membuat pola­pola batik Para peserta mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh

pengajar di Balai Konservasi Borobudur

Praktek pembuatan kerajinan dari tanah liat

MENGELOLA PENINGGALAN BERHARGA MASA LALU

Palestina memang dikenal sebagai negara yang kaya akan peninggalan bersejarah, dan penting bagi mereka untuk dapat menjaga dan mengelola peninggalan-peninggalan tersebut. Namun, hari itu para peserta yang kelelahan dan baru saja tiba di Yogyakarta nampak kurang bersemangat. Untungnya, saat mengetahui bahwa mereka akan mengunjungi Candi Borobudur dan tempat kerajinan batik di Yogyakarta, semangat dan antusiasme kembali terpancar dari mereka.

Page 9: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

16 17Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

Direktorat Kerja Sama Teknik (KST) Kemlu bekerja sama dengan Non-Aligned Movement Center for South-South Cooperation (NAM CSSTC) dan Kementerian Pertanian c.q. Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitpalma),

Manado, menyelenggarakan International Workshop on Coconut Development: Innovations and Collaboration to Sustain Coconut Sector” di Manado pada tanggal 14-17

November 2017. Lokakarya ini diikuti oleh sejumlah pemangku kepentingan dalam pengembangan komoditas kelapa dari 13 negara yakni Cambodia, Fiji, Kiribati, Myanmar, Nauru, Papua New Guinea, Samoa, Solomon Islands, Sri Lanka, Timor Leste, Tonga, Bangladesh, dan Indonesia.

Terdapat 3 tema yang dibahas dalam lokakarya ini, antara lain terkait program pengembangan kelapa yang membahas teknik pengembangan kelapa, manfaat kelapa bagi nutrisi,

BERBAGI PENGALAMAN PEMANFAATAN KELAPA BERSAMA NEGARA-NEGARA ASIA PASIFIK

kesehatan, dan kecantikan, serta standar kualitas, keamanan, dan pemasarannya. Tema tentang pengembangan kelapa membahas aspek-aspek antara lain pembiakan melalui varietas unggulan, pengendalian hama dan penyakit, serta sistem penanaman yang terintegrasi. Melalui aspek-aspek tersebut diharapkan produktivitas pengembangan produk kelapa akan semakin positif dan memberikan dampak ekonomis yang lebih tinggi kepada para petani. Aspek yang menarik dalam pembahasan antara lain penggunaan bibit unggul, teknik pembiakan dan penanamannya, serta metode yang paling tepat dalam pengendalian hama dan penyakit.

Diskusi menarik terjadi pada pembahasan pengaturan pola makan berbasis keton yang masih diragukan efektivitasnya bagi kesehatan. Selain itu pemaparan tentang sertifikasi organik terhadap produk turunan kelapa juga mendapatkan perhatian khusus dari peserta. Sejumlah upaya riset yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk turunan kelapa juga menjadi topik bahasan yang menarik bagi para peserta. Terkait topik standar kualitas dan keamanan serta pemasaran produk kelapa dan turunannya, pembicara yang hadir menyampaikan pentingnya penggunaan standar kualitas praktik produksi dalam industri produk turunan kelapa serta tantangan yang dihadapi oleh industri besar dalam kelangsungan produksinya. Diakui bahwa tingginya nilai jual kelapa butir di pasar internasional

saat ini menjadi tantangan bagi industri berbasis komoditi kelapa karena petani cenderung memilih menjual hasil panennya dalam bentuk butiran kelapa ke pasar internasional daripada mengupayakan value-added terhadap hasil panennya tersebut.

Staf Ahli Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Kemlu, yang juga menjabat sebagai Direktur NAM-CSSTC, Duta Besar Prianti Gagarin Djatmiko Singgih, ketika membuka pelatihan ini menyampaikan harapan agar peserta lokakarya dapat menghasilkan sebuah road map yang berkelanjutan dalam pengembangan sektor kelapa. Menurut Beliau, 3 hal yang harus dilakukan untuk memajukan sektor kelapa yaitu peningkatan implementasi proyek dan kapabilitas penyusunan peraturan di sektor kelapa di level kebijakan, pengembangan sistem produksi, pemrosesan, pemasaran kelapa di level strategis, serta pembangunan infrastruktur, teknologi, dan kapasitas SDM di level operasional.

Wakil peserta dari Timor Leste dan Tonga menyampaikan apresiasi kepada Pemri yang telah menyelenggarakan lokakarya ini dan mengharapkan terjalin kerja sama yang erat dan konkrit di masa mendatang dengan Indonesia. Kesempatan yang dibuka untuk bekerja sama telah mendorong minat peserta untuk menjajaki berbagai peluang kerja sama di bidang pengembangan komoditi kelapa dengan Indonesia.

Etty Wulandari

Peserta menyimak penjelasan pembicara mengenai pemanfaatan kelapa

Lokakarya Pengembangan Kelapa dihadiri peserta dari 13 negara Asia­Pasifik.

Tingginya kandungan nutrisi dalam kelapa mampu menjadi dasar bagi pemeliharaan kesehatan melalui pengaturan pola makan yang berbasis keton (unsur karbon) serta digunakan untuk industri kecantikan. Hal ini menjadi salah satu topik yang didiskusikan dalam kegiatan lokakarya yang diselenggarakan Indonesia dengan mengundang 12 negara sahabat di kawasan Asia dan Pasifik.

Page 10: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

18 19Jendela EdisiNo.6/Desember/2017 EdisiNo.6/Desember/2017 Jendela

Sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia yang akan senantiasa mendukung Kemerdekaan Palestina, Indonesia secara rutin memberikan bantuan kemanusian dan bantuan teknis penguatan kapasitas untuk Palestina. Bidang-bidang bantuan

RI DUKUNG PEMBANGUNAN PALESTINA MELALUI PELATIHAN INFRASTRUKTUR

Pada pelatihan infrastruktur 2017, 14 orang peserta pelatihan dari Palestina yang berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Transportasi, Kementerian Pendidikan dan Pemerintah Daerah di wilayah Palestina diberikan pelatihan selama 10 hari di Bandung. Selain mendapatkan materi di dalam ruangan, peserta juga diajak untuk melihat langsung proyek pembangunan jalan tol Soroja dan Rumah Susun Rancacili.

Infrastuktur sendiri merupakan komponen penting dalam membangun sebuah negara, pada pelatihan kali ini, peserta pelatihan diberikan materi yang relevan dan dapat dimanfaatkan terkait infrastruktur perumahan dan jalan sehingga dapat diaplikasikan oleh peserta sekembalinya mereka ke Palestina. Adapun materi-materi yang diberikan yaitu antara lain project cycle management, manajemen dan proses konstruksi jalan, manajemen dan proses konstruksi rumah, sanitasi dan public private partnership.

Salah satu peserta, Mr. Sami Isayed memberikan presentasi secara singkat perkembangan keadaan infrastruktur di Palestina. Infrastruktur yang menjadi perhatian Pemerintah Palestina saat ini selain jalan dan perumahan adalah terkait pengairan, sanitasi, pembangunan sekolah, rumah sakit dan kantor petugas keamanan. Seluruh peserta menyampaikan kepuasan dan respon positif dan berharap ada keberlanjutan dari pelaksanaan pelatihan.

Novi Fitmawati

Para peserta menyimak penjelasan mengenai konstruksi jalan tol

Peserta pelatihan infrastruktur kali ini tidak hanya diikuti peserta pria, namun juga wanita

Salah seorang peserta saat mengunjungi

proyek pembangunan jalan tol Soroja.

Pemerintah Indonesia selalu menjadi garda terdepan dalam menyuarakan dukungan untuk Palestina. Selain dukungan politik, Pemerintah Indonesia juga senantiasa memberikan bantuan teknik untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan Palestina. Rakyat Palestina memerlukan bantuan teknis dan penguatan kapasitas untuk menyiapkan diri menuju kemerdekaan. Terkait hal tersebut, selain aktif memberikan bantuan penguatan kapasitas secara bilateral, Indonesia juga aktif menggunakan skema trilateral dengan menggandeng mitra pembangunan yaitu JICA dan IDB dalam pemberian pelatihan peningkatan kapasitas.

diberikan sesuai dengan permintaan dari Pemerintah Palestina. Pada tahun 2017, Indonesia memberikan pelatihan kapasitas di bidang kepurbakalaan, kearsipan dan Infrastuktur (perumahan dan jalan raya) serta Inseminasi buatan bekerja sama dengan JICA.

Page 11: BerBagi pengetahuan, memperluas kemitraan … · Amerika Serikat, pada tahun 1951 menyebut Afrika sebagai the continent of the future atau benua masa depan. ... kuat, dengan jumlah

ApA KAtA MereKA?

Direktorat kerjasama teknik,Direktorat jenDeral informasi Dan Diplomasi publikjl. taman pejambon 6, jakarta, telp 021-3849350, fax 021-3813087email [email protected]://kemlu.go.iD/iD/majalah-Dan-buku.aspx

saMi B. k. isaYeDDirektur Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan di Pemerintahan JerichoPalestina

lina a.a. aQQaDDirektur Pelayanan Teknik, Institusi Standar Palestina Kota Nablus Palestina

MahMouD s.M. arar.Direktur Pengawas Jalan

Kementerian Pekerjaan UmumPalestina

Melalui pelatihan ini, kami mendapat banyak pengalaman

bermanfaat dan menarik mengenai Indonesia. Pelatihan ini memberi kami kesempatan

untuk terlibat langsung dengan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam proyek-proyek

infrastruktur.Indonesia telah menyelenggarakan International Training on Infrastructure for Palestinians di Bandung, pada 3-13 Juli 2017. Berikut adalah testimoni para peserta:

Pelatihan di bidang infrastruktur ini telah memberikan kami informasi yang sangat berguna, terutama

mengenai penggunaan bahan baku. Meskipun mungkin kami belum dapat mengaplikasikan semua materi yang

diberikan secara langsung di negara kami, namun ilmu yang didapat masih tetap bermanfaat untuk kami ke

depan. Kami sangat berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk

mendapat informasi yang berguna dan memperkenalkan kami kepada metode baru.

Pelatihan infrastruktur yang saya ikuti

dikonsentrasikan terhadap pengalaman Indonesia

pada Jalan, public private partnership (PPP), perumahan dan sanitasi. Saya mendapatkan banyak

pengetahuan serta pengalaman.