berantakan fistum biji
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri utama tumbuhan sebagai organisme hidup adalah tumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan terlebih dahulu diawali oleh
perkecambahan biji. Biji tumbuh berkecambah, kemudian tumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, demikian pula
dengan perkecambahan biji. Zat pengatur tumbuh dan perkembangan pada tumbuhan meliputi
hormon. Hormon sebagai zat pengatur tumbuh dihasilkan atau disintesis oleh tumbuhan pada
bagian tertentu dari tumbuhan tersebut, kemudian diangkut ke tempat lain pada tumbuhan
tersebut. Untuk selajutnya, hormon tersebut bekerja melalui cara yang khsusus pada konsentrasi
yang rendah untuk mengatur suatu pertumbuhan dan perkembangan atau tahap metabolisme
tetentu (Bawley, 1997).
Beberapa kelompok hormon yang telah diketahui adalah auksin, giberelin, sitokinin,
etilen, dan asam absisat (ABA). Beberapa diantaranya bersifat merangsang suatu pertumbuhan
atau perkembangan (promotor), sedangkan yang lainnya sebagai penghambat (inhibitor) suatu
proses. Ke lima macam zat pengatur tumbuh tadi adalah termasuk hormon alami. Zat kimia
yang sengaja dibuat oleh manusia yang menyerupai hormon juga disebut zat pengatur tumbuh
sintetetis (Bawley, 1997).
Perkecambahan adalah proses ketika bagian dari embrio, biasanya radikula, memasuki
kulit biji dan mungkin berproses dengan air dan O2 dan pada temperatur yang stabil. Dormansi
didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya
perkecambahan, walaupun kondisi untuk berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2).
Dormansi secar efektif menunda proses perkecambahan. Keadaan diperlukan untuk memecah
dormansi dan mengijinkan permintaan akan perkecambahan sering agak berbeda dari yang
keadaan yang menguntungkan untuk tumbuh atau bertahan hidup dari tingkat kehidupan
autotropik dari tanaman (Lambers et al., 2008).
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman. Pada budidaya
tanaman pangan utama yang merupakan tanaman serealia, benih sebagai penyambung kehidupan
tanaman sangatlah penting. Oleh karena itu mutu benih harus diketahui sebelum petani
menanam, untuk mencegah kegagalan petani.
B. Tujuan
Tujuan praktikum pengaruh zat pengatur tumbuh terhadap daya berkecambahan benih
(biji) adalah mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh yang mampu meningkatkan daya
perkecambahan (viability) benih.
c. tinjauan pustaka
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru.
Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini
memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup,
kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan
menghasilkan struktur kecambah yang berbedapula. Tumbuhan monokotil, struktur kecambah
meliputi radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada
kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun
pertama. Perkecambahan biji, bagi ahli fisiologi benih adalah munculnya radikula melalui kulit
benih, sedangkan bagi analis benih perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur-
struktur penting dari embrio benih. Proses metabolisme perkecambahan benih ditentukan oleh
faktor genetic dan lingkungan (Copeland dan Mc Donald, 2001).
Perkecambahan dipengaruhi pula oleh faktor dari dalam benih itu sendiri missal sifat
dormansi. Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi
persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dapat dikatakan juga dormansi benih menunjukkan suatu
keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam
kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan
cahaya yang sesuai. Daya viability berkurang pada benih yang dormansi dan fase dormansi ini
dapat diatasi dengan enzim di dalam benih tersebut (Hakim et al., 2009).
Hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan batang dan dapat juga
meningkatkan besar daun dan beberapa jenis tumbuhan, besar bunga dan buah adalah giberelin.
Giberelin juga dapat menggantikan perlakuan suhu rendah (2ºC-4ºC) pada tanaman. Giberelin
pada tanaman dapat menyebabkan peningkatan sel, pembelahan dan pembesaran sel.
Pengaruhpemberian Giberelin acid (GA) pada perkecambahan biji ialah mematahkan dormansi,
menghilangkan pengaruh jelek fungisida,meningkatkan viabilitas biji, dan meningkatkan
pertumbuhan.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan yaitu cawan petri, pipet, dan kertas merang. Bahan yang digunakan
adalah biji padi (Oryza sativa) baru dan lama, NAA, akuades dan IAA.
B. Metode
1. Larutan IAA, dan NAA dengan konsentrasi 0 ppm, 15 ppm dan 30 ppm disiapkan.
2. Biji padi (Oryza sativa) lama dan baru direndam pada NAA dan IAA.
3. Biji padi (Oryza sativa) dikering dan tiriskan.
4. Cawan petri dilapisi dengan kertas merang.
5. Cawan petri dibasahi dengan akuades hingga lembab.
6. Biji padi (Oryza sativa) diletakkan pada cawan.
7. Cawan petri disimpan di tempat gelap.
8. Diamati selama 10 hari.
Seed biology is an important aspect when considering the biology of invasive species.
Information on seed biology (seed development, seed dormancy, seed storage behavior, seed
dispersal, seed germination, allelopathic effects on germination, seed pathology and seed
predation) are important indeveloping control strategies for invasive and weedy species the
information about seed dormancy break and germination can be used to predict the future
spread of weedy or invasive species
Wijayabandara S.M.K.H, Jayasuriya K.M.G.G and Jayasinghe J.L.D.H.C. 2013. Seed
Dormancy, Storage Behavior and Germination of an Exotic Invasive Species, Lantana
camaraL. (Verbenaceae). International Research Journal of Biological Sciences, Vol.
2(1), 7-14
Mareza. Evriani, Fiana podesta, ratibayati. 2009. Respon Perkecambahan Lima Varietas Padi
Rawa Lebak terhadap Pemberian Zat Penagtur Tumbuh 2,4-D pada Fase Vegetatif di
Lapangan. jurnal Akta Agrosia Vol 12 (2) 177-183
Fariman, Z. K., Azizi, M., Noori, S. 2011. Seed Germination and Dormancy Breaking Techniques for Echinacea purpurea L. Journal of Biol. Environ. SCI., 2011, 5(13), 7-107.
Rismunandar. 1988. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.Sutopo, S. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Pers. JakartaSuharto E. 2004. StrukturBiji, SifatFisikBiji,
KarateristikBenihkayuAfrika(MaesopsiseminiiEngl)Provenan Padang Jaya. JurusanBudidayaHutan. FakultasPertanian. UNIB.
Wilkins M. B. 1969.Physiology of Plant Growth and Development. McGraw Hill Publishing Company Limited, England.
Hakim M.A, Juraimi A.S, Begum M, Hanafi M.M, Ismail R, dan Selamat A. 2009. Effect of salt stress on germination and early seedling growth of rice (Oryzasativa L.).African Journal of Biotechnology Vol. 9(13), pp. 1911-1918.
Bewley, Derek J. 1997. Seed Germination and Dormancy. The Plant Cell, Vol. 9 1055-
1066 America Society of Plant Physiologist.
Lambers, H; Chapin III S. F. And Pons L.T.2008. Plant Physiology Ecology 2rd Edition.
2008
Pembahasan
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji menjadi tanaman baru.
Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang sesuai. Proses perkecambahan ini
memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang cukup,
kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan monokotil dan dikotil akan
menghasilkan struktur kecambah yang berbedapula. Tumbuhan monokotil, struktur kecambah
meliputi radikula, akar primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada
kecambah tumbuhan dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun
pertama. Perkecambahan biji, bagi ahli fisiologi benih adalah munculnya radikula melalui kulit
benih, sedangkan bagi analis benih perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur-
struktur penting dari embrio benih. Proses metabolisme perkecambahan benih ditentukan oleh
faktor genetic dan lingkungan (Copeland dan Mc Donald, 2001).
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan
morfologi, fisiologi dan biokimia.Tahap-tahap yang terjadi pada mekanisme perkecambahan biji
padi secara fisiologis :
a. Penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma
b. Terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih
c. Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-
bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titk tumbuh
d. Asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristematik untuk
menghasilkan energi bagi pertumbuhan sel-sel baru
e. Pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel
pada titik tumbuh.
Dormansi merupakan fase istirahat yang ada didalam benih sehingga benih tidak
mengalami perkecambahan. Tiga lapisan kulit biji di bawah kutikula yang dapat dibedakan
mberdasarkan struktur selnya dan diduga memberi kontribusi pada dormansi biji adalah
lapisan palisade sclereids atau macrosclereids (sel Malpighian) dengan dinding tebal; lapisan
sub-epidermal (osteosclereids) collenkim dengan dinding sel sangat tebal dan mengalami
suberisasi dan lapisan parenchim dimana dinding selnya juga mengalami suberisasi tebal.
Lapisan paling dalam terdiri atas satu lapisan sel kecil parenckim dekat dengan kotiledon
(Lumban G dan Fox, 2009). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi menurut
Schmidt (2000), antara lain :
1) Adanya permeabilitas biji yang tinggi ( Kulit biji keras)
2) Kulit biji yang keras sehingga tahan terhadap perlakuan mekanis
3) Embrio belum masak secara fisiologis
4) Terdapatnya zat-zat penghambat perkecambahan di dalam biji.
Penghambat perkecambahan
Pemberian GA3 menstimulasi perkecambahan. Pemberian GA3 pada berbagai macam
konsentrasi mempengaruhi faktor-faktor germinasi (persentase germinasi, laju germiasi dan rata-
rata yang diperlukan untuk germinasi) secara signifikan dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Dormansi biji terjadi pada saat udara dingin, kekeringan setelah matang dan adanya cahaya yang
menstimulasi germinasi. GA3 diberikan untuk mengatasi dormansi biji (Fariman, et al., 2011).
Menurut Heddy (1986), penambahan NAA akan mempersingkat masa dormansi, begitu
juga dengan penambahan GA akan memperpendek masa dormansi tetapi penambahan GA lebih
efektif daripada NAA. Penambahan GA akan lebih cepat merangsang pertumbuhan koleoptil
pada biji. Jenis ZPT dan konsentrasi ZPT yang digunakan dapat mempengaruhi kecepatan
perkecambahan biji. Pemberian GA pada konsentrasi yang semakin tinggi maka semakin tinggi
pula perkecambahannya, tetapi hal ini tergantung juga pada jenis dari benih yang ada. Biji cabai
mempunyai kulit yang permeabel, sehingga GA dapat lebih bebas masuk dan merangsang
perkecambahan lebih cepat (Sutopo, 1984). Mekanisme perkecambahan biji diawali dengan
berakhirnya dormansi dengan adanya imbibisi air yang diperlukan biji untuk melakukan
metabolism tinggi sel-sel dalam embrio dan organel sub seluler berorganisasi yang akhirnya
terjadi pemunculan kecambah. Sel-sel dalam akar, daun, batang membesar dan memanjang
dengan pengambilan air. Fase perkembangan ini semua didorong oleh ZPT seperti GA dan NAA
(Rismunandar, 1988).
Perlakuan-perlakuan yang dapat mematahkan dormansi biji menurut Wilkins (1969),
dapat dikelompokan sebaga iberikut:
A. Perlakuan mekanis
a) Pelunakan, pemecahan atau melubangi kulit biji, sehingga terjadi lubang-lubang untuk
memudahkan air dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan.
b) Skarifikasi yaitu pemarutan atau penggoresan kulit dengan cara menghaluskan kulit biji
dengan pendinginan/pencelupan dalam N2 cair, merebus dalam air atau alkohol atau
merendam dalam larutanpekat H2SO4.
B. Perlakuan cahaya
a) Pemberian cahaya terhadap biji-biji yang bersifat fotoblastik positif akan memacu
perkecambahan.
b) Pemberian cahaya secara fotoperiodik yaitu pencahayaan terhadap biji-biji dorman
dengan periode waktu tertentu.
C. Perlakuan temperatur
a) Stratifikasi terhadap benih dengan temperatur rendah (cold stratification) atau temperatur
tinggi (warm stratification) selama waktu tertentu.
Alternating (perubahan temperatur) yaitu dilakukan teknik perubahan-perubahan
Faktor (metode) untuk memecahkan atau mematahkan dormansi, yaitu :
1. Skarifikasi.
Skarifikasi merupakan salah satu cara untuk mematahkan dormansi biji dengan perusakan
pada testa atau kulit biji yang keras. Perlakuannya secara kimiawi maupun mekanis yang
bertujuan melemahkan kulit biji sehingga cukup memungkinkan terjadinya perkecambahan.
Perlakuan mekanis yaitu merusaknya dengan goresan alat tajam, sedangkan perlakuan secara
kimiawi dapat dilakukan dengan perendaman dalam pelarut organik (aseton), asam sulfat dan air
mendidih.
2. Suhu rendah.
Pemasakan atau pematangan biji akan lebih cepat terjadi bila diperlakukan atau disimpan
pada suhu rendah daripada suhu tinggi. Keefektifan suhu rendah dalam memecah dormansi
terlihat pada interaksi beberapa spesies dengan relasi yang menguntungkan antara nilai respirasi
dan nilai absorbsi oksigen atau pembebasan karbondioksida. Perubahan permeabilitas kulit biji
juga merupakan faktor yang penting.
3. Suhu yang bergantian
Suhu yang bergantian antara suhu rendah dan tinggi dapat memacu perkecambahan biji
dorman. Dormansi biji dapat dipatahkan dengan pendinginan dan pencairan secara bergantian
walaupun perlakuan ini secara nyata berbahaya untuk spesies lain.
4. Cahaya.
Cahaya dapat memecah dormansi yang berhubungan dengan faktor lingkungan lain yaitu
suhu. Pada beberapa spesies, cahaya dapat meningkatkan perkecambahan pada suhu rendah,
namun perkecambahan biji sama-sama baik pada ruang gelap total dengan suhu tinggi.
5. Tekanan
Ketika tekanan digunakan pada periode 5-20 menit, perkecambahan biji akan meningkat
50-200 %. Pengaruh tekanan yang terus menerus setelah biji kering dan disimpan menyebabkan
perubahan permeabilitas air pada kulit biji.
6. Zat pengatur tumbuh
b) Zat pengatur tumbuh dapat memecah dormansi biji dengan meningkatkan
perkecambahannya temperatur, artinya direndahkan derajatnya (50-100C) atau
ditinggikan derajatnya (20-300C; 25-350C) tergantung jenis benih. Penggunaan suhu
tinggi dapat dilakukan selama 8 jam, sedangkan temperatur rendah 16 jam.
D. Perlakuan dengan bahan kimia
Berbagai zat kimia dapat digunakan untuk mematahkan dormansi pada biji antara lain zat
pengatur tumbuh, misalnya giberelin, sitokinin dan 2,4-D serta KNO3.
penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa yang dalam konsentrasi rendah
dapat memacu pertumbuhan tanaman. ZPT yang ditambahkan dapat memanipulasi pertumbuhan
dan perkembambangan tanaman yang mengarah pada peningkatan kualitas dan kuantitas benih,
pembesaran ukuran biji da perbaikan kandungan gizi seperti lemak, dan protein.
2,4-D merupakan salah satu ZPT yang mempunyai aktivitas seperti auksi ZPT yang mempunyai
keunggulan dapat lebih lama berpengaruh dalam tanaman, tidak merusak, efektif, mudah dalam
penanganan dan mudah di pakai (Mareza, 2009).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. 1.Zat pengatur tumbuh jenis GA merupakan hormon giberelin yang berpengaruh terhadap
perpanjangan batang, mempertinggi aktivitas pembelahan sel, menambah luas daun dan
berat kering kuncup dorman. Sedangkan NAA merupakan senyawa yang disintesis untuk
menimbulkan respon fisiologis seperti pada IAA dan dianggap sebagai auksin
2. GA lebih efektif dalam mempercepat dormansi dan merangsang perkecambahan dibanding
NAA dan IAA, karena GA mampu merangsang biji berkecambah pada konsentrasi yang
rendah, sedangkan NAA dan IAA merangsang biji berkecambah pada konsentrasi yang
tinggi.